makalah pengling
DESCRIPTION
pengetahuan lingkunganTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berikut ini beberapa fakta yang disebabkan buruknya penanganan terhadap
lingkungan yang berasal dari sector industry antara lain (Suardana, 2008):
Kasus pencemaran Teluk Buyat (Sulawesi) dengan dugaan pencemaran
akibat adanya pembuangan limbah tailing (submarine tailing disposal).
Dugaan yang sama juga diberikan terhadap perairan Laut Lombok Timur
akibat operasi PT. Newmont Nusa Tenggara (PT.NTT) NTB.
PT. Freeport beroperasi dari tahun 1967 di Papua telah menimbulkan dampak
berupa hancurnya Gunung Grasberg,tercemarnya Sungai Aigwa, meluapnya
air Danau Wanagon, tailing mengkontaminasi : 35.820 hektar daratan dan
84.158 hektar Laut Arafura.
Pembuangan limbah industri kealiran sungai oleh PT Galuh Cempaka di
Kalimantan Selatan.
Pencemaran 3 sungai terbesar di Kalimantan Tengah oleh kandungan air
raksa (merkuri) akibat penambangan emas pada sepanjang daerah aliran
sungai (DAS) Barito, Kahayan, dan Kapuas. Pencemaran itu melebihi baku
mutu yang telah dipersyaratkan sebelumnya.
Pembuangan limbah pabrik-pabrik di Sungai Cikijing (Jawa Barat) selama
puluhan tahun
Pembuangan limbah oleh beberapapa brikke kali Surabaya serta sederetan
kasus pencemaran industri yang telah nyata-nyata menimbulkan korban.
Kasus lumpur lapindo akibat keteledoran pihak industri yang menyebabkan
ribuan rumah warga terendam lumpur. Serta pencemaran lingkungan dan
perusakan vegetasi yang disebabkan oleh aliran lumpur yang melewati Sungai
Porong.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menciptakan industri yang ramah lingkungan?
1
Bagaimana cara mengurangi polusi dan limbah yang merupakan hasil dari
proses produksi industri?
1.3. Tujuan
Untuk dapat mengetahui cara menciptakan industri yang ramah lingkungan’
Untuk mengurangi polusi dan limbah yang dihasilkan dari proses produksi
industri
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.4. Industri di Indonesia
Selama 20 tahun terakhir pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada
industrialisasi. Tidak kuran gterdapat 30.000 industri yang beroperasi di Indonesia
dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan (Suardana, 2008). Peningkatan jumlah
ini menimbulkan dampak berkelanjutan dari industrialisasi ini yaitu terjadinya
peningkatan dampak dari hasil buangan industri yang dapat dirasakan sekarang ini.
Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) dihasilkandari proses produksi industri. Salah satu penyebabnya
dikarenakan oleh pemerintah dan pelaku industri yang kurang mengedepankan sektor
lingkungan. Akibatanya merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh komunitas-
komunitas yang tinggal di sekitar kawasan industri.
Limbah industri pada umumnya berupa bahan sintetik, logam berat,dan bahan
beracun berbahaya yang cenderung sulit untuk diuraika nmelalui proses biologi
(nondegradable). Selain itu limbah industri bersifat menetap serta mudah
terakumulasi (biomagnifikasi),bahkan logam berat sebagai sebuah unsure memiliki
kodrat menetap di alam(tidak dapat dihilangkan).
Dampak limbah industri terhadap lingkungan dan kesehatan manusia menjadi
suatu perhatian utama. Limbah industri yang bersifat nonbiodegradable berbahaya
terhadap kesehatan manusia karena beberapa unsure logam berat seperti merkuri
memiliki sifat toksik dan destruktif terhadap organ penting manusia.
Kelalaian Pemerintah dalam melakukan kontrol terhadap industri
mengakibatkan peningkatan kandungan logam berat(seperti merkuri di
air)mengalami kenaikan tiap tahunnya. Dari aspek pengendalian sebenarnya limbah
cair industri lebih mudah untuk dipantau dan dikendalikan karena lokasinya yang
terpusat (point source) sebaliknya limbah domestic letaknya yang tersebar (disperse
source).
Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah industri yang segera
tampak adalah berubahnya keadaanf isik. Air sungai atau air sumur sekitar lokasi
industri pencemar, yang semul aberwarna jernih, berubah menjadi keruh berbuih dan
berbau busuk, sehingga tidak layak dipergunakan lagi oleh warga masyarakat sekitar
3
untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan baku air minum. Terhadap kesehatan
warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit dari yang ringan seperti gatal-gatal
pada kulit sampai yang berat berupa cacat genetic pada anak cucu dan generasi
berikutnya.
Parahnya lagi, penyakit akibat pencemaran ada yang baru muncul sekian tahun
kemudians etelah cukup lama bahan pencemar terkontaminasi dalam bahan makanan
menurut daur ulang ekologik, seperti yang terjadi pada kasus penyakit minamata
sekitar 1956 di Jepang. Terdapat lebihdari 100 orang meninggal atau cacat Karena
mengkonsumsiikan yang berasal dari TelukMinamata. Teluk ini tercemar merkuri
yang berasal dari sebuah pabrik plastik. Bila merkuri masuk kedalam tubuh manusia
melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal
sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/ acrodynia, alergi kulit
dan kawasaki disease/mucocutaneous lymph node syndrome (Suardana, 2008).
Hampir di seluruh wilayah Indonesia terjadi pencemaran industri dalam
berbagai skala dan dalam beragam bentuk. Sejak awal berdiri, sektor industri sering
kali menimbulkan masalah, misalnya, lokasi pabrik yang dekat dengan pemukiman
penduduk, pembebasan tanah yang bermasalah, tidak dilibatkannya masyarakat
dalam kebijakan ini, burukny akualitas AMDAL, sering tidak adanya pengolahan
limbah, dan lain sebagainya. Dampak lainnya yang timbul adalah polusi udara, polusi
air, kebisingan, dan sampah. Semua dampak tersebut menjadi factor utama penyebab
kerentanan yang terjadi dalam masyarakat. Kehidupan masyarakat menjadi tambah
rentan karena buruknya kualitas lingkungan.
1.5. Industri yang Ramah Lingkungan
Pengembangan industri hijau merupakan upaya mendukung komitmen
Pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) karena Indonesia pada
tahun 2020 bertekad untuk menurunkan emisi GRK. Industri hijau atau industri ramah
lingkungan merupakan industri yang dalam proses produksinya mengutamakan
efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, sehingga
mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Khusus sektor industri, terdapat
delapan sektor industri yang tergolong memberikan kotribusi emisi GRK yang besar,
antara lain industri semen, industri baja, industri pulp dan kertas, industri tekstil,
4
industri keramik, industri pupuk, industri petrokimia, serta industri makanan dan
minuman.
Industri merupakan salah satu penghasil polusi dan limbah terbesar. Sejak
adanya industri-industri besar, polusi terus meningkat. Limbah dan polusi tersebut
berasal dari hasilproses produksi yang dibuang semena-mena di lingkungan. Hal
inilah yang dapat merusak lingkungan maka dari itu setiap industri harus dilengkapi
dengan system pengolahan limbah agar dapat mengantisipasi kerusakan lingkungan
yang ditimbulkan akibat polusi dan limbah pabrik. Selain itu, limbah harus diolah
dengan cara yang tepat dan dibuang ke tempat yang tepat sehingga dapat menjaga
kelestarian lingkungan.
Untuk menciptakan industri yang ramah lingkungan dapat dilakukan dengan
merombak sektor industri pada pengolahan proses produksi yang selalu menghasilkan
limbah tanpa kontrol. Untuk itu pengembangan industri hijau dapat dilakukan melalui
beberapa penerapan seperti:
1. Produksi bersih (cleaner production) : Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai
dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya
sehingga dapat meminimisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
serta kerusakan lingkungan.
2. konservasi energi (energy efficiency)
3. efisiensi sumberdaya (resource efficiency eco-design)
4. proses daur ulang
5. low-carbon technology.
Melalui penerapan industri hijau akan terjadi efisiensi pemakaian bahan baku, energi dan
air, sehingga limbah maupun emisi yang dihasilkan menjadi minimal dan proses produksi
akan menjadi lebih efisien yang dapat meningkatkan daya saing produk industri nasional.
Industri yang menerapkan strategi ramah lingkungan mempunyai tujuan :
• Menciptakan produk yang sehat, aman dan berkualitas
• Meminimalkan potensi kontaminasi bahan-bahan yang beracun atau bebahaya pada
produk
• Melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja
• Meminimalkan terbentuknya limbah baik dalam jumlah dan toksisitasnya
5
Dalam pelaksanaan untuk mencapai kondisi ramah lingkungan, terdapat urutan prioritas
pengelolaan yang dapat diterapkan, yaitu:
1. Prinsip pencegahan pencemaran (pollution prevention) Prinsip ini adalah dasar bagi
terciptanya kondisi yang sangat minim dihasilkannya bahan pencemar. Pencegahan
pencemaran dilaksanakan meliputi keseluruhan dari proses produksi seperti
pemilihan bahan baku yang murni, penggunaan alat proses yang efisien-efektif dalam
pemakaian bahan-energi-air, perawatan peralatan untuk optimalisasi proses, dan
SDM yang cakap dalam proses dan pengelolaan lingkungan.
2. Prinsip pengendalian pencemaran (pollution control) Prinsip ini diterapkan bila
pencemaran atau limbah masih dihasilkan dalam suatu proses produksi. Maka, yang
dapat dilakukan adalah mengendalikan bahan pencemar atau limbah tersebut agar
tidak mencemari pekerja, produk dan lingkungan sekitar. Upaya yang dapat
dilakukan adalah mengolah limbah tersebut untuk menurunkan tingkat bahayanya
atau menurunkan tingkat pencemarnya atau menjadikannya bahan yang lebih
bermanfaat/bernilai ekonomi.
3. Prinsip remediasi (remediation) Prinsip ini dijalankan untuk memulihkan kondisi
lingkungan yang telah tercemar agar dapat kembali pulih dan dapat digunakan untuk
kegiatan-kegiatan produktif tanpa menimbulkan potensi pencemaran bagi manusia
dan aktivitas didalamnya.
Untuk mencapai kondisi yang ramah lingkungan dapat diterapkan 6 (enam) prinsip
dasar yaitu Refine, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Retrieve Energy.
1. Refine, adalah penggunaan bahan atau proses yang lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan bahan atau proses yang ada saat ini.
2. Reduce, adalah pengurangan jumlah limbah atau kehilangan bahan dengan
optimalisasi proses atau operasional yang menghasilkan limbah yang mengalami
pemborosan. Contoh: mengganti keran atau pipa bocor, memasang alat penangkap
ceceran/lelehan
3. Reuse, adalah pemakaian kembali bahan-bahan atau limbah pada proses yang
berbeda.
4. Recycle, adalah penggunaan kembali bahan-bahan atau sumber daya untuk proses
yang sama.
5. Recovery, adalah kegiatan pengambilan kembali sebagian material penting dari aliran
limbah untuk pemanfaatan ulang dalam proses atau dimanfaatkan untuk proses atau
keperluan lain.
6
6. Retrieve Energy, adalah pemanfaatan limbah untuk digunakan sebagai bahan bakar
atau dalam arti yang luas adalah penghematan energi dalam proses produksi.
Ke enam prinsip di atas dalam pelaksanaannya dapat menggunakan model nir limbah /zero
waste (mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu proses produksi dapat dihindari terjadi
produksi sampah atau diminimalisir terjadinya sampah), produksi bersih (cleaner
production), produktivitas hijau (green productivity) atau perusahaan hijau (green company).
Pada prinsipnya, model-model tersebut berupaya untuk meningkatkan produktivitas,
menjaga keberlanjutan produksi dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan dan
kesehatan serta keselamatan pekerja.
Beragam manfaat dapat diperoleh perusahaan dengan menerapkan strategi ramah
lingkungan tersebut diantaranya adalah:
- Sebagai pedoman bagi perbaikan produk dan proses produksi.
- Efektif dan efisien dalam penggunaan sumberdaya alam dan energi.
- Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar atau limbah.
- Mengurangi resiko terhadap kesehatan dan lingkungan.
- Mendorong pengembangan teknologi pengurangan limbah pada sumbernya, teknologi
bersih dan produk akrab lingkungan.
- Menghindari biaya clean-up.
- Meningkatkan daya saing produk di pasar internasional melalui penggunaan teknologi baru
dan/atau perbaikan teknologi.
- Pengurangan biaya yang tinggi karena penerapan sistem pengelolaan limbah ujung pipa
(end off pipe tratment).
Salah satu contoh industri yang ramah lingkungan adalah agro-industri. Selain limbah
yang dihasilkan sedikit, dengan agro-industri ini dapat lebih mengoptimalkan hasil pertanian
yang ada di Indonesia. Secara garis besar, pilihan penerapan agro-industri ramah lingkungan
dapat dikelompokkan dalam 5 (lima) bagian yaitu:
1. Perubahan bahan baku
- Mengurangi atau menghilangkan bahan baku yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun seperti logam berat, zat pewarna, pelarut.
- Menggunakan bahan baku yang berkualitas dan murni untuk menghindari
kontaminasi dalam proses produksi.
- Menggunakan bahan-bahan daur ulang untuk menciptakan pasar bagi bahan-bahan
daur ulang.
2. Tata cara operasi dan housekeeping
7
- Tindakan pencegahan kehilangan bahan baku, produk ataupun energi dari
pemborosan, kebocoran dan tercecer dengan cara memasang bendungan/dike untuk
menampung tumpahan dari tangki, memasang safety valve, perancangan tangki yang
sesuai dan mendeteksi kebocoran.
- Penanganan bahan untuk mengurangi kehilangan bahan akibat kesalahan
penanganan seperti bahan telah kadaluarsa.
- Penjadwalan produksi dapat membantu mencegah pemborosan energi, bahan dan
air.
- Melakukan koordinasi pengelolaan limbah.
- Memisahkan atau segregasi limbah menurut jenisnya untuk memudahkan
pengelolaan.
- Mengembangkan manajemen perawatan sehingga mengurangi kerugian akibat
kerusakan peralatan dan mesin.
- Mengembangkan tata cara penanganan dan inventarisasi bahan baku, energi, air,
produk dan peralatan.
3. Penggunaan kembali
- Menggunakan kembali sisa air proses, air pendingin, dan bahan lainnya di dalam
atau di luar sistem produksi.
- Mengambil kembali bahan buangan sebagai energi.
- Menciptakan kegunaan limbah sebagai produk lain yang dapat dimanfaatkan oleh
pihak luar.
4. Perubahan teknologi
- Merubah peralatan, tata letak dan perpipaan untuk memperbaiki aliran proses
produksi dan meningkatkan efisiensi.
- Memperbaiki kondisi proses seperti suhu, waktu tinggal, laju aliran, dan tekanan
sehingga meningkatkan kualitas produk dan mengurangi jumlah limbah.
- Menghindari penggunaan bahan-bahan B3 (bahan beracun dan berbahaya).
- Menggunakan atau mengatur peralatan seperti motor dan pompa yang lebih hemat
energi.
- Menerapkan sistem otomatisasi dapat menghasilkan perbaikan monitoring dan
pengaturan parameter operasi untuk menjamin tingkat efisiensi yang tinggi.
5. Perubahan produk
- Merubah formulasi produk untuk mengurangi dampak kesehatan bagi konsumen.
8
- Merubah bahan pengemasan untuk mengurangi dampak lingkungan.
- Mengurangi kemasan yang tidak perlu.
Pembuangan limbah yang baik seharusnya tidak menghasilkan polusi berlebihan yang
menganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Untuk itu diperlukan pengelolaan limbah
dengan baik yang dapat dilakukan berdasarkan jenis limbahnya. Untuk limbah cair sebelum
dibuang, ke lingkungan, limbah cair industri pangan harus diolah untuk melindungi
keselamatan masyarakat dan kualitas lingkungan. Tujuan dasar pengolahan limbah cair
adalah untuk menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, kadang-
kadang juga untuk penyisihan unsur hara (nutrien) berupa nitrogen dan fosfor. Secara umum,
pengolahan limbah cair dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengolahan primer, pen,-,olahan
sekunder, dan pengolahan tersier. Pengolahan primer merupakan pengolahan secara fisik
untuk menyisihkan benda-benda terapung atau padatan tersuspensi terendapkan (seltleable
solids). Pengolahan primer ini berupa penyaringan kasar, dan pengendapan primer untuk
memisahkan bahan inert seperti butiran pasir / tanah. Saringan kasar digunakan untuk
metlah4n benda berukuran relatif besar. Karena butiran pasir / tanah merupakan bahan non-
biodegradable dan dapat terakumulasi di dasar instalasi pengolahan limbah cair, maka bahan
tersebut harus dipisahkan dari limbah cair yang akan diolah. Penyisihan butiran pasir / tanah
dapat dilakukan dengan bak pengendapan primer. Pengendapan primer ini umumnya
dirancang untuk waktu tinggal sekitar 2 jam.
Pengolahan primer hanya dapat mengurangi kandungan bahan yang mengambang
atau bahan yang dapat terendapkan oleh gaya gravitasi. Sebagian polutan limbah cair industri
pangan terdapat dalam bentuk tersuspensi dan terlarut yang relatif tidak terpengaruh oleh
pengolahan primer tersebut. Untuk menghilangkan / mengurangi kandungan polutan
tersuspensi atau terlarut diperlukan pengolahan sekunder dengan proses biologis (aerobik
maupun anaerobik).
Pengolahan secara biologis pada prinsipnya adalah pemanfaatan aktivitas
mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa. Mikroba tersebut mengkonsumsi polutan
organik biodegradable dan mengkonversi polutan organik tersebut menjadi karbondioksida,
air dan energi untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Oleh karena itu, sistem pengolahan
limbah cair secara biologis harus mampu memberikan kondisi yang optimum bagi
mikroorganisme, sehingga mikroorganisme tersebut dapat menstabilkan polutan organik
biodegradable secara optimum.
Sedangkan untuk limbah padat dapat diolah dengan beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Pemisahan
9
Karena limbah padat terdiri dari: ukuran yang berbeda dan kandungan bahan yang
berbeda maka harus dipisahkan dahulu, supaya peralatan pengolahan menjadi awet.
Pemisahan ada 3 sistem, yaitu:
Sistem balistik: adalah sistem pemisahan untuk mendapatkan
keseragaman ukuran/berat volume
Sistem gravitasi: adalah sistem pemisahan berdasarkan gaya berat.
Misal : barang yang ringan/terapung dan barang yang berat/tenggelam
Sistem magnetis: adalah sistem pemisahan berdasarkan sifat magnet,
yang bersifat magnet akan langsung menempel. Misal: untuk
memisahkan campuran logam dan non logam
2. Penyusutan Ukuran
Penyusutan ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil, supaya
pengolahannya menjadi mudah.
3. Pengomposan
Pengomposan dilakukan terhadap buangan/ limbah yang mudah membusuk, sampah
kota, buangan atau kotoran hewan ataupun juga pada lumpur pabrik. Supaya hasil
pengomposan baik, limbah padat harus dipisahkan dan disamakan
ukurannya/volumenya
4. Pembuangan limbah
Pembuangan di laut
Pembuangan limbah padat di laut tidak boleh dilakukan di sembarang
tempat dan perlu diingat bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang ke
laut. Hal ini disebabkan:
- Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan
- Laut sebagai tempat rekreasi dan lalu-lintas kapal
- Laut menjadi dangkal
- Limbah padat yang mengandung senyawa kimia beracun dan
berbahaya (misal: limbah B3 /limbah radioaktif), dapat
membunuh biota laut
Pembuangan di darat/di tanah
Untuk pembuangan di darat, perlu dilakukan pemilihan lokasi yang
harus dipertimbangkan sebagai berikut:
- Pengaruh iklim, temperatur dan angin
- Struktur tanah
10
- Jaraknya harus jauh dengan pemukiman
- Pengaruh terhadap sumber air, perkebunan, perikanan
peternakan, flora atau fauna.
Jadi pilih lokasi yang benar-benar tidak ekonomis lagi untuk
kepentingan apapun. Pembuangan di darat/tanah dibagi:
- Penebaran di atas tanah
- Penimbunan/penumpukan
- Pengisian tanah yang cekung (landfill)
Sedangakan untuk limbah yangdari udara dapat dikelola dengan beberapa cara seperti :
1. Mengontrol Emisi Gas Buang
Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan
hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida
dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi
menggunakan filter basah (wet scrubber).
Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan
berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga
digunakan untuk menghilangkan materi partikulat.
Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor
dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon
dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat
pengubah katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran.
Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi kegiatan
pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih
sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.
2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
a. Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau
stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang
saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara
tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu)
harus segera diganti dengan yang baru.
11
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan
yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat
asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya
b. Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu /
abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang
berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal
dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding
tabung siklon sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.
Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5
u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan
c. Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors.
Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari
bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka
debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.Untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah
digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut
menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.
d. Pegendap Sistem Gravitasi
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor
yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja
alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam
alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan
kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah
akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung
pada dimensi alatnya.
e. Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara
yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya
adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat
dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.
12
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang
mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung
silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada
sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi
muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan
menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini
menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara
menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-
masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion
negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada
di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.
Gas berbahaya sepeti CFC, Neon, atau metanol tidak layak digunakan karena
berpotensi merusak lingkungan. Jadi, pembangunan industri sebaiknya tidak hanya
mempertimbangkan lokasi untung rugi saja. Industri harus peduli terhadap kelestarian
lingkungan. Industri yang ramah lingkungan sudah harus ditetapkan di Indonesia karena
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang begitu banyak, potensi tersebut harus
dirawat dan dipertahankan.
Jika industri tidak mementingkan kelestarian lingkungan, maka akan berakibat pada
kerusakan alam. Hujan asam bias timbul jika pencemaran yang diakibatkan oleh industri
begit parah. Kebocoran reactor nuklir sebagai pemasok energy untuk proses industri bias juga
menjadi bahaya besar.
Untuk menciptakan terwujudnya industri yang ramah lingkungan maka
pembangunannya harus diawasi oleh pemerintah namun masyarakat juga harus mengawasi
jalannya industri. Salah satu wujud nyata tindakan pemerintah untuk mengontrol industri
adalah Analisa Dampak Lingkungan. Setiap industri harus memenuhi kriteria yang
disebutkan dalam peraturan tersebut.
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.6. Kesimpulan
Dalam perindustrian harus memperhatikan juga hasil dari proses produksi
yaitu limbah dan polusi. Setiap industri tidak boleh membuang polusi dan limbah ke
lingkungan di sekitar industri. Jika industri tetap membuang polusi dan limbah di
lingkungan maka akan menimbulkan kerusakan alam dan dapat mengakibatkan
hujan asam yang diakibatkan oleh polusi industri. Maka dari itu, pada setiap industri
harus diberi filter pada cerobong asap sehingga polusi yang dikeluarkan tidak
beracun pada lingkungan. Selain itu, industri juga harus membedakan antara limbah
padat dan limbah cair kemudian limbah tersebut harus dibuang di tempat yang tepat.
Kemudian, pemilihan bahan baku untuk proses industri juga perlu diperhatikan. Gas
berbahaya sepeti CFC, Neon, atau metanol tidak layak digunakan karena berpotensi
merusak lingkungan. Untuk menciptakan industri yang ramah lingkungan ini, maka
pemerintah mempunyai tindakan pada industri yaitu Analisa Dampak Lingkungan
sehingga setiap industri harus memenuhi criteria yang tercantum pada peraturan
tersebut.
1.7. Saran
Di dalam perkembangannya ke depan, sebaiknya semakin banyak industri yang
beralih ke industri hijau sehingga lingkungan yang ada tetap lestari dan terjaga
Sebelum membuang limbah-limbahnya, akan lebih baik apabila diolah dan
dipisahkan terlebih dahulu sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar
Pemerintah harus lebih tegas dalam menegakkan perusahaan yang melanggar
peraturan dalam pembuangan limbah dan perusakan lingkungan
14
DAFTAR PUSTAKA
Mangunjaya, Fachruddin M. 2006. Hidup Harmonis dengan Alam : Esai-esai Pembangunan
Lingkungan, Konservasi, dan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia
Soeriaatmadja, R. E. 1975. Ilmu Lingkungan. Bandung : Penerbit ITB
Suardana, I Wayan Gendo. 2008. Limbah Industri dan Limpahan Air Mata Manusia.
http://gendovara.blogdetik.com/2008/09/20/limbah-industri-dan-limpahan-air-mata-
manusia/ (diakses pada Minggu, 21 Desember 2014).
15