makalah penglab
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laboratorium merupakan suatu tempat yang digunakan untuk praktek dan
bereksperimen bagi siswa maupun mahasiswa. Pada kenyataanya laboratorium
tidak hanya digunakan untuk praktikum bagi mahasiswa tetapi juga digunakan
untuk penelitian mata kuliah sejenis seperti materi kuliah kimia dasar, kimia
fisika, kimia anorganik dan mata kuliah lainnya. Dari berbagai materi kuliah
praktek dan percobaan yang dilakukan dengan memanfaatkan laboratorium kimia,
mungkin saja terdapat bahan dan alat yang berbahaya saat pelaksanaan praktek.
Sebagai tempat berlangsungnya aneka macam reaksi kimia, laboratorium kimia
difungsikan pula sebagai tempat meletakkan atau menyimpan berbagai macam zat
kimia yang perlu diperlakukan secara hati-hati dan sesuai aturan. Seperti kita
ketahui, zat kimia memiliki banyak sifat, ada yang mudah terbakar, korosif,
mudah bereaksi, beracun, mudah menguap, berbau menyengat dan seterusnya.
Aneka sifat-sifat ini perlu mendapatkan perlakuan khusus agar tidak terjadi
pertemuan dua zat dengan sifat yang saling berbahaya.
Dalam bekerja di sebuah laboratorium kimia diperlukan peraturan dan
kedisiplinan. Hal ini bertujuan untuk menjaga keselamatan kerja orang yang
bersangkutan. Peraturan keselamatan kerja perlu ditaati, bukan hanya dibuat dan
diketahui. Oleh sebab itu diperlukan peraturan keselamatan kerja yang yang
bertujuan untuk keamanan dan kesehatan kerja bahan kimia.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menjaga kesehatan Diri dan Lingkungan pada saat bekerja di
Laboratorium?
1
2. Apa saja bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) dan bagaimana proteksi
B3 terhadap lingkungan di Laboratorium?
3. Bagaimana penanganan P3K tehadap kecelakaan yang terjadi di
laboratorium?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui bagaimana menjaga kesehatan Diri dan Lingkungan pada saat
bekerja di Laboratorium.
2. Mengetahui bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) dan mengetahui proteksi
B3 terhadap lingkungan di Laboratorium.
3. Mengetahui penanganan P3K tehadap kecelakaan yang terjadi di laboratorium.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk membantu
mahasiswa/siswa dalam menjaga keselamatan pada saat bekerja di laboratorium.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Diri dan Lingkungan di Laboratorium
2.1.1 Beberapa Jalur Masuk Bahan Kimia ke dalam Tubuh
1. Kulit dan mata / skin and eye contact
Penggunaan sarung tangan dan jas laboratorium dapat meminimalkan
pemaparan zat kimia pada kulit. Gejalanya kulit menjadi kering, kulit mengalami
perubahan warna menjadi pucat atau kemerahan dan melepuh, bentol-bentol dan
gatal-gatal. Jika zat kimia kontak dengan kulit, bilas daerah yang terkena kontak
dengan air paling sedikit 15 menit. Hindari penggunaan pelarut organik dalam
mencuci tangan. Pelarut tersebut akan menghilangkan minyak pelindung alami
kulit dan akan menyebabkan iritasi dan peradangan.
2. Inhalasi/Inhalation
Saluran pernafasan adalah rute yang umum masuknya gas, uap, partikel
dan aerosol (asap, kabut tipis, dan gas berbahaya). Bila konsentrasi zat kimia
tinggi maka dapat menyebabkan tingginya terpaparnya paru-paru dan tingginya
zat kimia yang diserap oleh pembuluh darah. Gejala yang ditimbulkan bila
pemaparannya tinggi adalah kepala pusing, produksi mucus meningkat, mata,
hidung dan tenggorokan mengalami iritasi. Material kimia yang mudah menguap,
disarankan dibuka pada laboratorium yang memiliki ventilasi yang baik dan
menghindari zat berbahaya tersebut.
3. Tertelan/Ingestion
Masuknya senyawa kimia dalam saluran pencernaan dapat terjadi karena
terpaparnya makanan atau minuman akibat dari sentuhan tangan yang
3
mengandung bahan kimia, atau karena terhirupnya partikel melalui sistem
pernapasan.
4. Suntikan/Injection
Masuknya zat kimia melalui penyuntikan sangat efektif karena dapat
langsung dapat menembus kulit, masuk dalam peredaran darah dan masuk ke
dalam sistem organ tertentu. Masuknya zat kimia melalui injeksi mungkin dapat
terjadi karena pada saat bekerja menggunakan pipet, peralatan kaca yang pecah
atau benda-benda tajam yang sudah terkontaminasi dengan senyawa racun. Jika
kecelakaan karena injeksi terjadi, cuci bagian yang terkena injeksi dengan sabun
dan air, kemudian jika diperlukan segera mencari pertolongan pada paramedis
atau dokter.
2.1.2 Menggunakan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja
Laboratorium
Dalam laboratorium ada tiga metode untuk melindungi orang yang bekerja
di Laboratorium yaitu :
1. Pengendalian secara teknis/Engineering Controls
Engineering Controls adalah pengendalian pemaparan zat kimia berbahaya
pada orang-orang yang bekerja di laboratorium melalui pengubahan
teknik/metode yang digunakan selama bertinteraksi dengan zat-zat kimia dalam
laboratorium. Contohnya penggantian bahan kimia dengan bahan kimia lain yang
memiliki toksisitas lebih rendah.
2. Pengendalian melalui pemahaman prosedur kerja dan tertib
administrative/Work Praktices and Administrative Controls
Work practices Controls adalah pengendalian prosedur kerja yang akan
dilakukan dalam laboratorium diharapkan bila praktikan memahami prosedur
kerja maka meminimalisir kontaknya dengan zat kimia berbahaya.
Administrative controls adalah pengendalian pemaparan zat kimia dengan
cara mengendalikan jadwal dari para petugas di laboratorium sehingga tidak
mengalami overexposed terhadap zat-zat kimia berbahaya.
4
3. Pengendalian melalui penggunaan alat pelindung/Personal Protective
equipment
Personal Protective equipment adalah pengendalian yang lebih
menekankan pada penggunaan alat pelindung terhadap pemaparan zat-zat kimia
berbahaya saat bekerja di laboratorium.
Personal Protective equipment (PPE) adalah alat-alat spesipikyang
digunakan untuk melindungi diri dari pemaparan zat-zat kimia tidak berbahaya
dan zat-zat kimia berbahaya.
1) Eye Protection/ Pelindung Mata
a. Kacamata Pelindung/Safety Glasses
b. Kacamata pelindung khusus/chemical splash gaggles
c. Pelindung muka/Face Shields
d. Contact Lenses
2) Baju dan Sepatu pelindung/Protective Clothing and Footwear
a. Protective clothing
b. Footwear
3) Sarung tangan/ Gloves
4) Pelindung Pernapasan/Respiratory Protection
2.2 Bahan Berbahaya dan Beracun
Bahan kimia harus disimpan dalam kemasan asli dari produsen, jika
memungkinkan, mengingat label kemasan memberikan informasi yang berharga
terkait dengan simbol bahaya dan frase R & S. Jika wadah lain digunakan, maka
haruslah digunakan pelabelan yang sama. Upaya melindungi label dari pengaruh
bahan kimia dan menjaga supaya melekat baik maka haruslah dilapisi dengan
lembaran plastik transparan. Label ini harus terlihat jelas dan ditulis dengan pencil
atau tinta yang permanen.
Wadah dan botol untuk penyimpanan bahan kimia harus dibuat dari bahan
yang kuat. Wadah plastik atau gelas sering digunakan untuk keperluan ini. Untuk
penyimpanan bahan kimia yang sangat sensitif seperti dietil eter yang cenderung
5
berubah membentuk peroksida yang berbahaya maka gelas berwarna gelap harus
digunakan. Jika botol plastik digunakan harus diperkirakan bahwa bahan sangat
mungkin akan rusak akibat pengaruh cahaya matahari dan dapat pecah. Botol
seperti ini harus berulang kali dicek dan bahan kimia dipindahkan pada wadah
yang lain, jika diperlukan.
2.3 Keselamatan Kerja di Laboratorium
2.3.1 Kecelakaan dan Unsur-Unsur Penyebabnya
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang
paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat
berbentuk 2 jenis yaitu :
1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.
Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari
mesin,peralatan, bahan,lingkungan kerja dll.
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia,
yang dapat terjadi antara lain karena :
1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
2) Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
3) Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
4) Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik.
Apabila terjadi kecelakaan, hendaknya dipastikan terlebih dahulu
penyebab dari kecelakaan sebelum dilakukan upaya pengobatan. Berikut
beberapa gannguan dari kecelakaan yang terjadi di laboratorium yaitu :
1. Gangguan-gangguan yang berasal dari diri siswa
1) Pengetahuan yang kurang memadai
Seperti contoh siswa dengan seenaknya bekerja di laboratorium tanpa
memakai jas praktikum, menggunakan alat-alat tanpa diperiksa kebersihannya
6
lebih dahulu, mengenali bahan kimia dengan mencicipinya, dan menuangkan
suatu larutan yang mudah terbakar dari suatu wadah kewadah lain dilakukan
di dekat sebuah nyala api. Siswa dengan santai bersenda gurau selagi bekerja,
dan sebagainya.
2) Sikap dan kebiasaan yang tidak tepat
Kesalahan-kesalahan sederhana, misalnya membuang sampah pecahan
kaca kedalam wadah untuk sampah kertas , membuang punting batang korek
api ke sembarang tempat, dsb. Sifat tidak bertanggung jawab dan
mementingkan diri sendiri tercermin dari, misalnya, memanaskan tabung raksi
tanpa memperhatikan kearah mana mulut tabung reaksi itu mengarah.
3) Keterampilan yang tidak cukup
Seorang siswa akan mendapat cedera bila ia langsung memanaskan sebuah
tabung reaksi yang berisi larutan di bagian bawah tanpa terlebih dahulu
menghangatkan bagian dekat permukaan cairan yang ada dalam tabung.
Kecelakaan dapat terjadi bila siswa tidak terampil sewaktu ia menuangkan
suatu larutan asam dari sebuah botol ke sebuah tabung reaksi untuk keperluan
suatu percobaan.
2. Gangguan Yang Berasal Dari Lingkungan
Lingkungan dimana siswa berada selama ia melakukan praktikum adalah
kawan-kawan sekelasnya dan ruangan fisik laboratorium lengkap dengan isinya,
kecelakaan yang berasal dari pihak diri kawan penyebabnya sama seperti dari diri
siswa sendiri. Penyebabnya karena kurangnya pengetahuan, sikap, dan kebiasaan
yang tidak tepat dan tidak dimilikinya keterampilan yang cukup. Gangguan yang
berasal dari fisik laboratorium dapat bermacam-macam bentuknya. Kebakaran
dapat disebabkan oleh bahan-bahan yang mudah terbakar, yang dapat berbentuk
padat, cair, dan gas. Pipa-pipa gas dari logam, karet atau plastik yang bocor, dsb.
2.3.2 Upaya Melalui Aspek Pendidikan
Kesalahan-kesalahan teknis siswa berhubung dengan kurangnya
pengetahuan mengenai cara-cara penggunaan peralatan dan mengenai sifat-sifat
bahan laboratorium, sikap dan kebiasaan yang ceroboh terhadap pekerjaan
7
laboratorium, dan tidak cukupnya keterampilan siswa terhadap pekerjaan
laboratorium merupakan gangguan yang berasal dari diri siswa. Sedangkan
gangguan-gangguan yang berasal dari lingkungan fisik laboratorium bentuknya
bermacam-macam. Pendidikan keselamatan kerja pada dasarnya bertujuan,
pertama, untuk mengusahakan terciptanya lingkungan yang aman bagi para siswa
dan staf pengajar. Khususnya didalam laboratorium dan kedua, untuk
meningkatkan sikap yang sehat terhadap perlunya keselamatan.
2.3.3 Beberapa peristiwa kecelakaan di laboratorium
Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :
1. Terpeleset , biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium.
Akibat : memar, fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahan : Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi,
tali sepatu longgar, hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah
dan licin) atau tidak rata konstruksinya. Menggunakan Lantai yang tidak licin.
2. Mengangkat beban. Dimana mengangkat beban merupakan pekerjaan yang
cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi.
Akibat : cedera pada punggung.
Pencegahan : Beban jangan terlalu berat , jangan berdiri terlalu jauh dari
beban, jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi
pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok, pakaian penggotong jangan
terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
3. Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan
yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi
bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah
terbakar dan panas.
Akibat : Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai
berat bahkan kematian. Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
8
Pencegahan : Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang
baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar, pengawasan terhadap
kemungkinan timbulnya kebakaran, sistem tanda kebakaran manual yang
memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera, sistem
tanda kebakaran otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda
secara otomatis, jalan untuk menyelamatkan diri Perlengkapan dan
penanggulangan kebakaran. Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang
benar dan aman.
4. Luka bakar kornea
Pada umumnya terjadi di laboratorium akibat ledakan bahan kimia asam atau
basa.
Akibat : Luka robek kelopak mata/bola mata
Pencegahan : memakai eye glass protection
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bekerja Dengan Bahan Kimia dan Instrument Kimia yang Aman
3.1.1 Bekerja dengan bahan-bahan kimia
1. Bekerja aman dengan bahan kimia
1) Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.
2) Hindari mengisap langsung uap bahan Kimia.
3) Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada perintah
khusus.
4) Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi
(pedih atau gatal).
2. Memindahkan bahan Kimia
9
1) Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari
kesalahan.
2) Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
3) Jangan menggunakan bahan Kimia secara berlebihan.
4) Jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk
mencegah kontaminasi.
3. Memindahkan bahan Kimia cair
1) Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus telapak
tangan memegang botol tersebut.
2) Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.
3) Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak
memercik.
4. Memindahkan bahan Kimia padat
1) Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan Kimia.
2) Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.
3) Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat
mengotori bahan tersebut.
5. Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi
1) Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.
2) Api pemanas hendaknya terletak pada bagiuan atas larutan.
3) Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
4) Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya
tidak melukai orang lain maupun diri sendiri.
6. Cara memanaskan larutan menggunakan gelas Kimia
1) Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia tersebut.
2) Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk
mencegah pemanasan mendadak.
3) Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air.
Maksimum seperampatnya.
10
3.1.2 Bekerja dengan instrument Kimia
Hampir semua eksperimen dengan bahan kimia dilakukan menggunakan
peralatan gelas. Gelas memiliki banyak keuntungan dalam eksperimen kimia.
Gelas tidak hanya bersifat non reaktif tetapi juga dapat menyajikan pengamatan
visual selama reaksi berlangsung. Tetapi gelas dapat mudah pecah dan hal ini
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Luka terpotong atau tergores dari
pecahan peralatan gelas merupakan salah satu luka yang sangat sering terjadi di
laboratorium. Peralatan tersusun dari bahan gelas dapat menyebabkan bahan
kimia yang berbahaya dan memungkinkan terjadinya kebakaran. Susunan
peralatan gelas harus dilakukan dengan mengikuti petunjuk kerja yang aman.
Penggunaan bagian peralatan yang tidak cocok harus dihindari seperti penggunaan
tipe gelas yang berbeda, sambungan peralatan gelas yang tidak sesuai, dan lain
sebagainya. Susunan peralatan gelas yang kompleks harus dibangun tanpa tekanan
mekanik yang dapat memungkinkan gelas pecah. Hal ini dapat dilakukan pada
tempat yang aman (yang terbaik adalah di lemari asam) dan aman dari gangguan.
Pada banyak kasus, peralatan yang menggunakan listrik umum digunakan
seperti pengaduk, pemanas, sentrifus dan lain-lain. Peralatan seperti ini harus
dalam kondisi teknis yang baik dan memenuhi spesifikasi keamanan untuk
dioperasikan dengan listrik. Hal ini harus diperikasa selama kisaran waktu tertentu
oleh teknisi yang ahli meliputi perbaikan kabel yang tersayat, sambungan,
konsleting dan lain-lain atau menggantinya jika terjadi kerusakan. Pemeriksaan
keamanan yang diperlukan untuk peralatan bersifat bergerak juga perlu dilakukan
setara dengan peralatan diam. Pompa dan pengaduk biasanya dioperasikan dengan
menggunakan motor listrik. Peralatan ini biasanya tidak dapat meledak.
3.2 Penanganan B3 serta Manajemen Limbah untuk Proteksi Lingkungan di
Laboratorium
Pencegahan polusi atau limbah berarti tidak menghasilkan buangan pada
tempat berlangsungnya eksperimen dengan cara mengurangi dari sumbernya.
11
Pengurangan limbah tersebut termasuk pada aktivitas recycling, mengurangi
jumlah bahan yang digunakan atau mengganti bahan berbahaya dengan bahan
lainnya yang tidak berbahaya.
1. Cara meminimalisir limbah/polusi di laboratorium
1) Pembelian bahan kimia/Purchasing Chemical
Untuk efektifitas pembelian bahan kimia disarankan seminimal mungkin
(bahan yang diperlukan saja) sehingga perlu perencanaan yang matang.
2) Pelaksanaan praktikum/eksperimen
Dalam pelaksanaan praktikum, hendaknya direncanakan secermat
mungkin agar tidak terjadi kesalahan sehingga memerlukan pengulangan
yang berkali-kali yang menyebabkan jumlah limbah yang dihasilkan lebih
banyak. Berikut cara mengurangi limbah pada saat praktikum yaitu :
a. Mengajar, melatih, dan mengefektifkan sumber dan prosedur
Mempelajari prosedur praktikum dengan teliti dan memahami
langkah-langkahnya dengan benar.
Mematikan lampu atau air pada saat tidak digunakan dan tidak
membiarkan alat elektrik berfungsi jika tidak digunakan.
Membuat kelompok saat melakukan praktikum.
b. Merancang eksperimen dengan meminimalkan limbah
Melakukan penimbangan bahan oleh asisten untuk mencegah
pemborosan bahan.
Menggunakan demonstrasi kalau mungkin dilakukan.
Menyediakan tempat khusus untuk bahan yang digunakan.
c. Mengurangi skala bahan kimia
yaitu dengan mengurangi jumlah zat yang digunakan menjadi setengah
atau sepertiganya.
d. Merancang praktikum dengan skala kecil
3.3 Penanganan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di laboratorium
Tujuan pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan adalah:
12
1. Mempertahankan korban agar tetap hidup
2. Membuat korban agar tetap stabil dan tidak lebih parah
3. Mengurangi rasa nyeri, tidak nyaman atau rasa cemas pada korban
a. Umum
Jika terjadi kecelakaan hendaklah seseorang:
1) Segera memberitahu bagian keamanan untuk segera mencari pertolongan;.
2) Menyiapkan beberapa informasi yang meliputi:
kondisi penderita
perincian penyebab kecelakaan
lokasi kecelakaan (nomor ruang dan nama gedung)
3) Melakukan pertolongan pertama prosedur emergency:
menjauhkan korban dari penyebab kecelakaan
mencari penyebab utama kecelakaan
memberikan pertolongan pertama dan
membawa korban ke rumah sakit.
Setiap laboratorium hendaklah mempunyai nama, nomor telepon dan
alamat dokter/rumah sakit yang dapat dipanggil setiap saat jika terdapat
keadaan darurat. Untuk membantu pekerjaan dokter/petugas medis, pada
korban yang dibawa ke rumah sakit berilah petunjuk tentang: nama, alamat
rumah dan kantor, jenis/bahan penyebab kecelakaan, serta penanganan yang
telah diberikan. Beberapa hal yang harus dilakukan pada keadaan gawat
adalah sebagai berikut.
1) Periksalah Airway, Breathing, dan Circulation (ABC) pada korban.
Airway (jalan nafas), pastikan bahwa jalan nafas koban tidak terhalang
oleh lidah atau benda lain.
Breathing (pernafasan), periksa pernafasaanya, kalau perlu berikan
pernafasan buatan (teknik mulut ke mulut atau CPR = Cardio
Pulmonary Resusciation).
Circulation (sirkulasi), periksalah nadi korban, bila denyut nadi tidak
terasa, lakukan teknik CPR.
13
2) Bertindaklah dengan cepat, karena waktu walaupun satu detik sangat
berarti dan berharga bagi korban.
3) Jangan mengangkat atau memindahkan korban yang luka pada leher atau
tulang belakang, kecuali dalam keadaan terpaksa.
4) Mintalah seseorang untuk memanggil ambulan atau dokter, sementara itu
lakukan pertolongan pertama.
5) Jangan menarik pakaian korban yang terkena luka bakar.
6) Bersikap tenang dan tenangkanlah korban.
7) Jangan memaksa memberi minuman atau obat pada korban yang
kesadarannya menurun atau tidak sadar.
8) Jangan membangunkan korban yang pingsan dengan menggoncang-
goncang badannya.
9) Buatlah laporan kejadian.
b. Luka karena bahan kimia
1) Luka pada kulit
Bersikap tenang dan tenangkan korban selama menunggu pertolongan
dokter. Cuci bagian tubuh yang terkena dengan air bersih dan hangat
minimal 15 menit.
Sebelum melakukan pertolongan, yakinlah bahwa lokasi aman untuk
anda.
Gunakan pakaian pelindung sebelum melakukan pertolongan.
Periksalah ABC korban, dan beri tindakan jika diperlukan.
Lepaskan hati-hati pakaian yang terkena bahan kimia, sepatu atau
perhiasan.
Tutup luka dengan bahan yang steril.
Jangan menetralkan luka dengan menambahkan bahan kimia lain.
Jangan jangan mengoleskan cairan atau lemak pada luka.
Jangan mengoleskan minyak, mentega atau natrium karbonat kecuali
untuk keracunan tertentu.
Jika kulit terkena asam hydrofluoric, cuci dengan air mengalir selama
5 menit. Gunakan 2.5 % kalsium glukonat gel, jika gel tersebut tidak
14
tersedia, lanjutkan pencucian selama 15 menit, keringkan dengan kain
lunak perlahan, agar tidak melukai bagian yang terkontaminasi. Segera
hubungi dokter setelah pencucian selesai dilakukan.
Jika kulit terkena phenol dengan konsentrasi lebih dari 10%, cuci
dengan air mengalir selama 15 menit atau sampai bagian yang terkena
fenol berubah warna dari putih menjadi pink. Oleskan larutan
polyetilen glukol dengan BM 400 jika ada. Segera hubungi dokter
untuk memastikan efek kecelakaan yang berlangsung.
2) Luka pada mata
Percikan bahan kimia pada mata dapat menimbulkan luka yang serius.
Sebelum melakukan pertolongan, yakin bahwa situasi aman untuk anda.
Jangan pindahkan korban, dan periksalah ABC-nya.
Cuci mata yang terkena bahan kimia dengan air suam-suam kuku
selama 15 menit. Bagian mata diusahakan terbuka pada saat pencucian.
Usahakan aliran air tidak masuk ke hidung agar kontaminan tidak
terhirup kembali ke tubuh. Lebih baik lagi jika menggunakan pencuci
mata.
Bantu korban agar menggerak-gerakkan bola matanya, sehingga mata
dapat dicuci dengan baik.
Jaga agar air cucian tidak mengkontaminasi mata yang tidak terluka.
Jika korban menggunakan contact lenses lepaskan segera. Jangan
memasukan kembali kontak lense yang terkontaminasi.
Jangan menetralkan luka dengan menambahkan bahan kimia lain.
Jangan pula menambahkan salep pada mata yang terluka.
Hubungan dokter segera jika masih dirasakan sakit atau tidak nyaman.
Jelaskan pada dokter zat apa yang digunakan dan bagaimana
kecelakaan tersebut terjadi.
3) Keracunan karena bahan kimia tertelan
Jangan membujuk korban agar muntah.
15
Jika korban sadar, beri 2 gelas air. Jika bahan kimianya korosif, beri 1
gelas air setiap 10 menit. Jangan menetralisir dengan cara
menambahkan bahan kimia lain.
Jika korban tidak sadar, jangan berikan sesuatu melalui mulut.
Lakukan CPR jika perlu.
Tenangkan korban sampai mendapatkan pertolongan medis.
Berilah minum air susu 2 sampai 4 gelas kecuali keracunan fosfor. Bila
korban pingsan, jangan memberikan sesuatu melalui mulut.
Upayakan supaya muntah dengan segera dengan memasukkan jari
telunjuk ke pangkal lidah yang digerak-gerakan atau dengan memberi
air garam hangat. Ulangi permuntahan sampai cairan jernih. Janganlah
diusahakan muntah bila korban tidak sadar.
Berilah antidote yang cocok dengan bahan racun yang tertelan, kalau
tidak diketahui berilah satu sendok antidote umum dalam segelas air
hangat. Bubuk antidote umum : 2 bagian arang aktif (roti yang kosong
atau norit ) 1 bagian magnesiumoksida (milk of magnesia) 1 bagian
asam tannat. Jangan memberikan zat tersebut tanpa petunjuk dokter
atau tenaga medis lainnya.
Apabila keracunan bahan seperti asam korosif yakni tertelan seperti
asetat, klorida, laktat, nitrat, fosfat, sulfat, dan beberapa asam-asam
lain) berikan bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia dan
diikuti putih telur yang dikocok dengan air. Jangan diberi karbonat
atau soda kue.
Tertelan bahan alkali seperti amonia, moniak, kalsium hidroksida,
soda abu maka berikan cairan asam asetat encer (1%), cuka encer 1:4,
asamsitrat 1%, atau air jeruk, lanjtkan dengan air susu atau putih telur.
Apabila tertelan garam arsen, usahakan pemuntahan dan diberikan
milk of magnesia.
Jika tertelan Logam seperti admium, timah, bismuth, dan logam lain
segera berikan antidote umum, susu atau putih telur.
4) Menghirup bahan kimia
16
Yakinlah bahwa anda sendiri aman sebelum melakukan pertolongan.
Gunakan pelindung pernafasan sebelum melakukan pertolongan jika
tempat kejadian di ruang tertutup, sempit dan bahan beracun dalam
konsentrasi tinggi.
Pindahkan korban ke tempat yang berudara segar.
Jika korban tidak bernafas, lakukan CPR sampai pertolongan medis
datang.
Jika korban bernafas, longgarkan pakaian dan perhatikan jalan
nafasnya.
Berikan dukungan agar korban tenang sampai mendapatkan
pertolongan.
c. Luka karena bahan biologis berbahaya
1) Cuci bagian luar dengan air sabun.
2) Tutup luka dengan pembalut luka (perban).
3) Jika korban mengalami perdarahan pada kaki/tangan, tekan dengan tangan
anda di atas perban. Jangan lakukan hal ini jika luka terdapat di kepala,
leher atau bagian tubuh yang lain.
4) Jika perdarahan berhenti dan perban berdarah, tambahkan perban dan
jangan menganti dengan yang baru. Jangan terlalu kencang dalam
mengikat dengan perban.
5) Jika lukanya kecil, keluarkan bahan yang menancap (jika ada) dengan
pinset steril, lalu tutup luka dengan perban steril.
6) Jagalah agar korban tidak sock atau pingsan.
7) Jaga korban hingga mendapat pertolongan.
d. Sengatan listrik
1) Jangan sentuh korban yang sedang terkena sengatan listrik.
2) Putuskan segera kontak antara korban dengan sumber listrik degan cara
paling cepat, tepat dan aman.
3) Jika tidak dapat, gunakan bahan yang tidak menghantar listrik untuk
memisahkan korban dari sumber listrik.
4) Jika korban mengalami luka, rawatlah seperti pada korban yang terluka.
17
5) Periksalah ABC-nya. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari
mulut ke mulut. Jika jantung berhenti, lakukan CPR.
e. Keracunan melalui saluran pernafasan
1) Tutup tabung yang berisi zat beracun tersebut, kemudian buka jendela atau
bagian lainnya yang memungkinkan sirkulasi udara bertambah dan udara
segar masuk ke laboratorium.
2) Jika timbul gejala, seperti pusing, hidung terasa panas dan teriritasi, atatu
gejala lainnya segera hubungi dokter, dan ceritakan dengan jelas bahan
kimia apa yang menyababkan gejala tersebut.
3) Cek MSDS untuk menentukan apakah pengaruh bahan kimia tersebut pada
kesehatan termasuk efek yang dapat muncul belakangan.
f. Penanggulangan Bahaya Kebakaran
1) Jangan panik.
2) Pakailah pemadam api yang biasanya terletak didinding dan bacalah aturan
penggunaannya.
3) Membuka ruangan dengan lebar agar sirkulasi udara berjalan lancar.
4) Dalam keadaan darurat kain yang tebal (karung, kain pel) yang dibasahi
dengan air dapat digunakan secepatnya untuk menyelubungi api.
5) Jika baju terkena api, lepas baju tersebut dan jatuhkan ke lantai dan
matikan api segera.
6) Jika api menyebar dengan cepat, aktifkan alarm tanda kebakaran untuk
menginformasikan pada penghuni sekitar.
7) Evakuasi, keluarkan semua orang yang sedang di laboratorium ke daerah
yang lebih aman.
8) Jangan memasuki gedung /laboratorium, sebelum dipastikan kondisinya
aman oleh petugas pemadam kebakaran atau polisi, serta jangan memasuki
gedung/laboratorium dengan alasan apapun.
18
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
Bekerja di laboratorium kimia harus mematuhi kaidah yang meliputi
kesehatan diri dan lingkungan untuk menghindari kecelakaan saat bekerja di
laboratorium harus memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Memahami secara benar prosedur kerja
2. Menghindari kesalahan-kesalahan teknis dengan mengetahui cara penggunaan
alat, sifat-sifat bahan dan sikap terhadap pekerjaan yang mengakibatkan
kecelakaan kerja.
3. Mengenakan personal protective equipment untuk melindungi diri dari
pemaparan zat kimia secara langsung.
Selain itu perlu diketahui bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan
dari kegiatan di laboratorium kimia, dimana hendaknya jumlanhnya diminimalisir
dengan cara antara lain:
1. Merancang praktikum dengan skala kecil
2. Pelaksanaan praktikum secara berkelompok
3. Memperhatikan cara kerja secara benar agar dapat mengurangi limbah B3
tersebut.
II. Saran
1. Maahasiswa hendaknya mengetahui sifat bahn yang digunakan dalam
praktikum sehingga dapat terhindar dari kecelakaan.
2. Peran kerja asisten praktikum dalam menyiapkan kegiatan praktikum harus
ditingkatkan begitu pula pengawasan saat pelaksanaan praktikum agar setiap
mahasiswa melakukan percobaan dengan benar terhadap membuat limbah
yang lebih banyak.
3. Fasilitas laboratorium kimia hendaknya di perbanyak agar kinerja praktikum
dapat berjalan aman.
19
4. Peserta praktikum hendanya memakai personal protective equipment saat
bekerja di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. School Chemistry Laboratory Safety Guide.Columbia:
DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES.
Anonim. 2010. Modul Pengelolaan Laboratorium. Banjarmasin: Direktorat
Tenaga Kependidikan-Dirjen PMPTK-Kemendiknas
Anonim. 2010. Pertologan Pertama pada kecelakaan pada laboratorium.
(Online, diakses pada tanggal 26 Oktober 2010). http://qualitycontrol-
07.blogspot.com/2010/05/pertolongan-pertama-pada-kecelakaan-di.html.
Anonim.____. Safety of Laboratory. (Online, diakses pada tanggal 26 Oktober
2010). http://chemistry.umeche.maine.edu/Safety/Protect.html
Iksan, Nerviadi Hidajat.____. Peraturan Keselamatan Laboratorium. (Online,
diakses pada tanggal 26 Oktober 2010). www.anneahira.com/peraturan-
keselamatan-kerja.html.
Tjokrodihardjo, Soeito. 1987. Organisasi dan Manajemen Laboratorium
Pendidikan IPA. Surabaya : University Press IKIP Surabaya.
20
LAMPIRAN I
I. Gambar
5. Personal Protective equipment
21
Gambar 1. Eye Protection
Gambar 2. Protective clothing
Gambar 3. Mask (Respiratory Protective )
22
Gambar 4. Face Shield (Pelindung muka)
Gambar 5. Sarung tangan dan beberapa jenis masker yang digunakan saat bekerja di laboratorium
Gambar 6. Personal Protective equipment
6. Salah satu akibat kecelakaan pada laboratorium
23
Gambar 7. Reaction shields
Gambar 8. Kacamata pelindung dan jas lab
Gambar 9. Luka Bakar pada kornea
LAMPIRAN II
III.Contoh Petunjuk Keselamatan Kerja di Laboratorium
1. Anda diharuskan berada di laboratorium pada waktu yang ditentukan. Jika
berhalangan karena sakit atau alasan-alasan lainmberitahukan hal itu
secepatnya mungkin kepada guru praktek.
2. Di dalam kegiatan praktikum Anda diharuskan memakai jas lab dan
dianjurkan memakai kacamata pula.
3. Sediakan sendiri dua potong kain penyeka /lap untuk membersihkan meja
praktek dan mengeringkan peralatan Anda.
4. Meja dan alat laboratorium anda harus di jaga agar tetap bersih.
5. Periksalah selalu apakah alat-alat inventaris anda masih lengkap sesuai
dengan waktu yang diterima. Jika terdapat kekurangan atau kelebihan itu
adalah tanggung jawab anda sendiri.
6. Alat-alat yang dipergunakan harus anda bersihkan sendiri, anda tidak
diperkenankan meminta bantuan orang lain.
7. Pelajarilah petunjuk praktikum lebih dahulu agar anda mengetahui apa yang
dikerjakan, mengapa dan bagaimana dikerjakan.
8. Anda hanya diperbolehkan melakukan percobaan yang ditugaskan oleh atau
sepengetahuan guru.
9. Berhematlah dengan gas dan air. Api yang sementara tidak dipergunakan
lagi nyalanya segera dikecilkan atau dimatikan saja.
10. Berhematlah dengan bahan-bahan laboratorium. Periksa etiket wadah
sebelum dan sesudah anda pergunakan. Jangan mengembalikan bahan kimia
yang tidak terpakai kedalam wadah lagi, tetapi buanglah di tempat sampah.
11. Jangan meletakkan penutup botol bahan pereaksi di atas meja kerja pada
waktu anda menuangkan isinya. Peganglah tutupnya dengan tangan dan
segera tutup kembali kepada botolnya setelah digunakan.
12. Jika anda menuangkan larutan dari sebuah botol aturlah sedemikian rupa
sehingga etiketnya yang dibuat dari kertas berada di bagian atas.
24
13. Jangan sekali-sekali anda menyentuh bahan kimia dengan tangan. Pakailah
sendok atau spatula.
14. Jangan mencoba mengecap bahan kimia. Anggaplah bahwa semua bahan
kimia itu beracun.
15. Jangan sekali-kali mendekatkan hidung anda pada mulut botol untuk
mengethui bau suatu bahan. Cukup kipaskan tangan anda di atas mulut botol
kearah hidung anda.
16. Kerjakanlah dalam lemari asam atau di udara terbuka di luar ruangan
praktek jika anda mendidihkan dan menguapkan larutan asam pekat,
ammonia dan bahan kimia yang mengeluarkan uap yang mengganggu
kesehatan. Lakukanlah hal seperti itu, jika anda bekerja dengan hidrogen
sulfida, dan gas lain yang berbahaya.
17. Padamkan nyala api yang ada didekat anda jika anda bekerja dengan bahan
kimia yang sudah menguap dan mudah terbakar.
18. Jangan meletakkan bahan-bahan yang panas diatas meja kerja, tetapi
letakkan diatas kawat kas pada bagian atas kaki tiga.
19. Alat-alat yang dibuat dari kaca, porselen, atau logam tampak wujud atau
bentuknya serupa dalam keadaan panas dan dingin. Tunggulah beberapa saat
dan jangan segera anda pegang alat-alat yang baru dipanaskan.
20. Jangan sekali-kali mengencerkan larutan asam sulfat pekat dengan
menambahkan air, tetapi tuangkan larutan asam sulfat itu sedikit demi
sedikit dan hati-hati ke dalam air sambil diaduk pelan-pelan.
21. Pada waktu memanaskan tabung reaksi yang berisi zat cair, janganlah mulut
tabung itu anda arahkan kepada diri atau teman. Tabung reaksi dengan
ukuran dengan ukuran 100×16 mm, yang dalam keadaan penuh dapat berisi
zat 12 mL, sering digunakan untuk menghemat bahan dan menghindari
kecelakaan, 2 mL larutan sudah cukup untuk percobaan sederhana.
22. Laporkan segera bila terjadi kecelakaan kepada guru biarpun kecelakaan itu
kecil.
23. Tulislah semua hasil pengamatan anda pada sebuah buku tulis. Jangan pada
sehelai kertas lepas. Buatlah catatan itu selekas mungkin, jangan ditunda
25
hingga usai praktikum . Susunlah kembali laporan praktikum pada buku tulis
dan jangan ditangguhkan pula.
24. Bersihkan cara pemadam api dan anda harus tahu dimana pemadam api
ditempatkan. Padamkanlah permulaan kebakaran dengan pasir yang tersedia
di dalam ember atau dengan menggunakan pemadam kebakaran.
25. Bersihkanlah alat-alat laboratorium dan simpanlah setelah selesai
dipergunakan.
IV. Contoh Prosedur Umum bekerja di Laboratorium
1. Mengetahui prosedur gawat darurat
2. Khusus untuk siswa, jangan melakukan pekerjaan praktikum/eksperimen di
laboratorium tanpa bimbingan supervisor/guru.
3. Setiap siswa harus melakukan eksperimen sesuai petunjuk guru.
4. Segera melaporkan semua kejadiann di luar prosedur eksperimen, seperti
menumpahkan zat, kecelakaan, atau kejadian berbahaya lainnya pada guru.
5. Jangan pernah meninggalakan eksperimen yang sedang berlangsung.
6. Harus berhati-hati pada saat bekerja dwengan peralatan kaca dan peralatan
laboratorium lainnya pada keadaan panas, walaupun alat terseebut terlihat
tidak ada bedanya dengan kondisi pada saat dingin.
7. Jangan mengarahkan tabung reaksi terbuka kearah sendiri maupun orang
lain selama proses reaksi dalam tabung tersebut berlangsung.
8. Jangan mengisi/mengambil zat cair menggunakan pipet dengan bantruan
mulut, tetapi selalu gunakan alat bantu yang tepat seperti a pipetting device
9. Pastikan tidak ada zat yang mudah terbakar di sekitar kita, ketika akan
menyalakan korek api/lampu spritus/Bunsen.
10. Jangan meninggalkan pembakar Bunsen dalam keadaan menyala bila tidak
dibawah pengawasan kita.
26