makalah penginderaan jauhx

32
I. PENDAHULUAN Penginderaan jauh dapat diserupakan dengan suatu proses membaca. Dengan menggunakan mata Anda bertindak sebagai alat pengindera (sensor) yang menerima cahaya yang dipantulkan dari halaman suatu buku. Data yang diterima oleh mata Anda berupa energi sesuai dengan jumlah cahaya yang dipantulkan dari bagian terang pada halaman buku tersebut. Data tersebut dianalisis atau ditafsir di dalam pikiran Anda agar dapat menerangkan bahwa bagian yang gelap pada halaman buku tesebut merupakan sekumpulan huruf-huruf yang menyusun kata-kata. Lebih dari itu, kata-kata tersebut menyusun kalimat-kalimat, dan Anda menafsir arti informasi yang terdapat pada kalimat- kalimat itu. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa definisi berikut ini yang dapat disimak. 1. Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990).

Upload: pemudabelati

Post on 24-Jun-2015

884 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Penginderaan Jauhx

I. PENDAHULUAN

Penginderaan jauh dapat diserupakan dengan suatu proses membaca. Dengan

menggunakan mata Anda bertindak sebagai alat pengindera (sensor) yang menerima

cahaya yang dipantulkan dari halaman suatu buku. Data yang diterima oleh mata Anda

berupa energi sesuai dengan jumlah cahaya yang dipantulkan dari bagian terang pada

halaman buku tersebut. Data tersebut dianalisis atau ditafsir di dalam pikiran Anda agar

dapat

menerangkan bahwa bagian yang gelap pada halaman buku tesebut merupakan

sekumpulan huruf-huruf

yang menyusun kata-kata. Lebih dari itu, kata-kata tersebut menyusun kalimat-kalimat,

dan Anda menafsir arti informasi yang terdapat pada kalimat-kalimat itu.

Untuk lebih jelasnya, ada beberapa definisi berikut ini yang dapat disimak.

1. Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang

objek,

daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan

menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang

akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990).

2. Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menemutunjukkan

(mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan

daerah kajian (Avery, 1985).

3. Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan

menganalisis informasi tentang bumi. Informasi itu berbentuk radiasi elektromagnetik

yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985).

Dari beberapa batasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penginderaan

jauh

merupakan upaya memperoleh informasi tentang objek dengan menggunakan

alat yang

disebut “sensor” (alat peraba), tanpa kontak langsung dengan objek.

Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penginderaan jauh merupakan upaya untuk

memperoleh data dari jarak jauh dengan menggunakan peralatan tertentu. Data yang

Page 2: Makalah Penginderaan Jauhx

diperoleh itu kemudian dianalisis dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Data yang diperoleh dari penginderaan jauh dapat berbentuk hasil dari variasi daya,

gelombang bunyi atau energi elektromagnetik. Sebagai contoh grafimeter memperoleh

data dari variasi daya tarik bumi (gravitasi), sonar pada sistem navigasi memperoleh

data dari gelombang bunyi dan mata kita memperoleh data dari energi elektromagnetik.

(Tentang tiga hal ini akan diuraikan lebih lanjut pada bagian lain).

Jadi penginderaan jauh merupakan pemantauan terhadap suatu objek dari jarak jauh

dengan tidak melakukan kontak langsung dengan objek tersebut.

Estes dan Simonett (1975) dalam Sutanto (1992) mengatakan bahwa interpretasi citra

merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk

mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Pengalaman sangat

menentukkan hasil interpretasi, karena persepsi pengenalan objek bagi orang-orang

yang berpengalaman biasanya lebih konstan atau dengan kata lain pengenalan objek

yang sama pada berbagai bentuk citra akan selalu sama. Misalkan pada citra A

dianggap sebuah pemukiman, maka pada citra B atau C pun tetap bisa dikenal sebagai

pemukiman walaupun agak sedikit berbeda dalam penampakannya.

Bila kita melihat suatu foto atau gambar, kadang kita sendiri bingung dan bahkan tidak

tau tentang objek-objek yang ada di dalam foto/gambar tersebut. Ada beberapa objek

yang dapat dikenali secara langsung tetapi ada sebagain objek yang malah tidak

dikenali. Proses pengenalan objek ini sangat tergantung dari pengalaman dan persepsi

dari orang yang melihat foto tersebut. Bagi yang sudah biasa, mungkin dapat secara

mudah mengidentikasi objek, tetapi bagi yang tidak berpengalaman, proses pengenalan

objek akan sangatlah sulit. Apabila sudah bisa mengenali objek tersebut dan sudah

bisa menyampaikan informasinya kepada orang lain maka kita sedang melakukan

proses interpretasi. Pekerjaan interpretasi bukan hanya dilakukan oleh para fotografer

tapi juga oleh orang-orang yang berada didisiplin ilmu penginderaan jauh, bahkan bagi

orang2 yg bergantung pada hasil penginderaan jauh, interpretasi merupakan langkah

awal yang sangat menentukkan bagi hasil pekerjaannya nanti.

Page 3: Makalah Penginderaan Jauhx

Ada tiga hal penting yang perlu dilakukan dalam proses interpretasi, yaitu deteksi,

identifikasi dan analisis. Deteksi citra merupakan pengamatan tentang adanya suatu

objek, misalkan pendeteksian objek disebuah daerah dekat perairan. Identifikasi atau

pengenalan merupakan upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan

menggunakan keterangan yang cukup, misalnya mengidentifikasikan suatu objek

berkotak2 sebagai tambak di sekitar perairan karena objek tersebut dekat dengan laut.

Sedangkan analisis merupakan pengklasifikasian berdasarkan proses induksi dan

deduksi, seperti penambahan informasi bahwa tambak tersebut adalah tambak udang

dan diklasifikasikan sebagai daerah pertambakan udang.

Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui pengenalan

objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi objek.

1. a. Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu

objek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk

mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat

pengindera (sensor).

Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak

dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil

rekaman dari foto udara atau satelit

b. Identifikasi.

Ada 3 (tiga) ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan ciri yang

terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut:

• Spektoral

Ciri spektoral ialah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga

elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.

• Spatial

Ciri spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran,

bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.

Page 4: Makalah Penginderaan Jauhx

• Temporal

Ciri temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman.

2. Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara menginterpretasi

dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju ke arah teorisasi

dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini,

interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya

sangat tergantung pada kemampuan penafsir citra.

Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi

secara manual dan interpretasi secara digital (Purwadhi, 2001). Interpretasi secara

manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada

pengenalan ciri/karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali

berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna,

tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti. Interpretasi secara digital adalah evaluasi

kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra

digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan

dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian citra secara digital, mempunyai tujuan

khusus untuk mengkategorikan secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi

spektral yang sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan pola

spasial dan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema

keruangan (spasial) tertentu.

II. Teknik Pengumpulan Data

Data dapat dikumpulkan dengan berbagai macam peralatan tergantung kepada objek

atau fenomena yang sedang diamati. Umumnya teknik-teknik penginderaan jarak jauh

memanfaatkan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh objek

yang diamati dalam frekuensi tertentu seperti inframerah, cahaya tampak, gelombang

mikro, dsb. Hal ini memungkinkan karena faktanya objek yang diamati (tumbuhan,

rumah, permukaan air, udara dll) memancarkan atau memantulkan radiasi dalam

Page 5: Makalah Penginderaan Jauhx

panjang gelombang dan intensitas yang berbeda-beda. Metode penginderaan jarak

jauh lainnya antara lain yaitu melalui gelombang suara, gravitasi atau medan magnet.

III. Pemodelan Hidrologi untuk Identifikasi Daerah Rawan Banjir di

Sebagian Wilayah Surakarta Menggunakan SIG (Sistem Informasi

Geografi)

Banjir di daerah Surakarta merupakan banjir yang jarang terjadi sebelumnya, banjir ini

disebabkan karena sungai bengawan solo tidak mampu menampung aliran langsung

permukaan sehingga terjadi luapan yang menggenangi wilayah disekitar sungai.

Penggunaan hidrologi modeling pada SIG (Sistem Informasi Geografis) dapat

digunakan sebagai pendeteksi dan identifikasi lokasi-lokasi yang rawan terhadap banjir.

Dengan mendasarkan pada tipologi wilayah dalam identifikasi aliran langsung

permukaan secara kualitatif serta grid spasial guna mengetahui arah aliran, akumulasi

aliran serta konsentrasi aliran. Wilayah yang teridentifikasi mempunyai akumulasi aliran

serta konsentrasi aliran tinggi yaitu meliputi kecamatan  Banjarsari, Jebres, Masaran,

Sragen, Sambungmacan, Tangen, dan Gesi. Wilayah di dalam DAS yang teridentifikasi

rawan terhadap banjir meliputi kecamatan Masaran, Sidoredjo, Plupuh dan Sebagian

daerah Jebres curah hujan harian maksimal sebesar 104-121 mm/hari.

Secara umum banjir merupakan suatu keluaran (output) dari hujan (input) yang

mengalami proses dalam sistem lahan yang berupa luapan air yang berlebih. Kejadian

atau fenomena alam berupa banjir yang terjadi ahir-akhir ini di Indonesia memberikan

dampak yang amat besar bagi korban baik dalam segi material maupun spiritual. Untuk

melakukan suatu mitigasi bencana banjir maka diperlukan suatu pemetaan daerah-

daerah yang rawan terhadap bahaya banjir.

Lahan merupakan sumberdaya penting yang memberikan informasi mengenai kondisi

lingkungan. Dari sudut pandang hidrologi informasi tersebut dapat digunakan untuk

teknik penyadapan mengenai karakteristik dan data sumberdaya air, seperti pemetaan

banjir, pemetaan batas-batas air permukaan serta zonasi-zonasi wilayah yang

mengalami pengendapan.

Page 6: Makalah Penginderaan Jauhx

Menurut Gunawan (1992) interpretasi hidrologi pada teknik penginderaan jauh

diarahkan untuk menduga hubungan/interaksi kenampakan bentang lahan (landscape

features) dengan proses-proses hidrologi. Penggunaan citra penginderaan jauh untuk

pemetaan hidrologi permukaan cukup didekati dengan mendasarkan pada elemen-

elemen lahan dan karakteristik citra.

Dengan menggunakan pendekatan kenampakan secara tiga dimensi (3D) karakteristik

wilayah dapat diketahui dengan jelas, yaitu adanya tenaga alam yang berperan dalam

pembentukan konfigurasi permukaan bumi (geomorfologi) sebagai indikasi atau

gamnbaran kejadian alam yang telah lalu hingga prediksi fenomena ataupun kejadian

yang akan datang.

Analisis SIG mengenai fenomena permukaan lahan dapat dimodelkan dalam kaitannya

untuk mencari lokasi-lokasi yang rawan terhadap banjir yaitu dengan mendasarkan

pada sifat-sifat air dipermukan lahan.

Sajian dalam SIG dapat berupa manipulasi data yang berupa spasial serta data yang

berupa atribut, serta mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan memodelkan

suatu 3D permukaan sebagai DEM (Digital Elevation Model ;, Model Digital

Ketinggian) ; DTM (Digital Terrain model : Model Digital Permukaan) atau TIN

(Triangular Irregular Network ; Jaringan Bersegitiga yang tidak beraturan). Berbagai

kepentingan yang berkaitan dengan sumberdaya air dapat dianalisa dan dimodelkan, 

misalnya seperti saluran air, konsentrasi aliran air, akumulasi aliran air, arah aliran air

permukaan, wilayah pengendapan, zonasi satuan Sub DAS (Daerah Aliran Sungai),

serta daerah dataran banjir.

Berdasarkan analisis flow direction, daerah yang mempunyai kemampuan dalam

menampung aliran air permukaan paling tinggi terdapat di Kabupaten Sragen, yaitu

sekitar daerah Sidoredjo, Plupuh dan Masaran. serta untuk Kota Surakarta di sebagian

wilayah Banjarsari Sehingga dapat dimungkinkan terjadi banjir yang berupa banjir

luapan akibat akumulasi serta konsentrasi aliran pada tipologi lahan yang rendah dan

datar.

Page 7: Makalah Penginderaan Jauhx

Selain akumulasi dan konsentrasi aliran pada sistem sungai yang mengakibatkan

luapan, adalah adanya cekungan-cekungan permukaan dapat digunakan sebagai

identifikasi arah larian dari luapan air yang mengakibatkan adanya banjir genangan

ada wilayah-wilayah tertentu.

IV. Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh untuk Mengkaji Pengaruh

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Debit Puncak di DAS Kreo

Semarang

Alih fungsi penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi akan

cenderung meningkatkan nilai koefisien aliran permukaan yang akan berpengaruh

terhadap debit puncak. DAS Kreo merupakan DAS yang berada  di daerah Semarang

yang telah mengalami perubahan penggunaan

lahan. Tujuan dalam penelitian ini adalah menguji

kemampuan dan ketelitian teknik penginderaan jauh

untuk penyadapan data mengenai karakteristik fisik

dan morfometri DAS guna estimasi debit puncak

serta mengevaluasi pengaruh perubahan

penggunaan lahan terhadap debit puncak dengan

menggunakan metode rasional. Data pokok yang

digunakan antara lain foto udara pankromatik H/P skala 1:25.000 tahun 1992, foto

udara pankromatik H/P skala 1:10.000 tahun 1999, data tinggi muka air pos Kalipancur,

tabel debit sungai, data debit sungai maksimum dan debit minimum, data intensitas

hujan, data hujan dan peta-peta bantu lainnya seperti peta tanah, peta RBI, peta

geologi.

Pengolahan dilakukan berbasis komputer dengan menggunakan SoftWare pemetaan

Arc view. Dalam melakukan estimasi nilai debit puncak digunakan rumus rasional.

Parameter-parameter yang dipertimbangkan dalam rumus tersebut antara lain koefisien

aliran, intensitas hujan dan luas DAS. Koefisien aliran menggunakan Metode Bransby

dan William yang meliputi intensitas hujan, lereng, kerapatan aliran, penggunaan lahan,

infiltrasi tanah. Dalam mengkaji pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap debit

Page 8: Makalah Penginderaan Jauhx

puncak maka dilakukan analisis mengenai perubahan luasan lahan yang signifikan

yang dapat mempengaruhi volume air larian serta digunakan hidrograf dan

perbandingan nilai debit maksimum dengan nilai debit minimum.

Foto udara merupakan salah satu jenis citra penginderaan jauh yang paling tua

perkembangannya dan paling banyak digunakan sampai saat ini. Hal ini dikarenakan

foto udara mempunyai beberapa kelebihan dibanding dengan jenis citra lainnya, yaitu

caranya yang sederhana, relatif murah, resolusi spasial baik dan integritas geometrinya

baik, dan yang sangat menguntungkan adalah kerana foto udara menggambarkan ujud

dan letak obyek yang mirip ujud dan letaknya dipermukaan bumi, serta meliputi daerah

yang luas dan permanen (Sutanto, 1986).

Salah satu metode yang digunakan dalam menentukan nilai debit puncak yang

berdasarkan pada faktor-faktor karakteristik fisik lahan dikenal dengan metode rasional.

Dalam metode rasional variabel-variabelnya adalah koefisien aliran, intensitas hujan

dan luas DAS. Rumus umum yang digunakan untuk menghitung besarnya debit puncak

dengan rumus rasional adalah sebagai berikut :

Qp = 0,278 CIA……………………………………………..(1)

(Sumber : Chow, V, T. 1964)

dimana :

Qp = Debit puncak rancangan (m3/det)

I     = Intensitas (mm/jam)

C   = Koefisien aliran (tanpa dimensi)

A   = Luas DAS (km2)

Sebagai pembanding nilai koefisien aliran permukaan melalui foto udara maka

digunakan data hidrograf aliran untuk mendapatkan nilai koefisien terukur. Hidrograf

Page 9: Makalah Penginderaan Jauhx

aliran yang digunakan merupakan hidrograf aliran yang mempunyai curah hujan merata

dalam DAS. Pada analisa hidrograf tanggal 12 April 1992 didapatkan nilai koefisien

aliran permukaan terukur sebesar 34.34 % dan pada tanggal 5 januari 1999 didapatkan

nilai koefisien aliran permukaan terukur sebesar 54.2 %.

DAS Kreo mempunyai luasan 80, 66 km2, dari hasil perhitungan debit puncak melalui

foto udara dengan menggunakan metode rasional pada tahun 1992 maka didapat nilai

sebesar sebesar 284.88 m3/detik dengan intensitas hujan sebesar 29.6 mm/jam yang

terjadi pada tanggal 12 April 1992 sedangkan nilai debit puncak melalui foto udara

tahun 1999 sebesar  368.71 m3/detik yang diakibatkan oleh intensitas hujan sebesar

33.40 mm/jam yang terjadi pada tanggal 9 Januari 1999.

Pada analisis hidrograf yang dilakukan menggunakan data TMA pada saat terjadi

puncak banjir dan intensitas hujan dengan curah hujan merata di seluruh DAS pada 

saat waktu konsentrasi. Data perhitungan nilai debit puncak terukur tahun 1992 dengan

menggunakan metode rasional yaitu sebesar 228.7 m3/detik. Sedangkan pada tahun

1999 debit puncak terukur menggunakan metode rasional sebesar 314.6 m3/detik. Nilai

debit puncak terjadi peningkatan dari tahun 1992 sampai tahun 1999 sebesar 85.9

m3/detik.

V. Penggunaan Sistem Informasi Geografi untuk Pendeteksian

Konsentrasi Aliran Permukaan di DAS Citarum Hulu

Analisa Konsentrasi aliran dalam suatu sistem sungai sangat penting diketahui untuk

mendeteksi penyebab banjir. Disamping itu tingkat kerapatan drainase, pola drainase

dan bentuk DAS juga merupakan faktor yang penting pula dalam mempengaruhi

hidrograf aliran, cepat atau lambatnya jumlah aliran air dari permukaan lahan untuk

dibawa kealur sungai, selain itu dapat digunakan untuk mengetahui kondisi daerah

mudah kering atau mudah mengalami penggenangan.

Dengan menggunakan pemodelan SIG penyebab terjadinya diharapkan dapat

dianalisis secara lebih jelas.  Secara keruangaan terdapat unsur-unsur terkait yang

Page 10: Makalah Penginderaan Jauhx

merupakan respon dari hujan pada suatu zona topografi. Unsur tersebut seperti

misalnya aliran runoff, erosi tanah, penumpukan sedimen yang semuanya sangat

dipengaruhi oleh penggunaan lahan yang ada dalam kawasan. Bandung merupakan

kota yang masuk dalam lingkup Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang mermuara di

laut utara Jawa,. Pemukiman-pemukiman yang memadati kawasan tersebut

mempengaruhi optimalisasi fungsi DAS sehingga akan dapat menimbulkan dampak

yang merugikan bagi wilayah tersebut. Berdasarkan kajian hidrologi bentuk dari DAS

citarum hulu ini memberikan suatu gambaran yang seperti cekung, mempunyai tingkat

kelerengan yang tinggi di hulu serta kanan-kiri sungai, sehingga aliran permukaan yang

terjadi sangat cepat untuk masuk dalam sungai.Sebaran hujan yang merata di hampir

seluruh DAS mempengaruhi laju dan akumulasi aliran air permukaan. Berdasarkan dari

hasil analisa pemodelan SIG daerah Bojongsoang merupakan tempat terjadinya

akumulasi aliran sehingga daerah ini merupakan langganan banjir.

Dengan menggunakan pendekatan kenampakan secara 3 dimensional karakteristik

wilayah dapat diketahui dengan jelas, adanya tenaga alam yang berperan dalam

pembentukan konfigurasi permukaan bumi (geomorfologi) merupakan indikasi yang

menggambarkan kejadian alam yang telah lalu sehingga fenomena ataupun kejadian

yang akan terjadi dapat diprediksi.

VI. Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan

Secara Umum Pulau Jawa

Banjir merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi di Pulau Jawa. Pendekatan

kakarteristik fisik adalah potensi kawasan yang dapat digunakan dalam pemetaan

bencana banjir. Parameter yang digunakan dalam pemetaan bencana banjir adalah

bentuklahan (geomorfologi), tipe batuan induk, jenis tanah, kemiringan lereng, dan

hujan sebagai input utamanya. Banjir merupakan salah satu keluaran dari proses alam

yang disebabkan oleh adanya input berupa hujan. Hujan merupakan faktor utama yang

mengakibatkan banjir. Penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat

menumpangsusunkan berbagai parameter yang mengakibatkan banjir.

Page 11: Makalah Penginderaan Jauhx

Indonesia Negara agraris yang mempunyai dua jenis musim, yaitu musim penghujan

dan musim kemarau. Kedua musim tersebut memberikan gambaran bahwa di

Indonesia terdapat keseimbangan musim yang saling berinteraksi. Waktu musim yang

terjadi pada dasarnya sama dalam pembagiannya. Pada saaat terjadi musim penghujan

air-air akan mengisi cekungan-ekungan tanah, tertahan dalam tumbuhan-tumbuhan

serta tertampung dalam tanah. Sehingga pada musim kemarau simpanan air yang

tertampung dalam tanah dapat digunakan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Dalam pembuatan peta kerawanan banjir tersebut merupakan rangkaian dari tumpang

susun dari kelima parameter pemicu terjadinya banjir, dari kelima faktor tersebut

peranan yang cukup besar adalah pada tingkat curah hujan yang ada. Untuk

menghasilkan daerah yang rawan terhadap banjir merupakan daerah dengan kondisi

bentuklahan yang merupakan dataran banjir dengan kemiringan lereng rendah, curah

hujan yang tinggi serta kemampuan tanah dan batuan dalam meloloskan air ke dalam

bawah permukaan sangat kecil.

Peta kerawanan tersebut tingkat daerah yang paling rawan terhadap banjir adalah

sebagian wilayah Jakarta, jawa tengah pesisir selatan, banten, semarang sampai

dengan jepara, Surabaya dan sekitarnya serta sebagian daerah pasuruan dan

probolinggo. Secara umum pulau jawa merupakan wilayah yang berpotensi terhadap

banjir. Hasil dari pemetaan rawan banjir tersebut akan lebih detil dan baik apabila

ditambahkan parameter-parameter lainnya seperti kerapatan aliran, karakteristik

sungai, penggunaan lahan yang ada, serta penambahan analisa hujan.

VII. Pemetaan Erosi DAS Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi

Kerusakan DAS sering dipicu oleh perubahan tata guna lahan akibat naiknya tingkat

kebutuhan hidup manusia serta lemahnya penegakan hukum.  Penggunaan lahan

merupakan bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidupnya, baik materiil maupun spiritual.   Perkembangan bentuklahan

ditentukan oleh proses pelapukan dan perkembangan tanah, erosi, gerakan massa

Page 12: Makalah Penginderaan Jauhx

tanah, banjir, sedimentasi, abrasi marin, oleh agensia iklim., gelombang laut, gravitasi

bumi, dan biologi termasuk manusia.  Perubahan bentuk lahan berpengaruh terhadap

kondisi tanah, tata air (hidrologi), potensi bahan tambang, potensi bencana seperti

banjir, erosi, dan longsor lahan, vegetasi, dan kegiatan manusia dalam bidang

pertanian, permukiman, kerekayasaan, industri, rekreasi, dan pertambangan. Secara

garis besar, penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu

penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.  Penggunaan

lahan pertanian dibedakan  ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas

penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan  atau yang terdapat di

atas lahan tersebut.

Analisis tingkat bahaya erosi dilakukan dengan cara memperkirakan (memprediksi) laju

erosi tanah pada satuan-satuan lahan. Sedangkan untuk menghitung laju erosi tanah

digunakan pendekatan persamaan “Universal Soil Loss Equation” (USLE) yang

dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) sebagai berikut:

A = RKLSCP ……………………………………………………………………..(2)

dimana :

A         = jumlah tanah yang hilang (ton/ha/tahun)

R          = erosivitas hujan tahunan rata-rata (mm/jam)

K         = ndeks Erodibilitas Tanah

LS        = Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng

C         = Pengelolaan Tanaman

Erosivitas Hujan merupakan kemampuan hujan untuk mengerosi tanah. Semakin tinggi

nilai erosivitas hujan suatu daerah, semakin besar pula kemungkinan erosi yang terjadi

pada daerah tersebut. Erodibilitas merupakan suatu ketahanan dari tanah yang yang

menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-

Page 13: Makalah Penginderaan Jauhx

partikel tanah oleh adanya energi kinetik air hujan dan ditentukan oleh sifat fisik dan

kimia tanah. Pada pembuatan peta indek panjang dan kemiringan lereng, panjang

lereng dapat diabaikan dan yang berpengaruh hanya kemiringan lereng (kemiringan

lereng berpengaruh 3x panjang lereng terhadap erosi) didasarkan pada satuan

topografi pada wilayah penelitian. Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi

adalah (1) melalui fungsi melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, (2)

menurunkan kecepatan air larian, (3) menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya

dan (4) mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air (chay

asdak, 1995: 452).

Konsentrasi kemudahan penggunaan lahan untuk ter-erosi penyebarannya bayak

terdapat disebelah barat dan tengah pada DAS Lukulo Hulu yang sebagian besar

berupa tanah ladang dengan tanama pertanian yang berupa biji-bijian. Secara

kerapatan tajuk tanaman ini merupakan tanama dengan kerapatan jarang, bertekstur

kasar, kemampuan tanaman dalam stroughfall dan streamfall sangat kecil, sehingga

penggerusan permukaan tanah terhadap aliran air permukaan besar.

Wilayah yang mempunyai kriteria erosi sangat ringan seluas 13787.088 hektar

(51,77%) dengan jumlah erosi kurang dari 15 ton/ha/tahun banyak ditemukan di formasi

karangsambung, di daerah basalt, dan gabro. Formasi karangsambung merupakan

suatu formasi dengan tanah berupa lempung sehingga air susah untuk permeabilitas.

Kriteria erosi ringan yang ada di DAS Lukulo Hulu seluas 6076.038 hektar (22,82%)

dengan jumlah erosi 15 sampai 60 ton/ha/tahun banyak ditemukan di daerah formasi

waturanda, formasi peniron, daerah sekis dan filit, dan anggota batu gamping formasi

napal. Kriteria erosi sedang mempunyai luasan sebesar 3804.078 hektar (14,28%)

dengan jumlah erosi 60 sampai 180 ton/ha/tahun dan penyebarannya di sebelah barat

dan timur pada DAS Lukulo Hulu. Kriteria erosi berat mempunyai luasan sebesar

1564.231 hektar (5,87%) dengan jumlah erosi 180 sampai 480 ton/ha/tahun dan erosi

sangat berat seluas 1399.518 hektar dengan jumlah erosi lebih dari 480 ton/ha/tahun

(5,26%).

Page 14: Makalah Penginderaan Jauhx

VIII. Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi

Geografis untuk Identifikasi Potensi Kekeringan

Kekeringan secara umum bisa didefinisikan sebagai pengurangan pesediaan air atau

kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau volume

yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Kekeringan paling sering dihubungkan

dengan curah hujan yang rendah atau iklim semi kering, sementara kekeringan juga

terjadi pada daerah-daerah dengan jumlah curah hujan yang biasanya besar.

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berada di

bagian selatan. Penggunaan lahan yang berupa lahan pertanian di Kabupaten

Kebumen lebih dari 50% dari total jenis penggunaan lahannya, masyarakat secara

umum masih banyak yang menggantungkan mata pencahariannya terhadap lahan

pertanian. Tahun 2008 Sedikitnya 26 desa yang tersebar di Kabupaten Kebumen

dilanda kekeringan, masyarakat kesulitan air bersih dan air irigasi menyusul

menurunnya debit sumber air dan Sungai Luk Ulo, Kalibanda, dan Telomoyo hal

tersebut mengakibatkan sekitar 2000 hektar lahan pertanian mengalami kekeringan dan

gagal panen.

Penggunaan data penginderaan jauh dan SIG dapat digunakan untuk mengidentifikasi

potensi daerah yang rawan kekeringan. Menggunakan transformasi mengenai indeks

kecerahan, indeks kebasahan serta indeks vegetasi dapat mengetahui kondisi

permukaan dalam hubunganya dengan kekeringan, parameter lain seperti kondisi

akuifer, curah hujan serta jenis penggunaan lahan pertanian kering faktor penentu

dalam mengidentifikasi kekeringan. Hasil dari penelitian ini mengidentifikasikan bahwa

sebagian Kecamatan di Kabupaten Kebumen yang meliputi Karanggayam,

Karangsambung, Sadang, Alian, Puring, Klirong, Buluspesantren, Ambal dan Mirit

terdeteksi memeliki potensi kekeringan.

Metode yang digunakan dalam memperoleh hasil adalah menumpangsusunkan

parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kekeringan dengan menggunakan

SIG, sebagai bahan data primer digunakan data citra satelit Landsat TM (thematic

mapper). Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain peta digital

Page 15: Makalah Penginderaan Jauhx

Kabupeten Kebumen, Citra Landsat TM path/row 120/065, data curah hujan, data

geohidrologi, seperangkat alat komputer lengkap dengan program pemetaan data

vektor dan pemroses citra digital. Parameter-parameter yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi bentuklahan, geohidrologi, curah hujan, serta penggunaan lahan

yang berupa lahan pertanian kering. Data-data tersebut di dapat dari bahan data primer

berupa citra landsat TM, data sekunder dari penelitian sebelumnya, serta data hasil

ceking lapangan.

IX. Analisis Sedimentasi dengan Inderaja

Sedimentasi atau pelumpuran di perairan pesisir sebagian besar berasal dari bahan

sedimen. Peningkatan buangan sedimen ke dalam perairan pesisir disebabkan oleh

semakin tingginya laju erosi tanah karena pengelolaan lahan atas yang tidak

mengindahkan asas konservasi lahan dan lingkungan seperti penebangan hutan atau

pengolahan pertanian pada lahan dengan kemiringan > 40 %. Sedimentasi dapat

meningkatkan kekeruhan air yang berdampak negatif pada kelestarian ekosistem alami

dan biota perairan sehingga menyebabkan tidak optimalnya nilai ekologi dan ekonomis

kawasan pesisir (Beatly, et.al., 1994).

Pencemaran laut dan pesisir didefinisikan sebagai perubahan sifat fisik, kimia, dan

biologis lingkungan perairan yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung

oleh limbah kegiatan manusia dengan bahan polutan yang dapat membahayakan

kehidupan biota, sumber daya, kesehatan manusia, dan nilai guna ekosistem. Sumber

pencemaran dibedakan menjadi point pollution yaitu sumber polutan diketahui

lokasinya, misalnya pipa pembuangan limbah pabrik yang bermuara di sungai, dan non

point pollution yaitu sumber polutan berupa suatu luasan sehingga sulit dikontrol karena

tidak diketahui pasti titik tempat polutan berasal, hal ini berkaitan dengan pola

penggunaan lahan, serta kondisi dan respon landscape terhadap pergerakan air

permukaan.

Terjadinya pencemaran perairan pesisir dapat dilihat dari elemen penentu kualitas air

yaitu parameter fisik, kimia, dan biologi. Dalam konteks penginderaan jauh (inderaja)

Page 16: Makalah Penginderaan Jauhx

paramater yang dikaji hanya parameter yang dapat mempengaruhi nilai spektral citra

yaitu salinitas, kekeruhan, temperatur permukaan, suspended sedimen, dan

konsentrasi klorofil. Dari hasil studi sebelumnya menunjukkan bahwa salinitas akan sulit

dideteksi karena hampir tidak ada perbedaan pantulan antara air tawar dengan air asin,

sedangkan ukuran kekeruhan juga menujukkan besarnya suspended sedimen yang

terkait dengan proses sedimentasi (Khorram, 1985).

Dasar penentuan tercemar atau tidaknya perairan pesisir berdasarkan Kep.Men. KLH

No.02 tahun1988 tentang baku mutu perairan secara nasional. Baku mutu perairan

merupakan ukuran batas daya asimilasi dan kapasitas lingkungan perairan untuk

mengakomodasi suatu jumlah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya

kerusakan lingkungan yang tidak dapat ditolerir (Dahuri, et.al., 1996).

Baku mutu digunakan sebagai strategi monitoring dan pengendalian sumber

pencemaran perairan melalui penetapan standar emisi pada tiap jenis aktivitas.

Penetapan bentuk pemanfaatan ruang kawasan pesisir seharusnya dilakukan

berdasarkan penilaian terhadap kapasitas asimilasi perairannya. Pemanfaatan potensi

daratan kawasan pesisir untuk berbagai sektor perekonomian memberikan andil

terintroduksinya material ke dalam lingkungan perairan, yang menyebabkan kualitasnya

menurun sampai tingkat tertentu sehingga fungsi perairan menjadi berkurang atau

bahkan tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

X. GPS untuk Mengukur Muka Laut

Pemanfaatan teknologi Global Positioning System (GPS) untuk mengukur tinggi muka

laut, dinilai memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan teknologi lainnya. Sejumlah

cara digunakan untuk mengukur tinggi muka laut. Di antaranya dengan memanfaatkan

satelit altimetri. Namun, altimetri ternyata memiliki resolusi rendah sebab pengukuran

dilakukan secara global. Apalagi jika telah mendekati pantai maka ketelitiannya

semakin berkurang.

Selain itu, pengukuran melalui stasiun pasang surut yang dilengkapi sumur atau pipa

yang terhubung ke laut. Pasang surut air dapat terukur melalui sensor yang ada di

Page 17: Makalah Penginderaan Jauhx

dalam stasiun tersebut. Teknik ini memiliki keterbatasan karena hanya mampu

melakukan pengukuran di sekitar lokasi pasang surut saja.

Jika pengukuran tinggi muka laut di lokasi yang agak jauh dari pantai maka

ketelitiannya akan berkurang. Pasalnya kita harus membuat pemodelan lagi,

sedangkan seperti kita ketahui selama ini, pengkuran pasang surut air sifatnya time

dependent dan spatial dependent. Melalui penggunaan teknologi Global Positioning

System (GPS) ini, keterbatasan dari kedua teknik pengukuran dapat tertutupi. Ini

Karena GPS mampu mengukur baik di daerah pantai maupun di bagian laut yang

bergelombang sekalipun.

Meski demikian, isu yang paling penting sekarang adalah pembangunan infrastruktur

database yang lebih baik. Sebab, selama ini di Indonesia, infrastruktur tak terbangun

dengan baik. Pembangunan infrastruktur yang lebih baik akan memberikan referensi

untuk mengetahui tinggi muka laut lebih baik pula. Selama ini memang ada stasiun

pasang surut yang berada di sejumlah wilayah tetapi setiap tempat itu memiliki karakter

pasang surut yang berbeda.

Di samping itu, teknologi GPS memungkinkan untuk mencegah kerugian negara dalam

menentukan batas wilayah. Perbatasan wilayah laut suatu negara biasanya ditentukan

dengan menghitung garis pantai, berdasarkan air pasang yang paling tinggi atau

keadaan air yang paling surut, melalui stasiun pasang surut.

Padahal, stasiun tersebut kerap memiliki karakter yang berbeda-beda di setiap wilayah.

Akibatnya hasil pengukuran pun berbeda. Ttak heran jika banyak nelayan dari negara

asing yang dengan tenangnya mengeruk kekayaan laut kita, seakan dianggap wilayah

laut negaranya.

XI. Aplikasi Penginderaan Jauh bagi Para Nelayan

Kebanyakan ikan sasaran tangkap yang dapat ditangkap dengan menggunakan alat

bantu penginderaan jarak jauh (INDERAJA), adalah jenis ikan yang banyak dipengaruhi

oleh kondisi cuaca dan tiap musimnya sering didapati di kawasan laut yang temperatur

Page 18: Makalah Penginderaan Jauhx

permukaannya bervariasi. Untuk menemukan lokasi ikan ini, para nelayan biasanya

memanfaatkan termometer dan mengamati warna air laut kalau-kalau terdapat tanda

plankton yang menjadi bahan makanan ikan. Cara ini membuat tak jarang para nelayan

harus menghabiskan waktu dan biaya untuk menjelajah lautan yang biayanya cukup

tinggi. Kalau dihitung-hitung, rata-rata sekitar 20 – 50 % biaya penangkapan

dialokasikan untuk kepentingan pencarian tadi.

Teknologi penginderaan jarak jauh (INDERAJA) untuk kegiatan perikanan tangkap,

sebenarnya telah banyak diterapkan di berbagai negara. Meskipun harus mengeluarkan

biaya tambahan, teknologi tersebut telah dapat membantu nelayan dalam

meningkatkan hasil tangkapan. Kebanyakan ikan sasaran tangkap yang dapat

ditangkap dengan menggunakan alat bantu penginderaan jarak jauh, adalah jenis ikan

yang banyak dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan tiap musimnya sering didapati di

kawasan laut yang temperatur permukaannya bervariasi.

Sebenarnya, untuk menemukan lokasi ikan ini, para nelayan biasanya memanfaatkan

termometer dan mengamati warna air laut kalau-kalau terdapat tanda plankton yang

menjadi bahan makanan ikan. Cara ini membuat tak jarang para nelayan harus

menghabiskan waktu dan biaya untuk menjelajah lautan. Artinya, mereka juga harus

menyiapkan banyak bahan bakar untuk kapal penangkap ikan yang biayanya cukup

tinggi. Kalau dihitung-hitung, rata-rata sekitar 20 – 50 % biaya penangkapan

dialokasikan untuk kepentingan pencarian tadi.

Sebagai solusinya, para nelayan khususnya nelayan-melayan tradisional di Indonesia

sudah harus mengenal peranan penginderaan jarak jauh (INDERAJA) bagi kegiatan

usaha penangkapan ikan.

Nelayan-nelayan tradisional di Indonesia sudah harus mulai diperkenalkan dengan

istilah Sea Surface Temperature (SST), yang dibuat berdasarkan kumpulan gambar –

gambar dari satelit penginderaan jarak jauh NOAA-H milik Amerika Serikat. Gamber

satelit ini nantinya bisa menentukan temperatur permukaan laut dan kemungkinan

lokasi keberadaan ikan. Diharapkan pengenalan peta tadi telah membuka pengetahuan

Page 19: Makalah Penginderaan Jauhx

nelayan tradisional di Indonesia terhadap pentingnya keberadaan antara suatu jenis

ikan tertentu dengan suhu permukaan laut.

Untuk meningkatkan kemampuan para nelayan didalam mengefisienkan kegiatan

penangkapan ikan, seyogyanya dilatih dulu pengetahuan mengenai oceanografi

perikanan, tingkah laku ikan dan cara navigasi yang lebih tepat. Aneka informasi

penting bagi nelayan juga mutlak diberikan, antara lain artikel tentang peralatan terbaru,

peraturan penangkapan ikan di laut lepas pantai, data statistik penangkapan ikan, dan

peta–peta satelit serta instruksi penggunaanya.

Penggunanan peta SST juga diharapkan mampu meningkatkan kawasan perikanan

yang dikelola para nelayan. Diharapkan pada gilirannya dengan pemakaian teknologi

penginderaan jarak jauh, usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan

tradisionil mampu melampaui pasar lokal, dan berkembang menjadi industri berorientasi

ekspor yang nilai ekonomisnya lebih tinggi. Alangkah baiknya kalau teknologi

penginderaan jarak jauh (INDERAJA) tersebut tidak hanya diperkenalkan, namun dapat

diterapkan oleh nelayan tradisionil di Indonesia, mengingat luasnya kawasan laut yang

dimiliki oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia, tentunya memiliki potensi tangkapan

ikan juga akan semakin besar.

XII. Penutup

Inderaja diintegrasikan dengan SIG akan membentuk data base yang dapat digunakan

untuk keperluan penyususunan rencana tata ruang wilayah pesisir, Amdal maupun

untuk memonitor perubahan fisik dari pantai,air laut, mangrove maupun terumbu

karang. Dengan menggunakan citra  SPOT yang mempunyai resolusi tinggi, nilai aset

fisik  sumber daya alam maupun buatan dapat diukur. Secara singkat teknologi Inderaja

bila digunakan secara tepat akan meningkatkan efisiensi (data digunakan oleh semua

sektor yang ingin mengembangkan wilayah pesisir dan lautan, perhubungan,

parawisata, pemukiman dan konservasi), keadilan sosial terwujud (hak-hak masyarakat

terpenuhi, akses informasi untuk semua sama), dengan begitu ekosistem akan lestari.

Pada penyususunan tata ruang dimana diperlukan masukan dari masyarakat,data

Page 20: Makalah Penginderaan Jauhx

Inderaja dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan potensi dan masalah wilayah yang

akan direncanakan kepada masyarakat.

XIII. Kesimpulan

Penginderaan jauh dapat diartikan sebagai ilmu atau teknik untuk mendapatkan

informasi tentang objek, wilayah atau gejala dengan cara menganalisis data-data yang

diperoleh dari suatu alat, tanpak kontak langsung dengan objek, wilayah atau gejala

tersebut.

Perlengkapan yang diperlukan dalam proses penginderaan jauh antara lain:

a. Sumber energi, terdiri dari sumber energi alamiah (matahari) dan sumber energy

buatan.

b. Sensor atau alat pengindera, terdiri dari sensor fotografi (kamera) dan sensor 

elektronik.

c. Wahana atau kendaraan yang digunakan, yaitu pesawat udara atau satelit maupun

radar.

Produk penginderaan jauh adalah citra, yaitu gambaran yang tampak dari suatu objek

yang sedang diamati sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau atau

sensor. Citra dapat berupa foto udara dan non foto. Citra foto dapat diklasifikasikan

berdasarkan:

a. Spektrum elektromagnetik yang digunakan.

b. Sumbu kamera yang digunakan.

c. Jenis kamera yang digunakan.

d. Jenis wahana yang digunakan.

e. Wahana yang digunakan.

Page 21: Makalah Penginderaan Jauhx

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, foto dibedakan atas foto ultra

violet, ortokromatik, pankromatik dan infra merah. Berdasarkan posisi sumbu kamera

saat pemotretan, foto dibedakan atas foto udara condong, dan foto udara tegak.

Berdasarkan wahana yang digunakan, foto dibedakan atas foto udara dan foto satelit.

Termasuk dalam citra non foto antara lain Citra Satelit, Citra Infra Merah Thermal, Citra

radar, Citra MSS, dan lain-lain. Wahana yang digunakan dalam pembuatan citra non

foto antara lain satelit dan radar. Beberapa contoh satelit Penginderaan jauh adalah

SPOT, NOAA, GMS, Landsat dan sebagainya. Wahana radar adalah SLAR. Untuk

menganalisis foto udara dengan baik, harus diperhatikan bentuk, ukuran, pola,

bayangan, rona, tekstur dan situs dari objek yang sedang diamati.

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang men-capture, mengecek,

mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang secara

spatial (keruangan) mereferensikan kepada kondisi bumi.

Kemampuan sistem informasi geografis (SIG) untuk analisa hidrologi antara lain untuk

mengidentifikasi daerah rawan banjir, mengkaji pengaruh perubahan penggunaan lahan

terhadap debit puncak, pendeteksian konsentrasi aliran permukaan, pemetaan potensi

rawan banjir, pemetaan erosi DAS, megidentifikasi potensi kekeringan, menganalisis

sedimentasi, megukur muka laut, serta manfaat lain bagi para nelayan.

Page 22: Makalah Penginderaan Jauhx

DAFTAR PUSTAKA

http://fadlysutrisno.wordpress.com

http ;//elcom.umy.ac.id/elschool

mbojo.wordpress.com

gd.itenas.ac.id

geografi.ums.ac.id/ebook

id.shvoong.com

www.docstoc.com

journal.ui.ac.id

oc.its.ac.id