makalah penciptaan sistem pemerintahan yang bersih dan demokratis.docx

42
MAKALAH PPKN PENCIPTAAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN DEMOKRATIS Disusun oleh : Guna Monda W. 09530074

Upload: guna-monda-wicaksana

Post on 29-Oct-2015

956 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

MAKALAH PPKNPENCIPTAAN SISTEM PEMERINTAHAN

YANG BERSIH DAN DEMOKRATIS

Disusun oleh :

Guna Monda W.09530074

TEKNIK ELEKTROUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penciptaan Sistem

Pemerintahan yang Bersih dan Demokratis”.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah kewarganegaraan Semester IV

tahun 2010-2011.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sulis., selaku dosen mata kuliah

kewarganegaraan dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

“Tak ada gading yang tak retak.” Begitu pula dengan makalah ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca agar dimasa yang akan datang menjadi lebih baik. Akhirul kalam, semoga amal

baik yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Allah Swt. Tidak lupa semoga makalah

ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membacanya dan

membutuhkannya.

Malang, 1 April 2011

Tim Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di mata masyarakat, keberadaan negara hanya bisa dirasakan jika pelayanan publik tersedia

dengan baik dan memadai serta semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Pada tahap selanjutnya masyarakat juga merasa adanya jaminan keamanan karena tegaknya law

and order serta adanya kebebasan individual yang dijamin dalam batas-batas konstitusi. Tujuan-

tujuan bernegara, sebagaimana setiap kali dikumandangkan oleh para wakil rakyat, capres-

cawapres, dan calon kepala daerah menjelang pemilu, hanyalah akan menjadi isapan jempol

belaka jika tidak diikuti dengan komitmen yang tinggi untuk menciptakan pemerintahan yang

bersih. Bahkan bagi sebagian masyarakat yang memahami betapa rumit dan buruknya sistem

pemerintahan kita, janji para pemimpin tersebut rasanya sulit untuk diwujudkan.

Sedangkan Demokrasi itu sendiri merupakan suatu sistem kehidupan bermasyarakat yang

dapat menjamin warga masyarakat menuju kesejahteraan. Sejalan dengan realita tersebut,

banyak bangsa-bangsa termasuk bangsa Indonesia tengah melakukan transformasi menuju

masyarakat yang demokratis. Demokrasi semata-mata bukan merupakan hal yang mudah dan

sederhana, melainkan suatu proses yang rumit. Realita menyatakan proses transformasi menuju

masyarakat yang demokratis cenderung gagal, hal ini disebabkan bangsa tersebut tidak memiliki

culture dan stuktur social politik yang demokrasi.

Kiranya, instrumen yang baik untuk membangun culture dan struktur demokrasi yakni

dengan di adakannya pendidikan, khususnya pendidikan kewarganegaraan karena hanya dengan

pendidikan mampu mengembangkan culture demokrasi yang mencakup kebebasaan, persamaan,

toleransi dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari pemerintahan yang bersih?

2. Apa definisi dan konsep demokrasi?

3. Bagaimana sejarah dan perkembangan demokrasi?

4. Apa sajakah macam-macam dari demokrasi?

5. Bagaimana penerapan demokrasi di Indonesia?

BAB II

PENCIPTAAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG

BERSIH & DEMOKRASI

JIKA DILIHAT DARI PANDANGAN UMUM

A. PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN DEMOKRATISDI LIHAT DARI SEGI UMUM

Secara sederhana, pemerintahan yang bersih dapat dijelaskan sebagai kondisi

pemerintahan yang terlibat didalamnya menjaga diri dari perbuatan Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme (KKN). Agar pemerintahan bebas dari rongrongan KKN, maka para pejabat

pemerintah dan politisi. Baik di eksekutif, birokrasi, maupun badan legislatif, pusat maupun

daerah, hendaknya mengindahkan nilai-nilai moralitas.

1. Sistem Demokrasi dalam Pemerintahan

Untuk mewujudkan pemrintahan yang bersih dan demokratis maka diperlukan

sebuah sistem yang akan melaksanakan tujuan tersebut. Sehingga apa yang menjadi cita-

cita dari sistem tersebut dapat terlaksana dengan baik. Diantara sekian banyak yang

dipakai oleh negara-negara yang ada didunia adalah:

a.Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem ini yang sangat jelas adalah adanya fusi kekuasan antara eksekutuf

fan legislatif. Dalam sistem Parlementer, antara fungsi eksekutif dan fungsi legislatif

terdapat hubungan yang menyatu dan tak terpisahkan. Eksekutif adalah apa yang

sering kita sebut sebagai pemerintahan. Kepala eksekutif dalam sistem parlementer

adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara berada ditangan ratu sebagai simbol

kepeminpinan negara. Kepala negeralah yang mengangkat kepala pemerintahan yang

merupakan ketua partai mayoritas di parlemen.

b.Sistem Presidensial

Dalam sistem ini tidak jauh berbeda dengan sistem parlementer, hanya

perbedaan yang bersifat pelaksanaan saja yang terlihat beda. Prinsip pokoknya adalah

adanya pemisahan kekuasan antara eksekutif dan legislatif. Pemisahan ini selain

dinyatakan secara ekplisit didalam konstitusi, juga diperkuat dengan sistem pemilihan

yang berbeda antara pemilihan presiden dan kongres (legislatif). Prinsip pemisahan

antara eksekutif dan legislatif merupakan upaya untuk membuktikan bahwa

sesungguhnya eksekutif dapat dikendalikan oleh badan diluar pemerintah. Prinsip ini

sangat pundamental sifatnya, karena selama berabad-abad manusia lebih banyak

menggunakan kudeta atau penggulingan kekuasaan untuk mengendalikan kekuasaan

eksekutif. Cara kuno ini selalu diikuti dengan bentuk-bentuk kekerasan berdarah dan

korban nyawa manusia. Dengan ditemukannya sistem presidensial, eksekutif relatif

dapat dikendalikan oleh rakyat tanpa harus digulingkan dan cukup diganti secara

periodik melaui pemilihan secara regular.

c.Kekuasaan Eksekutif Terbatas

Kebutuhan untuk membatasi kekuasaan eksekutif, dengan demikian,

bukan sekedar kebutuhan moral, Namun lebih merupakan kebutuhan struktural.

Artinya, struktur politik tidak akan berfungsi jika tidak menyertakan bentuk kekuasaan

eksekutif yang terbatas. Demikian membatasi kekuasaan eksekutif merupakan salah

agenda penting dan mendasar bagi proses demokrasi. Ketentuan konstitusional tentang

kekuasan eksekutif yang terbatas diperlukan untuk menutup kemungkinan tumbuhnya

rezim otoritarianisme yang cendrung refresif. Jadi dengan adanya pembasan kekuasan

eksekutif ini akan menimbulkan hal-hal yang positif bagi perkembangan

pemerintahan. Yang pada akhirnya akan menghasilkan pemerintah yang memiliki

integritas tinggi yang akan menghasilkan out put kemakmuran bagi rakyat.

d.Pemberdayaan Badan Legislatif

Badan Legislatif pada rezim otoriter pada umumnya lebih banyak

memainkan peran sebagai tukang stempel saja. Badan legislatif semacam ini sangat

jarang melakukan kritik terhadap eksekutif. Dalam era demokrasi, Badan legislatif

dituntut untuk melakukan pemberdayaan dirinya selaku perwakilan badan perwakilan

rakyat demokratis. Badan legislatif pusat, khususnya, merupakan badan politik yang

dipilih rakyat dan tidak terlibat dalam pelaksanaan pemerintah sehari-hari.

Pemberdayaan badan legislatif pada dasarnya merupakan salah satu pilar utama dari

upaya membatasai kekuasaan eksekutif.

2. SISITEM PEMILIHAN

Sistem pemilihan adalah cara untuk menentukan siapa politisi atau partai yang

memenuhi syarat untuk menduduki jabatan di badan legislatif atau eksekutif. Di

negara-negara demokrasi, pemilihan yang teratur merupakan cara damai dalam

menggantikan pemerintahan. Dengan Demikian, pemilihan menghindari penggunaan

kekerasan berdarah dalam menggantikan pemerintahan berkuasa yang sudah tidak lagi

dikehendaki rakyat. Maka dengan adanya sistem yang seperti itu akan terhindar dari

prilaku-prilaku yang akan menyebabkan anarkis. Ada beberapa jenis pemilihan yang

dikembangkan di negara demokrasai.

A .Sistem Proporsional

Sistem pemilihan yang membuka peluang bagi banyak partai untuk

duduk didalam pemerintahan. Dalam sistem proporsional ini, setiap partai

bersaing untuk mendapatkan sebanyak mungkin suara pemilihan dalam setiap

daerah pemilihan.

B. Sistem Distrik

Sistem pemilihan di mana setiap daerah pemilihan disebut distrik.

Dalam distrik hanya terdapat satu kursi untuk diperebutkan. Distri adalah

bagian dari sebuah negara bagian atau propinsi. Jumlah distrik dalam negara

bagian atau propinsi tergantung pada banyak sedikitnya jumlah penduduk.

C.Sistem Multi-Distrik

Dalam sistem ini, setiap distrik terdiri dari lebih satu kursi yang

diperebutkan. Dengan menambah banyak kursi yang diperebutkan, ada lebih dari

satu partai yang dapat mendapatkan kursi di distrik yang bersangkutan.

3. SISTEM KEPARTAIAN

Sistem kepartaian memainkan peran dalam pengembangan sistem politik yang

demoratis. Walaupun demikian, hal ini tidak berarti bahwa sistem partai tertentu lebih

demokratis dari pada sistem partai lain.

1.Sistem Dua-Partai

Sistem dua-partai juga memudahkan partai pemenang pemilu.

Sebab, segera setelah sebuah partai memenangkan pemilihan, dengan

sendirinya program partai pemenang pemilu dapat diterapkan secara

langsung menjadi program pemerintah. Pendukung sistem dua-partai

keberatan dengan sistem mutli-partai, karena partai-partai yang menang

masih harus menyatukan atau mengkompromikan program dan kebijakan

partai yang seringkali berlainan.

2.Sistem Multi-partai

Dalam sistem ini, partai yang berkuasa bisa lebih dari satu partai,

dua partai, atau bisa pula lebih dari dua partai politik. Sistem multi-partai

sering dianggap sebagai sumber instabilitas politik karena kabinet sulit

menjalankan agenda pemerintahan yang terdiri dari banyak partai politik.

3.Fragmentasi Partai

Sifat tak terhindarkan dari sistem multi-partai telah membuat

kondisi ini dibenarkan sebagai akibat dari tahapan awal transisi menuju

demokrasi. Para pengamat partai menyebutkan bahwa kondisi tidak menentu

semacam ini dikarenakan partai-partai politik belum sepenuhnya terlembaga.

Dalam kondisi belum terlembaga, sudah tentu prilaku partai menjadi sulit

diprediksi.

4.Budaya Koalisi

Dengan adanya banyak partai, mustahil sebuah partai mampu

membentuk pemerintahan. Jalan termudah bagi partai untuk berkuasa adalah

dengan membentuk koalisi dengan partai. Persoalannya adalah bahwa

koalisi-koalisi yang dibentuk pada awal pemerintahan demokrasi pada

umumnya didasari oleh pertimbangan pragmatis yang sangat kuat. Landasan

berpijak untuk membentuk koalisi ini membuat partai-partai politik anggota

koalisi mengabaikan prinsip demokrasi. Mereka tidak peduli dengan kualitas

demokrasi pemerintahan baru, karena motivasi partai masuk ke dalam koalisi

adalah mendapatkan jabatan dan kekuasaan di kabinet.

5.Budaya Oposisi

Peran partai oposisi sesungguhnya sangat besar. Bila seluruh partai

terlibat ke dalam pemerintahan dan tidak ada partai oposisi di DPR-bila

partai berkuasa terlibat dalam tindakan KKN-bisa dipastikan mereka akan

saling membela dan melindungi. Tanpa ada partai oposisi yang secara tegas

menyatakan diri sebagai oposisi. DPR dengan sendirinya akan lumpuh

karena tidak akan bersedia melakukan kritik terhadap partai yang berkuasa.

4. PERANAN ORGANISASI NON-PARTAI

Secara organisasiaonal, mereka lebih ramping dan ditopang oleh tenaga

profesional. Kelebihan ini membuat organisasi non-partai mampu bekerja lebih efektif

dalam melakukan pengawasan terhadap pejabat dan kebijakan yang dihasilkannya.

Protes dan demonstrasi yang dilancarkan oraganisasi kemahasiswaan sedikit banyak

ikut memberikan sumbangan dalam menumbuhkan publik yang kritis terhadap

pemerintah.

5. MEDIA MASSA

Adanya pilihan berita ini penting sebagai bagian dari proses pendidikan

politik yang membantu menciptakan kondisi bagi masyarakat untuk belajar

menemukan alternatif lain. Pola berfikir seperti ini penting, karena dengan sistem

pengawasan media yang sangat ketat telah menciptakan rasa takut bagi masyarakat

untuk menciptakan alternatif pemikiran. Akibat dari dominasi berita oleh pemerintah

ini adalah terciptanya masyarakat yang takut mengajukan pendapat. Sebagai sarana

komunikasi timbale balik antara masyarakat dan pemerintah, media massa sangat

diperlukan kedua pihak ketika saluran-saluran resmi di DPR seringkali tidak berfungsi

dengan sempurna. Politisi di DPR/DPRD seringkali tidak dapat secara maksimal

memainkan peran mereka dalam menyalurkan kepentinagn masyarakat luas.

6. ANTI KORUPSI

Fenomena korupsi muncul dalam dua bentuk, yaitu state capture dan

korupsi administrasif. State capture adalah aksi-aksi ilegal oleh perusahan ataupun

individu untuk mempengaruhi penyusunan hukum, kebijakan, dan peraturan demi

keuntungan mereka sendiri. Korupsi administrasif adalah pemberlakuan secara sengaja

untuk mendistorsi hukum, kebijakan, dan peraturan yang ada demi keuntungan

pribadi.

7. KEPASTIAN HUKUM

Ketidakpastian hukum di negara transisi merupakan faktor penghambat

utama dari uapaya menciptakan pemerintahan yang bersih dan demokratis. Para

penegak hukum yang mudah tergoda oleh insentif materi dalam jumlah melimpah

menyebabkan mereka tidak peka terhadap tuntutan keadilan yang sangat sering

diserukan publik. Para hakim, jaksa, pengacara, dan polisi seringkali bekerjasama

dengan politisi dan pengusaha untuk membuat proses pengadilan terhadap tersangka

tindak korupsi tidak berjalan lancar. Prilaku anti-hukum para penegak hukum sendiri

dan kelemahan kontrol terhadap lembaga yudikatif menyebabkan para penegak hukum

leluasa berdiri diatas hukum. Mereka memperlakukan ketentuan-ketentuan hukum

sesuai dengan kepentiangan mereka sendiri maupun kelompoknya. Dengan kata lain,

keadilan seringkali dikorbankan demi kepntingan jangka pendek mereka.

8. OTONOMI DAERAH

Visi kebijakan otonomi daerah dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama,

yakni politik, ekonomi, dan social budaya. Dalam bidang politik, otonomi daerah

dimaksudkan sebagai proses lahirnya kader-kader pemimpin daerah yang dipilih

secara demokratis dapat berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang

respontif terhadap aspirasi masyarakat banyak; dan adanya trasparansi kebijakan dan

adanya kemampuan memelihara mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada

asas pertanggungjawaban publik.

B. PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN DEMOKRATIS DI LIHAT DARI KEDUANNYA

1. PENCIPTAAN SISTEM PEMERINTAHAN

YANG BERSIH

Di mata masyarakat, keberadaan negara hanya bisa dirasakan jika pelayanan

publik tersedia dengan baik dan memadai serta semakin meningkatnya kesejahteraan

masyarakat. Pada tahap selanjutnya masyarakat juga merasa adanya jaminan keamanan

karena tegaknya law and order serta adanya kebebasan individual yang dijamin dalam

batas-batas konstitusi. Tujuan-tujuan bernegara, sebagaimana setiap kali di

kumandangkan oleh para wakil rakyat, capres-cawapres, dan calon kepala daerah

menjelang pemilu, hanyalah akan menjadi isapan jempol belaka jika tidak diikuti dengan

komitmen yang tinggi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih. Bahkan bagi

sebagian masyarakat yang memahami betapa rumit dan buruknya sistem pemerintahan

kita, janji para pemimpin tersebut rasanya sulit untuk diwujudkan.

A. Tiga Penyakit Utama

Sistem pemerintahan yang bersih dan akuntabel adalah kunci keberhasilan

realisasi semua janji yang diucapkan oleh capres-cawapres. Perdebatan antara sistem

ekonomi pasar dan ekonomi kerakyatan, seperti yang tengah berlangsung saat ini,

tidaklah berarti apa-apa jika kualitas pemerintahan untuk menjalankan sistem

ekonomi sangatlah buruk.

Bahkan jikalau peran dan fungsi negara untuk menyelenggarakan

pelayanan publik dan pembangunan diperbesar di dalam sistem pemerintahan yang

buruk tersebut, niscaya justru akan menyebabkan semakin banyak hilangnya sumber-

sumber daya bagi kemakmuran masyarakat.

Buruknya kualitas pemerintahan di Indonesia disebabkan oleh penyakit

korupsi yang sudah mendarah daging dalam semua sistem dan ranah kehidupan anak

bangsa ini. Utamanya, penyakit korupsi ini menjalar dalam tiga locus, yaitu korupsi

dalam ranah politik, korupsi dalam ranah hukum, dan korupsi dalam ranah birokrasi.

Ketiganya bahkan saling berkelindan membentuk simbiosis mutualisme

yang sangat sulit untuk dibersihkan. Korupsi politik terjadi karena proses rekrutmen

para wakil rakyat dalam pemilu legislatif tidak pernah memperhatikan sistem

meritpolitik melalui proses pendidikan kader.

Bahkan niat untuk menjadi politisi lebih dilatarbelakangi oleh semangat

untuk memperoleh akses dalam mempergunakan sumber daya yang dimiliki oleh

negara. Hal ini diperburuk oleh biaya politik yang sangat mahal yang harus

dikeluarkan oleh para wakil rakyat tersebut. Alih-alih memperjuangkan kepentingan

masyarakat, justru yang terjadi adalah penyalahgunaan wewenang.

Hal yang sama terjadi dalam proses pemilihan jabatan-jabatan politik lain.

Tidak semua begitu, tetapi pada umumnya hal ini terjadi dalam proses pemilihan dan

pengisian jabatan-jabatan politik. Korupsi dalam ranah hukum ditandai oleh

rendahnya budaya penegakan hukum. Tidak mengherankan jika masyarakat

sebenarnya lebih takut dengan penegak hukum daripada hukum itu sendiri.

Hukum hanya dihargai sebatas sanksi, bukan menjadi batas-batas dan

standar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lemahnya penegakan

hukum sebenarnya bukan tidak bersebab. Patut disayangkan, karena para penegak

hukum itu sendiri juga tidak pernah dihargai hak-haknya sebagaimana harusnya.

Selain itu, proses rekrutmen, pengukuran kinerja, pengisian jabatan para

penegak hukum juga masih tidak berdasarkan kompetensi dan kinerja. Rendahnya

remunerasi para jaksa, polisi, dan hakim, serta lemahnya pengawasan kode etik

profesi penegak hukum menjadi alasan mengapa penyakit korupsi dalam ranah

hukum ini sangat sulit diberantas.

Penyakit korupsi dalam ranah hukum sebenarnya sangat berbahaya,

karena dapat menyebabkan efek domino bagi korupsi dalam ranah yang lain. Jika

hukum tidak dapat lagi ditegakkan, apalagi yang akan menjadi pilar bagi tegaknya

pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Penyakit korupsi dalam ranah birokrasi

disebabkan oleh ketiadaan kesungguhan untuk mengelola aparatur negara secara baik

dan profesional.

Penyakit ini sudah dimulai sejak proses rekrutmen PNS yang tidak

profesional dan tidak independen, remunerasi pas-pasan yang memaksa setiap PNS

untuk mencari tambahan penghasilan dari pekerjaannya, pengisian jabatan yang

memaksa PNS untuk membangun afiliasi dan patronase politik, serta tidak adanya

ukuran kinerja yang memadai atas prestasi PNS.

Dalam peribahasa yang sudah kita kenal, "Pinter-goblok penghasilan

sama". Tidak ada penghargaan bagi prestasi dan kinerja, tidak ada pula sanksi bagi

pelanggaran dan buruknya kinerja. Bahkan seburuk apa pun kualitas PNS, tidak akan

pernah dipensiunkan sejauh tidak adanya pelanggaran-pelanggaran serius seperti

pidana dan makar.

Tiga penyakit korupsi sebenarnya menjadi lingkaran setan yang saling

bersinergi dalam membentuk pemerintahan yang buruk kualitasnya, tidak berkinerja

dan korup. Produk pemerintahan yang demikian adalah buruknya kualitas pelayanan

dan pembangunan, sikap mental aji mumpung, dan kebiasaan menyalahgunakan

wewenang.

Keberadaan pemerintah lebih dirasakan memberatkan daripada

ketidakberadaannya. Dalam pandangan sehari-hari hal ini menyebabkan korupsi pada

tingkat jalanan, korupsi dalam pengadaan barang dan jasa, korupsi dalam penegakan

hukum, dan yang paling membahayakan adalah korupsi melalui kebijakan.

B. Menuju Perubahan

Apa pun agenda yang diusung oleh para capres-cawapres, hanya akan bisa

diwujudkan jika adanya upaya sungguh-sungguh dan sistematik membangun

pemerintahan yang bersih. Cara paling mudah adalah mengobati sumber asal penyakit

terjadinya pemerintahan yang buruk tersebut.

Korupsi politik membutuhkan waktu yang lama untuk mengubahnya,

karena hal ini hanya bisa dilakukan dengan menyederhanakan partai politik dan

membangun sistem merit politik yang memadai. Kewenangan presiden terpilih untuk

melakukan perubahan dalam sistem politik tidaklah berdiri sendiri, tetapi juga

dipengaruhi oleh konfigurasi politik di DPR.

Perubahan yang paling mungkin dilakukan oleh presiden terpilih justru

pada ranah hukum dan ranah birokrasi. Perbaikan penegakan hukum sejatinya lebih

mudah dilakukan karena hal ini masih berada di dalam lingkup kewenangan presiden,

paling tidak untuk kejaksaan dan kepolisian.

Jika saja presiden terpilih mau melakukan secara sungguh-sungguh proses

rekrutmen yang profesional dan independen pada jaksa dan polisi, mengukur

kinerjanya secara benar, memberikan remunerasi yang layak dan memadai,

melakukan pengawasan dan memberikan sanksi pada setiap pelanggaran tanpa

pandang bulu, dan memiliki sistem karier berbasis kinerja, rasanya tidak ada yang

mustahil bagi Indonesia untuk memiliki pemerintahan yang bersih.

Untuk para hakim, karena kewenangannya berada di bawah Mahkamah

Agung, maka presiden bisa menawarkan kepada Mahkamah Agung sejumlah agenda

reformasi bagi para hakim. Akan halnya korupsi yang terjadi dalam birokrasi,

tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi bahwa presiden terpilih harus memberikan

komitmen yang luar biasa untuk melakukan reformasi birokrasi.

Tidak sulit untuk melakukannya, karena sejumlah substansi instrumen

sejatinya telah tersedia. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah komitmen untuk

menjadikan reformasi birokrasi sebagai agenda utama pemerintahan yang akan

datang. Pemerintahan yang bersih adalah prasyarat bagi kemajuan bangsa ini.

2. PENCIPTAAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS

A. Sejarah dan perkembangan demokrasi

Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-6

SM tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan secara

langsung, dalam artian rakyat berkumpul pada suatu tempat tertentu dalam rangka

membahas pelbagai permasalahan kenegaraan. Pemerintahannya dijalankan dengan

cara mengambil suara mayoritas secara langsung. Hal ini dimungkinkan karena

Negara kota memiliki penduduk yang sangat minim sekitar 300.000 orang. Dan yang

mempunyai hak suara hanyalah warga resmi dari kota tersebut, sedangkan untuk

penduduk yang terdiri dari budak belian dan pedagang asing tidak mempunyai hak

suara. Demokrasi langsung di Yunani kuno dapat berlangsung secara efektif, hal ini

disebabkan karena wilayahnya terbatas dan penduduknya relatif sedikit.

Adapun pengertian dari demokrasi modern muncul pertama kali di

Amerika. Konsep demokrasi modern sebagian besar dipengaruhi oleh para pemikir

besar seperti Marx, Hegel, Montesquieu dan Alexis de Tocqueville. Mengingat

semakin berkembangnya negara-negara pada umumnya, secara otomatis

menyebabkan makin luasnya negara dan banyaknya jumlah warga serta

meningkatnya kompleksitas urusan kenegaraan, mengakibatkan terjadinya perwalian

aspirasi dari rakyat, yang disebut juga sebagai demokrasi secara tidak langsung. Hal

ini dilaksanakan melalui perwakilan yang perolehan anggota legislatifnya dilakukan

melalui pemilihan umum.

Dahl merumuskan demokrasi modern dengan menggunakan 7 indikator

yaitu:

3. Pejabat yang dipilih harus bersifat akuntabilitas.

4. Pemilihan yang bebas dan fair.

5. Hak pilih yang mencakup semua.

6. Hak untuk menjadi suatu calon jabatan.

7. Kebebasaan pengungkapan diri secara lisan dan tulisan.

8. Informasi yang alternative.

9. Kebebasaan membentuk asosiasi.

B. Macam-macam Demokrasi

Menurut Skalar macam-macam demokrasi dapat dibagi menjadi 5 model diantaranya

sebagai berikut:

a.Demokrasi Liberal, adalah pemerintahan yang dibatasi oleh undang-undang dan

pemilihan umum yang bebas diselenggarakan dalam waktu yang ajeg.

b. Demokrasi terpimpin, adalah demokrasi dimana para pemimpin percaya bahwa

semua tindakan mereka dipercaya oleh rakyat.

c. Demokrasi Sosial, adalah demokrasi yang menaruh kepedulian pada keadilan

social dan egaliterianisme bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan

politik.

d. Demokrasi partisipasi, adalah demokrasi yang menekankan hubungan timbale

balik antara penguasa dan yang dikuasai.

e.Demokrasi konstitusional, adalah demokrasi yang menekankan penegakan aturan

dan ketentuan dalam menjalankan demokrasi. Demokrasi ini melahirkan

pemerintahan yang kekuasannya dibatasi oleh konstitusi sehingga pemerintah

tidak dapat betindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Pemerintahan

ini membatasi kekuasaannya secara fungsional. Montesque dalam trias politika,

membagi kekuasaan secara fungsional menjadi tiga yaitu legislative, yudikatif dan

eksekutif.

C. Syarat Pemerintahan Demokrasi

Syarat-syarat pemerintahan demokrasi menurut Raymond Gettel sebagai berikut :

a. Bentuk pemerintahan itu harus didukung oleh persetujuan umum(general concert).

b.Hukum yang berlaku dibuat oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui

referendum yang luas atau melalui pemilu.

c. Kepala Negara dipilih secara langsung atau secara tidak langsung melalui pemilu

dan bertanggung jawab pada dewan legislative

d. Hak pilih aktif diberikan kepada sejumlah besar rakyat atas dasar kesederajatan.

e.Jabatan-jabatan pemerintahan harus dapat dipangku oleh segenap lapisan

masyarakat.

Sedangkan A.Appadural merumuskan syarat-syarat bentuk pemerintahan yang

demokratis itu sebagai berikut :

a. Ada kebebasan politik (political liberty) sebagai syarat minimum.

b. Ada kebebasan menyatakan pendapat dan pengakuan kehendak rakyat sebagai

hokum tertinggi

c. Terdapat partisipasi politik, persamaan politik, dan kemungkinan akan pilihan

pemerintahan.

d. Harus terdapat toleransi dan kompromi antarwarganegara.

e. Warga Negara harus diberikan kelonggaran-kelonggaran untuk

memeperkembangkan kepribadiannya.

f. Demokrasi memerlukan organisasi yang baik dan pemimpin yang tepat.

(syarat a,b dan c merupakan syarat pokok sedangkan syarat d,e dan f merupakan

syarat tambahan)

D. Syarat Pemerintahan Demokrasi

Syarat-syarat pemerintahan demokrasi menurut Raymond Gettel sebagai berikut :

a. Bentuk pemerintahan itu harus didukung oleh persetujuan umum(general concert).

b.Hukum yang berlaku dibuat oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui

referendum yang luas atau melalui pemilu.

c.Kepala Negara dipilih secara langsung atau secara tidak langsung melalui pemilu

dan bertanggung jawab pada dewan legislative

d. Hak pilih aktif diberikan kepada sejumlah besar rakyat atas dasar kesederajatan.

e.Jabatan-jabatan pemerintahan harus dapat dipangku oleh segenap lapisan

masyarakat.

Sedangkan A.Appadural merumuskan syarat-syarat bentuk pemerintahan yang

demokratis itu sebagai berikut :

a. Ada kebebasan politik (political liberty) sebagai syarat minimum.

b.Ada kebebasan menyatakan pendapat dan pengakuan kehendak rakyat sebagai

hokum tertinggi

c.Terdapat partisipasi politik, persamaan politik, dan kemungkinan akan pilihan

pemerintahan.

d. Harus terdapat toleransi dan kompromi antarwarganegara.

e.Warga Negara harus diberikan kelonggaran-kelonggaran untuk

memeperkembangkan kepribadiannya.

f.Demokrasi memerlukan organisasi yang baik dan pemimpin yang tepat.

(syarat a,b dan c merupakan syarat pokok sedangkan syarat d,e dan f merupakan

syarat tambahan)

E. Bentuk-bentuk Demokrasi

Bentuk-bentuk demokrasi dibedakan seperti berikut :

1. Demokrasi dengan system Parlementer

Dalam system ini terjadi hubungan antara Badan Eksekutif dan Legislatif. Dimana

kekuasaan eksekutif diserahkan kepada suatu badan yang disebut cabinet( dewan

Menteri ). Sedangkan menteri-menteri bertanggung jawab kepada parlemen

(badan legislatif). Suatu aturan akan mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam

penyelenggaraannya.

Kelebihan :

Rakyat dapat menjalankan fungsi pengawasan dan peranannya dalam

penyelenggaraan pemerintah Negara.

Kekurangan :

Kedudukan badan eksekutif tidak stabil,dimungkinkan karena penghentian di

tengah jalan oleh lembaga legislatif setiap saat sehingga dapat menimbulkan krisi

cabinet dan pemerintah tidak dapat menyelesaikan program-programnya.

Nilai – nilai Demokrasi

Adapun nilai-nilai demokrasi yang patut dipraktikan dalam kehidupan sebagai

berikut :

a. Penghargaan atas kesamaan

b. Penghargaan akan partisipasi dalam kehidupan bersama

c. Penghargaan atas kebebasan

d. Penghargaan atas perbedaan

Budaya domokrasi adalah kebiasaan berpikir dan berperilaku yang menghargai

dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, baik dalam kehidupan bermasyarakat

maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Suatu masyarakat demokratis mempunyai nilai-nilai sebagai berikut :

a. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga

(institusionalized peaceful settlement of conflict). Dalam alam demokrasi,

perselisihan pendapat dan kepentingan dianggap sebagai hal yang wajar,

Perselisihan harus diselesaikan dengan perundingan dan dialog untuk

mencapai kompromi, consensus, mufakat. Apabila kompromi tidak dapat

dicapai akan berbahaya, sebab dapat mengundang campur tangan luar dan

memaksakan kehendak dengan kekerasan.

b. Menjamin terselenggaranya perubahan dalam masyarakat secara damai atau

tanpa gejolak. Perubahan social terjadi karena factor berikut :

1. Kemajuan Tekologi

2. Kepadatan Penduduk

3. Pola perdagangan

Pemerintah harus dapat menyesuaikan kebijaksanaannya Terhadap perubahan-

perubahan tersebut dan mampu Mengendalikan sehingga perubahan yang

terjadi tetap dalam Kondisi damai.

c. Menyelenggarakan pergantian kepemimpinan secara teratur

(orderly seccession of rulers). Dalam masyarakat demokratis, pergantian

kepemimpinan atas dasar keturunan, pengangkatan diri sendiri, dan coup d’etat

(perebutan kekuasaan ) dianggap sebagai cara-cara yang tidak wajar.

d. Menekan penggunaan kekerasan seminimal mungkin (minimum of coercion)

e. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman (diversity). Untuk

itu, perlu cipta masyarakat yang terbukan dan kebebasan politik yaitu dengan

tersediannya sebagai alternative dalam tindakan politik. Namun demikian,

keanekaragaman itu tetap berada dalam kerangka persatuan bangsa dan Negara.

f. Menjamin tegaknya keadilan. Dalam masyarakat demokratis, keadilan

merupakan cita-cita bersama yang menjangkau seluruh anggota masyarakat.

Untuk melaksanakan nila-nilai demokrasi tersebut dibutuhkan lembaga

penyelenggara, seperti berikut :

1. Pemerintah yang bertanggung jawab

2. Suatu DPR sebagai wakil golongan-golongan dan kepentingan-kepentingan

dalam masyarakat, DPR dipilih dengan pemilu yang bebas dan rahasia atas

dasar sekurang-kurangnya dua calon untuk setiap kursi. DPR ini mengadakan

pengawasan (control) sehingga menjadi oposisi yang konstruktif dan

memungkinkan penilaian terhadap kebijaksanaan pemerintah secara

kontinyu.

3. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik (system

dwi partai, multi partai). Partai-partai ini menyelnggarakan hubungan yang

kontinyu antara masyarakat dengan pemerintah dan sebagai wadah aspirasi

rakyat.

4. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat.

5.System peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan

mempertahankan keadilan.

Unsur-unsur demokrasi

Pada dasarnya demokrasi meliputi unsure-unsur berikut :

a. Adanya partisipasi masyarakata secara aktif dalam kehidupan

bermasyarakat,berbangsa dan bernegara

b. Adanya pengakuan akan sepremasi hokum

c. Adanya pengakuan akan kesamaan anatara warga Negara

d. Adanya pengakuan akan supremasi sipil atas militer

e. Adanya kebebasan berekspresi, berbicara, berkumpul,berorganisasi, beragama,

berkeyakinan dan kebebasan mengurus nasib sendiri.

2. Demokrasi dengan Sistem Pemisahan Kekuasaan (Presidensiil)

Pada sistem ini, hubungan antara badan eksekutif dengan badan legislatif dapat

dikatakan tidak ada. Pemisahan yang tegas antara kekuasaan eksekutif

(pemerintah) dan legislatif (badan perwakilan rakyat) ini mengingatkan kita pada

ajaran dari Montesquieu, yang dikenal dengan ajaran Trias Politika.

Menurut ajaran ini masing-masing kekuasaan tersebut terpisah satu sama lain, baik

fungsi maupun organ-organ yang menyelenggarakannya.

Ketiga kekuasaan tersebut sebagai berikut:

1) Kekuasaan legislatif yaitu kekuasaan untuk membuat undang-undang.

2) Kekuasaan eksekutif yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang atau

peraturan.

3) Kekuasaan yudikatif yaitu kekuasaan pengadilan untuk mengawasi pelaksanaan

UU oleh lembaga-lembaga peradilan.

Dalam sistem ini terdapat pemisahan kekuasaan lembaga eksekutif yang terdiri

dari prosedur sebagai kepala pemerintahan dan dibantu oleh para menteri.

Menteri tersebut memimpin sebuah lembaga departemen pemerintahan yang

bertanggung jawab kepada presiden. Para menteri tersebut diangkat oleh

presiden. Sistem ini juga dapat disebut sebagai sistem presidensiil. Pada sistem

ini terdapat kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan

Adanya kestabilan pemerintahan, karena mereka tidak dapat dibubarkan oleh

parlemen, sehingga pemerintah dapat bekerja dan rnelaksanakan program-

programnya dengan baik.

Kelemahan

Dapat menimbulkan pemusatan kekuasaan di tangan presiden dan lemahnya

pengawasan dari rakyat.

3. Demokrasi dengan Sistem Referendum

Dalam pelaksanaan sistem ini, badan legislatif berada dalam pengawasan rakyat.

Dalam melaksanakan pengawasannya sistem ini dilakukan dengan referendum.

Sistem ini dibagi menjadi berikut.

1) Referendum obligatoire (referendum yang wajib)

Referendum obligatoire adalah referendum yang menentukan berlakunya suatu

undang-undang atau suatu peraturan. Artinya suatu undang-undang dapat

berlaku jika rakyat menyetujuinya lewat referendum.

2) Referendum fakultatif (referendum yang tidak wajib)

Referendum fakultatif adalah referendum yang menentukan berlaku tidaknya

dan perlu tidaknya suatu undang-undang diadakan perubahan. Pada sistem ini

terdapat kelebihan dan kelemahan.

1. Kelebihan : Rakyat berperan serta dalam pembuatan undang-undang.

2. Kelemahan : Tidak semua rakyat memiliki pengetahuan tentang undang-

undang yang baik danbenar serta pembuatan undang-undang sehingga

prosesnya akan berjalan lambat.

F. Macam-macam Demokrasi yang Pernah Berlaku di Indonesia

1. Demokrasi Liberal (Tahun 1945-1959)

Demokrasi Liberal lebih sering disebut sebagai Demokrasi

Parlementer, demokrasi ini dilaksanakan setelah keluarnya Maklumat

Pemerintah tanggal 14 November 1945. Pada sistem ini menteri-menteri

bertanggung jawab kepada parlementer,

Pada sistem ini bentuk negara berubah menjadi RIS dan UUD

1945 berubah menjadi Konstitusi RIS, hal ini berlangsung tanggal 27

Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950 saat berlakunya UUDS. .

Penerapan UUDS 1950 tidak bertahan lama, hal ini ditandai dengan

keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kita kembali ke UUD 1945. Dengan

kita melaksanakan UUD 1945 tersebut, maka berakhirlah Demokrasi

Liberal.

2. Demokrasi Terpimpin (Tahun1959-196S)

Pada sistem ini berlaku sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juni 1959

yang berbunyi sebagai berikut.

1) Pembubaran Konstituante,

2) Berlakunya kembali UUD 1945.

3) Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Dalam Demokrasi Terpimpin ini menggunakan sistem presidensiil. Dalam

sistem presidensiil ini mempunyai dua hal yang.perlu diingat yaitu:

1) kedudukan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, dan

2) para menteri bertanggung jawab kepada presiden.

3. Demokrasi Pancasila (Tahun 1965-1998)

Demokrasi Pancasila berlaku semenjak lahirnya Orde Baru.

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dijiwai, disemangati, dan

didasari oleh Pancasila.

Dengan kata lain Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi

yang dijiwai kelima sila yang ada dalam Pancasila sebagai berikut.

1) Dilaksanakan dengan rahmatTuhan Yang Maha Esa.

2) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

3) Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

4) Berdasarkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam

permusyawaratan atau perwakilan.

5) Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Periode Demokrasi Pancasila Era Reformasi (Tahun 1998-Sekarang)

Reformasi merupakan reaksi terhadap orde baru yang dianggap

telah menyimpang dari tujuan dan cita-cita Demokrasi Pancasila. Kita

sebagai warga negara berharap bangsa Indonesia bisa belajar dari

pengalaman sejarah, setiap demokrasi dapat berkembang menjadi lebih baik

dari sebelumnya. Dalam orde ini sering kita sebut juga sebagai orde transisi

demokrasi.

Sukses atau tidaknya sebuah transisi demokrasi sejati terletak

pada faktor berikut.

1) Komposisi elite politik.

2) Desain institusi politik.

3) Budaya politik.

4) Peranmasyarakatmadani.

Adapun ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan demokrasi lain

adalah bahwa Demokrasi Pancasila mengandung aspek-aspek formal,

materiil, kaidah atau normatif, tujuan atau optimatif, organisasi, dan aspek

sernangat atau kejiwaan.

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut.

1) Aspek formal, yakni menunjukkan segi proses dan cara partisipasi rakyat

dalam penyelenggaraan negara, yang kesemuanya itu telah diatur oleh

undang-undang maupun peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya.

2) Aspek materiil, yaitu segi gambaran manusia yang menegaskan

pengakuan atas harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan dan

memanusiakan warga negara dalam masyarakat negara dan masyarakat

bangsa-bangsa.

3) Aspek kaidah atau normatif yang berarti bahwa Demokrasi Pancasila

mengandung seperangkat ( norma (kaidah) yang menjadi pembimbing

dan aturan dalam bertingkah laku yang mengikat negara dan warga

negara dalam bertindak dan menyelenggarakan hak dan kewajiban serta

wewenangnya.

4) Aspek tujuan atau optatif yaitu menunjukkan keinginan atau tujuan untuk

mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam negara hukum, negara

kesejahteraan, negara bangsa, dan negara berkebudayaan.

5) Aspek organisasi yang menggambarkan perwujudan Demokrasi Pancasila

dalam bentuk organisasi pemerintahan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

6) Aspek semangat atau kejiwaan yaitu bahwa Demokrasi Pancasila

memerlukan warga negara Indonesia yang berkepribadian peka terhadap

hak dan kewajibannya, berbudi pekerti luhur, dan tekun serta berjiwa

pengabdian.

Pancasila merupakan dasar negara dan pandangan terhadap

bangsa Indonesia, oleh karenanya kita harus menerapkan Demokrasi

Pancasila dengan murni dan konsekuen.

Dengan melaksanakan demokrasi tersebut kita berharap dan

berusaha untuk :

1) diridhai oleh Tuhan Yang Maha Esa,

2) sesuai dengan kemanusiaan yang adil dan beradab,

3) menjaga persatuan dan kesatuan,

4) mengutamakan musyawarah untuk mufakat yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan, dan

5) mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Bangsa yang belajar adalah bangsa yang setiap waktu berbenah diri. Pemerintah

Indonesia telah berusaha membenahi sistem yang telah dengan landasan untuk

mengedepankan kepentingan rakyat. Ini semua dapat digunakan untuk pembelajaran politik

masyarakat. Sehingga masyarakat dapat sadar dengan pentingnya berdemokrasi, menghargai

pendapat, kebersamaan dalam menghadapai sesuatu. Manusia yang baik tidak akan

melakukan kesalahan yang pernah dilakukan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pemerintahan yang demokrasi adalah

pemerintahan yang bersumber pada rakyat, untuk rakyat, dan dari rakyat yang diwakili oleh

pemipin, atau lemaga negara yang independen dan berada pada peringkat yang sejajar satu

sama lain. Lembaga Negara tersebut memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan

melaksanakan hak-hak rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.google.com/

2. Yuniarto, Djoko. 2008. Kewarganegaraan. Jakarta : Bumi Aksara.

3. Juoro, Umar. 2007.Ilmu politik. Jakarta : CIDS

4. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0409/03/opini/1246744.htm.

6. Abraham Panumbangan (mahasiswa fisipol UMY).Masih perlu waktu. www.kr.co.id edisi

Jum’at, 15 Juli 2005

7. Hasan Shadily, dkk.1973. Ensiklopedi Umum . Jakarta: Yayasan Dana Buku Franklin

Jakarta.

8. M. Ma’ruf (Mentri Dalam Negeri).Optimisme hadapi pilkada langsung. www.kompas.com

edisi selasa, 22 Februari 2005

9. Redaksi Kompas. APBN-P 2005 Bantu Rp 464,9 Miliar . www.kompas.com edisi Rabu, 30

Maret 2005