makalah pemaknaan nilai religi dlm film 99 cahaya

60
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat-Nya kepada saya agar dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun judul makalah yang saya buat adalah “Makna Nilai-Nilai Religi Islam dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa”. Tujuan penulisan makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Teori Komunikasi. Penulisan dibuat berdasarkan hasil studi pustaka yang disesuaikan dengan judul makalah ini. Saya menyadari tanpa bimbingan dan dukungan dari semua pihak, maka penulisan makalah ini tidak akan lancar. Maka dari itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Sofia Aunul, SE. M. Si sebagai dosen yang telah mengarahkan pembuatan makalah ini 2. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual. 3. Rekan-rekan mahasiswa kelas karyawan A21416AB angkatan 2014. 1

Upload: achmad-humaidy

Post on 14-Apr-2017

319 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat dan rahmat-Nya kepada saya agar dapat menyelesaikan makalah ini

dengan baik. Adapun judul makalah yang saya buat adalah “Makna Nilai-Nilai

Religi Islam dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa”.

Tujuan penulisan makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah

Teori Komunikasi. Penulisan dibuat berdasarkan hasil studi pustaka yang

disesuaikan dengan judul makalah ini. Saya menyadari tanpa bimbingan dan

dukungan dari semua pihak, maka penulisan makalah ini tidak akan lancar. Maka

dari itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Sofia Aunul, SE. M. Si sebagai dosen yang telah mengarahkan pembuatan

makalah ini

2. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

3. Rekan-rekan mahasiswa kelas karyawan A21416AB angkatan 2014.

Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang

membantu saya menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam

penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saya mohon kritik

dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang

akan datang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan

bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 30 Juni 2014

Achmad Humaidy

1

Page 2: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar .................................................................................. 1

Daftar Isi ............................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian ............................................ 4

1.2. Fokus Penelitian .......................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................... 9

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis ……………………………….. 9

1.4.2. Manfaat Praktis ………………………………… 9

BAB II KONSEP

2.1. Komunikasi Massa

2.1.1. Pengertian ................................................................. 10

2.1.2. Fungsi Komunikasi Massa ........................................ 11

2.1.3. Ciri Komunikasi Massa ............................................. 13

2.2. Proses Komunikasi Massa

2.2.1. Karakteristik Isi Pesan Media Massa ...................... 14

2.2.2. Dampak Pesan Media Massa .................................. 15

2.3. Teori dan Model Komunikasi Massa

2.3.1. Teori Komunikasi Massa ......................................... 17

2.3.2. Model Komunikasi Massa ........................................ 18

2

Page 3: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

2.4. Hambatan dalam Komunikasi Massa

1. Hambatan Internal .................................................... 20

2. Hambatan Eksternal .................................................. 21

2.5. Bentuk Media Massa

2.5.1. Film ...................................................................... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Paradigma ..................................................................... 23

3.2. Metode Penelitian ......................................................... 24

3.3. Subyek Penelitian ......................................................... 25

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer ........................................................ 26

3.4.2. Data Sekunder .................................................... 26

3.5. Teknik Analisis Data .................................................... 26

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................. 28

BAB V KESIMPULAN ................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 38

3

Page 4: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dunia perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam

perjalanannya. Bermula dari munculnya film Long March, Darah dan Doa pada

tahun 1950 karya Usmar Ismail, film Indonesia kemudian mulai berkembang

dengan menghasilkan film-film dengan kisah yang beragam. Meskipun

pembuatannya masih sederhana dan digarap dengan tema kultur sosial yang

berlatar belakang kehidupan sosial masyarakat Indonesia, namun hal tersebut

membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi dalam industri perfilman.

Menurut (Wibowo, dkk, 2006:196) mengatakan bahwa film adalah alat

untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media

cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat bagi para

seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan

ide cerita. Secara esensial dan substansial film memiliki power yang akan

berimplikasi terhadap komunikan masyarakat.

Film bisa memiliki waktu dan ruang sendiri. Waktu bisa dipercepat atau

diperlambat bahkan dibiarkan berhenti selama diinginkan. Film bisa diceritakan

seperti terjadi saat sekarang tetapi bisa juga dilempar ke masa lalu atau melesat ke

masa yang akan datang. Demikian juga soal ruang. Ruang bisa dipersempit atau

dikembangkan. Bisa dibuat dengan perspektif yang sesungguhnya, bisa dengan

perspektif palsu. Ini semua dibuat untuk membantu penonton memahami cerita

Pertengahan ‘90-an, film-film nasional yang tengah menghadapi krisis

ekonomi harus bersaing keras dengan maraknya sinetron di televisi-televisi

swasta. Apalagi dengan kehadiran Laser Disc, VCD dan DVD yang makin

memudahkan masyarakat untuk menikmati film impor. Namun di sisi lain,

kehadiran kamera-kamera digital berdampak positif juga dalam dunia film

Indonesia, karena dengan adanya kamera digital, mulailah terbangun komunitas

4

Page 5: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

film-film independen. Film-film yang dibuat diluar aturan baku yang ada. Film-

film mulai diproduksi dengan spirit militan. Meskipun banyak film yang kelihatan

amatir namun terdapat juga film-film dengan kualitas sinematografi yang baik,

Sayangnya film-film independen ini masih belum memiliki jaringan peredaran

yang baik, sehingga film-film ini hanya bisa dilihat secara terbatas dan di ajang

festival saja.

Berkembangnya dunia sinema Indonesia hingga tahun 2014 telah

menghasilkan berbagai film dengan genre yang berbeda. Selain sebagai hiburan

ternyata film banyak mengandung nilai atau pesan yang terkandung didalamnya

sehingga memiliki banyak penikmat dan penggemarnya masing-masing.

Film merupakan rangkaian cerita dari berbagai titik pandang. Penonton

bisa ditempatkan dimana saja, melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang.

Hidup modern tanpa film tak dapat lagi dibayangkan. Film sudah menjadi bagian

dari hidup modern, yang tak dapat dielakkan harus diterima. Maka sebagai suatu

realitas kehadiran film harus kita terima dengan sikap positif.

Saat ini, nonton film di bioskop menjadi salah satu alternatif hiburan bagi

keluarga. Apapun rela dilakukan masyarakat untuk menonton sebuah film yang

mampu menjadi kebutuhan bagi pemuas dirinya. Tak heran, banyak warga

metropolis rela antri di bioskop. Antusiasme menonton film pun kian meningkat

seiring dengan bermunculan film-film nasional yang apik, berbobot dan

menghibur. Salah satunya film Ayat-Ayat Cinta (AAC). Film fenomenal ini

menjadi film pertama Indonesia yang menaklukkan bioskop-bioskop di Asia

Tenggara, khususnya di negara yang memiliki komunitas Muslim atau Melayu.

Banyak warga dari luar negeri yang menyukainya.

Kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta dipengaruhi atas keberhasilan novel

yang mendahuluinya. Beberapa film di Indonesia yang menjadi karya dari

sutradara-sutradara ternama juga diangkat dari beberapa novel yang laris di

pasaran atau menjadi best seller. Film-film tersebut mampu eksis ditengah

persaingan dunia industri perfilman. Bahkan, tidak jarang karya film lebih laris

dipasaran dibandingkan dengan karya sastranya, seperti Ketika Cinta Bertasbih

5

Page 6: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

(Chaerul Umam), Laskar Pelangi (Mira Lesmana-Riri Riza), Sang Pemimpi (Riri

Riza), Edensor (Benni Setiawan), Negeri 5 Menara (Affandi Abdul Rachman), 5

cm (Rizal Mantovani), Perahu Kertas (Hanung Bramantyo), dan Tenggelamnya

Kapal Van der Wijck (Sunil Soraya) berhasil mencetak rekor penonton tertinggi.

Bukan hanya itu, tidak jarang film-film yang diangkat dari novel mendapat

banyak penghargaan.

Meski memiliki dimensi yang berbeda, novel dan film saling memiliki

keterkaitan satu sama lain. Banyak film-film berkualitas yang diadaptasi dari

sebuah novel menjadi laris. Tak jarang, film hasil adaptasi novel mendapatkan

sambutan yang sama baik dengan novel yang bersangkutan. Tak dapat dipungkiri

sukses suatu novel merambat pula kepada sukses suatu film untuk ditonton oleh

masyarakat.

Salah satu contoh film adaptasi novel paling laris yang baru saja

diproduksi adalah film berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa. Film ini adalah

sebuah film yang diangkat dari novel yang ditulis oleh Hanum Salsabela Rais,

putri tokoh nasional Amien Rais. Novel ini ia tulis bersama suaminya, Rangga

Almahendra.

Pada kenyataannya, film-film Indonesia sudah sangat jarang menampilkan

film yang berisi dan memberikan pesan yang mengandung unsur edukasi kepada

masyarakat. Akan tetapi, lain halnya dengan film 99 Cahaya di Langit Eropa yang

pada bulan Desember 2013 ditayangkan. Film ini sangat bagus karena

mengungkap pesan-pesan yang mendidik dan berdampak pada publik terutama

dalam segi kasih sayang dan religius.

Film 99 Cahaya di Langit Eropa adalah film yang diangkat dari novel

dengan judul yang sama karya Hanum Salsabela Rais dan suaminya Rangga

Almahendra yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Cerita ini

berdasarkan pada pengalaman mereka selama 3 tahun tinggal di benua biru.

6

Page 7: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Film ini merupakan salah satu film yang dirilis oleh Maxima Pictures

dengan arahan sutradara Guntur Soeharjanto. Sejak tayang perdana di bioskop

mulai 5 Desember 2013 lalu, film 99 Cahaya Langit Eropa meraih sebanyak 1,1

juta penonton1. Film ini bercerita tentang pengalaman sejarah dan peradaban umat

manusia di negeri orang dalam mempertahankan keyakinan, cinta, dan prinsip di

tengah sekulerisme Eropa yang dibalut dengan persahabatan, konflik, dan

pengungkapan misteri peradaban Islam.

Film 99 Cahaya di Langit Eropa adalah film yang secara umum

menyampaikan infromasi mengenai jejak-jejak agama Islam di benua Eropa. Film

ini membawa kita untuk memahami sejarah kejayaan Islam di tanah Eropa tanpa

terkesan menggurui. Melalui film ini kita menelusuri sejarah Islam di Eropa

terutama dari masa Dinasti Umayyah dan Ustmaniyyah. Kita akan melihat jatuh

bangun peradaban Islam yang pernah menyinari daratan Eropa. Disamping itu,

kita juga dapat menyimak perjalanan Fatma Pasha. Sosok imigran dari Turki yang

menjadi sahabat Hanum untuk mencari kehidupan yang lebih baik sekaligus

menyebarkan cahaya Islam dan menghapus stereotipe negatif tentang Islam yang

sudah mengakar kuat di Eropa. Inilah film genre religi yang berbeda dari film-

film lainnya.

Menurut Gazalba (1985) religi berasal dari bahasa latin religio yang

berasal dari akar kata religare yang berarti mengikat. Religi adalah

kecenderungan rohani manusia untuk berhubungan dengan alam semesta, nilai

yang meliputi segalanya, makna yang terakhir, dan hakekat dari semuanya.

Definisi lain menyatakan bahwa religi merupakan perilaku terhadap agama

berupa penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang ditandai tidak hanya melalui

1 Herman, http://www.beritasatu.com/film/159497-film-99-cahaya-di-langit-eropa-raih-11-juta-

penonton.html. 2014. Hiburan Film [online]

7

Page 8: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

ketaatan dalam menjalankan ibadah ritual tetapi juga dengan adanya keyakinan,

pengamalan, dan pengetahuan mengenai agama yang dianutnya (Ancok dan

Suroso, 2005).

Terdapat dua istilah yang dikenal dalam agama yaitu kesadaran beragama

(religious consciousness) dan pengalaman beragama (religious experience).

Kesadaran beragama adalah segi agama yang terasa dalam fikiran dan dapat diuji

melalui introspeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas

agama, sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran

beragama yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh

tindakan (Zakiyah Darajat dalam Psikologi Agama, 1997).

Secara terminologis (istilah maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah

agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah

SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya yang terakhir dan

berlaku bagi seluruh manusia, dimanapun dan kapanpun, yang ajarannya meliputi

seluruh aspek kehidupan manusia. Hubungan antara pengertian asli dan

pengertian religius dari kata Islam adalah erat dan jelas. Hanya melalui

penyerahan diri kepada kehendak Allah SWT dan ketundukkan atas hukum-Nya,

maka seseorang dapat mencapai kedamaian sejati dan menikmati kesucian abadi.

Alasan penulis mengangkat film “99 Cahaya di Langit Eropa” adalah

karena film ini sangat kaya akan nilai-nilai atau sikap religi Islam dalam

kehidupan. Film ini menyampaikan pesan yang kuat tentang rahasia Islam di

Eropa. Film ini menceritakan perjalanan mencari 99 cahaya kesempurnaan yang

pernah dipancarkan Islam di benua Eropa.

Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mencermati

serta meneliti dan membahas tentang makna nilai-nilai religi Islam dalam film 99

Cahaya di Langit Eropa karya Guntur Soeharjanto.

8

Page 9: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang diutarakan di atas, diperoleh fenomena yang

akan diteliti mengenai “Bagaimana makna nilai-nilai religi Islam dalam adegan-

adegan film “99 Cahaya di Langit Eropa”?.

1.3. Tujuan Penelitian

Dari fenomena yang diuraikan diatas, tujuan dari penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui lebih mendalam makna nilai-nilai religi Islam

yang dikemas dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa karya Guntur Soeharjanto.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan referensi pengetahuan dan

wawasan mengenai media film sebagai media pendidikan bagi ilmu komunikasi,

yaitu sumbangan dan literatur bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya

dalam bidang broadcasting yang memuat pesan-pesan edukatif yang dapat

dikemas secara menarik serta menambah kepustakaan, khususnya tentang nilai

religi Islam dalam film yang dapat dijadikan sebagai alternatif media pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi saran bagi Maxima Picture

sebagai rumah produksi yang telah membuat film 99 Cahaya di Langit Eropa.

Hasil penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan masukan serta

pertimbangan dalam rangka memberikan sentuhan religi Islam melalui media

yaitu film yang mengandung muatan nilai keagamaan tentang citra agama Islam

yang akan dipandang sebagai ajaran penuh toleransi dengan nuansa damai dan

kasih sayang sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat terealisasi dengan

optimal.

9

Page 10: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

BAB II

KONSEP

2.1. Komunikasi Massa

2.1.1. Pengertian

Istilah “komunikasi massa yang muncul pertama kali pada akhir tahun 1930-

an memiliki banyak pengertian sehingga sulit bagi para ahli untuk secara

sederhana mendefinisikan komunikasi massa. Kata ‘massa’ sendiri memiliki

banyak arti dan bahkan kontroversial, dan istilah ‘komunikasi’ sendiri masih

belum memiliki definisi yang dapat disetujui bersama. Namun demikian, definisi

Gebner (1967) mengenai komunikasi, yaitu interaksi sosial melalui pesan,

tampaknya merupakan definisi yang dipandang paling sulit dipatahkan,

setidaknya definisi itu sangat ringkas dan cukup tepat menggambarkan gejala

komunikasi. Namun demikian, terdapat upaya untuk terus mengajukan definisi

lainnya agar dapat menggambarkan proses kerja serta sifat-sifat komunikasi

secara umum2.

Istilah “massa” menggambarkan sesuatu (orang atau barang) dalam jumlah

besar, sementara ‘komunikasi’ mengacu pada pemberian dan penerimaan arti,

pengiriman dan penerimaan pesan. Salah satu definisi awal komunikasi oleh

Janowitz (1960) menyatakan bahwa komunikasi massa terdiri atas lembaga dan

teknik dimana kelompok-kelompok terlatih menggunakan teknologi untuk

menyebarluaskan simbol-simbol kepada audiens yang tersebar luas dan bersifat

heterogen. Definisi oleh Janowitz ini berupaya untuk menyamakan kata

‘komunikasi massa’ dengan pengiriman (transmisi) pesan yang hampir

menekankan pada aspek pengiriman saja. Padahal, definisi ini tidak memasukan

aspek pengiriman saja, tetapi juga memasukan aspek respons dan interaksi.

Menurut Defleur dan Dennis McQuail, komunikasi massa adalah suatu

proses yang mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk 2 Morissan, dkk. “Teori Komunikasi Massa”, Bogor Ghalia Indonesia, 2010, Hal. 7

10

Page 11: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

menyebarkan pesan-pesan secara luas dan secara terus menerus menciptakan

makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang

besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara3.

Jadi, kalau kita berbicara tentang komunikasi massa, tentu media massa

tidak akan tertinggal untuk dibicarakan, karena komunikasi massa, hanya dapat

berlangsung melalui media massa. Bittner seperti yang dikutip oleh Jalaludin

Rakhmat mengatakan bahwa “komunikasi massa adalah pesan-pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang” (Rakhmat,

2003: 188). Definisi ini memberikan batasan pada komponen-komponen dari

komunikasi massa. Komponen-komponen itu mencakup adanya pesan-pesan,

media massa (radio, televisi, film, dan media cetak), dan khalayak4. Media massa

yang terdapat dalam komponen tersebut dikenal dengan istilah “The Big Five Of

Mass Media”.

2.1.2. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (2001) terdiri

dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan),

transmission of values (penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan)5.

1. Pengawasan

Fungsi pengawasan komunikasi dibagi dalam bentuk utama: (a)

pengawasan peringatan dan (b) pengawasan instrumental. Fungsi pengawasan

peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari

angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan

inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat

3 De Fleur and Dennis. Understanding Mass Communication. Inggris: Houghton Mifflin Co. 1985

4 Franciscus Theojunior Lamintang. Pengantar Ilmu Broadcasting dan Cinematography. Jakarta: In Media. 2013 hal.7

5 Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. KOMUNIKASI MASSA: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005 hal.15

11

Page 12: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

menjadi ancaman. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan atau

ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang

tidak mengetahui tentang ancaman itu.

Fungsi pengawasan instrument adalah penyampaian atau penyebaran

informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam

kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang diputar di bioskop,

bagaimana harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode,

resep masakan, dan sebagainya, adalah contoh –contoh pengawasan instrumental.

2. Penafsiran

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa

tidak hanya memasok data dan fakta, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap

kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan

memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.

3. Keterkaitan (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,

sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang

sama tentang sesuatu.

4. Penyebaran Nilai-Nilai

Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, di

mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang

mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa

memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang

diharapkan mereka. Dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model

peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

5. Hiburan

12

Page 13: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media

menjalankan fungsi hiburan. Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur

tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak. Kini,

hiburan sudah dianggap sebagai kebutuhan dasar manusia.

2. 1.3 Ciri Komunikasi Massa

Komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tiga ciri6 :

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan

anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa

mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya

sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang

kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

2.2. Proses Komunikasi Massa

Proses komunikasi massa tidaklah sama dengan media massa (organisasi

yang memiliki teknologi yang memungkinkan terjadinya komunikasi massa).

Media massa juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan orang perorangan (individu)

atau organisasi. Media massa yang membawa pesan-pesan publik kepada

masyarakat juga dapat memuat pesan-pesan pribadi (personal), seperti ucapan

terima kasih, ucapan selamat atau duka cita yang sifatnya pribadi. Dengan

demikian, telah terjadi penyatuan (konvergensi) komunikasi dimana garis batas

antara bidang publik dan pribadi serta komunikasi skala luas dan komunikasi

individu semakin tidak jelas batasnya7.

6 Charles Wright Mills. The Sociological Imagination. New York: Oxford University Press. 1959

7 https://www.academia.edu/3690323/11_elemen_komunikasi_massa13

Page 14: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

2.2.1. Karakteristik Isi Pesan Media Massa

Diantaranya, seperti:8

1. Novelty (sesuatu yang baru)

Sesuatu yang ‘baru’ merupakan unsur yang terpenting bagi suatu pesan

media massa. Khalayak an tertarik untuk menonton suatu program acara televise,

mendengarkan siaran radio, atau membaca surat kabar.

2. Jarak (dekat atau jauh)

Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat publikasinya peristiwa

mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang

berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungannya.

3. Popularitas

Peliputan tentang tokoh organisasi/kelompok, tempat dan waktu yang

penting dan terkenal akan menjadi berita besar dan menarik perhatian khalayak.

4. Pertentangan (Konflik)

Hal-hal yang mengungkapkan pertentangan,baik dalam bentuk kekerasan

atau menyangkut perbedaan pendapat dan nilai biasanya disukai oleh khalayak.

5. Komedi (Humor)

Manusia pada dasarnya tertarik dengan hal-hal yang lucu dan

menyenangkan. Oleh karena itu, bentuk penyampaian pesan yang lucu disukai

khalayak.

6. Seks dan keindahan

Salah satu sifat manusia adalah menyenangi unsur seks dan kecantikan

atau keindahan sehingga kedua unsur tersebut bersifat universal dan menarik

minat khalayak. Maka, media massa seringkali mengangkat kedua unsur tersebut.

kedalam tulisannya.

8 Riswandi, “Ilmu Komunikasi”, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, Hal. 10914

Page 15: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

7. Emosi

Hal-hal yang berkaitan menyentuh kebutuhan dasar (basic needs)

seringkali menimbulkan emosi dan simpati khalayak.

8. Nostalgia

Isi pesan ini menunjukkan pada hal ungkapan pengalaman di masa lalu.

9. Human Interest

Setiap orang pada dasarnya ingin mengetahui segala peristiwa yang

menyangkut kehidupan orang lain. Hal ini sering diangkat media massa melalui

tulisan biografi, bibliografi, berita, feature dan tayangan deskriptif lainnya.

2.2.2. Dampak Pesan Media Massa

Dampak pesan media massa dapat diuraikan, seperti : 9

1. Dampak Kognitif

Dampak ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau

dipersepsi oleh khalayak. Dengan perkataan lain, dampak ini berkaitan dengan

penyampaian informasi, pengetahuan, dan kepercayaan yang diberikan oleh

media massa.

Dari media massa kita bisa mengetahui informasi kunjungan presiden ke

Amerika Serikat, telah ditahan ketua KPU, adanya kasus busung lapar di

daerah tertentu, dan masih banyak lagi. Melalui acara-acara di media massa

kita jadi tahu mengenai berbagai hal seperti cara mengasuh anak, membuat

masakan daerah tertentu, cara memilih dalam Pemilihan Umum secara

langsung dan sebagainya.

Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera manusia.

Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang,

peristiwa, atau tempat-tempat yang belum pernah kita lihat dan kunjungi secara

9 cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia/download15

Page 16: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang

sudah diseleksi.

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu

media massa akan mempengaruhi lingkungan sosial yang biasa tidak cermat.

Oleh karena itu, muncul apa yang disebut stereotipe.

2. Dampak Asosiatif

Dampak peran media massa sampai tahap afektif bila pesan yang disebarkan

media massa mengubah apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci oleh

khalayak. Dampak ini berkaitan dengan perasaan, rangsangan emosional, sikap,

atau nilai. Misalnya kita merasa terharu ketika membaca ulasan tentang

keberhasilan tukang becak menjadi sarjana, Anda merasa benci dengan aktor A

dalam film yang selalu mendapat peran penjahat, atau Anda merasa takut

pulang malam setelah menonton berita kriminal di televisi.

3. Dampak Konatif/Behavioral

Dampak pesan media massa sampai pada tahap konatif bila pesan-pesan yang

disebarkan media massa mendorong Anda untuk melakukan tindakan-tindakan

tertentu. Misalnya setelah Anda menonton tayangan televisi atau membaca

berita surat tentang Gempa Tsunami di Aceh, Anda kemudian segera

mengirimkan bantuan uang dan makanan.

Dewasa ini, media massa telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi

khalayak. Contohnya, adalah berbagai jenis buku maupun surat kabar yang

telah membahas berbagai keterampilan antara lain adanya berbagai

kolom/ruang fotografi, keterampilan memasak, dan komputer, dan sebagainya.

Dengan demikian, media tersebut dapat dijadikan sebagai media pendidikan.

2.3 Teori dan Model Komunikasi Massa

2.3.1. Teori Komunikasi Massa

16

Page 17: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Selain memiliki efek terhadap individu, media massa juga menghasilkan

efek terhadap masyarakat dan budayanya. Efek dalam pengertian umumnya

mengacu pada efek jangka panjang yang tidak langsung. Hal ini tercermin dalam

salah satu teori yang dikenal dengan istilah cultural norms. Teori ini beranggapan

bahwa media tidak hanya memiliki efek langsung terhadap individu tapi juga

mempengaruhi kultur, pengetahuan kolektif, dan norma serta nilai-nilai dari suatu

masyarakat.

Pengenalan lain dalam teori ini akan dijelaskan dalam suatu konteks teori

difusi inovasi. Tokoh pelopor teori ini ialah Everett M. Rogers yang

mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan

melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu

sistem sosial. Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan

penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan

sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar

informasi untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam pesan itu terdapat

ketermasaan (newness) yang memberikan ciri khusus kepada difusi yang

menyangkut ketidakpastian (uncertainty).

Everett M. Rogers dan Floyd G. Shoemaker mengemukakan bahwa teori

difusi inovasi dalam prosesnya ada 4 (empat) tahap, yaitu :

1. Pengetahuan : Kesadaran individu akan adanya inovasi dan pemahaman

tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.

2. Persuasi : Individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi.

3. Keputusan : Individu melibatkan diri pada aktivitas yang mengarah pada

pilihan untuk menerima atau menolak inovasi.

4. Konfirmasi : Individu mencari penguatan (dukungan) terhadap keputusan yang

telah dibuatnya, tapi ia mungkin saja berbalik keputusan jika ia memperoleh

isi pernyataan yang bertentangan.

2.3.2. Model Komunikasi Massa

17

Page 18: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Model dapat dijadikan sebagai suatu dasar bagi pernyataan kemungkinan

terhadap berbagai alternative dan karenanya dapat membantu membuat hipotesis

suatu penelitian.

1. Model Komunikasi Satu Tahap (One Step Flow of Communication)

Model ini merupakan pengembangan pesan yang disampaikan melalui media

massa dan ditujukan langsung kepada komunikan tanpa melalui perantara.

Namun, pesan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan juga tidak

menimbulkan efek yang sama pada setiap komunikan.

Proses Komunikasi Massa Satu Arah

2. Uses and Effect

Kebutuhan hanya salah satu dari faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya penggunaan media. Karakter individu, harapan dan persepsi terhadap

media, dan tingkat akses kepada media akan membawa individu kepada keputusan

untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media massa.

Pengetahuan mengenai penggunaan media dan penyebabnya, akan

memberikan jalan bagi pemahaman dan pemikiran tentang hasil dari suatu proses

komunikasi massa. Hasil dari proses komunikasi massa akan membawa pada

bagian penting berikutnya dari teori ini. Hubungan antara penggunaan dan

hasilnya, memilih beberapa bentuk yang berbeda, yaitu :

a. Pada kebanyakan teori efek tradisional, karakteristik isi media

menentukan sebagian besar dari hasil. Penggunaan media hanya

18

MEDIA

MASSA

KOMUNIKAN

Page 19: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

dianggap sebagai faktor perantara, hasil dari proses tersebut dinamakan

efek.

b. Dalam berbagai proses, hasil merupakan akibat penggunaan daripada

karakteristik isi media. Di samping itu, hasil dari suatu media dapat pula

memilih konsekuensi psikologis seperti ketergantungan pada media

tertentu.

c. Ada dua proses yang bekerja secara serempak yang bersama-sama

menyebabkan terjadinya suatu hasil yang kita sebut ’conseffects’

(gabungan antara konsekuensi dan efek).

3. Information Seeking

Model information seeking dikemukakan oleh Donohew dan Tiplon (1973),

menjelaskan tentang pencarian, penghindaran, dan pemprosesan informasi yang

disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi sosial tergantung kesesuaian sikap.

Salah satu asumsi utamanya, bahwa orang cenderung untuk menghindari

informasi yang tidak sesuai dengan ‘image of reality’nya karena terasa

membahayakan. Konsep image tersebut mengacu pada pengalaman yang

diperoleh sepanjang hidup seseorang dan terdiri dari berbagai tujuan, keyakinan,

dan pengetahuan yang telah diperolehnya.

Image terdiri dari konsep diri seseorang dalam mengatasi berbagai situasi,

dan image of reality terdiri dari suatu perangkat penggunaan informasi yang

mengatur prilaku seseorang dalam mencari dan memproses informasi.

Proses dimulai ketika individu diterpa oleh sejumlah stimuli. Tahap

berikutnya terjadi perbandingan antara stimuli (informasi) dan image of reality

yang dimiliki individu tersebut. Berikutnya muncul persoalan tentang apakah

stimuli tersebut menuntut suatu tindakan. Selanjutnya, individu memerlukan

feedback dari tindakannya untuk mengevaluasi efektifitas tindakannya. Proses ini

dapat menghasilkan revisi pada images of reality seseorang.

19

Page 20: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Dalam hal ini Ellis membedakan pencarian informasi terdiri dari seeking

behaviour dan searching behavior, yaitu :

1.     Seeking  behaviour  adalah  aktivitas  pencarian  informasi  dimana 

pencari informasi  (information  seeker)  belum  mengetahui  proses  dalam 

pencarian, contoh pencari informasi hanya mencoba atau membuka situs-situs

tertentu untuk menemukan informasi sesuai kebutuhannya.

2.     Searching behaviour adalah proses pencarian informasi  dimana 

pencari  informasi  (information  seeker)  mengetahui  proses, tahap, atau cara

dalam menemukan informasi sehingga informasi yang dibutuhkan relevan.

2.4. Hambatan dalam Komunikasi Massa

Setiap komunikator selalu menginginkan komunikasi yang dilakukannya

dapat mencapai tujuan. Oleh karena itu, seorang komunikator perlu memahami

setiap jenis hambatan komunikasi, agar ia dapat mengantisipasi hambatan

tersebut. Adapun hambatan-hambatan dalam penemuan informasi menurut

Wilson, diantaranya:

1. Hambatan Internal

a. Hambatan kognitif dan psikologis

(1). Disonansi kognitif

Disonansi kognitif adalah gangguan yang terkait motivasi individu

dalam berperilaku. Konsep ini mengemukakan bahwa adanya kognisi

yang  sedang  berkonflik  membuat  individu  merasa  tidak  nyaman,

akibatnya mereka akan berupaya memecahkan konflik tersebut dengan

satu atau beberapa jalan penyelesaian.

(2). Tekanan selektif

Individu  cenderung  terbuka  dengan  gagasan  yang  sejalan  dengan

minat,  kebutuhan,  dan  sikap  mereka.  Secara  sadar  atau  tidak  sadar

manusia  sering  menghindari  pesan  yang  berlawanan  dengan

pandangan dan prinsip mereka.

20

Page 21: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

(3). Karakteristik emosional

Hambatan ini berkaitan dengan  kondisi  emosional  dan  mental

seseorang ketika menemukan informasi.

b. Hambatan demografis

(1). Tingkat pendidikan dan basis pengetahuan

Hambatan  dalam  hal  bahasa  ditemui  dalam  beberapa  penelitian

perilaku  penemuan  informasi.  Semakin rendahnya pendidikan maka

semakin rendah juga tingkat penguasaan pencarian informasi mereka.

(2). Variabel demografi

Perilaku  penemuan  informasi  dipengaruhi  oleh  atribut  sosial

kelompok  (karakteristik  dan  status  sosial  ekonominya).  Atribut ini

berpengaruh pada  metode-metode  yang  digunakan  dalam  menemukan

informasi.

2. Hambatan Eksternal

a. Keterbatasan waktu

Terbatasnya  waktu  dapat  menjadi  hambatan  dalam  penemuan informasi, 

aktivitas  yang  padat memungkinkan  berkurangnya waktu untuk menemukan

informasi yang dibutuhkan.

b.   Hambatan geografis

Jauhnya sumber  informasi  dari  lokasi  juga  menjadi  penghambat dalam

kegiatan pencarian informasi seseorang.

c.   Hambatan yang berkaitan dengan karakteristik sumber informasi

Teknologi baru, seperti internet, bagi sebagian orang juga dianggap masih

menyimpan kekurangan, misalnya menyajikan informasi yang terlalu banyak,

namun dinilai kurang relevan. Tidak menutup kemungkinan mereka yang 

sering  menggunakan  internet  pun  mengalami kendala serupa.

2.5. Bentuk Media Massa

2.5.1. Film21

Page 22: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2009 tentang perfilman, film

adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi

massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan

dapat dipertunjukkan10.

Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film adalah

ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi

informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi

perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hibura, film

nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda

dalam rangka nation and character building (Effendy, 1981: 212)11.

Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-

film sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan film yang diangkat dari

kehidupan sehari-hari secara berimbang.

10 Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 33 tahun 2009 tentang Perfilman.

11 Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, op.cit., 136.22

Page 23: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma

Paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan

melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas.

(Menurut Harmon dalam Moleong, 2007: 49).

Salah satu jenis paradigma yang biasa digunakan dalam penelitian ialah

teori konstruktivis. Teori ini menggunakan pendekatan secara teoritis untuk

komunikasi yang dikembangkan tahun 1970an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan

sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan

interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam

pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam

bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana

cara seseorang melihat sesuatu (Morissan, 2009:107).

Konstruktivis menolak pandangan positivis yang memisahkan subjek dan

objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivis, bahasa tidak lagi hanya dilihat

sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek

sebagai penyampai pesan. Konstruktivis justru menganggap subjek sebagai faktor

sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek

memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam

setiap wacana.

Paradigma konstruktivis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah

realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Maka, konsentrasi

analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa

atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam

studi komunikasi, paradigma konstruktivis ini sering sekali disebut sebagai

paradigma produksi dan pertukaran makna.

23

Page 24: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Paradigma konstruktivis menjadi paradigma dimana kebenaran suatu

realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas

sosial bersifat relatif. Paradigma konstruktivis ini berada dalam perspektif

interpretivis (penafsiran) yang terbagi dalam tiga jenis, yaitu interaksi simbolik,

fenomenologis dan hermeneutik.

Paradigma konstruktivis menolak pandangan positivis yang memisahkan

subjek dengan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivis, bahasa tidak

lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan

dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivis justru

menganggap subjek (komunikan atau decoder) sebagai faktor sentral dalam

kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosial.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika.

Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya

melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya12.

Semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda

(the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu

sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu

sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna13. ( Scholes, 1982: ix

dalam Kris Budiman, 2011: 3)

Semiotika digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis media

dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat

tanda. Teks media yang tersusun atas seperangkat tanda itu tidak pernah

membawa makna tunggal. Kenyataannya teks media memiliki ideologi atau 12 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, ”Semiotika Komunikas: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan

Skripsi Komunikasi”, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011, Hal. 89

13 Budiman, Kris. “Semiotika Visual”, Yogyakarta: Jalasutra, tahun 2011, hal. 3

24

Page 25: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

kepentingan tertentu, memiliki ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa teks media membawa kepentingan-

kepentingan tertentu dan juga kesalahan-kesalahan tertentu yang lebih luas dan

kompleks.

Dalam penelitian ini bagaimana makna nilai-nilai religi Islam di setiap

adegan film 99 Cahaya di Langit Eropa akan mengantarkan pembaca pada titik

awal pencarian makna dan tujuan hidup. Dengan kata lain, dalam penelitian ini,

peneliti ingin mengetahui makna nilai-nilai religi Islam yang terdapat dalam film

99 Cahaya di Langit Eropa yang bisa mengajak pembaca untuk menjadi agen

muslim yang baik.

3.3Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah film 99 Cahaya di Langit Eropa. Sedangkan

unit analisis pada penelitian ini adalah adegan yang ditimbulkan dari film 99

Cahaya Langit Eropa. Film yang ditayangkan di bioskop tanggal 5 Desember

2013 dan merupakan film yang mengambil lokasi syuting di empat negara Eropa:

Vienna (Austria), Paris (Perancis), Cordoba (Spanyol), dan Istanbul (Turki).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Guna mendukung keperluan untuk menganalisa dan melakukan penelitian

ini, penulis membutuhkan data-data yang mendukung baik yang berasal dari

dalam maupun luar media film. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan dua

macam pendekatan, yaitu :

25

Page 26: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

3.4.1 Data Primer

Sumber data primer adalah data yang memberikan data langsung dari

tangan pertama14. Adapun yang menjadi sumber data primer sekaligus sebagai

objek penelitian ini adalah DVD Film 99 Cahaya di Langit Eropa karya Guntur

Soeharjanto. Informasi ini diperoleh melalui tayangan film 99 Cahaya di Langit

Eropa dengan cara menyimak dan mendengarkan kemudian mencatat dialog-

dialog dan peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam tayangan DVD Film 99

Cahaya di Langit Eropa.

3.4.2 Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang memiliki bahan yang diperoleh

dari orang lain baik dalam bentuk turunan, salinan, atau bukan oleh tangan

pertama15. Peneliti memperoleh data penelitian melalui studi kepustakaan untuk

melengkapi dan memperlancar proses penelitian, serta mendapat informasi dari

literatur-literatur yang berhubungan dengan judul, dokumen-dokumen berupa

buku-buku, majalah, skripsi, jurnal, surat kabar, artikel, informasi dan internet,

serta karya tulis yang memungkinkan data-data dalam penulisan, dan sebagainya.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan model analisis semiotika Charles

Sanders Pierce. Pierce membagi tiga elemen utama dan menyebutnya sebagai

teori segitiga makna atau triangle of meaning. Tanda-tanda yang terdapat dalam

penelitian ini diolah untuk kemudian dimaknai. Tanda-tanda yang tersusun dalam

sebuah teks media merupakan hasil dari hubungan yang terbentuk dari tanda-

tanda itu sendiri.

Triangle of Meaning

14 Winarno Surakhman, “Pengantar Penelitian Ilmiah”, Bandung: Tarsito, 1983, Hal. 134.

15 http://digilib.uin-suka.ac.id/10490/1/BAB%20I,%20BAB%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

26

Page 27: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Sign

Interpretant Objek

Semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yang disebut Pierce teori segitiga

makna atau triangle of meaning yang terdiri dari16 :

a. Tanda

adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat diungkap oleh panca indera

manusia dan merupakan Sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain diluar tanda

itu sendiri. Acuan tanda ini disebut objek.

b. Acuan tanda (objek)

adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk

tanda.

c. Pengguna tanda (interpretant)

Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke

suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang

dirujuk sebuah tanda.

BAB IV

PEMBAHASAN

16 Rachmat Kriyantono, “Teknik Praktis Riset Komunikasi”, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, Hal. 263

27

Page 28: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Dalam sinematografi, unsur visual merupakan “alat” utama dalam

berkomunikasi. Maka secara konkrit bahasa yang digunakan dalam sinematografi

adalah suatu rangkaian beruntun dari gambar bergerak yang dalam pembuatannya

memperhatikan ketajaman gambar, corak penggambarannya, memperhatikan

seberapa lama gambar itu ditampilkan, iramanya dan sebagainya yang

kesemuanya merupakan alat komunikasi non verbal. Biarpun unsur-unsur yang

lain seperti kualitas cerita, editing, illustrasi musik, efek suara, dialog dan

permainan semua pemeran terlihat prima sehingga dapat memperkuat nilai sebuah

tayangan, tapi unsur penting yaitu visualnya sangat buruk tentu akan

mempengaruhi nilai keseluruhan.

Sinematografi berarti menulis dengan gambar bergerak. Setiap pembuatan

program dengan menggunakan sinema atau gambar yang bergerak, pada

hakikatnya adalah ingin menyampaikan sesuatu kepada orang lain atau pemirsa.

Hal itu berarti, pembuat program ingin berkomunikasi dengan menggunakan

audio visual kepada orang lain. Sesuatu yang ingin dikomunikasikan itu bisa

berupa ide atau perasaan yang erat hubungannya dengan visi dan misi dari

seorang pembuat program yang sudah dipelajari sebelumnya atau dapat pula

berupa sikap atau keberpihakan dari pembuat program terhadap suatu masalah,

misalnya masalah gender, kekerasan terhadap anak, perempuan, perdamaian,

keagamaan, dan sebagainya. Dalam penyampaian ide atau gagasan tersebut

seorang pembuat program berharap kepada penonton atau audiens mendapatkan

pemahaman sama dengan dirinya. Apabila hal tersebut terwujud maka terjadilah

suatu proses komunikasi yang baik.

Dalam buku teori-teori komunikasi yang ditulis oleh B. Aubrey Fisher,

dikutip definisi komunikasi yang baik dari Fotheringham bahwa komunikasi

dapat dipandang baik atau efektif apabila ide, tema, dan informasi yang

disampaikan dapat dipandang “sama” atau mempunyai kesamaan bagi orang-

orang yang terlibat dalam perilaku komunikasi. Berkaitan dengan sinematografi,

hal seperti yang disampaikan diatas perlu diperhatikan karena menyampaikan

28

Page 29: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

sesuatu, ide, gagasan, informasi, tema dengan menggunakan gambar tentu

tidaklah semudah penyampaian dengan menggunakan tulisan.

Gambar adalah medium komunikasi non verbal. Dengan sebuah kamera,

baik kamera yang memakai film ataupun digital, baik yang diam (still photo)

maupun yang bergerak (seluloid atau video), bisa “mengabadikan” apa saja yang

bisa kita lihat dalam kenyataan hidup sehari-hari untuk dipindahkan menjadi

gambar. Dengan demikian gambar yang kita rekam tersebut adalah representasi

dari sebuah realitas, namun bukan realitas itu sendiri karena realitas yang ada di

dalam gambar hasil rekaman itu hanyalah sebagian saja dari realitas yang lebih

besar atau realitas yang jauh lebih kaya daripada realitas yang ada di dalam

gambar. Selain itu realitas di dalam gambar hanyalah realitas yang dua dimensi,

sementara realitas yang sebenarnya adalah tiga dimensi.

Untuk memahami makna yang terkandung di dalam gambar hasil rekaman

(baik foto maupun video) tidaklah mudah. Kendatipun seseorang merasa mengerti

tentang sesuatu yang terdapat di dalam gambar, tetap saja ada hal-hal yang tidak

bisa dipahami. Karena itu, sebuah gambar menjadi sangat tergantung kepada siapa

yang menginterpretasikan. Penonton yang melihat gambar tertentu akan

menginterpretasikan gambar tersebut menurut pikirannya yang didasari oleh

pengalaman hidupnya atau pola pikirnya hingga mempunyai kesan tertentu.

Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa, kita akan merasakan suatu cerita

perjalanan spiritual yang telah dialami oleh Hanum dan suaminya. Kita bisa

merasakan bahwa kita masih jarang membuka mata untuk melihat dunia dan

segala isinya, terutama yang berkaitan dengan ajaran keagamaan. Perjalanan yang

terekam dalam film tersebut harus mampu membawa penonton untuk naik ke

derajat yang lebih tinggi dalam memperluas wawasan sekaligus memperdalam

keimanan.

1. Agama Islam adalah agama yang luas dan fleksibel

* Sign :

29

Page 30: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Objek : Lokasi pengambilan gambar di sebuah Universitas di Wina, salah satu

kampus tertua yang telah dibangun sejak abad 13 dan memiliki ruangan yang

seadanya. Rangga dan Khan tampak shalat di salah satu ruangan di kampus

tersebut yang juga menjadi tempat ibadah para mahasiswa beragama lain.

Intrepretant :

Pada adegan ini, Khan sempat menolak untuk tidak beribadah di ruangan

yang tidak layak baginya karena ruangan tersebut digunakan beribadah oleh

penganut agama lain. Namun, Rangga tetap teguh pendirian dan mereka berdua

pun shalat di tempat itu.

Pada dasarnya, Islam mengajarkan kita untuk hidup berdampingan.

Keberagamaan agama yang ada tidak boleh menjadi jurang pemisah. Gejala

pluralisme semacam ini akan terasa sangat sensitif dan akan merenggangkan

hubungan antara manusia jika dipermasalahkan. Hakikat agama memang sesuatu

yang sangat personal, namun kita tidak perlu mempermasalahkan tempat ritual

dalam menjalankan ibadah saja. Kita harus melihat bagaimana intensitas dan

kualitas kita dalam beribadah.

Dengan demikian, kita harus kembali pada ajaran syariat islamiyah yang

mengantarkan umat manusia kepada tujuan Islami. Setelah seseorang meyakini

keberadaan Allah sebagai pencipta dan pemberi kehidupan sesuai dengan dalil-

dalil akal, maka konsekuensi logisnya individu tersebut akan merasa berkewajiban

30

Page 31: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

untuk menaati dan menyembah-Nya. Namun sebelumnya, tentu dia harus

mengetahui cara bertaat dan menyembah kepada-Nya, agar tidak seperti orang-

orang Arab Jahiliyah yang menyembah Allah, namun melalui patung-patung (QS.

Az-Zumar: 3).

Perlu diingat, agar tidak terjadi kesalahan dalam kontak dan komunikasi

dengan Allah SWT, maka kita mesti melakukannya menurut cara yang dihendaki-

Nya dan tidak mengikuti cara yang kita inginkan. Allah dengan luthf-Nya (upaya

mendekatkan hamba pada ketaatan dan menjauhkannya dari kemaksiatan)

mengutus para Nabi dan menurunkan kitab untuk mengajarkan tata cara

menyembah (beribadah). Oleh karena itu, kita mesti mengikuti bagaimana

Rasulullah Saaw beribadah, ''Shalatlah kalian, sebagaimana kalian melihat aku

shalat.''

Itulah makna ajaran agama Islam sebagai agama fitrah bagi manusia.

Ajaran agama yang luas dan fleksibel. Dimanapun dan kapanpun kita berada,

manusia niscaya akan mampu melaksanakan segala perintah-Nya tanpa ada

kesulitan, tetapi biasanya yang menjadikan sulit adalah manusia itu sendiri.

Ingatlah ajaran agama Islam hadir untuk mewujudkan keadilan yang

sebenar-benarnya; untuk mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah-

tengah kehidupan manusia, serta memelihara darah (jiwa), kehormatan, harta, dan

akal umatnya. Dalam ajaran Islam, terkandung ajaran yang senantiasa menjaga

keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, antara

kebutuhan material dan spiritual serta antara dunia dan akhirat.

2. Ajaran agama Islam bersifat argumentatif, tidak bersifat doktriner.

* Sign :

31

Page 32: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Ulama : “… Serahkan semuanya kepada Allah … “

*Objek : Lokasi pengambilan gambar di salah satu ruang pertemuan yang

terdapat di sebuah Masjid. Tampak Rangga dan Hanum bertukar pikiran dengan

seorang ulama mengenai kelalaian Rangga yang meninggalkan ibadah shalat

Jum’at hanya demi ujian kelulusan studinya.

* Intrepretant : Pada scene ini, perpaduan antara keteguhan prinsip yang

tertanam dalam karakter Rangga diuji melalui fleksibilitas ciri khas agama Islam

Makna adegan ini terlihat pada perpaduan antara hal-hal yang bersifat prinsip

(tidak berubah oleh apapun) dan menerima perubahan sepanjang tidak

menyimpang dari batas syariat.

Sesungguhnya dalam ajaran Islam, hukum atau ajaran-ajaran yang

diberikan Allah SWT kepada manusia diturunkan secara berangsur-angsur sesuai

dengan fitrah manusia. Jadi, tidak secara sekaligus atau radikal. Hal ini tertulis

dalam argumentatif filosofis dalam kitab suci umat Islam. Al-Quran dalam

menjelaskan setiap persoalan senantiasa diiringi dengan bukti-bukti atau

keterangan-keterangan yang argumentatif dan dapat diterima dengan akal pikiran

yang sehat (rasional religius), sehingga apa yang sudah kita perbuat harus kita

serahkan kembali kepada Allah SWT sebagai Sang Maha Kuasa.

3. Agama Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia,

terutama di Eropa. Cerminannya adalah dakwah islam yang bisa bersatu

dengan pengetahuan dan perdamaian, bukan dengan teror atau kekerasan.

32

Page 33: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

*Sign :

Bule : “… Kau tahu bentuk bendera Turki, bukan?...”

*Objek : Lokasi pengambilan gambar di salah satu restoran di Eropa. Terlihat

aktor berperawakan bule bercerita kepada temannya, bahwa penamaan roti

Croissant berdasarkan sejarah kemenangan pasukan Eropa dalam mengalahkan

invasi pasukan Muslim Kesultanan Ottoman Turki. Sedemikian dendamnya

masyarakat Eropa yang non Muslim, sehingga mereka membuat roti berbentuk

bulan sabit untuk dimakan, bukan untuk dihormati.

Bulan Sabit adalah lambang negara Turki, yang awalnya sebelum jaman

Attaturk malah merupakan simbol kekaisaran Islam Eropa di bawah kekuasaan

Turki. Dan memang salah satu simbol agama Islam pula bersama bintang. Dalam

adegan tersebut, Fatma menahan Hanum untuk membalas secara emosional

obrolan kedua bule yang dianggap menghina Islam. Fatma memiliki cara

tersendiri untuk membalasnya.

*Intrepretant :

Pada scene ini, penghinaan terhadap agama Islam yang dilakukan oleh

bule non muslim dibalas oleh Fatma dengan kebaikan. Ajaran agama Islam

memang menempatkan Islam sebagai sumber pengetahuan yang penuh kedamaian

dan kasih sayang. Sebagaimana yang teerdapat dalam hadits Rasulullah SAW :

33

Page 34: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Suatu waktu Rasulullah SAW sedang duduk di beranda rumah bersama

istrinya Aisyah Radiyallaahu‘anha. Lewatlah seorang yahudi yang kemudian

mengolok-olok Nabi. Ia mengeluarkan kata-kata yang kasar. Aisyah beranjak

dari tempat duduknya dengan muka yang merah dan hendak membalas apa yang

dikatakan seorang yahudi tadi. Dengan lembah lembut, Nabi menutup mulut

Aisyah dengan telapak tangannya dan berkata: “Lemah lembut lah Aisyah. Allah

mencintai hamba-Nya yang lembut. Allah memberi karena kelembutan. Allah

tidak memberi karena kekerasan dan tidak juga karena yang lain.” (HR Muslim)

Sudah saatnya bagi kita untuk merubah sikap kita saat ini. Rasulullah telah

memberi teladan yang begitu sarat makna dan kebaikan. Sebuah kewajiban bagi

kita untuk mencontohnya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan

cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara mu dan antara dia ada

permusuhan seolah-olah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik

itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak

dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan

yang besar.” (QS Fushshilat [41]: 34-35).

4. Agama Islam dahulu pernah menjadi sumber cahaya terang benderang

ketika Eropa diliputi abad kegelapan. Berarti, agama Islam adalah agama

yang tauhid.

*Sign :

Marion : “Percaya atau tidak, pinggiran kerudung Bunda Maria itu bertahtakan

kalimat tauhid Laa Illaaha Ilallah, Hanum,..”

34

Page 35: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

*Objek : Lokasi pengambilan gambar di Museum Louvre. Marion mengajak

Hanum meihat lukisan Bunda Maria yang sedang menggendong bayi Yesus dan

terungkap misteri peradaban Islam seperti kalimat tauhid yang terdapat dalam

hijab yang dikenakan Bunda Maria.

*Intrepretant : Pada scene ini, kita akan melihat bahwa agama Islam secara

spiritual memiliki simbol sisi Rahmatan Lil Alamin (menjadikan kesejahteraan

kepada seluruh alam). Hal ini mengingatkan kita bahwa semua agama berasal

dari 1 sumber. Banyak orang yang berpandangan sempit dan menjadikan agama

hanya sebagai alat untuk kepentingan dirinya atau golongannya saja. Padahal

agama salah satunya berfungsi memberikan kebutuhan akan ketenangan hati dan

pikiran kita, bukan hanya simbol untuk dipertentangkan.

Itulah ajaran Islam sebagai agama tauhid. Dalam pengertian tauhid yang murni

artinya kuat sekali dan dalam pengertian tauhid yang sederhana artinya jelas

sekali. Tauhid berarti keesaan, maksudnya itikad atau keyakinan bahwa Allah

SWT adalah Esa, Tunggal, Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid

yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah“ mentauhidkan

berarti mengakui keesaan Allah atau mengesakan Allah.

5. Ajaran dimensi spiritual untuk lebih mengenal Islam dengan cara yang

berbeda. Sebuah tempat Axe Histourique Paris (Gerbang Kemenangan)

memiliki nilai sejarah Islam.

* Sign :

Marion : “ .. Dan jika Axe Historique ini ditarik garis lurus ke arah timur, jalan

ini akan menuju Mekkah, Ka’bah ; kiblat umat Islam.. “

35

Page 36: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

* Objek : Lokasi pengambilan gambar dilakukan di Axe Historique, Gerbang

kemenangan yang menghadap kiblat. Dalam adegan ini, Marion menjelaskan

kepada Hanum bahwa jalan kemenangan ini sengaja dibangun untuk merayakan

kemenangan pahlawan besar Prancis, Napoleon Bonaparte, Sang Penakluk Eropa.

Axe Historique ini adalah garis imajiner yang membelah kota Prancis. Banyak

bangunan penting terdapat di garis ini. Mulai dari museum Louvre, gerbang Arc

du Triomphe du Carrousel, monumen Obelisk, Champ Elysees, Arc du Triomphe

de l'Etoile, hingga L Defens. Jalan ini memang lurus, sekilas orang tidak tahu

kemanakah jalan ini menghadap, apakah ke timur atau ke barat. Tetapi faktanya

bangunan Arc du Triomphe dibangun setinggi 20 meter, diatasnya terdapat patung

kereta kuda Yunani Kuno yang ditarik empat ekor kuda dan diapit dua perempuan

bersayap bersepuh emas, semuanya menghadap ke arah timur, arah kiblat di

eropa. Dan jika Axe Historique ini ditarik garis lurus ke arah timur, jalan ini

memang menuju Mekkah, kiblat umat Islam.

* Intrepretant : Pada scene ini, kita tidak akan menemukan penjelajahan di

Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepak Bola San Siro,

Colosseum Roma, atau gondola-gondola di Venezia. Lebih dari sekedar itu. Kita

akan dibuat takjub dengan penjabaran deskripsi lengkap tempat-tempat yang

jarang terekspos yang justru menyimpan makna sejarah yang mendalam. Itulah

Axe Historique Paris yang mengarah ke Mekah.

Quadriga Arc de Triomphe du Carrousel berlatar belakang horizon garis

lurus. Axe Historique ini membelah kota Paris. Marion berkata Napoleon

membuat garis imajiner ini sepulangnya dari ekspedisi Mesir, searah kiblat. Tidak

penting apakah Napoleon muslim atau bukan. Kenyataannya, pada suatu masa dia

telah memberi ruang yang lebar bagi nilai-nilai Islam, baik untuk negara maupun

dirinya sendiri. Itulah yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita sebagai

muslim.

BAB V

36

Page 37: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa,

maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Komunikasi massa merupakan kajian ilmu komunikasi yang kaitannya dengan media massa.

Dalam film tersebut komunikasi menggunakan media film sebagai salurannya serta pesan film

sebagai komunikatornya. Informasi yang disampaikan merupakan informasi massa yang

diperuntukkan kepada masyarakat luas bukan hanya  dikonsumsi secara pribadi.

Komunikasi yang terjadi melalui sebuah media massa, berupa film dimana komunikan atau

objek dari pesan yang dikirimkan oleh komunikator berupa khalayak ramai yang heterogen dan

tidak saling mengenal dapat disebut komunikasi massa. Hal ini merupakan keunggulan dari

komunikasi massa yang mampu menjangkau khalayak yang luas namun juga sebagai suatu

tantangan karena khalayak yang luas dan beragam tersebut memiliki keinginan atau intrepretasi

yang juga beragam terhadap isi pesan film ini.

2. Film 99 Cahaya di Langit Eropa sebagai saluran komunikasi massa dinilai sangat efektif sebagai

pembantu penyebaran informasi makna nilai-nilai religi terhadap khalayak. Dari uraian

mengenai efek saluran media massa, karakteristik komunikasi dan isi pesan media massa, dan

teori serta model saluran komunikasi massa memberikan implikasi positif terhadap strategi

komunikasi dalam perfilman.

3. Film 99 Cahaya di Langit Eropa bukan film religi biasa. Film ini menjadi film Indonesia

pertama yang sarat akan nilai edukasi, sosial dan spiritual yang bercerita tentang warisan

peradaban Islam di Eropa.

4. Sebuah film disadari atau tidak, dapat mengubah pola kehidupan seseorang. Film mempunyai

pengaruh sendiri bagi para penontonnya, seperti pesan yang terdapat dalam adegan-adegan film

99 Cahaya di Langit Eropa akan membekas dalam jiwa penonton. Gejala ini menurut ilmu jiwa

sosial disebut sebagai identifikasi psikologis. Melalui film ini, kita akan menjadi agen muslim

yang lebih baik lagi sesuai tatanan religi.

DAFTAR PUSTAKA

37

Page 38: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Ancok, Djamaludin dan Suroso, Fuat Nashori. 2005. Psikologi Islam:

Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Ardianto, Elvinaro dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. 2005.

KOMUNIKASI MASSA: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media. 2005

Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual. Yogyakarta: Jalasutra

Dennis and De Fleur. 1985. Understanding Mass Communication. Inggris:

Houghton Mifflin Co.

Gazalba, S. 1985. Asas Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang

Jalaluddin. 1997. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai

contoh praktis riset media, public relations, advertising,

komunikasi organisasi, komunikasi pemasaran. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group

Lamintang, Franciscus Theojunior. “Pengantar Ilmu Broadcasting dan

Cinematography”, Jakarta: In Media, 2013, hal.7

Mills, Charles Wright. 1959. The Sociological Imagination. New York: Oxford

University Press.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

38

Page 39: makalah PEMAKNAAN NILAI religi dlm film 99 Cahaya

Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran; Strategi Mengelola Radio

Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Morissan, dkk. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2006. Semiotika: Aplikasi Praktis bagi

Penelitian dan Penulisan Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Jakarta: Mitra Wacana Media.

Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 33 tahun 2009 tentang Perfilman.

Herman (2014, Januari). Film “99 Cahaya di Langit Eropa” Raih 1,1 Juta Penonton. Hiburan Film

[online]. Diakses pada tanggal 29 Juni 2014 dari http://www.beritasatu.com/film/159497-

film-99-cahaya-di-langit-eropa-raih-11-juta-penonton.html

http://e-journal.uajy.ac.id/821/3/2TA11217.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38405/3/Chapter%20II.pdf

https://www.academia.edu/3690323/11_elemen_komunikasi_massa

cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia/download

.

39