pemaknaan prosesi ‘baralek’ nagari padangkc.umn.ac.id/152/1/skripsi-pemaknaan prosesi baralek...
TRANSCRIPT
PEMAKNAAN PROSESI ‘BARALEK’ NAGARI
PADANG (Studi Etnografi Komunikasi Pada Masyarakat Minangkabau Kota Padang,
Sumatera Barat)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Stephanie Elia
12140110237
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI MULTIMEDIA JOURNALISM
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
TANGERANG
2016
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya ilmiah saya
sendiri, bukan plagiat dari karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain atau lembaga lain,
dan semua karya ilmiah orang lain atau lembaga lain yang dirujuk pada skripsi ini
telah disebutkan sumber kutipannya serta dicantumkan di Daftar Pustaka.
Jika di kemudian hari terbukti ditemukan kecurangan/penyimpangan, baik
dalam pelaksanaan skripsi maupun dalam penulisan laporan skripsi, saya bersedia
menerima konsekuensi dinyatakan TIDAK LULUS untuk mata kuliah Skripsi yang
telah saya tempuh.
Tangerang, 19 Juni 2016
Stephanie Elia
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
iv
PEMAKNAAN PROSESI ADAT ‘BARALEK’ NAGARI PADANG
(Studi Etnografi Komunikasi Pada Masyarakat Minangkabau di Kota Padang
Sumatera Barat)
ABSTRAK
Oleh: Stephanie Elia
Perkawinan merupakan suatu fase kehidupan yang akan dijalani oleh manusia.
Perkawinan bagi orang Minang dianggap sebagai suatu masa peralihan hidup yang
amat penting. Setelah menikah, seseorang dianggap telah memasuki dunia dewasa
dan mengalami peralihan status dari kemenakan menjadi urang (orang). Bagi orang
Minang, perkawinan merupakan sebuah bentuk peresmian ikatan atau hubungan
timbal balik antara dua kaum yang dipersatukan dalam sebuah ikatan perkawinan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menjadikan
konstruktivis sebagai paradigma penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode etnografi komunikasi, dikarenakan
penelitian ini berfokus pada pemaknaan rangkaian prosesi adat ‘Baralek’ Nagari
Padang, Kota Padang, Sumatera Barat. Teori yang melatarbelakangi penelitian ini
adalah teori interaksionisme simbolik dan etnografi komunikasi. Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) Mengetahui komponen komunikasi yang terkandung dalam
prosesi adat ‘Baralek’ Nagari Padang; (2) Mengetahui situasi komunikasi dari prosesi
adat ‘Baralek’ Nagari Padang; (3) Mengetahui tindakan komunikasi prosesi adat
‘Baralek’ Nagari Padang. (4) Mengetahui makna prosesi adat ‘Baralek’ Nagari
Padang.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi dalam
prosesi adat ‘Baralek’ Nagari Padang dibangun dari peristiwa, situasi, dan tindakan
komunikasi. Masyarakat Minangkabau memaknai prosesi adat ‘Baralek’ Nagari
Padang sebagai sebuah kewajiban adat dan bagian dari identitas mereka sebagai
orang Minangkabau. Dalam pelaksanaannya ‘Baralek’ menjunjung nilai Islami yang
dipegang teguh dan dijadikan sebagai pedoman dalam bertindak.
Kata kunci : perkawinan, adat, budaya, etnografi komunikasi, interaksionisme
simbolik
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
v
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
penyertaanNya selama ini, berkat karunia dan kasih sayang-Nya penulis dapat
melakukan dan menyelesaikan penelitian berjudul Pelaksanaan Prosesi Adat
‘Baralek’ Nagari Padang (Studi Etnografi Komunikasi Pada Masyarakat
Minangkabau di Kota Padang Sumatera Barat).
Selama peneliti melaksanakan penelitian ini, peneliti banyak sekali
mendapatkan bimbingan dan bantuan dari dosen pembimbing, orangtua, sahabat,
serta narasumber. Dalam penyusunan laporan penelitian ini pun penulis mendapatkan
banyak sekali dorongan dan motivasi dari orang-orang terdekat.
Dengan berakhirnya proses penulisan laporan penelitian ini, peneliti ingin
mempergunakan kesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang terus mendukung peneliti untuk menyelesaikan karya ini tepat waktu. Terima
kasih sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada :
1. Dr. Amin Sar Manihuruk, M,Si., selaku dosen pembimbing skripsi
yang selalu membimbing dan menyemangati peneliti dalam
penyusunan dan pembuatan skripsi sehingga peneliti dapat
menyelesaikannya tepat pada waktunya. Terima kasih atas
kesempatannya.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
vi
2. Dr. Bertha Sri Eko M., M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas
Ilmu Komunikasi sekaligus penguji, karena telah memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk menyusun penelitian ini dan
memberi masukan.
3. Camelia Catharina L.S., S.Sos., M.Si. selaku ketua sidang yang
telah memimpin jalannya sidang dengan sangat baik.
4. Kepada ayah, Edward Benthus yang telah sangat membantu dan
berperan besar dalam membantu peneliti menemukan narasumber
yang dibutuhkan. Terima kasih untuk selalu memberikan dorongan
dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Juga kepada ibu, Yaniwati Litardi. Terima kasih atas motivasi dan
penyertaannya baik dalam moriil maupun materiil.
5. Kepada Indra Faisal, Chessie, Dewi, Novianty, dan Marah Yulius
selaku informan yang telah bersedia untuk diwawancarai serta
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Terima kasih
atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan.
6. Kepada Sisilia Yolanda dan Sabrina Effendi selaku sahabat yang
sangat membantu peneliti dalam menemukan narasumber,
informasi, dan buku-buku mengenai budaya Minangkabau. peneliti
merasa amat bersyukur atas support dan perhatian yang diberikan.
Terima kasih untuk selalu ada.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
vii
7. Kepada Wenny Halim, selaku kakak yang bersedia meminjamkan
netbook miliknya untuk digunakan peneliti dalam mengetik serta
menyusun skripsi ini, dari awal hingga akhir.
8. Kepada The Binales: Jerry, Sen, Via, Gaby, Toyo, Yoko, Della,
Nca, dan Fabi selaku sahabat. Terima kasih atas perhatian, support,
canda, tawa, serta cobaan yang diberikan kepada peneliti selama
menyusun skripsi ini. See you on top, Guys!
9. Kepada teman seperjuangan menyusun skripsi. Maya Novita dan
Michelle Clysia. Terima kasih karena telah menemani, serta
memberi saran kepada peneliti dalam proses penulisan skripsi.
Bertoga 2016!
10. Terima kasih kepada Jonathan Vito selaku partner setia peneliti
dalam menjalani hari-hari. Terima kasih atas dukungannya.
11. Dan terima kasih kepada semua teman yang sudah memberi
dukungan, canda tawa, dan berbagi kisah selama proses
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas partisipasi, bantuan,
semangat, dan motivasinya.
Terima kasih untuk semua pihak di atas, yang jasa-jasanya tak bisa dikupas
satu per satu. Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu
peneliti terbuka untuk kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat, baik sebagai
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
viii
sumber informasi maupun sumber inspirasi, baik dalam bidang akademis maupun
praktis.
Tangerang, 17 Juni 2016
Stephanie Elia
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..…….ii
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………..….iii
ABSTRAKSI……………………………………………………...............................iv
KATA PENGANTAR …………………………………………….…………………v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..xiv
DAFTAR TABEL………………………………………….…………………….…xv
DAFTAR BAGAN………………………………………………………………..xvi
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………..……...1
1.1 Latar Belakang………………………….……………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………...….………...…....……...4
1.3 Tujuan Penelitian…..…………….…….………..……......…….4
1.4 Kegunaan Penelitian……………………………...…………….5
BAB II
KERANGKA TEORI…………………………………………………..……..6
2.1 Penelitian Sejenis Terdahulu………………………………….…..6
2.2 Teori dan Konsep Yang Digunakan……………………………..10
2.2.1 Landasan Teori………………………………..…………...10
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
x
2.2.1.1 Interaksionisme Simbolik……………………..….10
2.2.1.2 Etnografi Komunikasi………………………...…...13
2.2.1.3 Kebudayaan……………………………………….15
2.2.1.4 Baralek ………………………………………….19
2.2.1.5 Langkah Adat Perkawinan Minangkabau………..23
2.3 Kerangka Pemikiran………………………...……………………37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN……………………………..………………38
3.1 Jenis dan Sifat Penelitian ……………………………….…….38
3.2 Metode Penelitian…….……………..………………………….40
3.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………….40
3.4 Unit Analisis.…………………………………………………..43
3.5 Keabsahan data….……………………………………………..45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…….………………..……....50
4.1 Subjek dan objek peneitian…….…………….……………..….50
4.1.1 Prosesi Baralek Adat Nagari Padang………….………….56
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
xi
4.1.2 Letak Geografis…………………………….……………..54
4.1.3 Jumlah Penduduk Kota Padang………………………….54
4.1.4 Profil Informan……………………………………………56
4.2 Hasil Penelitian……………………………………….………….58
4.2.1 Pelaksanaan Prosesi Baralek Nagari Padang…….………61
4.2.2 Pemaknaan Prosesi Baralek Nagari Padang………..…….62
4.2.3Pengaruh Agama dalam Prosesi Baralek
Nagari Padang………………………………………….….87
4.3 Pembahasan………………………………………………………89
4.3.1 Makna Prosesi Baralek Nagari Padang dalam
Perspektif Teori Interaksi Simbolik.....................................91
4.3.2 Makna Prosesi Baralek Nagari Padang dalam
Perspektif Teori Interaksi Simbolik dan
Etnografi Komunikasi……………………………………..93
4.3.3 Analisis Makna Peristiwa Komunikasi…………...………95
4.3.3.1 Prosesi Manapuak Banduah………………….…..95
4.3.3.2 Prosesi Maminang dan Barundiang……………105
4.3.3.3 Prosesi Malam Bainai………………….…….…..114
4.3.3.4 Prosesi Manjapuik Marapulai……………….…..123
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
xii
4.3.3.5 Akad Nikah………………………………………132
4.3.3.6 Babako…………………………………...………137
4.3.3.7 Baralek……………………………………..…….144
4.3.4 Analisis Makna Situasi Komunikasi pada Prosesi
Baralek Nagari Padang………………..…...…………….146
4.3.5 Analisis Tindak Komunikasi pada Prosesi Adat
Baralek Nagari Padang………………............................151
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………..156
5.1 Simpulan………………………….……………………………...158
5.2 Saran……………………………………………………………...160
5.2.1 Saran Akademis…………………………………………...162
5.2.2. Saran Praktis………………………………………………164
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
xiii
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Makan Bajamba………………………………………………………...61
Gambar 4.2 Carano………………………………………………………………......66
Gambar 4.3 Prosesi Malam Bainai…………………………………………………..69
Gambar 4.4 Anak Daro Bersama Daun Inai di Jari…………………………………71
Gambar 4.5 Akad Nikah……………………………………………………………..73
Gambar 4.6 Anak Daro Diantar Bako Menuju Rumah Orangtua…………………...75
Gambar 4.7 Tarian Pasambahan……………………………………………………..75
Gambar 4.8 Baju Adat Marapulai dan anak daro………………………….………74
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Review Penelitian Sejenis Terdahulu…………………………………..…9
Tabel 3.1 Matriks Informan……………………………………………………….41
Tabel 4.1Jumlah Penduduk Kota Padang…………………………………………....53
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran……………………………………………………35
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia ditakdirkan untuk hidup berpasang-pasangan dan terikat
dalam suatu hubungan perkawinan. Perkawinan sendiri dilakukan oleh
seorang laki-laki dan perempuan untuk memenuhi kebutuhan masing-
masing, baik secara rohani maupun jasmani. Perkawinan bagi orang
Indonesia khususnya suku Minangkabau, tentunya tidak hanya melibatkan
kedua mempelai semata, namun juga orang tua serta seluruh anggota
keluarga besar dari kedua belah pihak.
Perkawinan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan
perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial (Asmin,
1986, h. 10). Perkawinan dinilai sebagai suatu hal yang sakral dan amat
penting bagi suku Minangkabau.
Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Republik Indonesia
Pasal 1 menjelaskan, bahwa perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
2
Suku Minangkabau adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi
seluruh hukum adat dan segala ketentuannya. Bagi masyarakat ini, adat
merupakan jalan hidup, cara berpikir dan bertindak. Dari cara berpikir dan
bertindak itulah lahirnya sebuah kebudayaan. Bicara tentang adat
dan budaya Minangkabau sama artinya dengan bicara tentang penerapan
ajaran-ajaran Islam di dalam masyarakat Minangkabau. Dengan kata lain,
Minangkabau adalah Islam.
Pada masyarakat Minangkabau terdapat empat peristiwa penting dalam
kehidupan. Yaitu mendirikan rumah gadang, perkawinan, pengangkatan
penghulu (kepala kaum), dan kematian. Empat peristiwa ini dinilai penting
karena merupakan tonggak penentuan status sosial bagi seseorang atau
kaum Minangkabau.
Masyarakat Minangkabau menyebut prosesi atau rangkaian perayaan
atau pesta perkawinan adat dengan istilah Baralek. Perkawinan bagi
masyarakat Minangkabau merupakan penentuan status seorang kemenakan
menjadi dewasa. Setelah menikah, seorang laki-laki Minang akan menjadi
sumando sekaligus mamak bagi kaum pihak istri. Sedangkan perempuan
akan menjadi mande pada kaumnya sendiri. Sumando adalah sebutan
untuk laki-laki Minang yang menjadi menantu di keluarga perempuan atau
istrinya. Mande adalah panggilan untuk seorang ibu, sedangkan mamak
adalah sebutan bagi paman atau saudara laki-laki dari pihak ibu.
Puti Reno Raudha Thaib dalam bukunya yang berjudul Palaminan
Minangkabau (2014, h. 2), menuliskan bahwa perkawinan bagi individu
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
3
Minangkabau merupakan peresmian seorang laki-laki atau perempuan dari
suatu kaum memasuki dunia dewasa. Perkawinan menjadi sebuah
peresmian atau terjadinya hubungan timbal balik yang seimbang antara
dua kaum yang dihubungkan dalam tali atau ikatan perkawinan tersebut.
Karena begitu pentingnya makna sebuah perkawinan pada suku
Minangkabau, maka Baralek menjadi upacara penggabungan dua kaum
yang berbeda dengan masing-masing kebesaran, kehormatan, harga diri,
dan kekayaan.
Prosesi perkawinan adat Minangkabau atau Baralek sendiri memiliki
proses yang cukup panjang dan amat kaya dengan simbol-simbol yang
mengandung makna. Berlangsung kurang lebih selama tiga hingga tujuh
hari, Baralek memiliki tujuh langkah tradisi adat yang harus dijalani
hingga perkawinan tersebut dianggap sah.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berniat dan ingin
mengetahui secara lengkap mengenai prosesi perkawinan adat
Minangkabau Nagari Padang. Peneliti menemukan tradisi yang terkandung
dalam prosesi Baralek amat menarik untuk diteliti. Baralek dengan segala
tradisi, prosesi adat, baju tradisional, hingga pelaminannya yang tak biasa
mengandung makna dan simbol yang tak akan pernah habis untuk dibahas.
Ruang lingkup penelitian Pemaknaan Prosesi Perkawinan Adat
‘Baralek’ Nagari Padang adalah masyarakat Minangkabau yang
memahami dan menjalani prosesi adat ‘Baralek’.Penelitian ini dilakukan
di Kota Padang, Sumatera Barat. Hal ini dikarenakan objek penelitian
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
4
merupakan masyarakat Minangkabau yang menetap di Kota Padang.
Penelitian ini dilakukan pada Maret hingga Juni 2016.
1.2 Latar Belakang
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan dalam
penelitian ini adalah:
1) Bagaimana peristiwa komunikasi yang terkandung dalam prosesi
Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang?
2) Bagaimana situasi komunikasi dalam prosesi Adat perkawinan
‘Baralek’ Nagari Padang?
3) Bagaimana tindakan komunikasi yang pada prosesi Adat perkawinan
‘Baralek’ Nagari Padang?
4) Bagaimana makna Prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari
Padang?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui komponen komunikasi yang terkandung dalam
prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang.
2. Tindakan komunikasi dari prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari
Padang.
3. Situasi komunikasi yang ada pada prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’
Nagari Padang.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
5
4. Untuk mengetahui makna prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari
Padang.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoretis
Penelitian ini dapat memberi kontribusi pada kajian llmu komunikasi
khususnya di bidang etnografi komunikasi budaya. Menambah
pengetahuan pada kajian ilmu etnografi budaya dengan menggunakan
masyarakat Minangkabau sebagai objek penelitian.
2. Secara Praktis
Manfaat penelitian ini untuk menggali nilai-nilai budaya yang
terkandung pada prosesi Baralek atau perkawinan adat Masyarakat
Minangkabau Nagari Padang. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
menambah apresiasi terhadap prosesi Baralek atau perkawinan adat
Masyarakat Minangkabau Nagari Padang. mengenai makna yang
terkandung di dalamnya dan meningkatkan pengetahuan mengenai
nilai-nilai dalam prosesi Baralek atau perkawinan adat Masyarakat
Minangkabau Nagari Padang.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
6
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Penelitian Sejenis Terdahulu
Dalam menentukan judul penelitian ini, penulis melihat beberapa jenis
skripsi yang sudah ada sebagai referensi. Skripsi tersebut berasal dari
beberapa universitas yang ada di Indonesia. Kedua skripsi sejenis yang
penulis pilih memiliki isu yang sama dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu tentang perkawinan adat tradisional. Hanya saja objek atau
subjek penelitian, media, dan metodologinya berbeda.
Penelitian pertama karya Melisa, mahasiswi Universitas Sriwijaya yang
berjudul “Proses Pernikahan Adat Masyarakat Palembang Di Kelurahan 15
Ulu”. Teori serta konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah
etnografi komunikasi dan Interaksionisme simbolik. Penelitian bersifat
deskriptif dan menggunakan studi kasus dan wawancara sebagai teknik
pengumpulan data.
Hasil temuan penelitian menujukkan pernikahan masyarakat Palembang
memiliki beberapa tahapan, antara lain proses pelaksanaan sebelum
pernikahan, proses pelaksanaan pernikahan, antara lain proses pelaksanaan
sesudah pernikahan merupakan rangkaian upacara peninggalan nenek
moyang yang diwariskan secara turun- temurun kepada masyarakat
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
7
Palembang. Dalam pelaksanaanya, tak semua hal masih diikuti oleh
masyarakat.
Salah satu proses yang mulai ditinggalkan adalah ngantarke keris,
ketika mau masuk ke rumah pengantin perempuan, pengantin laki-laki
harus melangkahi pedupaan”. Perubahan pada proses pernikahan adat
masyarakat Palembang merupakan akibat dari penyebaran unsur-unsur
kebudayaan (difusi), asimilasi, dan akulturasi yang dipengaruhi oleh faktor
perubahan pola pikir dan kemajuan pendidikan, pengaruh kebudayaan
masyarakat lain, perubahan sikap masyarakat.
Penelitian kedua berjudul: “Makna Prosesi Perkawinan Jawa Timur”
oleh Usfatun Zannah, mahasiswi Universitas Riau, Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik. Penelitian ini menggunakan etnografi komunikasi dan
interaksionisme simbolik sebagai teori dan konsep. Penelitian ini bersifat
deskriptif dan menggunakan studi kasus, observasi lapangan, dan
wawancara sebagai teknik pengumpulan. Penelitian ini menggunakan teks
sejarah sebagai acuan penelitian.
Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa bebagai nilai lokal yang
terkandung dalam upacara “Tebus Kembar Mayang” adalah bahwa
upacara ini berasal dari agama Hindu, dan merupakan perwujudan dari
adat dan agama. Prosesi adat ini juga menunjukkan keunikan dari
masyarakat Jawa Timur yang masih mempertahankan keaslian budaya.
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis
lakukan terlihat dari beberapa unsur. Yaitu objek penelitian, paradigma
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
8
penelitian, serta hasil penelitian. Objek penelitian yang digunakan peneliti
adalah masyarakat Minangkabau yang tinggal di wilayah Nagari Padang.
Berbeda dengan Melisa dan Usfatun yang menjadikan masyarakat
Palembang Kelurahan 15 Ulu dan masyarakat Desa Jatibaru, Kabupaten
Siak sebagai objek penelitian. Peneliti menggunakan paradigma
konstruktivis, sedangkan Usfatun menggunakan paradigma intepretif
dalam melihat fenomena yang dikaji. Review mengenai kedua penelitian
tersebut bisa dilihat dari tabel berikut.
Tabel 2.1 Review Penelitian Sejenis Terdahulu
Penelitian Penelitian Pertama Penelitian Kedua
Judul
Penelitian
Proses Pernikahan Adat
Masyarakat Palembang Di
Kelurahan 15 Ulu
Makna Prosesi Perkawinan Jawa
Timur (Pendekatan Etnografi
Komunikasi dalam Upacara
Tembus Kembar Mayang di Desa
Jatibaru, Kacamatan Bungaraya,
Kabupaten Siak, Provinsi Riau)
Penulis Melisa Usfatun Zannah
Universitas Universitas Sriwijaya Universitas Riau
Teori yang
digunakan
Etnografi Komunikasi dan
interaksionisme simbolik oleh
Sofian dalam Lexy J.
Etnografi komunikasi dan
interaksionisme simbolik
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
9
Moeleong
Metode
Penelitian
Penelitian Kualitatif dengan
pendekatan Etnografi
komunikasi.
Penelitian Kualitatif dengan
paradigma interpretif.
Hasil
Penelitian
Proses pernikahan adat
masyarakat Palembang
merupakan akibat dari
penyebaran unsur-unsur
kebudayaan (difusi), asmilasi,
dan akulturasi yang
dipengaruhi oleh factor
perubahan pola piker dan
kemajuan pendidikan,
pengaruh kebudayaan
masyarakat lain, dan
perubahan sikap masyarakat.
Tradisi Kembar Mayang
merupakan pewujudan dari adat
dan agama. Tradisi ini
mencerminkan keunikan
masyarakat Jawa Timur yang
masih mempertahankan keaslian
budayanya, sekaligus memberi
peluang untuk menghidupkan
kembali nilai-nilai budayanya.
Persamaan -Isu perkawinan adat
masyarakat tertentu
-Penelitian deskriptif
kualitatif
-Teknik pengumpulan data
dengan observasi, wawancara
- Isu perkawinan adat masyarakat
tertentu
- Penelitian deskriptif kualitatif
-Teknik pengumpulan data dengan
observasi, wawancara mendalam
-Strategi penelitian: studi kasus
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
10
mendalam dan dokumentasi
- Strategi penelitian: studi
kasus
Perbedaan Objek penelitian adalah
masyarakat Palembang
Kelurahan 15 Ulu
- Objek penelitian adalah
masyarakat Jawa Timur Desa
Jatibaru
2.2 Teori dan Konsep
2.2.1 Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan Teori Interaksionisme Simbolik dan
Teori Etnografi komunikasi dalam mengkaji situasi, peristiwa, dan
tindak komunikasi yang terjadi dalam upacara Adat Perkawinan
„Baralek‟ Nagari Padang.
2.2.1.1 Interaksionisme Simbolik
Penelitian ini menggunakan teori Interaksionisme
Simbolik untuk mengkaji fenomena yang terjadi dalam adat
perkawinan „Baralek‟ Nagari Padang. Teori ini menjadi
acuan peneliti dalam memaknai setiap ritual yang ada.
Larossa dan Reitzes (1993 dikutip dalam West-Turner,
2008, h. 96) menyatakan bahwa interaksi simbolik adalah
sebuah kerangka referensi untuk memahami bagaimana
manusia, bersama dengan orang lainnya, menciptakan dunia
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
11
simbolik dan bagaimana dunia ini, sebaliknya, membentuk
perilaku manusia.
Susanne K. Langer (Mulyana, 2008, h. 92) menjelaskan
salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan
simbolisasi atau penggunaan lambang, di mana manusia
adalah satu-satunya hewan yang menggunakan lambang. Di
dalam buku yang sama, Ernst Cassirer juga mengatakan
bahwa keunggulan manusia dari makhluk lain adalah
keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. Yaitu
mampu menggunakan simbol sebagai cerminan kemampuan
manusia untuk berbahasa atau berkomunikasi.
Sedangkan Kuswarno (2008, h. 22) menyatakan bahwa
karakteristik dasar dari ide ini adalah suatu hubungan yang
terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan
hubungan masyarakat dengan individu.
Pencipta teori ini sejatinya adalah George Herbert Mead,
namun kemudian muridnya yang bernama Herbert Blumer
mempopulerkan teori ini dengan nama „Teori Interaksi
Simbolik‟. Larossa & Reitzes, (1993, h. 136) menjelaskan
pada intinya interaksi simbolik merupakan sebuah kerangka
referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama
dengan orang lainnya, menciptakan dunia simbolik dan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
12
bagaimana dunia ini, sebaliknya membentuk perilaku
manusia (West & Turner, 2013, h. 96).
Larossa & Reitzes (1993) mengatakan bahwa ada tiga
tema besar yang mendasari asumsi dalam teori interaksi
simbolik (West & Turner, 2008, h. 98-104) yaitu:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
a) Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan
makna yang diberikan orang lain terhadap mereka.
b) Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia.
c) Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
2. Pentingnya konsep mengenai diri
a) Individu-individu mengembangkan konsep diri
melalui interaksi dengan orang lain.
b) Konsep diri memberikan sebuah motif penting
untuk berperilaku.
3. Hubungan antara individu dan masyarakat
a) Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh
proses budaya dan sosial.
b) Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
Mead (West & Turner, 2008, h. 104-108) menyatakan
bahwa interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam
membentuk makna yang berasal dari Mind (pikiran
manusia) Self (mengenai diri), dan hubungannya di tengah
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
13
interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk
memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah Society
(masyarakat) di mana individu tersebut menetap. Douglas
(1970) dalam Ardianto (2007, h.136) menuliskan bahwa
makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain
untuk membentuk makna, selain dengan membangun
hubungan dengan individu lain melalui interaksi.
Berdasarkan berbagai keterangan dari para ahli di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa semua tindakan yang
dilakukan manusia berasal dan terbentuk dari konsep
pikiran, diri, dan masyarakat. Manusia bereaksi dan saling
berkomunikasi berdasarkan makna-makna yang ada. Hal ini
berjalan selaras dan tak terpisahkan.
Pada penelitian ini, interaksi yang dilakukan individu
dalam setiap prosesi adat „Baralek‟ Nagari Padang menjadi
salah satu objek penelitian. Lewat teori interaksionisme
simbolik, peneliti akan menganalisis dan menginterpretasi
makna yang terkandung dalam prosesi adat „Baralek‟
Nagari Padang.
2.2.1.2 Etnografi Komunikasi
Dalam penelitian ini, penelliti juga menggunakan teori
etnografi komunikasi untuk mengkaji peristiwa yang terjadi
dalam adat perkawinan „Baralek‟ Nagari Padang.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
14
Etnografi komunikasi adalah ilmu yang mengkaji tentang
bagian sejarah dalam masyarakat, kebudayaan yang dianut
oleh sekelompok masyarakat yang dikaji dengan
menggunakan teori etnografi. Kuswarno (2008, h. 11)
menyatakan bahwa etnografi komunikasi adalah ilmu yang
lahir dari pengembangan antropologi linguistic yang
dipahami dalam konteks ilmu komunikasi.
Littlejohn & Foss (2009, h. 460) menuliskan bahwa
etnografi komunikasi melihat pada:
1) Pola komunikasi yang digunakan oleh sebuah
kelompok.
2) Mengartikan semua kegiatan komunikasi ini ada
untuk kelompok.
3) Kapan dan di mana anggota kelompok menggunakan
semua kegiatan.
4) Bagaimana praktik komunikasi menciptakan suatu
komunitas.
5) Keragaman kode yang digunakan oleh sebuah
kelompok.
Kuswarno (2008, h.2) menuliskan bahwa etnografi
komunikasi merupakan salah satu dari studi penelitian yang
mengkhususkan pada berbagai penemuan pola komunikasi
manusia dalam suatu masyarakat tutur. Menurutnya,
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
15
definisi etnografi komunikasi sendiri adalah pengkajian
peranan bahasa dalam perilaku komunikatif masyarakat,
yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam
masyarakat yang bebeda-beda kebudayaannya (2008, h. 11).
Hymes dalam Teori Komunikasi (Little John & Foss
2008, h. 461) menjelaskan:
Budaya berkomunikasi memiliki cara yang berbeda,
tetapi semua bentuk komunikasi membutuhkan kode
bersama, pelaku komunikasi yang tahu dan
menggunakan kode, sebuah alat, keadaan, bentuk
pesan, topik, dan sebuah peristiwa yang diciptakan
dengan penyebaran pesan.
Hymes (Kuswarno, 2008, h. 14) juga menuliskan ruang
lingkup kajian etnografi sebagai berikut:
1) Pola dan fungsi komunikasi
2) Hakekat dan definisi masyarakat tutur
3) Cara-cara berkomunikasi
4) Komponen-komponen kompetensi komunikatif
5) Hubungan bahasa dengan pandangan dunia dan
organisasi sosial.
6) Semesta dan ketidaksamaan linguistik dan sosial.
Teori etnografi komunikasi menurut Littlejohn & Fosh
(2009, h. 356-357) memiliki tujuh asumsi sebagai berikut:
1) Komunikasi dapat digambarkan dalam sistem aturan.
Anggota masyarakat membuat komunikasi pilihan di
luar tata bahasa. Mereka membuat pilihan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
16
berdasarkan apa yang cocok dalam konteks sosial
budaya mereka.
2) Para pengguna simbol, khususnya simbol yang
melingkupi struktur kehidupan sosial budaya.
3) Komunikasi berpola. Meskipun kepribadian dan
kekhasan individu dapat mempengaruhi pilihan
komunikasi, namun sebagian besar dari komunikasi
manusia tidak terstruktur. Pada umumnya, kehidupan
sehari-hari terdiri dari banyak urutan komunikasi yang
diulang-ulang setiap harinya.
4) Komunikasi berbeda. Sumber apa saja yang tersedia
untuk melakukan komunikasi, bagaimana komunikasi
dilakukan, dan bagaimana komunikasi dinilai berbeda
di seluruh konteks sosial budaya.
5) Komunikasi adalah konsekuensi sosial, orang-orang
yang menanggung konsekuensi oleh suatu masyarakat
tertentu.
6) Komunikasi strategis. Menggunakan kode verbal dan
nonverbal sebagai acuan untuk individu ataupun
kelompok mencapai hasil yang diharapkan.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
17
7) Komunikasi tidak mutlak ditentukan oleh budaya atau
kelompok.
Kuswarno (2008, h. 34) menyatakan bahwa fokus
perhatian etnografi komunikasi adalah perilaku komunikasi
dalam tema kebudayaan tertentu, jadi bukan keseluruhan
perilaku seperti dalam etnografi. Yang dimaksud adalah
tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak
ketika terlibat dalam proses komunikasi.
Peneliti harus mengetahui terlebih dahulu mengenai
bagaimana peristiwa dan bentuk tindakan komunikasi yang
dilakukan, agar dapat menyimpulkan hubungan berbagai
komponen dalam proses komunikasi tersebut.
2.2.1.4 Kebudayaan
Gustini & Alfan (2012, h. 15) menuliskan bahwa kata
budaya berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yaitu
bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Dengan demikian, budaya dapat diartikan sebagai “hal-hal
yang berkenaan dengan akal”.
Menurut Lonner dan Malpass dalam Samovar (2010, h.
27), budaya merupakan pemrograman pikiran atau hal yang
dibuat manusia dan lingkungan. Di dalam budaya, adat
istiadat serta kebiasaan dari para leluhur diturunkan dari
generasi ke generasi berikutnya.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
18
Koentjaraningrat (2009, h. 165) mengatakan bahwa ada
tujuh unsur kebudayaan universal yang akan selalu ada pada
semua bangsa di dunia, yaitu:
1. Bahasa
2. Kelengkapan hidup
3. Sistem sosial kemasyarakatan
4. Sistem mata pencaharian
5. Sistem pendidikan dan pengajaran
6. Sistem kepercayaan
7. Sistem kesenian
Merill dalam Gustini & Alfan (2012, h. 17) menjelaskan
kebudayaan merupakan pola-pola perilaku yang dihasilkan
dalam interaksi sosial dan semua perilaku ataupun semua
produk yang dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat yang ditemukan melalui interaksi simbolis.
Dari berbagai definisi dan penjelasan di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa budaya merupakan suatu hal yang
diciptakan oleh manusia dan memiliki peran amat penting
dalam membentuk pola perilaku manusia. Budaya menjadi
menjadi pedoman manusia dalam bertindak dan mengambil
keputusan. Hal ini menjadi amat sulit dipisahkan dan
seringkali menjadi sejalan dengan sistem kepercayaan
manusia.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
19
2.2.1.5 Baralek (Perkawinan Adat pada Masyarakat
Minangkabau)
Pada setiap kelompok masyarakat, perkawinan
merupakan suatu ikatan penting yang tidak boleh
disepelekan atau dianggap remeh. Perkawinan merupakan
suatu peralihan penting dalam tingkatan kehidupan
seseorang. Koentjaraningrat (Sukmasari dan Amir M.S.,
2009, h. 65) mengatakan bahwa arti perkawinan dari sudut
kebudayaan adalah:
1. Pengatur kelakuan manusia yang bersangkut paut
dengan kehidupan seksnya.
2. Memberi ketentuan hak dan kewajiban serta
perlindungan kepada anak-anak sebagai hasil dari
perkawinan itu.
3. Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan seorang
teman hidup, harta, gengsi, dan naik kelas (derajat)
dalam masyarakat.
4. Pemeliharaan hubungan baik antara kelompok-
kelompok tertentu.
Perkawinan menjadi suatu ikatan khusus yang
membentuk tatanan masyarakat. Oleh karena itu,
perkawinan tak hanya menyangkut hubungan kedua
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
20
mempelai atau calon pengantin saja, namun juga melibatkan
persoalan hubungan keluarga besar masing-masing pihak.
Agar hubungan perkawinan kedua mempelai dapat
berjalan lancar dan selaras, mereka harus terlebih dahulu
melakukan penyesuaian diri. Hal ini dikarenakan kedua
calon bisa saja berasal dari dua latar belakang, pendidikan,
dan status sosial yang berbeda. Perbedaan tentunya kadang
dapat menyebabkan konflik dan gesekan yang tak dapat
dihindari. Sebelum melangkah ke dalam ikatan perkawinan
yang sakral, pasangan harus terlebih dahulu mampu
mengatasi berbagai perbedaan yang ada.
Berbagai pertimbangan inilah yang kerap dihadapi oleh
pasangan dengan etnis Minangkabau. Masyarakat
Minangkabau amat menjunjung tinggi nilai-nilai adat dalam
suatu ikatan perkawinan. Bagi Masyarakat Minangkabau,
perkawinan adalah peresmian dan terjadinya hubungan
timbal balik, seimbang dan berimbang serta setara antara
dua buah kaum yang dihubungkan dengan tali perkawinan.
(2014, h. 2).
Ajaran agama Islam sebagai pedoman utama masyarakat
Minangkabau tentunya juga turut mempengaruhi tatanan
adat dan syarat utama terlaksananya suatu ikatan
perkawinan. Sukmasari (2009, h.13) dalam buku
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
21
Perkawinan Adat Minangkabau menyebutkan syarat utama
yang harus dipenuhi oleh pasangan agar dapat terjadinya
perkawinan Minangkabau adalah sebagai berikut:
1. Kedua calon mempelai harus beragama Islam.
2. Kedua calon mempelai tidak sedarah atau tidak berasal
dari suku yang sama, kecuali pesukuan itu berasal dari
nagari atau luhak yang lain.
3. Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan
menghargai orang tua dan keluarga kedua belah pihak.
4. Calon suami (marapulai) harus sudah mempunyai
sumber penghasilan untuk dapat menjamin kehidupan
keluarganya. Perkawinan yang dilakukan tanpa
memenuhi semua syarat di atas dianggap perkawinan
sumbang, atau perkawinan yang tidak memenuhi syarat
menurut adat Minang. Selain dari itu masih ada
tatakrama dan upacara adat dan ketentuan agama Islam
yang harus dipenuhi seperti tatakrama japuik
manjapuik, pinang meminang, batuka tando, akad
nikah, baralek gadang, dan sebagainya. Tatakrama dan
upacara adat perkawinan inipun tak mungkin
diremehkan karena semua orang Minang menganggap
bahwa perkawinan itu sesuatu yang agung, yang kini
diyakini hanya sekali seumur hidup.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
22
2.2.1.6 Langkah-langkah Adat Perkawinan Minangkabau
Sebelum suatu pasangan dapat melangsungkan pesta
perkawinan atau biasa disebut dengan baralek oleh
masyarakat Minangkabau, terdapat rangkaian kegiatan yang
harus dijalani terlebih dahulu. Langkah adat ini tak hanya
melibatkan kedua individu yang akan menikah saja, namun
juga segenap keluarga besar keduanya. Langkah adat ini
dilakukan berurutan.
Yang pertama dimulai dari Manapuak Banduah, yaitu
tradisi menjodohkan atau saling memperkenalkan calon
pengantin perempuan atau pria. Biasanya, telah ada
kesepakatan terlebih dahulu antara Ninik Mamak dengan
orangtua yang anaknya akan dicarikan jodoh tersebut. Jika
sudah merasa cocok dan menemukan Urang Sumando
(menantu laki-laki) yang dirasa tepat, maka akan berlanjut
pada jenjang selanjutnya. Langkah kedua adalah
Maminang. Ketiga adalah Malam Bainai untuk pihak
perempuan, hingga Akad Nikah atau Katangah
dilaksanakan.
Berikut adalah penjelasan mengenai tiga langkah awal
yang harus dilakukan sebelum upacara perkawinan atau
baralek dapat berlangsung:
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
23
1. Manapuak Banduah (Perjodohan atau
Perkenalan)
Manapuak Banduah atau perjodohan merupakan
langkah paling awal dalam rangkaian adat perkawinan
Minangkabau. Pada tahap ini, pihak keluarga
perempuan lebih aktif. Usaha menjodohkan ini
dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu pihak
perempuan mendatangi atau berkunjung ke rumah
calon istri atau pihak laki-laki. Sejatinya, sebelum
melangsungkan tahap ini kedua pihak keluarga besar
sudah saling mengenal terlebih dahulu. Biasanya
kedua pihak sudah menilai terlebih dahulu hal-hal
mengenai latar belakang, pendidikan, dan bagaimana
kehidupan keluarga masing-masing. Jika kedua calon
mempelai merasa tertarik atau cocok, barulah usaha
perjodohan ini akan berlanjut.
2. Maminang dan Barundiang (Lamaran dan
Berunding)
Maminang dapat berarti meminang dalam bahasa
Indonesia. Pada langkah ini, pihak keluarga
perempuan mengirimkan utusan untuk datang ke
rumah pihak laki-laki. Utusan yang datang adalah
Ninik Mamak, Bundo Kanduang, keluarga, dan Bako
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
24
(saudara perempuan dari ayah). Tujuan kedatangan ini
tentu saja untuk menyampaikan ketertarikan dan
keinginan dari pihak perempuan untuk meminang
sang laki-laki. Maksud ini disampaikan kepada pihak
laki-laki yang sudah menunggu.
Tamu yang datang membawa Carano berisi sirih,
pinang, atau rokok. Juga ada makanan seperti ayam
panggang, ikan bakar, bolu hias, dan pisang untuk
dinikmati bersama-sama. Kunjungan ini biasanya
dilakukan pada malam hari di waktu yang telah
ditentukan.
Saat maksud kedatangan pihak perempuan sudah
diutarakan, kedua pihak keluarga akan barundiang
bersama untuk mencapai kata sepakat. Mereka akan
membicarakan mengenai waktu atau hari akan
dilakukan upacara pernikahan atau akad nikah dan
tata cara pelaksanaan adat sampai sedetil-detilnya.
Jika sudah mencapai kata sepakat, maka biasanya
juga akan dilaksanakan Timbang Tando atau bertukar
tanda ikatan janji, sebagai bukti kedua belah pihak
sudah setuju untuk menjodohkan dan menikahkan
anak kemenakannya.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
25
Pada zaman dahulu, pihak pria akan memberikan
keris kepada pihak perempuan. Sebagai balasannya,
pihak perempuan akan memberikan selendang sebagai
tanda. Namun pada era modern seperti sekarang,
tanda ini berubah menjadi cincin. Setelah ini, kedua
belah pihak akan menjalani masa menghitung hari
pernikahan.
3. Malam Bainai (Malam Menggunakan Inai)
Upacara ini dilakukan khusus bagi anak daro atau
pengantin perempuan. Bainai berarti meletakkan daun
inai kepada kuku jari calon anak daro. Daun ini
dibiarkan semalaman hingga meninggalkan bekas
kemerahan pada kuku. Tradisi yang satu ini
dilaksanakan sebagai bentuk curahan kasih sayang
dan perhatian dari seluruh keluarga dan tetangga
dekat untuk melepas sang anak daro yang akan
melangsungkan pesta perkawinan esok hari. Ada juga
masyarakat Minangkabau yang percaya bahwa
meletakkan daun inai pada kuku bertujuan untuk
menghindarkan sang anak daro dari hal buruk yang
tak diinginkan.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
26
4. Manjapuik Marapulai
Pada hari perkawinan atau pengucapan Ijab Qabul
dilakukan, marapulai akan bersiap-siap mengenakan
pakaian bercorak keagamaan di rumah orangtuanya.
Pakaian yang digunakan biasanya terdiri dari jas,
kemeja, sarung, peci atau kopiah, dan kaos kaki.
Anak daro atau pengantin perempuan akan berjalan
menuju ke rumah Marapulai atau pengantin pria
sambil membawa Carano berisi sirih pinang, yang
dipimpin oleh Urang Sumando (suami dari saudara
perempuan Anak Daro).
Sesampainya di rumah Marapulai, akan
dilangsungkan prosesi “Turun Ranjang”. Prosesi ini
merupakan saatnya marapulai minta diri kepada
kedua orangtuanya untuk menikah. Prosesi ini
menandakan anak lelaki Minangkabau akan berpisah
dari orangtuanya dan memulai hidup baru di
lingkungan keluarga istrinya.
Barulah setelah prosesi ini berakhir, Marapulai
dibawa pergi menuju kediaman istrinya atau anak
daro.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
27
5. Akad Nikah/Ijab Qabul
Ijab Qabul dilaksanakan di kediaman pengantin
perempuan atau Anak Daro. Acara ini dipimpin dan
disahkan oleh penghulu dari KUA (Kantor Urusan
Agama).
Fiony Sukmasari dan Amir M.S. dalam bukunya
Traditional Wedding of Minangkabau (2009, h. 82)
menuliskan bahwa, agar acara Ijab Qabul ini dapat
terlaksana secara sah, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh kedua mempelai, yaitu:
a. Ada persetujuan dari Anak Daro untuk
dinikahkan
b. Ada persetujuan dari bapak atau saudara laki-
laki dari si Anak Daro
c. Ada dua saksi yang ditunjuk keluarga Anak
Daro
d. Menandatangani akta nikah
e. Anak Daro dalam keadaan bersih (tidak datang
bulan).
Pada prosesi ini juga akan dilakukan acara
penyerahan mahar atau mas kawin, biasanya
diberikan oleh mempelai pria kepada mempelai
perempuan. Umumnya yang dijadikan mas kawin
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
28
adalah kitab suci Al Quran atau seperangkat alat
salat atau sembahyang. Setelah pengucapan Ijab
Qabul selesai dilaksanakan, barulah Marapulai
memberikan mas kawin kepada Anak Daro.
Setelah melangsungkan akad nikah dan telah sah
menjadi sepasang suami istri, maka keluarga kedua
belah pihak akan melangsungkan serangkaian
upacara perayaan untuk memperingatinya. Di
antaranya adalah Babako dan puncaknya, yaitu
Baralek/Katangah.
Berikut adalah penjelasan mengenai upacara adat
yang dilakukan:
1. Babako (Kembali dari rumah Bako)
Babako berarti turun dari rumah Bako
(saudara perempuan dari ayah). Anak Daro
akan didandani dengan cantik dan diberi
makan di rumah Bako dan diantar bersama-
sama menuju ke rumah orang tuanya.
Sesampainya di rumah orangtuanya,
rombongan akan disambut dan dipersilakan
masuk. Anak Daro akan minta restu kepada
keluarga besarnya. Dimulai dari tetua terlebih
dahulu, setelah itu dilanjutkan hingga anggota
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
29
keluarga lainnya. Babako ini sendiri
dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan
dan penghargaan dari pihak keluarga ayah,
karena hendak melepas sang anak gadis untuk
menikah.
2. Baralek
Sebelum baralek, marapulai dijemput lagi
ke rumah ibunya, dan saat itu telah siap
mengenakan pakaian marapulai lengkap yang
dinamakan Roki. Marapulai juga mengenakan
cincin dan memegang Carano. Dengan
berjalan kaki menuju lokasi baralek, marapulai
diiringi oleh dua orang pasumandan dan kaum
ibu bersunting rendah.
Marapulai dibawa berjalan ke rumah anak
daro untuk dipersandingkan di bawah
pelaminan. Inilah puncak dari rangkaian acara
perkawinan adat Minangkabau. Pesta
perkawinan ini diselenggarakan secara meriah.
Biasanya diadakan di rumah mempelai
perempuan atau gedung. Terdapat Palaminan
atau tempat duduk khusus bagi pengantin yang
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
30
didesain secara mewah dan sarat akan simbol
adat.
Elemen-elemen yang ada di
palaminan menurut Puti Reno Raudha Thaib
(2014, h. 36) adalah:
1. Dasar Palaminan
Dibuat dari kain beludru merupakan dasar
palaminan atau latar belakang dari sebuah
palaminan, diletakkan pada bagian paling
belakang, untuk menutupi seluruh dinding
belakang palaminan. Motif sulaman polos.
Warna: hijau laut atau warna gelap lainnya.
2. Kain Bakabek
Dibuat dari kain beludru warna merah
kemudian bagian tengahnya diikat longgar dan
digantungkan tegak lurus di kiri kanan, di
depan dasar palaminan. Motif sulaman polos.
3. Sabeang atau Lansie
Dibuat dari kain beludru warna hitam atau
merah kasumbo terdiri dari dua helai kain
yang dipasang tegak lurus di kiri kanan
sebagai pengikat kain bakabek. Motif sulaman:
bada mudiak atau siriah gadang
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
31
4. Kalambu
Dibuat dari kain sutera atau bahan yang lebih
halus,ringan, transparan dengan berbagai
warna yang meriah. Digantungkan dengan
berlapis-lapis dari atas sampai ke lantai di kiri
kanan bagian dalam sebeang dan bagian
tengah tiap lapis kelambu diikat longgar. Motif
sulaman polos atau pinggirnya di sulam halus
dengan motif kain basusun.
5. Kain Jalin
Dibuat dari kain katun atau bahan lainnya
terdiri dari tiga warna: kuning, hijau, dan
merah. Ketiga kain itu dijalinkan pada dua
buah kayu/tonggak yang berjarak melengkung
seperti kubah masjid. Didirikan di kiri kanan
sebagai bingkai dari kalambu. Kain jalin ini
ada dibuat dari kain panjang batik.
6. Tonggak Katorok
Dibuat dari kain katun atau satin berwarna
kuning dan disusun dalam rangkaian kain
berbentuk gelombang, dipasang di samping
kiri dan kanan kain bajalin.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
32
7. Banta Gadang
Dibuat dari kain satin atau beludru berwarna
hitam atau merah yang disulam dengan benang
emas dan dilekatkan pada sisi kiri, kanan, dan
depan pada rangka lemari kayu dengan
konstruksi seperti pondok kecil. Banta gadang
ini dua buah yang diletakkan di kiri kanan
bagian luar dari kain jalin. Motif sulaman:
singo-singo, burung-burung, ula Gerang,
saluak laka, dan lainnya.
8. Tabie atau Paco-Paco
Dibuat dari bahan kain perca-perca dari katun
berwarna-warni; hijau, kuning, dan merah
dalam berbagai bentuk geometris yang satu
sama lain dijahit untuk menyambungkannya.
Diletakkan di kiri kanan di luar palaminan
untuk menutup dinding.
9. Tirai
Dibuat dari kain sutera, satin atau beludru
berbentuk persegi panjang dan bagian
bawahnya meruncing ke tengah yang disulam
dengan benang emas. Dijahitkan ke atas tabie
dan diletakkan di bagian belakang, di kiri
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
33
kanan, melekat ke loteng. Warna: setiap tirai
berbeda; kuniang mudo, ijau daun, bungo
taruang,manggih masak. Motif; paco-paco,
api-api, dan di tengahnya dijahitkan cermin
bulat (dulu terbuat dari batu mulia).
10. Tirai Awan Bararak
Terdiri dari tirai dan tabia yang diberi
ornament dengan berbagai ragam hias yang
dipasang pada dinding bagian atas, bentuknya
persegi panjang. Ragam hiasnya beragam.
11. Tirai kolam (langik-langik batirai)
Dibuat dari kain satin atau beludru berwarna:
hitam, merah, kuning, dan hijau laut.
Bentuknya empat persegi dan dibentangkan
untuk penutup loteng, di atas depan kelambu.
Motif; sulaman pada bagian tengah yang
berwarna hijau laut disulam dengan benang
emas. Sekeliling kain hijau tersebut dijahitkan
kain hitam dan di sekeliling kain hitam
dijahitkan kain kuning dan di bagian luar
dikelilingi oleh kain berwarna merah.
12. Angkin
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
34
Dibuat dari kain berwarna-warni, asal bukan
krem atau metalik dan dibentuk seperti kuda-
kuda, kupu-kupu, atau bunga-bunga dan
digantungkan dilluar kain jalin. Motif
sulaman;nago-nago, aka cino, dan lainnya.
13. Rambai-rambai (karamai)
Dibuat dari benang yang kuat dan kertas
timah. Bentuk: bulat-bulat seperti buah
rambai. Masing-masing dirangkaikan menjadi
sebuah rangkaian timah berkilat. Diletakkan
dengan dirapatkan pada ondas berbentuk
gelombang-gelombang.
14. Layang-layang
Merupakan hiasan yang dipasang pada langit-
langit berbentuk segi empat panjang dan
lancip.
15. Ombak-ombak
Hiasan seperti lidah-lidah, dibuat dari kain tiga
lapis dengan jarak tertentu. Pada lapis
belakang berwarna hijau dan pada lapis kedua
di tengah berwarna merah lado, dan bagian
depan berwarna kuning kunik. Diletakkan
memanjang dan merapat ke loteng. Motif
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
35
sulaman; manggih masak atau pucuak
rabuang.
16. Lidah-lidah
Bentuk; seperti lidah manusia atau dasi
berwarna merah, kuning, dan hijau daun.
Motif sulaman untuk masing-masing lidah
sulamannya adalah; saik galamai, pucuak
rabuang. Dipasang melekat pada setiap ondas;
masing-masing empat buah.
17. Peti kayu
Terdiri dari kayu berukir sebanyak dua buah
yang diletakkan di antara banta gadang.
18. Dulang Bakaki
Dulang tinggi bakaki untuk meletakkan
makanan dan ditutup dengan tuduang saji. Dan
dalamak dengan motif sulaman; burung-
burung, saik wajik dan lainnya.
19. Tudung Saji
Dibuat dari pandan untuk penutup makanan di
dulang. Berbentuk kerucut ada yang dihiasi
dengan benang dam perca warna-warni dan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
36
ada juga yang tanpa hiasan, ditutup dengan
dalamak.
20. Dalamak
Untuk menutup tudung saji dan carano,
berbentuk segi empat dan diberi ornamen
dengan berbagai bentuk seperti segitiga.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
37
Bagan 2.1
ParadigmaKonstruktivis
EtnografiKomunikasi InteraksionismeSimbolik
Prosesi AdatPerkawinan ‘Baralek’
Nagari Padang
AspekBudaya MetodePenelitian:Etnografi
Komunikasi
PemaknaanProsesiAdatPerkawinan ‘Baralek’
Nagari Padang
(StudiEtnografiKomunikasiPadaMasyarakat
Minangkabau, Kota Padang)
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dalam melihat
fenomena yang dikaji. Seperti penjelasan oleh West & Turner (2013, h.
55) paradigma ini menyatakan bahwa para individu secara berkala
menciptakan struktur sosial melalui aksi dan interaksi mereka; karenanya
tidak terdapat kebenaran abstrak atau realita ada hanya ketika orang yang
menciptakannya secara bersama-sama.
Hidayat (2002, h. 204) menjelaskan dimensi yang ada dalam paradigma
konstruktivis adalah:
1. Ontologi
Realitas merupakan konstruksi sosial kebenaran, suatu realitas
bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan
oleh pelaku sosial.
2. Epistimologis
Pemahaman suatu realitas, atau temuan suatu penelitian merupakan
produk interaksi peneliti dengan yang diteliti.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
39
3. Aksiologi
a. Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan
dari penelitian.
b. Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang
menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial.
c. Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas sosial secara dialektis
antara peneliti dan yang diteliti.
Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis dengan tujuan
menemukan dan mengetahui bagaimana sebuah makna atau pesan
terbentuk melalui berbagai tindakan dan peristiwa yang dilakukan oleh
masyarakat Nagari Padang.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Menurut
Sugiyono (2011, h. 7) tipe penelitian kualitatif didasarkan pada bentuk
data yang terkumpul maupun hasil analisisnya. Penelitian kualitatif
menganggap objek yang diteliti sebagai sesuatu yang bersifat dinamis,
serta merupakan hasil konstruksi pemikiran dan interpretasi terhadap
gejala yang diamati. Sifat penelitian ini adalah deskriptif. Deskriptif
berfokus pada perilaku yang sedang terjadi. Tujuan dalam sifat ini
membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta dan
sifat obyek tertentu (Kriyantono, 2006, h. 61). Data yang diperoleh peneliti
dari hasil wawancara dan obervasi akan dianalisis oleh peneliti.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
40
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah etnografi
komunikasi. Kriyantono (2006, h. 67) menjelaskan bahwa:
Metode etnografi komunikasi adalah riset yang digunakan untuk
menggambarkan bagaimana individu-individu menggunakan budayanya
untuk memaknai realitas. Riset ini bertujuan untuk mendeskripsikan
kebudayaan tertentu secara mendalam dari berbagai aspek seperti artefak-
artefak budaya, pengalaman-pengalaman hidup, kepercayaan, dan sistem
nilai dari suatu masyarakat.
Melalui metode etnografi komunikasi, peneliti ingin mengkaji peristiwa
dalam prosesi Baralek atau perkawinan adat Nagari Padang. Menurut
Kuswarno (2008, h. 15) tujuan utama metode etnografi adalah
menghimpun data deskriptif dan analisis terhadapnya tentang bagaimana
makna-makna sosial dipergunakan.
Peneliti ingin meneliti mengenai perilaku dan tindakan dalam kegiatan
yang terjadi dalam prosesi adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang yang
mengandung banyak makna dan simbol.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Kuswarno (2008, h. 60) menjelaskan mengenai tujuan utama
pengumpulan data dalam studi etnografi adalah untuk lebih mengerti
masyarakat yang sedang diteliti. Adapun caranya yaitu dengan
mengumpulkan dan membuat sendiri kesimpulan-kesimpulan statistik,
mengumpulkan artifak, mengambil foto, membuat
daftar,mendokumentasikan kebiasaan-kebiasaan yang unik, menggambar
peta dan masih banyak lagi.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
41
Menurut Lofland dan Lofland (Kuswarno, 2008, h. 60), sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen, dan lain-lain.
Dalam teknik pengumpulan data, peneliti melaksanakan penelitian
dengan cara observasi non partisipan, wawancara, dan studi dokumen
terkait prosesi adat perkawinan masyarakat Minangkabau Nagari Padang.
Peneliti akan mendapatkan informasi dari narasumber dengan daftar
pertanyaan yang telah dibuat dan disusun oleh peneliti mengenai prosesi
adat perkawinan masyarakat Minangkabau Nagari Padang.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1. Observasi Non-Partisipan
Kuswarno (2008, h. 58) menjelaskan observasi non partisipan
sangat cocok digunakan untuk mengamati perilaku-perilaku atau
kegiatan yang tidak memungkinkan peneliti untuk ikut terlibat di
dalamnya.
Peneliti terjun langsung ke lapangan dan melakukan pengamatan
mengenai aktivitas dan kegiatan yang terjadi dalam prosesi
perkawinan adat masyarakat Nagari Padang. Pemanfaatan teknologi
seperti kamera dan video akan sangat membantu peneliti dalam
mengumpulkan data di lapangan.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
42
2. Wawancara Mendalam
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti
adalah teknik wawancara mendalam atau wawancara tidak
terstruktur. Kuswarno (2008, h. 54) menjelaskan bahwa dalam
penelitian etnografi, pada umumnya wawancara terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki alternatif respon yang
ditentukan sebelumnya.
Peneliti berada di Kota Padang dan melakukan wawancara
mendalam terhadap sejumlah narasumber yang sudah ditentukan.
Peneliti akan melakukan wawancara secara tatap muka dengan
narasumber dan bertanya mengenai hal seputar prosesi perkawinan
adat masyarakat Minangkabau di kota Padang. Peneliti tidak akan
seluruhnya bergantung pada urutan pertanyaan yang akan diajukan,
melainkan mengikuti alur wawancara.
3. Studi Dokumen
Teknik pengumpulan data lain yang akan digunakan oleh peneliti
adalah studi dokumen. Menurut Sugiyono (2008, h. 83) studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Peneliti juga akan
mempelajari data berupa dokumentasi foto atau video upacara
‘Baralek’ dari narasumber yang diwawancarai.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
43
3.4 Unit Analisis / Informan
Unit analisis dalam penelitian ini adalah prosesi adat ‘Baralek’ Nagari
Padang di Kota Padang, Sumatera Barat. Seluruh individu yang berada di
dalamnya merupakan unit analisis bagi peneliti. Pemilihan informan
berfokus kepada masalah yang hendak diteliti.
Penelitian ini menggunakan purposive sampling untuk menentukan
informan. Menurut Moleong (2010, h. 224-225) ciri-ciri purposive
sampling adalah:
1. Rancangan sampel yang muncul: sampel tak dapat ditentukan atau
ditarik terlebih dahulu.
2. Pemilihan sampel secara berurutan : bertujuan memperoleh variasi
sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan
sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan
dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas
informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat
dipertentangkan atau diisi kesenjangan informasi yang didapat.
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel : mulanya sampel dapat sama
kegunaannya. Sesudah makin banyak informasi yang di
dapat,sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian.
4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan : pada purposive
sample jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi yang
diperlukan. Penarikan sampel dapat diakhiri jika tidak ada lagi
infomasi yang disaring.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
44
Informan yang akan diwawancarai oleh peneliti adalah tokoh adat yang
memahami seluk beluk adat Minangkabau di Kota Padang. Hal ini
dikarenakan informan tersebut memiliki kekayaan informasi mengenai
topik yang dibahas oleh peneliti. Beberapa kriteria pemilihan informan
menurut Neuman (2000, h. 394) adalah:
1. The informant is totally familiar with the culture and is in position to
witness significant events makes a good informant. (Informan yang
baik adalah informan yang sangat terbiasa dengan budaya tersebut
dan menyaksikan peristiwa penting tersebut).
2. The individual is currently involved in the field.(Individu tersebut
terlibat langsung di lapangan).
3. The person can spend tine with the researcher. (Orang tersebut
mampu menghabiskan waktu bersama peneliti).
4. Non-analytic individuals make better informant. A non-analytic
informant is familiar with and uses native folk theory or pragmatic
common sense. (Individu non-analisis merupakan informan yang
lebih baik karena individu ini akrab dengan budaya dan mampu
menjelaskan berdasarkan pengalaman pribadinya).
Berdasarkan kriteria di atas, maka peneliti memutuskan untuk memilih
lima informan untuk diwawancarai. Antara lain adalah Indra Faisal,
Chessie, Dewi, Novianti, dan Marah Yulius. Kelimanya merupakan orang
Minangkabau yang menetap di Kota Padang dan memahami adat
‘Baralek’.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
45
Tabel 3.1 Matriks Informan
Nama Informan Keterangan
1. Indra Faisal Seorang keturunan penghulu
Minangkabu yang menjalankan prosesi
adat ‘Baralek’ secara lengkap.
2. Chessie Anak dari Datuk di Minangkabau yang
menjalankan prosesi adat ‘Baralek’
secara lengkap.
3. Dewi Masyarakat Minangkabau yang tidak
menjalankan prosesi adat secara
lengkap.
4. Marah Yulius Anggota KAN (Kerapatan Adat
Nagari) Padang. Sangat memahami
mengenai adat ‘Baralek’.
5. Novianti Awaludin Kepala UPBD Museum
Adityawarman, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Sumatera Barat.
3.5 Keabsahan Data
Peneliti menggunakan teknik triangulasi data dalam menguji keabsahan
data hasil penelitian, agar valid dan akurat. Data yang telah diperoleh akan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
46
diteliti kebenarannya dengan menggunakan data empiris atau sumber lain
yang ada.
Menurut Moleong (2010, h. 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
dengan metode. Pada triangulasi dengan metode, Patton dalam Moleong
(2010, h. 331) menjelaskan terdapat dua strategi, yaitu:
a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data.
b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
Bungin (2011, h. 265) menjelaskan mengenai penggunaan teknik
triangulasi data:
Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap
penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat
dengan metode wawancara sama dengan metode observasi, atau apakah
hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika
diwawancarai. Begitu pula teknik yang dilakukan untuk menguji sumber
data, apakah sumber data ketika diwawancarai dan diobservasi akan
memberikan informasi yang sama atau berbeda. Apabila berbeda maka
peneliti harus dapat menjelaskan perbedaan itu, tujuannya adalah untuk
mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.
3.6 Teknik Analisis data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan etnografi
komunikasi.
1. Aktivitas Komunikasi
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
47
Peneliti akan mengidentifikasi pertistiwa komunikasi atau proses
komunikasi. Kuswarno (2008, h. 41) mengatakan bahwa hal ini
penting untuk dibahas agar proses komunikasi yang ada menjadi
khas dan dapat dibedakan dari proses komunikasi yang dibahas
dalam konteks komunikasi yang lain.
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi
dalam etnografi komunikasi , diperlukan pemahaman mengenai unit-
unit diskrit aktivitas komunikasi yang dikemukakan oleh Hymes
(Kuswarno, 2008, h. 41):
a. Situasi komunikasi atau konteks terjadinya komunikasi.
b. Peristiwa komunikatif atau keseluruhan perangkat komponen
yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi.
c. Tindak komunikatif, yaitu fungsi interaksi tunggal,seperti
pernyataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non
verbal.
Jadi aktivitas komunikasi menurut etnografi komunikasi tidak
bergantung pada adanya pesan, komunikator, komunikati, media,
efek, dan sebagainya. Aktivitas komunikasi dalam etnografi
komunikasi merupakan peristiwa-peristiwa yang khas yang berulang
peristiwa komunikasi itu sendiri pada akhirnya akan membawa
penelitian kepada pemolaan komunikasi, karena akan ditemukan
hubungan-hubungan khas antar komponen pembentuk satu peristiwa
komunikasi.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
48
2. Komponen komunikasi
Dalam penelitian etnografi komunikasi, komponen komunikasi
merupakan bagian yang sangat penting, karena melalui komponen
komunikasi suatu peristiwa komunikasi dapat diidentifikasi.
Hymes (Zakiah, 2008, h. 187) menjelaskan bahwa peristiwa
komunikasi harus memenuhi 8 komponen komunikasi:
1. Setting, mengacu pada lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik
situasi, dan scene mengacu pada abstrak dari situasi psikologis
kebudayaan.
2. Participant, mengacu pada pihak-pihak yang terlibat langsung
pada peristiwa.
3. Ends, mengacu pada tujuan dari peristiwa, termasuk hasil
akhir dari suatu peristiwa.
4. Act sequence, mengacu pada tindak komunikatif, tindak tutur,
atau ujaran pada peristiwa.
5. Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat dalam tindak
tutur.
6. Instrumental, mengacu pada bentuk pesan, baik lisan maupun
tulisan.
7. Norm of interaction, mengacu pada norma atau aturan dalam
berinteraksi pada suatu peristiwa.
8. Genre, mengacu pada jenis penyampaian, seperti narasi, puisi,
mitodologi, peribahasa, ceramah, serta pesan komersial.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
49
Penelitian berfokus pada komponen komunikasi di atas untuk
mengamati dan menggali makna-makna pesan verbal maupun non
verbal yang ada dalam peristiwa komunikasi.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Subjek atau Objek Penelitian
4.1.1 Prosesi Baralek adat Nagari Padang
Nagari Padang adalah satu dari nagari-nagari yang berada dalam
Lingkungan Alam Minangkabau pada Provinsi Sumatera Barat.
Penduduk aslinya berasal dari suku Minangkabau dan tersebar pada
daerah Luhak Nan Tigo. Artinya wilayah kawasan Gunung Merapi dan
Gunung Singgalang yang meliputi Tanah Datar, Agam, dan Luhak
Limo Puluah Koto, juga daerah rantau seperti: Pariaman, kota Padang,
Pasisia, dan daerah lainnya. Dengan populasi yang diperkirakan
berjumlah lebih dari delapan juta jiwa, suku Minangkabau ini dikenal
sebagai “Orang Minang” atau “Orang Padang”.
Perkawinan bagi orang Minang dianggap sebagai suatu masa
peralihan hidup yang amat penting. Setelah menikah, seseorang
dianggap telah memasuki dunia dewasa dan mengalami peralihan
status dari kemenakan menjadi urang/orang. Bagi orang Minang,
perkawinan merupakan sebuah bentuk peresmian ikatan atau hubungan
timbal balik antara dua kaum yang dipersatukan.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
51
Orang Minang dikenal sangat menghargai dan menjunjung tinggi
adat istiadat dan norma di manapun mereka berada. Oleh karena begitu
pentingnya makna sebuah ikatan perkawinan di Minangkabau, maka
perkawinan menjadi suatu hal yang patut dan harus dirayakan secara
meriah lewat upacara adat dan keagamaan yang berlaku. Sesuai
dengan pepatah Minang Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah, yang berarti adat yang didasarkan kepada syariat agama
Islam.
Upacara atau prosesi perkawinan Minangkabau ini disebut Baralek,
yang artinya pesta. Rangkaian prosesi adat ini amat menarik untuk
diteliti satu per satu. Adapun rangkaian prosesi tersebut dimulai dari
Manapuak banduah atau perkenalan, Maminang atau lamaran,
Barundiang atau berunding, BaBako, Malam bainai, Manjapuik
marapulai, Akad nikah, dan Baralek. Masing-masing dilakukan secara
berurutan, sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku.
Dalam hidup bermasyarakat, orang Minang dikenal sangat
menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan gotong royong. Dalam hal
ini sesuai dengan ungkapan pepatah ringan samo dijinjiang, barek
samo dipikua (ringan sama dijinjing, berat sama dipikul). Pepatah adat
ini diterapkan secara penuh selama pelaksanaan prosesi perkawinan.
Hal ini terlihat dari fakta lapangan yang menunjukkan bahwa saat
melangsungkan prosesi adat, seluruh kerabat, sanak saudara, dan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
52
tetangga turut terlibat dalam mempersiapkan segala sesuatunya.
Seperti membantu meringankan beban dengan memberikan bantuan
berupa bahan makanan, ternak, ataupun sumbangan tenaga di hari H.
Khusus untuk keluarga besar, mereka biasanya akan datang membawa
makanan berupa kue-kue yang dijunjung atau diletakkan di atas kepala
untuk dinikmati bersama.
Orang Minang juga mempunyai rasa malu yang besar atau harga
diri tinggi mengenai hal ini. Jika seseorang atau sebuah keluarga
sedang mengalami peristiwa kebahagiaan (atau bahkan duka) dan tidak
ada tetangga yang berpartisipasi untuk datang membantu, maka orang
atau keluarga Minang tersebut akan merasa malu. Bagi orang sekitar,
hal ini akan menjadi tanda bahwa ia adalah orang yang dikucilkan atau
dianggap sebagai orang yang tidak bermasyarakat. Oleh karena itu,
kebersamaan menjadi satu hal yang amat penting bagi orang Minang.
Bagi orang Minang yang melangsungkan upacara Baralek tanpa
mengikuti prosesi adat yang ada, maka orang tersebut dianggap
sebagai orang yang tidak punya adat dan bahkan tidak punya keluarga
oleh lingkungannya.
“Kalau misalnya kita tidak menjalani, itu tandanya kita tidak punya
adat. Berarti kita dianggap orang yang tidak punya adat dan tidak
punya ninik mamak. Karena ninik mamak itu merupakan kebanggaan
di Sumatera Barat.” 1
1 Hasil wawancara dengan Informan 1, Indra Faisal pada 29 Maret 2016.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
53
Namun belakangan ini, dalam masyarakat Minangkabau kini telah
mengalami beberapa pergeseran dan perubahan dari sebelumnya. Hal
ini terutama terlihat dalam tata cara pelaksanaan dan langkah adatnya.
Jika dulu pelaksanaan keseluruhan prosesi adat baralek bisa
menghabiskan waktu selama kurang lebih satu minggu, kini prosesi
tersebut bisa dilakukan dalam dua hari atau bahkan satu hari saja. Hal
ini dikarenakan ada banyak langkah adat yang tak diikuti alias
dilangkahi begitu saja.
Perubahan bentuk dan susunan dekorasi pelaminan juga cukup
signifikan. Seiring berlalunya waktu, tak banyak lagi masyarakat yang
mengetahui dan memahami bagaimana tata cara pelaksanaan baralek
yang seharusnya. Tak banyak lagi yang memahami apa makna yang
terkandung dalam setiap prosesi adat yang dilakukan.
Mayoritas pelaksanaan adat baralek ini telah mengkuti kondisi
dan keadaan masyarakat setempat. Kecenderungan masyarakat masa
kini yang sangat mengutamakan kepraktisan dan efisiensi waktu
menjadi alasan utama. Pelaksanaan prosesi adat Baralek kini memang
mengalami beberapa penyesuaian, namun tentu saja tanpa mengurangi
kesakralan dan kesucian ikatan perkawinan itu sendiri.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
54
4.1.2 Letak Geografis
Secara geografi kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau
Sumatera, dengan garis pantai sepanjang 84 km. Luas keseluruhan
Kota Padang adalah 694,96 km², dan lebih dari 60% dari luas tersebut,
sekitar ± 434,63 km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan
lindung, sementara selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan.
Sedangkan keadaan topografi kota ini bervariasi, 49,48% luas wilayah
daratan Kota Padang berada pada wilayah kemiringan lebih dari 40%
dan 23,57% berada pada wilayah kemiringan landai.
4.1.3 Jumlah Penduduk Kota Padang
Berdasarkan data yang diperoleh, penduduk Kota Padang, provinsi
Sumatera Barat, yang terbagi menjadi 11 kecamatan, saat ini
berjumlah 876,678 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 437,612
jiwa dan perempuan berjumlah 439,516 jiwa.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Padang
bersambung..
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
55
4. Padang Selatan 29,459 29,321 58,780 100.47
5. Padang Timur 39,129 39,660 78,789 98.66
6. Padang Barat 23,077 22,704 45,781 101.64
7. Padang Utara 33,193 36,858 70,051 90.06
8. Nanggalo 28,694 30,443 59,137 94.25
9. Kuranji 67,448 68,339 135,787 98.70
10. Pauh 32,711 32,153 64,864 101.74
11. Koto Tangah 87,928 86,639 174,567 101.49
Padang 2013 437,162 439,516 876,678 99.46
2012 421,656 432,680 854,336 97.45
2011 420,641 423,675 844,316 99.28
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
56
K
o
t
a
P
Padang merupakan ibukota provinsi Sumatera Barat, yang amat kaya
dengan hasil bumi berupa batubara dan semen. Provinsi ini berada di
sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah. Mata pencaharian
utama masyarakat Minangkabau di Kota Padang terletak pada sektor
pertanian, industri pengolahan, jasa, dan pertambangan.
4.1.4 Profil Informan
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lima orang informan
yang berada di kota Padang. Wawancara ini dilakukan secara
mendalam, menyesuaikan dengan objek yang diteliti untuk
memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Kelima informan
telah diwawancarai, dilakukan dari tanggal 29 Maret 2016 hingga 12
April 2016.
Kelima informan berasal dari berbagai latar belakang berbeda. Agar
peneliti mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan, maka
2010 415,315 418,247 833,562 99.30
2009 432,515 443,235 875,750 97.58
(Sumber : BPS Kota Padang 2006)
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
57
peneliti memilih untuk mewawancarai informan yang secara relevan
memahami dan menjalankan prosesi adat Baralek Nagari Padang.
Oleh karena itu, seluruh informan merupakan masyarakat asli suku
Minangkabau, atau lebih dikenal dengan sebutan orang Padang
(Minang). Peneliti melakukan observasi langsung ke Kota Padang dari
tanggal 25 Maret 2016 hingga 13 April 2016.
Namun tentu saja selama berada di lapangan ada banyak kendala
atau hambatan yang dihadapi. Kendala utama tentu saja untuk
menemukan informan yang sesuai dengan kriteria. Peneliti juga harus
selalu fleksibel dan siap sedia menyiapkan waktu untuk bertemu
dengan narasumber yang sibuk dan memiliki rutinitas yang beragam.
Informan pertama, bernama Indra Faisal yang berprofesi sebagai
dosen pengajar di Universitas UPI YPTK Padang. Indra baru saja
melangsungkan pesta perkawinan atau Baralek dengan istrinya Amalia
Halifah pada 22 Desember 2016. Peneliti memilih Indra sebagai
informan karena memenuhi kriteria peneliti sebagai informan yang
memahami serta menjalani prosesi „Baralek‟ adat Nagari Padang
dengan baik. Peneliti menemui Indra di UPI YPTK untuk wawancara
pada Selasa, 29 Maret 2016. Saat mewawancarai Indra, peneliti tidak
menemukan kendala berarti, dikarenakan Indra mampu bercerita dan
memberikan informasi dengan baik.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
58
Informan kedua adalah Dewi Andriani, berusia 31 tahun dan
bekerja sebagai pegawai swasta. Dewi Baralek pada April 2015.
Peneliti memilih Dewi sebagai narasumber dikarenakan Dewi
merupakan orang Minang yang menikah tapi tidak menjalankan
prosesi adat baralek secara utuh. Dewi hanya menjalankan akad nikah
dan langsung pesta keesokan harinya. Sama sekali tak ada ritual adat
yang dilakukan. Menarik untuk mengetahui alasan dan faktor yang
melatarbelakangi Dewi untuk tidak menjalankan prosesi adat,
mengingat Dewi merupakan orang Minang asli yang masih
mengetahui bagaimana langkah adat yang seharusnya. Peneliti hanya
mengalami kendala kecil saat mewawancarai Dewi, yaitu penjelasan
yang diberikan relatif singkat dan kurang mendetil. Namun akhirnya
peneliti mampu untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam
dari Dewi.
Informan ketiga, adalah Marah Yulius. Yulius merupakan anggota
dari Kerapatan Adat Nagari Padang (KAN) yang amat memahami adat
istiadat yang berlaku pada masyarakat Minangkabau. Peneliti menemui
Yulius di kantor KAN dan melakukan wawancara di sana. Yulius
menjabarkan mengenai makna prosesi baralek secara mendetil dan
jelas. Peneliti merasa amat terbantu dengan informasi yang diberikan
oleh Yulius.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
59
Informan keempat adalah Chessie H Fitriani, yang baru saja
menikah dengan Ahmad Reza pada Januari 2016 lalu. Chessie
melaksanakan prosesi Baralek secara lengkap dan meriah. Peneliti
menjadikan Chessie sebagai narasumber dikarenakan Chessie amat
memahami adat Minangkabau dan merupakan putri satu-satunya dari
Datuk Rangkayo Basa. Hal inilah yang melatar belakangi Chessie
menjadi orang Minang yang sangat menghargai adat istiadat. Peneliti
juga diberi video dokumentasi lengkap mengenai prosesi adat yang
dijalani oleh Chessie.
Informan kelima sekaligus terakhir adalah Novianti Awaludin,
anggota Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat
yang menjabat sebagai Kepala UPBD Museum Adityawarman Kota
Padang. Cukup banyak kendala yang dialami oleh peneliti untuk
mewawancarai Novianti, dikarenakan jadwalnya yang padat dalam
mempersiapkan Komodo Exercise 2016. Jadwal wawancara yang
sudah disepakati terpaksa harus tertunda beberapa kali, hingga
akhirnya peneliti berhasil mewawancarai Novianti pada tanggal 12
April 2016, bertempat di kantor Dinas Kebudayaan Kota Padang.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Pelaksanaan Prosesi Adat Baralek Nagari Padang
Prosesi Adat „Baralek‟ Nagari Padang merupakan sebuah adat
istiadat dan tradisi yang tak terpisahkan dalam diri masyarakat
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
60
Minangkabau. Setiap individu Minangkabau pasti akan menjalani
Baralek sebagai suatu fase hidup yang tak dapat terelakkan. Sudah
menjadi ketentuan adat tersendiri di kalangan masyarakat
Minangkabau, bahwa jika tidak menjalankan prosesi baralek sesuai
dengan ketentuan yang ada, orang tersebut akan dianggap sebagai
manusia yang tidak memiliki adat. Orang tersebut akan dicemooh oleh
lingkungan sekitarnya dan dapat dianggap sebagai bukan orang
Minang. Hal serupa juga diungkapkan oleh Novianti, Kepala UPBD
Museum Adityawarman, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Sumatera Barat.
“Saya: Jadi tidak ada aturan resmi mengenai itu?
Novi: Tidak, itu aturan adat. Itu kan aturan hukum adat. Hukum adat
kan juga tidak secara formal. Itu sudah berlaku secara turun
temurun dan orang tidak akan merasa jadi orang Minang kalau
tidak melaksanakan, begitu.“ 2
Pengetahuan mengenai prosesi adat Baralek secara keseluruhan
atau garis besar diketahui oleh setiap lapisan masyarakat
Minangkabau. Dikarenakan pengetahuan mengenai adat sudah
diajarkan sejak dini oleh didikan keluarga atau ibu. Pada sekolah dasar
dan menengah juga terdapat mata pelajaran khusus yang mengajarkan
mengenai Budaya Alam Minangkabau. Lebih dikenal dengan sebutan
2 Hasil wawancara dengan Informan 5, Novianti pada 12 Maret 2016.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
61
BAM. Hal ini bertujuan untuk menanamkan pemahaman dan
kesadaran akan adat Minangkabau yang berpengangan erat terhadap
nilai-nilai syariat Islam.
Kelima informan yang telah diwawancarai peneliti mengemukakan
hal yang sama. Dalam pelaksanaan prosesi Baralek sendiri, faktor
ekonomi dan ketersediaan waktu yang dimiliki individu menjadi
penentu utama terlaksana atau tidaknya prosesi ini.
Informan 3 merupakan seorang tokoh adat yang amat memahami
prosesi adat Baralek Nagari Padang. Informan 3 membantu
menjelaskan kepada peneliti mengenai perbedaan adat yang dimiliki
oleh masyarakat Minangkabau. Beda daerah, beda pula detil prosesi
yang dilakukan. Hal ini dikarenakan masyarakat Minangkabau
tersebar di seluruh penjuru Sumatera Barat.
“Seperti yang saya bilang tadi, adat salingka nagari. Maksud adat salingka
nagari ini kan Nagari Padang ini. Tata caranya ada bedanya dengan
payakumbuh, pariaman. Kalau pariaman dulu malah laki-laki dibeli. Di
Padang dulu sekali juga begitu. Tapi sekarang tidak lagi, karena kemajuan
zaman.”3
Oleh karena itu, peneliti fokus membahas mengenai prosesi baralek
yang terdapat pada wilayah Nagari Padang yang berada di Kota
Padang. Menurut informan 3, terdapat perbedaan terhadap jamuan
makan yang diadakan pada zaman dahulu dengan saat ini. Pada
jamuan makan baralek tempo dulu, makanan dihidangkan pada satu
3 Hasil wawancara dengan Informan 3, Marah Yulius pada 6 April 2016.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
62
meja panjang. Keluarga dan seluruh tamu undangan akan duduk
bersama di sepanjang meja dan menikmati hidangan yang sudah di
sediakan. Jamuan makan ini disebut dengan Makan Bajamba (Makan
Bersama).
Namun pada saat ini telah terjadi sebuah pergeseran. Makan
Bajamba kini dilakukan hanya pada prosesi sebelum Baralek, seperti
Malam bainai dan hari Akad nikah dilaksanakan. Jamuan makan
Baralek sendiri sudah berubah bentuk menjadi prasmanan biasa.
Semua karena alasan kepraktisan dan efisiensi waktu.
“Kalau dulu sekali baralek di Minang ini, dibuat satu meja panjang,
dihidangkan tuh. Datang tamu, bersama-sama berpantun. Baru makan
bersama. Sekarang mana ada lagi. Ambil sendiri-sendiri, kan? Pakai
katering bahkan. Makan Bajamba itu namanya. Bajamba tuh artinya
disiapkan makanan. Makan Basamo. Jadi begitulah adat istiadat. Melihat
situasi dan kondisi.”4
Gambar 4.1 Makan Bajamba
4 Hasil wawancara dengan Marah Yulius, pada 6 April 2016.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
63
Mengenai langkah adat yang harus dilakukan sebelum baralek bisa
digelar, informan 1 dan 4 tidaklah kesulitan dalam menjawab berbagai
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Keduanya mampu
menceritakan pengalaman masing-masing secara lengkap dan
mendetil.
4.2.2 Pelaksanaan Prosesi Adat Baralek Nagari Padang
Baralek merupakan sebuah adat istiadat masyarakat Minangkabau
yang sudah mendarah daging dan tak bisa dipisahkan dari kehidupan
setiap orang Minang. Seluruh masyarakat Minangkabau pasti
menjalani dan melakukan prosesi ini, terlepas dari lengkap atau
tidaknya prosesi dijalani. Jika tidak menjalankan prosesi ini, maka
orang tersebut akan dianggap bukan orang Minang dan dinilai sebagai
orang yang tidak punya adat.
Perkawinan bagi masyarakat Minangkabau merupakan suatu hal
besar yang patut dirayakan dengan meriah dan penuh kegembiraan.
Namun Baralek ini sendiri harus melalui banyak tahapan dan proses
yang cukup panjang. Seluruh prosesnya turut melibatkan seluruh
keluarga besar kedua pengantin seperti ayah, ibu, dan ninik mamak.
Bahkan para tetangga juga turut dilibatkan dalam mempersiapkan
segala sesuatunya. Nilai kekeluargaan dan kebersamaan menjadi hal
utama dalam prosesi Baralek adat Nagari Padang ini. Semua langkah
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
64
adat dilakukan sesuai dengan aturan adat istiadat yang sudah berlaku
secara turun-temurun.
1. Pelaksanaan Manapuak Banduah (Perjodohan)
Manapuak Banduah atau perjodohan merupakan langkah
paling awal dalam rangkaian adat perkawinan Minangkabau.
Dikarenakan Minangkabau menganut sistem adat Matrilineal,
maka pihak perempuan yang mendatangi pihak laki-laki untuk
menyampaikan niatnya meminang atau melangsungkan
pernikahan. Matrilineal adalah menganut garis keturunan dari
pihak ibu.
Hal ini dirasa penulis sebagai hal yang unik, dikarenakan suku
lainnya di Indonesia melakukan hal sebaliknya: pihak laki-laki
yang meminang dan menganut sistem kekerabatan Patrilineal.
Usaha menjodohkan ini dilakukan dengan cara yang
sederhana, yaitu pihak keluarga perempuan mendatangi atau
berkunjung ke rumah calon Urang sumando atau menantu laki-
laki Minangkabau. Memilih Urang sumando dilakukan dengan
sangat hati-hati oleh keluarga perempuan di Minangkabau. Hal
ini dikarenakan Urang sumando memiliki berbagai fungsi dalam
keluarga Minang:
a. Urang Sumando merupakan bibit yang baik dan akan
menjadikan kampung halaman ramai dan berseri-seri.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
65
b. Urang Sumando akan menjadi tempat kepercayaan dalam
rumah tangga.
c. Urang Sumando menjadi pagaran yang teguh untuk
menjaga kampung halaman, penolong bagi Ninik Mamak.
d. Kalau dia orang cerdik pandai, Urang Sumando akan
menjadi guru bagi anak dan kemenakan.
e. Jika Urang Sumando kaya, ia akan dapat membantu anak
kemenakan yang ada dalam kesulitan.
Biasanya kedua belah pihak sudah menilai terlebih dahulu
hal-hal mengenai latar belakang, pendidikan, dan bagaimana
kehidupan keluarga masing-masing. Hal ini biasanya dilakukan
oleh anggota keluarga pihak perempuan yang memilki pergaulan
luas dan dapat dipercaya. Orang ini akan disebut sebagai “Mak
Jomblang”. Jika kedua calon mempelai merasakan sebuah
ketertarikan atau kecocokan, barulah usaha perjodohan ini akan
berlanjut.
2. Pelaksanaan Maminang (Lamaran)
Maminang dapat berarti meminang dalam bahasa Indonesia.
Pada langkah ini, pihak keluarga perempuan yang sudah
mendapat tanggapan positif dari pihak laki-laki mengirimkan
utusan untuk datang ke rumah pihak laki-laki secara resmi.
Utusan yang datang adalah Ninik Mamak, Bundo Kanduang,
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
66
keluarga, dan Bako (saudara perempuan dari ayah). Tujuan
kedatangan ini tentu saja untuk menyampaikan ketertarikan dan
keinginan dari pihak perempuan untuk meminang sang laki-laki.
Maksud ini disampaikan kepada pihak laki-laki yang sudah
menunggu di rumahnya, lengkap dengan ninik mamak beserta
keluarganya.
Tamu yang datang membawa Carano berisi sirih, pinang, atau
rokok. Juga ada makanan seperti ayam panggang, ikan bakar,
bolu hias, dan pisang untuk dinikmati bersama-sama. Kunjungan
ini biasanya dilakukan pada malam hari di waktu yang telah
ditentukan.
Carano adalah sebuah wadah logam yang diisi dengan
sirih,pinang, serta rokok. Pada bagian atasnya selalu ditutupi
dengan dulamak atau kain penutup carano bercorak indah.
Makna yang dimiliki carano amat penting dalam setiap upacara
adat yang dilaksanakan. Yakni sebagai simbol kemuliaan bagi
penghulu, urang sumando, mamak rumah, ayah, ibu, dan anak
daro.
Carano sendiri dapat diibaratkan sebagai alat pemanggil
pengantin laki-laki dalam setiap langkah adat yang dilakukan.
Seperti pada saat meminang dan manjapuik marapulai. Juga
sebagai bentuk penghormatan kepada setiap tamu yang hadir dan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
67
simbol pengharapan untuk nasib baik di kemudian hari. Carano
diberikan pada saat kedua belah pihak bertemu dan saling
bertukar pantun.
Sirih lengkap bersama pinang juga menjadi suatu keharusan
dalam prosesi. Makna yang terkandung adalah selama proses
persiapan perkawinan sangatlah wajar jika terdapat berbagai
kekurangan. Sama seperti sirih yang jika dikunyah akan terasa
manis sekaligus pahit. Ada ungkapan adat yang menggambarkan
hal ini:
Kok Siriah lah kami makan
Manih lah lakek diujuang lidah
Pahik lah luluih karakuangan
Jika sirih sudah kami makan
Yang manis lekat di ujung lidah
Yang pahit lolos ke kerongkongan
Pepatah ini bermakna agar kedua pihak saling tak
mempermasalahkan kekurangan dan jelekan masing-masing
selama acara. Semua itu wajar adanya.
Jadi bisa disimpulkan bahwa carano beserta sirih merupakan
sebuah benda adat yang sakral dan amat penting posisinya bagi
keberlangsungan suatu upacara perkawinan adat Minangkabau.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
68
Gambar 4.1 Carano
Saat maksud kedatangan pihak perempuan sudah diutarakan,
kedua pihak keluarga akan berunding bersama untuk mencapai
kata sepakat. Akan dibicarakan mengenai waktu atau hari akan
dilakukan upacara pernikahan atau akad nikah dan tata cara
pelaksanaan adat sampai sedetil-detilnya. Jika sudah mencapai
kata sepakat, maka biasanya juga akan dilaksanakan Timbang
Tando atau bertukar tanda ikatan janji, sebagai bukti kedua belah
pihak sudah setuju untuk menjodohkan dan menikahkan anak
kemenakannya. Sama seperti apa yang dikemukakan oleh
Chessie, informan 4.
“Boleh tandanya apa aja. Kalau kakak maunya songket. Pokoknya adat
itu kuat, loh. Pokoknya kalau misalnya adat tidak dipenuhi, dia bisa nggak
mau. Kalau ada satu aja yang kurang, biasanya Bako-Bakonya dia,
mamak-mamaknya dia nggak mau. Ya itu kacau lah acara. Pernah terjadi
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
69
seperti itu. Trus kakak kasihnya itu kan simbolisnya di cincin. Cincin
tunangan ibaratnya.”5
Hal mengenai Timbang Tando ini juga tergambar dalam
pepatah Minang: Batampuak lah buliah dijinjiang, batali lah
buliah dilirik. Pepatah ini berarti jika kedua pihak sudah
melaksanakan tukar tanda, itu berarti keterikatan di mata adat tak
hanya terjadi di antara sang laki-laki dan perempuan saja, tapi
juga di antara kedua kelauarga besar, dan tak bisa dibatalkan
begitu saja secara sepihak.
Pada zaman dahulu, pihak pria akan memberikan keris kepada
pihak perempuan. Sebagai balasannya, pihak perempuan akan
memberikan selendang sebagai tanda. Namun pada era modern
seperti sekarang, tanda ini berubah menjadi cincin, atau sesuai
dengan kesepakatan kedua pihak.
3. Pelaksanaan Malam Bainai (Malam Daun Inai)
Malam bainai atau malam kasih sayang. Upacara ini
dilakukan khusus bagi anak daro atau pengantin perempuan.
Bainai berarti meletakkan daun inai atau pacar merah kepada
kuku jari calon anakdaro. Daun ini dibiarkan semalaman hingga
meninggalkan bekas kemerahan pada kuku. Kuku yang telah
5 Hasil wawancara dengan Chessie, pada 7 Maret 2016.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
70
bainai menjadi tanda bagi semua orang, bahwa perempuan
Minang tersebut sudah menjadi milik suaminya dan tidak lajang
lagi.
Ketika memasuki rumah atau menuruni tangga, di sepanjang
jalan akan dibentang karpet kuning, sebagai alas untuk berjalan.
Seiring anak daro berjalan, saudara laki-lakinya akan bersiap di
belakangnya untuk menggulung karpet kuning yang sudah
dilalui. Hal ini menjadi tanda bahwa tugas sang saudara laki-laki
dalam menjaga saudara perempuannya sudah selesai.
Sebelum acara Bainai dimulai, ada acara siraman secara
simbolis. Anak daro akan diperciki air dan beras yang telah
disiapkan pada tempayan yang berisi air kembang. Setelah
prosesi siraman selesai, barulah Anak daro akan dibawa menuju
pelaminan untuk mulai melaksanakan prosesi Bainai. Anak daro
memakai Suntiang rendah.
Gambar 4.2 Prosesi Malam bainai.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
71
Upacara ini dihadiri oleh semua keluaga besar anak daro.
Satu anggota keluarga akan memasangkan inai untuk satu kuku.
Setelah memasangkan inai, anggota keluarga tersebut akan
memberikan hadiahnya untuk anak daro. Biasanya akan
berbentuk perhiasan emas atau amplop berisi uang yang akan
langsung dipasangkan pada tubuh anak daro. Wejangan juga
akan diberikan. Biasanya berupa nasehat mengenai bagaimana
cara menjalankan perkawinan yang sakinah, mawadah, dan
warohmah.
Berdasarkan studi dokumen, peneliti menemukan bahwa pada
pemasangan inai di jari terdapat arti dari masing-masing jari
yang dipasangkan inai tersebut yaitu:
1) Ibu jari atau jempol
Melambangkan penghargaan, kebaikan, dan pujian si calon
istri kepada calon suami
2) Telunjuk
Melambangkan kehati-hatian calon istri dalam bertindak,
tidak semena-mena dalam bersikap, dan tidak leluasa
dalam memerintah
3) Jari tengah
Melambangkan kehati-hatian dalam menimbang hati calon
mertua, calon ipar, calon besan dan orang lain.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
72
4) Jari manis
Melambangkan keidealisan pasangan dalam menjalankan
hidup berumah tangga
5) Jari kelingking
Kelingking bermakna terkecil. Artinya kelingking
merupakan jari yang paling kecil dan terletak di paling
ujung yang melambangkan pengharapan agar calon anak
daro dapat bersikap, rendah hati, tidak sombong selalu
tawaddu’. Diharapkan juga calon anak daro tidak
tersisihkan, terkebelakangi oleh calon ipar, calon besan,
calon mertua serta keluarga lainnya.
Gambar 4.3 Daun Inai di jari anak daro.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
73
Ketika seluruh anggota keluarga telah memberikan inai,
tibalah saatnya bagi Anak daro untuk gantian memberikan
sepatah dua patah kata. Mengucapkan terima kasih kepada
orangtua dan keluarga yang telah membesarkan, mendidik, dan
merawatnya hingga akan menikah. Ini merupakan saat yang
paling menyentuh dan mengharukan bagi seluruh pihak yang
terlibat.
Tradisi yang satu ini dilaksanakan sebagai bentuk curahan
kasih sayang dan perhatian dari seluruh keluarga dan tetangga
dekat untuk melepas sang anak daro yang akan melangsungkan
pesta perkawinan esok hari. Ada juga masyarakat Minangkabau
yang percaya bahwa meletakkan daun inai pada kuku bertujuan
untuk menghindarkan sang anak daro dari hal buruk yang tak
diinginkan.
Jadi malam bainai juga dapat disimpulkan sebagai malam
kebebasan terakhir dari seorang gadis Minang. Sebagai tanda
bahwa seorang perempuan Minang sudah tidak lajang lagi.
4. Pelaksanaan Manjapuik Marapulai (Menjemput Pengantin
Pria)
Pada hari perkawinan atau pengucapan Ijab Qabul dilakukan,
marapulai akan bersiap-siap mengenakan pakaian bercorak
keagamaan di rumah orangtuanya. Pakaian yang digunakan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
74
biasanya terdiri dari jas, kemeja, sarung, peci atau kopiah, dan
kaos kaki.
Anak daro atau pengantin perempuan akan berjalan menuju
ke rumah Marapulai atau pengantin pria sambil membawa
“cerana” berisi sirih pinang, yang dipimpin oleh Urang sumando
(suami dari saudara perempuan Anak daro).
Sesampainya di rumah Marapulai, akan dilangsungkan
prosesi “Turun Ranjang”. Prosesi ini merupakan saatnya
Marapulai minta diri kepada kedua orangtuanya untuk menikah.
Prosesi ini menandakan anak lelaki Minangkabau akan berpisah
dari orangtuanya dan memulai hidup baru di lingkungan
keluarga istrinya. Barulah setelah prosesi ini berakhir, Marapulai
dibawa pergi menuju kediaman istrinya atau Anak daro.
5. Pelaksanaan Akad nikah
Akad nikah adalah upacara keagamaan, dan baru akan sah jika
dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Proses pernikahan ini
bagi anak perempuan dilakukan dan dilaksanakan oleh ayah
kandungnya di depan para saksi, ninik mamak, kaum kerabat
dari kedua belah pihak yang dipandu oleh pejabat agama Islam
(Kadi). Akad nikah biasanya dilaksanakan pada hari Jumat di
masjid atau di rumah calon pengantin perempuan.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
75
Gambar 4.4 Akad nikah
6. Pelaksanaan Babako (Kembali Dari Rumah Bako)
Babako berarti turun dari rumah Bako atau keluarga besar
ayah. Anak daro yang akan melangsungkan pesta perkawinan
didandani oleh Bako. Anak daro akan dirias dengan cantik,
dipakaikan baju pesta yang indah, dan diberi makan. Setelah itu
Anak daro akan diantar beramai-ramai oleh Bako menuju rumah
orangtua, sambil membawa makanan yang telah dimasak secara
beramai-ramai oleh Bako sebelumnya.
“Jadi kan gini, filosofinya kalau di Minang itu asal mulanya anak
itu kan dari laki-laki. Dari ayah. Jadi kalau mau anak itu jadi
orang pinter, orang hebat, sukses, itu biasanya keturunannya dari
mana nih? Dari Bako. Dari bapak.” 6
6 Hasil wawancara dengan Chessie, pada 7 Maret 2016.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
76
Sesampainya di rumah orangtua, Anak daro bersama Bako
akan disambut oleh keluarganya dan diadakan pertunjukan musik
talempong serta tari-tarian tradisional. Biasanya berupa tarian
Pasambahan.
Gambar 4.5 Anak daro Diantar Bako Menuju Rumah
Orangtua
Gambar 4.6 Tarian Pasambahan
Besar kecil upacara ini tergantung dengan kemampuan dari
pihak keluarga Anak daro. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
77
tanggung jawab dan penghargaan dari pihak keluarga ayah
terhadap anak saudaranya yang hendak menikah. Besar kecilnya
hantaran yang diberikan juga merupakan gambaran kerukunan
dan kemampuan dari pihak keluarga pengantin.
7. Pelaksanaan Baralek (Pesta Perkawinan)
Baralek secara harfiah berarti pesta perkawinan. Baralek atau
pesta perkawinan Minangkabau ini merupakan puncak dari
seluruh rangkaian adat pernikahan. Marapulai dibawa ke rumah
anak daro untuk basanding atau dipersandingkan di bawah
pelaminan. Pesta ini diadakan untuk merayakan kebahagiaan,
karena salah satu anak kemenakan akhirnya menikah. Baralek
juga menjadi tanda pemberitahuan pada masyarakat sekitar,
bahwa anak dari keluarga Minang tersebut sudah dewasa,
meninggalkan status lajangnya untuk membentuk suatu keluarga
baru.
Pada umumnya, Baralek didadakan secara meriah dan
mewah. Pesta ini dihadiri oleh seluruh anggota keluarga, relasi,
tetangga, teman dekat, dan berbagai tamu undangan. Marapulai
dan Anak daro basanding seharian di pelaminan, melayani setiap
tamu yang datang. Keduanya mengenakan baju adat, yaitu baju
kebesaran adat penghulu untuk Marapulai, dan baju kurung
panjang dengan hiasan kepala berbentuk Suntiang bagi Anak
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
78
daro. Seluruh atribut hiasan pakaian adat dan pelaminan Minang
selalu didominasi oleh warna emas.
a. Pakaian Adat Marapulai (Pengantin Pria)
Pakaian adat yang dikenakan oleh pengantin pria atau
marapulai adalah baju kurung kebesaran Minangkabau
yang biasanya dipakai oleh penghulu. Puti Reno (2014, h.
69) menjelaskan bahwa pakaian pengantin laki-laki pakai
roki terdiri dari baju merah yang terbuka bagian depannya,
pinggir baju, pinggir leher,dan ujung lengan bajunya yang
kembang atau lebar diberi minsie berwarna emas. Baju
batabuah dengan benang emas atau emas. Memakai kemeja
putih sebagai baju dalam yang ditutupi di bagian dadanya
dengan sejenis oto warna hijau sewarna dengan tokoh
pengantin perempuan. Pengantin laki-laki juga memakai
seuntai kalung panjang warna emas. Celana berwarna hijau
yang ujungnya diberi minsie dua lapis di bagian bawah
lebih lebar dari bagian atasnya. Kain sesamping dari
balapak senada dengan kain pengantin perempuan. Yang
unik adalah bentuk tutup kepala seperti topi berjalin
berwarna merah dan dihiasi dengan benang emas. Alas
kaki sepatu tertutup warna hitam atau cokelat.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
79
Baju berlengan panjang dan dihiasi dengan motif
sulaman yang dijahit menggunakan benang emas. Pakaian
adat ini biasanya berwarna merah. Destar berwarna emas
menjadi hiasan kepala wajib bagi marapulai.
Baju kebesaran ini menjadi lambang kehormatan bagi
Marapulai karena di hari resepsi perkawinannya,
marapulai dijadikan sebagai „raja‟ sehari.
Gambar 4.7 Baju Adat Marapulai dan Anak Daro
b. Pakaian Anak daro (Pengantin Perempuan)
Baju yang dikenakan oleh Anak daro pada hari Baralek
adalah baju kurung panjang bersulam benang emas dan
kain sarung balapak. Warna pakaian selalu didominasi oleh
tiga warna, yaitu merah, hitam, dan kuning.
Pakaian ini tentu disesuaikan dengan syariat Islam.
Yang khas dan berbeda dari pengantin Minang adalah
hiasan kepala yang bernama Suntiang.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
80
Suntiang adalah hiasan kepala pengantin perempuan
Minangkabau yang terbuat dari susunan bunga yang
dibentuk setengah lingkaran dan diletakkan di atas kepala.
Suntiang berwarna emas, biasanya terbuat dari bahan
logam. Namun saat ini juga banyak yang terbuat dari
plastik, agar lebih ringan saat dikenakan.
Suntiang ini terdiri dari beberapa lapisan hiasan.
Lapisan dasar atau pertama tersusun dari bunga serunai.
Bunga ini biasanya terdiri dari tiga hingga lima lapis.
Lapisan kedua terdiri dari bunga gadang atau bunga besar
sebanyak tiga hingga lima lapis. Hiasan puncaknya adalah
kambang goyang atau bunga goyang. Selain itu, juga ada
hiasan bunga yang menjuntai di sisi kiri dan kanan kepala
pengantin. Hiasan ini bernama kote-kote.
Puti Retno dalam bukunya yang berjudul Pakaian Adat
Perempuan Minangkabau (2014, h. 29) menuliskan bahwa
pola pakaian adat Minangkabau terdiri dari:
1. Tekuluak
Tekuluak adalah penutup kepala. Masing-masing
nagari memiliki berbagai corak tekuluak yang
mempunyai variasi dari segi: bentuk, bahannya, cara
pembuatan, dan pemakaiannya.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
81
2. Baju Kuruang Basiba
Baju kurung sudah merupakan pakaian yang umum
dipakai perempuan, tidak hanya di Minangkabau tapi
juga di daerah lainnya. Baju kurung ini juga
mempunyai berbagai corak jahitan, dan warna.
3. Lambak
Lambak adalah kain yang disarungkan sampai ke
mata kaki. Disebut juga kodek terdiri dari kain
balapak/songket, sarung bugis, sarung batik. Lambak
mempunyai banyak corak, motif tenunan dan
jahitannya, bahannya dan jahitan-jahitannya.
4. Kain sandang
Kain yang disandang di atas bahu dan
diselempangkan di atas dada. Terdiri dari kain
balapak, kain jao, selendang gadang bajaik Koto
Gadang. Pemakaian kain sandang juga bervariasi di
setiap nagari, termasuk juga bahan, warna, dan motif
ornamennya sulamannya.
5. Perhiasan untuk kepala
Masing-masing nagari pun mempunyai berbagai
variasi yang sangat banyak sekali. Perhiasan untuk
kepala biasanya dipakai di depan atau belakang
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
82
rambut berupa suntiang, tusuk sanggul atau lacah.
Sunting ini berbagai coraknya, seperti: suntiang
gadang/kambang Pariaman, suntiang pisang saparak
Payakumbuah, dan lain-lain.
6. Perhiasan untuk leher atau dukuah
Terdiri dari: dukuah nasura dukuah pualam, dukuah
calak intan, dukuah bungo tanjuang, dan lain-lain.
Gelang dan cincin pun bermacam coraknya. Pada
beberapa daerah, jari kelingking perempuan juga
diberi hiasan berupa kuku ameh atau kuku canggai
yang dibuat dari emas.
c. Palaminan
Pelaminan bisa diartikan sebagai tempat duduk dan
bersandingnya pengantin Minang pada hari pesta
perkawinan atau Baralek. Asal katanya dari bahasa
Melayu, yaitu lamin, yang berarti hiasan. Pelaminan
biasanya berada di dalam rumah pengantin perempuan,
menghadap ke arah pintu rumah. Dalam bukunya yang
berjudul Palaminan Minangkabau, Puti Reno (2008, h. 14)
menuliskan pelaminan dalam pengertian luas dan umum
adalah seperangkat (satu unit kesatuan) hiasan dalam
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
83
(interior) sebuah rumah gadang milik suatu kaum dalam
serangkaian upacara perkawinan.
Pelaminan terdiri dari berbagai elemen dan hiasan yang
cukup rumit. Puti Reno (2008, h.19) menyebutkan warna-
warna dasar pelaminan didominasi oleh warna agak gelap.
Seperti merah kasumbo, ijau kumbang janti, kuniang
gadiang, kuniang ameh, manggih masak, dan hitam. Hal
ini dipengaruhi oleh letak geografis daerah yang beriklim
sejuk dan memiliki banyak pohon.
Makna dari simbol atau lambang dan tanda dari elemen
palaminan antara lain (Puti Retno, 2008, h. 9):
1. Tabir/Tabie
Dibuat dari kain perca berwarna-warni; hitam,
merah, kuning, hijau, dan putih. Bentuknya empat
persegi panjang, segitiga. Digunakan untuk penutup
dinding di dalam dan samping pelaminan. Tabir ini
melambangkan keberagaman adat dalam setiap
nagari di Minangkabau yang dikenal dengan adat
salingka nagari yang diikat atau disatukan oleh adat
nan sabatang panjang.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
84
2. Tirai awan bararak
Dibuat dari kain katun dengan warna kuning,
hitam, dan merah, bentuknya empat persegi panjang.
Tirai awan ini melambangkan perjalanan hidup
seseorang.
3. Langit-langit/tirai kolam
Dibuat dari kain satin atau beludru warna hitam,
merah, merah hijau, merah biru. Bentuk empat
persegi panjang. Disulam dengan benang emas. Ini
melambangkan tentang keterbatasan manusia.
4. Kain Bajalin
Dibuat dari kain katun atau polyster. Warna
jalinnya merah, kuning, hitam atau merah, kuning,
hijau. Melambangkan kemufakatan „tali tigo sapilin,
tungku tigo sajarangan’.
5. Pancuang
Dibuat dari kain katun atau bahan lainnya. Warna
merah, kuning, hijau. Bentuk segitiga atau setengah
lingkaran. Melambangkan status sosial orang yang
mengadakan acara.
6. Tonggak Katorok
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
85
Dibuat dari kain katun berwarna kuning yang
diikat dalam bentuk gelembung. Bermakna setiap
orang harus melihat segala sesuatu itu dari tampak
lahir dan yang tampak batin.
7. Kelambu
Dibuat dari satin, beluduru, atau sutra berbagai
warna yang lembut. Bentuk empat persegi panjang.
Ini melambangkan perempuan Minangkabau terjaga
berlapis-lapis dan tidak gampang saja untuk
dipersunting.
8. Garedeang
Dibuat dari kain satin/ beludru berwarna merah,
hijau, biru, dan bentuknya empat persegi panjang.
Melambangkan hidup yang ingin dicapai adalah
hidup bahagia, tentram dan damai sejahtera.
9. Lansir
Dibuat dari kain satin/beludru berwarna hitam,
hijau, merah manggis dengan bentuk empat persegi
panjang yang diikat di tengahnya. Melambangkan
ikatan kehidupan suami istri yang selaras dan
harmonis.
10. Samie
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
86
Dibuat dari kain satin/beludru warna merah,
merah kasumbo bentuk empat persegi panjang.
Samie melambangkan sandaran kehidupan suami
istri.
11. Lidah-lidah
Dibuat dari kain satin/beludru berbagai
warna,bentuk seperti dasi. Melambangkan seseorang
harus menjaga bahasanya kalau bicara harus hati-hati
dan jangan sampai menyinggung orang lain.
12. Karamalai
Dibuat dari kertas perak yang dibentuk dalam
untaian manik-manik. Melambangkan hubungan
suami istri dan keluarga yang langgeng.
13. Angkin
Dibuat dari kain satin/beludru dengan berbagai
macam warna, bentuk seperti bunga atau kupu-kupu
atau bentuk-bentuk lain. Menandakan bahwa seorang
laki-laki yang sudah menikah kepalanya akan
menyentuh angkin ini sewaktu dia didudukkan
bersanding. Dulu orang-orang tua mengingatkan
kepada anak laki-laki yang berperilaku kurang baik
dengan ungkapan:
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
87
kok indak barubah parangai nan indak elok tu,
makoindak ka di santuah angkin kapalo wa ang nak.
Ungkapan ini bermakna bahwa jika kelakuan atau
kebiasan buruk sang anak laki-laki tersebut tidak
berubah, maka kepalanya tidak akan menyentuh
angkin, yang berarti sang anak tidak akan menikah
atau lama menemukan jodohnya.
14. Puti manyibuak
Dibuat dari kain sutra dengan berbagai warna,
bentuk seperti gulungan kain. Menggambarkan
keberadaan seorang putri atau penganten di dalam
kelambu sebagai pembatas, artinya tidak boleh
langsung dilihat dan disentuh oleh calon suaminya
sebelum ijab Kabul.
15. Ula naga/sabit
Dibuat dari logam warna perak bentuk seperti dua
ekor ular naga. Maknanya ada yang menjaga dan
memelihara putri yang akan dipersunting.
16. Banta kopek
Dibuat dari kain satin/beludru warna merah, bentuk
empat persegi panjang. Melambangkan tingkat
kedudukan sosial yang punya acara.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
88
17. Banta gadang/lemari
Dibuat dari kain katun/beludru/satin warna merah,
hijau, hitam, bentuk seperti rumah/pondok kecil.
Tempat menyimpan pakaian, peralatan adat.
Menggambarkan status sosial yang punya acara.
18. Dulang bakaki
Dibuat dari kuningan, bentuk bundar, dan berkaki.
Tempat makanan bagi penganten. Melambangkan
kehormatan dan kemuliaan bagi kedua pengantin.
19. Carano
Dibuat dari kuningan, bentuk bundar bertirai dan
berkaki, ukurannya lebih kecil dari dulang bakaki.
Untuk meletakkan sirih dengan pelengkapnya.
Sebagai tanda legitimasi untuk memulai setiap
upacara adat.
4.2.3 Pengaruh agama dalam Prosesi Baralek Nagari Padang
Seluruh atau 98% masyarakat Minangkabau memeluk agama Islam,
setelah pada abad ke-7 pedagang Arab memasuki daerah pesisir pantai
Sumatera. Maka ajaran Islam sudah menyatu dalam setiap aspek
kehidupan masyarakat Minangkabau.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
89
Dalam prosesi Baralek adat Nagari Padang, seluruh langkah adat
dilakukan dengan berpegangan kepada pepatah adat yang menjadi
pedoman hidup masyarakat Minangkabau di manapun mereka berada,
yaitu adat basandi syarak basandi kitabullah. Yang berarti hidup yang
ditopang oleh syariat Islam.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Makna Prosesi Baralek Adat Nagari Padang dalam perspektif
Teori Interaksi Simbolik
Dalam kajian teori interaksionisme, orang akan melakukan suatu
tindakan yang didasarkan pada makna simbolik yang didapat dari
situasi tertentu. Zakiah (2005, h. 181) mengatakan simbol dapat
berbentuk kata-kata, gerakan tangan, gambar, atau objek yang memuat
makna khusus, dan yang hanya dipahami oleh anggota kelompok yang
berada dalam kultur bersangkutan. Dalam kata lain, semua tindakan
komunikasi yang dilakukan merupakan suatu kegiatan pertukaran
simbol yang akan menciptakan dan membangun suatu makna.
Ditinjau dari sudut pandang interaksi simbolik, rangkaian prosesi
adat baralek yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di Kota
Padang merupakan gabungan dari berbagai simbol yang membangun
sebuah makna. Hal ini tercermin dari setiap langkah adat yang
dilakukan. Seperti prosesi Maminang dan Manjapuik marapulai yang
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
90
mengharuskan salah satu pihak membawa carano berisi sirih sebagai
tanda penghormatan dan lambang kedatangan secara adat. Juga pada
barang hantaran yang dibawa oleh pihak perempuan. Ini merupakan
syarat adat yang jika tidak dijalankan sesuai dengan kesepakatan, bisa
menyinggung pihak besan. Dalam beberapa kasus bahkan rencana
perkawinan tersebut dibatalkan secara sepihak, dikarenakan barang
hantaran yang dibawa tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
Namun dalam setiap masyarakat adat tentu akan ada pihak-pihak
yang melaksanakan prosesi adat tanpa memahami makna yang
terkandung di dalamnya. Pihak ini biasanya terdiri dari generasi muda
dan anak-anak. Mereka biasanya menjalankan prosesi karena
keinginan pihak keluarga dan sebagai bentuk formalitas saja. Seperti
pada pelaksanaan prosesi Malam bainai. Kini perempuan Minang rata-
rata tidak lagi mengetahui secara lengkap makna di balik setiap jari
yang dipakaikan inai tersebut. Mereka menjalankan prosesi
berdasarkan anjuran dan instruksi dari tetua adat atau keluarga. Anak
daro melakukan prosesi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang
lain untuk menghindari cemoohan dan anggapan miring dari
lingkungan sekitar.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
91
4.3.2 Makna Prosesi Baralek Adat Nagari Padang dalam perspektif
Teori Etnografi Komunikasi dan Interaksi Simbolik
Etnografi komunikasi adalah sebuah kajian teori yang membahas
mengenai budaya, bahasa, dan komunikasi secara ilmiah. Dalam
pengaplikasiannya, teori etnografi komunikasi dapat berjalan sejajar
dengan teori interaksionisme simbolik. Hal ini dikarenakan teori
interaksionisme simbolik yang membahas bahasa dan makna dari
simbol-simbol yang terkandung dalam suatu kebudayaan, sehingga
jika kedua teori ini dihubungkan akan menghasilkan sebuah kajian
yang mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan Prosesi
Baralek Adat Nagari Padang sebagai objek penelitian.
Teori interaksionisme simbolik memiliki tiga konsep penting:
pikiran (mind), diri (self), dan masyarakat (society). Konsep mind pada
masyarakat Minangkabau Nagari Padang adalah adat dan budaya yang
didasarkan seutuhnya pada ajaran agama Islam. Hal ini tampak jelas
pada pepatah hidup yang dipegang erat oleh setiap individu
Minangkabau, yaitu adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
Artinya adalah adat yang bersendikan syariat Islam.
Dalam aspek self, konsep religius juga terlihat jelas pada bentuk
pakaian adat khas Minangkabau yang serba tertutup dan sopan. Hal ini
berjalan selaras dengan ajaran Islam yang mengajarkan untuk selalu
menutup aurat. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa perempuan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
92
Minangkabau selalu mengenakan baju kurung serta hijab dalam setiap
upacara adat. Dalam pelaksanaan prosesi baralek sendiri, masyarakat
Minangkabau sudah menganggap tradisi ini menjadi bagian dari
identitas mereka sebagai orang Minang. Bisa melaksanakan
keseluruhan prosesi adat merupakan kebanggaan tersendiri bagi
masyarakat Minangkabau.
Dalam konsep society, pada masyarakat Minangkabau telah
terbentuk suatu pemikiran jika mereka tidak melaksanakan prosesi
baralek, maka mereka bisa dianggap bukan orang Minang. Hal ini
menjadi suatu hal yang memalukan di kalangan masyarakat
Minangkabau. Orang yang menikah tanpa menjalani keseluruhan
prosesi adat akan dicemooh oleh lingkungan sekitarnya.
Seluruh langkah adat yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau
dalam prosesi baralek ini mengandung makna dan simbol yang akan
dibahas lebih dalam dengan menggunakan delapan komponen
etnografi komunikasi. Komponen ini mencakup setting&scene,
participant, ends, act sequence, key, instrumentalis, norm, dan genre.
4.3.3 Analisis Makna Peristiwa Komunikasi
Komponen komunikasi menempati posisi yang amat penting dalam
pemaknaan peristiwa komunikasi. Hal ini dikarenakan komponen
komunikasi berfungsi untuk mengidentifikasi sebuah peristiwa
komunikasi yang membangun dan membentuk sebuah pola
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
93
komunikasi. Agar dapat mengidentifikasi dan mengetahui peristiwa
apa saja yang terjadi dalam rangkaian panjang prosesi Baralek adat
Nagari Padang, peneliti akan menelaah prosesi Baralek dengan
menggunakan beberapa komponen dalam kajian etnografi komunikasi.
Yaitu setting, scene, participant, ends, act, sequence, key,
instrumentalis, norms, dan genre yang dicetuskan oleh Hymes (1974).
4.3.3.1 Prosesi Manapuak banduah
Langkah awal dari keseluruhan rangkaian prosesi Baralek
adat Nagari Padang adalah Manapuak banduah. Artinya adalah
kaum/keluarga yang mencarikan jodoh untuk anak/
kemenakannya yang dirasa sudah cukup umur untuk menikah.
Bagi orang Minang, hal ini merupakan hal yang wajib
dilakukan, karena merupakan utang bagi keluarga untuk
mencarikan jodoh bagi anak/kemenakan yang belum
mempunyai calon.
Pada zaman dahulu langkah ini bisa disebut dengan
perjodohan, karena belum lazim dikenal apa yang disebut
dengan berpacaran, karena tak diajarkan dalam agama Islam.
Kedua insan muda mudi menikah atas perjodohan keluarga
masing-masing. Para ninik mamak dengan ibu bapak akan
bersepakat mencarikan jodoh yang sesuai dengan
anak/kemenakan. Setelah dirasa telah menemukan beberapa
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
94
calon yang sesuai, maka akan ditunjuk orang yang dirasa
mampu dan dapat dipercaya untuk melakukan peninjauan.
Biasanya anggota keluarga atau kerabat yang dinilai
mempunyai pergaulan yang luas.
Jika tugas yang diberikan kepadanya berhasil, barulah usaha
perjodohan berlanjut. Pihak perempuan akan mendatangi
rumah keluarga calon menantu. Hal ini dilakukan sebagai
perkenalan atau tanda keseriusan pihak perempuan untuk
menjodohkan kedua putra-putri mereka. Biasanya akan dibawa
buah tangan secukupnya. Kedatangan ini bisa berlangsung
hingga dua atau tiga kali. Pihak perempuan secara simbolis
akan membawa pisang sebagai tanda keseriusan. Jika pisang
tersebut diterima oleh pihak keluarga laki-laki, maka
perjodohan akan dilanjutkan ke tahap berikutnya. Namun jika
pisang tersebut tidak diterima atau diminta untuk dibawa
kembali, maka niat perjodohan itu ditolak dan tidak dapat
dilaksanakan.
Kini, langkah adat ini dilakukan hanya jika dirasa perlu saja.
Jika sang anak/kemenakan sudah mempunyai calon sendiri,
maka pihak keluarga akan menilai calon menantunya tersebut.
Pihak keluarga akan menimbang bibit, bebet, dan bobotnya.
Apakah sesuai dan cocok untuk bergabung menjadi anggota
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
95
baru dalam keluarga. Biasanya dilakukan oleh pihak keluarga
perempuan.
Berikut tahapan komponen analisis yang digunakan untuk
memahami peristiwa komunikasi prosesi Manapuak banduah:
1. Setting and Scene
Setting dan scene merupakan rangkaian penataan tertentu
yang berisikan mengenai tata ruang, perlengkapan, dan
pelaksanaan peristiwa komunikasi. Setting meliputi waktu
dan tempat, juga tampilan ruang dan dekorasinya. Lokasi
merujuk pada tempat dilaksanakannya peristiwa
komunikasi. Tak ada dekorasi atau syarat khusus dalam
prosesi Manapuak banduah ini. Dikarenakan lokasi
bertempat di ruang tamu laki-laki dan berjalan natural apa
adanya.
Pelaksanaan prosesi Manapuak banduah dilakukan di
ruang tamu rumah pihak laki-laki yang hendak dijodohkan
dengan pihak perempuan. Pemilihan waktu bebas, tak
memiliki aturan serta tergantung kesepakatan dan
ketersediaan waktu kedua-belah pihak. Namun biasanya
dilakukan pada malam hari, ketika kedua pihak keluarga
sudah bersantai dan memiliki waktu luang.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
96
Kedua pihak duduk bersama berhadap-hadapan untuk
membicarakan dan menyampaikan niat untuk melakukan
perjodohan. Mamak duduk di tengah, diapit oleh orangtua
mempelai dan bako. Hal ini melambangkan pentingnya
peran mamak sebagai juru bicara keluarga dalam prosesi ini.
Mamak dari keluarga pihak perempuan akan memulai
prosesi ini dengan pantun sebagai pembuka. Pantun
digunakan orang Minangkabau untuk menyampakan maksud
dan keinginan karena pantun dinilai sebagai cara yang halus
dan sopan. Sejalan dengan masyarakat Minangkabau yang
menjunjung tinggi sopan santun dan tata krama.
Selanjutnya, percakapan mamak dari pihak perempuan
dan mamak dari pihak laki-laki mengenai rencana
perjodohan akan menjadi inti dari tindakan komunikasi
prosesi Manapuak Banduah. Pihak keluarga perempuan
akan membawa pisang sebagai buah tangan.
Pisang merupakan buah tangan yang sekaligus berfungsi
sebagai tanda penerimaan atau penolakan di Minangkabau.
Tidak diketahui secara jelas sejak kapan dan alasan apa yang
melatarbelakangi pemilihan buah pisang sebagai simbol,
namun ada sebuah pemikiran pada masyarakat Minangkabau
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
97
bahwa tidak sopan jika bertamu tanpa membawa buah
tangan. Terlebih dalam prosesi adat perkawinan.
Jika niat perjodohan tersebut diterima, maka pihak
keluarga laki-laki akan menerima pisang tersebut. Jika
lamaran ditolak, maka mamak laki-laki lewat pantun akan
secara halus meminta agar pihak perempuan membawa
kembali pisang tersebut. Tidak ada contoh khusus atau
patokan pantun untuk menolak sebuah pinangan dalam
Minangkabau. Semua murni bergantung kepada cara, tata
bahasa, serta kebijaksanaan dari mamak kaum yang menolak
untuk menyampaikan maksudnya.
2. Participants
Partisipan atau pihak yang terlibat dalam prosesi
Manapuak banduah adalah keluarga dekat dari kedua belah
pihak. Anggota keluarga perempuan yang datang adalah
mamak, ayah , ibu, sumando, dan Bako.
Mamak menduduki posisi tertinggi pada prosesi ini.
Mamak atau saudara laki-laki dari ibu di Minangkabau harus
selalu ada dan tampil dalam setiap langkah adat. Hal ini
dikarenakan mamak berperan sebagai kepala kaum,
pembimbing, dan pelindung bagi kemenakannya. Ini
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
98
merupakan suatu bentuk tanggungjawab mamak dalam
keluarga.
Pihak keluarga laki-laki yang sudah diberi tahu mengenai
kedatangan tersebut akan menunggu. Yang menunggu dan
menyambut adalah mamak, ayah, ibu, sumando, dan Bako.
Setibanya di rumah pihak keluarga laki-laki, mamaklah
yang membuka pembicaraan, dengan berbalas pantun hingga
ada yang menutup, dan penyampaian maksud kedatangan
diutarakan.
3. Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan dari sebuah
peristiwa. Prosesi Manapuak banduah ditujukan
menyampaikan maksud perjodohan dan untuk menemukan
calon menantu yang tepat dan dirasa cocok bagi
anak/kemenakan. Langkah ini dilakukan untuk meneliti
calon menantu, mengetahui sifat-sifat yang melekat dalam
dirinya, dan menghindarkan dari kemungkinan timbulnya
masalah di lingkungan keluarga pada kemudian hari.
Ada beberapa bentuk penilaian terhadap urang sumando
(menantu laki-laki) dalam keluarga Minang:
a. Urang sumando Kacang Miang
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
99
Yaitu urang sumando yang suka menimbulkan
keributan dalam lingkungan keluarga istri.
b. Urang sumando Lapiek Buruak
Yaitu urang sumando yang tidak bisa mengajari istrinya
yang berkelakukan kurang baik dan bersifat
menghabiskan harta istrinya.
c. Urang sumando Bapak Paja
Yaitu urang sumando yang tidak menghiraukan
keberadaan istrinya.
d. Urang sumando Ninik Mamak
Yaitu urang sumando yang bertanggung jawab terhadap
rumah tangga istrinya.
4. Act Sequence
Act sequence merujuk pada urutan tindakan komunikasi
dan bagaimana prosesnya, juga berkaitan dengan isi dan
bentuk ujaran. Hal ini berkaitan dengan kata-kata yang
digunakan, penggunaannya, serta hubungan antara apa yang
akan dikatakan dan menjadi topik.
Urutan tindakan dalam prosesi Manapuak banduah
adalah:
1. Mak Jomblang melaksanakan tugasnya dan
memberitahukan niatan keluarga perempuan untuk
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
100
menjodohkan anak mereka. Sekaligus
memberitahukan waktu kedatangan agar pihak
keluarga laki-laki juga dapat mempersiapkan diri.
2. Ninik mamak bersama keluarga pihak perempuan
lainnya datang ke rumah pihak laki-laki. Ninik mamak
akan mewakili keluarga dengan mengeluarkan pantun
yang menyiratkan maksud kedatangan mereka.
3. Setelah disambut oleh ninik mamak pihak keluarga
laki-laki, pihak perempuan akan dipersilahkan masuk.
Pihak perempuan akan memberikan pisang dan
berbagai hantaran secukupnya sebagai tanda
penghormatan. Pisang melambangkan maksud
kedatangan pihak perempuan untuk menjodohkan
putra-putri mereka.
4. Kedua belah pihak akan bercakap-cakap mengenai
usaha perjodohan tersebut. Biasanya pihak keluarga
laki-laki sudah melakukan perundingan sendiri
sebelumnya, untuk menerima pinangan tersebut atau
tidak. Jika pihak keluarga laki-laki menerima tawaran
tersebut, maka pisang yang dibawa dan diberikan oleh
pihak keluarga perempuan akan diterima. Jika
menolak, maka secara halus pihak keluarga laki-laki
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
101
akan meminta pihak perempuan membawa kembali
pisang tersebut.
5. Jika diterima, kedua pihak akan membicarakan tanggal
dan kapan lamaran akan dilaksanakan. Jika ditolak,
maka niatan lamaran tersebut terhenti sampai disitu
saja.
5. Keys
Keys merupakan bentuk penyampaian pesan berupa cara,
nada bicara, sikap, dan semangat (emosional) yang
diutarakan seseorang.
Penelitian ini menunjukkan dalam menjalankan prosesi
Manapuak Banduah, masyarakat Minangkabau
menggunakan nada bicara yang santai, namun tetap sopan
dan ramah. Secara keseluruhan menunjukkan emosi bahagia.
6. Instrumentalis
Instrumentalis mencakup pada cara penyampaian pesan
atau medium yang digunakan, baik secara lisan maupun
tulisan. Juga mencakup varietas bahasa yang digunakan saat
prosesi Manapuak Banduah berlangsung.
Pesan disampaikan melalui pantun dan ucapan lisan
selama kunjungan berlangsung. Pantun bagi masyarakat
Minangkabau merupakan bentuk komunikasi untuk
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
102
menunjukkan tingkat pemikiran dan kesopanan yang tinggi.
Juga melalui pisang yang secara simbolis dibawa oleh pihak
perempuan.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah. Dalam hal
ini merupakan bahasa Minangkabau yang digunakan sebagai
bahasa sehari-hari oleh masyarakat Minangkabau. Nada dan
intonasi suara dalam prosesi ini santun dan ramah. Prosesi
ini difokuskan pada penyampaian niat untuk menjodohkan
putri dari pihak perempuan dengan pihak laki-laki yang
sudah dipilih sebelumnya.
7. Norms
Norms atau norma mencakup aturan interaksi dan aturan
dalam interpretasi, seperti sistem kepercayaan dalam sebuah
masyarakat tutur. Komponen ini merujuk pada norma-norma
atau aturan interaksi yang dilakukan oleh pihak yang terlibat
selama prosesi Manapuak Banduah. Terkait dengan aturan
dan kepercayaan yang mengatur jalannya percakapan dalam
interaksi yang dilakukan.
Pedoman yang dipegang masyarakat Minangkabau dalam
berbicara adalah ungkapan Kato Di Nan Ampek atau seni
berbicara Empat Jenis Kata.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
103
Yang pertama adalah Kato Mandaki, cara berbicara orang
yang muda kepada orang yang lebih tua atau dihormati.
Seperti cara bicara anak kepada ayah dan ibunya, cara bicara
kemenakan kepada paman, tante, kakek, ataupun neneknya.
Cara bicara haruslah santun dan menjaga sikap saat
berbicara. Seperti kewajiban untuk memanggil ibu dengan
sebutan bunda atau bundo, dan kewajiban memanggil paman
dengan sebutan mamak.
Yang kedua adalah Kato Manurun, cara berbicara orang
yang tua kepada orang yang lebih muda usianya. Ini
merupakan kebalikan dari Kato Mandaki. Orang yang lebih
tua tidak boleh berbicara semena-mena dan kasar kepada
orang yang lebih muda. Seperti cara orangtua bicara kepada
anaknya dan kakak kepada adiknya. Nada bicara juga harus
dijaga agar orang yang muda tidak merasa diremehkan atau
tidak dihargai.
Yang ketiga adalah Kato Malereang, cara bicara dengan
orang yang disegani dan dihormati. Seperti ipar, besan,
sumando, penghulu, dan mamak. Cara bicara kepada orang
yang disegani tidak boleh terus terang dan terlalu lugas.
Harus menjaga sopan santun dan menggunakan kiasan atau
ungkapan tertentu. Contohnya bisa saja dengan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
104
menyampaikan maksud dengan menggunakan peribahasa,
kiasan, atau sindiran. Saat berbicara, diri sendiri harus
disebut dengan sebutan ambo atau „saya‟.
Yang keempat,adalah Kato Mandata, cara bicara dengan
orang yang seusia dan memiliki status sosial yang sama.
Tata bahasa yang digunakan lebih bebas. Laki-laki
Minangkabau memanggil lawan bicaranya dengan sebutan
inyo ,waang, ang yang berarti „kamu‟ dan diri sendiri
dengan sebutan den atau aden yang berarti „saya‟.
Keempat aturan berbicara dalam masyarakat
Minangkabau ini berlaku sepenuhnya tidak hanya dalam
prosesi Manapuak Banduah, namun dalam keseluruhan
prosesi adat dan kehidupan sehari-hari. Hanya saja dalam
prosesi Manapuak Banduah ini yang dominan adalah Kato
Malereang, karena harus menunjukkan rasa hormat pada
besan. Hal inilah yang melatarbelakangi mamak untuk
membuka prosesi lewat pantun. Acara harus selalu dimulai
oleh mamak dengan berbalas pantun terlebih dahulu, yang
baru berakhir setelah salah satu pihak ada yang menyudahi
atau mengakhiri. Jika bukan mamak yang memulai, maka
keluarga tersebut dianggap tidak menghormati dan tidak
memiliki adat.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
105
8. Genre
Genre merujuk pada bentuk komunikasi pada peristiwa
komunikasi, seperti penyampaian seperti puisi, narasi,
pepatah, doa dalam prosesi Manapuak banduah.
Bentuk komunikasi diawali dengan pantun terlebih
dahulu, lalu dilanjutkan dengan narasi yang disampaikan
oleh pihak perempuan. Setelah itu terjadi percakapan dengan
menggunakan tata bahasa Kato Malereang, karena pihak
perempuan bertujuan untuk menyampaikan maksud
perjodohan kepada pihak laki-laki atau calon besan, yang
pada prosesi ini merupakan pihak yang dihargai dan
disegani.
Oleh karena itulah pantun selalu digunakan sebagai
pembuka dalam setiap prosesi adat. Pantun digunakan
sebagai tanda kesopanan masyarakat Minangkabau dan
bentuk penghormatan kepada pihak besan. Juga sebagai
sarana penyampaian maksud dan tujuan secara halus. Sesuai
dengan budaya orang Minangkabau yang penuh sopan
santun namun tetap dapat menyampaikan maksudnya
dengan lugas.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
106
4.3.3.2 Prosesi Maminang dan Barundiang
Jika prosesi manapuak banduah berjalan lancar dan diterima
oleh pihak laki-laki, maka akan berlanjut kepada tahap
maminang atau melamar. Pada masyarakat Minangkabau
Nagari Padang, pihak perempuanlah yang datang untuk
meminang laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh sistem
kekerabatan Matrilineal yang dianut oleh masyarakat
Minangkabau. Koentjaraningrat dalam Fiony (2009, h. 98)
mengemukakan pandangan matrilineal adalah suatu pandangan
terhadap kelompok keluarga tertentu yang garis keturunannya
akan diperhitungkan menurut garis keturunan ibu. Masyarakat
Minangkabau termasuk dalam masyarakat matrilineal ini, yang
merupakan sistem masyarakat langka.
Berikut tahapan komponen analisis yang digunakan untuk
memahami peristiwa komunikasi prosesi Maminang:
1. Setting and Scene
Setting dan scene merupakan rangkaian penataan
tertentu yang berisikan mengenai tata ruang,
perlengkapan, dan pelaksanaan peristiwa komunikasi.
Setting meliputi waktu dan tempat, juga tampilan ruang
dan dekorasinya. Lokasi merujuk pada tempat
dilaksanakannya peristiwa komunikasi.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
107
Pelaksanaan prosesi Maminang dilakukan di rumah
pihak laki-laki. Pihak perempuan datang secara resmi,
sesuai dengan ketentuan adat. Mamak perempuan datang
untuk bertemu dengan ninik mamak pihak laki-laki
dengan membawa Carano dan berbagai seserahan
makanan lainnya.
Seperti prosesi sebelumnya, pertemuan ini juga
diawali dengan berbalas pantun. Setelah itu pihak
perempuan menyampaikan maksudnya untuk meminang
dan berlanjut dengan prosesi Timbang Tando atau
bertukar tanda.
Tanda yang diberikan bisa berupa cincin emas,
melambangkan kesepakatan adanya ikatan antara kedua
keluarga tersebut. Acara Maminang ini biasanya
dilaksanakan pada malam hari. Biasanya pada pukul
19.00 atau 20.00 WIB. Akan dibicarakan juga mengenai
detil pelaksanaan acara dan menentukan tanggal
pernikahan dan kapan Baralek dilangsungkan. Maminang
ini bersifat kekeluargaan dan musyawarah, oleh karena
itu biasanya bisa memakan waktu yang cukup lama dan
tidak bisa diprediksi.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
108
2. Participants
Partisipan atau pihak yang terlibat dalam prosesi
maminang adalah keluarga dari kedua belah pihak yang
hendak melaksanakan prosesi lamaran. Anggota keluarga
perempuan yang datang adalah mamak, ayah , ibu,
sumando, dan bako. Kedua calon pengantin tidak
diizinkan hadir dalam prosesi ini, karena proses
berunding dianggap sebagai urusan keluarga.
Namun biasanya sebelum prosesi barundiang
dilakukan, mamak akan berunding terlebih dahulu
dengan calon pengantin dan keluarga besar mengenai
keinginan masing-masing.
Mamak diwajibkan hadir karena akan memimpin
jalannya prosesi dan menduduki posisi tertinggi dalam
keluarga. Orangtua, bako dan sumando yang dalam
prosesi perkawinan posisinya berada di bawah mamak
hadir untuk mendampingi. Hal ini bertujuan untuk
menunjukkan tanda ketertarikan dan keinginan mereka
untuk meminang sang laki-laki. Jika perundingan sudah
mencapai kata sepakat untuk menikahkan putra putri
mereka barulah tanggal pernikahan dan detil acara
dibicarakan.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
109
3. Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan dari sebuah
peristiwa. Prosesi Maminang ditujukan untuk meminang
atau melamar pihak laki-laki, guna menuju ke jenjang
dan tahapan kehidupan selanjutnya.
Langkah ini memegang peranan yang sangat penting
dan cukup vital bagi keberlangsungan keseluruhan acara.
Hal ini dikarenakan pertemuan ini berfungsi sebagai
penentu dan perencanaan bagaimana tata cara pernikahan
dan Baralek akan dilaksanakan nanti.
Mas kawin, pembagian tanggung jawab, serta tanggal
pernikahan menjadi hal penting yang dibahas dalam
prosesi meminang ini.
Prosesi Barundiang yang dilakukan setelah meminang
ini dapat digambarkan dalam sebuah pantun Minang:
Bulek aia dek pambuluah
Bulek kato jo mufakat
Tuah sakato nan basamo
Barek samo dipikua
Ringan samo dijinjiang
Samo baiak nan dicinto
Sepakat nan salingkuang cupak
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
110
Paham sasuai lahie batin
Bulek nan tidak bapasagi
Pantun adat ini bermakna kesepakatan yang hendak
dicapai bersama. Lewat musyawarah, kedua belah pihak
keluarga hendaklah saling meringankan beban. Sesuai
ungkapan ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.
4. Act Sequence
Act sequence merujuk pada urutan tindakan
komunikasi dan bagaimana prosesnya. Mamak akan
saling berbalas pantun pada awal pertemuan dan tak akan
berakhir jika salah satu pihak tidak menyudahinya. Pihak
perempuan memberikan carano yang dibawa kepada
ninik mamak pihak laki-laki, bersama semua hantaran
yang dibawa. Setelah itu barulah para wakil keluarga ini
duduk bersama, membahas mengenai rencana pernikahan
putra-putri mereka hingga pada akhirnya menemukan
kata sepakat.
Contoh pantun yang dilantunkan mamak pada saat
meminang:
Pucuk pauh di tepi pamatang
Buah berangan rasanya lezat
Daripado jauah kami datang
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
111
Datang dengan seribu hajat
Buah berangan rasanya lezat
Mari dibawa dari rokan
Kalau ada maksud dan hajat
Nyawa dan badan kami serahkan
5. Keys
Keys merupakan bentuk penyampaian pesan berupa
cara, nada, dan semangat yang diutarakan. Prosesi ini
difokuskan pada proses lamaran yang dilakukan oleh
pihak perempuan kepada pihak laki-laki.
Pesan disampaikan melalui pantun dan ucapan lisan
selama kunjungan berlangsung. Pesan disampaikan
dengan nada bicara santai dan ramah dengan
menggunakan Kato Malereang. Sikap santun ditunjukkan
guna mencerminkan itikad baik keluarga perempuan.
6. Instrumentalis
Instrumentalis pada pembahasan ini merujuk pada
pemakaian bahasa, baik lisan atau tulisan dalam
pelaksanaan prosesi Maminang yang dilakukan oleh
masyarakat Minangkabau yang berada di Kota Padang,
Sumatera Barat.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
112
Dalam penyampaian pesan, prosesi ini menggunakan
instrumen verbal dan non verbal secara
bersamaan.Instrumen lisan terlihat dari penggunaan
bahasa Indonesia dan Minangkabau. Dalam prosesi ini,
pantun Minang digunakan sebagai pembuka, sebagai
tanda penghargaan. Hal ini sudah menjadi adat istiadat di
Minangkabau, dimana maksud kedatangan tidak boleh
disampaikan begitu saja, secara biasa-biasa saja.
Sedangkan tindakan non verbal terlihat dari hantaran
yang dibawa. Carano merupakan benda yang wajib ada
yang menentukan dalam prosesi ini. Seperti yang sudah
disampaikan sebelumnya, carano merupakan lambang
pemanggil dan penghormatan kepada ninik mamak dan
keluarga besar calon besan. Jika tak ada carano maka
prosesi maminang bisa batal dilaksanakan, bahkan bisa
menyinggung pihak keluarga laki-laki. Karena bisa
ditafsirkan sebagai tindakan tidak menghargai dan
menghormati.
Carano dipegang oleh ninik mamak dan berisikan
sirih, pinang, dan rokok untuk diberikan kepada ninik
mamak pihak laki-laki. Dibawa bersama dengan berbagai
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
113
hantaran makanan lain, seperti ayam bakar, bolu hias, dan
lain-lain untuk dinikmati bersama.
7. Norms
Norms atau norma mencakup aturan interaksi dan
aturan dalam interpretasi, seperti sistem kepercayaan
dalam sebuah masyarakat tutur. Komponen ini merujuk
pada norma-norma atau aturan interaksi yang dilakukan
oleh pihak yang terlibat selama prosesi Maminang.
Terkait dengan aturan dan kepercayaan yang mengatur
jalannya percakapan dalam interaksi yang dilakukan.
Dalam hal ini yaitu pihak perempuan yang mendatangi
pihak laki-laki sambil membawa carano berisi sirih,
pinang, dan rokok. Adanya carano merupakan sebuah
keharusan. Tak lupa juga berbagai hantaran makanan
lainnya turut diberikan. Biasanya berupa bolu hias, ayam
panggang, atau ikan bakar untuk dinikmati bersama.
Acara harus selalu dimulai dengan berbalas pantun
terlebih dahulu, yang baru berakhir setelah ada yang
menutup atau menyudahinya.
Adanya carano dan tanda ikatan antara kedua keluarga
yang sudah sepakat akan menikahkan anak kemenakan
mereka menjadi aturan yang wajib untuk dituruti dalam
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
114
prosesi maminang di Minangkabau. Jika tidak dijalankan,
hal ini bisa menyinggung salah satu pihak. Hal ini
menunjukkan betapa kentalnya nilai adat yang melekat
dalam diri masyarakat Minangkabau.
Ungkapan Minangkabau mengenai Batuka Tando atau
Timbang tanda adalah:
Bahaso rundiang lah sakua
(perundingan sudah selesai)
dek bana alah sasuai
(karena benar-benar sudah sesuai)
Manuruik barisan adat
(menurut barisan adat)
putiah kapeh buliah diliek
(putih kapas boleh dilihat)
putiah hati bakaadaan
(putihnya hati memang begini adanya)
Batimbang batando jadi
(bertukar tanda perjanjian)
Basaua pamenan adat
(sesuai dengan ketentuan adat)
nak lahia bakanyataan
(yang berasal dari kenyataan)
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
115
siang bak hari naknyo nyato
(agar niat jelas adanya)
Pantun adat ini bermakna telah adanya kecocokan di
antara kedua pihak keluarga. Oleh karena ketulusan hati
dan niat yang baik, hendaklah kedua pihak saling
memberi tanda, agar maksud dan niat tampak jelas, sesuai
dengan ketentuan adat yang ada.
8. Genre
Genre merujuk pada bentuk penyampaian seperti
puisi, narasi, pepatah, doa dalam prosesi Maminang.
Sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan sebelumnya,
Maminang bertujuan untuk melamar pihak laki-laki dan
merencanakan pernikahan.
Penyampaian maksud secara lisan dilakukan lewat
pantun terlebih dahulu. Barulah setelah itu dilanjutkan
dengan narasi yang disampaikan oleh pihak perempuan,
setelah diberikannya carano dan berbagai hantaran
kepada pihak laki-kaki sebagai bentuk penghormatan dan
itikad baik untuk menjalin hubungan.
4.3.3.3 Malam bainai
Malam bainai merupakan malam penuh kasih sayang bagi
pihak perempuan. Sang anak daro akan dipakaikan daun inai
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
116
pada kuku-kukunya hingga berwarna merah cemerlang. Prosesi
ini menjadi lambang perpisahan dari keluarga yang hendak
melepas sang anak gadis untuk menikah keesokan harinya.
1. Setting and Scene
Setting dan scene merupakan rangkaian penataan
tertentu yang berisikan mengenai tata ruang,
perlengkapan, dan pelaksanaan peristiwa komunikasi.
Setting meliputi waktu dan tempat, juga tampilan ruang
dan dekorasinya. Lokasi merujuk pada tempat
dilaksanakannya peristiwa komunikasi.
Pelaksanaan prosesi Malam bainai dilakukan di rumah
pihak perempuan. Di dalam rumah telah dipasang
pelaminan sebagai tempat untuk melaksanakan prosesi
pemasangan inai di kuku, untuk melambangkan sang
Anak daro yang akan segera menikah dan segera
bersanding di pelaminan pada keesokan hari.
Anak daro akan memasuki lokasi dengan berjalan di
sebuah karpet kuning. Seiring sang anak daro berjalan,
maka karpet tersebut akan digulung oleh saudara laki-
laki. Jika sang anak daro tak memiliki saudara laki-laki,
maka sepupu laki-laki diperkenankan untuk
menggantikan posisi ini. Langkah ini dilakukan untuk
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
117
melambangkan selesainya tugas sang saudara laki-laki
untuk menjaga saudarinya. Karpet kuning yang digulung
melambangkan pernikahan yang dijalani hendaknya
berlangsung sekali seumur hidup. Juga berakhirnya masa
lajang sang anak daro dan melambangkan perjalanan
hidup sang gadis semenjak kecil, remaja, hingga dewasa
hendak menikah. Ini dinamakan dengan Maniti Kain
Kuniang.
Setelah itu anak daro akan sampai pada tempayan air
kembang yang telah disiapkan oleh keluarga. Prosesi ini
disebut dengan Bamandi-mandi. Sebelum acara bainai
dimulai, akan ada acara siraman simbolis. Sambil duduk
di kursi yang diletakkan bersebelahan dengan tempayan
berisi air kembang, Anak daro akan dipercik oleh air
kembang dan beras oleh anggota keluarga. Prosesi ini
bertujuan agar aura cantik sang anak daro keluar.
Setelah prosesi ini selesai, sang anak daro dibawa
menuju kamarnya dan akan berganti hiasan kepala
dengan suntiang rendah. Barulah prosesi Bainai dimulai.
Sang anak daro didudukkan di pelaminan. Anggota
keluarga secara bergantian dimulai dari yang tertua akan
memakaikan daun inai pada kuku anak daro. Satu kuku
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
118
untuk satu anggota keluarga. Seiring memakaikan daun
inai pada kuku, sang anggota keluarga akan memberikan
sekaligus memasangkan hadiah pada anak daro.
Hadiah yang diberikan biasanya berupa uang atau
perhiasan. Ini diharapkan agar dapat menjadi bekal untuk
kehidupan rumah tangga si anak daro dan suaminya
kelak. Setelah itu, sang anggota keluarga akan
memberikan petuah dan nasehat mengenai perkawinan
untuk sang anak daro.
Setelah semua selesai memberikan inai, barulah
bergantian giliran sang anak daro yang memberikan
sepatah dua patah kata. Sang anak daro biasanya akan
mengucapkan terima kasih kepada keluarga karena sudah
membesarkan sekaligus meminta maaf atas semua
kesalahan yang sudah diperbuat. Prosesi ini akan
berlangsung dengan penuh haru dan linangan air mata.
2. Participants
Partisipan atau pihak yang terlibat dalam prosesi
Malam bainai adalah sang anak daro beserta seluruh
keluarga besarnya. Hal ini dikarenakan prosesi malam
bainai hanya diperuntukkan bagi sang anak daro. Sejak
zaman dahulu prosesi ini dihadiri oleh kerabat dan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
119
keluarga dekat saja. Seperti Bako, istri dari paman, tante,
serta ibu yang dituakan. Anak daro juga diharuskan
berada dalam keadaan bersih, tidak sedang datang bulan.
3. Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan dari sebuah
peristiwa. Prosesi Malam bainai ditujukan untuk melepas
sang anak daro untuk menikah di keesokan harinya.
Secara keseluruhan, prosesi ini bertujuan untuk
mempersiapkan dan mempercantik sang calon anak daro
yang hendak menikah di keesokan hari. Anak daro akan
diberi daun inai hingga kukunya berwarna merah
cemerlang. Tangan anak daro juga dihias dan digambari
motif bunga dari hena. Anak daro akan dibekali dengan
berbagai hadiah petuah nasehat yang bisa digunakan
untuk masa depan.
4. Act Sequence
Act sequence merujuk pada urutan tindakan
komunikasi dan bagaimana prosesnya. Urutan tindakan
dalam prosesi Malam bainai adalah:
1. MC acara akan memandu jalannya prosesi Malam
bainai. Akan dimulai dengan pantun singkat
dengan tema serupa.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
120
2. Prosesi akan dimulai dari anggota keluarga tertua,
yang akan segera memasangkan inai dan hadiah
yang diberikan untuk anak daro.
3. Seiring pemasangan inai, MC akan menyebutkan
nama dan posisi sang anggota keluarga. MC akan
membacakan juga detil hadiah yang diberikan.
Seperti: cincin emas beserta berat dan jumlah
karatnya.
4. Setelah itu barulah sang anggota keluarga
memberikan petatah petitih mengenai perkawinan.
Ini merupakan bagian penting dari prosesi ini.
5. Setelah seluruh anggota keluarga selesai
memberikan inai dan petuah, barulah bergantian
sang anak daro yang memberikan sepatah dua
patah kata. Anak daro akan memberikan ucapan
terima kasih dan permintaan maaf kepada seluruh
keluarga besar.
5. Keys
Keys merupakan bentuk penyampaian pesan berupa
cara, nada, dan semangat yang diutarakan. Prosesi ini
difokuskan pada proses pemasangan inai yang dilakukan
oleh keluarga sang anak daro.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
121
Keluarga secara silih berganti memasangkan inai pada
kesepuluh jari anak daro. Setelah memasangkan inai
pada satu jari, sang anggota keluarga akan memberikan
hadiah. Bisa berupa perhiasan atau uang sebagai bekal
bagi sang anak daro kelak. Setelah itu barulah sang
anggota keluarga memberikan petuah, nasehat, dan
wejangan untuk anak daro mengenai kehidupan
berumahtangga. Masing-masing anggota keluarga
memberi wejangan dan saran kepada anak daro
mengenai bagaimana menjadi istri yang baik dan soleha.
Prosesi ini dipenuhi dengan rasa haru dan linangan air
mata.
6. Instrumentalis
Instrumentalis mencakup cara penyampaian pesan atau
medium yang digunakan. Pada pembahasan ini merujuk
pada pemakaian bahasa, baik lisan atau tulisan dalam
pelaksanaan prosesi Malam bainai yang dilakukan oleh
masyarakat Minangkabau yang berada di Kota Padang,
Sumatera Barat.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah. Dalam
hal ini merupakan bahasa Minangkabau yang digunakan
sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
122
Minangkabau. Sebutan khusus hanya diberikan kepada
calon mempelai perempuan, yaitu Anak Daro. Ini berarti
anak dara yang sebentar lagi akan melepas masa
lajangnya untuk menikah dengan calon suaminya.
Dalam prosesi ini, masyarakat Minangkabau
berkomunikasi dengan cara verbal dan non verbal.
Contoh verbal adalah penggunaan pantun Minangkabau
sebagai pembuka oleh MC acara, sebagai tanda
penghargaan. Hal ini sudah menjadi adat istiadat di
Minangkabau, dimana maksud kedatangan tidak boleh
disampaikan begitu saja. Instrumen lisan juga terlihat saat
anggota keluarga secara bergiliran memberikan wejangan
mengenai kehidupan berumah tangga kepada sang anak
daro. Bahasa yang digunakan anggota keluarga kepada
anak daro adalah Kato Manurun. Sedangkan anak daro
menggunakan Kato Mandaki untuk berbicara kepada
seluruh anggota keluarganya. Pesan juga
dikomunikasikan secara non verbal, lewat prosesi
simbolik siraman, lempar beras, dan pemakaian daun inai
di kuku jari sang anak daro.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
123
Dalam prosesi Malam Bainai, terlihat bahwa
instrumen verbal dan non verbal dapat digunakan secara
bersamaan pada saat berkomunikasi.
7. Norms
Komponen ini merujuk pada norma-norma atau aturan
dalam prosesi Malam Bainai. Dalam hal ini sang
keluarga besar yang hadir wajib untuk memberikan
wejangan kepada anak daro mengenai kehidupan rumah
tangga yang akan dijalaninya kelak. Keluarga besar juga
harus memberikan hadiah atau bekal untuk anak daro
sebagai bekal dikemudian hari. Ini sebagai wujud
perhatian, kasih sayang, dan tanggung jawab keluarga
untuk melepas anak kemenakan mereka yang akan
menikah. Untuk merayakan malam terakhir masa lajang
sang kemenakan yang esoknya akan segera menikah dan
menjadi istri orang.
Sang anak daro juga wajib untuk balas mengucapkan
rasa terima kasihnya kepada keluarga besar yang selama
ini sudah membesarkan, membimbing, serta mendidiknya
dengan penuh kasih sayang hingga sudah dewasa dan
hendak menikah. Permintaan maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan juga tak lupa diucapkan.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
124
Saat melangsungkan prosesi ini, sang anak daro harus
dalam keadaan bersih, tidak dalam keadaan sedang
datang bulan. Hal ini dikarenakan masyarakat
Minangkabau sangat menjunjung tinggi nilai-nilai islami
dalam kehidupan.
8. Genre
Genre merujuk pada bentuk penyampaian seperti
puisi, narasi, pepatah, doa dalam prosesi Malam bainai.
Dalam prosesi ini, pesan disampaikan dalam bentuk
wejangan, pepatah, nasihat, dan saran dari pihak keluarga
anak daro, sesaat setelah memakaikan hadiah pada anak
daro. Keluarga menyampaikan dan doa harapan terbaik
mereka untuk kehidupan sang anak daro kelak. Sang anak
daro juga menyampaikan permintaan maafnya kepada
keluarga besar secara langsung dan apa adanya. Inilah
yang membangun suasana haru dalam prosesi ini.
4.3.3.4 Manjapuik marapulai
Manjapuik marapulai merupakan prosesi yang wajib
dilakukan. Tradisi menjemput marapulai di rumahnya oleh
keluarga pihak perempuan sebelum akad nikah dilaksanakan
ini juga diselingi oleh rasa haru dan air mata. Hal ini terjadi
saat marapulai akhirnya minta diri kepada kedua orangtuanya
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
125
serta tetua kaumnya yang pantas dihormati untuk menikah.
Peristiwa ini disebut dengan Turun Ranjang. Artinya sang
marapulai pergi meninggalkan rumah orangtuanya untuk hidup
bersama istrinya.
Marapulai akan dijemput oleh Mamak dan beberapa
perempuan yang cukup dituakan dalam keluarga. Mereka akan
membawa carano berisi sirih, pakaian marapulai lengkap dari
penutup kepala hingga sepatunya, dan makanan. Makanan
biasanya berupa nasi kuning lengkap beserta lauknya. Ini
merupakan persyaratan wajib untuk menjemput marapulai
menuju tempat akad nikah dilaksanakan.
Hal mengenai hantaran ini haruslah sesuai dengan aturan
adat masing-masing keluarga. Kesepakatan merupakan hal
utama dalam prosesi yang satu ini. Pada beberapa kelurga,
acara penjemputan ini terpaksa batal dikarenakan tak
tercapainya kesepakatan dan tidak sesuainya barang hantaran
yang dibawa pihak perempuan. Seluruh hantaran diletakkan
rapi di wadah masing-masing.
1. Setting and Scene
Setting dan scene merupakan rangkaian penataan tertentu
yang berisikan mengenai tata ruang, perlengkapan, dan
pelaksanaan peristiwa komunikasi. Setting meliputi waktu
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
126
dan tempat, juga tampilan ruang dan dekorasinya. Lokasi
merujuk pada tempat dilaksanakannya peristiwa
komunikasi.
Pelaksanaan prosesi Manjapuik marapulai dilakukan
dengan berjalan dari rumah anak daro menuju kediaman
marapulai. Pihak keluarga perempuan yang terdiri dari ninik
mamak, Bundo Kanduang, urang sumando, dan lain-lain
akan berjalan untuk menjemput marapulai sambil membawa
cerana dan beberapa hantaran yang dibutuhkan.
Pihak laki-laki akan menunggu tamunya yang akan
datang di halaman rumah, sambil bersiap untuk menerima
berbagai hantaran yang dibawa oleh pihak perempuan.
Setelah pihak perempuan tiba, mereka akan dipersilahkan
untuk masuk dan duduk di dalam rumah. Carano besama
seluruh hantaran yang dibawa akan diterima dan diletakkan
di atas meja atau tengah rumah agar bisa dilihat semua
orang.
Prosesi ini dimulai oleh pihak penjemput, yang akan
berpantun terlebih dahulu, karena tidaklah sopan jika
langsung mengemukakan maksud kedatangan pada tuan
rumah. Biasanya juru bicara atau ninik mamak akan
memulai dengan ucapan:
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
127
Jikok ado nan takana di ati
Nan tailan-ilan dimato
Alah kok buliah kami katangahkan ?
Kata-kata ini bermaksud untuk menanyakan apakah ini
merupakan saat yang tepat untuk mengungkapkan maksud
kedatangan mereka. Biasanya sang tuan rumah akan
menjawab dengan mempersilahkan tamu yang datang untuk
makan dan minum dahulu, setelah itu barulah mereka
menyampaikan maksud kedatanngannya.
Jawabannya biasanya berupa:
Jikok manggolek di nan data
Jikok batanyo lapeh arak
Jikok barundiang sudah makan
Setelah mereka menyantap kue dan hidangan yang
disiapkan, barulah sang penjemput menyampaikan maksud
kedatangannya. Mereka akan menunggu sang marapulai
mengenakan pakaian yang mereka bawa. Lalu setelah itu,
mereka akan berjalan bersama menuju kediaman anak daro
atau mesjid tempat akad nikah dilaksanakan. Di sana telah
menunggu anak daro beserta ayah, ibu, penghulu, dan
seluruh sanak saudara atau kerabat yang akan menjadi saksi
akad nikah. Acara ini dipimpin oleh penghulu dari KUA.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
128
Lokasi tempat pelaksanaan akad nikah pada umumnya
berlokasi di rumah anak daro. Namun banyak juga yang
melaksanakan di mesjid terdekat, semua tergantung pada
kesepakatan bersama.
2. Participants
Partisipan atau pihak yang terlibat dalam prosesi
Manjapuik marapulai adalah marapulai, ninik mamak,
Bundo Kanduang, dan pasumandan atau pengiring
penjemputan pengantin untuk mengiringi marapulai menuju
rumah anak daro. Juga sang wali atau juru bicara yang akan
menyambut marapulai saat tiba di rumah anak daro nanti.
Semua pihak dari keluarga besar pada umumnya terlibat
dalam prosesi ini, kecuali sang anak daro dan orangtuanya
yang menunggu di lokasi akad nikah.
3. Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan dari sebuah
peristiwa. Prosesi manjapuik marapulai bertujuan untuk
menjemput sang marapulai dari kediamannya menuju ke
tempat lokasi akad nikah dilaksanakan. Prosesi ini harus
dilaksanakan, karena sudah menjadi tradisi wajib yang
sudah ada dan dilaksanakan secara turun-temurun. Jika
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
129
prosesi ini tidak dilaksanakan, maka acara akad nikah tak
akan bisa dilaksanakan.
Penjemputan marapulai dalam prosesi ini melambangkan
penghormatan dan penghargaan kepada pihak laki-laki.
Karena sang marapulai akan segera menjadi sumando,
memasuki keluarga besar perempuan dan bukan sebaliknya.
Nantinya dalam kehidupan rumah tangga, kedudukan suami
diibaratkan sebagai seorang tamu di dalam rumah.
4. Act Sequence
Act sequence merujuk pada urutan tindakan komunikasi
dan bagaimana prosesnya. Sebelum dijemput oleh pihak
keluarga istri atau anak daro, sang marapulai akan minta
diri terlebih dahulu pada orangtuanya. Marapulai akan
minta izin untuk menikah dan tinggal bersama istrinya. Ini
merupakan momen penuh haru dan menyentuh.
Selain itu, pada prosesi ini tak terlalu banyak tindak tutur
yang dilakukan, karena lebih berfokus kepada prosesi
penjemputan dan barang hantaran yang dibawa oleh pihak
perempuan. Inti dari prosesi ini adalah carano yang
melambangkan „pemanggilan‟ adat secara resmi, serta
seluruh barang hantaran yang sudah disepakati bersama oleh
kedua pihak keluarga.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
130
5. Keys
Keys merupakan bentuk penyampaian pesan berupa cara,
nada, dan semangat yang diutarakan. Wali atau juru bicara
dari masing-masing keluarga nantinya akan menyampaikan
pesan atau petatah petitih untuk menyambut sang marapulai
di kediaman anak daro. Pesan disampaikan lewat pantun
dengan ramah dan santun, namun tetap menunjukkan rasa
syukur dengan nada gembira. Hal ini dikarenakan kedua
pihak sudah sampai pada tahap akan melaksanakan ijab
qabul. Setelah berbalas pantun selesai, barulah akan
berlanjut pada prosesi akad nikah.
6. Instrumentalis
Instrumentalis pada pembahasan ini merujuk pada cara
penyampaian pesan atau medium yang digunakan, seperti
pemakaian bahasa, baik lisan atau tulisan dalam pelaksanaan
prosesi Manjapuik marapulai.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah. Dalam hal
ini merupakan bahasa Minangkabau yang digunakan sebagai
bahasa sehari-hari oleh masyarakat Minangkabau. Tata
bahasa yang digunakan adalah Kato Malereang, untuk
menunjukkan rasa hormat pada pihak yang dijemput dan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
131
menjemput. Secara umum, instrumen lisan paling banyak
digunakan dalam prosesi ini.
Dalam prosesi ini, pantun Minang digunakan oleh juru
bicara atau wali keluarga sebagai bentuk sambutan tibanya
marapulai di rumah anak daro. Hal ini sudah menjadi adat
istiadat di Minangkabau, di mana maksud kedatangan tidak
boleh disampaikan begitu saja, secara biasa-biasa saja.
7. Norms
Komponen ini merujuk pada norma-norma atau aturan
dalam prosesi Manjapuik marapulai. Dalam hal ini yaitu
pihak perempuan yang menjemput pihak laki-laki di
kediaman orangtuanya, dan bukan sebaliknya. Ini
merupakan peristiwa adat yang sudah dilakukan secara turun
temurun.
Aturan lainnya yang harus dilaksanakan adalah pihak
perempuan harus membawa carano berisi sirih. Juga
pakaian marapulai lengkap, mulai dari penutup kepala
hingga alas kaki. Seluruh hantaran wajib lainnya berupa
makanan, tergantung dari kesepakatan bersama dan
kemampuan dari pihak perempuan saja.
Sesampainya marapulai di rumah anak daro, haruslah
disambut dengan baik oleh pihak keluarga perempuan yang
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
132
berjejer di pekarangan rumah. Melambangkan bentuk
penghargaan kepada marapulai dan pihak besan.
8. Genre
Genre merujuk pada bentuk penyampaian seperti puisi,
narasi, pepatah, doa, pesan komersial, peribahasa, dalam
prosesi Manjapuik marapulai. Pada saat sang marapulai tiba
di rumah anak daro, akan disambut oleh wali atau juru
bicara keluarga anak daro. Jika kebetulan sang mamak tidak
mahir berpantun, maka biasanya akan ditunjuk orang yang
pandai berbicara dan menguasai segala macam petatah-
petitih adat Minangkabau. Acara berbalas pantun ini
menggunakan bahasa adat yang cukup tinggi, dan tak semua
orang memahaminya. Inti dari percakapan penyambutan ini
harus mencakup beberapa hal, yaitu:
1. Mereka adalah juru bicara resmi yang mewakili kedua
pihak keluarga.
2. Rombongan penjemput marapulai datang secara adat.
Itu ditandai dengan adanya carano berisi sirih dan
semua hantaran yang dibawa.
3. Tujuan rombongan adalah untuk mejemput dan
mengantarkan marapulai. Nama marapulai dan nama
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
133
orangtuanya haruslah disebutkan secara lengkap
beserta gelarnya.
4.3.3.5 Akad nikah
Akad nikah merupakan prosesi inti dan puncak dari acara
pernikahan. Pasangan yang hendak menikah akan
mengucapkan Ijab Qabul. Ini merupakan kegiatan keagamaan
dan dilakukan di depan penghulu, saksi, dan seluruh anggota
keluarga yang menyaksikan. Dengan kata lain, ini merupakan
upacara agama yang dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam
untuk melaksanakan prosesi penyerahan tanggung jawab dari
orang tua sang anak daro kepada sang suami. Ini merupakan
prosesi penuh sukacita sekaligus haru. Karena sang orangtua
anak daro merasa sedih melepas tanggung jawab terhadap anak
gadis mereka.
1. Setting and Scene
Setting dan scene merupakan rangkaian penataan
tertentu yang berisikan mengenai tata ruang,
perlengkapan, dan pelaksanaan peristiwa komunikasi.
Setting meliputi waktu dan tempat, juga tampilan ruang
dan dekorasinya. Lokasi merujuk pada tempat
dilaksanakannya peristiwa komunikasi.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
134
Lokasi tempat dilaksanakannya akad nikah adalah
rumah sang anak daro. Terkadang juga ada yang
melaksanakannya di mesjid pada hari Jumat, pukul 09.00
WIB. Ruangan yang digunakan biasanya ruang tamu atau
bagian terbaik dari rumah tersebut, yang dilapisi dengan
karpet sebagai alas duduk. Namun biasanya juga
menyesuaikan dengan kondisi rumah anak daro. Akan
disediakan meja rendah sebagai tempat bersandingnya
pengantin saat mengucap ijab qabul. Pengantin akan
duduk bersisian menghadap ayah sang anak daro. Sang
marapulai akan berjabat tangan sambil mengucapkan ijab
qabul, sembari disahkan oleh penghulu. Di atas meja
diletakkan mahar yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Upacara ini disaksikan oleh seluruh anggota keluarga dan
tamu yang hadir.
2. Participants
Partisipan atau pihak yang terlibat dalam prosesi Akad
nikah adalah marapulai, anak daro, orangtua dari kedua
belah pihak, penghulu, saksi, dan seluruh anggota
keluarga beserta tamu undangan. Marapulai dan anak
daro akan dinikahkan oleh ayah sang anak daro dan
disahkan oleh penghulu. Para anggota keluarga beserta
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
135
tamu undangan lainnya akan menyaksikan jalannya
prosesi ini. Biasanya dapat dihadiri puluhan tamu.
3. Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan dari upacara
Akad nikah. Upacara ini bertujuan untuk menikahkan
sang marapulai dan anak daro secara agama, sesuai
dengan syariat Islam. Ini bertujuan agar kehidupan rumah
tangga yang dijalani bahagia dan dapat menjadi keluarga
yang sakinah, mawadah, dan warohmah. Jika keduanya
telah mengucap ijab qabul dan disahkan oleh penghulu
sebagai sepasang suami istri, barulah perkawinan mereka
diakui secara adat dan diperbolehkan membangun
kehidupan berumah tangga bersama.
4. Act Sequence
Act sequence merujuk pada urutan tindakan
komunikasi dan bagaimana prosesnya. Sebelum
memasuki rumah atau lokasi tempat dilaksanakannya
akad nikah, kaki marapulai akan diperciki air terlebih
dahulu. Ini sebagai lambang atau tanda untuk
menyucikan. Pada zaman dahulu kepala marapuai juga
akan ditaburi dengan beras kuning oleh tetua kaum.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
136
Inti dari prosesi akad nikah adalah ijab qabul atau janji
pernikahan yang diucapkan keduanya di depan penghulu,
orangtua dan saksi yang hadir. Prosesi diawali dengan
pembacaan ayat suci, dilanjutkan dengan ijab qabul, dan
dilanjutkan dengan nasihat perkawinan dan doa.
5. Keys
Keys merupakan bentuk penyampaian pesan berupa
cara, nada, dan semangat yang diutarakan. Prosesi ini
difokuskan pada prosesi pengucapan ijab qabul oleh
kedua pengantin.
Pengucapan janji nikah ini dipimpin oleh penghulu
dan dilangsungkan dengan khidmat, tenang, dan hormat.
Situasi ini berlangsung sakral, resmi, sekaligus penuh
rasa haru dari pihak yang menyaksikan. Kedua pihak
keluarga yang menyaksikan akan menampilkan kesan
sopan dan penuh tata krama.
6. Instrumentalis
Instrumentalis merujuk pada bentuk dan cara
penyampaian pesan (medium) yang digunakan. Seperti
pemakaian bahasa, baik lisan atau tulisan dalam
pelaksanaan prosesi Ijab Qabul.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
137
Instrumen utama yang digunakan dalam prosesi ini
adalah verbal atau lisan. Pesan secara langsung
dikomunikasikan lewat ucapan atau pembacaan ayat suci
kalam ilahi (Alquran) oleh penghulu, ijab qabul yang
diucapkan oleh mempelai, serta doa yang dipanjatkan.
Pesan juga dikomunikasikan lewat surat nikah yang
ditandatangani oleh kedua mempelai.
7. Norms
Komponen ini mencakup aturan interaksi dan aturan
dalam intrepretasi, seperti sistem kepercayaan dalam
sebuah masyarakat tutur. Merujuk pada norma-norma
atau aturan interaksi yang dilakukan pada prosesi Akad
Nikah. Penghulu harus meminta izin dari ayah pihak
perempuan untuk melaksanakan prosesi Akad Nikah.
Setelah diberi izin atau restu, barulah penghulu
diperkenankan untuk memimpin dan mengesahkan ikatan
perkawinan, sesuai dengan hukum Islam.
8. Genre
Genre merujuk pada bentuk penyampaian seperti
puisi, narasi, pepatah, doa, pesan komersial, peribahasa,
dalam prosesi akad nikah. Penghulu memegang peranan
penting dalam prosesi ini, karena memimpin jalannya
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
138
acara dengan membacakan ayat suci Al-quran, memberi
nasihat perkawinan, dan doa. Semua bernada sama, yaitu
agar sang marapulai dan anak daro dapat menjadi
keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah. Juga
agar menjadi pasangan Minangkabau yang hidup
berpegang teguh dengan ajaran agama Islam.
4.3.3.6 Babako
Babako merupakan suatu prosesi yang diadakan oleh pihak
ayah dari pengantin perempuan. Hal ini dimaksudkan sebagai
bentuk tanggung jawab pihak keluarga ayah kepada anak
saudaranya yang hendak menikah.
Anak daro yang telah menginap selama satu malam dan
berada di rumah Bako akan didandani dengan cantik dan diberi
makan. Setelah itu, dengan bersama-sama Bako akan
mengantar anak daro menuju ke rumah orangtuanya dalam satu
arak-arakan.
Para Bako akan datang ke rumah pihak perempuan dan
membawa berbagai macam hantaran untuk meringankan beban.
Biasanya Bako akan membawa barang-barang kebutuhan
pernikahan. Seperti pakaian, makanan, bahan dapur, ternak,
emas, dan lain-lain. Banyak atau tidaknya hantaran yang
dibawa tergantung dari kemampuan pihak keluarga ayah.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
139
Ini sebagai bentuk keterlibatan dan kasih sayang keluarga
pihak ayah kepada anak kemenakan mereka yang telah
menikah.
1. Setting and Scene
Setting dan scene merupakan rangkaian penataan
tertentu yang berisikan mengenai tata ruang,
perlengkapan, dan pelaksanaan peristiwa komunikasi.
Setting meliputi waktu dan tempat, juga tampilan ruang
dan dekorasinya. Lokasi merujuk pada tempat
dilaksanakannya peristiwa komunikasi.
Lokasi tempat dilaksanakannya Babako adalah rumah
orangtua sang anak daro. Bako bersama dengan anak
daro akan datang ke rumah orangtua dalam suatu arak-
arakan. Rombongan akan disambut secara meriah. Jika
sang anak daro berasal dari keluarga yang mampu, akan
ada pengiring musik tradisional seperti talempong. Juga
ada tari-tarian yang menyambut. Biasanya berupa tarian
pasambahan khas Minangkabau.
Rombongan Bako akan disambut di halaman rumah
oleh kaum ibu, sambil menerima hantaran yang dibawa
oleh Bako. Setelah itu barulah rombongan memasuki
rumah. Sang anak daro akan mengucapkan salam kepada
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
140
keluarga besarnya yang sudah menunggu di rumah. Mulai
dari yang tertua seperti kakek, nenek, ayah, ibu, berlanjut
kepada om dan tante. Setelah selesai, acara akan
dilanjutkan dengan makan bersama. Seluruh keluarga
akan menyantap hidangan yang sudah disediakan dan
dibawa oleh pihak Bako. Sudah menjadi tradisi bahwa
pihak Bako membawa makanan yang dimasak sendiri ke
rumah orangtua anak daro atau saudaranya tersebut.
Seluruh hantaran yang dibawa oleh pihak Bako akan
diletakkan secara berjejer di dalam rumah, agar bisa
dilihat oleh semua orang.
2. Participants
Partisipan atau pihak yang terlibat dalam prosesi
Babako adalah saudara ayah alias Bako itu sendiri, anak
daro beserta orangtuanya, keluarga besar anak daro, MC
atau pemandu acara jika dibutuhkan, pemain atau
pengiring musik tradisional, dan penari.
3. Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan dari upacara
Babako. Tujuan diadakannya prosesi babako ini sebagai
bentuk tanggung jawab, perhatian,dan kasih sayang dari
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
141
pihak keluarga ayah kepada anak kemenakan mereka
yang menikah.
Prosesi ini juga ditujukan untuk meringankan beban
keluarga pengantin yang mengadakan perhelatan besar.
Namun Bako tetap memberikan bantuan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
4. Act Sequence
Act sequence merujuk pada urutan tindakan
komunikasi dan bagaimana prosesnya. Juga merujuk
pada bentuk pesan yang disampaikan.
Pada saat anak daro menginap di rumah Bako,
semalaman anak daro akan diberi nasehat dan petatah-
petitih mengenai kehidupan rumah tangga yang akan
dijalani. Keesokan harinya, barulah anak daro
dipersiapkan, didandani dengan cantik untuk diarak
menuju kediaman orangtuanya.
Setelah tiba dan menyampaikan berbagai hantaran
yang dibawa Bako, barulah anak daro masuk dan
menyampaikan salam kepada seluruh anggota keluarga
besarnya. Seluruh hantaran dari Bako dibawa dengan cara
dijunjung di atas kepala. Hantaran tersebut kemudian
diletakkan di tengah ruangan atau rumah, agar seluruh
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
142
pihak bisa melihatnya. Hal ini juga melambangkan
kemampuan si Bako itu sendiri.
5. Keys
Keys merupakan dalam prosesi ini merujuk pada
bentuk penyampaian pesan berupa luapan rasa kasih
sayang dari keluarga pihak ibu atau bako kepada sang
kemenakan, anak daro.
Prosesi ini difokuskan pada prosesi pengantaran anak
daro dan serah terima hantaran yang dibawa oleh Bako.
Dalam prosesi ini, penyampaian pesan banyak dilakukan
oleh Bako yang memberi petuah kepada anak daro
mengenai kehidupan berumah tangga dan bagaimana
menjadi istri yang baik. Bako menyampaikan rasa sayang
kepada anak kemenakannya yang menikah dengan
memberikan berbagai hantaran yang dapat meringankan
beban keluarga sang pengantin.
6. Instrumentalis
Instrumentalis pada pembahasan ini merujuk pada
bentuk dan penyampaian pesan. Seperti pemakaian
bahasa, baik lisan atau tulisan dalam pelaksanaan prosesi
Babako.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
143
Dalam prosesi ini, instrumen verbal dan non verbal
digunakan beriringan. Pesan dikomunikasikan langsung
secara verbal oleh bako kepada anak daro lewat
percakapan dengan memberikan wejangan saat anak daro
menginap di rumahnya. Pesan juga disampaikan secara
non verbal lewat tindakan bako, dengan mendandani anak
daro dengan cantik, mengantarkannya kembali ke rumah
orangtuanya, serta membawakan hantaran lengkap
sebagai wujud perhatian dan kasih sayangnya.
Pada prosesi ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa
daerah dan bahasa Indonesia. Dalam hal ini merupakan
bahasa Minangkabau yang digunakan sebagai bahasa
sehari-hari oleh masyarakat Minangkabau. Anak daro
berbicara kepada bako dengan menggunakan Kato
Mandaki, sedangkan bako menggunakan Kato Manurun.
7. Norms
Komponen ini merujuk pada norma-norma atau aturan
dalam prosesi Babako. Sang anak daro haruslah
didandani dengan cantik oleh Bako, dan diarak menuju
kediaman orangtuanya. Semua hantaran haruslah
dijunjung di atas kepala, melambangkan rasa sukacita.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
144
Barang hantaran yang harus ada ialah carano berisi
sirih, nasi kuning dengan ayam, pakaian adat, bahan
dapur seperti beras, makanan jadi seperti kue-kue dan
lauk makanan. Jika sang Bako cukup mampu, ia juga
akan membawa seperangkat perhiasan emas yang akan
diberikan untuk anak daro.
Orangtua sang anak daro juga harus mempersiapkan
sambutan dengan baik dan meriah juga. Untuk itulah
diadakan upacara tari-tarian dan pengiring musik
tradisional di depan rumah.
8. Genre
Genre merujuk pada bentuk penyampaian seperti
puisi, narasi, pepatah, doa, pesan komersial, peribahasa,
dalam prosesi Babako. Pesan disampaikan Bako kepada
anak daro dalam cara yang santai dan informal, pada saat
anak daro menginap di rumahnya.
Sedangkan anak daro mengucapkan salam kepada
keluarga besarnya dengan cara sungkem dan penuh
hormat. Sang anak daro akan mengucapkan rasa terima
kasih serta syukurnya atas seluruh kasih sayang yang
telah diberikan oleh keluarga.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
145
4.3.3.7 Baralek
Baralek merupakan pesta perayaan yang digelar oleh kedua
pihak keluarga besar pengantin. Sesuai dengan pepatah Minang
yang mengatakan kabar baik berhimbauan, kabar buruk
berhamburan. Pepatah ini berarti menyebarkan kabar gembira
kepada seluruh keluarga, sanak saudara, dan tetangga. Hal yang
sama juga berlaku bagi berita duka.
Pesta perkawinan ini digelar secara meriah di rumah
pengantin perempuan. Di dalam rumah diletakkan pelaminan
sebagai tempat bersandingnya kedua mempelai. Di sisi kiri dan
kanan juga disediakan tempat duduk bagi kedua orangtua
masing-masing.
Pada pagi hari, pengantin laki-laki kembali dijemput oleh
utusan dari pihak perempuan di rumahnya. Sang marapulai
sudah siap dengan pakaian adatnya dan berjalan menuju lokasi
baralek diiringi oleh dua sumandan perempuan yang
mengenakan baju kurung dan sunting rendah. Iring-iringan
keluarga sang marapulai juga mengikuti di belakang. Sang
pengantin perempuan sudah menunggu di depan rumah,
lengkap dengan keluarganya beserta setiap orang yang hadir.
Setelah kedua pengantin duduk bersanding di pelaminan,
maka secara adat mereka telah resmi menjadi sepasang suami
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
146
istri di mata masyarakat Minangkabau. Mereka akan menjadi
raja dan ratu sehari, merayakan kebahagiaan hingga seharian
penuh, hingga malam menjelang. Para tamu undangan yang
hadir dipersilahkan menikmati hidangan yang disediakan.
Umumnya masyarakat Minangkabau selalu memasak sendiri
setiap makanan yang mereka hidangkan. Acara memasak
makanan pesta biasanya dilakukan dengan bantuan dari
tetangga dan kerabat.
Sepanjang hari, kedua pengantin akan berada di pelaminan
untuk menerima ucapan selamat dan doa restu dari tamu
undangan yang hadir. Pada malam hari, biasanya diadakan
acara bermain kim yang membagikan hadiah, sekedar untuk
hiburan bagi tamu undangan,
1. Setting and Scene
Setting dan scene merupakan rangkaian penataan
tertentu yang berisikan mengenai tata ruang,
perlengkapan, dan pelaksanaan peristiwa komunikasi.
Setting meliputi waktu dan tempat, juga tampilan ruang
dan dekorasinya. Lokasi merujuk pada tempat
dilaksanakannya peristiwa komunikasi.
Lokasi tempat dilaksanakannya Baralek adalah rumah
pengantin perempuan. Di ruang tamu, telah diletakkan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
147
pelaminan yang telah dibuat sesuai dengan elemen
pelaminan. Hal ini sesuai dengan ketentuan adat yang
mengharuskan pelaminan berada di bagian terbaik rumah,
yaitu ruang tamu. Ini dikarenakan pelaminan pada zaman
dahulu merupakan singgasana atau tempat duduk
kebesaran datuk, namun seiring perkembangan zaman
telah mengalami pergeseran fungsi. Oleh karena itu,
keagungan pelaminan harus tetap dijaga dengan
diletakkan di ruang tamu. Lantai pelaminan dihiasi
dengan karpet.
Di bagian lainnya (biasanya halaman rumah) telah
disiapkan meja panjang, kursi, berikut tenda yang telah
dipercantik dengan dekorasi. Diatasnya diletakkan
berbagai hidangan untuk dinikmati oleh para tamu
undangan.
Sepanjang hari, acara baralek akan diiringi oleh orkes
atau band yang pada umumnya menyanyikan lagu adat
Minangkabau ataupun dangdut. Para tamu undangan juga
dipersilahkan untuk ikut bernyanyi jika berminat.
2. Participants
Partisipan atau pihak yang terlibat dalam prosesi
Baralek adalah seluruh pihak. Kedua pengantin,orangtua,
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
148
ninik mamak, keluarga besar, seluruh sanak saudara,
tetangga atau orang kampung, hingga relasi atau
teman.Yang memegang peranan dalam memimpin
jalannya acara adalah MC, didampingi oleh semua kru
hiburan. Seperti orkes atau band pengiring acara.
3. Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan dari upacara
Baralek. Tujuan dari upacara baralek ini sendiri adalah
untuk merayakan kebahagiaan kedua mempelai beserta
seluruh keluarga besar yang baru saja melangsungkan
pernikahan.
Acara ini menjadi satu sarana untuk mengatakan
kepada masyarakat Minangkabau secara resmi bahwa
anak dari keluarga tersebut sudah menikah dan tidak
lajang lagi.
Perayaan ini merupakan kebanggaan yang dinanti-
nanti bagi orang Minangkabau. Karena jika tidak baralek,
maka akan terasa seperti bukan orang Minang. Besar
kecil dan meriah atau tidaknya acara baralek yang
diadakan menjadi suatu pertanda bagaimana status sosial
keluarga tersebut.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
149
4. Act Sequence
Act sequence merujuk pada urutan tindakan
komunikasi dan bagaimana prosesnya. Dalam prosesi
baralek, tindak komunikatif yang dilakukan adalah
diutusnya sumandan beserta anggota keluarga perempuan
yang dituakan untuk menjemput marapulai di rumahnya.
Pada penjemputan ini, utusan pihak perempuan akan
menyampaikan maksud kedatangannya lewat pantun.
Setelah itu, marapulai beserta pengiringnya akan tiba di
rumah pihak perempuan atau lokasi pesta untuk
bersanding di pelaminan. Seharian, kedua pengantin akan
menerima ucapan selamat dan doa restu dari para tamu
undangan.
5. Keys
Keys merupakan bentuk penyampaian pesan berupa
cara, nada, dan semangat yang diutarakan. Selama berada
dalam pesta perkawinan atau baralek, MC acara yang
memegang peranan untuk memimpin jalannya acara. MC
berbicara dengan bahasa Indonesia dan Minangkabau.
Nada bicara ceria dan penuh semangat, berguna untuk
membangun suasana gembira. Kedua pengantin akan
menerima ucapan selamat dari tamu undangan dengan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
150
sikap sopan sambil mengucapkan terima kasih. Suasana
gembira dan penuh semangat mendominasi jalannya
acara.
6. Instrumentalis
Instrumentalis pada pembahasan ini merujuk pada
pemakaian bahasa, baik lisan atau tulisan dalam
pelaksanaan prosesi Baralek.
MC menjadi cukup dominan dalam memimpin
jalannya acara. Instrumen komunikasi yang digunakan
adalah lisan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
daerah dan bahasa Indonesia. Dalam hal ini merupakan
bahasa Minangkabau yang digunakan sebagai bahasa
sehari-hari oleh masyarakat Minangkabau.
Tindakan penyampaian pesan juga dilakukan lewat
nyanyian oleh band atau orkes yang dihadirkan. Lagu
yang dibawakan berupa lagu daerah Minangkabau
bertema perkawinan dan kebahagiaan.
7. Norms
Komponen ini merujuk pada norma-norma atau aturan
dalam prosesi baralek. Agar prosesi ini bisa terlaksana,
haruslah dihadiri oleh kedua pengantin itu sendiri. Dalam
hal ini, sang marapulai harus dijemput terlebih dahulu
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
151
baru dapat melangsungkan pesta perkawinan. Kedua
mempelai haruslah mengenakan pakaian adat pernikahan.
Marapulai lengkap dengan pakaian adat beserta
saluak, sang anak daro lengkap dengan suntiang gadang
di atas kepala. Pakaian adat yang dikenakan haruslah
dapat menutup aurat, sesuai dengan ajaran agama Islam.
Para tamu undangan yang hadir haruslah disuguhi
makanan serta hiburan. Hiburan bisanya berupa suguhan
tari-tarian dan organ tunggal. Para tamu juga
dipersilahkan untuk bernyanyi.
8. Genre
Genre merujuk pada bentuk penyampaian seperti
puisi, narasi, pepatah, doa, pesan komersial, peribahasa,
dalam prosesi Baralek. Jalannya acara dipandu oleh MC
yang biasanya juga akan memulai acara dengan doa dan
pantun terlebih dahulu.
4.3.4 Analisis Makna Situasi Komunikasi pada Prosesi Adat Baralek
Nagari Padang
Situasi komunikasi adalah konteks di mana terjadinya proses
komunikasi (Kuswarno, 2008, h. 41). Dalam kata lain, situasi
komunikasi menggambarkan suasana yang terjadi dalam suatu
upacara. Rangkaian prosesi adat Baralek Nagari Padang secara
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
152
keseluruhan menggambarkan suasana formal, penuh adat kesopanan,
namun tetap berbalut emosi bahagia. Hal ini dikarenakan masyarakat
Minangkabau sangat menjunjung tinggi adat dan menganggap ikatan
perkawinan sebagai hal yang sakral dan berlangsung sekali seumur
hidup.
Namun berbeda langkah prosesi yang dilakukan, berbeda pula
situasi komunikasi yang tercipta. Seperti situasi komunikasi penuh
haru yang terbentuk pada prosesi Malam bainai. Air mata tak bisa
dibendung saat sang Anak daro meminta maaf, berterima kasih dan
mohon restu kepada orangtua serta seluruh anggota keluarga yang
hadir.
Situasi komunikasi formal dan serius amat terasa pada prosesi
Maminang. Terlebih saat pihak perempuan datang secara adat dengan
membawa carano dan berbagai hantaran ke rumah pihak laki-laki.
Pembicaraan selalu dimulai dengan pantun terlebih dahulu. Hal
sebaliknya justru terasa pada resepsi perkawinan atau Baralek. Semua
pihak yang hadir berada dalam suasana informal. Situasi komunikasi
pada prosesi Baralek didominasi oleh suasana gembira.
4.3.5 Analisis Tindak Komunikasi pada Prosesi Adat Baralek Nagari
Padang
Hymes (Kuswarno, 2008, h. 41) mengungkapkan bahwa tindak
komunikatif merupakan bagian dalam peristiwa komunikasi yang
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
153
memiliki fungsi interaksi tunggal, seperti pernyataan, permohonan,
perintah, ataupun perilaku non verbal. Kuswarno (2008, h. 43) juga
menyatakan bahwa tindak komunikatif individu sebagai bagian dari
masyarakat tutur, dalam perspektif etnografi komunikasi lahir dari
integrasi tiga keterampilan, yaitu keterampilan linguistik, keterampilan
interaksi, dan keterampilan kebudayaan.
Tindak komunikasi yang dilakukan masyarakat Minangkabau
berbeda dan terlihat dalam setiap situasi komunikasi. Seperti tindak
komunikasi yang terlihat pada prosesi Manapuak Banduah. Pada
prosesi ini, pihak perempuan melakukan tindak komunikasi dengan
datang ke rumah laki-laki dengan maksud menyampaikan niat
perjodohan. Niat itu disampaikan dengan memulai interaksi
komunikasi verbal lewat pantun Minangkabau yang dilantunkan oleh
mamak sang anak daro. Dalam berinteraksi, kedua pihak keluarga
menggunakan tata bahasa Kato Malereang. Kato Malereang
merupakan salah satu seni berbicara di kalangan masyarakat
Minangkabau yang mengatur tentang cara berbicara dengan orang
yang disegani. Maksud disampaikan lewat pantun, kiasan atau
peribahasa dengan nada ramah. Sedangkan tindak komunikasi non
verbal ditunjukkan lewat buah pisang yang dibawa oleh pihak
perempuan, guna mengetahui apakah niat baik mereka diterima atau
tidak.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
154
Pada prosesi Maminang atau Barundiang, tindak komunikasi yang
dilakukan adalah perundingan serius yang dilakukan oleh kedua belah
pihak guna mencapai kata sepakat. Tata bahasa yang digunakan adalah
Kato Malereang, untuk tetap menunjukkan rasa hormat kepada calon
besan. Jika sudah mencapai kata sepakat, maka akan dilanjutkan
dengan Timbang Tando atau bertukar tanda. Tanda yang digunakan
biasanya berupa cincin emas. Ini merupakan tindakan komunikasi non
verbal untuk menunjukkan ikatan yang sudah terjalin antara dua
keluarga tersebut.
Dalam prosesi Malam bainai, tindak komunikasi yang dilakukan
adalah berkumpulnya seluruh keluarga besar di rumah anak daro
untuk melakukan siraman simbolis, memasangkan daun inai di kuku,
dan memberikan hadiah serta wejangan untuk anak daro yang hendak
menikah keesokan harinya. Tindak komunikasi verbal dan non verbal
digunakan secara bersamaan dalam prosesi ini, untuk menunjukkan
kasih sayang kepada anak daro yang akan menikah keesokan harinya.
Saat Akad nikah, tindakan komunikasi yang dilakukan tentu saja
menggunakan instrumen lisan lewat pembacaan ayat suci Alquran oleh
penghulu dan pengucapan ijab qabul yang dilakukan kedua pengantin.
Tindakan komunikasi ini disaksikan oleh penghulu, ayah, ibu, saksi,
serta seluruh keluarga besar dan tamu undangan yang hadir.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
155
Pada prosesi Babako yang berarti turun dari rumah Bako, tindak
komunikasi yang dilakukan adalah didandaninya anak daro dengan
cantik oleh Bako dan diantar menuju rumah kedua orangtuanya dengan
arak-arakan meriah. Sesampainya di rumah, anak daro akan disambut
dengan meriah. Akan ada pengiring musik tradisional dan tarian
pasambahan. Ini merupakan instrumen komunikasi non verbal yang
dilakukan, sebagai bentuk keterlibatan dan kasih sayang keluarga
pihak ayah kepada anak kemenakan mereka yang telah menikah. Pada
malam anak daro menginap, bako melakukan tindakan komunikasi
verbal dengan menasihati anak daro mengenenai bagaimana bersikap
dan menjadi istri yang baik untuk suaminya kelak. Anak daro akan
berbicara kepada bako dengan menggunakan Kato Mandaki, sesuai
dengan aturan berbicara di Minangkabau yang mengharuskan
kemenakan berbicara santun kepada orang yang lebih tua.
Saat Manjapuik marapulai, tindak komunikasi yang dilakukan
adalah datangnya utusan atau sumandan dari pihak perempuan untuk
menjemput marapulai di rumahnya. Sang penjemput akan
menyampaikan maksudnya secara lisan untuk menjemput marapulai
menuju lokasi akad nikah setelah memberikan carano berisi sirih dan
berbagai hantarannya kepada para penyambut yang sudah bersiap
menunggu di halaman. Tata bahasa yang digunakan adalah Kato
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
156
Malereang. Setelah itu, barulah mereka berjalan bersama menuju
lokasi akad nikah dan pesta.
Bagi orang Minangkabau, adat adalah pegangan hidup yang
menjadi patokan mengenai bagaimana harus bertindak dan bertingkah
laku. Dan adat bagi orang Minangkabau dilandasi dengan kepercayaan
penuh terhadap agama Islam. Jadi, Orang Minangkabau menjadikan
ajaran atau syariat Islam sebagai pegangan hidupnya. Dalam
menjalankan adat, mereka sama sekali tidak mempercayai hal mistis
berupa pantangan-pantangan atau larangan tertentu yang tidak berasal
dari ajaran agama Islam. Islam merupakan bagian dari adat yang
dipegang teguh oleh masyarakat Minangkabau.
Dalam tindakan komunikasi yang dilakukan, tampak jelas bahwa
masyarakat Minangkabau memiliki keterampilan linguistik dan
keterampilan interaksi yang luar biasa baik. Masyarakat Minangkabau
sangat memahami bagaimana cara menyampaikan maksud secara jelas
melalui instrumen verbal namun tetap mengutamakan nilai-nilai
kesopanan dan tata krama. Hal ini terlihat dari penggunaan pantun
dalam setiap prosesi adat dan seni berbicara yang diatur dalam Kato Di
Nan Ampek.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
157
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan analisis data yang diperoleh peneliti
dari hasil observasi dan wawancara langsung ke lapangan, maka dapat
disimpulkan bahwa prosesi adat Baralek Minangkabau merupakan salah
satu dari kekayaan dan keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh
Indonesia. Baralek merupakan suatu budaya yang amat kompleks dan sarat
akan makna.
Jika dikaitkan dengan etnografi komunikasi, maka peneliti akan mampu
menganalisis serta memaknai peristiwa, tindakan, dan situasi komunikasi
yang terkandung dalam prosesi ‘Baralek’ masyarakat Minangkabau di
wilayah Nagari Padang. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati bahwa
setiap langkah atau prosesi adat ‘Baralek’ memiliki perbedaan dalam
tindakan dan situasi komunikasinya.
Tindakan komunikasi dalam prosesi adat ‘Baralek’ berbeda dalam
setiap langkah adatnya. Sebagai contoh adalah tindakan komunikasi dalam
prosesi Manapuak Banduah. Sang pihak perempuan datang ke rumah laki-
laki dengan maksud menyampaikan niat perjodohan, sambil membawa
pisang, sebagai tanda niat perjodohan diterima dengan baik atau tidak.
Pada prosesi Maminang, tindakan komunikasi yang dilakukan adalah
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
158
perundingan serius yang dilakukan oleh kedua belah pihak guna mencapai
kata sepakat. Sedangkan saat Manjapuik marapulai, tindak komunikasi
yang dilakukan adalah datangnya utusan dari pihak perempuan untuk
menjemput marapulai di rumahnya.
Situasi komunikasi dalam setiap prosesi adat juga berbeda. Seperti
situasi komunikasi penuh haru yang terbentuk pada prosesi Malam bainai.
Situasi komunikasi formal dan serius pada prosesi Maminang. Dan
sebaliknya, suasana gembira yang justru mendominasi prosesi ‘Baralek itu
sendiri. Namun setiap perbedaan yang ada dalam tindakan dan situasi
komunikasi yang ada mengarah pada tujuan yang sama, yaitu tercapainya
perkawinan adat yang sah dan sesuai dengan syariat Islam.
Peneliti memaknai peristiwa komunikasi dan menemukan masyarakat
Minangkabau berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah, yaitu
bahasa Minangkabau. Setiap peristiwa komunikasi yang terjadi dalam
langkah adat selalu diwarnai dengan pantun dan petatah-petitih Minang.
Masyarakat Minangkabau menyampaikan maksud kedatangan lewat
pantun yang dianggap sebagai sarana komunikasi yang sopan untuk
menunjukkan penghargaan kepada pihak besan. Pantun telah dianggap
sebagai bagian dari kesepakatan simbol dalam masyarakat Minangkabau.
Bahasa, budaya, dan komunikasi merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dalam kajian ilmu etnografi komunikasi. Dari hal ini juga
tercermin bahwa masyarakat Minangkabau memiliki budaya, tata krama,
dan sopan santun yang tinggi dan halus.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
159
Terlihat bahwa masyarakat Minangkabau memiliki keterampilan
linguistik yang sangat baik. Tercermin dari pantun yang selalu digunakan
dalam setiap prosesi adat dan Kato Di Nan Ampek yang menjadi pedoman
berbicara bagi masyarakat Minangkabau .
Rangkaian prosesi adat Baralek yang terdiri dari tujuh langkah ini telah
melekat dan menjadi bagian dari setiap individu Minangkabau. Dalam
kalangan masyarakat Minangkabau sendiri telah terbentuk pemahaman
bahwa jika tidak baralek dan menjalankan seluruh prosesi adatnya, maka
mereka tidak merasa dan belum dianggap sebagai orang Minangkabau. Di
sinilah terlihat bahwa setiap individu Minangkabau memiliki kesadaran
adat yang amat tinggi. Hidup setiap individu Minangkabau dipagari oleh
adat., adat yang berpegang teguh pada ajaran sesuai syariat Islam. Sesuai
dengan pepatah Minang yang menjadi panutan hidup masyarakat Minang,
yaitu adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
Tata cara pelaksanaan prosesi Baralek pun telah mengalami perubahan
dalam kelengkapan dan tata urutan. Pelaksanaannya kini berubah,
menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan zaman. Banyak
masyarakat Minangkabau yang hanya melaksanakan akad nikah dan
Baralek saja. Ada juga yang melaksanakan keseluruhan langkah adat
namun tidak mengkuti urutan yang seharusnya. Hal ini dipengaruhi oleh
kecenderungan masyarakat Minangkabau masa kini yang menginginkan
kepraktisan dan kemudahan. Faktor pekerjaan yang tidak memungkinkan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
160
untuk mengambil cuti panjang, serta faktor ekonomi menjadi alasan
utama.
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Minangkabau memaknai prosesi
adat ‘Baralek’ sebagai suatu kewajiban adat. Perkawinan yang dianggap
sebagai peristiwa penting dan berlangsung sekali seumur hidup ini
sedikitnya telah mengalami pergeseran makna di kalangan masyarakat
Minangkabau. ‘Baralek’ kini dianggap sebagai suatu kebanggaan dan
penentu status sosial atau harga diri sebuah kaum (keluarga) di kalangan
masyarakat Minangkabau.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti
memiliki beberapa saran yang dapat membantu dalam memperkaya ilmu
pengetahuan yang berbasis budaya ini.
5.2.1 Saran Akademis
Penelitian yang dibuat dan disusun oleh peneliti ini masih dapat
dikembangkan secara luas dan diteliti secara lebih mendalam,
dengan melihat aspek-aspek komunikasi yang mungkin masih
terlewat dan belum mampu dibahas secara mendalam oleh peneliti.
5.2.2 Saran Praktis
Hendaknya rangkaian prosesi adat ‘Baralek’ Nagari Padang
pada masyarakat Minangkabau dapat dilestarikan dan dijaga
sebagai salah satu kearifan lokal. Kesadaran masyarakat
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
161
Minangkabau yang tinggi akan budaya yang dimiliki juga harus
tetap dipertahankan agar tak luntur seiring perkembangan zaman..
Hendaknya masyarakat Minangkabau tidak lagi memberi sangsi
sosial terhadap anggota masyarakat yang tidak mampu
melaksanakan prosesi adat secara utuh.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M.S. 1987. Tonggak Tuo Budaya Minang. Jakarta: Karya Indah.
Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Aness. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Asmin, 1986. Status Perkawinan Antar Agama Ditinjau Dari Undang-Undang
Perkawinan No.1/1974. Jakarta: Dian Rakyat.
Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hidayat, Syarifudin. 2002. Metode Penelitian. Bandung: Mandar Maju
Kuswarno, Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi
Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjajaran.
Kriyantono, Rakhmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada
Media Group.
Linton, R. 1945. The Cultural Background of Personality. New York: The Appleton-
Century Company.Inc.
Littlejohn, Stephen dan Karen A. Foss. 2014. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba
Humanika.
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moleong, L.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Depdikbud.
Reno Raudha Thaib, Puti. 2014. Palaminan Minangkabau. Padang: Bundo Kanduang
Sumatera Barat.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Richards, dkk. 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. UK: Longman
Group Ltd.
Samovar, Larry A. dkk. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba
Humanika.
Sukmasari, Fiony dan Amir M.S. Traditional Wedding of Minangkabau. 2009.
Jakarta: Citra Harta Prima.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta.
Bandung.
Soeprapto, Riyadi 2002. Interaksionisme Simbolik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
West Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi. Buku 1 edisi ke-3 Terjemahan Maria Natalia Damayanti Maer.
Jakarta: Salemba Humanika.
SKRIPSI
Christy, Eveline. 2014. Pemaknaan Rangkaian Upacara Menyambut Tahun Baru
Saka Pada Masyarakat Bali. Tangerang: Universitas Multimedia Nusantara.
Melisa. 2013. Proses Pemaknaan Adat Masyarakat Palembang di Kelurahan 15 Ulu.
Palembang: Universitas Sriwijaya.
JURNAL
Zakiah, kiki. 2008. Penelitian Etnografi Komunikasi: Tipe dan Metode. Jurnal,
Bandung: Mediator.
WEBSITE
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/pengertian-budaya-menurut-para-
ahli.html. (diakses pada 18 Desember 2015)
http://jurnal.lppm-umsb.com/wp-content/uploads/2015/03/19_Surya-Prahara-
LAMP..-121.pdf (diakses pada 3 Januari 2016)
http://eric-harramain.blogspot.co.id/ (diakses pada 3 Januari 2016)
https://www.academia.edu/7128765/BAB_I_PENDAHULUAN (diakses pada 11
Januari 2016)
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-dan-tujuan-pernikahan.html#_
(diakses pada 24 Februari 2016)
http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/UUPerkawinan.pdf (diakses pada 4 Maret
2016)
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
LAMPIRAN FOTO
Hantaran yang dibawa saat Manjapuik Marapulai
Makan Bajamba (Makan bersama)
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Baralek yang dihadiri oleh peneliti
Peneti bersama Marapulai dan Anak Daro
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Nama : Indra Faisal
Usia : 27 tahun
Status : Informan
Profesi : Dosen UPI YPTK Padang, Direktur Galeri Investasi Bursa Efek UPI
YPTK Padang
Saya: Bisa tolong sebutkan nama dan pekerjaan bapak serta istri?
Indra: Nama saya Indra Faisal ya, kerjaan staf dosen di UPI YPTK Padang, juga
selaku direktur Galeri Investasi Bursa Efek UPI YPTK Padang. Nah, istri saya
Amalia Halifah, bekerja sebagai staf di galeri Indosat Padang.
Saya: Jadi kemarin bapak dan istri bapak Baralek di bulan apa dan tanggal berapa,
Pak?
Indra: Ya, kita nikah tanggal 21 Desember 2015. Itu nikah di tempat wanita.
Saya: Itu di daerah mana, Pak?
Indra: Itu di daerah Batusangkar. Nah tanggal 21 nikah,besoknya langsung resepsi.
Istilahnya di Padang itu Baralek. Baraleknya tanggal 22 Desember. Di rumah
mempelai wanita. Nah, selang dua minggu kemudian tanggal 9 Januari, kembali
lagi resepsi pesta lagi, di tempat saya daerah Padang. Ya, tanggal 9 Januari.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Jadi Baralek itu menggunakan adat Minang, Pak. Sepengetahuan saya ada
langkah-langkah sebelum prosesi dimulai, seperti Manyiriah. Bapak
menjalankan prosesi apa saja sebelum Baralek?
Indra: Ya. Artinya sebelum kita Baralek, tentu sebelum kita memastikan kapan
nikahnya, kapan tanggalnya, itu artinya dari kedua belah pihak kan sudah oke
nih, tentu kita ada rencana. Tapi kalau di daerah saya Padang dan istri saya
Batusangkar,kita sebelum mulai ditentukan hari tentu kita lapor dulu atau itu
kita diskusikan kepada ninik mamak. Karena kaum saya, suku saya kan
Simabua. Itu istilahnya suku di Padang. Jadi sebelum menikah keluarga saya
harus melapor dulu kepada pimpinan kaum atau suku. Nah disini kita punya
pimpinan namanya Datuk. Kalau untuk saya namanya Datuk Rajo di Rajo. Itu
dia pimpinan suku Simabua di Padang. Lapor dulu. Setelah lapor nanti
perangkat suku atau pimpinan akan rapat. Kira-kira kapan kita akan melamar,
menentukan tanggal pernikahan. Dua opsi ya. Opsi ini unik di tempat saya.
Kenapa unik? Karena kalau di tempat saya, adat Padang, laki-laki yang
mendatangi perempuan. Yang calon saya, mempelai wanita itu adatnya
perempuan yang mendatangi pihak laki-laki. Harusnya begitu. Jadi kan ada
benturan nih. Tapi setelah kita diskusi, antara saya pribadi dan keluarga besar,
karena nikah ini bukan hanya masalah pribadi, tapi juga ninik mamak atau
pimpinan suku saya dan pimpinan suku dia. Ninik mamak ya sebutannya. Jadi
ya mereka itu yang menentukan dealnya. Kalau kita mah ngikut. Apa kata ninik
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
mamak atau datuk harus ngikut. Jadi ketika itu kita simpulkan bahwa kita dari
pihak laki-laki yang datang. Kita gunakan adat Padang.
Saya: Oh jadi keluarga perempuan ngalah?
Indra: Iya. Perempuan ngalah, laki-laki yang mendatangi perempuan. Nah datang
saya lupa tanggal berapa ya, 17 kalau tidak salah. Eh maaf, satu bulan sebelum.
Satu bulan sebelum hari H, itu saya tidak datang, karena saya tidak boleh
datang. Saya sebagai mempelai pria tidak boleh datang. Yang datang itu kepala
suku atau ninik mamak.
Saya: Oh bukan keluarga besar gitu?
Indra: Oh bukan. Karena keluarga besar tidak harus datang. Yang datang harus ninik
mamak atau perangkat suku. Keluarga itu tidak boleh. Jadi saya punya datuk,
Datuk Rajo di Rajo istilahnya, datang menemui dan dinanti atau disambut oleh
datuk di sana juga, atau pimpinan suku di sana juga. Nah datang ke rumah
mempelai wanita itu satu bulan sebelumnya sebelum hari H.
Saya: Nah itu datang membawa apa saja Pak?
Indra: Nah kalau kita sih bawanya enggak ada. Paling bawa Carano. Itu hanya
sebagai prosesi pas hari H saja. Karena kita ketika sudah di ruangan ada petatah
petitih atau pantun panjang. Sebagai bentuk kita dihargai, Carano kita dibuka.
Kalau isinya makanan dimakan, kalau isinya sirih dimakan sirihnya, kalau
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
isinya rokok dihisap rokoknya. Kalau isinya permen dimakan permennya. Nah
kebetulan kemarin ketika rombongan saya datang, itu saling tukar Carano. Jadi
yang dari kita itu isinya rokok.
Saya: Jadi itu sebagai bentuk penghargaan?
Indra: Iya. Bahwasannya kita datang bawa ini lah. Terus datang, lalu Carani
diketengahkan. Kemudian sebelum acara dimulai, tentu dari yang menjamu
dulu membuka acaranya. Lalu kita yang tamu nanti akan saling tukar menukar
Carano. Punya kita isinya rokok. Jadi kalau si tuan rumah tidak hisap rokoknya,
itu tandanya dia tidak menghormati kita. Kalau dihisap berarti oke. Walaupun
dihisap sedikit aja, itu namanya dia sudah menghormati. Kalau zaman dulu kan
makan sirih. Sekarang kita rokok. Tapi semua itu tergantung kepada kondisi
adat masing-masing. Jadi itulah, sebulan sebelum hari H, datuk saya datang
untuk memperkenalkan bahwasannya betul, keponakan kami si Indra dan
keponakan dia si Hanifah akan menikah. Diterima tidak keponakan kami disini?
Kalau iya, kapan tanggalnya, bagaimana menggunakan adatnya, terus kapan
prosesinya. Pokoknya panjang lah dibahas itu. Itu membutuhkan waktu kurang
lebih tiga jam.
Saya: Jadi intinya itu, pestanya kapan,pakai baju adat seperti apa dan segala
macamnya itu ditentukan oleh ninik mamak?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Indra: Nah, kalau untuk hari tentu keluarga sebelum ninik mamak kesana telah
berunding bersama terlebih dahulu. Kita dari keluarga maunya hari apa. Lalu si
ninik mamak baru menyampaikan bahwa keluarga maunya hari apa.
Dicocokkan dengan harinya mempelai.
Saya: Jadi yang menentukan tanggal finalnya itu ninik mamak?
Indra: Betul. Menentukannya pas hari itu.
Saya: Jadi sesudah mengantar Carano, selanjutnya?
Indra: Sudah menunggu hari H lagi.
Saya: Lalu ini ada prosesi Manjapuik dan lain-lain bagaimana?
Indra: Oh iya. Contohnya ini hari H saya kan tanggal 21 Desember ya. Nah artinya
dari pihak perempuan karena baraleknya atau resepsinya tanggal 22 dia sudah
siap-siap. Pada tanggal 21, saya nikahnya jam setegah dua siang. Artinya saya
diantar sama ninik mamak, datuk, keluarga dari Padang jam 10. Kita
ketemunya sama pihak mempelai perempuan itu ke mesjid yang telah
ditentukan, yang dekat rumah mempelai wanita.
Saya: Itu dianternya jalan apa bagaimana Pak?
Indra: Nah itu nganternya itu kita mencari tempat biasa, kurang lebih 100 meter dari
mesjid. 100 meter berhenti, lalu jalan lagi.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Oh jadi sebelumnya naik mobil biasa gitu? Dianternya pakai payung atau bawa
apa gitu?
Indra: Oh nggak ada. Paling bawa mahar. Kemarin saya kebetulan maharnya satu
cincin emas dan seperangkat alat sholat.
Saya: Yang menentukan mahar itu waktu berunding kemarin? Apa bagaimana?
Indra: Sebenarnya itu kalau dari segi agama kan perempuan yang minta. Tapi karena
kita kekeluargaan, itu yang wanita menyerahkan semuanya kepada pihak laki-
laki. Jadi yang nganter itu semua. Saya paling depan, keluarga, dan ninik
mamak. Jadi di Minangkabau, jika menikah itu yang berperan besar itu ninik
mamak, bukan keluarga besar.
Saya: Oh itu intinya ya.
Indra: Intinya itu. Keluarga memang pasti berperan, tapi yang tampil di permukaan
itu ninik mamak atau datuk. Karena istilahnya kalau di Padang kan Anak
digendong,Kemenakan dibimbing.
Saya: Oke.Jadi tadi bapak dianter, mempelai perempuannya udah nunggu di mesjid
gitu?
Indra: Iya. Mempelai perempuan udah nunggu, langsung siap-siap untuk prosesi
pernikahan atau Ijab Qabul. Ya Ijab Qabul biasa, ada dipimpin oleh KUAnya,
ada saksi, ada wali, begitu.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Sehabis Ijab Qabul?
Indra: Tentu keluarga foto-foto, mengabadikan. Setelah nikah, saya dan keluarga saya
oleh ninik mamak kembali dibawa ke rumah perempuan untuk makan. Atau
istilahnya disambut dan dijamu oleh pihak perempuan. Kemudian dipastikan
apakah saya sebagai mempelai pria ini langsung tinggal disana atau pulang lagi
ke Padang. Dan diputuskan, saya kembali lagi ke Padang dan datang lagi
besoknya, ketika acara Baralek. Oh iya satu lagi. Ketika saya menikah saya itu
dijemput. Dijemput oleh kurang lebih perwakilan lima atau enam orang dari
pihak wanita.
Saya: Jadi bapak kembali ke Padang..
Indra: Iya. Besoknya saya diantar lagi sama ninik mamak ke tempat resepsi atau
Baralek di rumah pihak perempuan.
Saya: Oh jadi nikah hari ini besoknya langsung pesta gitu?
Indra: Iya. Saya kembali ke Padang karena malamnya saya belum boleh serumah.
Saya: Kalau belum pesta jadi belum boleh serumah gitu?
Indra: Ya kembali lagi ke kesepakatan oleh ninik mamak. Harusnya kan udah boleh
karena udah sah. Tapi memang karena kesepakatan ninik mamak dan adat itu
begitu. Sebenarnya kan itu repot, tapi ya emang itu adat. Di perjalanan saya
satu jam, begitu sampai saya siap-siap berganti baju adat atau baju pesta.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Jadi pesta mulai jam berapa Pak? Seharian?
Indra: Kalau pesta itu mulainya jam 10 pagi biasanya. Saya kan sampai jam 8. Lalu
bersiap-siap. Apalagi perempuan kan, berias dulu.
Saya: Bainainya kapan Pak?
Indra: Bainainya malam, sehari sebelum Baralek. Ini hanya sebatas tradisi,
menandakan bahwa si wanita akan dipinang oleh orang.
Saya: Lalu itu bapak pestanya benar-benar seharian itu ya?
Indra: Betul. Jadi mulai kan jam 10, pelaminannya kan diluar, saya bersanding dari
jam 10 sampai jam 9 malam. Jadi jam 10 sampai jam setengah satu saya break
sholat, lalu saya makan. Setengah jam break langsung kembali ke pelaminan
sampai jam setengah empat sholat lagi. Jam empat standby lagi di pelaminan
sampai jam setengah tujuh. Lalu magrib, setelah maghrib baru saya mandi.
Saya: Oh mandi dulu?
Indra: Iya. Yang perempuan juga. Setelah itu kembali lagi makeup. Biar segar, tapi
tergantung. Ada sebagian yang tidak mandi supaya tidak repot atau hanya
berganti baju saja. Karena baju pagi sampai sore berbeda dengan baju malam.
Saya: Harus beda?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Indra: Bukan harus sih, tapi biasanya orang begitu. Kalau pagi sudah pakai baju
begitu, masa malam pakai baju itu lagi. Malam itu dari jam 7 sampai jam 9 lah.
Karena kita malam ada acara main kim.
Saya: Oh kalau orang Baralek biasanya ada main kim gitu?
Indra: Itu tergantung. Ini hiburan untuk masyarakat aja. Setelah itu yasudah kembali
lagi ke kamar.nah saya sudah boleh bermalam di rumah perempuan.
Saya: Baralek apakah memang harus satu hari?
Indra: Tergantung, biasanya satu hari. Tapi kadang ada yang mau dua hari. Hari ini
untuk orang kampung atau khusus untuk tamu-tamu dia. Tergantung si tuan
rumah dan kesepakatan ninik mamak.
Saya: Jadi bapak pesta seharian, makanan harus selalu ada tersedia gitu? Bapak
melayani tamu yang datang?
Indra: Jadi di Minangkabau itu, kalau di Padang Baralek harusnya tidak perlu sewa
orang untuk bekerja. Karena kita orang-orang kampung yang di daerah kita
akan bantu, apalagi sesuku kita.
Saya: Tetangga gitu?
Indra: Ya, memang harus begitu. Jika dikampung iya, jika adat masih berlaku iya. Dia
bantu masak, ada pembagiannya.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Jadi orang Minang dan tetangga sekeliling itu harus akrab? Harus saling kenal?
Indra: Betul. Harus, kalau kita pergi ke daerah-daerah memang begitu. Artinya kita
Baralek memang harus dibantu, kalau tidak orang akan berpikir bahwa kita ini
dikucilkan orang. Kapan orang Minang dikatakan bahwa dia dikucilkan?
Bahwa acara dia baik suka maupun duka, kalau tidak ada orang berarti
masyarakat akan berkesimpulan kalau orang ini kurang bertetangga, kurang
bermasyarakat.
Saya: Berarti orang Minang harus pandai bersosialisasi ya.
Indra: Betul. Minang memang harus bersosialisasi. Kaumnya memang harus kompak.
Saya: Oh begitu. Jadi setelah selesai Baralek, besoknya apa sudah tidak ada acara
adat lagi? Soalnya saya ada mendengar soal mahar yang dikembalikan.
Indra: Ohya. Jadi sebelum atau pada saat saya dijemput mau menikah ini, jadi ada
yang namanya tanda, tanda dari pihak perempuan. Ninik mamaknya perempuan
memberikan sebentuk cincin emas kepada saya. Ini bukan diberikan, namun
sebatas bukti atau jaminan kalau “ini, kami serius dengan anak bapak,” . Ini
disimpan oleh pihak datuk saya. Nanti dikembalikan pada saat hari pernikahan
atau resepsi.
Saya: Itu saat mengembalikan apakah ada prosesi khusus?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Indra: Begini. ketika ninik mamak saya naik ke rumah mempelai wanita,mereka pasti
aka nada berpantun atau berpetatah-petitih. Bahasanya tidak boleh langsung
begitu saja, tapi ada dulu pembukanya, pantunnya. Waktu saya Baralek juga
ada usulan dari datuk saya bahwa saya harus punya gelar. Karena di Minang
kan „ketek banamo, gadang bagala‟. Kecil punya nama, besar punya gelar.
Saya: Jadi bapak dikasih gelar gitu? Yang memberikan gelar itu siapa?
Indra: Dari kaum saya.
Saya: Lalu bapak mendapat gelar apa ?
Indra: Kalau saya Sutan Rajo Mudo.
Saya: Artinya apa pak?
Indra: Ya artinya Sutan Raja Muda. Dia muda sudah jadi raja.
Saya: Jadi gelar itu bisa macam-macam gitu?
Indra: Betul, itu tergantung dari kesepakatan si ninik mamak melihat kondisi si
mempelai atau kemenakan mereka. Contohnya ini ya, misalnya si anaknya
pemarah, gelarnya muingkin jadi Sutan Angek Garang.
Saya: Jadi gelar itu berfungsi sebagai apa pak?
Indra: Oh itu sebagai pelaksanaan adat. Karena seperti yang sudah saya sebutkan tadi,
„ketek banamo, gadang bagala‟. Jadi ketika udah nikah, panggilannya bukan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
nama lagi, tetapi gelar. Saya kalau di kampung panggilannya bukan Indra, tapi
Rajo Mudo.
Saya: Jadi bapak menjalankan semua rangkaian adat,itu apakah karena tuntutan
keluarga, formalitas, atau keinginan sendiri?
Indra: Karena sudah menjadi tradisi. Kita memang begitu,sebelum Baralek harus
begitu.
Saya: Kalau misalnya bapak nggak mau, itu bagaimana? Apakah bisa?
Indra: Kalau misalnya kita tidak menjalani, itu tandanya kita tidak punya adat. Berarti
kita dianggap orang yang tidak punya adat dan tidak punya ninik mamak.
Karena ninik mamak itu merupakan kebanggaan di Sumatera Barat. Sudah
pernah nonton film tenggelamnya kapal Van Der Wijk? Disana kan ceritanya
kenapa saat Pevita mau dinikahi oleh Junot Ali itu tidak diterima oleh keluarga
Pevita. Karena si Junot itu orang Makasar, maaf ya, bukan orang Padang. Dan
dia dianggap tidak punya mamak. Aib bagi orang Padang.
Saya: Oh jadi apakah orang Padang itu harus menikah dengan orang Padang juga?
Indra: Oh tentu tidak. Tapi minimal dia ada mamak, ada keluarga.
Saya: Hmm baik. Jadi orang Minang memang harus Baralek, ya.
Indra: Baralek ini tergantung keputusan. Nikahnya yang penting, Ijab Qabulnya.
Kalau Baralek ini kan bicara soal kemampuan. Kalau mampu
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Alhamdulillah,kalau tidak mampu tidak usah dipaksakan. Apakah hanya
mendoa saja. Baralek itu kan hanya resepsi. Yang penting itu ninik mamak
ketemu.
Saya: Oh gitu ya. Ada juga orang yang Baralek besar-besaran, berhari-hari. Apakah
itu ada faktor status sosial atau gengsi ?
Indra: Betul, gengsi juga bisa. Bisa diartikan begitu, memang belum ada riset ya, tapi
bisa diartikan begitu. Pun misalnya dia, maaf, berasal dari kastanya tinggi, dia
ingin memperlihatkan bahwa dia punya pesta yang bagus. Pesta tujuh hari tujuh
malam, gitu.
Saya: Oh ada yang begitu?
Indra: Ada, tapi jarang. Kan lebih ke oknumnya. Kalau dia ingin begitu ya silahkan,
kalau tidak ya tak apa-apa. Sebenarnya menurut saya ini tidak terlalu ribet ya.
Saya: Tapi waktu say abaca di buku ada banyak langkah-langkahnya gitu pak.
Indra: Ya, itu tergantung kaumnya ya, apakah dia menjalankan adat secara
keseluruhan. Jika misalnya pun ada yang tidak menjalankan penuh, itu
dikarenakan keterbatasan waktu. Kan ada pasangan yang bekerja dan tidak bisa
cuti panjang.
Saya: Tapi bapak pribadi sebelum menikah sudah menjalankan adat secara penuh ya,
pak?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Indra: Iya sudah semua. Artinya dari segi berunding, segala macam. Lalu kalau di
pemuda ada Baiyo-Iyo. Artinya kumpul pemuda-pemuda bahwa saya akan
Baralek. Karena ada begini. Biasanya ada sumbangsih dari si A bahwa dia
memberi ini dan itu. Karena sebenarnya kalau Baralek di Minangkabau enak
sebenarnya. Karena ketika Baiyo-iyo itu dibicarakan mengenai sumbangan
yang akan diberikan. Misalnya ada yang nyumbang cabe segini, wortel segini,
dan macam-macam.
Saya: Berarti orang Minang menikah selalu di rumah ya.
Indra: Lebih bagus di rumah. Paradigmanya kalau orang Minang menikah lebih enak
di rumah. Kenapa? Karena kita melibatkan banyak orang. Disitulah terlihat
kalau kita bersilaturahmi dengan tetangga dan keluarga. Masih menggunakan
masakan dari kaum laki-laki. Semacam daging yang disembelih. Seperti
kambing atau sapi. Pihak perempuan memasak sayur-sayuran. Kalau masak
daging kambing pihak laki-laki semua.
Saya: Baik. Jadi menurut bapak kelebihan dan kekurangan adat Minang yang seperti
ini itu apa?
Indra: Ya artinya tergantung orangnya. Kadang kalau orang dengan kondisi adat
seperti ini dia merasa terpaksa tentu mengatakan bahwa dia tidak suka. Nah
kalau kita, masih berada di lingkungan yang masih menjunjung tinggi adat, kita
sangat bangga dan menikmati prosesi ini. Kalau saya pribadi, karena kita harus
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
berkomunikasi dengan kaum , Alhamdulillah lancar, kita dibantu dengan
adanya adat. Bayangkan kalau kita tidak ada adat, tidak ada ninik mamak, saya
dan keluarga saya saja yang memikirkan. Oke, dengan uang bisa dibeli, disewa,
bayar orang. Tapi kenikmatannya tidak ada. Kebersamaan itu tidak ada. Enak
itu bersama-sama. Sibuk ini, sibuk itu, nolong-nolong parkir, mendekorasi
segala macam, itu yang namanya Baralek. Baralek apa tujuannya?
Menyampaikan kepada masyarakat bahwa anak si A telah menikah. Makanya
diundang, kan. Kalau di kampung saya, malahan orang kampung saya,
sebenarnya mungkin agak malas datang. Karena kalau datang mereka harus
membawa sesuatu, dijunjung di atas kepala. Bawa kue segala macam.
Meskipun dia bawa mobil, disimpang dia jalan. Kalau untuk tamu pegawai
biasanya bawa amplop atau kado. Kalau tamu-tamu dari kampung datang
biasanya bawa kue atau makanan yang dia junjung di atas kepala sambil
berjalan kaki. Makanan berat semua dimasak oleh keluarga. Seperti gulai
kambing. Karena di tempat saya wajib membantai. Wajib memotong hewan.
Saya: Jadi perkawinan orang Minang jarang pesan katering, ya.
Indra: Iya. Kalau dia masih menjunjung adat, tidak akan pesan katering. Karena orang
Minang bukan masalah Baraleknya, tapi kebersamaannya.
Saya: Oh mau tanya sedikit tentang suku-suku. Di Minangkabau itu ada berapa suku
sih, Pak?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Indra: Jadi di Minang ada yang namanya suku Koto Piliang dan Bodi Caniago. Nah
Koto Piliang dibagi dua lagi, Koto dan Piliang. Banyak lagi cabangnya. Piliang
banyak lagi cabangnya. Bodi banyak lagi cabangnya. Caniago banyak lagi
cabangnya. Saya Simabua, kan? Kalau diliat rumpunnya saya leboih ke Koto.
Saya: Soal Pelaminan. Apakah itu ada ketentuannya lagi Pak?
Indra: Sebenarnya kalau untuk pelaminan itu kalau untuk Minang tidak boleh diluar.
Harus di dalam rumah. Tapi karena saya sudah sepakat dengan KAN.
Kerapatan Adat Nagari. Kita izin. Izinnya nanti boleh kita berdenda atau segala
macam.
Saya: Apa itu KAN?
Indra: Kumpulan atau persatuan adat di daerah masing-masing. Dia menghimpun
semua suku dari daerahnya. Kalau mau menggali informasi lebih dalam soal
adat, kamu ke KAN saja. Saya kurang tahu di daerah sini karena banyak
pendatang, tapi ada. Bisa kamu temukan.
Saya: Mengenai Baralek sendiri apakah ada hubungannya dengan dinas kebudayaan
setempat pak? Atau lebih condong ke KAN?
Indra: Menurut saya dinas kebudayaan lebih mengurus kepada administrasi saja,
seperti KUA. Surat nikah. Mengadakan screening sebelum nikah. Dibekali
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
terlebih dahulu. Apa kewajiban istri, apa kewajiban suami. Nanti waktu praktek
lapangan pelaksanaan adat baru ke KAN.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Nama : Chessie H Fitriani
Usia : 25 tahun
Status : Informan
Profesi : Ibu rumah tangga
Saya: Coba sebutkan nama lengkap dan usia kakak beserta pasangan
Cesi: Kakak namanya Chessie H Fitriani, sama pasangannya Ahmad Reza. Usia
kakak 25 tahun dan pasangan kakak 30 tahun. Jadi kita nikah itu tanggal 23
Januari 2016.
Saya: Oh Januari? Masih baru banget ya..
Cesi: Iya, masih baru. Jadi pesta kemaren kita memang ngadain adat.. karena
memang kakak dari Padang. Untuk di Minangkabau sendiri itu untuk
pernikahan ada beberapa prosesi untuk perempuan. Misalnya Malam Bainai,
Babako. Nah kalau untuk Babako ini ada dua nih, kalau kakak menjalani
Babakonya sebelum menikah.
Saya: Babako itu apa?
Cesi: Babako itu turun dari rumah Bako. Keluarga dari ayah pihak perempuan.
Keluarga dari papa. Jadi itu namanya Babako. Jadi kakak turun dari rumah
Bako itu untuk diantar ke rumah kakak. Jadi kan gini, filosofinya kalau di
Minang itu asal mulanya anak itu kan dari laki-laki. Dari ayah. Jadi kalau mau
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
anak itu jadi orang pinter, orang hebat, sukses, itu biasanya keturunannya dari
mana nih? Dari Bako. Dari bapak. Nah jadi kayak kita tuh seakan-akan asalnya
dari mana sih? Kita dibawa kesana dulu baru dibawa ke orangtua. Gitu.
Saya: Jadi itu prosesi atau caranya bagaimana kak?
Cesi: Prosesinya pertama itu kakak kan nikahnya Sabtu. Sabtu itu tanggal 23. Berarti
prosesinya kakak dua hari sebelum Baralek. Jadi satu hari sebelum akad nikah.
Jadi kakak dempet antara Babako dan Malam Bainai. Itu disatuin dalam hari
yang sama. Jadi pas tanggal 22 berarti ya. Tanggal 22 Babako dulu sorenya.
Dari jam 4 sampai mau maghrib atau jam 6.
Saya: Kegiatannya ngapain aja kak?
Cesi: Kita kan dari rumah Bako nih. Kita di rumah Bako itu didandani, di pakein baju
adat. Baju kurung dan pakai selendang gitu. Koto Gadang namanya.
Saya: Harus pakai baju itu? Apa sebagai tanda?
Cesi: Sebenarnya itu baju adat aja sih. Cuma kalau di prosesi adatnya sih memang
pakai baju Babako itu. Sebenarnya gini aja. Kita kalau Babako itu didandani
sama Bako atau keluarga ayah. Untuk diantar kerumah untuk siap-siap nikah
gitu.
Saya: Diantar gitu, sesampainya di rumah ngapain?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Cesi: Sesampainya di dirumah itu hanya simbolis aja, kita cuma dianter lagi ke rumah
orangtua kita. Jadi ini loh, anak ni asalnya dari Bako. Keluarga ayah. Jadi
penghargaan aja dari Bako, untuk keponakannya mau nikah gitu.
Saya: Saat dianter itu kakak ada bawa makanan atau apa gitu?
Cesi: Ada. Ini kan yang kita jalani ya. Cuma kalau adatnya gatau juga pakemnya
bagaimana ya. Cuma sedikit banyak adatnya. Jadi kita dari jam 4 sore itu kita
udah di rumah Bako nih. Kita dipasangkan baju, didandani dari rumah bako,
dikasih makan, dijamu lah. Setelah itu pergi ke rumahnya kakak, dianter.
Nyampe di rumah itu disambut pakai tarian, tari pasambahan atau tari apa aja
boleh gitu. Tapi biasanya tari pasambahan gitu. Untuk menyambut atau
penghargaan kalau Bako datang ke rumah nih. Di rumah itu udah disambut
sama orangtua kakak. Jadi kakak pergi ke rumah bako itu cuma sendirian aja.
Mungkin bisa dilihat di videonya. Jadi dirumah itu orangtua kakak sama
keluarga besar kakak udah nunggu. Jadi udah disambut sama tarian, baru masuk
bako-bakonya di rumah. Dikasih makan, dijamu makan gitu. Trus ngobrol-
ngobrol aja sampai nanti waktunya malam bainai, jadi kakak di rumah, kakak
diduduki di pelaminan. Sendirian,karena kakak waktu itu kan belum ada
pasangan. Karena belum sah. Trus bako-bako ngobrol, kakak ganti suntiang
untuk Malam Bainai.
Saya: Oh jadi kalau Malam Bainai itu udah pakai baju baralek?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Cesi: Iya. Tapi pakai sunting yang tidak terlalu tinggi. Sunting yang rendah. Lalu
didandani lagi nih. Maksudnya cuma ganti sunting aja, trus makna dari Malam
Bainai itu dalem sebenernya. Pernah denger Midodaremi? Itu maknanya kurang
lebih sama. Ini versi Minangnya, mirip intinya. Hanya prosesinya saja yang
beda. Kalau di Minang itu kan Malam Bainai itu ngasih inai di jari-jari
mempelai.
Saya: Yang ngasih itu siapa?
Cesi: Yang ngasih itu dari keluarga, temen, atau dari Bako.
Saya: Itu khusus perempuan atau bagaimana?
Cesi: Oh enggak. Itu yang memasangkan itu boleh aja kok. Jadi malam kasih sayang
sebenernya itu. Malam keakraban untuk melepas masa lajangnya kakak.
Perempuan yang akan menikah. Pokoknya ini malam dari prosesi supaya
pengantinnya dibikin cantik, dikasih inai. Tanda kalau sebenernya dia ini udah
ada yang memiliki gitu. Jadi sebenernya maknanya dalem sih. Yang diinai itu
cuma 9 jari. Jadi diinai dari mertua dulu, orang tua enggak. Jadi nanti ada
temen, temen deket.
Saya: Jadi satu orang satu jari?
Cesi: Iya. Kalau kakak sih siapa aja boleh. Jadi nanti bisa dilepas lagi, dipasang lagi.
Jadi siapa yang pengen bisa. Maknanya kan beda-beda. Jadi setiap dia ngasih
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
satu inai itu, dikasih nasehat. Misal dikasih inai nih, habis itu dikasih wejangan
agar jadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Terus kalau jadi istri
harus bla bla bla begitulah. Tapi waktu kan nggak banyak karena malem. Jadi
itu dipersingkat. Kemudian habis diinai itu nanti kakak dempet dengan
pemberian-pemberian Bako.
Saya: Jadi sambil dipakaikan inai, sambil kasih wejangan, sambil kasih sesuatu?
Cesi: Iya. Tapi habis dikasih wejangan itu apa ya. Oh ya dikasih dulu. Misal Bako
mau ngasih perhiasan. Atau dari om-om kandung, dari keluarga mama mau
ngasih apa gitu, boleh. Jadi dipasangin atau gimana. Jadi adatnya begitu.
Setelah itu, baru kakak, yang perempuan ngasih sepatah dua patah kata ke
orangtua. Disanalah sakralnya. Kita minta maaf ke orangtua, minta maaf ke
adik-adik, minta maaf ke om, minta maaf ke tante, Bako, jadi nanti bisa dilihat
di video.
Saya: Jadi nanti nangis-nangis dong?
Cesi: Iya, hahaha. Prosesinya nangis nangis sebenernya. Ohya ada satu lagi
ketinggalan. Jadi ada lagi maknanya. Begitu turun dari kamar, keluar dari
kamar, sebelum acara yang diinai itu, ada ketinggalan dikit. Pas calon
pengantin keluar, itu dikasih karpet kuning. Diletakkan di kaki. Jadi kayak red
carpet, tapi ini kuning. Berjalan di atas karpet kuning. Digulung sama saudara
laki-lakinya. Dari belakang. Jadi kakak kan sendiri perempuan, selebihnya kan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
laki, jadi semua tiga-tiganya digulung sama adik kakak. Kakak jalan, digulung
sama adik-adik semua, kalau tidak ada saudara laki-laki bisa sepupu laki-laki.
Harus laki-laki. Jadi itu ada maknanya, maknanya kalau saudara laki-laki kan
menjaga saudara perempuan, jadi digulung itu selesai lah tugas mereka untuk
menjaga kakaknya. Cukuplah menikah itu hanya satu kali saja. Jadi sudah tutup
buku ibaratnya untuk masa lajang gitu. Terus udah di gulung karpet, disiram.
Jadi ada siraman.
Saya: Oh ada siraman juga?
Cesi: Iya jadi setelah karpetnya digulung, kakak duduk dulu di kursi, nanti disiram.
Siramannya bukan mandi, kakak tetap pakai jilbab, Cuma simbolis aja.
Dipercik aja.
Saya: Pakai air apa?
Cesi: Pakai air kembang, sama beras. Tabur beras. Itu aja. Supaya cantik , supaya
keluar auranya. Itu kan cuma adat, simbolis ya. Jadi pertama turun gulung
karpet, ada siraman simbolis, baru ke pelaminan, di pelaminan baru diinai,
setelah diinai dikasih nasehat sama keluarga, kakak minta maaf sama orangtua,
sama saudara-saudara semua, setelah itu baru orangtua ngasih nasehat ke kakak.
Ngasih nasehat, pokoknya nangis-nangis lah. Malam keakraban, kan. Setelah
itu barulah selesai, foto-foto sama keluarga. Besoknya, baru kita acara prosesi
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
nikah. Sebenernya sebelum nikah itu ada banyak sekali acara-acara adat. Kayak
lamaran, hantaran,
Saya: Kenapa perempuan itu pakai Suntiang?
Cesi: Suntiang itu kan berat, berat banget. Makanya antara Malam Bainai sama
Baralek, kakak jauh lebih capek waktu Malam Bainai, karena kan banyak
nunduk, banyak beraktivitas. Meskipun suntingnya kecil. Tapi kalau baralek
kakak cuma harus tegap atau berdiri seharian. Jadi lebih pusing Malam Bainai.
Jadi makna suntiang itu adalah melambangkan peran perempuan. Peran
perempuan sangat besar dan tanggungjawabnya berat. Sebagai ibu, sebagai
istri, jadi perempuan itu tidak gampang. Setelah menikah itu bebannya tidak
mudah. Maknanya yang pernah kakak dengar itu. Maknanya sih sangat-sangat
besar. Kalau kakak sih bangga ya jadi orang Minang. Menurut kakak makna
suntiang itu bagus banget. Sangat bagus kamu masukin skripsi. Bajunya juga.
Ada lagi rompinya. Dan cara meminangpun di Minang itu unik.
Saya: Jadi di Minang itu cara meminangnya kebalik, kan? Perempuan ke laki-laki?
Cesi: Iya. Jadi memang gadis Minang itu harus benar-benar tau maknanya gadis
Minang itu. Harus pegang itu. Jadi menariknya itu emang sebagai gadis Minang
itu bukan terkungkung dengan adat, cuma kita memang dijaga oleh adat. Oleh
agama. Jadi sebenarnya pacaran itu tidak boleh, kan? Yang ada itu Ta’aruf.
Perkenalan. Dalam Ta’aruf itu kita boleh ketemu, tapi harus ada muhrim yang
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
menemani. Ya memang Minang seperti itu. Kakak juga sama calon, sama
suami kakak begitu. Jadi kita dikenalin, ditemenin, ketemu cuma beberapa kali
doang, setelah itu dia melamar, melamar itu semacam gini loh. Kita kan udah
ketemu nih, udah ketemu keluarga, belum ada nih ceritanya kita mau merit.
Tapi akhirnya cocok, mungkin, dia bilang ke orangtuanya kalau suka. Jadi
orangtuanya yang dateng. Jadi semacam kode gitu loh. Jadi kalau misalnya
memang iya, memang saling sama-sama suka dan mau. Dari pihak laki-laki
emang udah iya nih. Dari pihak perempuan bagaimana? Kalau iya, dateng ke
rumah. Jadi memang kita perempuan yang mendatangi pihak laki-laki. Tapi,
tetap nanti laki-laki datang lagi ke rumah kita untuk menghargai. Ini juga
sebenarnya hasil dari kesepakatan dua-duanya. Saling ngelamar.
Saya: Oh begitu.. Bisa tolong jelaskan lagi langkah prosesi kakak dari awal tidak?
Cesi: Jadi begini. Manapuak Banduah. Itu kakak laksanakan keluarga perempuan
datang ke rumah keluarga laki-laki. Itu bawa Carano,isinya sirih, pinang, rokok.
Saya: Itu isinya tiga-tiganya atau boleh salah satu saja ?
Cesi: Harus tiga-tiganya. Harus lengkap. Disini juga nanti boleh kita menentukan
tanggal. Setelah itu meminang baru laki-laki datang ke keluarga perempuan.
Tukar cincin. Batuka Tando. Itu bisa dari cincin, tapi yang masangin itu
orangtua masing-masing. Bukan kita yang saling bertukar cincin. Jadi nanti
bukan cuma cincin ya, jadi dari kakak itu dulu ngasih dia kain songket. Itu
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
tanda kakak ke dia. Dia ngasih tanda ke kakak perhiasan. Kalau nggak ada
songket, kain cabiak juga gapapa.
Saya: Jadi kakak harus ngasih dia kain?
Cesi: Nggak. Boleh tandanya apa aja. Kalau kakak maunya songket. Pokoknya adat
itu kuat, loh. Pokoknya kalau misalnya adat tidak dipenuhi, dia bisa nggak mau.
Kalau ada satu aja yang kurang, biasanya Bako-bakonya dia, mamak-
mamaknya dia nggak mau. Ya itu kacau lah acara. Pernah terjadi seperti itu.
Trus kakak kasihnya itu kan simbolisnya di cincin. Cincin tunangan ibaratnya.
Setelah itu akad. Sebelum akad, di meminang ini kan kita udah menentukan
tanggal nih. Tanggal segala macem udah fix tanggalnya. Jadi sebelum akad
nikah, keluarga perempuan jemput marapulainya ke rumahnya. Disitu ada.
Nanti menjemput itu harus sama mamak-mamak. Harus sama pemangku adat.
Jadi kakak bawa datuknya kakak. Datuk tau kan?
Saya: Datuk itu sebenernya definisinya apa sih di kaum?
Cesi: Oh pemangku adat. Jadi ketua suku adat itu. Kayak raja, bisa dibilang begitu.
Dituakan lah. Kebetulan papa kakak datuk. Datuk Rangkayo Basa. Jadi papa
juga ketua KAN. Jadi bawa carano lagi. Dibawa lagi. Carano itu ibaratnya harta
untuk memanggil orang-orang tua. Bentuk penghargaan penghormatan kita lah.
Saya: Jadi Carano ini penting banget dong?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Cesi: Iya, penting banget. Jadi kerumah laki-laki menjemput marapulai sama datuk-
datuk. Dia juga punya datuk. Dan kebetulan papanya kakak datuk, papanya dia
juga datuk. Jadi pas sampai di rumahnya sambut-sambutan. Kamu bisa lihat
juga disitu.
Saya: Ada pantun-pantunnya juga?
Cesi: Ada. Pokoknya pantun-pantun itu kalau tidak selesai, tidak ada yang menutup,
tidak akan habis acara. Pokoknya dia bales-balesan gitu, sampai ada yang
menutup nanti. Kalau gak ada yang nutup dia akan tetap kayak gitu, mau berapa
jam juga. Lama. Kayak gitu juga yang pas meminang itu, sebelum selesai
ngomong-ngomong itu bisa sampai jam berapa gitu. Sebelum ada yang nutup.
Jadi setelah dijemput marapulainya baru dia ketempat akad.
Saya: Jadi manjampuik itu adalah prosesi sebelum akad nikah?
Cesi: Iya..
Saya: Jadi setelah akad nikah?
Cesi: Ya itu, sudah sah. Nah boleh acara Babako. Babako yang kakak lakukan itu
tanpa marapulai. Kalau ini Babakonya sudah suami istri. Bersama suami.
Disana didandani. Jadi Bako yang nganterin ke rumah perempuan. Jadi gini,
sebenarnya tanggung jawab baralek di Minang itu lebih banyak perempuan.
Yang megang peranan. Megang kendali. Jadi supaya mengurangi beban yang
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
laki-laki, diambil alih sama ninik mamak bako perempuan. Supaya bebannya
jadi tidak terlalu banyak. Supaya tidak terlalu banyak beli ini-beli itu. Jadi
maknanya disini contohnya Bakonya yang ngasih baju, ngasih sunting, ngasih
pelaminan.
Saya: Berarti Babako ini sambil bawa hantaran dong?
Cesi: Oh enggak. Hanya berupa semacam diskusi atau omongan saja. Jadi disinilah
bagusnya Minang ya. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Biar sama-
sama enak. Gotong royong. Maksudnya saling bantu membantu gitu antar
keluarga. Misalnya kalau memang ada pihak yang tidak sanggup gitu, biar
ditolong sama ninik mamak biayanya. Atau apa gitu. Kalau ini Babako
maknanya untuk mengurangi beban. Meringankan beban ninik mamaknya
marapulai dalam upacara perkawinan. Jadi untuk menolong. Maknanya besar
kecil yang dikasih sama Bako perempuan ya tercermin juga kemampuan. Jadi
di Minang juga ada yang dipandang dari status sosial. Gimana sih keluarga
ayah? Kompak atau tidak? Rukun atau tidak? Tergambar disini. Ibaratnya
mungkin mampu atau tidak.
Saya: Kalau dengan Chatam Quran?
Cesi: Kalau chatam quran biasanya untuk cewek saja. Alquran harus selesai atau
tamat dibaca sebelum menikah. Biasanya ada di acara pengajian. Ada juga
disini. Kakak bikin pengajian gitu. Tidak wajib sih. Tapi idealnya begitu.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Lalu untuk baralek, ada jam mulainya tidak? Atau fleksibel?
Cesi: Oh tidak ada. Itu fleksibel. Paling pakai suntiang. Gitu-gitu aja yang wajib.
Saya: Baralek itu biasanya harusnya di rumah ya?
Cesi: Iya di rumah. Biasanya kalau di rumah itu kan agar orang bisa lihat kamar
pengantin.
Saya: Kalau kamar pengantin itu harus ada yang disiapin dulu nggak?
Cesi: Hmm, nggak. Itu tergantung. Kan nggak semua orang bisa mendandani bagus.
Jadi ya sebenarnya itu di rumah biar kamar pengantinnya orang bisa lihat. Gitu
aja. Kalau nggak juga nggak apa-apa. Kalau kakak dulu kamar itu di shoot aja,
di tampilin di layar.
Saya: Pasumandan itu apa? Lalu waktu manjapuik itu diiringi sama siapa saja?
Orangtua ikut?
Cesi: Oh nggak. Orangtua tidak ikut, udah ready aja nunggu. Diiringi sama tante, om,
Bako, datuk, ninik mamak. Jadi ninik mamak marapulai juga nunggu di sana.
Saling menyambut.
Saya: Mahanta Nasi itu apa?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Cesi: Itu nama lainnya Manjalang Mintuo. Jadi itu hanya menghantar makanan saja.
Ke rumah mertua. Bersilaturahmi. Anterin nasi dan lain-lain. Supaya kita lebih
dekat dengan keluarga laki-laki, gitu.
Saya: Kakak kan sudah menjalani rangkaian ini semua, itu makan waktu berapa hari
sih?
Cesi: Satu minggu lebih. Karena kakak menjalani baraleknya tiga kali. Kakak paling
agak berbeda dengan adat sedikit karena melangsungkan Babakonya sebelum
menikah. Harusnya sesudah menikah. Itu karena biar fleksibel waktunya. Jadi
pas babako belum ada suami. Ada babako setelah nikah, sebelum baralek.
Saya: Kakak menjalani semuanya ini sampai beberapa kali, sebenarnya kemauan
sendiri atau ada faktor keluarga?
Cesi: Kalau kitanya personal maunya yang simpel lah ya. Tapi didukung sama, kalau
kakak setuju untuk tetap melestarikan adat Minangkabau gitu ya, terus
kebetulan orangtua, dua-duanya kebetulan dari pihak kakak dan suami
keduanya datuk. Jadi kita memang menjalani, apalagi kakak anak perempuan,
sendiri, jadi papa juga ketua KAN, ibaratnya masa anak Datuk tidak
menjalankan? Sebenarnya menyenangkan menurut kakak. Sebenarnya gini lo,
orang perempuan Minang sebelum menikah itu pasti bilang ribet,berat, tapi
kalau menjalani tahu maknanya, kita bisa tahu makna hidup itu apa. Kalau kita
dalami, betapa sayangnya sih orangtua itu ke kita. Betapa berharganya kita di
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
mata keluarga. Betapa bagusnya perempuan itu di mata adat. Jadi menurut
kakak sih prosesi itu sebaiknya jangan dijadikan suatu beban, tapi kita maknai
aja. Kalau kita tau maknanya, pasti kita mau kok ngejalaninnya. Berarti kita
sebagai perempuan itu benar-benar dihargai atau punya beban hidup yang
berarti untuk suatu keluarga. Dari sunting kita pakai, itu baru beban di kepala.
Belum beban di pundak, di mana-mana. Jadi itu maknanya. Jadi bukan masalah
ribet atau enggak, tapi adat itu ya dijalani sewajarnya. Menurut kakak ada juga
adat yang tidak masuk akal.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Nama : Dewi Andriani
Usia : 31 tahun
Status : Informan
Profesi : Pegawai swasta
Saya: Nama dan usia kakak?
Dewi: Nama saya Dewi Andriani, usia 31 tahun.
Saya: Kapan baraleknya kak?
Dewi: Baraleknya bulan April 2015.
Saya: Lokasinya dimana?
Dewi: Dirumah saya, daerah Lubuk Lintah.
Saya: Kakak kan sudah baralek, apakah menjalankan adat Minang secara lengkap?
Dewi: Oh nggak lengkap..
Saya: Yang nggak dijalankan bagian yang mana saja? Atau coba ceritakan saja
kemarin berjalannya seperti apa..
Dewi: Yang dijalankan cuma bagian keluarga perempuan datang meminang pihak
laki-laki. Di Bukitinggi. Pertemuan antara keluarga inti, tapi mempelai tidak
ikut. Datangnya bawa makanan, buah sejenis itu lah.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Katanya orang meminang itu bawa Carano. Kakak bawa Carano juga?
Dewi: Nah, itu kan adat. Cuma kakak ndak menjalankan. Jadi cuma datang bawa
makanan saja. Kakak cuma menjalankan proses silaturahmi keluarga dan
meminang saja. Dan menentukan tanggal pernikahan. Dah itu saja. Setelah itu
kan sudah selesai tahap satu. Hari sabtu menikah ijab qabul, hari minggunya
pesta. Baralek.
Saya: Kakak tidak ada menjalankan prosesi malam bainai?
Dewi: Tidak ada. Langsung resepsi. Sabtu nikah, minggu baralek.
Saya: Kenapa kakak tidak menjalankan adat secara keseluruhan?
Dewi: Pertama, terlalu banyak. Kedua, pengen singkat dan praktis. Hemat waktu dan
hemat biaya.
Saya: Lalu pihak keluarga laki-laki tidak ada masalah?
Dewi: Tidak ada. Karena di perhitungan awalnya udah sama-sama emang pengen
menjalankan secara ringkas dan sesederhana mungkin.
Saya: Tapi kakak dan keluarga kakak apakah mengetahui adat baralek yang
semestinya itu bagaimana?
Dewi: Tahu. Cuma ya kedua belah pihak sama-sama pengen yang sederhana, gitu.
Jadi akhirnya diambil jalan tengah, tidak mengikuti keseluruhan adat.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Oh iya mengenai makanan waktu baralek. Orang Minang selalu masak sendiri
ya?
Dewi: Kalau orang dulu iya, selalu masak sendiri. Banyak melibatkan tetangga. Tapi
sekarang ini sudah jarang sekali. Banyak yang pakai jasa katering.
Saya: Sekedar mau bertanya soal langkah Mahanta Nasi. Yang berjalan itu
sebenarnya pihak yang mana?
Dewi: Awalnya ya perempuan yang menjemput pihak laki-laki, dibawa semua
pakaiannya. Dipakaikan lengkap dia di sana, sehabis itu baru berjalan. Sehabis
itu waktu sudah sampai di janjang (tangga) depan rumah, ada pula yang
menyambut itu. Tetua pihak perempuan, biasanya ninik mamak. Berpantun lah
mereka, kalau pantunnya sudah cocok, sudah nyambung, barulah mereka boleh
masuk dan baralek. Sambil dijamu makan dengan makanan yang dibawa itu.
Saya: Oh begitu. Susah ya menemukan orang yang menjalankan semua langkah adat..
Dewi: Iya karena jaman sekarang orang kan ingin yang serba cepat dan praktis. Jadi
baralek yang asli itu bisa dikatakan sangat langka. Susah menemukannya.
Kalau dulu menikah di kampung, justru kalau kita pakai jasa katering para
tetangga tidak mau datang. Karena mereka menganggapnya “Cuma makan”.
Mereka menganggap kita tidak butuh bantuan mereka. Sekaya apapun dia,
tetangga tidak datang. Itu artinya yang punya pesta tidak terbuka, tidak
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
bermasyarakat. Kalau misal memasak, tetangga bakal datang bawa kelapa, lada,
garam, dan lain-lain.
Saya: Kalau soal Maisi Suduik?
Dewi: Kalau di Padang, pihak perempuan yang mengisi. Tapi ya di era modern
seperti sekarang ini semua tergantung kesepakatan bersama. Maunya seperti
apa. Termasuk soal Batuka Tando atau tukar tanda. Kalau waktu sedang
menunggu hari itu salah satu pihak ada menemukan orang lain atau
membatalkan, dia ada lagi dendanya. Yang menentukan denda itu ya itu tadi,
kesepakatan bersama.
Saya: Soal Malam Bainai itu yang mengerjakannya siapa?
Dewi: Keluarga. Masing-masing jari beda lagi yang mengerjakan. Satu jari satu
anggota keluarga, apakah itu tante atau sepupu. Jari kaki dan tangan. Sambil
dikasih inai, sambil dikasih hadiah. Entah itu mungkin cincin atau apa.
Saya: Oh begitu. Jadi langkah pertama dari kegiatan ini memperkenalkan diri ya.
Dewi: Iya. Tapi itu pun dilakukan sampai tiga kali datang bolak balik. Jadi begini.
Pihak perempuan datang, maksudnya keluarga pihak perempuan datang
berkunjung ke rumah pihak laki-laki, bertamu. “anak awak la bakawan, kama
ka dilanjuikkan”(anak kita sudah berteman, ke arah mana mau dilanjutkan).
Setuju atau tidak keluarga pihak laki-laki? Kan ada responnya tuh. Bawa
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
pisang. Kalau misalnya pisangnya di ambil, itu tandanya dia suka, bisa
dilanjutkan. Kalau misalnya pisangnya disuruh bawa kembali, itu tandanya
tidak.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Nama : Marah Yulius
Usia : 49 tahun
Status : Informan
Profesi : Anggota Kerapatan Adat Nagari Padang (KAN)
Saya: Fungsi KAN dalam keseharian itu apa?
Yulius: KAN itu fungsinya itu adalah menyelesaikan masalah sako (gelar) dan
pusako (harta pusaka) yang turun-temurun. Maksudnya kalau ada masalah di
kedua hal itu, disini menyelesaikannya. Mendamaikan mereka yang
bersengketa. Itu fungsinya. Jadi kamu mau bertanya mengenai apa?
Saya: Oh saya ingin bertanya mengenai baralek. Apakah KAN juga mengurusi atau
memegang peranan dalam hal baralek atau tidak, begitu.
Yulius: KAN itu kan tempatnya berkumpul para ninik mamak. Ninik mamak itu
dalam kaum kan anggapannya ibarat ketuanya. Nah disini tempat
berkumpulnya. Jadi kalau baralek itu, itu urusan kaum. Tapi untuk sebagai
pedoman bertanya ya disini. Bagaimana cara baralek, bagaimana cara
kematian, orang KAN harus tau. Soalnya disini tempat berkumpulnya ninik
mamak itu.
Saya: Jadi kemarin saya juga sempat bertanya kepada beberapa orang Minang yang
melaksanakan dan tidak melaksanakan adat. Jadi berdasarkan keterangan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
mereka, saya menemukan bahwa saat ini amat banyak orang Minang yang
tidak lagi menjalankan adat secara utuh dan benar.
Yulius: Nah, untuk melestarikan adat juga merupakan salah satu fungsi KAN juga,
tuh.
Saya: Sejauh ini ada tindakan tertentu yang diambil KAN, tidak?
Yulius: Tindakan tertentu seperti apa maksudnya?
Saya: Maksudnya kalau ada orang baralek yang tidak menggunakan adat, ada
himbauan tidak? Atau bagaimana, gitu.
Yulius: Oh ada. Cuma ya kadang-kadang melihat kondisi sekarang, orang pun tidak
bisa dipaksa. Kadang kalau misalnya dia tidak mampu, ya tidak apa. Tapi
yang adat ini ada macam-macam, ya. Adat ini ada empat. Adat nan sabana
adat, adat istiadat, adat teradat, dan adat nan diadatkan. Nah jadi kalau seperti
perkawinan ini, masuk ke dalam adat istiadat. Artinya, adat salingka nagari,
pusako salingka kaum.
Saya: Jadi makna baralek bagi orang Minang itu apa?
Yulius: Baralek itu kan artinya mengadakan acara. Memanggil sanak saudara, anak
keponakan untuk mengatakan bahwa inilah, sudah ada jodohnya.
Dipertemukan, diadakan acara. Baralek itu artinya mengundang orang.
Supaya orang tau, kan.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Jadi tradisi baralek ini sudah ada sejak jaman dulu sekali?
Yulius: iya, dulu dulu sekali.
Saya: Jadi memang sudah ada tata caranya, ya?
Yulius: Iya. Tapi tata cara baralek ini kan termasuk adat istiadat yang fleksibel. Bisa
ditambah, bisa dikurang. Bahkan bisa ditambah, kayak ada orang ditambah
yang lain-lain supaya lebih semarak. Kadang-kadang sesuai dengan
kemampuan. Kalau dirasa berat ya dikurangkan. Tapi kayak nikah, kan
sebelum baralek nikah dulu, itu masuk ke adat sebana adat. Harus dilakukan.
Tidak bisa diubah segala macam. Harus ada penghulu. Tapi untuk acara-acara
ini dulunya baralek ini, dulu diadakan di rumah gadang. Nah disana lah
baralek, disana acara pesta. Kalau sekarang kadang-kadang ada yang diadakan
di gedung. Karena fleksibel dan melihat situasi kondisi. Orang kan sekarang
sudah tidak ada rumah gadang. Jadi bisa dikurang bisa ditambah, lah. Ada
yang biar meriah dikasih pertunjukan tari-tarian, nah itu bedanya.
Saya: Saya agak bingung mengenai tata cara urutan baralek. Karena setiap saya
temukan di internet atau buku, pasti terdapat perbedaan.
Yulius: Seperti yang saya bilang tadi, adat salingka nagari. Maksud adat salingka
nagari ini kan Nagari Padang ini. Tata caranya ada bedanya dengan
payakumbuh, pariaman. Kalau pariaman dulu malah laki-laki dibeli. Di
Padang dulu sekali juga begitu. Tapi sekarang tidak lagi, karena kemajuan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
zaman. Kalau dulu sekali baralek di Minang ini, dibuat satu meja panjang,
dihidangkan tuh. Datang tamu, bersama-sama berpantun. Baru makan
bersama. Sekarang mana ada lagi. Ambil sendiri-sendiri, kan? Pakai katering
bahkan. Makan Bajamba itu namanya. Bajamba tuh artinya disiapkan
makanan. Makan Basamo. Jadi begitulah adat istiadat. Melihat situasi dan
kondisi.
Saya: Jadi langkah pertamanya apa, Pak?
Yulius: Nah begini. Pertama sekali waktu kita ingin pesta itu ibarat bahasa
Minangnya Manapiak Banduah. Mengunjungi antara ke rumah lelaki.
Saya: Itu bahasa lainnya sama dengan meminang, pak?
Yulius: Nah, pas. Tentu dalam meminang itu kita membawa hantaran. Kue-kue.
Umpamanya, kue bolu dua, pisang, kue bolu pakai hiasan, pakai ikan bakar,
ayam panggang. Ada juga bawa Carano. Isinya bisa sirih, pinang, atau rokok.
Sirih itu maknanya menunjukkan tanda kita orang yang bermufakat. Rokok
maknanya bergaul atau pergaulan. Bajalan babuah tangan. Kita kalau ke
rumah orang sebagai tanda menghormati juga. Untuk dimakan bersama-sama.
Nanti pergi meminang itu antara ninik mamak dengan Bundo Kanduang.
Ninik mamak dari perempuan. Perginya itu ninik mamak, urang mudo,
Bundo Kanduang.
Saya: Urang mudo itu siapa, pak?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Yulius: Urang mudo itu menantu. Menantu rumah. Sesudah meminang, menentukan
hari pesta. Ibaratnya Maetong hari. Sesudah itu melaksanakan pesta. Sesudah
itu menjemput marapulai. Ada yang satu hari, ada dua hari, ada yang tiga hari.
Berbeda-beda. Kalau di daerah Padang, dulu, ada tiga kecamatan. Sekarang
ada 11 kecamatan. Diperluas. Jadi, adat ini adat salingka nagari, adat salingka
kaum. Kalau adat Padang ini dengan adat pinggir kota ini berbeda.
Pelaksanaan. Cara berpakaian. Cara meminang. Jadi maka itu sesudah pesta
kita menjemput marapulai. Sesudah baralek. Hari Minggu baralek, senin
malam kita jemput marapulai.
Saya: Oh menjemput marapulai itu sesudah baralek? Bukannya sebelum?
Yulius: Tidak. Sesudah pesta, marapulai dijemput, dia kan tidur di rumah perempuan.
Ada tiga hari. Ada dua hari, ada sehari. Kebanyakan orang memakai sehari,
tidak repot. Sesudah itu manjalang mertua. Menjalang itu pakai nasi kunyit
selengkap-lengkapnya.
Saya: Yang menjemput itu siapa?
Yulius: Yang menjemput itu adalah Bundo Kanduang bersama urang mudo. Nanti
yang laki-laki itu diantar lagi sama urang mudo ke rumah perempuan.
Saya: Jadi ini waktu sedang manakuak hari, ada malam bainai. Nah malam bainainya
kapan, pak?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Yulius: Nah. Sebelum pesta. Sesudah cocok timbal balik antara pihak laki-laki dan
perempuan, sesudah dia menikah. Baru diadakan acara bainai. Malam bainai
itu dilakukan hanya di rumah perempuan. Diinaikan kukunya. Ada yang
bacoki. Itu budaya Padang lama itu. Nanti bacoki itu ada cincinnya.
Diletakkan disana, disuruh mencari. Nanti siapa yang dapat. Itulah namanya
bacoki. Nah soal nanti lelaki sudah tagak gala(diberi gelar), itu sesudah nikah.
Tentu galanya turunnya dari ninik mamak. Gala kaum. Umpamanya anak
bapak mau kawin. Gala saya ini diserahkan. Nanti akan ditanya, siapa gala
menantu? Nah itu harus dilewakan. Harus memanggil galanya, pihak
perempuan. Kalau gelarnya tidak dipanggil, ada sumpah adat. Makanya
Minangkabau harus galanya yang dipanggil. Bukan namanya lagi. Jadi gala
itu adalah tanda kebesaran orang Minang. Kalau tidak dipanggil gala, berarti
orang itu tidak beradat.
Saya: Cara memberikan gelar atau gala? Berpantun?
Yulius: Jadi gala itu nanti dari kaum lelaki. Nanti ada jawab menjawab, ada
berpantun. Pihak perempuan itu tidak ikut. Yang ada itu paman-pamannya
semuanya. Makanya adat yang spesialis ini adat Nagari Padang. Padang ini
kan dulunya terdiri dari 13 kepala kampung, 4 kecamatannya. Padang Barat,
Padang Timur, Padang Selatan, dan Padang Utara. Itu Padang lama. Itu
budayanya berbeda dengan yang lain. 1980 diperluas lah kota PADANG
menjadi 11 kecamatan.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Jadi judul skripsi saya lokasinya seharusnya Nagari Padang?
Yulius: Jadi daerah ini, daerah Pondok, masuk dalam Nagari Ninik Mamak Salapan
Suku.
Saya: Jadi kalau misalnya ada orang yang baralek tidak menggunakan adat, hanya
menikah di mesjid dan langsung baralek pesta, itu bagaimana?
Yulius: Ada juga, Cuma dia dicemooh dalam Minangkabau. Diolok-olokkan. Malu.
Saya: Oh begitu. Beda daerah memang beda adat tata caranya, ya. Pantas saya agak
bingung, karena dari kemarin tiap dicari, pelaksanaannya pasti ada perbedaan.
Yulius: Kamu tinggal di Pondok, kan? Makanya kalau kita bicara adat, kita
berpedoman dengan Nagari Padang Lamo. Yang asli, jadi Padang ini kan ada
13 kepala kampung. Dulu kepala kampung bukan lurah. Lurah ini kan waktu
sudah diperluas, zaman Suharto lah. Masuklah lurah. Kalau dulu 13 kepala
kampung, 3 kecamatannya. Padang Barat, Padang Timur, Padang Selatan.
Padang Barat luasnya sampai Ulak Karang, Tabing itu. Diperluas kota jadi 11
kecamatan. Padang Barat masuk Padang Lamo. Disini ada sejarahnya tertulis.
Saya: Oh begitu. Bapak tahu sekali ya..
Yulius: Iya, bapak yang selama ini di lapangan. Baik orang meminang, pesta, bapak
yang bawa terus.
Saya: Oh lalu kalau soal Banta Gadang di Pelaminan. Itu melambangkan apa?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Yulius: Sebetulnya gini. Minang ini kan berbaur budaya dengan Tionghoa. Jadi
penduduk Minangkabau terdiri dari tiga komponen. Tionghoa, Arab, Minang.
Maka pakaian Minang warna merah itu kan lambang Cina. Padang itu
rumahnya begonjong itu, bukan. Itu kan atapnya model kelenteng. Rumah
orang Minang begitu juga. Dulu pernah Padang ini dijajah oleh Aceh, tidak
boleh bergonjong. Hanya boleh model kajang pedati. Maka itu Padang ini
tidak ada rumahnya bagonjong. Itu kelenteng. Kamu ada liat Mesjid Raya
Ganting? Ciri khasnya? Seperti kelenteng. Itu arsiteknya orang tionghoa.
Kakeknya Ferianto Gani. Jadi orang Tionghoa sudah berbaur dengan orang
Minang. Tapi kalau orang Tionghoa pendatang dia tidak pernah berbaur.
Makanya pengisi penduduk kota Padang tadi terdiri dari tiga komponen tadi.
Tionghoa, Arab, Minang.
Saya: Oke. Jadi baralek sudah ada prosesinya disini. Apa ada pantangan tidak?
Yulius: Kalau urang sumando ini, kalau dirumah tangga ini dilarang memakai celana
pendek. Harus yang sopan. Atau berkain sarung di rumah mertua. Atau celana
panjang. Perempuannya begitu juga. Jangan atau harus pakai baju dalam,
celana jangan ketat-ketat. Tidak enak dilihat oleh tetangga-tetangga. Kan
begitu. Kita sebetulnya adat Minang ini kesehatan bagi perempuan.
Perempuan menggunakan celana ketat itu resikonya tinggi. Penyakit. Padahal
orang Minang ini sudah dari dulu dilarang pakai celana ketat-ketat. Merusak.
Di adatnya janggal. Kan itu seperti memperlihatkan tubuh kita semuanya itu
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
dengan celana ketat. Kedua, mengandung resiko penyakit. Tidak boleh anak-
anak gadis ini pakai celana ketat. Jadi orang ini tidak tahu. Jadi kalau bicara
soal adat ya, memang berbeda-beda. Adat salingka nagari. Jadi karena kita
tinggal disini, kita harus menjunjung adat disini. Menampilkan budaya adat
nagari salapan suku. Tidak mengambil seluruh daerah Minangkabau. Jangan
samakan.
Saya: Nan Salapan Suku itu suku apa saja itu pak?
Yulius: Tanjung Koto, Tanjung Sikumbang, Tanjung Balai Masiang, Malayu,
Caniago Sumangek, Caniago Mandaliko, Caniago Panjalai, Jambak.
Saya: Bapak yang mana?
Yulius: Saya Malayu. Jadi kamu bikin judulnya di Nagari Padang Niniak Mamak
Nan Salapan Suku. Biar tidak ngambang. Ada orang Padang di Jakarta,
bingung karena adatnya berbeda-beda. Dia tidak tau bagaimana sejarahnya
Padang ini. Kamu jelaskan dulu, judul kamu di ambil di daerah Padang Niniak
Mamak Nan Salapan Suku. Delapan suku terdiri dari 13 kepala kampung,
empat kecamatan. Kecamatannya diurai. Padang Selatan, Padang Barat,
Padang Timur, Padang Utara. Jadi diurai dulu biar jelas. Karena di Jakarta itu
tidak ada yang sama mengenai pendapat Minang ini.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Nama : Novianti Awaludin
Usia : 49 tahun
Status : Informan
Profesi : Kepala UPBD Museum Adityawarman, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan
Saya: Bisa tolong sebutkan nama, usia, dan profesi ibu?
Novi: Novianti Awaludin, kalau disini sebagai Kepala UPBD Museum
Adityawarman, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat.
Usia ibu sudah 49 tahun.
Saya: Saya ingin bertanya terlebih dahulu mengenai fungsi dan tugas dinas
kebudayaan secara keseluruhan.
Novi: Kalau dinas pendidikan dan kebudayaan itu fungsinya pasti mengedukasi, ya
bidangnya pasti edukasi ya. Kalau khusus museum, itu peran kita adalah
lembaga informal pendidikan sejarah dan budaya. Jadi kita merupakan
UPTB, artinya unit pelaksanaan teknis, dinas yang membantu untuk
melaksanakan peran dan fungsi sebagai lembaga informal tadi. Nah dalam
program, itu akan lahir dua yang kita laksanakan disini. Antara lain program
pendidikan budaya dan satu lagi program pengelolaan kekayaan budaya. Di
dalam dua program ini banyak kegiatan dan sub kegiatan yang kita laksanakan
untuk mewujudkan visi dan misi kita disini.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Visi dan misinya secara garis besar kalau saya boleh tahu?
Novi: Nanti akan saya berikan profilnya, karena nanti akan terlalu panjang. Nanti
akan jelas di sana apa tugas pokok dan fungsi kita, lalu visi misi kita dan
target serta sasaran tugas kita apa.
Saya: Untuk budaya baralek sendiri, di sini dinas kebudayaan punya peranan apa?
Novi: Kalau baralek itu sendiri, kita di sini perannya adalah mempublikasi, artinya
begini, menginventaris. Kami mengumpulkan dan memamerkan berbagai
benda yang memiliki nilai sejarah dan budaya, terkait budaya baralek tersebut.
Kami juga mengedukasi anak-anak didik terutama siswa sekolah.
Saya: Oh jadi sering diadakan tur ke museum atau bagaimana?
Novi: Kita ada kegiatan museum masuk sekolah, yaitu meninjau sekolah dengan
memberikan edukasi dan ada membawa anak-anak sekolah untuk ke museum-
museum yang ada di daerah.
Saya: Jadi dinas kebudayaan secara keseluruhan melestarikan budaya baralek itu
sendiri salah satunya dari?
Novi: Salah satunya dari UPT kita. Kalau budaya baralek itu UPT museum ini yang
akan berperan. Melalui pameran, nanti ada koleksi-koleksi di sana. Dan
koleksi itulah yang akan menginformasikan.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Banyak fasilitas-faslitiasnya berupa pameran di museum, dan edukasi untuk
anak-anak sekolah, begitu?
Novi: Ya, disini juga ada studio mini, kita akan memberikan edukasi kalau levelnya
tk dan sd, itu film animasi. Film-film yang bernilai sejarah budaya. Kalau smp
keatas, nanti ada prosesi baralek, adat budaya tabuik, mau sistem matrilineal,
banyak. Jadi kita punya paket-paket edukasi, materi pendidikan yang akan
diberikan kepada pengunjung.
Saya: Tujuannya?
Novi: Tujuannya untuk mengedukasi mengenai budaya sumatera barat.
Saya: Lalu budaya baralek ini bisa dikatakan sebagai budaya yang paling terkenal di
Minangkabau, orang Minang sendiri, sumatera barat. Jadi budaya ini apa
punya daya tarik tersendiri bagi dunia pariwisata?
Novi: Oh iya pasti. Kalau kita menggambarkan satu prosesi baralek gadang itu sangat
kompleks sekali ya. Sangat lengkap sekali apa yang bisa diedukasi kepada
generasi muda. Pertama prosesi baralek gadang itu baretong. Artinya setiap
calon mertua dan calon orangtua dari masing-masing mempelai akan
berkumpul keluarganya untuk membicarakan mengenai pesta yang akan
diangkat. Baretong itu intinya pertemuan dua keluarga yang ingin
membicarakan mengenai hajat yang akan diangkat. Kalau di Minang itu
perempuan yang meminang, jadi perempuan yang punya hajat menyampaikan
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
ke calon suaminya. Itu ada kesepakatan, kapan mau diadakan, sudah
setujukah, apa biaya-biaya yang akan di jemput, nah itu namanya baretong. Itu
saja sudah mempunyai daya tarik. Karena pihak perempuan itu datang tidak
serta merta dengan tangan kosong. Ada bawaan juga, sebagai basa basi
perkenalan lah istilahnya. Lalu setelah perkenalan ditentukanlah. Kalau
memang sepakat kedua anaknya memang sudah ketemu bergaul dan
sebagainya, pasti mereka juga akan mengambil keputusan kapan tanggalnya.
Melangkah lagi, setelah semua kesepakatan ini, ke pestanya, pestanya juga itu
juga sangat banyak. Nah baraleknya itu nanti ada prosesi babako, babako itu
kalau seandainya pihak perempuan yang pergi meminang, itu pihak
perempuan ini punya saudara ayah. Kadang kalau keluarga itu berada atau
mampu, dia akan mengadakan prosesi ini. Dia akan mengambil satu hari
untuk adat babako ini. Nanti bako akan membawa arak-arakan pengantin.
Keliling kampung, mewartakan kalau anaknya sudah dipersunting, bako nanti
juga memberikan perhiasan, pakaian, pokoknya tergantung dari keluarganya,
apa saja bisa untuk diberikan. Nah itu sudah prosesi bagian dari baralek,
begitu. Lalu menikah. Itu juga ada banyak keterlibatan dua pihak begitu. Lalu
pesta. Pesta itu juga ada tari-tarian pembukaan, kemudian semua keluarga
juga sudah kumpul dengan pakaian-pakaian adat minang. Lalu ornamen pesta,
pelaminannya juga adat minang.. semua ada di display di museum.
Saya: Berarti daya tarik wisatanya..
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Novi: Luar biasa. Disana juga ada music tradisional. Penyambutan pengantinnya juga
ada musiknya, penarinya, pakaian adatnya.
Saya: Sebelum ini saya juga sudah sempat penelitian dan banyak bertanya mengenai
budaya baralek ini. Belakangan ini sudah banyak orang minang yang tidak
menjalankan adat baralek ini sepenuhnya, tidak full..
Novi: Oh pakai kok. Cuma bedanya, kalau ekonominya lemah, pestanya mungkin
tidak pakai tari-tarian, tapi kalau yang dasar-dasar tetap kok. Kedua pihak
misalnya dari keluarga sederhana, ya paling bawa pisang. Nanti kedua calon
pengantin juga ada kesepakatan-kesepakatan antara mereka gitu.
Saya: Dari dinas sendiri apakah tidak mengatur pelaksanaan budaya itu?
Novi: Oh tidak. Itu sudah merupakan adat dan budaya yang melekat, dan sampai saat
ini masih dilaksanakan.
Saya: Jadi tidak ada aturan resmi mengenai itu?
Novi: Tidak, itu aturan adat. Itu kan aturan hukum adat. Hukum adat kan juga tidak
secara formal. Itu sudah berlaku secara turun-temurun dan orang tidak akan
merasa jadi orang Minang kalau tidak melaksanakan, begitu.
Saya: Berarti itu lebih ke kaumnya?
Novi: Iya. Kaum, juga ada wadahnya untuk yang akan melestarikan. LKAM
namanya, Lembaga Kerapataan Adat Minangkabau. Bundo Kanduang juga
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
sebagai lembaga dan organisasi juga melestarikan adat dan budaya tadi. Ada
sosialisasi atau apa, kegiatan yang terkait dengan adat.
Saya: Itu organisasi yang membentuk diri sendiri atau dibentuk pemerintah?
Novi: Itu dibentuk oleh kelompok-kelompok, kalau LKAM itu tingkatnya provinsi,
kalau kabupaten kota KAN namanya. Kerapatan Adat Nagari. Bundo
Kanduang merupakan payuang panji, atau perempuan yang sangat dihormati,
sangat menentukan di lingkup adat. Bundo Kanduang itu nama organisasi
sekalian satu perfomen dari perempuan Minang. Ada tingkat provinsi dan
kabuapaten kota juga. Kalau ketua provinsi itu ibu Raudha Thaib. Professor.
Saya: Oh iya saya juga punya salah satu buku karangan beliau.
Novi: Iya. Itu jatuhnya sebagai lembaga resmi adat. Bukan pemerintahan. Pemerintah
sendiri mendukung keberadaan organisasi sosial ini untuk membantu
pemerintah melestarikan adat dan budaya. Jadi kalau dinas budaya wadahnya
untuk merangkul semua organisasi-organisasi sosial yang bergerak di bidang
adat dan budaya.
Saya: Masalah melestarikan budaya itu, apa ada anggaran khusus?
Novi: Kalau dulu ada, teranggarkan di Binsos. Biro dinas sosial. Namun kalau
sekarang itu saya tidak tahu ada peraturan baru, sehingga tahun ini terputus.
Jadi mereka diminta untuk mandiri gitu. Jadi organisasi itu diminta mandiri
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
kalau misal ada aktivitas bisa mencari sponsor atau CSR. Digunakan untuk
aktivitas pelestarian budaya. Jadi misalnya Bundo Kanduang itu pergi
sosialisasi ke daerah tentang adat budaya sumbar gitu, nanti dia kumpulkan
lagi Bundo Kanduang yang di daerah, untuk memberikan sosialisasi atau
edukasi perempuan yang ada di daerah.
Saya: Berarti artinya nggak perlu ada peraturan khusus karena kalau orang Minang
menikah pasti pakai adat gitu? Apa ada hambatan yang ditemui ?
Novi: Kalau hambatan selama ini nggak ada. Cuma selama ini kan ekonomi yang
menentukan. Jadi kesemarakan atau kemeriahan suatu pesta itu ditentukan
oleh ekonomi tadi. Tapi kalau dasar-dasarnya tadi harus dilalui. Seperti
baretong. Kalaupun tidak ada bakonya, orang biasa-biasa, ekonomi tidak
mapan, yaudah tidak diadakan. Tapi dia tau, bahwa dia memakai sistem
matrilineal, dia tau bahwa bakonya ini. Dia tau bahwa pamannya ini lho. Dia
tau dan akan dikenalkan. Lalu kalau sudah berkumpul dengan calon keluarga
laki-laki, juga tau. Itu besan saya. Ipar, gitu.
Saya: Berarti yang di pajang di museum itu lengkap semua? Pelaminann dll?
Novi: Lengkap. Pelaminan, lalu pakaiannya, ada di kita.
Saya: Itu dari semua daerah?
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Novi: Kita punya dari semua daerah. Tapi sesuai tema. Kalau temanya baralek itu
udah kia tutup. Sekarang temanya kriya tradisional Minangkabau.
Saya: Oh itu ada musim-musimnya gitu berapa bulan?
Novi: Iya, jadi kita itu ada tata pamer tetap. Jadi kalau yang tetap itu sekali tiga tahun
paling cepat. Ditukar temanya. Kalau temporer enam bulan sekali. Atau satu
tahun harus ditukar.
Saya: Kalau baralek itu masuknya ke?
Novi: Tetap itu. Udah tiga atau empat tahun, udah jenuh. Makanya ibu udah empat
tahun juga disini, jadi sudah ada selama itu, ditukar. Setiap orang ke sini udah
jenuh, yang dilihat itu lagi itu lagi. Jadi ya cari tema lagi. Jadi kalau disini itu
koleksi yang berbicara. Koleksi yang menginfokan apa yang ada.
Saya: Berarti secara keseluruhan pemerintah melestarikan dengan memberikan
edukasi, trus memajang koleksi di museum. Tapi tidak ada bentuk himbauan
untuk orang minang harus melaksanakan penuh, karena itu kesadaran dari
adat masing-masing.
Novi: Iya. Udah turun temurun. Sistem kekerabatannya itu matrilineal, jadi dari garis
ibu. Nah itu yang punya anak otomatis mengajarkan kepada anaknya step
mengenai pernikahan.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016
Saya: Iya. Kalau misalnya ada yang tidak diketahui mengenai detil adat baru ke
KAN, seperti itu?
Novi: KAN sebagai pedoman melengkapi detilnya, karena fungsinya juga sebagai
pengulu, ninik mamak, cadiak pandai. Itu fungsinya nanti, kan. Makanya
disana ada aturan adat saja.
Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016