makalah pbl blok 23 - kalazion pada mata kanan

17
Kalazion pada Mata Kanan Roykedona Lisa Triksi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Pendahuluan Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata. Di kelopak mata terdapat kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus. Otot seperti M. Orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M. Levator palpebra berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. 1 Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.Sesuai dengan skenario, seorang laki-laki 25 tahun dengan benjolan pada kelopak mata kanan atas sejak 3 minggu 1

Upload: roykedona-lisa-trixie

Post on 19-Nov-2015

52 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Kalazion pada Mata KananRoykedona Lisa TriksiMahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

PendahuluanKelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata. Di kelopak mata terdapat kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus. Otot seperti M. Orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M. Levator palpebra berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.1 Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.Sesuai dengan skenario, seorang laki-laki 25 tahun dengan benjolan pada kelopak mata kanan atas sejak 3 minggu yang lalu, tidak disertai nyeri dan tidak ada kotoran mata, serta kelopak mata tidak merah. Maka dari itu, untuk mengetahui secara lengkap dan jelas, penulis akan membahas tentang kalazion mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosis dan lain sebagainya.

Alamat korespondensi: Roykedona Lisa Triksi (102011207)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Email : [email protected] Anamnesis yaitu suatu proses wawancara dua arah antara dokter dengan pasiennya untuk mendapatkan informasi mengenai keluhan yang membuatnya datang ke dokter. Anamnesis bisa dilakukan secara autoanamnesis (langsung) ataupun alloanamnesis (tidak langsung). Pada anamnesis, ditanyakan nama, umur, jenis kelamin, keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat sosial, riwayat keluarga, dan riwayat obat. Pertanyaan yang bisa diajukan untuk kasus ini adalah :1 Sudah berapa lama benjolannya ada? Apakah mengenai satu kelopak mata atau kedua kelopak mata? Apakah benjolannya semakin membesar? Bagaimana konsistensi benjolannya? Apakah ada rasa nyeri ? Pola serangan (mendadak atau berangsur-angsur) ? Apakah ada cairan yang keluar? Kental/cair Apakah ada keluhan lain seperti mata merah, perih, berair, gatal? Apakah ada kotoran mata terus (belekan)? Apakah ada gangguan penglihatan ? Apakah dulu pernah mengalami seperti ini? Apakah keluarga ada yang seperti ini? Apakah sudah di obati ?PemeriksaanDiagnosis suatu penyakit dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemukan pada pemeriksaan fisik, terutama sekali bagi penyakit yang memiliki gejala klinik spesifik. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak memiliki gejala klinik khas, untuk menegakkan diagnosisnya kadang-kadang diperlukan pemeriksaan laboratorium (diagnosis laboratorium). 1. Pemeriksaan FisikDari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan keterangan yang menuju ke arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat keadaan umum pasien, kesadaran, tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan kalazion yang bisa kita lakukan adalah: InspeksiInspeksi mata sendiri dibedakan menjadi inspeksi mata luar dan dalam dengan menggunakan funduskopi, namun untuk kasus kalazion yang lebih ditekankan adalah inspeksi mata luar. Dalam inspeksi mata luar perlu diperhatikan apakah ada lesi kulit, pertumbuhan jaringan yang salah, tanda-tanda radang seperti pembengkakkan, eritema, panas dan nyeri tekan dengan palpasi. 1Posisi palpebral juga perlu diperhatikan apakah dalam posisi normal atau sudah terjadi ptosis atau retraksi palpebra. Keadaan kornea dan konjugtiva perlu diperhatikan karena kalazion interna yang mengarah ke bagian konjungtiva dengam ukuran cukup besar dapat mengakibatkan terjadinya gesekkan pada kornea atau konjungtiva yang lebih lanjut dapat mengakibatkan terjadinya konjungtivitis atau keratitis atau bahkan keratokonjungtivitis.1Dalam inspeksi konjugtiva superior juga perlu dilakukan pembalikkan palpebral untuk melihat apakah terdapat benda asing yang mungkin saja mencetus terjadinya pembengkakan pada palpebra. PalpasiPalpasi palpebral juga perlu dilakukan bila terjadi pembengkakkan pada palpebral, dimana kita harus menilai konsistensi, nyeri, ukuran dan apakah benjolan tersebut dapat digerakkan atau tidak. 1Dari hasil pemeriksaan mata secara insepeksi dan palpasi ditemukan benjolan tersebut terdapat pada palpebral superior oculo dextra dengan ukuran 10mm x 5 mm, berkosistensi kenyal, tidak nyeri dan immobile. Pemeriksaan pada OS masih dalam batas normal.Pada kasus kalazion umumnya hanya itu yang penting untuk dilakukan namun sebaiknya dilakukan pemeriksaan mata secara keseluruhan untuk mendapatkan keadaan umum mata pasien. Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk menilai mata pasien adalah: Penilaian visus Pemeriksaan segmen posterior mata (funduskopi) Pemeriksaan gerak bola mata Pemeriksaan lapang pandang Pemeriksaan tekanan bola mata (tonometry)

2. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan exudat dari kalazion bila ada untuk mengetahui jenis bakteri penyebab terjadinya dengan kultur dan dapat dilakukan pemeriksaan sensitifitas antibiotik untuk memilih antibiotik yang baik.Umumnya pemeriksaan penunjang untuk kalazion jarang dilakukan, kecuali bila kalazion mengalami rekurensi, pemeriksaan patologik perlu dilakukan karena tampilan karsinoma kelenjar meibom dapat mirip kalazion.2DiagnosisProses diagnosa medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menangani suatu penyakit. Proses diagnosa adalah proses yang dilakukan seorang ahli kesehatan untuk menentukan jenis penyakit yang diderita oleh pasien, kemudian menentukan diagnosis penyakit pasien tersebut sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat dengan jenis penyakit (etiologik) maupun gejalanya (simptomatik).4Diagnosa dilakukan berdasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali dengan memperhatikan ciri gejala klinis pada tubuh pasien yang ditimbulkan penyakit tersebut. Keadaan penyakit yang diderita dapat juga di ukur dengan memperhatikan gejala klinis.I. Differential DiagnosisDifferential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang dilakukan dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda klinis penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami pasien, pasien bias dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:a. HordeolumHordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata. Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri. Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. (3)Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri Streptococcus dan Staphylococcus, terutama Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.(3)Gejala utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah. Intensitas nyeri menandakan hebatnya pembengkakan palpebral. Gejala dan tanda yang lain pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan tidak nyaman, sakit bila ditekan serta ada rasa yang mengganjal. (3)b. Karsinoma Kelenjar MeibomKarsinoma kelenjar sebasea paling sering berasal dari glandula meibom yang berasal terletak di bawah lapisan tarsus. Pertumbuhan tumor ini menyerupai kalazion, dan isinya yang seperti kalazion yang berulang harus selalu diperiksa secara histologis. Pewarnaan lemak harus dilakukan pada jaringan yang segar apabila dicurigai adanya suatu karsinoma kelenjar sebasea. Karsinoma kelenjar sebasea bisa menunjukkan gambaran klinis berspektrum luas. Biasanya berbentuk nodul yang kecil, keras seperti kalazion. Sering terlihat seperti kalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi yang kenyal. Beberapa pasien dengan karsinoma kelenjar meibom mempunyai penebalan berbentuk plak yang difus dari tarsus atau sebuah pertumbuhan berbentuk jamur atau berbentuk papilloma menyerupai papilloma sel skuamous atau karsinoma sel skuamosa papilla.3Gambaran klinis yang sering dari beberapa karsinoma kelenjar sebasea yang bisa tidak diperhatikan apabila memeriksa pasien ada konjungtivitis unilateral persisten, blepharitis, meibomitis atau blepharokonjungtivitis yang tidak berespons total pada terapi antibiotika.3 Untuk perbedaan lebih jelas bisa dilihat di tabel 1.

tabel 1. Perbedaan antara Kalazion, Hordeolum dan Karsinoma kelenjar meibomKelainan Benjolan Nyeri tekanGangguan penglihatanDurasi

KalazionKeras / kenyalTidak ada/ minimJarang Beberapa minggu

HordeolumEritematous dan kenyalNyeri saat di tekanJarangBeberapa hari minggu

Karsinoma kelenjar meibomKeras / kenyalTidak nyeri Jarang pada fase awal, fase lanjut dapat mengganggu penglihatanLama (kalazion yang sering rekuren perlu curigai karsinoma kelenjar meibom)

II. Working DiagnosisWorking Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa hipotesis tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dan hasil dari pemeriksaan fisik serta penunjang, dapat ditarik kesimpulan kalau pasien tersebut menderita kalazion pada mata sebelah kanan.Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. 2Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. Kadang-Kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi. Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum. Dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut. Kebanyakan kalazion mengarah ke permukaan konjungtiva, yang mungkin sedikit memerah atau meninggi. Jika cukup besar, sebuah kalazion dapat menekan bola mata dan menimbulkan astigmatisme. Jika cukup besar sehingga mengganggu penglihatan atau mengganggu secara kosmetik, dianjurkan eksisi lesi.2

Etiologi Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium kelenjar atau karena adanya hordeolum. Kalazion dikaitkan dengan seborrhea, blefaritis kronik, dan akne rosasea. Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya kalazion. 2Epidemiologi Kalazion dapat ditemukan hampir diseluruh bagian bumi, namun tidak ada data studi kalazion lebih jauh sehingga tidak ditemukan data epdiemiologi yang baik. Namun dari data di USA ditemukan bahwa kalazion lebih banyak ditemukan pada pria terutama pria yang sudah dewasa, meskipun demikian kalazion juga dapat ditemukan pada anak-anak. Hal ini dikarenakan karena hormon androgen pada pria akan meningkatkan viskositas dari secret kelenjar meibom yang kemudian akan meningkatkan kemungkinana terjadinya sumbatan pada kelenjar meibom. Beberapa penelitian lain menyatakan bahwa wanita lebih banyak menderita kalazion dibandingkan pria hal ini dikarena kan penggunanaan kosmetik yang kemudian dapat menutup saluran pengeluaran dari kelenjar meibom yang selanjutnya akan membentuk terjadinya kalazion. 3Patofisiologi Kelenjar meibom yang berjumlah 30-40 buah pada bagian palpebral atas atau pun bawah merupakan kelenjar yang menghasilkan minyak yang dikeluarkan bersama air mata untuk membasahi dan melicinkan mata agar mata terlindungi dari benda asing dan mata tidak kering yang disebut sebum. Sebum ini dikeluarkan bersama-sama dengan air mata melalui salurannya yang berukuran kecil yang berada di sekitar bulu mata. Kalazion sendiri merupakan pembesaran dari kelenjar meibom yang sering terjadi karena adanya sumbatan dari pada saluran keluar atau bisa juga terjadi karena sebum yang dihasilkan oleh meibom gland terlalu kental dan tidak dapat dikeluarkan. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya pembesaran dari kelenjar meibom yang kemudian terbentuklah kalazion. 4Kalazion juga dapat pecah dan melepaskan sebumnya keluar kejaringan sekitar yang kemudian mengakibatkan terjadinya perangsangan sel-sel radang radang granuloamotosa. Peradangan ini granulomatousa ini berbeda dengan peradangan yang terjadi pada hordeolum, dimana pada kalazion peradangannya berlangsung secara perlahan dan tidak menghasilkan pus dalam jumlah besar, sehingga dari gejala klinis juga tidak didapatkan nyeri tekan pada kalazion.4

Manifestasi Klinik Gejalanya adalah adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikel tidak membesar dan tidak ada tanda-tanda radang akut. Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.4Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan pada wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada pipi, hidung, dan kulit palpebra.3KomplikasiRusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.4PenatalaksanaanKalazion yang berukuran kecil dan tidak mengganggu aktivitas pasien dapat dibiarkan sembuh sendiri, kalazion yang berukuran besar atau yang mengganggu aktivitasi pasien dapat dilakukan pengobatan dengan cara:51. Medika mentosa: Untuk keadaan akut: antibiotic oral doksisiklin (100 mg x 10 / hari )atau minosiklin ( 50 mg x 10 / hari) selama masih ada benjolan Untuk keadaan kronik: antibiotic tetrasiklin (100 mg / minggu selama 6 bulan) Bila pasien sensitif terhadap derivate tertasikilin metronidazole dapat di gunakan sebagai terapi Analgetik NSAID juga dapat diberikan bila pasien merasa sakit pada matanya Steroid, ada pendapat yang menyatakan bahwa injeksi steroid dapat mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi2. Non medika mentosa: Kompres air hangat selama 10-15 menit pada bagian palpebral yang terdapat kalazion dapat mempercepat penyembuhan. Dengan kompres air hangat akan meningkatkan sirkulasi ke daerah kalazion dan dapat memecahkan sebum yang menggumpal pada kelenjar meibom. Pemijitan kalazion dapat dilakukan bila kalazion tidak meradang secara hebat, pemijitan sebaiknya dilakukan dengan keadaan bersih untuk mencegah terjadinya kemungkinan infeksi sekunder. Eksisi bedah dapat dilakukan untuk kalazion yang tidak sembuh sendiri atau lama sembuh. Eksisi bedah dapat dilakukan baik melalui sayatan di bagian palpbera luar atau dari palpebral dalam. Saat ini sayatan pada permukaan konjungtiva tarsal lebih sering dilakukan untuk menghindari bekas sayatan yang membekas. Sayatn dilakukan secara vertical dalam kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva kemudian dilakukan kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjar dengan hati-hati. Eksisi kelenjar kalazion tidak akan mengakibatkan gangguan atau pengurangan pada produksi sebum air mata karena terdapat 30-40 kelenjar meibom pada mata.5Pada kasus pasien juga mengalami gangguan visus mata pada mata kanannya dimana dari snellen chart didapatkan mata kanan pasien visusnya 20/30 dan mata kirinya masih normal. Setelah dilakukan tes dengan pin hole visus mata pasien membaik, hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan pada media refraksi. Dalam keadaan ini pasien juga perlu diberikan kacamata, soft lens atau intraoculat lensa yang berlensa negative untuk memperbaiki visus matanya.

PencegahanJika pasien memiliki tendensi untuk mudah terkena kalazion, basuh kelopak mata setiap hari dengan air dan shampo bayi menggunakan cotton swab. Jika mulai tampak tanda-tanda awal iritasi kelopak mata, segera kompres dengan air hangat beberapa kali dalam sehari.41. Profilaksis intermittent pada waktu demam:PrognosisJika pasien memiliki tendensi untuk mudah terkena kalazion, basuh kelopak mata setiap hari dengan air dan shampo bayi menggunakan cotton swab. Jika mulai tampak tanda-tanda awal iritasi kelopak mata, segera kompres dengan air hangat beberapa kali dalam sehari.4KesimpulanKalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Gejalanya adalah adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikel tidak membesar. Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau. Lebih sering terjadi pada dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Hal ini disebabkan oleh hormone androgen yang dapat meningkatkan viskositas sebum. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom lebih banyak.

1. Mitchell, dkk. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran ed. 7. Jakarta: EGC;2008.h.8112. Burnside, Thomas J. McGlynn. Diagnosis Fisik. Ed 17. Jakarta: EGC, 1995.h.117-233. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes on Ophtalmology. Ed 9th. Jakarta : Penerbit Erlangga;2005.h.18-244. Riordan P, Eva. Oftalmologi umum Vaughan & Asbury ed. 17. Jakarta: EGC;2009.h.78-95. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata ed. 3. Jakarta: FKUI;2010.h.94

DAFTAR PUSTAKA1.Mitchell, dkk. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran ed. 7. Jakarta: EGC;2008.h.8112.Burnside, Thomas J. McGlynn. Diagnosis Fisik. Ed 17. Jakarta: EGC, 1995.h.117-233.Riordan P, Eva. Oftalmologi umum Vaughan & Asbury ed. 17. Jakarta: EGC;2009.h.78-94.James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes on Ophtalmology. Ed 9th. Jakarta : Penerbit Erlangga;2005.h.18-245.Ilyas HS. Ilmu penyakit mata ed. 3. Jakarta: FKUI;2010.h.946.Behrman. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-15. Jakarta : Kedokteran EGC; 2008.h 2053-67.7.Mansjoer A, Suprohaita, Wardhan WI, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2. Edisi ke-3. Jakarta: Media Aesculapius FK UI; 2006.h.434-7.8.Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali M, Putra TS. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-9. Jakarta: Infomedika Jakarta; 2005.h.850-4.

10