makalah pancasila2

33
KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuandari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentangPemberantasanKorupsidalamKonsepsiPancasila. Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, yangdisebabkan kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.Namun atas bantuan dari berbagai pihak makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Olehkarenaitutidaklupa kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Sutrisno selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasilayang telah memberikan arahandanbimbingan kepada kami. 2. Orang tua dan keluarga kami yang banyak memberikan motivasi dan dukungan, baik moril maupun material. 3. Sumber yang telah menyajikan informasi dalam penyusunan makalah ini. 4. Mahasiswa Universitas Negeri Semarang, terutama rombel 75 PendidikanPancasila,sertasemuapihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami menyadaribahwamakalahinimasihbanyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dariberbagaipihak

Upload: fitriadutami

Post on 15-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuandari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentangPemberantasanKorupsidalamKonsepsiPancasila.

Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, yangdisebabkan kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.Namun atas bantuan dari berbagai pihak makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Olehkarenaitutidaklupa kami mengucapkan terima kasih kepada:1. Bapak Sutrisno selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasilayang telah memberikan arahandanbimbingan kepada kami.2. Orang tua dan keluarga kami yang banyak memberikan motivasi dan dukungan, baik moril maupun material.3. Sumber yang telah menyajikan informasi dalam penyusunan makalah ini.4. Mahasiswa Universitas Negeri Semarang, terutama rombel 75 PendidikanPancasila,sertasemuapihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.Kami menyadaribahwamakalahinimasihbanyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dariberbagaipihak guna menyempurnakanmakalah ini.Kami berharap semoga makalah ini, dapat memberikan informasi kepada masyarakatterhadappemberantasankorupsi di Indonesia.

Tim Penyusun,

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR..............1DAFTAR ISI.................2BAB. I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ................................31.2 Rumusan Masalah........................31.3 Tujuan danManfaat .....................................4BAB. II PEMBAHASAN2.1 Pengertian Korupsi ..52.2 Mengetahui gambaran umum tentang korupsi di Indonesia62.3 Bentuk- bentuk korupsi82.4 Pengaruh masalah korupsi terhadap pancasila.82.5 Dampak yang terjadi akibat korupsi132.6 Pengaruh Pancasila terhadap penaggulangan korupsi ...132.7 Mengetahui peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi.172.8 Upaya-upaya pemberantasan korupsi18BAB. III PENUTUP3.1 Kesimpulan 213.2 Saran...21

BAB IPENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPendidikan di Indonesia diharapkan dapatmembentuk peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekat suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupunmasyarakat tersebut berbeda agama, ras, danbudaya.Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Agar tidakterjadipelanggarannorma- normapancasila.Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa. Tindak korupsi mayoritas dilakukan oleh para pejabat negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat untuk memajukan kesejahteraan rakyat.Namun kenyataanya merugikan negara. Hal ini tentumemprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat. Maka dari itu, kami akan membahas tentang korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya.1.2 Rumusan Masalah Dalam perkembangannya sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan penghujung abad ke-20, rakyat Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa yang mengancam keutuhan negara. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat serta konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, kelompok belajar, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, 44 tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.1.3 Tujuan dan Manfaat PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah adalah :A. Mengetahui pengertian dari korupsi.B. Mengetahui gambaran umum tentang korupsi di Indonesia.C. Mengetahui bentuk-bentuk korupsi.D. Mengetahui pengaruh korupsi terhadap pancasilaE. .Mengetahui dampak yang terjadi akibat korupsi.F. Mengetahui Pengaruh Pancasila terhadap penaggulangan korupsi G. Mengetahui peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi.H. Mengetahui upaya yang ditempuh dalam pemberantasan korupsi.I. Mengetahui hambatan-hambatan apa saja dihadapi dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Manfaat penulisan makalah adalah :1. Manfaat AkademikMakalah ini berisi konsep dan teori yang secara akademik bermanfaat bagi insan akademis yang bergelut di bidang sosial dan politik terkait korupsi dan etika. Selain itu juga makalah ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan.2. Manfaat PraktisSecara praktis makalah ini dapat bermanfaat bagi birokrat guna memenang teguh kode etik sehingga tindak korupsi dapat diminimalisir.Manfaat teoritis yang didapat dari makalah ini adalah: 1. Mahasiswadapatmenambahpengetahuantentangkorupsi. 2. Mahasiswadapatmengetahuibetapamerugikannyakorupsibagibangsadannegara. 3. Mahasiswadapatmengetahuisedikittentangcontohkasus-kasuskorupsi. 4. Mahasiswa dapat mengetahui cara penanggulangan korupsi

BAB IIPEMBAHASANA. PengertiankorupsiApa yang dimaksud dengan korupsi? Istilah korupsi bisa dinyatakan sebagai perbuat tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu pemberian. Sedangkan dalam kamus Webster diartikan sebagai perubahan kondisi dari yang baik menjadi tidak baik Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio. Dari bahasa latin itulah lahir kata-kata, corruption dan corrupt dalam bahasa Inggris serta corruptie dalam bahasa Belanda. Menurut Prof. DR. Andi Hamzah SH., dari bahasa Belanda kata itu turun menjadi kata korupsi dalam bahasa indonesia[10]. Arti kata korupsi itu adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral dan lain-lain. Korupsi tersebut merupakan suatu istilah umum bagi penyalahgunaan jabatan publik yang didasarkan atas kepercayaan, untuk memperoleh keuntungan pribadi. Definisi dan penerapannya secara spesifik (khusus) bervariasi menurut waktu, tempat, dan budaya. Banyak tindakan secara populer dikatakan korupsi tetapi tidak demikian dalam hukum. Pengertian korupsi secara umum tersebut diartikan sebagai suatu penyimpangan dari ukuran-ukuran etika yang ketat. Definisi korupsi dibidang-bidang lain dari politik juga tidak pasti, karena sifat publik dari perusahaan-perusahaan besar dinegara-negara kapitalis liberal, manipulasi keuangan dan keputusan-keputusan yang merusak atau mengganggu perekonomian sering juga dicap sebagai korupsi. Korupsi yang bersifat politik menyangkut upaya yang melawan hukum atau penyalahgunaan jabatan publik. Korupsi dalam jabatan-jabatan publik itu dapat mengambil bentuk dalam jual-beli keputusan legislatif, pemerintahan ataupun putusan hakim. Pembayaran terselubung dalam bentuk hadiah-hadiah, honorarium, pekerjaan, keuntungan-keuntungan kepada anggota keluarga, pengaruh sosial maupun hubungan-hubungan yang mengorbankan kepentingan dan kesejahteraan sosial, baik dengan maupun tanpa pembayaran sejumlah uang, biasanya juga disebut sebagai korupsi dalam pengertian umum.Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai meneria uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan atau administrasinya. Balas jasa yang diberikan oleh pejabat, disadari atau tidak, adalah kolonggaran aturan yang semestinya diterapkan secaraketat. Kompromi dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan jabatan tertentu dalam jajaran birokrasi di indonesia inilah yang dirasakan sudah sangat mengkhawatirkan.Faktorpenyebabkorupsi1.Korupsi telah dianggap sebagai penyakit moral bahkan ada kecenderungan semakin berkembang dengan penyebab multi faktor diantaranya : a. kondisi birokrasi kita berbelit-belit rumit boros terlalu murah, tidak efektif dan tidak efisien. b.Moralitas priba dipejabat dan masyarakat.B. Mengetahui gambaran umum tentang korupsi di IndonesiaIndonesia, sebagai salah satu negara yang telah merasakan dampak dari tindakan korupsi, terus berupaya secara konkrit, dimulai dari pembenahan aspek hukum, yang sampai saat ini telah memiliki banyak sekali rambu-rambu berupa peraturan - peraturan, antara lain Tap MPR XI tahun 1980, kemudian tidak kurang dari 10 UU anti korupsi, diantaranya UU No. 20 tahun 2001 tentang perubahan UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Kemudian yang paling monumental dan strategis, Indonesia memiliki UU No. 30 Tahun2002, yang menjadi dasar hukum pendirian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ditambah lagi dengan dua Perpu, lima Inpres dan tiga Kepres. Di kalangan masyarakat telah berdiri berbagai LSM anti korupsi seperti ICW, Masyarakat Profesional Madani (MPM), dan badan-badan lainnya, sebagai wujud kepedulian dan respon terhadap uapaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.Dengan demikian pemberantasan dan pencegahan korupsi telah menjadi gerakan nasional. Seharusnya dengan sederet peraturan, dan partisipasi masyarakat tersebut akan semakin menjauhkan sikap,dan pikiran kita dari tindakan korupsi.Salah satu contoh kasus korupsi yang baru saja terjadi di Indonesia adalah kasus dari Gayus Tambunan. Sejak awal sebenarnya cenderung tak percaya bahwa uang pajak yang ditilap Gayus Tambunan hanya Rp28 milyar, apalagi ditambah pengakuannya bahwa dari dana sejumlah itu dia hanya menikmati Rp1,5 milyar, selebihnya mengalir ke polisi (Rp11 milyar), jaksa (Rp5 milyar), hakim (Rp5 milyar), pengacara (Rp5 milyar).Apa masuk akal yang maling cuma dapat Rp1,5 milyar?Ketidakpercayaan ini berdasarkan banyaknya wajib pajak raksasa yang ditanganinya yakni 149 wajib pajak antara lain Chevron, Kaltim Prima Coal atau Kapuas Prima Coal (Metrotvbikin Kapuas Prima Coal), Bumi Resourches dan lain-lain. Dari 149 mega perusahaan ini, 60 ditangani Gayus langsung.Semua perusahaan itu ingin mendapatkan keringanan pajak atau tidak bisa menerima besaran jumlah tagihan dari instansi pajak dan Gayus dan kawan-kawan memanfaatkan peluang tersebut.Ketidakpercayan itu terjawab sudah, MajalahTempoterbaru mengungkapkan bahwa kasus Gayus mencakup uang sebesar Rp1,7 triliun, saat ini dia masih menyimpan uang tersebut di beberapa deposit box dan menurut Tempo dia berulang kali membujuk penyidik akan memberikan deposit box tersebut, kecuali satu untuk dia dan keluarga, asal dibebaskan atau hukumannya diringankan.Berita ini membuktikan bahwa korupsi di instansi perpajakan adalah mega korupsi yang harus mendapat perhatian dan pengawalan super serius dari pers dan masyarakat.Disinyalir potensi uang negara yang hanyut ke kantong-kantong petugas pajak dan gangnya mencapai Rp300 triliun.Gara-gara ulah petugas bejat di jawatan pajak kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan jalan raya berkualitas baik, sekolah-sekolah, beasiswa, perguruan tinggi, rumah sakit, obat-obatan, pasar, pembangkit listrik, taman hiburan dan fasilitas publik lainnya.Mungkin sudah saatnya kita lebih memperhatikan petugas pajak di kota kita, juga polisi, jaksa, hakim dan pengacara, bukan untuk mengusili atau mencampuri kehidupan pribadi mereka, tapi hanya untuk menyelamatkan fasilitas publik yang mungkin bisa kita peroleh kalau perilaku dan gaya hidup mereka wajar-wajar saja.Kalau kita begitu pedulinya pada maling ayam, maling jemuran, maling tape mobil, maling kaca spion, maling motor dan sejenisnya, mengapa tidak kita tingkatkan sedikit kepedulian kita pada para pencuri uang kita, rakyat Indonesia?

C. Bentuk- bentuk korupsi Dalam UU No 31 Tahun 1999 UU No 20 Tahun 2001 dalam pasal-pasalnya, terdapat 33 jenis tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi. 33 tindakan tersebut dikategorikan ke dalam 7 kelompok yaitu :1. Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan2. Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap3. Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan Negara 4. Korupsi yang terkait dengan pemerasan5. Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan 6. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curangD. Pengaruh masalah korupsi terhadap pancasilaPerjalanan Reformasi sejak 1998 merupakan momentum yang tepat untuk membenahi tatanan hidup berbangsa dan bernegara. Tentunya banyak hal yang telah dilakukan dalam rangka memperbaiki nasib bangsa dari segala keterpurukan. Namun dalam realitasnya tidak seperti yang kita harapkan sebagaimana tercermin dalam landasan ideologi bangsa yaitu Pancasila. Untuk itulah kita perlu menyegarkan kembali spirit Pancasila dalam memecahkan persoalan bangsa ini yang begitu komplek. Sehingga Pancasila bukan sekedar lima poin yang harus dihapal atau bahkan sebagai pemanis mulut yang tidak memberikan pengaruh apa-apa. Pancasila lahir bukan tanpa adanya pertarungan pemikiran dan kepentingan dari berbagai kelompok saat itu. Namun ia bisa lahir dengan semangat persatuan dalam perbedaan demi terwujudnya bangsa ini secara sempurna. Dalam kaitan ini generasi muda sekarang tidak boleh melupakan sejarah seperti yang diamanatkan Faunding Father, Soekarno. Sebab hanya dipundak kita bangsa ini harus tetap ada sebagai wujud tanggungjawab kita pada para pejuang kemerdekaan bangsa ini. Untuk itulah Pancasila dilahirkan sebagai landasan pembangunan bangsa kedpan yang bisa terbebas dari kejahatan korupsi. Korupsi misalnya, tidak hanya melawan prinsip ketuhanan dan kemanusiaan, tapi juga membuat ketimpangan sosial. Aksi kekerasan teror atas nama keyakinan tertentu, jelas tak hanya bertentangan ajaran luhur ketuhanan, tapi juga merusak nilai kemanusiaan, persatuan dan demokrasi.Maka sebab itu pemberantasan korupsi yang menjadi penyakit kronis bangsa ini harus dilandasi dengan Pancasila. Pemberantasan korupsi bagi bangsa ini mutlak menjadi agenda penting yang bersifat emergency (darurat). Disinilah diperlukan penegak hukum yang berani dan tidak takut pada siapapun kecuali kepada Tuhan. Dan hanya ketakutan pada tuhanlah lah yang harus menjadi modal utama para penegak hukum dalam memproses kasus pidana korupsi khususnya. Dalam kaitan ini kita sangat berharap pada insttitusi KPK (Komisi Pembarantasan Korupsi) terus menunjukan taringnya tanpa takut pada pihak manapun. Disinilah makna spirit sila pertama pancasila, ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu unsur keadilan bagi semua pihak yang terlibat kasus korupsi juga harus menjadi landasan utama penengakan hukum. Sehingga tidak lagi melukai rasa keadilan bagi masyarakat. Terlebih belakangan ini penanganan kasus-kasus korupsi masih diskriminatif. Dalam hal inilah Pancasila sila ke dua jelas menegaskan bahwa keadilan sosial hanya bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab hanya dengan bersikap adilah yang akan memperkokoh dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa kita sebagai mana tercantum dalam sila ke tiga. Namun sayangnya dalam setiap penegakan hukum di negara ini masih sarat dengan muatan kepentingan dari kelompok-kelompok tertentu. Buktinya aroma tarik ulur penanganan kasus korupsi di Bank Century (Sekarang Bank Mutiara) masih kental. Selain itu penanganan kasus Gayus juga sampai sekarang masih belum berujung berakhirnya. Sila ke 4 yang mengisaratkan pentingnya kedaulatan rakyat sebagai perumusan kebijakan dalam mengawasi jalannya proses pemberantasan korupsi bukan malah terlibat di dalamnya. Kita sebagai rakyat sangat berharap pemberantasan korupsi di negeri ini tidak surut. Namun begitu bukan berarti rakyat harus berdiam tetapi terus melakukan pengawasan dengan caranya sendiri. Pemberantasan korupsi akan sulit dilakukan tanpa adanya kesadaran dari seluruh elemen bangsa akan bahaya kejahatan ini. Tentu hal ini bukan semata tanggung jawab penegak hukum semata. tetapi menjadi kewajiban kita sama-sama sebagai warga negara. Untuk itulah partisipasi publik dalam hal ini jelas sangat diperlukan dan bisa menjadi masukan penting dalam proses menzerokan tindakan korupsi. Meski ekspetasi ini belebihan dan hanya isapan jempol di negeri ini tetapi tidak berarti kita harus mundur atau bahkan putus asa. Sila ke lima jelas memberikan spirit yang sangat konstruktif, artinya meski kita muak dengan para tersangka kasus korupsi bukan berarti kita harus bercaci maki tanpa memperdulikan atika-etika kemanusiaan. Sebab bagai manapun yang terlibat kasus korupsi punya hak untuk diberikan keadilan dalam hukum. Namun begitu bukan berarti para koruptor tidak semata-mata diberi keringanan dengan ponis hukum yang tidak adil. Oleh karena korupsi merupakan kejahatan paling keji di negeri ini sehingga harus diberikan vonis yang berat dengan harapan dapat memberikan efek jera. Selama ini vonis hukum bagi tersangka kasus korupsi tidak dapat memberikan efek yang sistematik sehingga orang takut melakukan korupsi. Terlebih lagi suap menyuap merupakan budaya tengah meraja rela dalam sistem pemerintahan kita yang seolah menjadi hal yang lumrah dalam memuluskan suatu persoalan. Gelinya lagi, hukum di Indonesia masih berpihak pada yang memiliki uang, lihat saja bagaimana kasus Gayus Tambunan belakangan ini yang menyita perhatian publik ditangani oleh para penegak hukum? Semua itu menggambarkan bahwa saat ini telah terjadi disorientasi nilai-nilai Pancasila yang idealistis ke nilai-nilai materilistis-pragmatis. Padahal, nilai luhur spiritual Pancasila seharusnya dijunjung tinggi sebagai arah kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi, mengapa kehidupan hedonestik kian merasuki bangsa kita, yang mendorong orang tidak malu berbuat korupsi, meski tindakan itu merusak nilai keadilan sosial yang terkandung dalam Pancasila? Secara formalistik kita masih mengakui Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa. Namun, sila-silanya yang tidak tergambar dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan kita seolah sebagai bangsa berkepribadian ganda. Padahal, ideologi seharusnya menjadi daya dorong, tidak hanya dalam berperilaku, tetapi juga dalam membangun kepribadian dan membentuk identitas sebuah bangsa Jika kita cermati lebih dalam, sebagai ideologi, Pancasila sangatlah sempurna. Nilai-nilai yang terkandung sangat tinggi untuk diejawantahkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Kesempurnan ideologi ini bisa dilihat, dirasakan dan dipelajari sampai pada tingkat detail. Semua hal yang baik telah tercermin ke dalam lima sila Pancasila itu. Ada banyak nilai tinggi yang diajarkan seperti ketuhanan, kesetiakawanan, kegotong-royongan, kehangatan, pengertian, kejujuran, kesahajaan, kasih sayang, dan sebagainya. Kita mengakui jika orang sudah merasa bertuhan, maka secara otomatis orang itu memiliki hati, kasih sayang dan kejujuran dalam hati dan perbuatan. Ekspresinya adalah manusia yang memiliki pribadi, tingkah laku dan hidup sempurna, baik secara jasmani maupun rohani. Itu gambaran nilai kebaikan yang tercermin dalam sila pertama. Tentu masih ada berderet-deret kebaikan yang terkandung dalam sila-sila lainnya dari Pancasila. Untuk itu Pancasila harus menjadi ruh para penegak hukum dalam upaya penegakan korupsi. Terlebih dengan momentum yang tepat yaitu kebangkitan nasional yang harus ditandai bangkitnya penegakan hukum yang adil. Tak hanya itu tanggal 2 Juni yang merupakan hari lahairnya Pancasila patut kita renungkan kembali sejauhmana nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat mempengaruhi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.Akibat politisasi, Pancasila sebagai dasar negara kehilangan rohnya. Pendidikan Pancasila pun kehilangan elan vitalnya, karena lebih sebagai indoktrinasi: mendongkrak legitimasi rezim berkuasa dan menafikan rezim lama, Soekarno, yang merupakan penggali Pancasila itu sendiri. Sebagai implikasinya, Pancasila bukan untuk dilaksanakan tapi hanya untuk dihapal. Namun hal itu tentu bukan alasan meninggalkan Pancasila. Eksistensi Pancasila yang disepakati sebagai idiologi negara memiliki landasan historis yang kuat. Pancasila merupakan dokumen politik yang menjadi saripati pemikiran pendiri negara (the founding father and mothers). (Ong Hok Ham, 2001).

E. Dampak yang terjadi akibat korupsiEkonomi :1. Anggaran Negara membengkak2. Uang Negara ada yang hilang3. Kepercayaan investor baik dalam negeri maupun luar negeri kepada pemerintah semakin berkurang4. Pertumbuhan ekonomi terganggu5. Investasi yang dilakukan oleh pemerintah tidak efektif6. Kondisi ekonomi makro tidak stabil Budaya :1. Profesionalisme kurang dihargai2. Kreativitas semakin berkurang3. Pola hidup konsumtif dan suka menempuh jalan pintas4. Rusaknya moral masyarakat5. Maraknya kekerasan yang terorganisasi.Sosial Politik :1. Kewibawaan pemerintah semakin berkurang2. Kebutuhan masyarakat semakin terabaikan3. Norma-norma dalam masyarakat semakin hilang4. Mekanisme pemerintahan semakin rusak5. Kekerasan politik semakin merajalela.F. Pengaruh Pancasila terhadap penaggulangan korupsi Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara historis, negara Indonesia telah diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk Republik Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam perkembangannya sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan penghujung abad ke-20, rakyat Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa yang mengancam keutuhan negara. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat serta konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, kelompok belajar, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Korupsi adalah persoalan klasik yang telah lama ada. Sejarawan onghokham menyebutkan bahwa korupsi dada ketikaorang mulai melakukan pemisahan antara keuangan pribadi dan keuangan umum. Menurut onghokham pemisahan keuangan tersebut tidak ada dalam konsep kekuasaan tradisional. Dengan kata lain korupsi mulai dikenal saat system politik modern dikenal Konsepsi mengenai korupsi baru timbul setelah adanya pemisahan antara kepentingan keuangan pribadi dari seorang pejabat Negara dan keuangan jabatannya. Prinsip ini muncul di Barat setelah adanya revolusi perancis dan di Negara-negara Anglo-Sakson, seperti Inggris dan Amerika Serikat, timbul pada permulaan abad ke 19. sejak itu penyalahgunaan wewenang demi kepentingan pribadi, khususnya dalam soal keuangandianggap sebagai tindak korupsi. Antasari Azhar pernah menegaskan Pancasila sesungguhnya merupakan sumber nilai anti korupsi. Persoalannya arah idiologi kita sekarang seperti di persimpangan jalan. Nilai-nilai lain yang kita anut menjadikan tindak korupsi merebak kemana-mana. Korupsi itu terjadi ketika ada pertemuan saat dan kesempatan. Akan tetapi, karena nilai-nilai kearifan local semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai kapitalis, sehingga terdoronglah seseorang untuk bertindak korupsi. Saatnya pancasila kembali direvitalisasi sebagai dasar filsafat Negara dan menjadi Prinsip prima bersama-sama norma agama. Sebagai prinsip prima, maka nilai-nilai pancasila dan norma-norma agama merupakan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia berbuat baik. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan pun harus menjadi acuan, dan inilah kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum. Yang kita lihat sekarang peraturan perundang-undangan kita tumpang tindih yang mempengaruhi pada tindak kewenangan antar lembaga. Di Depkumham memang ada direktorat yang mengatur harmonisasi peraturan perundang-undangan. Akan tetapi tetap terjadi tumpang tindih, misalnya empat peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, yakni ada yang memberi kewenangan kepada gubernur, juga ada kewenangan di soal itu di Dephut, bahkan ada yang lain di kementrian KLH. Antasari menilai implementasi nilai-nilai sesuai azas pancasila yang semakin menyimpang, hal ini terlihat pada banyak kasus korupsi. Dari 30 detik korupsi, 28 pasal di antarnaya menyangkut perilaku. Sehingga apabila nilai-nilai pancasila sudah dilupakan perilakunya menjadi koruptor. Persoalannya sekarang bagaimana jika 60% dari 300-an kabupaten di Indonesia berurusan dengan KPK karena problem perilaku menyimpang. Apa tidak berhenti republik ini? Makanya, marilah dalam peringatan hari lahir pancasila kita dapat memotivasi kembali peada jalan nilai yang benar. Intinya, kita perjuangan suatu pemerintahan dengan pelayanan public yang baik, itulah pemerintahan yang bersih (termasuk dari korupsi) dan berwibawa. Dengan begitu, cap kita sebagai salahs atu Negara terkorup, dihilangkan. Kalau dibandingkan dengan cara tetangga ternyata penjara mereka terisi lebih sedikit dari kita di Indonesia. Isi penjara kita lebih banyak dari mereka. Ini bukti tegas memberantas korupsi. Tetapi mengapa masih disebut Negara terkorup dibanding Singapura. Ternyata, itu berkaitan dengan persepsi masyarakat dalam pelayanan public sesuai kuesioner lembaga tranparansi internasional kepada masyarakat. Jadi, pemerintah dengan pejabatnya yang bersih dan berwibawa, adalah pemerintahan dengan pelayanan public yang baik, termasuk dalam hal pelayanan administrasi kependudukan, investasi dan seterusnya. Kita berharap semua komponen bangsa, termasuk PPA GMNI, agar bersama-sama memperjuangkan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pemberantasan korupsi, karena KPK tak mungkin bisa bekerja sendiri.G. Mengetahui peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi.Kinerja pemerintah dalam pemberantasan kasus korupsi masih belum maksimal. Dalam lima tahun terakhir, masih banyak ditemukan kebijakan yang justru melemahkan upaya pemberantasan korupsi. Dengan kata lain, prestasi eksekutif di bawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK) dalam memberantas korupsi masih jauh dari ekspektasi publik. Tidak sedikit kebijakan pemerintah yang justru menggembosi langkah pemberantasan korupsi itu sendiri. Lihat saja dari pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden SBY mengenai kewenangan KPK yang dianggapnya terlalu besar, upaya BPKP mengaudit KPK, serta rivalitas KPK vs Polri, terang Zainal Arifin Mochtar, Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) Fakultas Hukum (FH) UGM, Senin (7/9). Disebutkan Zainal, selain adanya upaya melemahkan KPK oleh pemerintah, masih terdapat beberapa catatan atas kebijakan pemerintah dalam upaya pemberantasan korupsi selama lima tahun terakhir. Pertama, kebijakan Presiden yang berdampak pada pemberantasan korupsi, antara lain, Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Keppres No. 11 Tahun 2005 tentang Pembentukan Timtas Tipikor, dan PP No. 37 Tahun 2006 tentang Kenaikan Tunjangan Anggota DPRD. Inpres No. 5 Tahun 2004 dan Keppres No. 11 Tahun 2005, lanjutnya, merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pemberantasan korupsi. Namun dalam pelaksanaan, keduanya tidak berjalan efektif dan masih meninggalkan banyak catatan. Sementara itu, PP No. 37 Tahun 2006 justru merupakan blunder kebijakan yang ditempuh pemerintah. Dengan keluarnya PP tersebut, potensi terjadinya gejala korupsi, khususnya bagi anggota DPRD, menjadi semakin besar, tambahnya.Kedua, peran pemerintah dalam pembentukan undang-undang anti korupsi. Dalam penyusunan RUU Pengadilan Tipikor, pemerintah terbukti lamban. Selain itu, juga pada UU No. 3 Tahun 2009 tentang MA. Komitmen pemerintah dalam hal ini patut dipertanyakan sebab isu paling krusial tentang perpanjangan usia hakim agung justru diusulkan oleh pemerintah. Terakhir, penyelesaian adat atas dugaan kasus korupsi. Setidak-tidaknya terdapat dua kasus yang disoroti, yakni kasus Amien Rais vs Presiden SBY dan Yusril Ihza Mahendra vs Taufiequrrahman Ruki. Dalam konteks ini, Presiden terlihat mengintervensi proses hukum yang semestinya dapat dijalankan sesuai dengan prosedur.

H. Upaya-upaya pemberantasan korupsi Korupsi merupakan penyakit moral oleh karena itu penggunaannya perlu dilakukan secara sungguh-sungguh dari sistematis dengan menerapkan strategi yang komprehensif. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pemberantasan korupsi adalah:Presiden melalui inpres no 5 tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan korupsi menyatakan langkah-langkah efektif dalam memberantas korupsi sebagai berikut:1. membersihkan kantor keprisidenan kantor wapres sekretariat negara serta yayasan-yayasan 2. mengawasi pengadaan barang disemua departemen 3. mencegah penyimpangan proyek konstruksi4. mencegah penyimpangan dalam pembangunan insfrastruktur kedepan5. menyelidiki penyimpangan di lembaga negara seperti departement BUMN 6. Memburu terpidana korupsi yang kabur ke keluar negeri7. Meneliti pembayar pajak dan cukai.Adapun langkah pemberantasan koupsi yaitu dengan cara:1. Penyesuaian kompetensi dengan jabatan2.Rasionalisasi jumlah PNS3.Perbaikan gaji dan tunjangan jabatan4.Sanksi yang tegas bagi pelanggaraturan5.Penonaktifan pejabat yang diduga sedang terlibat KKN6.Penggantian pejabat yang mementingkan kepentingan kelompok/ pribadi/ golongan.Cara lain penanggulangan korupsi adalah dengan menegakkan hokum itu sendiri. Adapun UU yang mengaturnyayaitu:-Undang-undangNomor 28 Tahun 1999Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari korupsi, Kolusi , dan Nepotisme -Rumusan RUU KUHP Tindak pidana korupsi dalam RUU KUHP ini diatur dalam Bab XXXI, Pasal 681 sampai dengan 690. Tindak pidana korupsi dalam Rancangan KUHP dibagi dalam dua jenis tindak pidana yakni : suap dan penyalahangunaan wewenang yang merugikan keuangan negara. Secara garis besar, Rancangan KUHP dalam perumusan pasal-pasalnya mengambil pokok-pokok rumusan tindak pidana dalam Undang-Undang Korupsi (Undang-undang No. 31 Tahun 1999 dan Undang-undang No. 20 Tahun 2001).Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, menyebutkan sebagai berikut :a. Tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara dan menghambat pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945b. Bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, juga telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi.[3] Dalam perubahan Undang-Undang kemudian ditentukan, bahwa:Tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa pula.[4] Undang-undang KPK kemudian menentukan, bahwa:a. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pemberantasan tindak pidana yang terjadi sampai sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal, pemberantasan tindak pidana korupsi perlu ditingkatkan secara professional, intensif, dan berkesinambungan karena korupsi telah merugikan keuangan negara, perekonomian Negara, dan menghambat pembangunan nasional.

b. Lembaga pemerintah yag menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi.[5]Dampak dampak korupsi. Dari survey dapat disimpulkan adanya tiga penemuan penting yaitu:i) Masyarakat memiliki kepercayaan yang sangat kecil terhadap lembaga-lembaga pemerintahan atau negara. Mereka melihat korupsi itu justru melibatkan lembaga-lembaga disektor peradilan seperti polisi, hakim, jaksa dan Departemen kehakiman, Kantor pajak dan bea cukai;ii) Lembaga-lembaga yang dipandang sebagai lembaga yang paling korup juga dilihat sebagai yang paling tidak efisien pelayanannya, masyarakat cenderung untuk berpaling kepada lembaga-lembaga non pemerintah sebagai alternatif bagi pelayanan tertentu seperti mencari keadilan serta penyelesaian sengketa;iii) Survey itu memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang sebab-sebab dari korupsi di Indonesia. Meskipun hasil survey tersebut menunjukkan suatu keyakinan yang kuat bahwa korupsi disebabkan oleh gaji pegawai negeri yang rendah, moral individu yang bobrok dan kurang nya pengawasan serta akuntabilitas, tetapi analisis yang lebih hati-hati dari data-data yang dihasilkan menunjukkan suatu konklusi yang lebih kompleks.Dikatakan bahwa 4 (empat) faktor yang sangat berkaitan erat dengan tingkat korupsi yang rendah yaitu adanya manajemen yang tinggi kualitasnya dimana hadir aturan-aturan formal dengan implementasi yang efektif, nilai-nilai anti-korupsi yang kuat didalam organisasi, manajemen personel dan manajemen pengadaan barang yang tinggi kualitasnya. Gaji pegawai negeri dan moralitas memiliki hubungan korelasi yang kecil dengan pemahaman tentang tingkat korupsi yang rendah. Merajalelanya korupsi dipandang telah menimbulkan kerugian-kerugian besar yang menghambat pembangunan ekonomi dan merupakan pelanggaran hak asasi masyarakat yaitu hak sosial dan ekonomi. Lebih jauh lagi bahkan hal itu dipandang sebagai kejahatan yang luar biasa yang tidak dapat diatasi dengan cara-cara biasa dan oleh badan-badan atau lembaga yang biasa. Untuk itu oleh pembuat undang-undang dianggap perlu untuk membentuk suatu badan khusus untuk memberantas korupsi secara luar biasa[7], dengan kewenangan-kewenangan tertentu yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang bersifat umum ( Lex Generalis ) dalam hukum acara pidana.BAB IIIPENUTUPA.Kesimpulan Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada niat dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum adalah menjadikan nilai-nilai pancasila dan norma-norma agama. Serta peraturan perundang-undangan sebagai acuan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia. Suatu pemerintah dengan pelayanan public yang baik merupakan pemerintahan yang bersih (termasuk dari korupsi) dan berwibawa.Upaya menghidupkan komunisme dan soparatisme merupakan lawan dari pancasila. Ancaman terhadap pancasila sebagai ideology dapat dikategorikan sebagai tindakan ingin meniadakan pancasila dan ingin merubah pancasila. Korupsi adalah perubuatan pelanggaran hukum, sebuah tindak pidana. Memang tidak ada hubungannya dengan pancasila tetapi termasuk menghianati Negara. Sedangkan penghianatan Negara lewat korupsi sudah pasti penghianat terhadap azas atau dasar dari Negara. Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya. Korupsi menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan dan menghianati cita-cita perjuangan bangsa. Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan Represif. Pencegahan (preventif) yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkan dan membangun etos kerja pejabat maupun pegawai tentang pemisahan yang jelas antara milik negara atau perusahaan dengan milik pribadi, mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji), menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut Kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan, terbuka untuk kontrol, adanya kontrol sosial dan sanksi sosial, menumbuhkan rasa sense of belongingness diantara para pejabat dan pegawai. Sedangkan tindakan yang bersifat Represif adalah menegakan hukum yang berlaku pada koruptor dan penayangan wajah koruptor di layar televisi dan herregistrasi (pencatatan ulang) kekayaan pejabat dan pegawai.B. Saran Sebaiknya dilakukan proses penanaman (sosialisasi dan internalisasi ) nilai-nilai anti korupsi atau Budaya Anti Korupsi (BAK). Proses tersebut dilakukan melalui proses pendidikan yang terencana, sistematis, terus menerus dan terintegrasi, sejak usia dini hingga ke perguruan tinggi. Demikian juga sosialisasi dan internalisasi nilai anti korupsi tersebut dilakukan kepada seluruh komponen masyarakat dan aparatur pemerintah di pusat dan daerah, lembaga tinggi negara, BUMN, BUMD, sehingga nilai sosial anti korupsi atau Budaya Anti Korupsi (BAK) menjadi gerakan nasional dan menjadi kebiasaan hidup seluruh komponen bangsa Indonesia, menuju kehidupan yang adil makmur dan sejahtera.