makalah oral hygiene
DESCRIPTION
Makalah Oral HygieneTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ORAL HYGIENE (KEBERSIHAN MULUT dan Gigi)
1. Pengertian Penyakit gigi merupakan penyebab umum dari kesehatan yang buruk. Keadaan ini merupakan penyebab umum dari sebagian besar nyeri dan perasaan tidak nyaman pada anak, demikian juga menimbulkan ketidakmampuan dan cacat. Karena penyakit gigi dapat dicegah, maka penting untuk melihat area dimana perawat dapat berperan dalam merawat gigi klien anak. Perawat gigi dan mulut pada masa balita dan anak teryata cukup menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tinggkatan usia selanjutnya. Beberapa penyakit gig dan mulut dapat mereka alami jika perawatan tidak dilakukan dengan baik. Diantar5anya caries (lubang pada permukaan gigi), gingivitis (radang gusi), atau sariawan. Oral hygiene merupakan tindakan membersihkan mulut sekaligus organ-organ yang ada didalamnya (gigi, lidah, platum, platum molle) pada anak maupun bayi, baik dikomunitas maupun pada anak yang sedang di rawat di rumah sakit.
2. Tujuan
Oral hygiene bertujuan untuk mencegah kerusakan pada gigi yang merupakan salah satu masalah utama pada anak-anak.
Mempertahankan mulut dan gigi agar tetap bersih dan tidak berbau Mencegah infeksi pada mulut seperti kerusakan gigi,bibir pcah-pecah atau stomatitis
(sariawan) Memberi rasa nyaman serta meningkatkan kepercayaan diri pasien Membantu membangkitkan nafsu makan
3. Indikasi pasien menggosok gigi atau membersihkan mulut
Pada pasien stomatitis Pada pasien yang mendapatkan oksigenasi dan Naso Gastrik Tube (NGT), Pada pasien yang lama tidak menggunakan mulut Pada pasien yang tidak mampu melakukan perawatan mulut secara mandiri. Pada pasien yang giginya tidak boleh di gosok dengan sikat gigi misalkan karena
tomatitis hebat Pasien sesudah operasi mulut atau yang menderita patah tulang rahang. Pasien yang memiliki masalah mulut seperti carries,plak,halitosis,keliosis,gusi
berdarah,dan radang pada gusi.
5. Kontraindikasi
Luka pada gusi jika terlalu kuat membersihkannya
Anak dengan post operasi labiopalatokizis
Anak dengan resiko aspirasi
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pada proses pengkajian tentang oral hygiene perawat memeriksa bibir, gigi, mukosa
buccal, gusi, langit-langit dan lidah klien. Perawat memeriksa semua daerah ini dengan
hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur, dan lukanya. Klien yang tidak mengikuti praktek
hygiene mulut yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi yag meradang, gigi yang
hitam (khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis.
Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala umumdari penyakit gusi atau gangguan gigi tertentu.
Infeksi pada mulut melibatkan organism seperti Treponema pallidum, Neisseria gonorrhoeae,
dan Hominisvirus herpes. Jika klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi sangat penting
mengumpulkan data dasar mengenai keadaan rongga mulut klien. Hali ini berfungsi sebagai
dasar untu perawatan preventif bagi klien saat mereka melewati pengobatan.
B. DIAGNOSA
Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukkan perubahan actual atau potensial dalam
integritas struktur mulut. Diagnose keperawatan yang berhubungan dapat merefleksikan masalah
atau komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga menunjukkan
kebutuhan kien untuk bantuan perawatan mulut karena divisit perawatan diri. Identifikasi
diagnose yang akurat memerlukan seleksi factor yang berhubungan yang menyebabkan masalah
klien.
Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi misalnya kan memerlukan
intervensi berbeda daripada kerusakan mukosa akibat penempatan selang endotrakea.
Diagnose yang sering muncul :
1. Perubahan membrane mukosa mulut yang berhubungan dengan :
Trauma oral
Asupan cairan yang terbatas
Hygiene mulut yang tidak efektif
Trauma yang berhubungan dengan kemoterapi atau terapi
radiasi pada kepala dan leher.
2. Nyeri yang berhubungan dengan Gingivitis
3. Deficit perawatan oral diri/oral berhubungan dengan perubahan kesadaran, kelemahan
ekteremitas atas.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma mukosa oral.
C. INTERVENSI
Persiapan pasien1. Melakukan pengecekan program terapi2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
Persiapan alat 1. Tissue 2. Gelas kumur berisi air matang hangat 3. Sikat gigi dan pastanya 4. Sarung tangan bersih 5. Bengkok 6. Perlak dan alasnya/handuk kecil
D. IMPLEMENTASI
1. Menjaga privacy2. Memasang perlak dan alasnya/handuk dibawah dagu pasien3. Memakai sarung tangan4. Membantu pasien untuk berkumur sambil menyiapkan bengkok5. Membantu menyiapkan sikat gigi dan pastanya6. Membantu pasien menyikat gigi bagian depan, samping dan dalam7. Membantu pasien untuk berkumur sambil menyiapkan bengkok8. Mengulangi membantu pasien menyikat gigi bagian depan, samping dan dalam9. Membantu pasien untuk berkumur sambil menyiapkan bengkok10. Mengeringkan bibir menggunakan tissue11. Merapikan pasien dan memberikan posisi senyaman mungkin
Hal yang perlu diperhatikan1. Mengevaluasi hasil tindakan2. Berpamitan dengan pasien3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula4. Mencuci tangan5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Higiene mulut yang baik termasuk kabersihan, kenyaman, dan kelembaban struktur
mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit
atau fasilitas perawatan jangka panjang seringkali tidak menerima perawatan agresif yang
mereka butuhkan. Perwatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari. Frekuensi
tindakan higiene bergantung pada rongga mulut klien.
E. Evaluasi
• Melihat kembali perkembangan oral hygiene anak
• Hasil yang diharapkan dari hygiene mulut tidak dapat dilihat dalam beberapa hari
• Pembersihan yang berulang-ulang harus sering kali dilakukan.
Pengertian Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Labioskizis adalah deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan
yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan
bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Belahnya belahan dapat sangat bervariasi, mengenai
salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan
palatum durum serta molle.
Sedangkan Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatin (bagian depan bibir serta
langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.
Gejala Klinis Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Terjadi pemisahan langit-langit Terjadi pemisahan bibir Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit Infeksi telinga berulang Berat badan tidak bertambah Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung
Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum mlle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui :
1) Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
2) Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
3) Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memnajang hingga ke hidung.