makalah musang

30
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah Ekologi Hewan yaitu tentang “Hewan Musang dan Lingkunganini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, atas bimbingan Beliau sehingga kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ekologi Hewan yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat makalah ini sebagai pedoman, acuan, dan sumber belajar. Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam makalah ini, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya.

Upload: ica-achmad

Post on 11-Aug-2015

739 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH MUSANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga makalah Ekologi Hewan yaitu tentang “Hewan Musang dan

Lingkungan” ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam

tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW,

atas bimbingan Beliau sehingga kita dapat membedakan mana yang benar dan mana

yang salah.

Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ekologi Hewan

yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat makalah ini sebagai

pedoman, acuan, dan sumber belajar.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik

dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam makalah  ini, oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat

diharapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya.

Bone, Januari 2013

Penulis

Page 2: MAKALAH MUSANG

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap organisme harus mampu beradaptasi untuk menghadapi kondisi

faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak mungkin hidup pada kisaran faktor abiotik yang seluas-

luasnya. Pada prinsipnya masing-masing hewan memiliki kisaran toleransi tertentu

terhadap semua semua faktor lingkungan.

Pendekatan ekologi adalah memahami faktor-faktor dan proses-proses

penting yang melandasi keberadaan dan kelimpahan jenis di tempat hidupnya.

Berbagai faktor atau proses penting itu dijadikan sumber informasi dan titik acuan

untuk kepentingan manusia. Makhluk hidup meluangkan waktunya untuk

berkompetisi dalam memperoleh makanan, tempat berlindung, dan pasangan kawin.

Di dalam lingkungan biotik terdapat interaksi antara individu sejenis maupun antara

jenis berbeda. Pada makalah ini kita akan membahas mengenai ekologi hewan

musang.

Musang adalah bagian dari keluarga Mustelidae spesies yang juga termasuk

dalam jenis musang adalah berang-berang, moongose, skunk dan ferret. Musang

bervariasi dalam warna dan ukuran tetapi mereka umumnya memiliki tubuh langsing,

telinga bulat dan kaki pendek. Mamalia ini banyak ditemukan di benyak tempat di

seluruh dunia seperti Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Asia (khususnya

Indonesia) dan kawasan Afrika Utara.

Musang dibagi menjadi dua kategori utama - musang berekor pendek dan

musang ekor panjang. Struktur dasar dari tubuh mereka adalah sama dan sangat kuat,

walaupun ukuran mereka termasuk kecil. Musang dianggap pemburu ganas dan

sering tidak takut menghadapi binatang yang bahkan lebih besar ukurannya. Jenis

musang lain seperti Moongose bahkan dapat membunuh ular sekelas kobra. Musang

diketahui dapat ditemukan di daerah dengan air yang melimpah dan menandai

Page 3: MAKALAH MUSANG

wilayah mereka melalui urine atau dari kelenjar dubur mereka. Musang dapat hidup

sampai beberapa tahun di alam liar tapi bertahan selama 10 tahun di penangkaran.

Rubah dan serigala adalah musuh besar musang, karena mereka suka

memburu musang Musang adalah makhluk homoseksual atau biseksual. Satu-satunya

alasan mereka kawin dengan lawan jenis adalah untuk memastikan spesies mereka

tetap hidup, bahkan jika mereka tidak menikmati perkawinan itu Musang juga dapat

menghasilkan bau yang sangat menyengat ketika mereka terancam. bau ini begitu

kuat sehingga dapat tercium dari jarak yang cukup.

Musang umumnya sangat berani dan ini menjelaskan mengapa mereka tidak

melarikan diri ketika terancam, meskipun mereka mampu. Meskipun musang kecil,

mereka sangat cepat. Mereka mereka dapat meloloskan diri dari predator yang akan

memangsa mereka. Mereka juga pemburu yang handal, mereka dapat bergerak tanpa

suara, dan mendekati mangsa mereka dengan tenang, kemudian menerkam setelah

mangsa dalam jangkauan.

Musang memiliki kemampuan untuk mengubah warna bulu mereka sesuai

musim. Hal ini terbukti menjadi mekanisme pertahanan yang sangat berguna. Selama

musim panas mereka memiliki mantel kecoklatan yang berubah menjadi pudar putih

dengan datangnya musim dingin.

Musang tidak hibernate karenanya keaktifannya selama musim panas maupun

musim dingin. Mereka juga aktif di malam hari. Musang termasuk jenis hewan yang

memiliki daya tahan tubuh yang hebat.

Berdasarkan uraian di atas maka pada makalah ini penulis akan membahas

tuntas mengenai karakteristik hewan musang beserta ekologinya.

B. Batasan Masalah

1. Klasifikasi hewan musang.

2. Habitat dan karakteristik hewan musang

3. Interaksi hewan musang (interaksi interspesifik dan interaksi intraspesifik).

4. Laju dan ukuran perubahan hewan musang.

Page 4: MAKALAH MUSANG

5. Regulasi, mortalitas, dan kepadatan hewan musang.

6. Struktur dan komposisi spesies hewan musang.

Page 5: MAKALAH MUSANG

BAB IIPEMBAHASAN

A. Klasifikasi Hewan Musang

Musang adalah nama umum bagi sekelompok mamalia pemangsa (bangsa

karnivora) dari suku Viverridae. Hewan ini kebanyakan merupakan hewan malam

(nokturnal) dan pemanjat yang baik. Yang paling dikenal dari berbagai jenisnya

adalah musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus). Adapun pengkalsifikasian

hewan musang adalah sebagai berikut:

1. Musang Luwak

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Mammalia

Ordo : Carnivora

Familia : Viverridae

Genus : Paradoxurus

Spesies : P. hermaphrodites

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Musang

2. Musang Air

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Mammalia

Ordo : Carnivora

Familia : Viverridae

Genus : Cynogale

Spesies : C. bennettii

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Musang

Page 6: MAKALAH MUSANG

3. Binturung

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Mammalia

Ordo : Carnivora

Familia : Viverridae

Genus : Arctictis

Spesies : Arctictis binturong

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Musang

B. Habitat dan Karakteristik Hewan Musang

Habitat adalah tempat hidup asli (di dalam alam) suatu makhluk hidup.

Pengertiannya dapat disamakan dengan tempat tinggal atau alamat suatu makhluk

hidup di alam. Habitat dari hewan musang adalah hutan, semak-semak, hutan

sekunder, perkebunan, dan di sekitar pemukiman manusia. Mamalia ini banyak

ditemukan di benyak tempat di seluruh dunia seperti Amerika Utara, Amerika

Selatan, Eropa, Asia (khususnya Indonesia) dan kawasan Afrika Utara. Musang tidak

ditemukan di Australia (dan pulau sekitarnya) juga di Antartika.

Musang ini hidup di dalam hutan dan kadangkala memasuki perkampungan

kecil mencari ayam untuk dijadikan mangsanya. Ada sesetengah jenis musang hidup

di atas pokok dan membuat sarang di celah dahan pokok.

Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor,

sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus. Sisi

atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua)

sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis

gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-

bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik

samar di sebelah menyebelah tubuhnya. Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai

hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-

Page 7: MAKALAH MUSANG

putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah

hidung ke atas kepala. Hewan betina memiliki tiga pasang puting susu.

1. Musang Air

Musang air (Cynogale bennettii) adalah sejenis musang semi-

akuatik yang ditemukan di hutan, terutama di dataran rendah, daerah dekat

sungai, dan lahan berawa-rawa diSemenanjung Thai-Malaya, Sumatera,

dan Kalimantan. Populasi lainnya, yang dikenali melalui sebuah spesimen saja,

terdapat di Vietnam utara (dengan kemungkinan - tetapi belum dikonfirmasi -

keberadaannya berdasarkan laporan-laporan pada wilayah yang bersebelahan

di Thailand dan Yunnan, Cina). Populasi dari spesies terakhir ini kadang-kadang

dianggap sebagai spesies yang terpisah, yang disebut musang lowe (Lowe's

Otter,C. lowei), yang dalam hal ini nama umum dari C. bennettii kemudian

dimodifikasi menjadi musang air sunda (Sunda Otter Civet), sebagai referensi atas

distribusinya yang sepenuhnya di Paparan Sunda.

Musang air memiliki beberapa bentuk adaptasi terhadap habitatnya,

antara lain mulut yang lebar dan kaki berselaput dengan alas kaki telanjang dan

cakar yang panjang. Moncong hewan ini berbentuk panjang dan memiliki

banyak kumis yang panjang pula.

Musang air adalah spesies nokturnal yang memperoleh sebagian besar

makanannya di air, yaitu ikan, kepiting, dan moluska air tawar. Ia dapat pula

memanjat pohon sehingga juga memangsa burung dan buah-buahan. Mengingat

Page 8: MAKALAH MUSANG

kelangkaan dan kebiasaannya yang senang bersembunyi, hewan ini termasuk

kategori spesies-spesies yang kurang dipelajari. Ia termasuk dalam daftar spesies

terancam menurut IUCN.

2. Musang Luwak

Musang luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk

suku musang dan garangan (Viverridae). Nama ilmiahnya adalah Paradoxurus

hermaphroditus dan di Malaysia dikenal sebagai musang pulut. Hewan ini juga

dipanggil dengan berbagai sebutan lain seperti musang (nama

umum, Betawi), careuh (Sunda), luak atau luwak(Jawa), serta common palm

civet, common musang, house musang atau toddy cat dalam bahasa Inggris.

Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk

ekor, sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat

mulus. Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli

(coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya

berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau

membentuk deretan bintik-bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih

pucat. Terdapat beberapa bintik samar di sebelah tubuhnya. Wajah, kaki dan ekor

coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga

berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di

tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala. Hewan betina memiliki tiga pasang

puting susu.

Page 9: MAKALAH MUSANG

Musang luwak adalah salah satu jenis mamalia liar yang kerap ditemui di

sekitar pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai memanjat dan

bersifat arboreal, lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun tidak segan

pula untuk turun ke tanah. Musang juga bersifat nokturnal, aktif di malam hari

untuk mencari makanan dan lain-lain aktivitas hidupnya. Dalam gelap malam

tidak jarang musang luwak terlihat berjalan di atas atap rumah, menitikabel

listrik untuk berpindah dari satu bangunan ke lain bangunan, atau bahkan juga

turun ke tanah di dekat dapur rumah. Musang luwak juga menyukai hutan-hutan

sekunder.

Musang ini kerap dituduh sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya

lebih sering memakan aneka buah-buahan di kebun dan pekarangan. Termasuk di

antaranya pepaya,pisang, dan buah pohon kayu afrika (Maesopsis eminii).

Mangsa yang lain adalah anekaserangga, moluska, cacing tanah, kadal serta

bermacam-macam hewan kecil lain yang bisa ditangkapnya, termasuk mamalia

kecil seperti tikus.

Di tempat-tempat yang biasa dilaluinya, di atas batu atau tanah yang

keras, seringkali didapati tumpukan kotoran musang dengan aneka biji-

bijian yang tidak tercerna di dalamnya. Agaknya pencernaan musang ini begitu

singkat dan sederhana, sehingga biji-biji itu keluar lagi dengan utuh. Karena itu

pulalah, konon musang luwak memilih buah yang betul-betul masak untuk

menjadi santapannya. Maka terkenal istilah kopi luwak dari Jawa, yang menurut

cerita dari mulut ke mulut diperoleh dari biji kopi hasil pilihan musang luwak,

dan telah mengalami ‘proses’ melalui pencernaannya.

Akan tetapi sesungguhnya ada implikasi ekologis yang penting dari

kebiasaan musang tersebut. Jenis-jenis musang lalu dikenal sebagai pemencar biji

yang baik dan sangat penting peranannya dalam ekosistem hutan. Pada siang hari

musang luwak tidur di lubang-lubang kayu, atau jika di perkotaan, di ruang-ruang

gelap di bawah atap. Hewan ini melahirkan 2-4 anak, yang diasuh induk betina

hingga mampu mencari makanan sendiri. Sebagaimana aneka kerabatnya dari

Page 10: MAKALAH MUSANG

Viverridae, musang luwak mengeluarkan semacam bau dari kelenjar di dekat

anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula

menjadi pekat dan memualkan. Kemungkinan bau ini digunakan untuk menandai

batas-batas teritorinya, dan pada pihak lain untuk mengetahui kehadiran hewan

sejenisnya di wilayah jelajahnya.

3. Binturung

Binturung (Arctictis binturong) adalah sejenis musang bertubuh besar,

anggota suku.Viverridae.Beberapadialek Melayu menyebutnya binturong, mentur

ung atau menturun.Dalam bahasa Inggris, hewan ini disebut Binturong, Malay

Civet Cat, Asian Bearcat,Palawan Bearcat, atau secara ringkas Bearcat.

Barangkali karena karnivora berbulu hitam lebat ini bertampang mirip beruang

yang berekor panjang, sementara juga berkumis lebat dan panjang seperti kucing

(bear: beruang; cat: kucing).

Musang yang berekor besar panjang dan bertubuh besar. Panjang kepala

dan tubuh antara 60 – 95 cm, ditambah ekornya antara 50 – 90 cm. Beratnya

sekitar 6 – 14 kg, bahkan sampai 20 kg. Berambut panjang dan kasar, berwarna

hitam seluruhnya atau kecoklatan, dengan taburan uban keputih-putihan atau

kemerahan. Pada masing-masing ujung telinga terdapat seberkas rambut yang

memanjang. Ekor berambut lebat dan panjang, terutama di bagian mendekati

pangkal, sehingga terkesan gemuk. Ekor ini dapat digunakan untuk berpegangan

Page 11: MAKALAH MUSANG

pada dahan (prehensile tail), sebagai ‘kaki kelima’. Binturung betina

memiliki pseudo-penis alias penis palsu, suatu organ khas yang langka ditemui.

Sebagaimana umumnya musang, binturung terutama aktif di malam hari.

Di atas pepohonan (arboreal) atau juga turun ke tanah (terestrial). Kadang-kadang

ada juga yang bangun dan aktif di siang hari. Meski termasuk bangsa Carnivora,

yang artinya pemakan daging atau pemangsa, makanan binturung terutama adalah

buah-buahan masak di hutan, misalnya jenis-jenisara (Ficus spp.). Hewan ini juga

memakan pucuk dan daun-daun tumbuhan, telur, dan hewan-hewan kecil

semisal burung dan hewan pengerat.

Pandai memanjat dan melompat dari dahan ke dahan, binturung biasanya

bergerak tanpa tergesa-gesa di atas pohon. Ekornya digunakan untuk

keseimbangan, atau kadang-kadang berpegangan manakala sedang meraih

makanannya di ujung rerantingan. Cakarnya berkuku tajam dan melengkung,

memungkinkannya untuk mencengkeram pepagan dengan kuat. Kaki

belakangnya dapat diputar ke belakang untuk memegang batang pohon, sehingga

binturung dapat turun dengan cepat dengan kepala lebih dulu.

Binturung mengeluarkan semacam bau, seperti umumnya musang, dari

kelenjar di bawah pangkal ekornya. Bau ini digunakan untuk menandai wilayah

kekuasaannya. Hewan betina melahirkan 2-6 anak, setelah mengandung selama

kurang lebih 91 hari. Binturung menyukai hutan-hutan primer dan sekunder,

hanya kadang-kadang saja ditemukan di kebun di tepi hutan.

Hewan ini menyebar luas mulai dari dataran tinggi Sikkim hingga

ke Tiongkok selatan, Burma, Indochina, SemenanjungMalaya,Sumatra, Jawa, Kal

imantan dan Palawan.

Di desa-desa pinggiran hutan, binturung sering dipelihara sebagai hewan

kesayangan (pet). Orang menangkapnya ketika hewan ini masih kecil dan

membiasakannya dengan kehidupan manusia. Dengan pemeliharaan yang baik,

binturung dapat mencapai usia 20 tahun dalam tangkaran.

Page 12: MAKALAH MUSANG

Sejalan dengan berkembangnya perdagangan, binturung juga diperjual

belikan di pasar-pasar burung di kota. Selain itu, yang lebih mengancam

kelestarian populasinya di alam, binturung juga diburu untuk diambil kulitnya

yang berbulu tebal, dan untuk dimanfaatkan bagian-bagian tubuhnya sebagai

bahan obat tradisional (jamu).

Ancaman lain datang dari kerusakan lingkungan di hutan-hutan di wilayah

tropis sebagai akibat pembalakan yang serampangan. Hancurnya hutan

mengakibatkan rusaknya habitat binturung, sehingga populasinya di alam terus

menurun. Kini binturung termasuk hewan yang dikhawatirkan kelestariannya, dan

dilindungi oleh undang-undang negara Republik Indonesia.

C. Interaksi Hewan Musang (Interaksi Interspesifik dan Interaksi

Intraspesifik)

Ada beberapa macam interaksi antarsesama makhluk hidup. Interaksi tersebut

dapat terjadi, baik antarindividu dalam populasi ataupun antarindividu berbeda

populasi atau barbeda jenis (spesies). Bentuk interaksi tersebut dapat berupa saling

merugikan, saling menguntungkan, atau hanya salah satu saja yang diuntungkan.

Secara garis besar, interaksi interspesifik dan intraspesifik dapat

dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu (1) netralisme yaitu

hubungan antara makhluk hidup yang tidak saling menguntungkan dan saling

merugikan satu sama lain, (2) mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis makhluk

hidup yang saling menguntungkan, (3) parasitisme yaitu hubungan yang hanya

menguntungkan satu jenis makhluk hidup saja, sedangkan yang lainnya dirugikan, (4)

predatorisme yaitu hubungan pemangsaan antara satu jenis makhluk hidup terhadap

makhluk hidup lain, (5) kooperasi yaitu hubungan antara dua makhluk hidup yang

bersifat saling membantu antara keduanya, (6) komensalisme yaitu hubungan antara

dua makhluk hidup yang satu mendapat keuntungan sedang yang lain dirugikan, (7)

antagonis yaitu hubungan dua makhluk hidup yang saling bermusuhan. Berkut ini

adalah beberapa bentuk interaksi antarspesies dalam suatu komunitas.

Page 13: MAKALAH MUSANG

1. Interaksi interspesifik

The essence of interspecific competition is that individuals of one species

suffer a reduction in fecundity, growth or survivorship as a result of resource

exploitation or interference by individuals of another species. This competition is

likely to affect the population dynamics of the competing species, and the dynamics,

in their turn, can influence the species’ distributions and their evolution. Of course,

evolution, in its turn, can influence the species’ distributions and dynamics

(Begon, 2006).

“Inti dari kompetisi intraspesifik adalah bahwa individu-individu dari satu

spesies mengalami penurunan fekunditas, pertumbuhan atau tingkat bertahan hidup

sebagai akibat dari eksploitasi sumber daya atau gangguan oleh individu dari spesies

lain. Kompetisi ini kemungkinan akan mempengaruhi populasi dinamika spesies yang

berkompetisi, dan dinamika, di mereka gilirannya, dapat mempengaruhi distribusi

spesies dan evolusi mereka. Tentu saja, evolusi, pada gilirannya, dapat

mempengaruhi distribusi spesies ' dan dinamika.”

Interaksi interspesies adalah hubungan yang terjadi antara organisme yang

berasal dari spesies yang berbeda. Apabila dalam satu komunitas terdapat dua hewan

yang bersaing memperebutkan makanan yang sama maka akan terjadi kompetisi

interspesifik. Hewan yang biasa menjadi saingan musang dalam mencari makanan

adalah sigung. Musang dan sigung akan berkompetisi dalam memperebutkan

makanan berupa telur, serangga, burung dan mamalia kecil.

2. Interaksi intraspesifik

Interaksi intraspesies adalah hubungan antara organisme yang berasal dari

satu spesies. Spesies yang sama dalam dalam satu populasi akan berkompetisi untuk

memperebutkan sumber daya seperti makanan, tempat tinggal, serta pasangan.

Dengan adanya kompetisi intraspesifik maka semakin besar persaingan untuk

mendapatkan sumber daya. Jadi musang yang satu dan musang yang lainnya akan

bersaing memperebutkan sumber daya yang sama.

Page 14: MAKALAH MUSANG

Individuals of the same species have very similar requirements for survival,

growth and reproduction; but their combined demand for a resource may exceed the

immediate supply. The individuals then compete for the resource and, not

surprisingly, at least some of them become deprived. This chapter is concerned with

the nature of such intraspecific competition, its effects on the competing individuals

and on populations of competing individuals. We begin with a working definition:

‘competition is an interaction between individuals, brought about by a shared

requirement for a resource, and leading to a reduction in the survivorship, growth

and/or reproduction of at least some of the competing individuals concerned’. We can

now look more closely at competition. (Begon, 2006).

“Individu dari spesies yang sama memiliki persyaratan yang sama persis

untuk bertahan hidup, pertumbuhan dan reproduksi, tetapi mereka persediaan sumber

daya dapat melebihi pasokan langsung. Individu-individu kemudian bersaing untuk

Memperoleh sumber daya dan, tidak mengherankan, setidaknya beberapa dari mereka

menjadi dirampas. Persaingan 'merupakan interaksi antara individu, dibawa oleh

kebutuhan untuk berbagi sumber daya, dan menyebabkan penurunan dalam

pertumbuhan, ketahanan hidup dan / atau reproduksi setidaknya beberapa individu

bersaing.”

Kita bisa melihat langsung bahwa efek akhir dari kompetisi pada individu

merupakan kontribusi menurun ke generasi berikutnya Generasi dibandingkan

dengan apa yang akan terjadi seandainya ada belum ada pesaing. Kompetisi

intraspesifik biasanya mengarah ke tingkat penurunan asupan sumber daya per

individu, dan dengan demikian penurunan tingkat pertumbuhan individu atau

pengembangan, atau mungkin dengan penurunan jumlah cadangan yang disimpan

atau peningkatan risiko predasi. Ini dapat menyebabkan, pada gilirannya, untuk

penurunan ketahanan hidup dan / atau penurunan fekunditas, yang bersama-sama

menentukan Output reproduksi individu (Begon, 2006).

D. Laju dan Ukuran Perubahan Hewan Musang

Page 15: MAKALAH MUSANG

Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam

populaasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan dapat berupa penambahan dan

pengurangan. Perubahan populasi yang bersifat penambahan dapat disebabkan

kelahiran (natalitas) dan kedatangan (imigrasi) dari tempat lain. Dan perubahan yang

bersifat pengurangan dapat disebabkan kematian (mortalitas) dan perpindahan

(emigrasi) ke tempat lain. Natalitas dan mortalitas merupakan penentu utama

pertumbuhan semua populasi. Sedangkan dinamika populasi yang disebabkan oleh

imigrasi dan emigrasi khusus untuk organism yang dapat bergerak, seperti hewan dan

manusia.

Perubahan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan

jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Secara

sistemik dirumuskan sebagai berikut:

DP = N/t

Keterangan:

DP = kecepatan perubahan populasi

N = jumlah populasi

t = waktu

Ada beberapa faktor penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi. Dari

alam dapat disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, sedangkan

dari manusia misalnya karena perburuan liar.

E. Regulasi, Mortalitas, dan Kepadatan Hewan Musang

1. Regulasi Musang

2. Mortalitas Musang

Mortalitas menunjukkan kematian individu-individu yang terjadi dalam

populasi. Mortalitas ekologis, yang biasa dikenal dengan mortalitas (saja), sama

halnya dengan natalitas dipengaruhi olrh faktor lingkungan, kerapatan, serta

struktur dan komposisi populasi (Lahay, 2012).

Page 16: MAKALAH MUSANG

Laju mortalitas (M) biasanya dinyatakan sebagai proporsi (persentase)

jumlah individu yang mati dari jumlah populasi awal setelah selang waktu

tertentu. Adakalanya laju mortalitas dinyatakan dalam bentuk respiroknya yaitu

kesintasan (S=1-M). seperti halnya natalitas, mortalitas pun pada kebanyakan

hewan bervariasi menurut umur atau kelompok umur (mortalitas spesifikasi

umur) (Lahay, 2012).

Untuk dapat mengetahui tingkat mortalitas musang maka kita

menggunakan Life Table. Life Table merupakan ringkasan kematian anggota

populasi dengan cara penyajian dan analisis tertentu. Life Table dapat

menggambarkan sifat populasi yang lebih dalam sehingga akan memuat

parameter populasi seperti laju kelahiran dan laju kematian. Life Table Cohort

mengikuti kehidupan organisme dari lahir sampai mati.

Berikut cara kerja pembuatan life table :

1. Siapkan data x(umur) dan nx(jumlah yang hidup pada umur x), buat kolom sebagai berikut

x Umu

r (bln)

nx

lx dx qx Lx Tx ex mx

Ro=

G

lx.mx0 1691 812 453 234 115 56 27 28 0

... ...

2. Kemudian mengisi kolom lx, dx, qx, Lx, Tx, ex, mx, Ro, G, serta menjumlah

seluruh data pada kolom Ro dan G.

Page 17: MAKALAH MUSANG

Keterangan :

1) lx = porporsi organisme yang survive sejak awal (dari life table) sampai ke umur

x

lx = nxn 0

2) dx = jumlah yang mati selama interval umur x sampai ke x+1

dx = nx – nx+1

3) qx = laju mortalitas perkapita selama interval umur x sampai dengan x+1

qx = dxnx

4) Lx = rata-rata jumlah individu yang hidup pada umur x sampai dengan x+1

Lx = lx+lx+1

2 , misalnya L4 =

L 4+L 52

5) Tx = 𝝨 Lx, misalnya T3 = L1+L2+L3

6) ex = Txnx

3. Kepadatan Populasi Musang

Kepadatan populasi musang di suatu komunitas dapat diketahui apabila

telah dilakukan penelitian pada daerah tersebut. Analisis kepadatan satwa musang

menggunakan persamaan Santosa (1993) dengan tahapan sebagai berikut:

a. Dugaan kepadatan jenis satwa ke-j pada plot ke-j (Dj)

b. Dugaan kepadatan rata-rata populasi musang di suatu area

Page 18: MAKALAH MUSANG

Keterangan:

nj = Jumlah plot contoh penelitian (plot)

F. Struktur dan Komposisi Spesies Hewan Musang

a. Komposisi spesies

b. Kelimpahan dan Distribusi

Tinggi rendahnya jumlah individu populasi suatu spesies hewan

menunjukkan besar kecilnya ukuran populasi atau tingkat kelimpahan itu. Seluruh

area yang ditempati individu-individu suatu populasi seringkali tidak diketahui

dengan pasti dimana batas-batasnya, kerena itu kelimpahan (ukuran) populasi

diseluruh area yang ditempati oleh individu-individu populasi pun praktis menjadi

tak mungkin untuk ditentukan. Hal demikian terutama berlaku bagi populasi-

populasi alami hewan-hewan bertubuh kecil, terlebih lagi yang bersifat nocturnal

seperti musang atau hidupnya ditempet-tempat yang terlindungi dan sukar

dijangkau. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka digunakan pengukuran

tingkat kelimpahan populasi persatuan ruang dari habitat yang ditempati yaitu

kerapatannya (kepadatannya) (Lahay, 2012).

Analisis data untuk mengetahui pola persebaran jenis-jenis mamalia

menggunakan persamaan menurut Ludwig & Reynold (1988), berdasarkan

pendekatan indeks penyebaran (IP), yaitu:

Keterangan:

S2 = Keragaman jenis mamalia

Page 19: MAKALAH MUSANG

X = Rata-rata jumlah mamalia dalam penelitian

N = Jumlah plot/unit contoh penelitian

Untuk menentukan bentuk pola sebarannya digunakan uji Chi-Square

dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah plot contoh (plot)

Kriteria uji yang digunakan, adalah:

1. Jika , termasuk pola sebaran seragam (uniform)

2. Jika , termasuk pola se, termasuk pola sebaran acak (random)

3. Jika , termasuk pola sebaran kelompok (clumped)

Page 20: MAKALAH MUSANG

DAFTAR PUSTAKA

Alamendah. 2011. Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus). http://alamendah.wordpress.com/2011/03/22/musang-luwak-paradoxurus-hermaphroditus/. Diakses pada Tanggal 25 Januari 2013.

Anonim1. 2013. Ekosistem. http://sman78-jkt.sch.id/sumberbelajar/bahanajar/ Ekosistem_1.pdf. Diakses pada Tanggal 25 Januari 2013.

Anonim2. 2013. Ekosistem dan Konservasi. http://www.crayonpedia.org/mw/ BAB_X_EKOSISTEM_DAN_KONSERVASI. Diakses pada Tanggal 25 Januari 2013.

Anonim3. 2013. Musang. http://id.wikipedia.org/wiki/Musang. Diakses pada Tanggal 25 Januari 2013.

Arivani. 2011. Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Biotik. http://arivanipotter.wordpress.com/2011/05/12/acara-2-kompetisi-inter-dan-intra-spesifik-sebagai-faktor-pembatas-biotik/. Diakses pada Tanggal 25 Januari 2013.

Begon, Michael. 2006. Ecology from Individuals to Ecosystems. http://www.blackwellpublishing.com/.

Kautsar. 2012. Pengertian Individu, Populasi, dan adaptasi, serta Interaksi Antar Komponen. http://notezone13.blogspot.com/2012/08/pengertian-individu-populasi-dan.html. Diakses pada Tanggal 25 Januari 2013.

Kuswanda, Wanda dan Abdullah Syarief Muchtar. 2012. Pengelolaan Populasi Mamalia Besar Terrestrial di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. http://forda-mof.org/files/6_wanda_klm.pdf. Diakses pada Tanggal 25 Januari 2013.

Lahay, Jutje S. 2012. Buku Ajar Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar