makalah motivasi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia di dunia memerlukan dorongan-dorongan dari orang lain agar
hidupnya dapat berjalan dengan baik dan sesuai apa yang diharapkan. “Apa yang
memotivasi anda untuk melakukan ini?” “Apa motivasi anda melakukan itu?”
adalah beberapa pertanyaan yang tak asing kita dengar. Untuk psikolog motivasi
merupakan kebutuhan atau keinginan yang memberikan energi perilaku dan
mengarah kearah tujuan (Myers. 2009). Motivasi memberikan energi dan
perilaku langsung.
Motivasi memberikan energi dan perilaku langsung inilah yang dirasakan
oleh Aron Raslton seorang pendaki gunung yang sudah memiliki banyak
pengalaman mendaki. Suatu ketika, Ralston dengan sendirinya memberanikan diri
untuk mendaki batu-batu merah di luar Taman National Canyonlands di Utah
Tenggara. Ia berencana untuk melakukan canyonneering (perjalanan ke ngarai
dengan berbekal skill). Ia memutuskan untuk melewati lembah yang bercelah
sempit.
Namun naas, ia terjebak di ketinggian 150 meter diatas puncak dinding
vertika Bluejohn Canyon. Tangan kanannya terjepit oleh batu seberat lebih dari
350kg. Dalam kondisi terjebak tersebut Ralston memiliki beberapa pilihan, yakni
menunggu seseorang datang dan mengeluarkannya atau memutuskan lengannya.
Menyadari tak ada yang menyelamatkannya, Ralston memutuskan untuk
memindahkan batu tersebut dengan sekuat tenaganya. Jam demi jam, malam demi
malam ia lewati, si batu tak ingin pindah dari penderitaan Ralston. Ia mulai putus
asa. Beberapa hari ia terjebak di ngarai yang sempit itu. Bekal pun habis.
Akhirnya ia mulai menghirup air seninya sendiri untuk bertahan hidup. Kemudian
ia mengambil kamera dan memberikan pesan-pesan terakhirnya. Keesokkannya ia
terkaget, karena ia masih hidup. Sejam berikutnya ia memutuskan untuk
memotong tangannya dengan pisau yang ia miliki. Akan tetapi pisau tersebut tak
cukup tajam untuk memotong tangan kanannya. Ia pun mematahkan tulang
1
tangannya. Ia pun lepas dari jebakan batu seberat 800 pound itu. (Pengalaman
Ralston 2004 dalam Myers,2009).
Dari cerita diatas, rasa haus dan kelaparan yang dialami Ralston, rasa
cintanya kepada kekasihnya, memuat ia termotivasi untuk bertahan hidup.
Motivasi adalah kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri
sendiri untuk mengambil tindakan yang dikehendaki (Effendy, 1986: 69). Berbeda
dengan motif. Motif ialah dorongan dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu.
Berhasil tidaknya seseorang mencapai suatu tujuan yang direncanakan atau
ditentukan tergantung bukan hanya dari ability (kemampuan) tetapi juga dari
motif.
Dari cerita pengalam Ralston juga dapat dilihat terdapat beberapa jenis
motivasi, yakni motivasi berprestasi, motivasi agresi, motivasi berafiliasi, dan
lain-lain. Dalam hal motivasi berprestasi menjadikannya topik utama karena
motivasi ini umum dimasyarakat.
Masalahnya ialah bagaimana membangkitkan motif itu, sebab motif ibarat
potensi tenaga listrik yang baru punya daya jika generatornya berjalan atau
dicharge sebagaimana pada accu. Membangkitkan motif atau memberi motif kita
sebut motivasi.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana penjelasan tentang motivasi dan motif secara rinci?
2) Apa yang dimaksud dengan teori cost-reward, disonansi kognitif, dan
piramida kebutuhan?
1.3 Tujuan
1) Menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan motivasi dan motif
2) Memberikan penjelasan tentang teori cost-reward, disonasi kognitif, dan
piramida kebutuhan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Motif
Motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku dikarenakan
adanya kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia. Motif juga
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardiman,
2007:73).
Motif juga diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu. Motif sebagai penggerak dari dalam dan di dalam subjek
untuk melakukan sesuatu. Hal ini bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Berawal dari kata “motif” maka motivasi diartikan sebagai penggerak yang aktif,
motif tersebut akan aktif pada saat tertentu apalagi jika kebutuhan tersebut
dirasakan mendesak.
Motif-motif dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Motif biogenetis, yaitu motif motif yang berasal dari kebutuhan-
kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, missal lapar, haus,
kebutuhan akan kegiatadan istirahat, mengambil nafas, seksualitas,
dan sebagainya.
2. Motif sosiagenetis,yaitu moti-motif yang berkembang berasal dari
lingkungan kebudayaan orang tersebut berada. Jadi, motif ini tidak
berkembang dari sendirinya, tapi di pengaruhi oleh lingkungan
kebudayaan setempat. Misalnya, keinginan mendengarkan musik,
makan pecel, makan cokelat dan lain lain.
3. Motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai mahluk yang
berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-
Nya, seperti ibadahnya dalam kehidupan sehari hari, misalnya
keinginan untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.
3
Fungsi Motif
a. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak.
b. Motif itu menentukan arah perbuatan.
c. Motif itu menyeleksi perbuatan kita.
2.2 Motivasi
Pada cerita Ralston diatas tersebut, tentu terlintas pertanyaan apa yang
menyebabkan ia melakukan itu semua. Bebrapa kejadian seperti aksi demo
mahasiswa, dan pelukis yang berjam-jam tanpa makan dan minum menyelesaikan
karyanya, menimbulkan pertanyaan apa faktor yang mendorong mereka
melakukan itu semua.
Faktor yang mendorong itu dapat dikatan meliputi keseluran aspek fisik dan
psikologis yang memengaruhinya, meski para psikologi membatasi konsep
motivasi sampai tingkat faktor-faktor menguatkan perilaku. Sehingga motivasi
diartikan sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau
keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah.
Faktor-fator itu sering kali disebut dengan motivasi, sebagai tujuan yang
diinginkan yang mendorong orang berperilaku tertentu, sehingga motivasi sering
pula diartikan dengan keinginan, tujuan, kebutuhan, atau dorongan, dan sering
dipakai secara bergantian untuk menjelaskan motivasi seseorang.
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai sebab-sebab
yang menjadi dorongan tindakan seseorang. Dari pengertian motif tersebut dapat
diturunkan pengertian motivasi sebagai sesuatu yang pokok yang menjadi
dorongan seseorang untuk bekerja. Motivasi adalah ” pendorongan” suatu usaha
yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak
hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu. (Purwanto, 2002: 71). Atkinson mengartikan motivasi sebagai
perwujudan motif yang berbentuk tingkah laku yang nyata.
4
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari yang dikemukakan Mc. Donald ada tiga
elemen penting, yaitu:
1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi diri setiap individu
manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang.
3. Motivasi dirangsang karena ada tujuan.
Menurut Menurut Supriyono (2003), motivasi adalah kemampuan untuk
berbuat sesuatu sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan untuk
berbuat sesuatu. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat
dikemukakan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang,
secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai
tujuan yang dikehendakinya atau mendapat hasil kepuasan yang diperbuatnya.
Motivasi menyebabkan terjadinya perubahan energi pada diri manusia,
sehingga berkaitan dengan gejala kejiwaan, perasaan dan emosi untuk selanjutnya
melakukan sesuatu. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai usaha untuk
menyediakan kondisi tertentu sehingga orang itu mau dan ingin melakukan
sesuatu. Bila dia tidak menyukainya, maka dia akan berusaha untuk mengelakkan
perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tapi
motivasi tumbuh di dalam diri seseorang.
Motivasi memimilik ciri yakni :
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan
3. Menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah
4. Lebih senang bekerja sendiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin
6. Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu
8. Senang mencari dan memecahkan masalah.
5
Adapun faktor penggerak motivasi adalah keinginan untuk hidup, keinginan untuk
memiliki sesuatu, keinginan akan kekuasaan, dan keinginan akan adanya
pengakuan. Dalam hubungannya dengan motivasi berdasarkan sifat, ada dua
bentuk motivasi, yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Winkel, 1995).
Dua bentuk motivasi lain yaitu motivasi terdesak dan motivasi yang berhubungan
dengan ideologi, politik, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan.
Fungsi Motivasi
Menurut Sardiman (2007:85), fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat.
2. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai.
3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan.
Menurut Hamalik (2000:175) ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi tidak
akan timbul perbuatan seperti belajar.
2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
3. Sebagai penggerak.
2.3 Teori Cost-reward
Menurut Homans, teori ini membayangkan perilaku sosial sebagai pertukaran
aktivitas, dalam bentuk nyata atau tidak nyata, dan kurang lebih sebagai
pertukaran hadiah atau biaya (cost-reward), sekurang-kurangnya antara dua
orang. Teori Pertukaran Sosial Proposisi Pendorong bahwa jika kejadian dimasa
lalu dorongan tertentu menyebabkan tindakan seseorang mendapat reward, maka
orang tersebut akan menginginkan dorongan serupa di masa kini dengan masa lalu
dan makin besar kemungkinan orang tersebut melakukan tindakan serupa.
6
Teori ini dikembangkan oleh George Homans. Teori Pertukaran Sosial
adalah teori yang menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur
ganjaran, pengorbanan dan keuntungan yang saling mempengaruhi. Yang dimana
dapat dijelaskan bahwa ganjaran merupakan segala hal yang diperolehi melalui
adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan,
sedangkan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Proposisi
Sukses. Apabila seseorang melakukan suatu tindakan, dan ia menerima hadiah
atas tindakannya tersebut, maka semakin sering ia melakukan dan mengulangi
tindakan tersebut.
Proposisi Nilai bahwa jika seseorang merasa sesuatu tindakan semakin
bernilai bagi dirinya maka makin besar kemungkinan ia akan melakukan tindakan
tersebut.
Proposisi Deprivasi mrupakan kejemuan bahwa jika seseorang merasa
sesuatu tindakan semakin bernilai bagi dirinya maka makin besar kemungkinan ia
akan melakukan tindakan tersebut.
Proposisi Persetujuan Agresi, terdapat dua proposisi yakni jika seseorang
tidak mendapat reward yang ia harapkan atau mendapat hukuman yang tidak
diharapkan maka ia akan marah dan semakin agresiflah tindakannya berikutnya.
Sedang proposisi lainnya adalah jika seseorang mendapat reward yang lebih dari
yang ia harapkan atau tidak menerima hukuman yang ia bayangkan maka ia akan
puas dan ia akan melakukan tindakan yang disetujui.
Proposisi Rasional bahwa orang akan melakukan tindakan atau tidak
tergantung pada persepsi mereka tentang peluang sukses.
Contoh :
Di gambarkan pada kehidupan orang yang berpasangan, Hubungan terjalin karena
adanya pertukaran sosial antara keduanya, dan adanya kesepakatan, adanya
dorongan, adanya nilai, ataupun adanya rasional yang terbentuk diantara keduanya
untuk melanjutkan hubungan tersebut. Namun untuk saat ini banyak sekali kasus
hubungan yang berakhir pada perceraian, dan perceraian sudah di anggap tidak
tabu lagi, bahkan perceraian merupakan keputusan termudah untuk memutuskan
tali perkawinan.
7
Teori ini membahas tentang perilaku sosial individu yang terlihat. Adanya
tindakan individu dapat dikaji melalui sebab-akibat atau adanya stimulus respon
yang timbul. Menurut Homans, orang terlibat dalam sebuah perilaku adalah untuk
memperoleh adanya pertukaran, hal ini lebih berkaitan pada teori pertukaran yang
bersifat ekonomis. Homans menjelaskan teori ini dalam proposisi sukses,
stimulus, nilai, kejenuhan, dan persetujuan.
Pernyataan proposisi sukses, asumsi dasar proposisi sukses adalah semakin
sering tindakan seseorang itu dihargai maka semakin sering orang itu
melakukan tindakan yang sama. Sebaliknya jika semakin sering tindakan
seseorang itu gagal atau tidak mendapatkan pengahrgaan maka tindakan
tersebut tidak akan diulanginya lagi.
Pernyataan kedua, stimulus atau rangsangan, menjelaskan bahwa setiap
individu mendapat ransangan maka ia akan cenderung melakukannya agar
mendapatkan yang ia inginkan.Kejadian sebelumnya, ia mendapatkan
ganjaran,(reward) setelah ia melakukan sesuatu, setelah mendapat
rangsangan semacam itu akan melakukannya lagi agar mendapat ganjaran
yang serupa.
Pernyataan ketiga, yakni nilai berkaitan dengan tinggi rendahnya nilai dari
sebuah tindakan. Suatu tindakan dapat bernilai positif dan negatif. Tindakan
positif akan diganjar dengan hadiah sedangkan tindakan negatif berbuah
hukuman. Konsep hadiah dan hukuman ini diperkenalkan oleh Homans.
Menurutnya, hadiah berfungsi untuk menarik tindakan positif. Semakin
besar hadiah, maka individu akan lebih besar kemungkinannya bertindak
positif(sesuai yang diinginkan). Sedangkan hukuman, akan diberikan jika
ada tindakan negatif.
Penyataan keempat yakni kejenuhan(deprivasi-satiasi) menjelaskan bahwa
suatu tindakan akan berkurang nilainya seiring dengan berjalannya waktu
dan intensitas pelaksanaanya.
Pernyataan lima yakni persetujuan(restu-agresi) berbicara mengenai
perilaku emotional individu yang timbul dari tindakan sebelumnya. Disini
terdapat dua penyataan. Pernyataan pertama berbunyi “bila tidnakan
seseorang tidak memperoleh ganjaran seperti yang diharapkan atau
8
mendapat hukuman seperti yang tidak diharapkan maka besar kemungkinan
bahwa dia akan marah dan melakukan tindakan yang agresif”. Pernyataan
kedua berbunyi “apabila seseorang mendapat ganjaran yang diharapkan atau
tidak mendapat hukuman, maka ia akan menjadi senang dan melakukan hal
positif.”
Teori ini mengarah kepada tujuan dimana dalam melakukan tindakan, individu
mengharapkan sesuatu dari tujuan tersebut (reward) maupun lainnya. Setiap
individu dapat memilih tindakan atas dasar pertukaran yang nantinya akan
dikaitkan dengan rasionalitas dalam menentukan pilihan.
Setiap tindakan individu akan mengalami pertukaran. Sehingga apa yang
diberikan akan mendapat pertukaran dengan apa yang akan didapatkan. Setiap
tindakan yang dilakukan akan akan muncul emotional yang menyebabkan
terpengaruhnya nilai dari tindakan tersebut. Teori pertukaran dari Homans
memiliki proposisi-prosposisi yang dapat menjelaskan tindakan individu. Teori ini
juga dapat dikaitkan dengan berbagai macam fenomena perilaku individu dalam
masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar dapat lebih memahami makna setiap
perilaku yang ada di masyarakat.
Menurut Homans, pertukaran sosial yang terjadi antar individu tidak
bejalan statis. Hal ini dikarenakan tidak selamanya individu mendapatkan
keuntungan dari proses pertukaran sosial. Teori pertukaran Homans pun
berasumsi bahwa seseorang terlibat pada sebuah tindakan karena ganjaran atau
menghindari adanya hukuman.
Teori pertukaran sosial ini memandang hubungan interpersonal sebagai
suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya dan saling memuaskan
kedua belah pihak. Sehingga ada empat konsep pokok dalam teori ini yaitu
ganjaran, biaya, laba atau hasil dan tingkat perbandingan.
9
2.4 Disonansi Kognitif
Menurut Frestinger (1957) teori disonansi Kognitifi memiliki perbedaan dari teori
konsistensi kognitif lainnya, yaitu :
1. Teori ini berisi tingkah laku umum, jadi tidak khusus tentang laku sosial.
2. Walaupun demikian, pengaruhnya terhadap penelitian-penelitian psikologi
sosial jauh lebih mencolok daripada teori-teori konsistensi yang lain.
Inti dari teori disonansi kognitif ini sebenarnya sederhana saja, yakni;
dimungkinkan terjadi hubungan tidak pas (nonfitting relations) antara elemen-
elemen kognitif sehingga menimbulkan disonansi (kejanggalan) kognitif;
disonansi kognitif menimbulkan desakan untuk mengurangi disonansi tersebut
dan menghindari peningkatannya; hasil dari desakan itu terwujud dalam
perubahan kognisi, perubahan tingkah laku, dan menghadapkan diri pada
beberapa informasi dan pendekatan-pendekatan baru yang sudah diseleksi lebih
dahulu. Walaupun demikian, penguraian dari teori ini sangat jauh dari sederhana.
Definisi Disonansi
Elemen merupakan kognisi, yakni hal-hal yang diketahui seseorang tentang
dirinya sendiri, tingkah lakunya, dan lingkungannya. Istilah kognisi sendiri
digunakan untuk menunjuk pada setiap pengetahuan, pendapat, keyakinan, atau
pendapat seseorang tentang dirinya sendiri atau tentang lingkungannya.
Faktor yang paling menentukan dalam elemenn kognitif adalah kenyataan
(realitas). Elemen kogintif sendiri berhubungan dengan hal-hal nyata yang ada di
lingkungan dan hal-hal lain yang yang terdapat dalam dunia kejiwaan seseorang.
Hubungan tersebut dibedakan dalam tiga jenis: tidak relevan, disonan, dan
konsonan.
Disonansi didefinisikan sebagai dua elemen yang dikatakan ada dalam
hubungan yang disonan (janggal) dan jika (dengan hanya memerhatikan kedua
elemen itu saja ) terjadi suatu penyangkalan dari satu elemen yang diikuti oleh
atau mengikuti suatu elemen yang lain. Contoh jika seseorang berdiri di bawah
hujan, seharusnya ia kebasahan. Akan tetapi kalau orang yang berdiri di bawah
10
hujan (satu elemen) tidak basah (pengangkatan elemen yang kedua), maka
terjadilah hubungan yang disonan.
Konotasi adalah keadaan dimana terjadi hubungan yang relevan antara dua
elemen dan hubungan tidak disonan. Jadi satu elemen kognisi diikuti oleh elemen
yang lain. Misalnya, orang berdiri di bawah hujan (elemen pertama) dan basah
(elemen kedua).
Menurut Festinger disonansi dapat terjadi dari beberapa sumber berikut:
1. Inkonsistensi logis. Contoh keyakinan bahwa air membeku pada 0 C,
secara logis tidak konsisten dengan keyakinan bahwa es balok tidak akan
mencair pada suhu40 C.
2. Nilai-nilai budaya (cultural mores), kebudayaan seringkali menentukan
apa yang disonan dan konsonan. Contoh, makan dengan tangan di pesta
resmi di Eropa menimbulkan disonansi, tetapi, makan dengan tangan di
warung di Surabaya dirasakan sebagain konsonan.
3. Pendapat umum. Disonansi dapat terjadi karena suatu pendapat yang
dianut orang banyak dipaksakan pada pendapat individu. Misalnya,
seorang remaja senang menyanyi lagu keroncong. Hal ini menimbulkan
disonansi karena pendapat umum percaya bahwa keroncong hanya
merupakan kegemaran orang tua.
4. Pengalaman masa lalu. Contoh, berdiri dibawah hujan, tetapi tidak basah.
Keadaan ini disonan karena tidak sesuai dengan pengalaman masa lalu.
Ukuran disonansi
Hubungan disonan tidak semua sama kadarnya. Festinger mengemukakan perlu
diketahuinya faktor-faktor yang menentukan kadar disonansi itu. Faktor yang
pertama yaitu tingkat kepentingan elemen-elemen yang saling berhubungan itu
untuk orang yang bersangkutan. Kedua elemen itu kurang penting artinya, tidak
banyak disonansi yang akan timbul. Jika kedua elemen itu sangat penting artinya
maka disonansi akan tinggi.
Browns menyatakan bahwa teori ini memungkinkan dua elemen untuk
memiliki tiga hubungan yang berbeda satu sama lain, yaitu :
11
Hubungan konsonan (consonant relationship), ada antara dua elemen
ketika dua elemen tersebut ada pada posisi seimbang satu sama lain.
Hubungan disonan (disonant relationship) yaitu kedua elemennya tidak
seimbang satu sama lainnya.
Hubungan tidak relevan (irrelevant relationship) ada ketika elemen-
elemen tidak mempunyai hubungan makna satu sama lain.
Dalam kenyataannya tidak pernah ada hubugan yang melibatkan dua elemen saja.
Masing-masing elemen dihubungkan dengan elemen lain yang relevan. Sebagian
hubungan-hubungan ini konsonan, sedangkan sebagian yang lainnya disonan.
Menurut Festinger hampir tidak pernah terjadi tidak ada disonansi sama sekali
dalam hubungan yang terjadi antar sekelompok elemen. Maka kadar disonansi
dalam hubungan dua elemen dipengaruhi oleh jumlah disonansi yang ditimbulkan
oleh keseluruhan hubungan kedua elemen itu dengan elemen-elemen lain yang
relevan. Namun, sayang sekali Festinger tidakl menunjukkan bagaimana cara
menetapkan kadar kepentingan dan relevansinya.
Sama dengan jumlah dengan daya tolak elemen yang paling lemah disebut
tidak disonansi maksimum. Disonansi maksimum tercapai maka elemen yang
lemah akan berubah dan disonansi akan berkurang.
Konsekuensi-konsekuensi disonansi:
1) Pengurangan disonansi dapat melalui tiga kemungkinan:
a. Mengubah elemen tingkah laku, misalnya seorang gadis membeli
baju merah baru mahal tapi menurut temannya baju itu kampungan.
b. Mengubah elemen kognitif lingkungan, misalnya temannya
meyakinkan bahwa baju tersebut tidak kampungan.
c. Menambah elemen kognitif baru, misalnya mencari pendapat teman
lain bahwa baju tersebut tidak norak.
2) Pengindraan disonansi
Adanya disonansi selalu menimbulkan dorongan untuk menghindari
disonansi tersebut.
12
Cara-cara untuk mengurangi disonansi, sebagai berikut:
Mengubah pendapat sendiri.
Mempengaruhi orang-orang yang tidak setuju agar mengubah
pendapat mereka.
Membuat mereka yang tidak setuju tidak sebanding dengan dirinya
sendiri.
Asumsi teori disonansi kognitif :
a. Manusia memiliki hasrat akan konsistensi pada keyakinan, sikap dan
perilakunya. Disini menekankan sifat dasar manusia yang mementingkan
stabilitas dan konsistensi.
b. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis. Teori ini merujuk pada
fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis.
Contoh; seseorang akan merasa tidak konsisten secara psikologis ketika ia
tidak melakukan apapun sementara ia sebenarnya ingin membantu.
c. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk
melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur.
d. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan
usaha untuk mengurangi disonansi.
Konsep dan Proses Disonansi Kognitif
Tingkat Disonansi
Tingkat disonansi merujuk kepada jumlah kuantitatif dari perasaan tidak nyaman
yang dirasakan seseorang. Ada tiga faktor dapat mempengaruhi tingkat disonansi
(Zimbardo,Ebbesen& Maslach, 1977), yaitu :
Tingkat Kepentingan (importance), faktor dalam menentukan tingkat
disonansi, merujuk pada berapa signifikan permasalahan.
Kedua, Jumlah disonansi dipengaruhi oleh Rasio Disonansi (dissonance
ratio) atau jumlah kognisi disonan berbanding dengan jumlah kognisi
yang konsonan.
13
Ketiga, Tingkat Disonansi dipengaruhi oleh rasionalitas (rationale)
merujuk kepada alasan yang dikemukakan untuk menjelaskan mengapa
sebuah inkonsistensi muncul.
Disonansi Kognitif dan Persepsi
Terpaan selektif (Selextive Exposure) atau mencari informasi yang
konsisten yang belum ada, membantu mengurangi disonansi.
Perhatian Selektif (Selective Attention) metode untuk mengurangi
disonansi dengan memberikan perhatian pada informasi yang konsonan
dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.
Interpretasi Selektif (Selective Interpretation), melibatkan interpretasian
informasi yang ambigu sehingga menjadi konsisten.
Retensi Selektif (Selective Retention) merujuk pada mengingat dan
mempelajari informasi yang konsisten dengan kemampuan lebih besar
dibandingkan yang kita lakukan terhadap informasi yang tidak konsisten.
2.5 Piramida Kebutuhan Motivasi
Abraham Maslow pada tahun 1943, menulis karya ilmiah yang berjudul “A
Theory of Human Motivation”. Teori motivasi ini banyak sekali digunakan
sebagai dasar teori dalam ilmu psikologi maupun manajemen bisnis untuk
memberikan pandangan bahwa motivasi setiap manusia berbeda-beda. Karena
motivasi yang berbeda-beda itulah kita dapat melihat bahwa ada manusia yang
sangat ambisius untuk maju dan sukses sampai mendapat posisi tertentu, ada pula
yang ingin dikenal banyak orang, ada yang ingin punya banyak teman dan tetap
diterima dalam kelompok, tapi disisi lain ada pula yang merasa sudah cukup
walau hanya bisa makan.
Maslow, mengilustrasikan teori ini dalam bentuk piramida kebutuhan
dengan melakukan penelitian terhadap orang-orang yang dianggapnya mencapai
tahapan tingkat tertinggi, yaitu aktualisasi diri. Memang tidak semua orang dapat
mencapai tahap tertinggi dari piramida tersebut, karena kemungkinan ada
14
kebutuhan dalam piramida maslow yang tidak tercapai. Untuk lebih jelasnya,
berikut saya bahas piramida kebutuhan tersebut secara singkat.
Perlu ditegaskan bahwa setiap tingkat di atas hanya dapat dibangkitkan apabila
telah dipenuhi tingkat motivasui di bawahnya. Namun, kalau kita lihat dalam
perkembangannya, kenyataan yang terjadi seringkali kebutuhan seseorang yang
berupa kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai dan
dikasihi, kebutuhan dapat diterima anggota kelompok yang bisa terjadi dapat
dipenuhi dalam waktu yang bersamaan. Teori tentang motivasi ini lahir dan awal
perkembangannya ada dikalangan para psikolog. Menurut ahli jiwa, dijelaskan
bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada
tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa
teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan fisiologis (Physiological) yaitu kebutuhan untuk memelihara
kelangsungan hidup seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat
2. Kebutuhan akan keamanan (Safety) yakni rasa aman, bebas dari rasa
takut dan kecemasan
3. Kebutuhan bermasyarakat (Social) yaitu kebutuhan untuk menerima
dan bekerjasama dalam kelompok atau kata lain kebutuhan untuk
15
Gambar 1.1 : Piramida kebutuhan
berkelompok dan bermasyarakat, menerima dan diterima, mencintai dan
dicintai.
4. Kebutuhan akan cinta dan kasih (Love and Belonging) yakni kasih,
rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah,
maupun kelompok)
5. Kebutuhan untuk atualisasi diri (mewujudkan diri sendiri) yaitu
kebutuhanuntuk membuktikan diri mampu mengembangkan prestasi
tertentu yang dapat dibanggakan dan mengembangkan bakat usaha
mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan
pribadi.
Berdasarkan buku terjemahan karya Howard S. Friedman berjudul Kepribadian
(2006:321) terdapat beberapa kebutuhan yang merujuk pada kesiapan untuk
merespon dengan cara teretntu dalam kondisi tertentu yang meliputi kebutuhan
akan pencapaian, afiliasi, dominasi, dan eksibisi.
1. Kebutuhan akan Pencapaian
Orang dengan kebutuhan akan pencapaian yang tinggi cenderung tekun,
bahkan terdorong untuk memenuhi tugas yang masyarakat tetapkan untuk
dirinya. Mereka memperoleh sederet gelar kesarjaan atau penghargaan
yang cenderung berada di posisi puncak dalam bisnis terutama jika
kuantitas lebih penting daripada kualitas dan jika ketekunan menghasilkan
kemenangan.
2. Kebutuhan akan Afiliasi
Orang dengan kebutuhan afiliasi tinggi ingin bekerjasama dan
menghabiskan waktu bersama orang lain, kebutuhan ini mendesak
seseotang untuk berteman dan membuat teman mereka senang.
3. Kebutuhan akan Kekuasaan
Orang yang termotivasi untuk memiliki kekuasaan tinggi biasanya mencari
jabatan dan pekerjaan yang membuat mereka bisa menyatakan kuasa atas
orang lain.
16
4. Kebutuhan akan Eksibisi
Orangyang kebutuhan eksibisi tinggi cenderung ingin mempertunjukan
diri mereka di hadapan orang lain dan berusaha untuk menyenangkan,
menghibur, memotivasi, bahkan mengagetkan orang lain.
17
BAB III
PENUTUPAN
3.
3.1 Simpulan
Motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku
dikarenakan adanya kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh
manusia.
Kata Motivasi berasal dari motif.
Motivasi ialah suatu proses untuk menggalakkan sesuatu tingkah laku
supaya dapat mencapai matlumat-matlumat tertentu
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara sadar
atau tidak sadar untuk melakukan suatu hal agar mencapai tujuan yang
ingin dicapai.
Motif dan Motivasi memiliki fungsi dan tujuan masing-masing.
Teori Cost-reward merupakan teori yang membahas tentang perilaku
sosial individu yang nampak terlihat.
Teori disonansi kognitif merupakan teroi yang dimungkinkan terjadi
hubungan tidak pas (nonfitting relations) antara elemen-elemen kognitif
sehingga menimbulkan disonansi (kejanggalan) kognitif
Teori disonansi kognitif tidak begitu sederhana
Piramida kebutuhan merupaka ilustrasi yang digunakan oleh Abraham
Maslow untuk menerangkan teori motivasi.
Terdapat lima kebutuhan yang menjadi perhatian piramuda ini yakni,
kebutuhan fisiologis (physiological), kebutuhan akan keamanan (safety),
kebutuhan bermasyarakat (social),kebutuhan akan cinta dan
kasih,kebutuhan untuk aktualisasi diri (mewujudkan diri sendiri)
18
Daftar Pustaka
Myers, D. (2010). Psychology in Modules, Ninth Edition. New York: Worth.
Hariandja, M. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia : Peningkatan,
Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas
pegawai. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)
Prayitno. (1994) . Dasar – dasar bimbingan dan konseling. Jakarta : RINEKA CIPTA .
Yusuf, S. (2008). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung : PT.REMAJA ROSDAKARYA.
M, Sardiman A. (2008). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Priyatna, S. (1943) . Motivasi, Partipasi, dan Pembangunan: Tinjauan dari Sisi
Komunikasi. Jakarta: U.K. Press Jakarta
Sarwono, S. (2013). Teori-Teori Psikologi Sosial. Depok: Rajawali Press.
Prezi.com. (2016). teori pertukaran sosial. [online] Available at:
https://prezi.com/fd1eivfq5d6a/teori-pertukaran-sosial/ [Accessed 26 Apr. 2016].
Fergiyano, N. (2014). TEORI PILIHAN RASIONAL PERTUKARAN SOSIAL -
PERILAKU. [online] Nicofergiyono.blogspot.co.id. Available at:
http://nicofergiyono.blogspot.co.id/2014/06/teori-pilihan-rasional-
pertukaran.html?m=1 [Accessed 20 Apr. 2016].
Derifatoni, T. (2009). TEORI DISONANSI KOGNITIF. [online] Berpikir Setengah
Sadar. Available at: https://taraderifatoni.wordpress.com/2009/11/28/teori-
disonansi-kognitif/ [Accessed 20 Apr. 2016].
Writing = Sharing. (2012). Teori Motivasi: Hierarki Kebutuhan Manusia
Berdasarkan Perspektif Maslow. [online] Available at:
https://lefrandi.wordpress.com/2012/12/14/teori-motivasi-hierarki-
19
kebutuhan-manusia-berdasarkan-perspektif-maslow/ [Accessed 20 Apr.
2016].
20