makalah mioma1

28

Click here to load reader

Upload: william-grandinata-soeseno

Post on 12-Aug-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah mioma1

MIOMA UTERI

William Grandinata Soeseno

[email protected]

Koas Fakultas Kedokteran UKRIDA

Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510. Telephone : (021) - 56942061

www.ukrida.ac.id

BAB I

Pendahuluan

Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma

merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang

menumpanginya. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi

mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus,

membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Walaupun jarang terjadi

mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%). Gejala mioma uteri secara medis dan

sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk menoragia, ketidaknyamanan daerah

pelvis, dan disfungsi reproduksi. Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu

mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan

adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi

sebelum menarke dan menopause.

Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39%-11,87% dari semua penderita

ginekologi yang dirawat1.

Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan

penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50%

yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,

1 | P a g e

Page 2: makalah mioma1

infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor. Sampai saat ini penyebab

pasti mioma uteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian diketahui

bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi oleh hormon esterogen dan

siklus hormonal. Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial pada

wanita.

2 | P a g e

Page 3: makalah mioma1

BAB II

ISI

2. 1 Definisi

Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus (tumor jinak uterus yang

berbatas tegas) dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga berbentuk padat karena jaringan

ikatnya dominan dan lunak serta otot rahimnya dominan3. Selain itu memiliki kapsul, terbentuk

dari otot polos yang imatur dan elemen jaringan penyambung fibrosa sehingga dapat disebut

juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid.

2.2 Etiologi

Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun

ada 2 teori yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri, yaitu:

1. Teori Stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :

a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil

b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche

c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause

d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri

2. Teori Cell nest atau Genitoblas

Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada teori cell

nest atau teori Genitoblas dimana dilakukan percobaan Lipschutz yang memberikan

estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada

permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibramatosa ini dapat dicegah

dengan pemberian preparat progesterone atau testosterone. yang selanjutnya dapat

dirangsang terus menerus oleh estrogen.

3 | P a g e

Page 4: makalah mioma1

Selain teori tersebut, faktor risiko yang menyebabkan mioma uteri adalah:

1. Usia penderita

Berdasrkan Otopsi, novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai

sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri

jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada

wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%.

2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)

Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil

histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen

endogen pada wanita-wanita menopause pada level yang rendah/sedikit (Parker, 2007).

Otubu et al menemukan bahwa konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih

tinggi dibandingkan jaringan miometrium normal terutama pada fase proliferasi dari

siklus menstruasi.

3. Riwayat Keluarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri

mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita

tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat

keluarga penderita mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α

(a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak

mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.

4. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin

berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim

aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2005)4. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah

esterogen tubuh yang mampu meningkatkan prevalensi mioma uteri.

5. Makanan

Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan dengan prevalensi

atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah

matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran

4 | P a g e

Page 5: makalah mioma1

hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah

vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri.

6. Kehamilan

Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar

esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus kemungkinan

dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2007).

7. Kebiasaan merokok

Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan penurunan

bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen menjadi estrogen dengan

penghambatan enzim aromatase oleh nikotin (Parker, 2007).

2.3 Klasifikasi

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari

korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri

dibagi 4 jenis antara lain2,3:

1. Mioma submukosa

2. Mioma intramural

3. Mioma subserosa

4. Mioma intraligamenter

Gambar 1. Gambar Jenis-jenis mioma uterus

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%),

submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%)4

1. Mioma submukosa

5 | P a g e

Page 6: makalah mioma1

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini dijumpai

6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan

perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan

perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan

gangguan perdarahan.

Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya

benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan

histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.

Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.

Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai.

Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt

atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada

beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma intramural

Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,

jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor.

Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai

bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada

dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung

kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma subserosa

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus

diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum

latum menjadi mioma intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum

atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering

parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.

Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri

eksternum berbentuk bulan sabit.

6 | P a g e

Page 7: makalah mioma1

Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan

jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan pseudokapsul

yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan.

2.4 Manifestasi Klinis

Faktor-faktor yang menimbulkan gejala klinis ada 3, yaitu5,6 :

1. Besarnya mioma uteri,

2. Lokalisasi mioma uteri,

3. Perubahan pada mioma uteri.

Gejala-gejala yang timbul tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural,

submucous), digolongkan sebagai berikut :

1. Perdarahan abnormal

Perdarahan abnormal yaitu menoragia, menometroragia dan metroragia. Perdarahan

sering bersifat hipermenore dan mekanisme perdarahan tidak diketahui benar. Faktor-

faktor yang mempengaruhinya yaitu telah meluasnya permukaan endometrium dan

gangguan dalam kontraktibilitas miometrium.

2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah, dapat terjadi jika :

a. Mioma menyempitkan kanalis servikalis

b. Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim

c. Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis

d. Terjadi degenerasi merah

3. Tanda-tanda penekanan/pendesakan

Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri. Tekanan

bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh darah.

Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan gangguan miksi dan

terhadap ureter bisa menyebabkan hidro uretre.

4. Infertilitas

Infertilitas bisa terajadi jika mioma intramural menutup atau menekan pors interstisialis

tubae.

5. Abortus

7 | P a g e

Page 8: makalah mioma1

Abortus menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim melalui

plasenta.

6. Gejala sekunder

Gejala sekunder yang muncul ialah anemia karena perdarahan, uremia, desakan ureter

sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal.

2.5 Patofisiologi

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Karena mioma uteri

banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada usia menopause,

belum pernah terjadi sebelum menarche, maka diduga penyebabnya timbulnya mioma uteri

paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.

Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak didapatkan

dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer, de Snoo mengemukan patogenesis mioma

uteri dengan teori cell nest dan genitoblast. Dan menurut meyer asal mioma adalah sel imatur,

bukan dari selaput otot yang matur.7

Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel

miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan perubahan kromosom baik secara parsial maupun

secara keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan pada 23-50% dari mioma uteri yang diperiksa

dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 7 (del(7)(q 21)/q 21 q 32). Keberhasilan

pengobatan medikamentosa mioma uteri sangat tergantung apakah telah terjadi perubahan pada

kromosom atau tidak.

Perubahan Sitogenetik Mioma Uteri

Analisis sitogenetik dari hasil pembelahan mioma uteri telah menghasilkan penemuan

yang baru. Diperkirakan 40% mioma uteri memiliki abnormalitas kromosom non random.

Abnormalitas ini dapat dibagi menjadi 6 subgrup sitogenetik yang utama termasuk translokasi

antara kromosom 12 dan 14, trisomi 12, penyusunan kembali lengan pendek kromosom 6 dan

lengan panjang kromosom 10 dan delesi kromosom 3 dan 7. Penting untuk diketahui mayoritas

mioma uteri memiliki susunan kromosom yang normal.

Muncul pertanyaan dari klasifikasi mioma uteri dengan kariotif abnormal, apakah

terdapat hubungan antara genotip tumor dengan fenotip klinis. Beberapa penelitian telah

8 | P a g e

Page 9: makalah mioma1

menunjukan adanya rearrangements karyotype berhubungan dengan ukuran tumor yang lebih

besar sesuai dengan lokasi anatomis. Arein, dkk menemukan bahwa tumor dengan delesi

kromosom 7 rata-rata lebih kecil dari daripada tumor dengan penyusunan kembali kromosom 12

(5 vs 8,5 cm), tetapi ekivalen dengan ukuran tumor yang memiliki kariotip normal (5,4 cm).

Hasil-hasil ini dikonfirmasikan oleh Kernig dkk. Lebih jauh lagi mioma uteri submukosa

ditemukan oleh Brosens dkk memiliki perubahan yang lebih sedikit (12%) daripada intramural

(35%) atau tumor subserosa (29%). Tidak ditemukan hubungan antara abnormalitas sitogenetik

dan usia penderita atau paritas.

Beraneka ragam perubahan kromosom ditemukan pada mioma uteri, yang paling sering

terjadi yaitu: translokasi, trisomi dan delesi, menyebabkan mekanisme pertumbuhan tumor yang

multipel, contohnya translokasi dapat juga meningkatkan atau menurunkan ekspresi gen melalui

posisi juxta pada seluruh bagian gen disamping elemen regular ektopik. Sebagai pilihan

translokasi yang menyetop fungsi seluruh protein atau diterjemahkan ke protein chimeraic novel

yang fungsional. Trisomi biasanya meningkatkan ekspresi gen melalui peningkatan dosis gen,

dimana paling sering terjadi delesi kromosom pada gen kehilangan fungsinya. Maka itu

perbedaan perbedaan tipe abnormalitas kromosom berada pada mioma uteri dapat

memprediksikan genetik heterogen apa yang mempercepat perkembangan dan pertumbuhan

tumor.

2.6 Diagnosis

Anamnesis

1. Perdarahan

2. Rasa nyeri

3. gangguan berkemih dan BAB

4. Akut abdomen

5. Infertilitas

Pemeriksaan fisik

Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma

uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang lebih

licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.

9 | P a g e

Page 10: makalah mioma1

Temuan laboratorium

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus yang

banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoeitin yang

pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan

penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioam terhadap ureter yang menyebabkan peninggian

tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.

Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus mioma uteri adalah :

1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat,

Eritrosit turun.

2. USG abdomen dan transvaginal : terlihat massa pada daerah uterus.

3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan

ukurannya.

4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.

Perubahan sekunder pada Myoma Uteri ini didasarkan atas gambaran histopatologi dan

terbagi menjadi 2 bagian besar :

1. Degenerasi jinak:

a. Atrofi

Tanda dan gejala-gejala berkurang atau menghilang sesuai dengan ukuran myoma

yang mengecil pada saat menopause atau sesudah kehamilan.

b. Degenerasi Hialin

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut karena myoma

telah menjadi matang. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen

dimana tumor ini tetap berwarna putih tapi di dalamnya berwarna kuning, lembut

bahkan seperti gel/agar-agar (bergelatin).

c. Degenerasi Kistik

Merupakan kelanjutan dari degenerasi kistik sehingga seluruh tumor menjadi

mencair seolah-olah menyerupai uterus yang gravid atau kista ovarium.

Stress yang fisikal dapat menyebabkan pecahnya tumor ini sehingga menyebabkan

evakuasi isi cairan tersebut ke dalam uterus, rongga peritoneum dan ruang

10 | P a g e

Page 11: makalah mioma1

retroperitoneal. Dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe

sehingga menyerupai limfangioma.

d. Kalsifikasi (degenerasi membatu)

Myoma jenis subserosa yang tersering mengalami klasifikasi ini karena sirkulasi

darah yang terganggu dan terutama pada wanita berusia lanjut. Hal ini terjadi

karena presipitasi CaCO3 (calcium carbonate) dan fosfat sebagai kelanjutan dari

sirkulasi darah yang terganggu itu. Dengan rontgen, dapat terlihat dengan jelas

(opak) dan dikenal sebagai “ Womb Stone”.

e. Degenerasi merah (Red or Carneous)

Terutama terjadi pada kehamilan dan nifas dikarenakan trombosis vena dan

kongesti dengan perdarahan interstitial (nekrosis sub akut) sehingga pada irisan

melintang tampak seperti daging mentah dan merah yang diakibatkan penumpukan

pigmen hemosiderin dan hemofusin. Selama kehamilan, ketika degenerasi merah

ini terjadi juga diikuti edema dan hipertrofi myometrium. Degenerasi merah ini

merupakan degenerasi dan infark yang aseptik. Biasanya pada degenerasi merah

juga menimbulkan rasa sakit yang biasanya akan sembuh sendiri dan tampak khas

apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam,

kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Tanda dan gejala

ini mirip dengan torsi tumor ovarium dan torsi mioma yang bertangkai.

Komplikasi potensial dari degenerasi dalam kehamilan meliputi kelahiran preterm

dan sangat jarang mencetuskan DIC (Disseminated Intravascular coagulation).

g. Degenerasi Lemak (myxomatous or fatty)

Merupakan degenerasi asimtomatik yang jarang terjadi dan adalah kelanjutan dari

degenerasi hialin dan kistik.

2. Degenerasi malignansi/Sarcomatosa/Ganas.

Myoma uteri yang menjadi leiomyosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6% dari

seluruh myoma serta merupakan 50-75% dari semua jenis sarkoma uteri. Kecurigaan

malignansi apabila myoma uteri cepat membesar dan terjadi pembesaran myoma pada

menopause.

5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat

tindakan operasi.

11 | P a g e

Page 12: makalah mioma1

6. Histeroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya

kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.

7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang

diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat

dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang

dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi

alternatif ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.

2.7 Diagnosa banding

1. Ca endometrium

Peningkatan angka kejadian karsinoma endometrium berkaitan dengan

meningkatnyastatus kesehatan sehingga usia harapan hidup kaum wanita semakin

tinggi yang menyebabkan jumlah wanita yang berusia lanjut semakin banyak yang

diiringi dengan penggunaan terapihormone pengganti untuk mengatasi gejala-gejala

menopausenya. Kanker endometriumumumnya ditemukan pada penderita berusia 60

keatas. Selain itu,telah ditemukan bahwa peningkatan kejadian obesitas juga

memegang peranan penting dalam meningkatnya angkakejadian kanker endomerium.

Kanker endometrium lebih banyak menyerang para wanitayang berasal dari golongan

ekonomi menengah ke atas.

2. Endometriosis

Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih

berfungsiterdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar

dan stroma, terdapatdi dalam miometrium atau pun di luar uterus. Bila

jaringan endometrium terdapat di dalammiome t r i um d i s ebu t

adenomios i s , dan b i l a d i l ua r u t e ru s d i s ebu t endome t r i o s i s .

Pada endometriosis jaringan endometrium ditemukan di luar kavum uteri

12 | P a g e

Page 13: makalah mioma1

dan di luar miometrium.Daerah yang paling sering terkena adalah organ

pelvis dan peritoneum, walaupun organ lainseperti paru-paru juga ikut

terkena meskipun jarang. Penyakit ini berkembang dari lesi yangkecil dan

sedikit pada organ pelvis yang normal kemudian menjadi massa keras

infiltrat dankista endometriosis ovarium (endometrioma). Perlangsungan

endometriosis sering disertai  pembentukan fibrosis dan perlekatan luas

menyebabkan gangguan anatomi pelvis.

2.8 KomplikasiManuaba (2007) berpendapat bahwa mioma uteri dapat berdampak pada kehamilan

dan persalinan, yaitu:

1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma uteri

submukosum.

2. Kemungkinan abortus bertambah.

3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak subserus.

4. Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks.

5. Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding rahim

atau apabila terdapat banyak mioma.

6. Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus dan intramural.

Menurut manuaba (2007), kehamilan dan persalinan juga dapat berdampak pada

mioma uteri, yaitu:

1. Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema, terutama

dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal. Setelah kehamilan 4

bulan tumor tidak bertambah besar lagi.

2. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudah terjadi

gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis, terutama

ditengah-tengah tumor. Tumor tampak merah (degenerasi merah) atau tampak seperti

daging (degenerasio karnosa). Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang

disertai gejala-gejala rangsangan peritonium dan gejala-gejala peradangan, walaupun

13 | P a g e

Page 14: makalah mioma1

dalam hal ini peradangan bersifat suci hama (sterile). Lebih sering lagi komplikasi ini

terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan-

perubahan sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.

3. Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat

desakan uterus yang makin lama makin membesar. Torsi menyebabkan gangguan

sirkulasi yang nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik perut mendadak (acute

abdomen).

2.9 Penatalakasanaan

Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor

Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor,

dan terbagi atas :

a. Penanganan konservatif, yaitu dengan cara :

1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan,

2) Monitor keadaan Hb,

3) Pemberian zat besi,

4) Penggunaan agonis GnRH, agonis GnRH bekerja dengan menurunkan regulasi

gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Akibatnya, fungsi

ovarium menghilang dan diciptakan keadaan menopause yang reversibel.

Sebanyak 70% mioma mengalami reduksi dari ukuran uterus telah dilaporkan

terjadi dengan cara ini, menyatakan kemungkinan manfaatnya pada pasien

perimenopausal dengan menahan atau mengembalikan pertumbuhan mioma

sampai menopause yang sesungguhnya mengambil alih. Tidak terdapat resiko

penggunaan agonis GnRH jangka panjang dan kemungkinan rekurensi mioma

setelah terapi dihentikan tetapi, hal ini akan segera didapatkan dari pemeriksaan

klinis yang dilakukan.

b. Penanganan operatif

Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah8:

1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia,

2) Nyeri pelvis yang hebat,

14 | P a g e

Page 15: makalah mioma1

3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma berukuran

kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa),

4) Gangguan buang air kecil (retensi urin),

5) Pertumbuhan mioma setelah menopause,

6) Infertilitas,

7) Meningkatnya pertumbuhan mioma.

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :

1. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus.

Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum.

Suatu studi mendukung miomektomi dapat dilakukan pada wanita yang masih

ingin bereproduksi tetapi belum ada analisa pasti tentang teori ini tetapi

penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki

keturunan setelah penyebab lain disingkirkan.

2. Histerektomi

Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat

rahim, baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)

berikut serviks uteri. Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan

anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau

yang sudah bergejala.

Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists

(ACOG) dalam Chelmow (2005) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :

1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan

dikeluhkan oleh pasien.

2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan

bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat

kehilangan darah akut atau kronis.

3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa

tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada

vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering.

15 | P a g e

Page 16: makalah mioma1

Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil

Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia

dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai

apabila janin imatur. Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen

memerlukan interfensi pembedahan. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk

kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau

obstruksi mekanik (Taber, 1994).

Prognosis

Ad bonam

16 | P a g e

Page 17: makalah mioma1

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang

menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid.

Etiologi dari mioma uteri menurut Manuaba (2007), ada 2 teori yaitu teori stimulus dan

teori cellnest. Sedangkan menurut Muzakir (2008), yaitu usia penderita, hormon endogen,

riwayat keluarga, IMT, makanan, kehamilan, paritas dan kebiasaan merokok.

Manifestasi dari mioma uteri yaitu perdarahan abnormal, rasa nyeri pada pinggang dan

perut bagian bawah, tanda-tanda penekanan/pendesakan, infertilitas, abortus, dan gejala

sekunder.

Patofisiologi dari mioma uteri yaitu reseptor estrogen yang lebih banyak sehingga

menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari

otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Perubahan

sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya

aliran darah ke mioma uteri.

Komplikasi dari mioma uteri yaitu :

1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma uteri sub

mukosum.

2. Kemungkinan aborrtus bertambah.

3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak

subserus.

4. Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks.

5. Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding

rahim atau apabila terdapat banyak mioma.

17 | P a g e

Page 18: makalah mioma1

6. Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus dan intramural.

Penatalaksanaan dari mioma uteri yaitu kalau menurut usia, lokasi, dan ukuran tubuh,

maka dengan penanganan konservatif dan operatif. Jenis operasi yang bisa dilakukan

adalah miomektomi dan histerektomi. Sedangkan pada wanita hamil adalah dengan tirah

baring, analgesia dan observasi terhadap mioma.

Pemeriksaan penunjang dari mioma uteri yaitu pemeriksaan darah lengkap (Hb, Albumin,

Lekosit, Eritrosit), USG, vaginal toucher, sitologi, rontgen, ECG, ultrasonografi,

histeroskopi, dan MRI.

Asuhan keperawatan pada mioma uteri yaitu :

Pengkajian :

Data umum, keluhan utama, riwayat reproduksi, data psikologi, status respiratori, tingkat

kesadaran, status urinari, dan status gastrointestinal.

Diagnosa :

1) Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan system saraf yang di tandai

dengan keluhan nyeri, ekpresi wajah neyeringai.

2) Retensi urine berhubungan dengan trauma mekanik, manipulasi pembedahan adanya

edema pada jaringan sekitar dan hematom, kelemahan pada saraf sensorik dan

motorik.

3) Gangguan konsep diri berhubungan dengan kekhawatiran tentang ketidakmampuan

memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat dari hubungan seksual.

4) Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan dan perawatan selanjutnya

berhubungan dengan salah dalam menafsirkan imformasi dan sumber imformasi yang

kurang benar.

5) Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan

pervaginam berlebihan

B. Saran

Pada wanita yang mulai haid (menarke) untuk memeriksakan alat reproduksinya apabila

ada keluhan-keluhan haid/menstruasi untuk dapat menegakkan diagnosis dini adanya

mioma uteri.

18 | P a g e

Page 19: makalah mioma1

Wanita yang mempunyai faktor-faktor risiko untuk terjadinya mioma uteri terutama

wanita berusia 40-49, wanita yang sering melahirkan (multipara) tahun agar waspada dan

selalu memeriksakan diri kepada tenaga ahli secara teratur.

19 | P a g e