makalah manusia dan agama

Upload: jimy-bima-speed

Post on 10-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Pokok Bahasan :1. Konsepsi Manusia dan Alam Semesta2. Manusia Menurut Agama Islam3. Agama dan Ruang Lingkupnya4. Kebutuhan Manusia akan Agama

TRANSCRIPT

PowerPoint Presentation

MANUSIA DANAGAMAOleh Kelompok 1

Nama KelompokDwi Kurniawan .T. (131910101018) Fakultas Teknik

Jimi Bagus .H. ( 131910101078) Fakultas Teknik

Poppy Kemalasari (110810101104) Fakultas Ekonomi

Yuni Asti Truida (130210102022) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Pokok Bahasan :

1. Konsepsi Manusia dan Alam Semesta2. Manusia Menurut Agama Islam3. Agama dan Ruang Lingkupnya4. Kebutuhan Manusia akan Agama 1. Konsepsi Manusia dan Alam

A. Konsepsi ManusiaManusia merupakan sebangsa binatang. Dia memiliki banyak kesamaan dengan binatang lainnya. Pada saat yang sama manusia memiliki banyak ciri yang membedakan dirinya dengan binatang lainnya, dan ciri-ciri ini menempatkannya lebih unggul daripada binatang. Kekhasan berupa kepahaman dan pemilikan keinginan yang tinggi yang dimiliki manusia membedakan manusia dengan binatang, dan membuat manusia lebih unggul daripada binatang lainnya.B. Pengetahuan dan Keinginan Manusia Wewenang manusia di bidang pengetahuannya, informasi dan pandangannya, dan di bidang keinginan dan kecenderungannya, sangat luas dan tinggi.

C. Dasar dari Karakter Manusia Berkat upaya kolektif manusia selama berabad-abad, manusia memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang dunia. Informasi yang didapat kemudian dihimpun dan dikembangkan. Setelah mengalami proses dan sistematisasi, informasi ini kemudian menjadi dikenal sebagai "ilmu" dalam artinya yang lebih luas, yaitu jumlah seluruh gagasan manusia tentang kosmos (alam semesta). Di dalamnya tercakup juga filsafat, sebuah produk dari upaya kolektif manusia yang diberi bentuk logika yang khusus.

D. KONSEPSI ALAM SEMESTA

Setiap doktrin dan filsafat kehidupan tentu didasarkan pada kepercayaan, evaluasi tentang kehidupan, dan interpretasi serta analisis tentang alam semesta. Cara berpikir sebuah mazhab tentang kehidupan dan alam semesta dianggap sebagai dasar dari segenap pemikiran mazhab itu. Dasar ini disebut konsepsi mazhab itu tentang alam semesta.Menurut para filosof, ada dua macam kearifan: kearifan praktis dan kearifan teoretis. Yang dimaksud dengan kearifan teoretis adalah mengetahui apa yang ada seperti adanya. Sedangkan kearifan praktis adalah mengetahui bagaimana semestinya kita hidup. "Semestinya" ini merupakan hasil logis dari "bagaimana itu", khususnya "bagaimana itu" yang menjadi pokok bahasan filsafat metafisis2. Manusia Menurut Agama Islam

Manusia Dalam Perspektif Al-Quran Al-Quran tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok hewan selama manusia mempergunakan akal dan karunia Tuhan lainnya. Namun bila manusia tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya seperti: pemikiran, kalbu, jiwa, raga, serta pancaindera secara baik dan benar, ia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan. Dalam hal ini terdapat beberap konsep mengenai manusia menurut agama Islam.1. Konsep al-Basyr

Penelitian terhadap kata manusia yang disebut al-Quran dengan menggunakan kata basyar menyebutkan, bahwa yang dimaksud manusia basyar adalah anak turun Adam, makhluk fisik yang suka makan dan berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang membuat pengertian basyar mencakup anak turun Adam secara keseluruhan (Aisyah Bintu Syati, 1999: 2).

2. Konsep Al-Insan

Kata insan bila dilihat asal kata al-nas, berarti melihat, mengetahui, dan minta izin. Atas dasar ini, kata tersebut mengandung petunjuk adanya kaitan substansial antara manusia dengan kemampuan penalarannya. Manusia dapat mengambil pelajaran dari hal-hal yang dilihatnya, dapat mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, serta dapat meminta izin ketika akan menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Berdasarkan pengertian ini, tampak bahwa manusia mampunyai potensi untuk dididik (Abuddin Nata, 1997: 29).

3. Konsep Al-Nas

Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial (Jalaluddin, 2003: 24). Tentunya sebagai makhluk sosial manusia harus mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Manusia harus hidup sosial artinya tidak boleh sendiri-sendiri. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia yang bermula dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan berkembang menjadi masyarakat dengan kata lain adanya pengakuan terhadap spesis di dunia ini, menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling menjatuhkan. Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep an-naas.

4. Konsep Bani Adam

Adapun kata bani adam dan zurriyat Adam, yang berarti anak Adam atau keturunan Adam, digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal keturunannya. Dalam Al-Quran istilah bani adam disebutkan sebanyak 7 kali dalam 7 ayat (Abdul Mukti Rouf, 2008: 39). Menurut Thabathabai dalam Samsul Nizar (2001: 52), penggunaan kata bani Adam menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini setidaknya ada tiga aspek yang dikaji, yaitu: Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, di antaranya adalah dengan berpakaian guna manutup auratnya. Kedua, mengingatkan pada keturunan Adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu setan yang mengajak kepada keingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan mentauhidkanNya. Kesemuanya itu adalah merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah dalam rangka memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang lain.

5. Konsep Al-Ins

Kata al-Ins dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 18 kali, masing-masing dalam 17 ayat dan 9 surat (Abdul Mukti Rouf, 2008:24). Muhammad Al-Baqi dalam Jalaluddin (2003: 28) memaparkan al-Isn adalah homonim dari al-Jins dan al-Nufur. Lebih lanjut Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam kaitannya dengan jin, maka manusia adalah makhluk yang kasab mata. Sedangkan jin adalah makhluk halus yang tidak tampak (Jalaluddin, 2003: 28). Sisi kemanusiaan pada manusia yang disebut dalam al-Quran dengan kata al-Ins dalam arti tidak liar atau tidak biadab, merupakan kesimpulan yang jelas bahwa manusia yang insia itu merupakan kebalikan dari jin yang menurut dalil aslinya bersifat metafisik yang identik dengan liar atau bebas. (Aisyah Bintu Syati, 1999: 5).6. Konsep Abd. AllahM. Quraish Shihab dalam Jalaluddin (2003: 29), seluruh makhluk yang memiliki potensi berperasaan dan berkehendak adalah Abd Allah dalam arti dimiliki Allah. Selain itu kata Abd juga bermakna ibadah, sebagai pernyataan kerendahan diri.

7. Konsep Khalifah AllahPada hakikatnya eksistensi manusia dalam kehidupan dunia ini adalah untuk melaksanakan kekhalifahan, yaitu membangun dan mengelola dunia tempat hidupnya ini., sesuai dengan kehendak Penciptanya. Manusia berperan sebagai mandataris Allah. Dalam peran ini manusia penting menyadari bahwa kemampuan yang dimilikinya untuk menguasai alam dan sesama manusia adalah karena penegasan dari Penciptanya.

3. Agama dan Ruang lingkupnya

Sesuai dengan asal muasal katanya (sansekerta: agama, igama, dan ugama) maka makna agama dapat diutarakan sebagai berikut: agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja, igama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan dengan dewa-dewa, ugama artinya peraturan, tata cara, hubungan antar manusia, yang merupakan perubahan arti pergi menjadi jalan yang juga terdapat dalam pengertian agama lainnya. Bagi orang Eropa, religion hanyalah mengatur hubungan tetap (vertikal) antara manusia dengan Tuhan saja. Menurut ajaran Islam, istilah din yang tercantum dalam Al-Quran mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat termasuk dirinya sendiri, dan alam lingkungan hidupnya (horisontal). Persamaan istilah agama tidak dapat dijadikan alasan untuk menyebutkan bahwa semua agama adalah sama, karena adanya perbedaan makna atas istilah agama tersebut, yang berbeda atas sistem, ruang lingkupnya, dan klasifikasinya.

Ruang lingkup pendidikan agama Islam dapat dikemukakan sebagai berikut :

Pertama, teori teori dan konsep konsep yang diperlukan bagi perumusan desain pendidikan agama Islam dengan berbagai aspeknya : visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, dan sebagainya. Teori teori dan konsep konsep tersebut dibangun dari hasil kajian yang ilmiah dan mendalam terhadap sumber ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan al-sunnah, serta dari berbagai disiplin ilmu yang relevan : sejarah, filsafat, psikologi, sosiologi, budaya, politik, hokum, etika, manajemen, tekhnologi canggih, dan sebagainya.Kedua, teori dan konsep yang diperlukan untuk kepentingan praktik pendidikan, yaitu memengaruhi peserta didik agar mengalami perubahan, peningkatan, dan kemajuan, baik dari segi wawasan, ketrampilan, mental spiritual, sikap, pola pikir, dan kepribadiannya. Berbagai komponen ketrampilan terapan yang diperlukan dalam praktik pendidikan, berupa praktik pedagogis, didaktik, dan metodik didasarkan pada teori teori dan konsep konsep yang terdapat dalam ilmu Pendidikan Islam.

4. Kebutuhan Manusia Akan Agama

Agama bagi manusia merupakan kebutuhan alamiah (fitrah) manusia. Berbagai pendapat mengenai kefitrahan agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran. Misalnya Einstein menyatakan bahwa sifat sosial manusia merupakan salah satu faktor pendorong terwujudnya agama. Manusia menyaksikan maut merenggut ayahnya, ibunya, kerabatnya serta para pemimpin besar. Direnggutnya mereka satu persatu, sehingga manusia merasa kesepian di kala dunia telah kosong. Jadi akan adanya sesuatu yang dapat memberi petunjuk dan pengarahan, harapan menjadi pecinta dan dicintai, keiginan bersandar pada orang lain dan terlepas dari perasaan putus asa; semua itu membentuk dalam diri sendiri dasar kejiwaan untuk menerima keimanan kepada Tuhan. William James seorang filosof Jerman menyatakan bahwa kendatipun benar pernyataan bahwa hal-hal fisik dan material merupakan sumber tumbuhnya berbagai keinginan batin, namun banyak pula keinginan yang tumbuh dari alam di balik alam material ini. Buktinya, banyak perbuatan manusia tidak bersesuaian perhitungan-perhitungan material. Pada setiap keadaan dan perbuatan keagamaan, kita selalu dapat melihat berbagai bentuk sifat seperti ketulusan, keikhlasan dan kerinduan, keramahan, kecintaan dan pengorbanan. Gejala-gejala kejiwaan yang bersifat keagamaan memiliki berbagai kepribadian dan karakteristik yang tidak selaras dengan semua gejala umum kejiwaan manusia.Agama Islam adalah agama yang memenuhi kebutuhan manusia dalam hidup di dunia dan akhiat. Syech Ali Ahmad Al Jurjandi berpendapat bahwa hikmah disyariatkan agama Islam dalam kehidupan ialah untuk mengenalkan Allah yang Maha Tunggal dengan segala keagungan dan sifat-sifat-Nya yang sempurna, baik wajib, mustahil dan jaiz. Menjelaskan cara bagaimana beribadah kepada-Nya mendorong tumbuhnya keberanian untuk amar maruf nahi munkar dan menentukan aturan kehidupan untuk mencegah timbulnya perbuatan yang melampaui batas.SEKIAN DAN TERIMAKASIH