makalah management penerbangan nasional
DESCRIPTION
Makalah management penerbangan nasional # Management # STBA - JIA BekasiTRANSCRIPT
Dinamika Manajemen Penerbangan | 1
Diajukan untuk memenuhi tugas Management oleh
Writter : Ani Istiana ( morning class )
Nim : ( 043131.51114.029 )
Dinamika Manajemen Penerbangan | 2
DAFTAR ISI
Asia Fasifik Primadona dan Masa Depan Perusahaan Penerbangan............................4
Manajemen keselamatan...............................................................................................7
Strategi mengelola perusahaan limbung.......................................................................12
Kebijakan dan sasaran keselamatan..............................................................................14
Manajemen resiko..........................................................................................................19
Strategi bisnis penerbangan dalam menjawab tantangan...............................................21
Analisis...........................................................................................................................25
Dinamika Manajemen Penerbangan | 3
KATA PENGANTAR
INDUSTRI penerbangan udara kini memasuki babak baru. Persaingan sengit antar perusahaan penerbangan berjadeal dalam meraih pasar seluas-luasnya, baik ditingkat lokal, regional maupun internasional, tak dapat dihindarkan lagi. Perusahaan penerbangan yang sehat dan kuat, dalam arti memiliki daya tahan yang prima secara manajemen (profesional), permodalan (positif) dan pelayanan (berkualitas), diyakini dapat memenangkan pertarungan jasa angkutan udara koersial ini. Sulit mengklaim dan memprediksi perusahaan penerbangan yang memiliki kategori estabilished. Ansett, sebuah perusahaan penerbangan raksasa Australia-Selandia Baru, harus gulung tikar. Ansett adalah salah satu contoh dari puluhan perusahaan penerbangan word class yang mengalami nasib malang. Selain masalah manajemen, faktor-faktor lain yang menyebabkan banyak maskapai penerbangan internasional yang rontok adalah tragedi WC, perang AS-Irak, SARS dan bom Bali. Hampir semua maskapai penerbangan internasional di AS dan Eropa terkena dampak tersebut. Masa keemasan dan dominasi perusahaan penerbangan di kedua benua tersebut selama puluhan tahun hancur seketika. Tetapi tidak demikian dengan perkembangan industri penerbangan di belahan Asia Pasifik, Director General Association of The Asia Pasifik Airlines (AAPA), Richard Stirland memprediksi masa keemasan dan masa depan industri penerbangan internasional kini digenggam maskapai penerbangan di kawasan Asia. Perkembangan industri penerbangan mangalami kemajuan besar yang ditandai dengan besarnya pasar yang prospektif dan meningakatnya jumlah perusahaan penerbangan baru, termasuk Indonesia yang memasuki era baru pasca diregulasi penerbangan tahun 1999. We Make People Fly, demikian filosofi Lion Air yang memaknakan alat transportasi udara ini bukan lagi barang mewah dan monopoli orang-orang berduit. Situasi global industri penerbangan internasional ini dikupas tuntas dan dituangkan penulis dalam sebuah buku berjudul, Dynamic Of Airlines Management-Dinamika Manajemen Penerbangan. Buku yang ditulis dalam bahasa yang sederhana ini bersumber dari pengalaman tokoh-tokoh yang menjadi CEO di sejumlah perusahan penerbangan. Buku ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan praktisi penerbangan, dosen, mahasiswa dan siapa saja yang merasa teretarik dengnan dunia penerbangan komersial. Penulis menyadari berbagai kelemahan, kekurangan dan keterbatasan dalam penulisnya serta menerima kritik dan saran. Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan dan penerbitan buku ini. Januari 2004
Dinamika Manajemen Penerbangan | 4
BAB 1
Asia Fasifik Primadona dan Masa Depan Perusahaan
Penerbangan
Dalam perkembangan 40 tahun terkahir ini, di wilayah asia pasifik kita
dapat melihat sejumlah penerbangan internasional yang mengalami periode
pasarang surut atau jatuh bangun.
Dan bahkan sebagian lagi terpaksa harus gulung tikar. Hanya segelintir dari
kesekian banyak operator penerbangan yang mampu bertahan. Mereka yang
tetap eksis di antaranya juga dapat merasakan Eva Air, Asiana dan All Nippon,
yang terbilang lebih mujur ketimbang perusahaan penerbangan nasional
Vietnam. Namun demikian, kita juga dapat merasakan suatu tingkat
kecenderungan pertumbuhan yang luar biasa dari perusahaan penerbangan
dalam periode jangka panjang di tengah krisis ekonomi dan politik.
Kalau diwilayah asia pasifik memperlihatkan kecenderungan yang meningkat,
maka di Amerika Serikat dan Eropa justru sebaliknya. Sejumlah operator
penerbangan di Amerika Serika dan Eropa, baik angkutan reguler maupun
carter, mengalami nasib buruk. Kegiatan penerbangan AS dan Eropa tak dapat
terbang lagi, padahal operator penerbangan di wilayah Asia yang dapat bertahan
eksis ditengah badai SARS dan perang AS – Irak yang meningkatkan harga
minyak, telah mengubah biaya – biaya kontrol mereka.
Termasuk biaya komisi, bahkan sebagian operator penerbangan mampu
meningkatkan pendapatanya dengan tingkat loud factor yang tinggi.
Namun demikian hal yang terpenting lagi adalah peningkatan kapasitas tersebut
dapat mengatasi beban pemeliharaan yang tinggi dan mampu menambah
pendapatan dari periode sebelumnya.
A. Nuansa Aliansi Asia
Secara sekilas dipeta tergambar bahwa situasnya tidak sama dengan Asia
dan itu sebabnya persaingan hubungan merupakan suatu pembahasan luas yang
menyesatkan dibelahan dunia. Wilayah ini begitu luas, jarak tempuh juga sangat
jauh dan tidak satu bandarapun yang bisa menjadi pintu gerbang, tidak ada
Dinamika Manajemen Penerbangan | 5
aliansi tunggal yang dapat memberikan keunggulan serta dengan stuatu
kemungkinan tak ada hubungan yang menuntut dapat memberikan keuntungan
yang unik.
Singapura, Tokyo, Bangkok, dan Hongkong masing – maisng memiliki peranan
tertentu sebagi pintu gerbang untuk wilayah Asia yang berbeda, dan tak ada
seorang pun yang tercengang menggunakan Singapura sebagi pintu gerbang
menuju Cina atau Hongkong sebagi pintu gerbang wilayah bagian Mekong atau
Tokyo sebagai pintu gerbang Asia tenggara.
Kenyataan ini sama sekali tidak bisa disangkal bahwa terdapat suatu tingkatan
yang saling tumpang tindih dan bandara – bandara menjadi hub tambahan
potensial yang disegani dalam pertumbuhanya berdasarkan kekuatan sentripetal
atau hub – hub besar. Tetapi pandangan ini dapat memperlihatkan munculnya
pemenang tunggal dalam beberapa tahun mendatang.
Perusahaan pesawat terbang tak ubah seperti penjual mobil bekas. Mereka ahli
dalam merayu pelanggannya agar tertarik dengan apa yang mereka butuhkan
bukan dengan apa yang mereka inginkan. Yang terpenting adalah barang
mereka laku terjual. Selama bertahun – tahu Airbus mengumbar kepada
pelangganya bahkan dengan dua mesin bagus dan dengan empat mesin jelek.
Sampai mereka membuat A340 dan kemudian mereka diam. Mantera Boing
adalah menyangkt perbedaaan rute – rute dan pelayanan sehingga pesawatnya
laku dipasaran.
B. Sejarah yang mengagumkan
Usaha – usaha dan kelahiran perusahaan penerbangan yang muncul
sebelum perang dunia II di Asia merupakan sejarah yang mengagumkan dan
patut untuk dibukukan. Garuda sebagai salah satu perusahaan penerbangan
nasional Inodesia juga mengikuti langkah yang sama yang terlahir pada bulan
Januari 1949, bukan di Indonesia melainkan di Burma. Saat itu pilot – pilot
Indonesia yang menggunakan pesawat terbang DC-3s mengakut pasukan
pemerintah untuk peperangan menumpas pemberontakan senjata dan terbang
melalui blokade Belanda untuk mendukung perjuangan kemerdekaan di
negaranya sendiri.
Pada awalnya arus penumpang besar berasal dari AS dan Eropa yang
mengangkut para prajurit AS yang bermakas di Asia. Tetapi semakin lama kian
Dinamika Manajemen Penerbangan | 6
banyak orang Asia yang bepergian, khususnya orang Jepang, Filipina, dan Cina
Asia tenggara yang memberikan keuntungan pasar terhadap penerbangan Asia.
Dari sini, perusahaan penerbangan Asia mulai mampu bersaing untuk rute – rute
panjang, mula – mula Eropa kemudian seluuh Asia Pasifik sekalipun JAL dan
PAL sudah menjadi operator Transpasifik dngan pesawat DC-8. Tetapi dalam
kenyataanya langkah yang ditempuh perusahaan penerbangan Asia tidaklah
mudah karena menghadapi sejumlah tantangan politik dan teknis serta masalah
keuangan. Tetapi tantangan tersebut tidak sampai tahun 1980. Sebagai contoh,
Cathy pasific bisa mengalahkan monopoli British Airways untuk rute
Hongkong – London.
C. Optimisme Perusahaan Penerbangan Asia
Berkembangannya perusahaan jasa angkutan Asia mungkin sekarang ini
perlu jaminan. Korea yang tidak mempunyai perusahaan penerbangan hingga
tahun 1962 sekarang mempunyai dua yang terbesar dan Singapura yang
merupakan negara kecil yang mempunyai perusahaan reguler terbaik di dunia.,
tampaknya dipandangan sebagai tempat umum saja. Ini merupakan kenyataan
yang mengejutkan.
Tetapi ptimisme perusahaan penerbangan Asia semakin nyata mengingat
banyaknya perusahaan penerbangan yang sudah lama beroperasi dan
berkembangn di Eopa dan AS kini berada di ambang kebangkrutan. Perusahaan
penerbangan Asia pasifik dengan tenang melaju ke posisi yang lebih tinggi.
Bukti menunjukan kenyataan. Keberhasilan pertumbuhan perusahan
penerbangan didasarkan pasa pertumbuhan GDP ( produk domestik bruto ),
sumber – sumber yang memadai untuk mendukung pertumbuhan dan
manajemen yang profesional. Ketiga unsur ini dimiliki oleh perusahaan
penerbangan Asia.
Bila kita berpegang pada sumber – sumber, sekarang ini perusahaan
penerbangan Asia memiliki armada termuda dan terbaru di dunia. Sedangkan
pesawat tua tak seberapa lagi jumlahnya. Bahkan sejumlah perusahaan
penerbangan Asia mendapat keuntungan lima kali lipat pada bulan maret dan
Juli 2002 dan keuntungan yang lebih besar pada tahun 2003. Memang satu hal
yang kurang mendapat perhatian adalah perusahaan penerbangan di Asia secar
tradisional kurang mendapat dukungankeuangan dari pemerintahnyansekalipun
Dinamika Manajemen Penerbangan | 7
ikut serta sebagai pemegang utama saham dalam perusahaan penerbangan itu
seperti Singapura Airlens dan Thai Internasional
BAB 2
MANAJEMEN KESELAMATAN
Industri penerbangan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat.
Letak geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau menjadikan penerbangan
sebagai moda transportasi yang cepat dan aman untuk menghubungkan antar pulau.
Garuda Indonesia sebagai perintis penerbangan nasional serta pembawa bendera
Indonesia, sudah tentu menjadi kebanggaan dan pilihan masyarakat sebagai pengguna
jasa. Sebagai operator penerbangan yang memiliki sertifikat IOSA, Garuda Indonesia
mengedepankan aspek service, safety dan security plus compliance. Hal ini juga
bertujuan untuk menumbuhkembangkan kepercayaan masyarakat agar memilih
Garuda Indonesia sebagai penyedia jasa penerbangan.
Tidak ada kata kompromi dalam keamanan
Aspek keamanan adalah salah satu elemen penting yang harus dijalankan secara
konsisten dan komprehensif dalam industri penerbangan. Selain sebagai business
balancing, keamanan juga menjadi jaminan bagi para pengguna jasa, pegawai,
pemegang saham dan penyedia jasa eksternal untuk tetap menjadikan Garuda
Indonesia sebagai mitra penyedia jasa penerbangan. Berdasarkan hal-hal tersebut,
dalam menerapkan dan mempertahankan performa keamanan yang tinggi, manajemen
Garuda Indonesia berkomitmen untuk
1. Membangun sistem keamanan yang mumpuni melalui pengembangan
Manajemen Sistem Keamanan (Security Management System) dan Program
Keamanan Penerbangan Garuda Indonesia secara berkesinambungan,
2. Secara konsisten melakukan investasi berkelanjutan dalam hal pelatihan
keamanan penerbangan termasuk investasi dalam hal sistem dan teknologi
pendukung,
3. Menerapkan quality assurance system dan kendali mutu secara konsisten dan
pola penyampaian informasi keamanan tanpa hambatan ke seluruh unit dalam
perusahaan,
4. Secara cepat merespon setiap situasi dan kondisi yang dinilai dapat
membahayakan keselamatan dan keamanan seseorang dan/atau infrastruktur,
5. Membangun sistem komunikasi yang efektif untuk memastikan kelancaran
pertukaran informasi keamanan yang relevan, sehingga mampu
menghubungkan seluruh unit dalam organisasi tanpa hambatan termasuk ke
Dinamika Manajemen Penerbangan | 8
senior manajer, manajer operasional, karyawan di lini depan maupun pihak
eksternal yang terikat kontrak mendukung operasional perusahaan,
6. Membangun dan mengembangkan budaya keamanan secara konsisten.
Pengantar Sistem Manajemen Keselamatan
Manual umum Sistem Manajemen Keselamatan disusun untuk memenuhi
persyaratan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan,
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 20 tahun 2009 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan (Safety Management System) dan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor : KM 24 tahun 2009 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation
Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome).
Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan menjadi persyaratan
mandatory untuk bandar udara bersertifikat mulai tanggal 1 Januari 2010
untuk bandar udara internasional dan mulai tanggal 1 Januari 2011 untuk
bandar udara domestik yang wajib memiliki sertifikat. Manual ini berlaku untuk
seluruh pegawai di bandar udara, baik pegawai permanen maupun pegawai
kontrak.
Salinan manual Sistem Manajemen Keselamatan harus tersedia untuk semua
pegawai yang mempunyai peran dalam manual ini. Tiap orang yang memegang
manual harus menandatangi catatan amendemen sebagai pernyataan bahwa
yang bersangkutan mengetahui dan memahami perubahan/amendemen manual.
Update cetakan manual Sistem Manajemen Keselamatan harus juga dipegang
oleh para pegawai yang mempunyai peran dalam manual ini bersamaan dengan
Aerodrome Manual, seperti yang tercantum dalam Apendiks B.
A. Prosedur Amandemen Manual
Operator bandar udara harus melakukan amendemen terhadap manual
Sistem Manajemen Keselamatan jika diperlukan untuk mempertahankan
keakuratan isi manual. Proses amendemen manual Sistem Manajemen
Keselamatan sama dengan proses amendemen untuk Aerodrome Manual seperti
pada Apendiks A. Orang yang bertugas untuk mengontrol distribusi manual
Sistem Manajemen Keselamatan dan aerodrome manual harus mendistribusikan
amendemen sesuai dengan Apendiks B. Pelaksanaan review manual Sistem
Manajemen Keselamatan ini dapat mengacu pada Apendiks C dengan
melakukan penyisiran terhadap peraturan maupun perubahan peraturan (standar
ketentuan) dan kemudian melakukan hal-hal yang diperlukan (penambahan atau
perubahan) terhadap prosedur dan fasilitas yang ada untuk memenuhi peraturan
tersebut.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 9
Semua definisi yang tercantum dalam Undang-Undang Penerbangan, Peraturan
Menteri (Civil Aviation Safety Regulation), maupun AIP bermakna sama dengan yang
ada dalam manual ini. Definisi berikut ini adalah sebagai tambahan untuk manual ini.
Acceptable Level of Safety adalah kinerja keselamatan minimum dari penyedia
layanan yang harus dicapai ketika melaksanakan fungsi kegiatan inti, yang dinyatakan
dengan angka dari indikator kinerja keselamatan dan target kinerja keselamatan.
Accountability adalah kewajiban atau kemauan untuk bertanggung jawab atas suatu
tindakan seseorang. Consequence adalah hasil potensial dari suatu ancaman. Hazard
adalah suatu keadaan, objek, atau kegiatan dengan potensi menyebabkan luka terhadap
orang, kerusakan terhadap peralatan atau struktur, kehilangan materi, atau
pengurangan kemampuan untuk melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan.
Mitigation adalah suatu tindakan terhadap ancaman potensial atau untuk
mengurangi risiko kemungkinan atau keparahan. Predictive adalah suatu metode yang
menangkap kinerja suatu sistem sebagaimana terjadi dalam operasi normal
sebenarnya.
Probability adalah kemungkinan suatu keadaan atau kejadian tidak aman dapat terjadi.
Reactive adalah adopsi dari suatu pendekatan dimana tindakan pengamanan
merupakan suatu tanggapan terhadap suatu kejadian yang telah terjadi, seperti insiden
dan kecelakaan. Risk adalah kemungkinan kerugian atau cidera, diukur dalam konteks
tingkat kerusakan dan probabilitas, atau kemungkinan terjadinya sesuatu serta akibat
yang ditimbulkannya. Risk assessment adalah penilaian terhadap suatu risiko yang
dinyatakan dengan istilah kemungkinan yang diperkirakan dan keparahannya
(severity) dari akibat terburuk yang diramalkan.
Risk management adalah identifikasi, analisis dan eliminasi, dan pencegahan
pada suatu tingkat risiko yang dapt diterima yang mengancam kemampuan suatu
organisasi.
Safety adalah suatu keadaan dimana risiko luka terhadap orang atau kerusakan harta
benda dikurangi sampai pada, dan dipertahankan di bawah suatu tingkat yang dapat
diterima melalui suatu proses berkelanjutan dari identifikasi ancaman dan manajemen
risiko yang berkelanjutan. Safety assessment adalah suatu analisis sistematis dari
perubahan peralatan atau prosedur yang diajukan untuk mengenali dan mencegah
kelemahan sebelum perubahan tersebut dilaksanakan.
Safety assurance adalah suatu tindakan yang diambil oleh operator bandar
udara berkaitan dengan pengamatan kinerja keselamatan dan tindakan yang
diambil.
Safety audit adalah tindakan yang dilaksanakan oleh Otoritas Penerbangan
Sipil berkaitan dengan program keselamatan, dan tindakan yang diambil.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 10
Safety Management System adalah suatu pendekatan sistematis untuk
mengelola keselamatan termasuk struktur organisasi yang diperlukan,
kewajiban, kebijakan, dan prosedur.
Safety Manager/Officer adalah seseorang yang bertanggung jawab
memberikan panduan dan arahan dalam melaksanakan sistem manajemen
keselamatan. Safety oversight adalah suatu kegiatan Otoritas Penerbangan Sipil
sebagai bagian dari program keselamatan yang dilaksanakan dengan memperhatikan
operator bandar udara untuk mengkonfirmasikan pemenuhan terhadap
kebijakan keselamatan perusahaan, tujuan, sasaran, dan standar secara berkelanjutan.
Safety performance indicator adalah sasaran yang telah ditentukan oleh
operator bandar udara berkaitan dengan komponen utama Sistem Manajemen
Keselamatan dan dinyatakan dalam angka-angka. Safety performance monitoring
adalah kegiatan operator bandar udara sebagai bagian dari Sistem Manajemen
Keselamatan untuk mengkonfirmasikan pemenuhan kebijakan keselamatan bandar
udara, tujuan, sasaran, dan standard secara berkelanjutan.
Safety performance target adalah sasaran jangka menengah atau panjang
dari operator bandar udara yang ditentukan dengan menimbang antara yang
diinginkan dan yang tercapai dengan dinyatakan dalam angka-angka.
Safety policy adalah suatu pernyataan yang mencerminkan manajemen keselamatan
operator bandar udara dan menjadi landasan dalam pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan. Kebijakan keselamatan menggariskan metode dan proses yang akan
digunakan oleh operator bandar udara untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Safety program adalah suatu rangkaian peraturan dan kegiatan yang
diarahkan untuk meningkatkan keselamatan.
Safety requirement adalah prosedur operasi, teknologi, system dan program
dimana ukuran keandalan, ketersediaan, kinerja, dan/atau ketepatan dapat ditetapkan
untuk mencapai indicator kinerja dan target kinerja. Severity adalah akibat yang
mungkin dari kejadian atau kondisi tidak aman dengan mengacu pada kondisi paling
buruk yang dapat diramalkan. Sistem adalah serangkaian proses dan prosedur yang
diorganisasikan.
Sistematik adalah bahwa kegiatan manajemen keselamatan akan dilaksanakan sesuai
rencana yang telah ditetapkan dan berlaku dengan cara yang konsisten pada
keseluruhan organisasi operator bandar udara.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 11
Dinamika Manajemen Penerbangan | 12
BAB 3
STRATEGI MENGELOLA PERUSAHAAN LIMBUNG
Bisnis jasa penerbangan udara tergolong menarik untuk digeluti. Terbkti meski
tergolong industri yang low profit dan rumit serta sensitif tingkat pertambahan
operator penerbangan nasional terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Bahkan, banyaknya operator penerbangan nasional dan internasional yang tumbang
pasca berbagai peristiwa tahun 2000, justru semakin menantang investor untuk terjun
di bisnis ini. Fenomena yang menarik dari industri penerbangan ini adalah
menggunakan teknologi tinggi dan kapital intensif.
Tetapi berbeda dengan perusahaan penerbangan carter. Kalau carter tantangan yang
dihadapi relatif kecil, namun margin profitnya lebih besar asalkan klienya dan
kontraknya jangka panjang. Carter hanya memerlukan level standard of safety-nya
yang strategis serta pelayananya yang sebaik mungkin yang dibuktikan dengan
sertifikasi yang berstandar internasional. Sedangkan kompetisinya hanya terjadi pada
saat awal mendapatkan kontrak tersebut.
Selain memiliki proses yang panjang, karakter bisnis jasa penerbangan ini juga
tergolong sangat sensitif dengan resiko yang besar. Terlebih lagi menyangkut masalah
pelayanan dan penyalahgunaan. Karakter bisnis jasa penerbangan ini harus di
sertifikasi dan dipahami secara jelas dan benar agar tidak salah kaprah dalam
pengelolaanya. Didalam perusahaan berjadwal yang menjual tiket eceran, jelas
tantanganya lebih besar dan persainganya pun lebih keras. Penerbangan berjadwal dari
hari ke hari, jam ke jam dan menit ke menit dihadapkan persoalan yang sifatnya sangat
rentan terhadap perubahan, persaingan dan penyalahgunaan. Prosesnya juga relatih
panjang. Mulai dari perencanaan sewa pesawat, mempersiapkan rute pesawat dan
pesawat untuk terbang hingga mengelolah kru serta penumpang dilakukan secara
ketat, cermat dan memakan waktu yang relatif lama.
Karena masalah pelayanan menjadi orientasi utama perusahaan penerbangan
berjadwal, maka kegiatan lainya terangkum dalam tiga kategori yaitu preflight,
inflight, dan posflight. Pramugari harus tahu bagaimana memperlakukan penumpang
saat di pesawat, termasuk menjelaskan safety dan melayani dan menunggu barang di
konveyor.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 13
A. Membenahi fungsi manajemen
Unit – unit kerja Mrepati, yang meliputi lima fungsi direktorat, banyak yang
tidak berfungsi atau menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Penjabaran
tugas dan tanggung jawab tumpang rindih sehingga mekanisme kerja di
perusahaan menjadi terganggu. Semua itu harus dikembalikan pada fungsi
masing – masing. Direktur utama pada dasarnya adalah top leader. Pembenahan
ke dalam terus dilakukan dengan menyusun rencana jangka panjang, rencana
kerja dan anggaran tahunan termasuk minotoring sistem. Lalu divisi keuangan,
akuntansi, keuangan dan SDM, prinsip equal treatment berlaku kepada semua
orang, mulai orang dalam hingga orang luar.
Jadi fungsi – fungsi manajemen harus diterapkan secara benar dan terarah agar
mekanisme dan sistem kerja di lingkungan perusahaan penerbangan BUMN. Ini
dapat berjalan semestinya, terasuk masalah internal audit. Divis Internal Auditor
di lingkungan perusahaan BUMN, cenderung memberi nilai positif bila
auditornya yang berhasil menemukan kasus kesalahan di unit yang
diperiksanya.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 14
BAB 4
KEBIJAKAN DAN SASARAN KESELAMATAN
Pada bagian ini diisi dengan komitmen keselamatan dari masing-masing
bandar udara. Komitmen ini ditandatangani oleh accountable executive. Accountable
executive ini harus merupakan seorang yang mudah diidentifikasi dan bertanggung
jawab penuh terhadap pemenuhan organisasi Sistem Manajemen Keselamatan serta
pemenuhan terhadap persyaratan peraturan penerbangan di bandar udara tersebut.
Nama dari accountable
executive tersebut harus tercantum jelas dalam struktur organisasi Sistem Manajemen
Keselamatan dan diberitahukan ke Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Contohnya: Chief Executive Officer (CEO) atau Chairman Board of Directors atau
lainnya.
Contoh komitmen keselamatan:
Organisasi kami berkomitmen untuk menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan
aman bebas dari hazard bagi pegawai maupun customer. Semua level manajemen
operasional bertanggung jawab untuk menciptakan keselamatan. Semua pegawai dan
kontraktor harus berpartisipasi dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan berperan
aktif dalam identifikasi,
reduksi, dan eliminasi hazard.
Pokok-pokok keselamatan, diantaranya:
• Keselamatan adalah sumber keunggulan kompetitif;
• Dengan keselamatan akan dapat memperkuat business sebagai satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dalam aktifitas organisasi;
• Kami percaya bahwa semua kecelakaan dan insiden bisa dicegah;
• Semua lini manajemen mulai dari accountable executive sampai lini
manajer dan frontliner bertanggung jawab terhadap kinerja keselamatan bandar udara.
Komitmen Top Management, yaitu:
• Salah satu misi kami adalah keselamatan;
• Semua manajer, lini manajemen, dan pegawai bertanggung jawab terhadap
keselamatan;
• Para manajer senior dan lini manajemen secara nyata harus membuktikan
komitmennya terhadap keselamatan. Tanggung Jawab Semua Pegawai:
• Semua pegawai harus menerima tanggung jawab dan konsekuensi dari
perbuatan masing-masing;
• Semua pegawai mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
dalam pengembangan standar dan prosedur;
• Informasi keselamatan dibagi kepada seluruh pegawai
Dinamika Manajemen Penerbangan | 15
Kebijakan dan Sasaran Keselamatan
Kebijakan keselamatan harus sejalan dengan kebijakan keselamatan
penerbangan Republik Indonesia yang tercantum dalam State Safety Program (SSP),
termasuk muatan-muatannya. Misalnya jika dalam SSP termuat mengenai “just
culture” (non punitive reporting system) maka dalam kebijakan keselamatan operator
bandar udara harus juga memuat hal
tersebut. Kebijakan keselamatan ditulis dengan kalimat yang mudah dipahami oleh
setiap orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Secara garis besar
kebijakan keselamatan merupakan metode dan proses organisasi untuk mencapai
output keselamatan yang diinginkan. Kebijakan keselamatan tersebut merupakan
bentuk pernyataan “how we do business around here”.
Kebijakan keselamatan harus secara jelas menyatakan paling
sedikit hal-hal sebagai berikut:
• Komitmen senior manajemen untuk melaksanakan Sistem Manajemen
Keselamatan;
• Tugas dan tanggung jawab (responsibilities & accountabilities) dari
Corporate Head Office, General Manager/Kepala Bandar Udara, jajaran
manajer/kepala bidang, serta para pegawai;
• Komitmen untuk menyediakan SDM dan budgeting yang memadai; dan
• Cara untuk mencapai sasaran keselamatan termasuk acuan pelaksanaan
non punitive reporting system, hazard and risk management, pendidikan
dan/atau pelatihan serta cara/alat komunikasi informasi keselamatan.
Sasaran keselamatan harus specific, terukur, realistis, dan disetujui oleh
semua pihak yang melaksanakannya. Sasaran jangka panjang dan jangka
pendek keselamatan harus sesuai dengan tujuan organisasi. Sasaran
keselamatan harus merupakan hasil dari kebijakan keselamatan, merupakan
pernyataan yang transparan dan jelas menggambarkan harapan pegawai.
Kebijakan dan sasaran keselamatan tersebut ditandatangi oleh accountable
executive.
2.3 Manajemen Perubahan
Setiap terjadi perubahan dalam lingkungan kerja di bandar udara, baik
perubahan internal maupun eksternal, dibentuk suatu kelompok untuk
melakukan penilaian secara formal apakah perubahan tersebut
mempengaruhi kinerja keselamatan operasional bandar udara. Hal itu
diperlukan karena perubahan tersebut dapat:
• membawa hazard baru;
• mempengaruhi proses mitigasi risiko yang ada;
• mempengaruhi efektifitas mitigasi risiko.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 16
secara jelas dengan cara yang tepat pada beberapa kurun waktu sebelum
perubahan terjadi.
Prosedur untuk manajemen perubahan ditetapkan oleh operator bandar
udara sesuai dengan kondisi masing-masing bandar udara. Penilaian ini juga
dilakukan untuk melihat apakah perlu dilakukan perubahan pada kebijakan,
sasaran, dan tanggung jawab di organisasi jika ada dampaknya pada
keselamatan. Dalam bagian ini dijelaskan juga prosedur untuk mengambil
tindakan setelah diadakan penilaian risiko (risk assessment), termasuk
pertemuan dengan Safety Action Group (SAG) dan Safety Review Board
(SRB).
Struktur Organisasi
Diisi dengan struktur organisasi yang jelas dan mencantumkam adanya safety
manager/officer dengan jalur komunikasi langsung kepada accountable
executive, beserta daftar contact person.
Dalam struktur organisasi ini, disebutkan dengan jelas siapa yang menjadi
accountable executive. Accountable executive ini harus merupakan seorang
yang mudah diidentifikasi dan bertanggung jawab penuh terhadap
pemenuhan organisasi Sistem Manajemen Keselamatan, contohnya Chief
Executive Officer (CEO) atau Chairman Board of Directors atau lainnya.
Persyaratan penunjukan accountable executive adalah:
• Mempunyai otoritas penuh dalam SDM;
• Mempunyai otoritas besar dalam bidang keuangan;
• Bertanggung jawab penuh terkait dengan permasalahan organisasi;
• Pemegang sertifikat bandar udara;
• Penanggung jawab utama masalah-masalah keselamatan di bandar udara
tersebut.
Jika manual Sistem Manajemen Keselamatan ini jadi satu dengan aerodrome
manual, tidak perlu ada duplikasi informasi, cukup diberi keterangan bahwa
informasi ini menunjuk pada bagian berapa di aerodrome manual.
• menyatakan komitmennya secara nyata pada keselamatan dan
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan;
• menetapkan kebijakan dan standar keselamatan operasi bandar udara;
• memupuk keterlibatan dan partisipasi pada Sistem Manajemen
Keselamatan;
• mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan;
• memfasilitasi kelancaran informasi keselamatan.
Dalam organisasi, komitmen senior manajemen diwujudkan dalam:
• penunjukan safety manager/officer;
• membuka komunikasi tentang keselamatan;
• menyediakan sumber daya yang cukup untuk mengatasi masalah
keselamatan.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 17
Tanggung Jawab CEO/GM/Kepala Bandar Udara
CEO/GM/Kepala Bandar Udara bertanggung jawab terhadap kinerja terkait
dengan:
• penetapan/pengembangan visi, misi, kebijakan, dan sasaran operasional;
• penetapan/penandatangan kebijakan keselamatan;
• penetapan ukuran kinerja keselamatan secara khusus oleh tiap-tiap divisi;
• penetapan tanggung jawab keselamatan dari tiap-tiap manajer;
• menyediakan suasana lingkungan kerja yang membuat safety
manager/officer dapat melaporkan perihal keselamatan tanpa rasa takut
atau tertekan;
• mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan;
• memastikan setiap divisi operasional mengembangkan, menjaga, dan
melaksanakan rencana pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan
termasuk AEP;
• memastikan bahwa setiap kontraktor melakukan penilaian risiko sebagai
bagian dari risk assessment;
• menyelesaikan perbedaan yang terjadi di antara para manajer;
• melakukan review dan evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan secara berkala.
Safety Manager/Officer bertanggung jawab untuk:
• mereview dan merevisi Sistem Manajemen Keselamatan;
• melakukan bimbingan perihal keselamatan pada para manajer dan
pegawai;
• menjaga pelaksanaan sistem pelaporan untuk identifikasi hazard;
• monitor kemajuan laporan keselamatan untuk memastikan bahwa setiap
bahaya diproses lebih lanjut;
• menyiapkan umpan balik / laporan terkait isu keselamatan;
• melaporkan semua kecelakaan dan insiden sesuai dengan persyaratan
peraturan;
• mendistribusikan informasi keselamatan yang relevan dan up to date
kepada pegawai dan manajemen
identifikasi pelatihan keselamatan yang diperlukan sesuai dengan topik
keselamatan.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 18
Safety Manager/Officer harus:
• memenuhi semua prosedur yang terkait dengan kontrol hazard;
• memenuhi semua prosedur terkait dengan AEP;
• melaporkan semua hal yang dianggap perlu mengenai pemenuhan
standar dan peraturan;
• mengambil langkah korektif dan/atau peringatan jika terdapat hal-hal yang
dapat membahayakan keselamatan operasional;
• mendiskusikan dengan manajemen senior melalui Safety Action Group
terhadap hazard yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan
Dalam struktur organisasi operator bandar udara harus menunjukkan adanya
garis komunikasi langsung antara Safety Manager/Officer dengan accountable
executive. Safety Manager/Officer mempunyai otoritas untuk membuat keputusan dan
mengalokasikan sumber daya terkait dengan investigasi dan penanganan hazard,
insiden, dan kecelakaan sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh CEO/GM/Kepala
Bandar Udara. Safety Manager/Officer bertanggung jawab terhadap operasi keseharian
Sistem Manajemen Keselamatan. Tergantung dari besaran organisasi di tiaptiap
bandar udara, safety manager/officer dapat berupa pegawai penuh atau merupakan
tanggung jawab tambahan terhadap tugas yang sudah ada. Demikian juga sebaliknya
safety manager juga bisa mempunyai beberapa orang asisten tergantung dari besar
organisasi bandar udara.
Anggota dari SAG ini merupakan para manajer yang terkait dengan
operasional bandar udara, para supervisor, dan front line personnel, dengan
mengintegrasikan komite keselamatan yang sudah terbentuk di bandar udara
masing-masing seperti, runway safety action team, airport safety committee,
ramp safety committee, dll.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 19
BAB 5
MANAJEMEN RESIKO
Setiap pegawai bertanggung jawab untuk melakukan identifikasi hazard dan
melaporkan kepada Safety Manager/Officer. Format pelaporan hazard seperti pada
Apendiks D dengan hazard checklist seperti pada Apendiks F untuk melihat apakah
ada penyebab kemungkinan hazard yang terjadi di setiap prosedur operasional bandar
udara. Para pegawai yang terkait dengan operasional diberikan pelatihan identifikasi
hazard dan pelaporannya.
Identifikasi hazard yang ada di Bandar Udara ………….. dilakukan
berdasarkan:
• Pelaporan
• Inspeksi gabungan
• Audit
Safety Manager/Officer bertanggung jawab untuk melakukan penilaian lingkungan
kerja dalam rangka identifikasi hazard yang ada maupun yang secara potensial bisa
menjadi hazard.
Analisa risiko merupakan proses melakukan perkiraan probabilitas dan konsekuensi
dari tiap-tiap hazard sehingga semua risiko dipahami dan diurutkan prioritasnya.
Setelah dilakukan penilaian hazard, Safety Manager/Officer akan membuat prioritas
risiko serta penanganannya. Dalam hal ini Safety Manager/Officer dapat melibatkan
Safety Action Group untuk membuat prioritas risiko dengan proses manajemen risiko
beserta langkah mitigasi yang diambil dan penugasannya. Hasil dari prioritas dan
proses mitigasi didokumentasikan.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 20
Kesiapan JAL Meraih Keuntunga Masa 50 tahun
Maskapai penerbangan JAL ( japan Airlines ( JAL ) adalah salah satu raksasa
penerbangan komersial terbesar di Asia versi IATA, baik operasi angkutan
penumpang maupun barang. Keberhasilan JAL sebagai salah satu jembatan udara
golbal memiliki catatan sejarah yang panjang. Berangkat dari puing – puing
reruntuhan perang dunia II, JAL mampu memberikan kontribusi besar dalam
mengangkat kembali kehidupan ekonomi dan gengsi masyarakat jepang yang luluh
lantah akibat pemboman Hiroshima dan Nagasaki.
Berangkat dari sosok penerbangan perintis, yang melayani satu dua kota dijepang.
Lebih unik lagi bayang – bayang dan tekanan penguasa pendudukan, AS dan
sekutunya yang memberlakukan berbagai persyaratan ketat, ternyata tak mampu
menghadang laju keberhasilan maskapai penerbangan ini dalam bisnis penerbangan
udara. Keberhasilan JAL tak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan manajemen
JAL saat itu. Dengan visi dan misi mengutamakan keselamatan dan pelayanan, JAL
berhasil mencapai tujuan sebagai salah satu penerbangan yang termaju di dunia.
Keberanian melakukan terobosan, kreatif dan inovatif terhadap pelayanan serta
mengutamakan pelanggan adalah dari kunci sukses JAL. Ketika mendapat kesempatan
penerbangan internasional JAL dengan resiko rugi namun memiliki prospek cerah
kedepan, berani mengambil jalur baru transitif dengan hanya mengangkut satu sampai
lima penumpang san Frasisco. Padahal penerbangan manca negara saat itu dilayani
banyak maskapai penerbangan besar seperti Pan Am SAS. Meski tanpa penumpang
JAL tak patah arang lalu membuka jalur Hongkong yang kemudian mencatatkan
lembar tak kurang dari 173 kota dan 29 negara.
Naluri bisnis yang prospektif dilanjutkan dengan pelayanan yang inovatif dan kreatif.
JAL mencatat sebagai urusan perusahaan penerbangan yang pertama kali
memperkenalkan dan menggunakan pakaian nasional jepang, kimono. Semula
dianggap tidak praktis karena menyulitkan penumpang dengan cara pakaianya. Istri
direktur utama JAL saat itu beperan dalam merancang kimono sehingga dapat
digunakan secara praktis oleh penumpang.
Maskapi JAL bisa dikatakan besar karena baru satu – satunya perusahaan penerbangan
Jepang. Namun, kelompok usaha ini secara resmi belum mendapat ijin untuk
mengoperasikan dan memiliki pesawat. Upaya JAL untuk brkembang saat terbatas,
baik marketing, penjualan tiket dan kargo maupun pengaturan penanganan darat.
Operasi penerbangan dan perawatan masih dilakukan oleh personel maskapi
penerbangan Nothwest Airlines.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 21
BAB 6
STRATEGI BISNIS PENERBANGAN DALAM MENJAWAB TANTANGAN
Perkembangan industry golbal menuntut setiap lembaga bisnis untuk selalu
dalam keadaan sehat, efisien dan fokus pada kompetensi usahanya ( core competence
). Demikian halnya dengan industry jasa penerbangan. Globalisasi dapat menjadi
penghambat bagi banyak perusahaan penerbangan yang tidak siap. Namun dibalik itu,
globalisasi sejatinya menawarkan tantangan bagi perusahaan yang jeli melihat
peluang. Kuncinya adalah kesiapan untuk melakukan perubahan sesuai tuntutan bisnis.
Industri penerbangan harus terus bergerak secara dinamis. Perkembangan yang
terjadi saat ini mengarah pada pergeseran paradigma bisnis, dari semula berciri
tradisional menuju pola bisnis yang lebih modern. Ada tiga model bisnis yang dikenal
dalam industri jasa penerbangan, yakni Traditional Airline Model Virtual Airline
Model dan Aviation Model.
Dalam Traditional Airlines Model, perusahaan penerbangan memiliki berbagai
unit pendukung dan dikelola sendiri. Model ini menyebabkan biaya yang lebih besar,
meski memberikan wewenang penuh pada perusahaan penerbangan untuk
mengendalikan kebijakan dan kegiatan operasional pendukung yang dimiliki tersebut.
Model kedua yang bisa diterapkan yakni Virtual Airlines Model. Model ini pertama
kali diperkenalkan secara resmi oleh sebuah perusahaan penerbangan Eropa pada
pertengahan tahun 90-an sebagai solusi atas kritis yang menuntut efisiensi biaya.
Prinsipnya adalah sebuah model bisnis dimana sebuah perusahaan penerbangan
melakukan outsource terhadap beberapa atau seluruh fungsi / pelayanannya.
Mengenai fungsi atau pelayanan yang dapat di oursource mencakup kegiatan
yang tidak langsung berkaitan dengn proses penerbangan. Namun bila ada fungsi atau
pelayanan yang dapat diproduksi lebih murah oleh pihak ketiga, maka fungsi atau unit
tersebut sebaiknya di outsource. Dalam kaitan ini kepemilikan saham dari perusahaan
penerbangan adalah minoritas atau bahkan zero, sehingga produk inti ( core airline )
tidak bisa melakukan kontrol terhadap kebijakan maupun kegiatan operasional unit
usaha tersebut. Namun keuntungannya adalah dapat meminimalisasi biaya.
Model ketiga disebut Aviation Business Model, yakni model bisnis perusahaan
penerbangan yang memiliki unit bisnis pendukung produk inti, serta menghasilkan
pendapatan dari konsumen yang lain. Model bisnis inilah yang tengah diterapkan oleh
Garuda Indonesia sementara beberapa perusahaan penerbangan internasional lain juga
menerapkannya antara lain Lutfthansa, Singapore Airline Swissair.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 22
Budaya Smile and Care
Industri jasa penerbangan adalah merupakan “people based service industry “. Sumber
daya manusia merupakan subjek atau faktor yang sangat berperan dalam mendukung
teriptanya pelayanan atau produk yang berkualitas bagi para pengguna jasa. Smile and
Care merupakan nilai – nilai yang diharapkan akan dapat menjadi arah dan pedoman
bagi setiap insan Garuda di dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya sehari – hari.
Nilai – nilai yang terkandung dalam icon tersebut adalah tulus ikhlas, motivasi,
inovatif, kesetiaan, saling memahami dan mengerti, mulia atau terhormat, kecakapan
dan komitmen, penuh perhatian, dapat diandalkan dan dihargai, serta efektif dan
efisien.
Nilai – nilai dalam smile care sebenarnya adalah merupakan nilai – nilai dari budaya
timur dan nilai tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap insan
Garuda yang bekerja pada lingkungan dimana manusia merupakan titik pusat kegiatan,
atau dikenal sebagai “ people based service industry “. Hal ini merupakan konsekuensi
logis dari karakteristik industri jasa angkutan udara dimana memindahkan penumpang
atau barang dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi merupakan suatu jasa yang bersifat
menghibur.
Smile atau senyum merupakan karunia Tuhan yang tidak memerlukan biaya untuk
melakukanya, namun apabila dapat diterapkan oleh setiap insan Garuda dalam
melaksanakan kegiatan dan hubungan kerjanya, baik dengan sesama rekan kerja
maupun para pengguna jasa hal tersebut akan dapat memberikan hasil yang positif
bagi para perusahaan.
Para karyawan Garuda sebenarnya mendapatkan nafkah bukanya dari perusahaan,
nmaun sebenarnya berasal dari para pengguna jasa yang setia menggunakan jasa
Garuda Indonesia. Senyum yang disertai dengan rasa ketulusan, pengertian yang
mendalam akan menjadi kekuatan bagi setiap insan dalam melakukan hubungan antar
manusia, khususnya dalam lingkungan kerja yang berbabis pada sumber daya
manusia.
Salah satu nilai yang dikembangkan agar menjadi kesadaran dan sikap para insan
Garuda adalah senyum kita dan dapat membuat lingkungan kita tersenyum pula.
Dalam melakukan hubungan dengan sesama rekan sekerja. Melayani para pengguna
jasa menerima kritik dan saran, hendaklah senantiasa dilaksanakan dengan senyum
dan penuh ketulusan. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila setiap karyawan Garuda
merupakan insan – insan yang kompeten dan ditunjang dengan cukup tersedianya
sarana dan prasarana.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 23
Pengembangan dan penghayatan nilai – nilai tersebut dimulai dari keteladanan atasa.
Atasan diharapkan mampu membangkitkan semangat dan meniptakan suasana kerja
dan kerja sama yang menghasilkan sinergi. Kepedulian merupakan faktor yang sangat
penting dalam membangun team work. Oleh karena itu saat ini sikap peduli terhadap
pekrjaan, rekan sekerja, bawahan, dan terlebih lagi kepada para pengguna jasa sangat
ditekankan dan dikembangkan di antara seluruh jajaran dalam perusahaan.
Para karyawan senantiasa diingatkan, peduli terhadap diri sendiri berarti setiap
karyawan Garuda harus melaksanakan tugas dan pekerjaan yang menjadi tugas dan
tanggung jawab dengan sebaik mungkin. Peduli terhadap rekan sekerja berarti selalu
siap untuk memberikan bantuan dan memberikan kemudahaan kepada sesama rekan
kerja. Peduli terhadap pengguna jasa, berarti selalu siap untuk tampil atau hadir untuk
memberikan bantuan, pelayanan dan perhatian kepada setiap pengguna jasa yang
memerlukan bantuan kita.
Dalam bisnis jasa penerbangan, manusia merupakan sentral kegiatan, tidak ada tempat
bagi individu yang tidak peduli atau bersikap acuh tak acuh terhadap pelayanan,
lingkungan kerja, dan perusahaan. Pada masa lalu Garuda memiliki paradigma bahwa
ujung tombak kegiatan usaha adalah para mitra usaha sehingga berbagai strategi lebih
diarahkan untuk memberikan kemudahan – kemudahan kepada para mitra usaha
Garuda tersebut.
Paradigma ini pada dasarnya tidaklah keliru, namun demikian pada akhirnya para
pengguna jasalah yang menentukan keberhasilan hidup perusahaan sehingga program
– program perusahaan selanjutnya, lebih diarahkan dan dilandasakan pada
kepentingan dan kebutuhan para pengguna jasa. Langkah ini antara lain dilaksanakan
dengan menetapkan hal – hal lebih mendasar seperti menetapkan budaya perusahaan
yang berlandasakan kepada nilai – nilai ketimuran yaitu smile and care.
Dengan landasan sikap dan perilaku “ slime adn care “ ini kiranya Garuda akan dapat
terus mampu bertahan dan siap menghadapi tantangan persaingan industri jasa
penerbangan di masa – masa mendatang.
Semangat baru Merapti Baru,bukan sekadar slogan dan impian. Tetapi sebuah tekad
dan tantangan, sebagaimana visinya untuk menjadikan maskapi penerbangan Merpati
Nusantara Airlines ( MNA ) sebagai pilihan utama masyarakat dalam industri jasa
agkutan penerbangan. Sosok merapti baru yang mulai dicanangkan manajemen MNA
pada hari kemerdekaan RI ke – 58. Bagi perusahaan penerbangan nasional terbesar di
dunia ini, tak ada pilihan lain jika ingin keluar dari krisis dan meraih masa depan
dengan menempatkan Merpati sebagai jembatan udara yang utama kecuali tampil baru
dengan semangat baru.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 24
Dalam satu dekade ini, indsutri penerbangan berjadwal domestik menunjukkan
perubahan yang sangat luar biasa. Yang ditandai dengan fluktuasi tarif penerbagan
penumpang, meluasnya wilayah persaingan dan hilangnya loyalitas konsumen yang
disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang menerapkan sistim penerbangan yang
dijalankan banyak perusahaan penerbangan. Tak sedikit perusahaan penerbangan yang
dijalankan terpuruk, bahkan terpaksa gulung tikar dan tersingkir dari bisnis jasa
angkutan udara karena tak mampu bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain.
Konsep Pelayanan yang Tak Berdinding
Pelayanan yang diberikan merpati pasca 2002 harus diakui mewah tapi tberdinding.
Penumpang merasa dirumah sendiri dengan sentuhan yang genuine melalui cbin crew,
ticketing, dan frontliner. Sebagai SDM terdepan dalam menyenangkan seseorang.
Filosofi disosialisasikan mulai dari pejabat yang paling atas hingga kepada bawahan.
Sebagai perusahan pelayanan publik Merpati menyadari bahwa Senyum merupakan
obat mujarab yang mampu mnejawab semua tantangan artinya ditengah kesulitan
yangmendera suasana ketidakpastian dan kekhawatiran Merpati masih memiliki
senyum.
Merpati juga menawarkan harga tiket yang flesibel dan variatif dengan pendekatan
yang berbeda – beda. Misalnya harga tiket Jakarta dengan Yogyakarta atau Bengkulu.
Pada prinsipnya harga tiket itu sangat elastis pada satu titik. Naik turunya harga sangat
tergantung dari jumlah orang.
Sedangkan untuk dapat kompetitif dengan airlines lain saat terjadi penurunan tarif
pada masa low season, maka mau atau tidak harus dilakukan subsidi dilang dari rute
lain yang menguntungkan serta mengurangi beberapa rute pelayanan penerbangan
tetapi tetap memberikan harga yang sesuai dengan harga pokok rill dan mampu
menjamin keselamatan penerbangan serta tidak mengobankan pelayanan kepada
pelanggan.
Satu hal yang senantiasa mendapat perhatian besar dari manajemen adalah belajar dari
pengalaman agar penampilan MNA tidak bisa dtiru perusahaan penerbangan lain. Baik
software maupun sistemnya. Penampilan menjadi model tiruan bagi perusahaan
terbesar kedua di tanah air ini selalu menjadi model tiruan lagi bagi perusahaan
penerbangan baru. Apa yang saat itu dilakukan MNA, keesokharinya langsung dikopi
oleh para pesaing. Itu sebabnya manajemen Merpati menyiasati dan menyikapi
pengalaman buruk masa lalu itu dengan produk yang tidak bisa ditiru pesaing. Cara
yang dipandang efektif bagi MNA untuk dapat eksis dan survive ke depan, paling
tidak sedang di pikirkan dan dirancang dengan sebaik mungkin.
Dinamika Manajemen Penerbangan | 25
ANALISIS
DARI sekian juta pebisnis Indonesia, hanya segelintir yang mau terjun di dunia
penerbangan. Bisnis padat modal ini memang mempunyai
karakteristik tersendiri. Majalah Air Transport World Magazine
edisi Januari 2004 menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir
bisnis penerbangan dunia mengalami kerugian sampai Rp 250
trilyun. Kendati demikian, tidak semua maskapai bernasib sial
seperti itu. Dengan mengedepankan konsep penerbangan
berbiaya rendah (low cost carrier), sejumlah maskapai di Asia
Pasifik, termasuk di Indonesia, mampu bertahan. Bagaimana
mereka bisa eksis dan bagaimana kiat-kiat para Chief
Exsecutive Officer-nya bisa ditemukan dalam buku "Dinamika
Manajemen Penerbangan" (Dynamic of the Airlines
Manajement) ini. Sejumlah kisah sukses dalam membenah
perusahaan penerbangan tersaji dalam buku yang dirangkum
Kriston Rasmanto ini.
Sebuah perusahaan yang nyaris bangkrut mampu dikendalikan secara bertahap
sehingga bugar kembali. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa pada era Orde Baru,
nyaris semua BUMN mengalami inefisiensi. Selain karena performa internal yang
diwarnai KKN, juga karena kerap menjadi "sapi perahan" para penguasa. Tidak
terkecuali perusahaan penerbangan, sebutlah misalnya Garuda Indonesia dan Merpati.
Wahyu Hidayat, Chief Eksecutive Officer (CEO) dan Presdir PT Pelita Air Service
secara gamblang mengemukakan pengalamannya "membenah" Merpati yang nyaris
bangkrut. Merpati Nusantara Airlines (MNA) mempunyai utang sampai Rp 1,8 trilyun
(posisi buku 1998), jadwal penerbangannya kacau sehingga citranya menurun serta
banyaknya "permainan" yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Berkat
sentuhannya, secara bertahap sayap Merpati bisa mengepak kembali walau untuk itu.
(hal.18-31).
Wahyu Hidayat juga mengemukakan semacam "resep" agar negara tidak selalu
dibebankan oleh BUMN. "....adalah lebih baik, bila menajemen baru di perusahaan
yang merugi diberi keleluasaan untuk memikirkan dan memperbaiki kinerjanya
sendiri. Dengan demikian, dana pemerintah yang sudah sangat terbatas, sebaiknya
digunakan untuk pos-pos lain yang jauh lebih penting dan dinikmati rakyat banyak,"
papar Wahyu. (hal. 31).
Robby Johan, mantan Presiden Komisaris PT Garuda Indonesia yang ikut menulis
dalam buku ini juga menekankan hal yang sama. Ketika dia dipercaya memimpin
Garuda, Robby melakukan "pembersihan". Bahkan sebelum diangkat menjadi CEO,
Dinamika Manajemen Penerbangan | 26
dia menyampaikan sejumlah persyaratan. Kalau disepakati, barulah dia mau
membenah BUMN yang sedang megap-megap itu. Pesyaratannya antara lain,
manajemen Garuda harus lepas dari campur tangan yang berlebihan dari orang "luar"
termasuk dari birokrasi dan pemegang saham (hal.113).
Para penakluk dirgantara dari perusahaan penerbangan yang lebih berumur juga ikut
berbagi pengalaman dalam buku ini. Tak kurang dari Isao Kaneko (Chairman & CEO
Japan Airlines Co.Ltd), Dato'Md Nor Md Yosof (CEO Malaysia Airlines), dan
Geoffrey Brown (GM Qantas/British Airways Jakarta). Tak ketinggalan CEO Bouraq
Airlines Indonesia Danny Ricard Sumendap dan CEO MNA Hotasi Nababan. Dengan
runut mereka mengemukakan berbagai tantangan yang dihadapi dalam membenah
perusahaann yang mereka pimpin. Bukan hanya dalam masa kepemimpinan mereka,
tetapi juga pasang-surut perusahaan sejak berlaga dalam bisnis yang berwatak padat
modal ini.
Sementara itu para pemimpin maskapai pendatang baru seperti Lion Air serta Star Air
dan Air Paradise Internasional -- satu-satunya benerbangan yang ber-base camp di
Bali -- juga menumpahkan kiat-kiatnya. Setelah menemukan keunggulan komparatif
yang pantas diandalkan, mereka akhirnya mengangkasa. Sebagaimana cuaca di
angkasa yang sulit ditebak, memang harus dilihat dulu perkembangan mereka ke
depan. Namun untuk sementara, Rusdi Kirana (Lion Air), Ale Sukiarto (Star Air) dan
I Made Wiranata (API) mampu membawa perusahaannya survive.
Buku ini tak hanya menyajikan strategi dan kiat. Penulisnya, Kriston Rasmanto,
memperkaya sajian dengan mengaitkan relasi yang erat antara dunia penerbangan dan
pariwisata, khususnya pariwisata Bali. Sementara Ricard Stirland, Direktur Asosiasi
Penerbangan Asia Pasifik yang mengisi halaman awal buku ini, menuliskan prospek
bisnis penerbangan di dunia. Isu lingkungan yang relevan dengan penerbangan juga
dibahasnya.
Menariknya, konsep low cost carrier diperdebatkan secara terbuka dalam buku ini.
Atau lebih tepatnya dipersepsikan secara berbeda oleh para CEO sehingga menambah
wawasan bagi pembaca, khususnya bagi peminat manajemen dan praktisi
penerbangan. Rusdi Kirana, CEO Lion Air menyebutnya sebagai "rasionalisasi" dari
harga yang selama ini tidak wajar. "....pemberlakuan tarif yang sangat terjangkau itu
bertolak dari pandangan filosofis Lion Air tentang masyarakat konsumen yang
sesungguhnya berdaulat (consumer sovereignty)," papar Rusdi Kirana, CEO Lion Air.
(hal.129).
Sedangkan Wahyu Hidayat, CEO Pelita Air berpandangan, low cost carrier dalam
perusahaan penerbangan susah didefenisikan. Di Indonesia, low cost dimaksud
sebenarnya hanya terdapat pada komponen biaya SDM. Sejauh jumlah SDM yang
digunakan ramping dengan tingkat produktivitas dan keahlian kerja yang tinggi serta
jujur, bisa menghemat banyak. Di luar bahan bakar, katering dan SDM, hampir semua
Dinamika Manajemen Penerbangan | 27
pembiayaan di perusahaan penerbangan selalu dihitung dengan dolar. Jadi low cost
carrier sebenarnya identik dengan efisiensi dalam industri jasa penerbangan. (hal.34).
Analisis pakar manajemen Rhenald Kasali dalam buku yang dieditori wartawan senior
Simson Ginting ini seolah menjadi "penengah". Dengan berani Rhenald membuat
konklusi bahwa kunci sukses dalam pengelolaan bisnis penerbangan sangat
bergantung pada "Who", siapa yang memimpin dan bukan pada "What", sistem yang
dibangun. (hal.58). Simpulan yang agak "menyimpang" dari teori manajemen ini
tampaknya hasil amatan empiris dan bukan sekadar jastifikasi nubuat texbook.
Sayangnya, keasyikan pembaca akan sedikit terganggu karena dalam buku ini juga
ditemukan kesalahan teknis, baik dalam istilah maupun struktur kalimat. Misalnya
"load factor" ditulis "loud factor" terjadi berulang-ulang (hal.175-176). Namun,
kesalahan teknis ini sama sekali tak akan mengurangi bobot isi buku yang kebetulan
terbit pada momentum yang masih hangat dengan peringatan seabad penerbangan
dunia.