makalah limbah.docx

Upload: rully-afis-hardiani

Post on 13-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAHELEKTROKOAGULASI

Oleh :An Nisaa Fithriasari 1231410068DifaUs Sidqi 123141Dwi Novitasari 1231410111Romy Prasetyo Hadi 1231410103Rully Afis Hardiani 1231410045

JURUSAN TEKNIK KIMIAPOLITEKNIK NEGERI MALANG2014KATA PENGANTARSegala puji bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam juga kami persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta pengikutnya sampai akhir zaman.Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah di masa yang akan datang.Dalam penyelesaian makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing kami. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada1. AAA2. BBBBselaku dosen pembimbing mata kuliah Pengolahan Limbah atas semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada kami, semoga mendapatkan imbalan yang terbaik dari Allah SWT. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna baik bagi kami maupun bagi pembaca, Amin.

Malang, 12 Juni 2014 Penyusun

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangPada era sebelum dan bahkan setelah globalisasi ini pemakaian bahan kimia sebagai bahan utama maupun bahan pembantu pada proses pengolahan limbah harus benar-benar dipertimbangkan karena beban pencemaran lingkungan semakin mengkhawatirkan. Penggunaan bahan kimia selektif hanya dianjurkan pada pengolahan limbah yang memiliki kontaminan logam berat cukup tinggi dan dianjurkan pada proses recovery.Pengelohan kimia pada pengolahan limbah cair biasanya hanya mampu mengatasi persoalan limbah dengan karakteristik tertentu, sehingga limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kimia biasanya masih mengandung sedikit logam berat dan zat padat terlarut, sehingga limbah belum dapat dibuang ke lingkungan. Dengan adanya logam berat yang masih terkandung dalam limbah tersebut, maka diperlukan pengolahan limbah yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan logam berat yang masih ada di dalam limbah. Salah satu cara pengolahan limbah tersebut adalah dengan metode Elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi merupakan metode yang mampu menyisihkan berbagai jenis polutan dalam air, yaitu partikel tersuspensi, logam-logam berat, produk minyak bumi, warna pada zat pewarna, larutan humus, dan deflouridasi air. Metode ini mempunyai kelebihan yaitu nilai efisiensinya cukup tinggi dan tidak diperlukan penambahan bahan kimia. Metode tersebut terbukti dapat menurunkan kekeruhan dan warna, seperti pada penelitian Purbaningsih (2008), pasangan elektroda besi (Fe) sebagai anoda dan karbon (C) sebagai katoda dapat menurunkan parameter kekeruhan sebesar 91,5% dan parameter warna sebesar 88,7% menggunakan reaktor batch, demikian juga pada penelitian Herawati (2008), diperoleh penurunan kekeruhan sebesar 71,16% pada pengolahan limbah cair menggunakan aliran kontinyu.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana pengaruh besarnya tegangan terhadap pengolahan limbah?2. Bagaimana pengaruh konsentrasi koagulan terhadap pegolahan limbah?3. Bagaimana pengaruh jenis koagulan terhadap hasil pengolahan limbah?4. Bagaimana analisa turbidity dan TSS (Total Suspended Solid) limbah sebelum dan sesudah diolah?

1.3 Manfaat dan Tujuan1. Untuk mengetahui pengaruh tegangan terhadap pengolahan limbah dengan metode elektrokoagulasi.2. Untuk mengetahui pengaruh dan jenis koagulan terhadap pengolahan limbah dengan metode elektrokoagulasi.3. Untuk mengetahui pengaruh jenis koagulan yang digunakan pada pengolahan limbah dengan metode elektrokoagulasi.4. Untuk mengetahui dan melakukan analisa kekeruhan (turbidity) dan TSS (Total Suspended Solid) terhadap limbah sebelum dan sesudah diolah dengan metode elektrokoagulasi.5. Untuk mencari kondisi operasi optimum yang menghasilkan kandungan polutan hingga memenuhi baku mutu yang disyaratkan.

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Air Limbah2.1.1 Definisi Air LimbahAir limbah juga dikenal sebagai sewage, mula-mula dari limbah rumah tangga, manusia, dan binatang, tapi kemudian berkembang, selain dari sumber-sumber tersebut, air limbah juga berasal dari kegiatan industry dan infiltrasi air bawah tanah. Air limbah pada dasarnya 99,94% berasal dari sisa kegiatan dan 0,06% berasal dari material terlarut oleh proses alam. (Lin, S. 2001).

2.1.2 Karakteristik Air LimbahKarakteristik air limbah umumnya terbagi kedalam fisika, kimia, dan biologi. Sifat fisika, kimia dan biologi air limbah sangat penting untuk keperluan desain, operasi, dan menejemen pengumpulan, pengolahan, dan penimbunan air limbah. Karakteristik ini sangat tergantung pada sumber kegiatan penghasil air limbah tersebut, apakah itu masyarakat, industri, atau komoditi lain.

a) Sifat Fisika Air LimbahTemperatur dan zat padat pada air limbah adalah faktor penting untuk proses pengolahan air limbah. Temperatur mempengaruhi reaksi kimia dan aktivitas biologi. Zat padat, seperti total suspended solid (TSS), volatile suspended solid (VSS), settleable solid, mempengaruhi teknik pengoperasian dan ukuran unit pengolahan. Zat padat terdiri dari material tersuspensi dan terlarut didalam air limbah. Zat padat terbagi kedalam beberapa fraksi dengan konsentrasi tertentu yang dapat berguna bagi proses pengolahan. Total solid (TS) adalah jumlah total solid tersuspensi (TSS) dan total solid terlarut (TDS). Masing-masing dari TSS dan TDS dapat dibagi lebih lanjut menjadi fraksi volatile dan campuran. Total Solid adalah material tertinggal pada proses evaporasi setelah pengeringan selama satu jam. Total Suspended Solid adalah material yang tidak tersaring. Total suspended solid adalah parameter penting untuk pengolahan dan sebagai standar acuan keberhasilan sistem pengolahan.

b) Sifat Kimia Air LimbahZat padat terlarut dan tersuspensi pada air limbah mengandung material organik dan anorganik. Material organik terdiri dari karbonat, lemak, minyak surfaktan grease, protein, pestisida, senyawa-senyawa kimia pertanian dan senyawa organik volatile, serta senyawa kimia racun lain. Material anorganik terdiri dari logam berat, nitrogen, phosphor, pH, alkanity, chloride, sulfur, dan polutan anorganik lain. Material gas masing-masing CO2, N2, O2, H2S, CH4 juga terdapat pada air limbah.

c) Sifat Biologi Air LimbahMikroorganisme yang terdapat pada air limbah adalah bakteri, jamur, protozoa, tumbuhan-tumbuhan mikroskopik, binatang, dan virus. Banyak mikroorganisme (bakteri, protozoa) berhubugan langsung dan menguntungkan untuk proses pengolahan biologi air limbah. (Lin, S. 2001)

2.1.3 Pengolahan Air Limbah berbasis LogamPengolahan air limbah dapat dilakukan secara fisika, kimia, elektrokimia, dan biologi. Jenis pengolahan yang digunakan tergantung dari karakteristik senyawa-senyawa yang ada pada air limbah.Pengolahan secara fisika didasarkan pada karakteristik fisika dari air limbah, dilakukan dengan cara sedimentasi, filtrasi, adsorpsi, evaporasi, penukaran ion, dan pemisahan menggunakan membran.Partikel-partikel padat dalam bentuk padatan tersuspensi dalam air limbah dapat diendapkan secara langsung berdasarkan gaya berat dan ukuran partikel. Ukuran partikel yang kecil sulit mengendap, sehingga diperlukan penambahan koagulan sepeti tawas (Alum), ferrisulfat, Poli aluminium klorida (PAC = Poly Aluminium Chloride). Dengan penambahan koagulan partikel-partikel kecil yang sulit mengendap akan menempel pada flok koagulan dan selanjutnya dapat mengendap.Pengolahan dengan bantuan mikrobiologi dapat dilakukan untuk jenis air limbah yang mengandung senyawa organik mudah terurai (degradable). Senyawa-senyawa organik akan terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana. Adanya logam berat seringkali merupakan racun bagi mikroba, sehingga perlu dilakukan pengolahan pendahuluan dengan cara fisika sebelum dilakukan pengolahan secara biologi (Purwanto, 2005)2.2 ElektrokimiaElektrokimia adalah peistiwa kimia yang berhubungan dengan energi listrik. Prinsip dasar reaksi pada elektrokimia adalah reaksi reduksi oksidasi (redoks), reaksi tersebut terjadi pada suatu system sel elektrokimia. Ada dua jenis sel elektrokimia yaitu Galvanis dan Sel Elektrolisis.Sel Galvanis dan Sel Elektrolisis adalah inti dari suatu proses elektokimia. Pada sel elektrolisis elektroda yang berfungsi sebagai penghantar listrik adalah anoda, sehingga terjadi suatu pelarutan material anoda menghasilkan kation logam (M+). Elektrolisis air merupakan reaksi samping yang menghasilkn gas hidrogen pada katoda dan oksigen pada anoda. (Purwanto, 2005)2.3 ElektrokoagulasiKoagulasi dan flokulasi adalah metode tradisional pada pengolahan air limbah. Pada proses ini bahan koagulan seperti alum atau ferriklorida dan bahan aditif lain seperti polielektrolit ditambahkan dengan dosis tertentu untuk menghasilkan persenyawaan yang berpartikel besar sehingga mudah dipisahkan secara fisika. Ini merupakan proses dengan tahap yang banyak sehingga memerlukan area lahan yang luas dan ketersediaan bahan kimia secara terus-menerus. Elektrokoagulasi adalah metode pengolahan yang mampu menjawab permasalahan tersebut. (Peter, H. 2006)Proses elektrokoagulasi terbentuk melalui pelarutan logam dari anoda yang kemudian berinteraksi secara simultan dengan ion hidroksi dan gas hidrogen yang dihasilkan dari katoda. Elektrokoagulasi telah ada sejak tahun 1889 yang dikenalkan oleh Vik et al dengan membuat suatu instalasi pengolahan untuk limbah rumah tangga (sewage). Tahun 1909 di United Stated, J.T. Harries telah mematrikan pengolahan air limbah dengan sistem elektrolisis menggunakan anoda alumunium dan besi. Matteson (1995) memperkenalkan Electronic Coagulator dimana arus listrik yang diberikan ke anoda akan melarutkan alumunium kedalam larutan yang kemudian bereaksi dengan ion hidroksi (dari katoda) membentuk aluminium hidroksi. Hidroksi mengflokulasi dan mengkoagulasi partikel tersuspensi, sehingga terjadi proses pemisahan zat padat dari air limbah. Proses yang mirip juga telah dilakukan di Brittain tahun 1956 (Matteson et al., 1995) dimana anoda yang digunakan adalah besi dan digunakan untuk mengolah air sungai. Sebuah arus yang dilewatkan ke elektroda logam maka akan mengoksidasi logam (M) tersebut menjadi logam kation (M+), sedangkan air akan mengalami reduksi menghasilkan gas hidrogen (H2) dan ion hidroksi (OH-). Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:

Kation menghidrolisis didalam air membentuk sebuah hidroksi dengan spesies dominan yang tergantung pada kondisi pH larutan. Untuk kasus anoda alumunium maka reaksi yang terjadi adalah:

Kation bermuatan tinggi mendestabilisasi beberapa partikel koloid dengan membentuk polivalen polihidroksi komplek. Senyawa komplek ini mempunyai sisi yang mudah diadsorpsi, membentuk gumpalan (aggregates) dengan polutan. Pelepasan gas hidrogen akan membentuk pencampuran dan prmbentukan flok. Flok yang dihasilkan oleh gas hidrogen akan diflotasikan ke permukaan reaktor.Ada beberapa macam interaksi speies dalam larutan pada proses elektrokoagulasi, yaitu:a. Migrasi ke elektroda yang bermuatan berlawanan (electrophoresis) dan penggabungan (aggregration) untuk membentuk senyawa netral.b. Kation atau io hidroksi (OH-) membentuk endapan dengan polutan.c. Logam kation berinteraksi dengan OH- membentuk hidroksi, yang mempunyai sisi yang mengadsorpsi polutan (brigde coagulation).d. Hidroksi membentuk struktur besar dan membersihkan polutan (sweep coagulation).e. Oksidasi polutan, sehingga mengurangi toxicitinya.f. Penghilangan melalui elektroflotasi dan adhesi gelembung udara.Proses ini dapat mengambil lebih dari 99% kation beberapa logam berat dan dapat juga membunuh mikroorganisme dalam air. Proses ini juga dapat mengendapkan koloid-koloid yang bermuatan dan menghilangkan ion-ion lain, dan emulsi-emulsi dalam jumlah yang signifikan (Renk,1989; Daffey,1983; Fraco,1974).

2.4 KoagulasiKoagulasi adalah salah satu operasi fiokimia terpenting yang digunakan dalam pengolahan air. Ini adalah sebuah proses yang digunakan untuk destabilisasi dan penggumpalan partikel-partikel kecil menjadi partikel yang lebih besar. Kontaminan-kontaminan air seperti ion-ion (logam berat) dan koloid (organik dan anorganik) terdapat dalam larutan utamanya disebabkan oleh muatan listrik. Molekul koloid dapat didestabilisasi dengan cara menambahkan ion-ion yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid tersebut (Benefield, et al.,1982). Destabilisasi koloid tersebut akan menghasilkan flok dan kemudian dipisahkan dengan flotasi, sedimentasi, dan atau filtrasi.Koagulasi kimiawi telah digunakan selama puluhan tahun untuk mendestabilisasi suspensi dan untuk membantu pengendapan spesies logam yang terlarut. Alum, lime, dan atau polimer-polimer lain adalah koagulan-koagulan kimia yang sering digunakan. Proses ini cenderung menghasilkan sejumlah besar lumpur dengan kandungan ikatan air yang tinggi yang dapat memperlambat proses filtrasi dan mempersulit proses penghilangan air (dewater). Proses ini juga cenderung meningkatkan kandungan TDS dalam effluent, sehingga menyebabkan proses ini tidak dapat digunakan dalam aplikasi industri. (Benefield, 1982).Elektrokoagulasi seringkali dapat menetralisir muatan-muatan partikel dan ion, sehingga bisa mengendapkan kontaminan-kontaminan, menurunkan konsentrasi lebih rendah dari yang bisa dicapai dengan pengendapan kimiawi, dan dapat menggantikan dan atau mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang mahal (garam logam, polimer).Meskipun mekanisme elektrokoagulasi mirip dengan koagulasi kimiawi dalam hal spesies kation yang berperan dalam netralisasi permukaan, tetapi karakteristik yang dihasilkan oleh elektrokoagulasi berbeda dengan flok yang dihasilkan oleh koagulasi kimiawi. Flok dari elektrokoagulasi cenderung mengandung sedikit ikatan air, lebih stabil, dan lebih mudah disaring. (Woytowich, 1993).2.5 FlotasiProses-proses lain diperlukan untuk menghilangkan minyak bebas yang tertinggal yang tertinggal dari pemisahan secara gravitasi atau kandungan minyak teremulsikan. Flotasi merupakan salah satu metode terbaik untuk memisahkan atau menghilangkan minyak teremulsikan pada air limbah. Metode ini mampu bekerja pada konsentrasi minyak 5-100mg/L. Proses flotasi terdiri dari pipa penghasil gelembung udala yang kemudian dilewatkan pada media air limbah sehingga terjadi gaya dorong kearah permukaan. Ketika gelembung bergerak keatas, gelembung mengikat partikel padat (solid) dan minyak untuk didorong ke permukaan (Metcalf,1991).Proses flotasi jelas merupakan interaksi antara gelembug udara dengan sebuah fasa terdispersi dimana kecepatan gaya dorong keatas sangat tergantung pada gaya gravitasi dan dispersi. Flotasi juga dipengaruhi oleh konsentrasi permukaan dari fasa terdispersi dan pemakaian bahan kimia sebagai penurun tegangan antara solid dan minyak terhadap media air.Ada dua metode flotasi, udara terlarut dan udara terinduksi. Flotasi udara terlarut (Disolved Air Flotation) menghasilkan gelembung-gelembung udara melalui pengendapan udara dari sebuah larutan super jenuh. Pada flotasi udara terinduksi, gelembung udara dihasilkan melalui baling-baling mekanik, gas difusi pada media berpori-pori atau homogenits antara gas dan aliran liquid. Perbedaan utama dari kedua metode ini adalah pad ukuran gelembung udara yang dihaslkan. Pada flotasi udara terlarut, ukuran diameter gelembung udara yang dihasilkan rata-rata 10-100 mikrometer.Pada proses DAF, air limbah adalah terjenuhkan dengan udara pada kondisi bertekanan dan dilewatkan kedalam bagian peralatan flotasi pada tekanan atsmosfer. Pada tekanan rendah udara mengendap dalam bentuk gelmbung-gelembung kecil yang berinteraksi dengan fasa terdispersi yang bergerak bersamaan ke permukaan. Material terflotasi kemudian dipisahkan dengan sebuah scrapper mekanik.Proses flotasi udara terinduksi terjadi karena udara dimasukkan dan didispersikan (disebarkan) dalam tangi pemisah pada tekanan ambient. Proses flotasi udara terinduksi beroperasi pada tekanan mendekati ambient dengan gas yang terinduksikan kedalam air limbah tanpa penekanan eksternal. Semua kkontaminan terapung dan tidak diperlukan perlengkapan scrapper atau sel penghilang padatan dibagian bawah. IAF (Induksi air flotation) adalah sebuah unit dengan waktu tinggal rendah yang menggunakan udara dalam jumlah relative besar.Pemakaian bahan kimia secara prinsip pada konsep koagulan dan flokulan membantu pembentukan gelembung yang terkandung solid polutan. Partikel-partikel terflokulan lebih cepat terbentuk dan pengolahan lebih efektif. Konsentrasi solid pada proses flotasi rata-rata lebih besar 10% disbanding dengan koagulan alum, ferri klorida dan polielektrolit (Paul,1995; Walter,1981; Metcalf, 2003).Mekanisme kontak solid dengan gelembung udara dalam sistem flotasi terdiri dari pengapungan, penyerapan, dan pelekatan. Pengapungan terjadi karena ikatan antara gelembung gas dengan solid yang berlangsung secara fisik. Penyerapan berlangsung pada struktur flokulan padat tersuspensi terhadap gelembung gas. Pelekatan terjadi gaya tarik intra molekular yag digunakan pada suatu permukaan antara dua fasa dan mengakibatkan tegangan permukaan.

2.6 Turbidity (Kekeruhan)Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan supensi dari suatu bahan pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorgnik dari buangan industri, rumah tangga, budidaya perikanan dan sebagainya yang terkandung dalam perairan. ( Suraiwira 1993 )Kekeruhan dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik yang dihasilkan oleh buangan industri (Saeni 1989). Kekeruhan dapat disebabkan bahan-bahan tersupensi yang yang bervariasi dari ukuran koloidal sampai dispersi kasar.(Saeni, 1989)Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri.Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri. Dan akibatnya bagi budidaya perairan adalah dapat mengganggu masuknya sinar matahari, membahayakan bagi ikan maupun bagi organisme makanan ikan. dan juga dapat mempengaruhi corak dan sifat optis dari suatu perairan.Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi sebanding dengan peningkatan konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik dengan kecerahan. Keberadaan total padatan tersuspensi di perairan mempengaruhi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam badan air. Dan dampaknya bagi budidaya perairan adalah adanya absorbsi cahaya oleh air dan bahan bahan terlarut, pembiasan cahaya yang di sebabkan oleh bahan bahan yang melayang. Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari ke dalam badan air.

BAB IIIMETODOLOGI3.1 Batasan PenelitianPencarian kondisi operasi maksimum pengolahan limbah pada metode elektrokoagulasi3.2 Rancangan Percobaan3.2.1 Alat1. Pipet ukur 25 ml2. Beaker Glass 2000 ml3. Turbiditymeter4. Kertas saring 5. Corong6. Bak penampung7. Alat elektrokoagulasi8. Elektroda9. Power supply10. Neraca Analitik11. Spatula12. Kaca Arloji13. Erlenmeyer3.2.2 Bahan1. Air2. Air Limbah (Limbah Laboratorium)3. PAC (Poly Aluminium Chloride)3.3 Pelaksanaan Percobaan1. Air limbah diencerkan dengan ditambahkan air.2. Masukkan air limbah yang sudah diencerkan dalam alat elektrokoagulasi.3. Masukkan elektroda ke dalam air limbah yang diolah kira-kira setengah dari elektroda tercelup di dalam air limbah.4. Hubungkan elektroda yang tidak tercelup di dalam air limbah dengan adaptor yang telah dihubungkan ke arus listrik dan telah diatur besar tegangannya.5. Amati perubahan yang terjadi, kemudian ambil sampel air limbah yang diolah tersebut setiap 10 menit sebanyak 30 ml selama kurang lebih 1 jam untuk dianalisa Turbidity (kekeruhannya) dan TSS (Total Suspended Solid).6. Analisa Turbidity dilakukan dengan menggunakan alat Turbiditymeter, dan analisa TSS (Total Suspended Solid) menggunakan kertas saring.3.4 Data Pengamatan3.4.1. Kelompok 1Elektrokoagulasi 6 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

103310.260.280.02

2103220.260.270.01

3203060.260.270.01

4302990.260.270.01

5402940.260.270.01

6502520.270.270

7602320.260.270.01

Elektrokoagulasi 7.5 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

103310.260.280.02

2102770.270.280.01

3202250.260.270.01

4302010.250.260.01

5401940.260.270.01

6501860.270.270

7601740.260.270.01

Elektrokoagulasi 9 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

1055.20.270.280.01

21050.80.240.250.01

32048.30.270.280.01

43041.20.270.280.01

54037.90.270.280.01

65036.10.270.270

76033.40.250.250

Elektrokoagulasi 12 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

1055.20.270.280.01

21054.60.270.280.01

32041.10.280.290.01

43039.10.270.280.01

54037.10.270.270

65034.50.270.280.01

76033.90.270.270

3.4.2. Kelompok 2Elektrokoagulasi 3 V hari 1

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

101.121.120

21022.21.191.17-0.02

32024.31.191.190

43028.21.171.180.01

54029.81.151.180.03

65038.71.121.170.05

76036.91.081.150.07

Elektrokoagulasi 3 V hari 2

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

10181.121.140.02

21013.51.111.130.02

320161.121.160.04

43013.41.141.160.02

54015.51.131.140.01

65014.11.11.130.03

76017.31.121.130.01

Elektrokoagulasi 4.5 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

10181.121.140.02

21015.61.131.150.02

32023.11.111.120.01

430311.111.120.01

54034.51.111.170.06

65035.41.111.120.01

760411.121.150.03

Elektrokoagulasi 6 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

10181.121.140.02

21037.71.141.140

32036.91.111.130.02

43044.51.11.120.02

54031.91.111.110

65026.81.121.140.02

76043.41.111.130.02

Elektrokoagulasi 9 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

1013.11.111.120.01

21022.21.111.120.01

32024.31.161.180.02

43028.21.131.160.03

54029.81.121.160.04

65038.71.111.130.02

76036.91.071.110.04

3.4.3. Kelompok 3Elektrokoagulasi 3 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

110561.161.190.03

220561.181.210.03

330391.151.180.03

440331.191.20.01

550301.151.160.01

660261.161.180.02

Elektrokoagulasi 4.5 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

11063.81.121.230.11

22048.81.151.190.04

33038.31.131.170.04

44033.51.181.220.04

55030.91.181.20.02

66027.91.161.170.01

Elektrokoagulasi 6 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

11030.911.010.01

22050.11.011.020.01

33055.11.011.030.02

44064.31.021.050.03

55069.71.021.090.07

66064.31.061.110.05

Elektrokoagulasi 7.5 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

11047.41.061.120.06

22054.31.061.070.01

33058.11.071.110.04

44067.11.081.090.01

55059.11.061.110.05

66061.61.091.140.05

3.4.4. Kelompok 4Elektrokoagulasi 3 V

No.MenitTurbidity (ETU)Kertas saring kosongKertas saring + TSSTSS (gram)

101581.081.170.09

2101311.071.160.09

3201191.091.150.06

4301111.081.140.06

5401081.081.150.07

6501071.071.140.07

7601071.11.140.04

Elektrokoagulasi 4,5 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

101581.081.170.09

2101491.081.160.08

3201481.091.140.05

4301441.091.140.05

5401351.091.140.05

6501171.11.140.04

7601131.071.140.07

Elektrokoagulasi 6 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

102500.250.290.04

2102460.260.290.03

3202430.260.280.02

4302340.240.30.06

5402250.240.290.05

6501830.250.30.05

7601800.250.290.04

Elektrokoagulasi 7,5 V

No.MenitTurbidityKertas saring kosongKertas saring + TSSTSS

102500.260.290.03

2102410.260.290.03

3202380.260.280.02

4302300.510.550.04

5402190.510.560.05

6501920.520.550.03

7601850.520.530.01

3.5 Analisa DataDibuat kurva kekruhan (turbiditiy) terhadap waktu pengambilan sampel dan kurva TSS (Total Suspended Solid) terhadap waktu pengambilan sampel.3.6 Pembahasan