makalah limbah tumpahan minyak

57
Limbah Tumpahan Minyak di Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan-bahan pencemar yang dibuang ke laut diklasifikasikan atas senyawa konservatif (senyawa yang sukar terurai) dan senyawa non konservatif (senyawa yang mudah terurai di perairan). Polutan yang masuk ke perairan laut seringkali mengandung senyawa konservatif dan non-konservatif, salah satu diantaranya adalah polutan minyak. Minyak merupakan polutan yang memiliki potensi besar mencemari air laut. Pencemaran minyak merupakan penyebab utama pencemaran laut yang dapat membahayakan ekosistem laut karena laut dan biota perairan sangat rentan terhadap minyak (Mukhtasor 2007). 1.2 Permasalahan Permasalahan yang muncul adalah bagaimana menyelesaikan limbah tumpahan minyak di laut yang kadang kala terjadi. Melihat dampak yang ditimbulkan oleh tersebut sangat merugikan. Baik secara materi maupun non materi. 1.3 Tujuan 1

Upload: tresna-mustikasari

Post on 26-Nov-2015

162 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tugas fisika lingkungan

TRANSCRIPT

Bab

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBahan-bahan pencemar yang dibuang ke laut diklasifikasikan atas senyawa konservatif (senyawa yang sukar terurai) dan senyawa non konservatif (senyawa yang mudah terurai di perairan). Polutan yang masuk ke perairan laut seringkali mengandung senyawa konservatif dan non-konservatif, salah satu diantaranya adalah polutan minyak. Minyak merupakan polutan yang memiliki potensi besar mencemari air laut. Pencemaran minyak merupakan penyebab utama pencemaran laut yang dapat membahayakan ekosistem laut karena laut dan biota perairan sangat rentan terhadap minyak (Mukhtasor 2007).

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana menyelesaikan limbah tumpahan minyak di laut yang kadang kala terjadi. Melihat dampak yang ditimbulkan oleh tersebut sangat merugikan. Baik secara materi maupun non materi.1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memahami fakta mengenai limbah tumpahan minyak bumi. 2. Mempelajari satu contoh kasus/fakta yang terjadi dan bagaimana pemerintah yang bersangkutan memberikan solusi.3. Mengetahui solusi terbaik dari kasus yang ada.1.4 Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang limbah tumpahan minyak di laut dan bagaimana solusinya.BAB IIDASAR TEORI2.1 Karakteristik Minyak di PerairanMinyak adalah istilah umum yang digunakan untuk menyatakan produk petroleum yang komposisi utamanya terdiri dari hidrokarbon. Minyak bumi merupakan campuran yang sangat kompleks dari hidrokarbon-hidrokarbon organik (sel-sel dan jaringan hewan dan tumbuhan) yang tertimbun selama jutaan tahun yang lalu di dalam tanah baik di daerah daratan maupun di daerah lepas pantai (Mukhtasor 2007).

Minyak mentah (crude oil) yang baru keluar dari sumur eksplorasi mengandung bermacam-macam zat kimia yang berbeda baik dalam bentuk gas, cair maupun padatan. Lebih dari separoh (50-98%) dari zat-zat tersebut adalah merupakan hidrokarbon. Senyawa utama yang terkandung di dalam minyak bumi adalah alifatik, alisiklik dan aromatik (Supriharyono 2000).

Komponen hidrokarbon aromatik jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan komponen hidrokarbon lainnya yaitu berkisar 24 %. Komponen hidrokarbon aromatik yang paling sederhana adalah benzen. Secara umum senyawa aromatik bersifat mudah menguap (folatil) dan lebih beracun dari senyawa lainnya (Darmono 2001). Penyebaran minyak yang masuk ke perairan tergantung pada jumlah, karakteristik dan tipe minyak, kondisi cuaca, gelombang, arus dan jika minyak tertinggal di laut atau terbawa ke darat. Polutan yang berasal dari minyak bumi (petroleum hydrocarbon) telah memperoleh perhatian yang sangat besar secara internasional, politik dan keilmuan apabila mencemari perairan. Hal ini disebabkan karena pengaruh minyak terhadap ekosistem perairan mampu menurunkan kualitas air laut (Mukhtasor 2007).2.1.1 Karakteristik Fisika Minyak

Karakteristik fisik minyak yang mempengaruhi prilaku minyak di laut yang penting adalah densitas, viskositas, titik ubah (pour point) dan kelarutan air.

a. DensitasDensitas diekspresikan sebagai specific gravity dan American Petroleum Institute (API) gravity. Specific gravity adalah rasio berat massa minyak dan berat massa air pada temperature tertentu. API gravity dinyatakan dalam angka 10 pada air murni 10C. Minyak mentah mempunyai specific gravity pada kisaran 0,79-1,00. Densitas minyak memegang peranan penting untuk memprediksi prilaku minyak di perairan (BP Migas 2002).

b. Viskositas

Viskositas adalah sifat yang menunjukkan ketahanan dalam perubahan bentuk dan pergerakan. Viskositas rendah berarti mudah mengalir. Faktor viskositas adalah komposisi minyak dan temperature. Viskositas ini penting untuk memprediksi penyebaran minyak di air.

c. Titik ubah

Titik ubah adalah tingkatan suhu yang mengubah minyak menjadi memadat atau berhenti mengalir. Titik ubah minyak mentah berkisar 57C hingga 32C. Tititk ubah ini juga penting untuk prediksi prilaku minyak di perairan.

d. Kelarutan

Kelarutan minyak dalam air adalah rendah sekitar 30 mg/L dan tergantung kepada komposisi kimia dan suhu. Besaran kelarutan itu dicapai oleh minyak aromatis dengan berat molekul kecil seperti benzena, toluena, ethylbenzena, dan xylena (BTEX). Sifat kelarutan ini penting untuk prediksi prilaku minyak di air, proses bioremediasi, dan ekotoksisitas minyak (NAS 1985).

2.1.2 Komposisi Minyak

Minyak adalah suatu campuran yang sangat kompleks yang terutama terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon,yaitu senyawa-senyawa organik yang setiap molekulnya hanya mempunyai unsur karbon dan hidrogen saja. Komposisi kimia minyak mentah berbeda dengan minyak hasil olahan. 1. Minyak mentah Minyak bumi ditemukan bersama-sama dengan gas alam. Minyak bumi yang telah dipisahkan dari gas alam disebut juga minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dapat dibedakan atas:

a. Minyak mentah ringan (light crude oil), mengandung kadar logam danbelerang rendah, berwarna terang dan bersifat encer (viskositas rendah). b. Minyak mentah berat (heavy crude oil), mengandung kadar logam danbelerang tinggi, memiliki viskositas tinggi sehingga harus dipanaskan agarmeleleh.Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks dengan komponen utama alkana dan sebagian kecil alkena, alkuna, siklo-alkana, aromatik, dan senyawa anorganik. Minyak mentah mengandung sekitar 5098 % senyawa hidrokarbon dan sisanya merupakan senyawa non-hidrokarbon (sulfur,nitrogen, oxigen, dan beberapa logam berat seperti V, Ni dan Cu). Air dan garam hampir selalu terdapat dalam minyak bumi dalam keadaan terdispersi. Bahan-bahan bukan hidrokarbon ini biasanya dianggap sebagai kotoran karena pada umumnya akan memberikan gangguan dalam proses pengolahan minyak dalam kilang dan mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan.

Berdasarkan kelarutannya dalam pelarut organik, minyak dapat diklasifikasikan atas hidrokarbon jenuh, Hidrokarbon aromatis, dan resin (Ryabinin 1998).a. Hidrokarbon jenuh (saturated hydrocarbons)

Hidrokarbon jenuh adalah kelompok minyak yang dicirikan dengan adanya rantai atom karbon (bercabang atau tidak bercabang atau membentuk siklik) berikatan dengan atom hidrogen, dan merupakan rantai atom jenuh. Hidrokarbon jenuh meliputi senyawa alkana dengan struktur CnH2n+2 (aliphatis) dan CnH2n (alicyclis), dimana n > 40. Hidrokarbon jenuh merupakan kandungan terbanyak dalam minyak mentah, termasuk dalam kelompok ini adalah golongan alkana (paraffin), yang mewakili 10-40 % komposisi minyak mentah.

b. Hidrokarbon aromatis

Hidrokarbon aromatis meliputi monocyclis aromatis benzene, toluene, etil

toluene dan xilena (BTEX) dan polisik aromatis hidrokarbons (PAHs) yang meliputi naphthalene, anthracene, dan phenanthrene (BP MIGAS 2002).

Senyawa aromatik ini merupakan komponen minyak mentah yang paling beracun, dan bisa memberi dampak kronik (menahun, berjangka lama) dan karsinogenik (menyebabkan kanker). Hampir kebanyakan aromatik bermassa rendah (low-weight aromatics), dapat larut dalam air sehingga meningkatkan bioavaibilitas yang dapat menyebabkan terpaparnya organisma didalam matrik tanah ataupun pada badan air. Jumlah relatif hidrokarbon aromatis didalam mnyak mentah bervariasi dari 10-30 % (Syakti 2004).

c. Resin dan aspalKomponen penyusun minyak tersebut juga terdiri atas aspal (asphalt) dan resin dengan komposisi 5-20 % yang merupakan komponen berat dengan struktur kimia yang kompleks berupa senyawa siklik aromatik dengan lebih dari lima cincin aromatik dan napthenoaromatik dengan gugus-gugus fungsional sehingga senyawa-senyawa tersebut memiliki polaritas yang tinggi.

Resin merupakan senyawa polar yang mengandung senyawa nitrogen, sulfur, oksigen (pyridines dan thiophenes), sehingga disebut pula sebagai senyawa

NSO. Aspal adalah senyawa dengan berat molekul besar dan pada umumnya mengandung logam berat nikel, vanadium, dan besi. Aspal sukar larut dalam air dan mempunyai sifat fisik padat (BP Migas 2002).

2. Minyak hasil olahan (minyak)

Minyak hasil olahan seperti gasolin, kerosen dan minyak jett adalah produk olahan minyak mentah melalui proses catalitic cracking dan fractional distilation. Distilation adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu 370C. Hasil olahan berupa minyak mempunyai sifat fisik kimia yang berbeda dengan minyak mentah.

Senyawa baru dapat muncul dalam minyak olahan yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak mentah. Minyak hasil olahan mempunyai kandungan senyawa hidrokarbon tak jenuh seperti olefins (alkena dan cycloalkena) dari proses catalytic cracking. Kandungan olefins dapat mencapai 30% dalam gasoline dan sekitar 1% dalam jet fuel (NAS 1985).

Secara umum toksisitas minyak mentah meningkat dengan memanjangnya rantai hidrokarbon. Selanjutnya hidrokarbon aromatik lebih toksik apabila dibandingkan dengan sikloalkana dan alkana. Selain hidrokarbon, minyak bumi juga mengandung senyawa lain seperti nitrogen dengan kisaran 0,0-0,9%, belerang 0,0-1%, dan oksigen 0,0-2% (Neff 1976).

Semua minyak mentah dan produk minyak kilang lainnya beracun terhadap organisme laut. Efek lethal semakin menurun dengan meningkatnya lama waktu. Pada tahap jentik dan larva efek lethalnya terhadap minyak terjadi pada konsentrasi 0,1-1,0 mg/l dan organisme dewasa terjadi pada kisaran 1,0-10 mg/l (Bishop & Paul 1983).

Fraksi minyak bumi yang tidak larut dapat menyebabkan kerusakan karena dapat menempel pada organisme dan menyebabkan organisme tersebut matilemas. Selain itu, minyak juga dapat menyebabkan terkontaminasinya organisme perairan yang biasanya dikonsumsi. Hidrokarbon aromatik pada titik didih rendah seperti benzena, toluena, xilena, nafthalena dan phenantrena merupakan fraksi yang paling toksik dan penyebab utama kematian organisme (BP Migas 2002).

Senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi seperti benzena, toluena, etil benzena dan isomer xilena (BTEX) mempunyai sifat mutagenik dan karsinogenik pada manusia. Senyawa ini sulit mengalami perobakan di alam sehingga akan mengalami proses akumulasi pada rantai makanan (biomagnifikasi) pada ikan maupun biota laut lainnya (Mukhtasor 2007).

2.1.3 Prilaku Minyak di Perairan

Pada saat terjadi pencemaran minyak di perairan, minyak akan mengalami serangkaian perubahan atas sifat fisik dan kimiawi. Sebagian perubahan tersebut mengarah pada hilangnya beberapa fraksi minyak dari permukaan laut, sementara perubahan lainnya berlangung dengan masih terdapatnya bagian material minyak di permukaan laut. Meskipun sebahagian minyak tersebut terurai oleh lingkungan laut, namun waktu yang dibutuhkan untuk proses penguraian itu tergantung pada karakteristik fisika dan kimiawi minyak dan proses penguraiannya secara alamiah. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi perubahan sifat minyak adalah:a. Karaterisik fisika minyak (densitas, viskositas, dan kelarutannya).

b. Komposisi dan karakteristik kimia minyak.

c. Kondisi sinar matahari (fotooksidasi), kondisi oseanografi dan suhu udara. d. Karakteristik air laut (pH, arus, suhu, keberadaan bakteri, nutrien, danoksigen terlaut).

Pada saat minyak masuk ke lingkungan laut sebagai pencemar, minyak segera mengalami perubahan fisik dan kimia melalui proses penyebaran (spreading), penguapan (evaporation), dispersi (dispersion) emulsifikasi (emulsification), pelarutan (dissolution), oksidasi (oxidation) dan sedimentasi (sedimentation) dan penguraian secara biologis (biodegredation). Semua proses ini merupakan proses pelapukan (weathering) yang menguraikan komponen minyak di perairan (IPIECA 2001).

Proses penyebaran minyak akan menyebabkan lapisan menjadi lebih tipis serta tingkat penguapan meningkat. Hilangnya sebahagian material yang volatilmenyebabkan minyak lebih padat, berat dan tenggelam (GAO 2007). Prilaku minyak di perairan tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Penyebaran (spreading)

Pada saat masuk ke perairan laut, minyak akan tersebar ke seluruh permukaan laut dalam satu lapisan. Kecepatan penyebarannya tergantung pada tingkat viskositas minyak. Minyak yang viskositasnya rendah dan berbentuk cair akan menyebar lebih cepat dari minyak yang viskositasnya tinggi. Lapisan minyak

ini akan menyebar dengan cepat dan menutupi wilayah permukaan laut.

Penyebaran minyak tersebut pada umumnya tidak merata. Setelah beberapa jam, lapisan tersebut akan pecah dan karena pengaruh angin, aksi gelombang dan turbulensi air laut, akan membentuk buih tipis. Tingkat penyebaran minyak juga ditentukan oleh kondisi fisik perairan seperti temperatur, arus laut, pengaruh pasang dan kecepatan angin (Reed et al. 1999).

Gelombang dan turbulensi di permukaan laut dapat mengakibatkan seluruhnya atau sebagian dari lapisan minyak pecah menjadi beberapa bagian dan tetesan yang ukurannya bervariasi. Ini akan tercampur ke dalam lapisan atas pada kolom air. Beberapa dari tetesan yang lebih kecil akan tertinggal dan tersuspensi pada air laut sementara tetesan yang lebih besar akan cenderung naik ke permukaan, dimana tetesan-tetesan ini kemungkinan tidak bergabung dengan tetesan lain dan membentuk lapisan atau tersebar membentuk lapisan tipis (NOOA 2002). Penyebaran ini merupakan proses terpenting selama awal ekspose minyak dalam air. Proses ini akan memperluas sebaran minyak sehingga meningkatkan perpindahan massa melalui proses evaporasi, pelarutan dan biodegradasi.

b. Penguapan (evaporation)

Proses penguapan adalah mekanisme utama hilangnya sebahagian fraksi minyak dari permukaan laut. Laju dan jangkauan proses penguapan banyak tergantung pada proporsi fraksi bertitik-didih rendah dari lapisan minyak yang tumpah. Proses penguapan juga bergantung pada proses penyebaran awal yang telah berlangsung, sebab makin luas dan tipis ketebalan tutupan daerah penyebaran minyak, makin cepat fraksi minyak ringan untuk menguap. Faktor lingkungan yang mempengaruhi penguapan minyak adalah angin, gelombang air dan suhu. Proses penguapan menyebabkan minyak yang mengalami peningkatan densitas dan viskositas (Mangkoedihardjo 2005). Minyak ringan seperti bensin dapat menguap hingga 90 % dari total volumenya selama dua hari, sedangkan minyak mentah ringan dapat menguap hingga 40%. Sebaliknya minyak mentah berat (residu) melepaskan tidak lebih dari 10% dari volume awalnya beberapa hari setelah terjadi pencemaran minyak. Penguapan senyawa alkana (< C15) dan aromatik berlangsung 1 10 hari (Xueqing et al. 2001).

c. Dispersi (dispertion)

Dispersi adalah mekanisme fraksinasi dari lapisan minyak menyebar dalam bentuk gumpalan (droplet) dan pergerakannya di dalam badan air dapat secara vertikal dan horizontal. Dispersi vertikal berkaitan dengan pergerakan droplet yang memiliki dimensi kurang dari 100 m. Fenomena ini lebih dianggap sebagai pergerakan polutan dari satu tempat ketempat lain dan bukan sebagai mekanisme degradasi. Formasi gumpalan minyak ukuran kecil secara signifikan mampu meningkatkan kontak antara air laut dan minyak dan penguraian minyak oleh mikroorganisme akan semakin besar. Gumpalan minyak akan menyebar melalui lapisan atas air laut dan akan terapung kembali ke permukaan laut tergantung pada densitas dan ukuran gumpalan minyak tersebut (Syakti 2004).

Gambar 2.1 Aktivitas Surfactan dan dispersi minyak menjadi droplet (IPIECA 2001) d. Emulsifikasi (emulsification)

Emulsifikasi adalah proses perubahan status butiran minyak dalam air menjadi butiran air dalam minyak. Gerakan gelombang menyebabkan lapisan permukaan minyak bergerak ke bagian atas permukaan air sehingga menyebabkan formasi minyak yang tidak larut dalam air akan teremulsi dengan cepat. Emulsi mampu mengubah karakteristik minyak secara signifikan. Emulsi yang stabil mengandung 65-80 % air. Emulsi perangkap air dapat meningkatkan volume minyak menjadi 3-5 kali lebih besar (Mukhtasor 2007).

e. Pelarutan (dissolution)

Proses pelarutan berperan penting bagi proses biodegradasi minyak di perairan. Kecepatan pelarutan dipengaruhi oleh komposisi kimiawi hidrokarbon minyak bumi, luasan penyebaran, dan kondisi hidrooseanografi perairan (arus, angin dan gelombang) dan viskositasnya. Senyawa aromatik dengan beratmolekul kecil seperti benzena dan toluena lebih mudah larut dalam air dibanding senyawa minyak yang berberat molekul besar (NAS 1985).

Kelarutan berbagai jenis hidrokarbon minyak di dalam air dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Berdasarkan Tabel diatas, senyawa aromatis memiliki kelarutan yang lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa alkana. Benzena memiliki kelarutan yang lebih tinggi, kemudian diikuti oleh toluene, ethylbenzena, xylena dan naphtalena. Pada umumnya makin berat molekul dari senyawa hidrokarbon minyak semakin kecil kelarutannya dalam air.

f. Oksidasi

Proses oksidasi mampu mengubah minyak menjadi senyawa-senyawa baru berdasarkan kemampuan oksidasinya. Pada proses ini, hidrokarbon dapat teroksidasi menjadi alkohol, keton dan asam-asam organik. Hasil oksidasi merupakan senyawa yang lebih mampu larut dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon sebelumnya. Oksidasi minyak mentah dapat terjadi melalui dua proses yaitu foto-oksidasi dan mikrobial-oksidasi. Saat minyak di perairan terkena sinar matahari melalui bantuan oksigen maka terjadilah fotooksidasi dan diikuti dengan oksidasi mikrobial secara aerob. Hal yang mempengaruhi fotooksidasi adalah spektrum dan intensitas cahaya matahari, serta karakteristik permukaan air. Radiasi matahari yang sampai ke lapisan minyak dapat meningkatkan proses oksidasi (photo-oxidation), namun laju penguraian ini tidak lebih dari 0.1% per hari meskipun dibawah intensitas sinar matahari yang tinggi. Disamping itu, aksi gelombang yang dapat mengakibatkan pecahnya minyak menjadi komponen-komponen kecil dapat mempercepat proses oksidasi, karena luas bidang kontak antara minyak dan oksigen semakin besarProses oksidasi akan sukar berlangsung pada komponen minyak yang tebal dan berviskositas tinggi. Proses oksidasi cenderung berjalan lambat sehingga minyak dapat membentuk formasi yang persistant (sukar terurai) karena formasi komponen minyak dengan berat molekul tinggi dapat menghasilkan lapisan pelindung pada permukaan gumpalan minyak. Komponen ini cenderung mengalami proses sedimentasi karena berat jenisnya lebih tinggi dari air laut (Mukhtasor 2007).

g. Sedimentasi (sedimentation)

Sedimentasi merupakan proses perubahan minyak menjadi sedimen tersuspensi yang akhirnya akan tinggal di kolom air dan terakumulasi pada dasar perairan. Sinking merupakan mekanisme dimana minyak yang berat jenisnya lebih besar dari air akan pindah ke lapisan bawah secara alami karena gaya gravitasi.

Sedimentasi memerlukan mekanisme proses untuk merubah minyak menjadi sedimen. Proses sedimentasi minyak lebih cenderung berlangsung melalui rantai makanan dan terdeposit pada dasar laut bersama kotoran buangan organisme laut. Salah satu mekanisme yang terjadi adalah penyebaran butiran minyak ke kolom perairan oleh zooplankton dan tenggelam ke dasar perairan (Lee et al. 2005).

f. Penguraian secara biologi (biodegredation)

Biodegradasi adalah proses penguraian minyak oleh mikro-organisme pada permukaan kontak minyak dengan air yang berlangsung pada beberapa komponen minyak. Proses biodegradasi merupakan proses perpindahan massa dari media lingkungan ke dalam massa mikroba (menjadi bentuk terikat dalam massa mikroba) sehingga minyak hilang dari perairan. Menurut Syakti (2009), kemampuan mikroorganisme mendegradasi minyak berbeda-beda dengan kecenderungan urutannya adalah senyawa n-alkana (hidrokarbon jenuh), aromatik (benzena, naftalena, dan fenantrena), hidrokarbon jenuh bercabang (isoprenoid), dan porhyrin. Hasil proses biodegradasi umumnya adalah karbondioksida dan metana yang kurang berbahaya dibandingkan minyak pada besaran konsentrasi yang sama. Mikroba yang mampu menguraikan minyak tersedia di dalam air yang terdiri atas berbagai jenis bakteri, ragi dan fungi.

Bakteri terpenting adalah Achromobacter, Acinetobacter, Alcaligenes, Arthrobacter, Bacillus, Brevibacterium, Cornybacterium, Flavobacterium, Nocardia, Pseudomonas, Vibrio. Jenis ragi dan fungi yang mampu menguraikan minyak adalah Aspergillus, Candida, Cladosporium, Penicillium, Rhodotorula, Sporobolomyces, Trichoderma.

Menurut Shin (2001), efektivitas bioremediasi ditentukan oleh kondisi faktor suhu, jumlah oksigen, nutrien pH dan salinitas. Pada suhu rendah viskositas

minyak meningkat dan volatilitas senyawa toksik menurun sehingga akan menghambat proses bioremediasi. Hidrokarbon rantai pendek alkana lebih mudah larut pada suhu rendah, sebaliknya pada suhu tinggi, senyawa aromatis lebih mudah larut. Secara umum laju biodegradasi umumnya meningkat dengan peningkatan suhu sampai batas tertentu. Laju biodegradasi minyak tertinggi di laut dapat dicapai pada suhu 15 - 20C (Mangkoedihardjo 2005).

Ketersediaan oksigen memegang peranan penting dalam proses biodegradasi hidrokarbon jenuh dan aromatik (BTEX). PAHs dan alkanes dapat terdegradasi pada kondisi anaerob (Xueqing et al. 2001).

Pada saat terjadi pencemaran minyak di laut, suplai karbon ke dalam air laut meningkat. Pada saat itu di perairan terjadi ketidak seimbangan komposisi nutrient dimana unsur C meningkat tajam sehingga C/N/P menjadi membesar melebihi komposisi normal bagi kebutuhan mikroba. Untuk mengefektifkan aktifitas mikroba diperlukan penambahan unsur nitrogen (N) dan fospor (P) agar proporsi C/N/P seimbang. Secara teoritis perbandingan unsur C/N/P di perairan adalah 150 mg nitrogen dan 30 mg phosphor diperlukan mikroba untuk konversi 1 g hidrokarbon menjadi sel baru (Mangkoedihardjo 2005).

Pada umumnya bakteri heterotrof dan fungi menyukai pH netral dan fungi masih toleran terhadap pH rendah. Oleh sebab itu biodegradasi minyak akan lebih cepat berlangsung dengan peningkatan pH dan kecepatan optimum pada pH alkalin (Mangkoedihardjo 2005). Perubahan salinitas dapat mempengaruhi biodegradasi melalui perubahan populasi mikroba dan laju metabolisme hidrokarbon akan menurun 3.3-28.4%.

Pada saat terjadi pencemaran minyak, polutan ini akan pecah dan menyebar ke lingkungan laut selama beberapa waktu. Penghamburan ini adalah hasil dari sejumlah proses kimia dan fisik yang menyebabkan berubahnya komposisi minyak. Proses tersebut dinamakan pelapukan (weathering). Cara dimana lapisan minyak pecah dan menyebar yang sangat tergantung pada ketahanan (persisten) minyak tersebut. Produk ringan seperti kerosin cenderung terevaporasi, tersebar dengan cepat dan akan hilang secara alami. Sifat fisika minyak seperti densitas, viskositas, dan titik alir minyak akan mempengaruhi sifat penyebarannya (IPIECA 2001).

Proses penyebaran minyak dipengaruhi oleh jumlah dan tipe minyak, kondisi cuaca, arus dan gelombang. Berdasarkan sifatnya beberapa komponen dari minyak bumi tergolong polutan konservatif (sukar terurai) sehingga dapat bertahan lama di perairan sebelum menguap atau teradsorbsi oleh organisme perairan. Hal ini di pengaruhi oleh faktor oseanografi perairan seperti arus, dan gelombang laut. Sirkulasi arus dapat mempercepat penguapan, penyebaran percampuran, penyerapan dan pengendapan minyak (Clark 2003).

Banyak kapal-kapal tanker, cargo dan ferry yang melintasi perairan Selat Rupat yang menyebabkan perairan ini sangat rentan terhadap pencemaran minyak. Propinsi Riau juga propinsi penghasil minyak, sehingga Pelabuhan Dumai telah digunakan sebagai terminal bongkar-muat minyak. Oleh karena itu, di kawasan Selat Rupat berpotensi terjadinya pencemaran minyak.2.2 Sumber Pencemaran Laut

Lingkungan laut merupakan tempat hidupnya berbagai jenis biota laut dan tumbuhan yang sangat beraneka ragam dan harus dilindungi untuk memertahankan ekosistim yang telah ada. Kerusakan lingkungan laut diakibatkan oleh ulah manusia yang tidak peduli dan akibat pencemaran yang antara lain :

1. Penyebab Pencemaran Laut

Penyebab pencemaran laut dapat berasal dari :

a. Ladang minyak di bawah dasar laut, baik melalui rembesan maupun kesalahan pengeboran pada operasi lepas pantai. b. Kecelakaan pelayaran seperti kapal kandas, tenggelam dan kapal tanker yang tabrakan.

c. Pembuangan air bilge(air got) dari kapal.

d. Terminal banker minyak dipelabuhan, dimana minyak dapat tumpah pada waktu memuat/membongkar pengisian bahan bakar.

e. Limbah pembuangan refinery, minyak pelumas dan cairan yang mengandung hydrocarbon dari darat.

Tumpahan minyak dari kapal terjadi karena faktor-faktor :

a. Kerusakan mekanis :

Kerusakan dari sistim peralatan kapal

Kebocoran lambung kapal

Kerusakan katup-katup hisap atau katup pembuangan kelaut

Kerusakan selang-selang muatan bahan bakar

b. Kesalahan manusia :

Kurang pengetahuan/pengalaman

Kurang perhatian dari personil pada saat pengisian bahan bakar

Kurang ditaatinya ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan

Kurangnya pengawasan terhadap pentingnya perlindungan lingkungan laut2.3 Pengaruh Tumpahan Minyak

Pengaruh tumpahan minyak terhadap lingkungan laut ditentukan oleh faktor biologis dan non biologis, yaitu antara lain :a. Tipe Minyak Yang Tumpah

Sifat fisika dan kimia bervariasi, sedangkan komponen minyak yang paling beracun adalah fraksi aromatis, yang kebanyakan terdapat dalam minyak ringan hasil penyulingan. Minyak aromatis bersifat volatile (sangat mudah menguap) tetapi mudah larut dalam air dan dalam kosentrasi yang encer dapat mematikan terhadap beberapa organisme. Bensin dan naphtaleura lebih beracun daripada minyak olahan(fuel oil, binker) yang juga lebih beracun daripada minyak mentah.

Lapisan minyak tebal yang sudah lama bersifat kurang daya racunnya, namun menimbulkan kerukan mekanis yang lebih besar. Lapisan minyak yang tebal dapat menyebabkan binatang di daerah intertidal mati perlahan atau menyebabkan kelebihan berat yang berakibat fatal. Penyelidikan menunjukkan bahwa lapisan minyak hitam itu dapat menyebabkan panas dan dapat menyebabkan kondisi panas yang mematikan bagi binatang beberapa bulan setelah terkena tumpahan minyak. b. Daerah Sekitar Secara Geografis

Daerah sekitar tumpahan minyak terkadang juga menentukan seberapa cepat kondisi bias pulih. Didaerah panas dimana biota masa hidupnya singkat dan menghasilkan banyak anak, alih generasi terjadi lebih cepat daripada daerah kutub, dimana binatangnya bermasa hidup panjang dan tidak begitu cepat menghasilkan anak. Kecepatan biodegresi yang terjadi di daerah yang lebih dingin juga berkurang.c. Luas Daerah Yang Terpengaruh Tumpahan minyak pada daerah yang luas diduga juga menyebabkan kerusakan biologis yang lebih parah dari pada daerah yang sempit. Jumlah minyak yang tertumpah juga penting tetapi pengaruhnya tergantung kepada daerah yang tertutup tumpahan. Sebagai contoh 50 barel minyak yang tertumpah di sebuah teluk kecil seluas beberapa area mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kerusakan biologis dari pada 50 barel minyak atau tertumpah di lautan yang terbuka.

d. Kondisi Meteorologis dan Oceanografis

Kondisi meteorologis (angin, badai) dan oceanografis (ombak, arus) yang ada sangat penting dalam pengaruhnya terhadap akibat tumpahan angin dan badai yang tertiup pada daerah tumpahan di pantai perairan terbuka dapat merugikan, tetapi sebaliknya menguntungkan karena akan mengaduk minyak dan air akan mengencerkannya. Badan kulitas lingkungan dalam penelitian dampak lingkungan untuk daerah dasar laut benua bagian luar melaporkan bahwa tumpahan minyak, cenderung pecah jika ketinggian ombak mencapai 10 feet atau lebih.

e. Weathering (perubahan karena cuaca)

Maksud perubahan disini adalah penguapan, oksidasi, pelarutan dalam air dan degridasi biologis. Bila tumpahan minyak tumpah diair akan tersebar dengan cepat diatas permukaan tenaga yang menyebabkan tersebar antara lain :

a. Berat jenis minyak yang lebih kecil dari berat jenis air laut

b. Tegangan permukaan minyak itu sendiri

Penguapan minyak merupakan suatu peristiwa alam yang penting penguapan akan terjadi dengan kecepatan yang tergantung dari sifat minyak, ombak, kecepatan angin, temperatur dan lain sebagainya. Minyak bumi terdiri dari jumlah besar bahan yang mempunyai sifat sendiri sendiri, yang teringan akan menguap lebih dahulu, tetapi meskipun demikian pasti ada yang tersisa. Setelah minyak tertumpah maka minyak itu akan menguap dan penguaopan kandungan yang paling berbahaya akan hilang sekitar 20% selang 24 jam pertama (IMCO,1973). Minyak fraksi berat dan minyak pelumas tidak mengandung komponen yang mudah menyerap dan biasanya tidak berkurang jumlahnya karena penguapan (Nelson Smith,1970). Jika tumpahan menimbulkan tirai minyak, maka sejumlah besar komponen minyak ini akan kontak dengan satuan di daerah subtidal.

Selain menguap sebagian minyak akan melarut dalam air, sebagian akan

teroksidasi dan sebagian lagi akan dihancurkan oleh mikro organisme. Jumlah yang melarut dalam air tergantung kepada licin tidaknya minyak dan jumlah yang kena weathering. Penelitian menunjukkan bahwa air yang mengandung tumpahan minyak yang tebal mengandung 5-10 ppm minyak, tetapi tumpahan itu pecah, keadaannya berkurang sampai 1 ppm atau kurang. Sebaliknya air laut yang mengandung tumpahan benzene dalam bentuk tirai mengandung 1500 mg/it benzene dalam air, yang sangat beracun terhadap beberapa organisme laut, namun benzene menguap dengan cepat dan akan menguap keseluruhannya dalam satu hari atau lebih.

Degridasi biologis dan mikribial menyebabkan pemecahan dan eliminasi minyak dari lingkungan. Mikro organisme yang ada dalam air laut, air danau, sungai mempunyai kemampuan besar memakan hidrokarbon(unsure minyak) tersebut. Lebih dari 100 jenis bakteri, ragi dan jamur telah ditemukan yang menyerang hidrikarbon, memecahnya dan mendapatkan energi untuk kebutuhan hidupnya.

Hidrokarbon dipakai untuk sumber energinya dan juga dipakai untuk membentuk tubuhnya. Adanya hidrokarbon ini mempercepat pertumbuhan mikro organisme tersebut. Bagaimanapun kecepatan pertumbuhannya akan dibatasi oleh jumlah organisme itu sendiri, jumlah oksigen dan pupuk yang dipakai guna mendukung metabolisme tersebut.

Usaha-usaha riset yang utama sedang dilanjutkan dalam penggunaan pupuk dan untuk meningkatkan aktivitas biologis dan pembiakan mikribial untuk membersihkan tumpahan minyak. Tehnik pemulihan biologis ini meningkatkan cara-cara untuk membersihkan garis pantai yang sukar dan sensitive.

f. Musim

Jika tumpahan minyak terjadi pada saat biota baru melahirkan maka akan menimbulkan kematian yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena biota yang baru dilahirkan lebih sensitive terhadap fraksi. Minyak yang beracun dan kerusakan mekanis dari pada yang sudah dewasa. Migrasi tahunan dari mamalia dan burung dari tempat pembiakkan seringkali menuju kedaerah yang terkena tumpahan selama musim dingin. Temperatur rendah akan menyebankan biodegrasi minyak berjalan lambat.g. Jenis Biota

Jenis tanaman dan binatang yang tidak sama menunjukkan terhadap fraksi minyak beracun dalam kadar yang rendah, sementara itu jenis yang lain tampak tidak terpengaruh dalam kosentrasi yang tinggi. Rumput laut biasanya mempunyai lapisan lendir yang mencegah menempelnya minyak kecuali jika tanaman itu mati dan kering.Tanaman di daerah payau tidak mempunyai lapisan pelindung dan peka terhadap kontaminasi minyak. Untuk menentukan jenis tanaman dan binatang disuatu daerah yang peka terhadap minyak, harus berkonsultasi dengan ahli biologi setempat.

Minyak mempengaruhi kehidupan laut baik secara langsung atau tidak langsung. Pengaruh secara langsung(keracunan,mati muda dan lain-lain). Telah dibahas minyak bias membahayakan secara tak langsung melalui :

Elemenasi sumber bahan makanan

Penurunan daya tahan terhadap tekanan lain(misalnya kontaminasi terhadap minyak menyebabkan penurunan temperatur yang dapat menimbulkan suatu organisme)

Gangguan gelagat kimia yang perlu untuk tetap hidup

Gangguan keseimbangan ekologi

h. Pembersihan

Sejumlah kerusakan dapat terjadi terhadap lingkungan karena penggunaan dispersan untuk membersihkan minyak dari struktur interdal, dari sudut pandang biologis, bagi tanaman dan binatang mungkin masih lebih baik terlapisi minyak daripada kemasukkan dispersan. Namun beberapa kasus yang terjadi dilaut yang terbuka menunjukkan bahwa dispersan sangat membantu dalam mencegah kerusakan di area interdal yang diakibatkan minyak.2.4 Dampak Pencemaran MInyakPengaruh jangka pendek dari tumpahan minyak ini telah banyak diketahui. Tetapi pengaruh jangka panjang sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Beberapa jenis burung laut di daerah tumpahan minyak akan musnah karena mereka tidak bias hinggap diatas lapisan minyak.

Salah satu jenis burung yang tampak hidup dilaut adalah burung camar, merupakan komponen kehidupan pantai yang langsung dapat dilihat dan sangat terpengaruh akibat tumpahan minyak. Bahaya utama diakibatkan penyakit fisik daripada pengaruh lingkungan kimia dan minyak. Burung harus selalu menjaga temperatur tubuhnya tetap hangat yang dilakukan karena kemampuan bulu-bulu lembut bagian bawah dalam mengisolasikan. Bulu bagian bawah itu dilindungi oleh lapisan. Bulu bagian luar kuat dan bentuknya rata. Bulu itu tidak menyerap air tetapi menyerap minyak. Oleh karena itu minyak yang menempel pada bulu tersebut akan melekat terus dan tidak bias terbilas oleh air . Lapisan minyak yang tipis tidak akan masuk kebagian dalam dan mengganggu kemampuan bulu dalam isolasi. Kehilangan daya sekat tersebut menyebabkan hilangnya panas tubuh burung secara terus menerus sehingga menimbulkan :

1. Kebutuhan pemasukkan makanan yang lebih besar

2. Penggunaan cadangan dalam tubuh hewan3. Burung yang terkena minyak cenderung kehilangan nafsu

Baru-baru ini diperkirakan ikan paus yang bunuh diri ke pantai disebabkan oleh tumpahan minyak. Beberapa kerang-kerang juga mati oleh minyak, tetapi ada

beberapa kerang yang masih bertahan meskipun kosentrasi minyak cukup tinggi, asalkan waktu eksposnya relatif singkat. Tetapi hampir semua dispersan sangat baebahaya untuk kerang. Ikan-ikan akan lebih tahan terhadap tumpahan minyak, karena ia dapat bergerak pindah tempat. Pengaruh tumpahan minyak terhadap tanaman-tanaman laut, bakteri dan mahluk hidup kecil lainnya dalam laut tidak diketahui dengan jelas karena factor-faktor alam yang terpengaruh amat banyak akan berfluktuasi.

Penyelidikan yang dilakukan oleh California game dan fish departement, seorang guru mamalia laut mengungkapkan bahwa makan dan mati yang disebutkan oleh paparan dan kelaparan, karena pengaruh dari tumpahan minyak. Penelitian terakhir menujukkan bahwa mengganggu fungsi kelenjar pengeluaran garam sehingga burung mampu minum air laut dan akhirnya mati.

Polusi minyak dapat mengakibatkan perubahan populasi burung secara lokal, yang paling terpengaruh oleh tumpahan minyak adalah burung yang menghabiskan sebagian besar atau seluruh hidupnya dalam air.Jenis-jenis ini adalah dari populasi lokal yang khusus. Dalam urutan kepekaan yang makin rendah jenis-jenis burung yang terkena bahaya tumpahan minyak adalah :

Penguin

Burung penyelam

Unggas air (bebek, angsa)

Auk (sejenis burung laut dari utara)

Burung camar

Biota dari tumbuhan laut

Pengaruh tumpahan minyak terhadap planton dilaut sukar diteksi. Sampel planton yang diambil selama musibah tumpahan torrey canyon masih nampak normal kecuali terdapat kematian 50-90 % telur ikan yang mengapung dan larva. Sampel planton yang diambil selama ledakan santa Barbara menunjukkan tingkat yang normal selama satu tahun itu. Eberapa binatang plankton terlihat memakan tetesan minyak mentah dan minyak bunker serta tidak terlihat tanda-tanda merugikan karena komunikasi plankton terus menerus terbawa arus. Suatu daerah yang terkena tumpahan minyak nampaknya masih memiliki komunikasi plankton yang normal setelah beberapa hari tumpahan.Karena sifat mobilitas ikan dapat meloloskan diri dari yang terkena gangguan lingkungan seperti misalnya tumpahan minyak, maka selama pengamatan ledakan santa Barbara tidak ada ikan yang mati, ikan dapat mati jika tidak dapat keluar dari daerah yang luas tertutup oleh sejumlah besar tumpahan minyak. Informasi yang dipublikasikan mengatakan bahwa minyak berpengaruh kecil terhadap mamalia laut. Selama ledakan santa Barbara dilaporkan terjadi kematian singa laut dan anjing laut dalam jumlah besar dan kesalahan ditimpahkan karena tumpahan minyak.2.5 Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Minyak di Laut

2.5.1. Pencegahan Pencemaran

Permulaan tahun 1970-an cara pendekatan yang dilakukan IMO (Internasional Maritime Organization) dalam membuat peraturan yang berhubungan dengan marine pollution(MarPol) pada dasarnya sama dengan sekarang ini yakni melakukan kontrol yang ketat pada struktur kapal untuk mencegah jangan sampai terjadi tumpahan minyak ataupun pembuangan campuran minyak kelaut. Dengan pendekatan yang demikian Marine Polution 1973/1978 memuat peraturan untuk mencegah seminim mungkin minyak yang tumpah kelaut. Tetapi kemudian pada tahun 1984 dilakukan modifikasi oleh IMO yang menitikberatkan pada pencegahan pencemaran laut yakni keharusan suatu kapal untuk dilengkapi dengan oily water separator equipment dan oily discharge monitoring system. Karena itu pada peraturan Marine Polution 1973/1978 dapat dibagi dalam 3(tiga) kategori yaitu :

a. Peraturan untuk mencegah terjadinya pencemaran

b. Peraturan untuk menanggulangi pencemaran

c. Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut(Batti,1998)

Dalam usaha mencegah sekecil mungkin minyak mencemari laut, maka sesuai marine pollution 1973/1978 sisa-sisa campuran minyak di atas kapal seperti

halnya hasil purifikasi minyak pelumas dan kebocoran dari sistem bahan bakar minyak akan dikumpulkan dalam tangki penampungan seperti slop tank dengan daya tampung yang mencukupi. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran yang datangnya dari kapal perlu dikontrol melalui pemeriksaan dokumen sebagai bukti bahwa pihak perusahaan dan kapal sudah melaksanakan dengan semestinya. Salah satu dokumen yang harus dibawa berlayar bersama kapal adalah Inruction and Operation Manual of Oily Water Separating and Filtering Equipment. Dengan adanya dokumaen tersebut diharapkan pencemaran dapat dicegah dan kalau sampai terjadi pencemaran maka kepentingan hukum yang timbul dapat ditanggulangi berdasarkan dokumen yang tersedia. Pembuangan minyak ke laut pada dasarnya dilarang sehingga untuk pelaksanaannya timbul ketentuan-ketentuan pencegahan pencemaran internasional itu seperti :

a. Pengadaan tangki ballast terpisah pada ukuran kapal-kapal tertentu, ditambah dengan peralatan-peralatan seperti oily detector monitor (ODM), oily water separator (OWS) dan sebagainya.

b. Batasan-batasan minyak yang dapat dibuang ke laut.

c. Daerah pembuangan minyak.

d. Keharusan pelabuhan-pelabuhan untuk menyediakan penampung slop.

Marine Pollution 1973/1978 dalam Batti (1998) menerangkan bahwa pembuangan minyak kelaut dapat juga dibolehkan apabila :

a. Lokasi pembuangn lebih dari 50 mil dari daratn.

b. Tidak dalam special area seperti lautan mediteran, laut Baltic, laut hitam, laut merah dan daerah teluk.

c. Tidak membuang lebih dari 30 liter permil laut.

d. Tidak membuang lebih besar dari 1 : 30.000 dari jumlah muatan.

e. Kapal harus dilengkapi dengan oily discharge monitoring (ODM) dengan kontrol sistemnya. Selain itu pemerintah negara anggota diminta mengeluarkan peraturan agar untuk pelabuhan dimana kapal akan membuang sisa atau campuran minyak harus dilengkapi dengan tangki penampungan di darat.

Untuk memonitor dan mengontrol pembuangan sisa minyak atau campuran minyak dengan air kelaut maka dikeluarkan peraturan tambahan untuk Marine Pollution 1973/1978 sebagai berikut :

a. Kapal dengan ukuran 400 GT sampai 10.000 GT harus dilengkapi dengan oily separating equipment untuk menjamin campuran minyak dan air yang terbuang ke laut sesudah melalui sistem tersebut tidak melebihi kandungan dari 100 ppm.

b. Kapal ukuran 10.000 GT ke atas harus dilengkapi tambahan peralatan : oily discharge monitoring and control system atau oily filtering equipment yang menjamin bahwa air yang terbuang kelaut setelah melewati sistem tersebut tidak mengandung minyak lebih dari 15 ppm.

Karena prinsip pencegahan pencemaran yang berasal dari kapal adalah mengurangi semaksimal mungkin pembuangan minyak kelaut tetapi kalau terpaksa harus batas-batas yang tidak sampai merusak lingkungan hidup dilaut. Menyingkapi ketentuan tersebut maka pengadaan dan pengaktipan alat pemisah dengan air (oily water separator) merupakan syarat yang mutlak bagi armada penangkapan ikan modern sehingga tercipta pengembangan sumberdaya perikanan yang berwawasan lingkungan. Alat pemisah minyak dengan air laut di dalam kapal perikanan berfungsi untuk memisahkan minyakdengan air yang tercampur dengan air got sebelum air got tersebut dibuang kelaut.

Alat-alat Pencegah Pencemaran

1. Oily Water Separator

Menurut undang-undang No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran dalam BPLP (2000), oily water separator (OWS) adalah suatu alat pencegah pencemaran

laut yang dipasang di kamar mesin kapal-kapal tertentu. Sedangkan romzana mengatakan bahwa pengertian oily water separator (OWS) adalah suatu alat untuk memisahkan minyak yang tercampur dengan air got. Minyak kotor yang dihasilkan tersebut digunakan untuk membakar limbah padat pada suatu tungku pembakar.

Pada dasarnya Oily Water Separator ini merupakan bilik-bilik yang dibuat untuk menyediakan kondisi aliran cairan agar diam tidak bergerak hingga butiran minyak bebas naik kepermukaan air dan membentuk suatu lapisan minyak yang tidak tercampur yang bisa diambil dengan menggunakan oli skimmer.

Oily water separator (OWS) merupakan suatu yang dimaksudkan untuk mengurangi dan memisahkan minyak yang terbawa air buangan yang beroperasi menurut tekanan atmosfir. Sedangkan Suasono (1994) menerangkan bahwa pengertian oily water separator (OWS) adalah sebuah penampung yang berbentuk kubus yang di dalamnya terbagi atas tiga bagian yang fungsinya sebagai pemisah minyak dan air.a. Jenis-Jenis Separator

Menurut Seran (1998) ada dua jenis separator yaitu :

1) Separator Konvensional Pemisahan secara gravitasai (gravity separation) adalah cara yang paling ekonomis dan efisien untuk memisahkan sejumlah besar limbah hidrokarbon. Pada proses pemisahan limbah tersebut ditampung sementara pada bak pemisah dan tahan beberapa waktu untuk membiarkan proses pemisahan secara gravitasi berlangsung. Kemudian minyak yang terapung diatas air diambil melalui oil skimmer. Efisiensi pemisahan secara gravitasi adalah perbedaan berta jenis antara air dengan minyak, sedangkan efektifitas dari alat ini tergantung pada desain hidrolis danwaktu tahannya. Semakin lama waktu tahannya maka proses pemisahannya akan semakin baik.

2) Separator Plat Pararel

Alat ini memerlukan ruang yang jauh lebih sedikit dengan yang dibutuhkan oleh separator tipe konvensional. Luas permukaan separator dapat ditambah dengan memasang alat plat pararel dibilik-bilik separator tersebut. Dengan adanya plat pararel dapat mengurangiturbulensi dalam separator sehingga akan meningkatkan efisiensi separator. Plat-plat tersebut dipasang dengan posisi miring guna mendorong minyak terkumpul dibagian plat kemudian bergerak kepermukaan atas separator.

Minyak yang terkumpul dari separator plat pararel memiliki kandungan air lebih rendah dibandingkan dengan tipe konvensional. Alat oily water separtor OWS) digunakan untuk memisahkan minyak yang tercampur dengan air got kemudian minyak tersebut akan ditampung dalam tangki dan setelah air tersbut terpisahkan maka air tersebut dapat dibuang kelaut sedangkan minyak kotor tersebut dipakai sebagai bahan bakar pada alat incenerator untuk membakar limbah padat (Romzana,1998).

b. Prinsip Kerja Oily Water Separator (OWS)

1) Cara kerja

Limbah minyak didapat dari pompa sepanjang tank (bilge feed tank) mengalir kedalam coarse separating chamber (ruang pemisah kasar) melalui oily water inlet pada primary coloum (ruang pertama). Setelah limbah minyak yang tercampur dengan air kotor masuk kedalam ruangan pemutar (chamber tangeentally). Kemudian sebagai hasilnya minyak mengalir ruang pengumpul minyak (oily collecting chamber) dan menuju keruang pemisah yang halus (fine separating chamber) melalui bagian tengah buffle plate dan mengalir disekitarnya kepipa pengumpul air (water collecting pipe) melalui celah-celah diantara plat-plat penangkap minyak (oily catch plates). Dalam proses ini minyak mengapung dan menempel pada kedua sisi di masing-masing plat penangkap sehingga minyak dan air terpisah. Sesudah pemisahan, air melewati lubang kecil pada water collecting pipe (pipa pengumpul air) dan mengalir ke ruang pemisah kedua, dengan cara melalui tempat keluar air (treated water outlet). Pada bagian lain minyak yang menempel pada plat lama kelamaan bertambah banyak dan bergerak perlahan-lahan keplat-plat sekelilingnya. Kemudian minyak tertinggal disetiap plat mengapung dan mengalir dengan mudah pada buffet plate yang berada dibawah aliran air yang berminyak dan akhirnya kedalam water collecting chamber melalui dua oil ascending pipes.

Gambar 2.1 Oily water Separator

Butiran minyak yang tidak dapat disaring dalam fist stage dihilangkan dan air yang sudah dibersihkan dipompakan keluar melalui tempat pembuangan air yang sudah dibersihkan (purified water outlet).

Sementara itu butiran minyak yang ditangkap dalam frst stage filter berkumpul membentuk gumpalan dan mengalir ke oil collection chamber pada bagian atas dan gravity separating chanber2) Cara pengoperasianSebelum pelaksanaan pastikan bahwa sistim pipa berada pada posisinya sesuai piping arrangement dan sambungan kabel untuk automatic oily controller sudah benar. Adapun cara pengoperasian dari oily water separator (OWS) adalah :

a) Membuka valve-valve line air laut pada bagian hisap pompa.

b) Membuka semua valve-valve pada bilgy suction line dari bilgy tank kepompa.

c) Putar switch automatic oily level controller ke on.

d) Menghidupkan bilgy feed pumpu untuk feed bilgy ke separating tank.

e) Atur pressure regulating valve ketekanan antara 0.5 sampai 2.0 kg/cm2.

Sebelum mengawali pekerjaan pengoerasiannya, lakukan pengisisan air laut kedalam separating tank dan biarkan air laut mengalir lebih dari 10 menit. Minyak yang sudah dipisahkan dalam separating tank berada didalam oily collecting chamber pada bagian atas ruangan. Minyak dibuang secara otomatis dengan oily level cntroller ketiak jumlah minyak melebihi dari tinggi yang sudah ditentukan.3) Memberhentikan pengoperasian (stop Opertion)Adapun langkah-langkah memberhentikan pengoperasian adalah :

a) Mengalirkan air laut lebih dari 10 menit untuk mencegah perubahan kualitas dari campuran minyak yang tersisa didalamseparating tank setelah pekerjaan membuang air got selesai.b) Menutup bilge feed pump dan semua valve-valve pada bilge discharge pipe line.c) Memutar switch pada automatic oil level controller ke off. c. Komponen oily water separator (OWS)

Fungsi komponen-komponen utama dari oily water separator terdiri dari :

1) Tangki pengumpul minyak (oily collecting chamber) fungsinya adalah untuk menampung minyak yang telah terpisahkan denagn air.

2) Tangki pengumpul air (water collecting pump) fungsinya adalah untuk menampung air sebelum dikeluarkan dari lambung kapal.

3) Plat penangkap minyak (oily catch plates) fungsinya adalah sebagai tempat menempelnya minyak setelah melewati plat-plat

4) Ruangan pemutar (chamber tangentially) fungsinya untukmemutarkan limbah minyak dalam air got melalui oily water inlet dengan perlahan-lahan

5) Pompa bilga (bilge pump) fungsinya adalah sebagai pompa untuk membuat air got keluar lambung kapal

2. Incinerator

Incinerator adalah tungku pembakar yang merupakan kelengkapan dari OWS atau sebagai alat pencegah pencemaran di laut.

a. Desain atau Konstruksi

Merupakan satu unit tersendiri yang terdiri dari bagian-bagian :

1. Rumah pembakaran

2. Ruang pembakaran

3. Pompa minyak

4. Brander

5. Penyala/pemantik brander

6. Fan

7. Safety device

8. Kontrol panel

Gambar 2.2 Incinerator

b. Fungsi

Fungsi dari incinerator antara lain :

1. Untuk membakar minyak kotor/waste oil yang berasal dari hasil pemisahan minyak dan air pada Oily Water Separator.

2. Membakar majun bekas, serbuk kayu, kertas, dan sebagainnya.

3. Membakar minyak pelumas bekas

c. Cara Menjalankan atau Pengoperasian

Langkah-langkah persiapan yang perlu dikerjakan sebelum menjalankan

1. Panasi tangki minyak kotor sampai dengan 600 C

2. Cerat air yang mungkin masih ada di tangki minyak kotor

3. Cerat udara dari pipa-pipa waste oil dan diesel oil melalui saringan isapnya

4. Hidupkan main-switch (source) : periksa lampu-lampu indikator, yakinkan tidak ada yang menunjuk pada abnormal dan sirene alarm tidak berbunyi

5. Aduk waste oil melalui agitating switch (on).

6. Buka damper pemasukan udara dan pengeluaran gas bekas.

7. Masukkan majun melalui pintu pemasukan ke ruang pembakaran.

8. Buka dan atur kerang-kerangan supply & return dari diesel oil dan waste oil.

Cara menjalankan:

1. Tekan tombol on dari fan dan burner. Gas yang tidak di dalam ruang pembakar akan dihembus ke luar

2. Tekan tombol/select switch on dari waste oil pump.

3. Tekan tombol/select switch on dari ignitor. Percikan bunga api dapat dilihat melalui lubang/kaca intip. Pompa diesel oil akan hidup.

4. Tunggu/biarkan menyala + 10 menit untuk pemanasan ruang pembakaran.

5. Tekan tombol on Solenoid valve. Main burner (waste oil) akan menyala, ditandai dengan menyalanya lampu hijau dari fire, kalau tidak menyala tekan tombol Reset dan ulangi langkah 3 4.

6. Untuk mendapatkan pembakaran yang stabil, gunakan pembakaran secara simultan (diesel oil & waste, dua-duanya menyala).

7. Matikan ignitor, pemantik akan mati dan pembakaran berjalan normal .

2.5.2. Cara Untuk Pembersihan Tumpahan Minyak di Laut dan Perairan

Untuk membersihkan tumpahan minyak dilingkungan laut dan perairan dapat

dilakukan dengan metode : a.Menghilangkan Minyak Secara Mekanik Memakai boom atau barrier akan efektif di laut yang tidak berombak dan arus tidak kuat (maksimum 1 knot). Juga dipakai untuk minyak dengan ketebalan tidak melampaui tinggi boom. Posisi boom dibuat menyudut, minyak akan terkumpul di sudut dan kemudian dihisap dengan pompa. Umumnya pompa hanya mampu menghisap sampai pada ketebalan minyak sebesar inci. Air yang terbawa dalam minyak akan terpisah kembali. b. Absorbents.

Zat untuk menyerap minyak ditaburkan di atas tumpahan minyak dan kemudian zat tersebut menyerap minyak tadi. Umumnya zat yang digunakan untuk menyerap minyak adalah : lumut kering, ranting, potongan kayu. Ada pula zat sintetis yang dibuat dari polyethylene, polystyrene, polyprophylene dan polyurethane.

c. Menenggelamkan Minyak Suatu campuran 3.000 ton kalsium karbonat yang ditambah dengan 1 % sodium stearate dicoba dan berhasil menenggelamkan 20.000 ton minyak. Setelah 14 bulan kemudian, tidak lagi ditemui adanya minyak di dasar laut tersebut. Cara ini masih dipertentangkan karena dianggap akan memindahkan masalah kerusakan oleh minyak ke dasar laut yang relatif merusakan kehidupan. Untuk perairan laut dalam hal ini tidak akan memberikan efek. d. DispersantDispersant dicampur dengan 2 kompponen lain dan dimasukkan ke lapisan minyak yang akhirnya berbentuk emulsi. Stabiliser akan menjaga emulsi tadi agar tidak pecah. Dispersant akan menenggelamkan minyak dari permukaan air. Keuntungan cara ini adalah mempercepat hilangnya minyak dari permukaan air dan mempercepat proses penghancuran secara mikrobiologi. Dispersant tidak akan berguna pada daerah pesisir karena adanya unsur timbal yang terlarut. Perlu ditambahkan bahwa dispersant yang makin baik selalu menggunakan pelarut yang lebih beracun untuk kehidupan laut.e. Pembakaran

Membakar minyak di laut lepas umumnya kurang berhasil, karena minyak ringan yang terkandung telah menguap secara cepat. Selain itu panas dari api akan diserap oleh air laut sehingga pembakaran tidak akan efektif.

Masalah pencemaran di laut tidak akan ada habisnya selama manusia masih melakukan aktivitas atau kegiatan produksi di laut seperti menangkap ikan dengan menggunakan mesin, membuang air bilge, pengeboran lepas pantai, dan pembuangan minyak serta membuang bahan-bahan berbahaya yang seenaknya tanpa menghiraukan faktor lingkungan, jadi untuk menjaga keindahan laut serta keanekaragaman biotanya yang merupakan sumber daya alam diperlukan kesadaran dari kita akan kelestarian alam.BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tumpahan Minyak Dilepas Pantai Louisiana, Teluk Meksiko

Hari Selasa (20/04/2010), anjungan minyak Deepwater Horizon milik perusahaan minyak Inggris BP (British Petroleum) karam, mengakibatkan kebocoran pada lubang pengeboran dan menumpahkan minyak mentah dalam jumlah besar. Sebelas orang pekerja tidak berhasil ditemukan yang dikabarkan tidak dapat deselamtakan.

Dengan menggunakan robot selam, BP telah menemukan dua sumber keluarnya minyak bumi dengan jumlah keluarannya mencapai 160.000 liter per hari. Lubang sumur pemboran itu terdapat di dasar laut, sekitar 1.500 meter di bawah permukaan Teluk Meksiko. Perusahaan minyak British Petroleum atau BP, yang bertanggung jawab atas pemboran lepas pantai itu, pada awalnya berharap sistim pengatup otomatis yang tersedia akan bisa menghambat bocornya minyak. Namun ternyata gagal.

Penutup pipa bercorong yang diharapkan mengurangi semburan minyak di Teluk Meksiko telah menunjukkan keberhasilan kecil. Direktur perusahaan minyak British Petroleum, BP menyatakan, minyak bumi yang bisa ditampung melalui corong itu mencapai 160 ribu liter atau 10 ribu barel sehari. Jumlah ini jauh dibawah prediksi awal sekitar 19 ribu barel seharinya. Sementara minyak yang masih terus menyembur ke laut sangat banyak. Sudah lebih dari 70 juta liter minyak yang mencemari teluk Meksiko dalam bencana ekologi terburuk di dunia ini.

BP memulai uji coba metode yang lain untuk menutupi lubang bocoran minyak tersebut. Jika uji coba itu sukses, BP akan mulai menginjeksikan lumpur dan semen ke dalam lubang pengeboran pada kedalaman 1.500 meter. Campuran amat kental ini diharapkan dapat mendesak cairan minyak kembali ke lapisan cebakannya.

Metode penyumbatan lubang pengeboran yang bocor itu disebut Static Kill. Hari Senin (02/08) secara mengejutkan BP menyatakan harapannya, dengan metode ini lubang pengeboran dapat disumbat secara final, dan tidak perlu lagi dilakukan pengeboran sumur pelepas tekanan. Metode Static Kill selama ini merupakan solusi baku bagi penutupan final sebuah sumber minyak.

Lubang pengeboran yang bocor tersebut selama lebih dari empat bulan telah menyemburkan sekitar 700 juta liter minyak mentah berwarna coklat yang mencemari berat lingkungan di Teluk Meksiko.Volume kebocorannya hanya kalah oleh bencana kebocoran minyak pada saat Perang Teluk pertama tahun1990-anlalu.

BP kini mulai memompakan campuran lumpur dan semen ke dalam lubang pengeboran. Wakil direktur BP, Kent Wells mengumumkan, "Kami kini berkonsentrasi, operasi Static Kill menghasilkan yang terbaik sesuai kemampuan kami.

Static Kill adalah metode penyumbatan lubang pengeboran dengan memompakan campuran lumpur pekat dan semen. Dengan itu, minyak yang menyembur ditekan untuk kembali ke lapisan cebakannya pada kedalaman sekitar 5.000 meter. Proses penyumbatan ini diperkirakan berlangsung hingga hari Kamis (05/08). Operasi penyumbatan ini merupakan langkah pertama untuk menutup semburan minyak mentah di Teluk Meksiko. Setelahnya, akan dilakukan langkah ke dua, berupa pengeboran sumur pelepas tekanan atau relief well.

Para insinyur BP sejak awal bulan Mei lalu sudah mulai mengebor lubang menyamping sedalam 4.000 meter di dekat lubang pengeboran yang bocor ini. Juga dari situ, dengan tekanan tinggi akan dipompakan campuran lumpur dan semen, untuk menyumbat sumber minyak dari bawah.

Sebelumnya terdapat laporan, BP memandang tidak mutlak dilakukannya pengeboran sumur pelepas tekanan. Akan tetapi sekarang pengeborannya dilanjutkan. Akhir pekan depan relief well ini akan selesai dibor, dan tidak lama sesudah itu sumber minyaknya akan dapatbenar-benardisumbat. Meskipun lubang sudah dapat ditutup, dampak cemaran minyak akan terasa dalam jangka panjang.

Peristiwa kebocoran minyak disini member pelajaran kepada kita, bahwa untuk memanfaatkan kekayaan harus disertai dengan persiapan jika hal yang tidak diinginkan terjadi. Selain itu juga mengingatkan kita bahwa jangan terlalu mengeksploitasi kekayaan alam.BAB IV

KESIMPULANBerbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan mengakibatkan kerusakan ekosistem yang ada dalam hal ini adalah laut, baik secara langsung atau tidak langsung. Kasus pencemaran air laut akibat dari pengeboran industri minyak ditengah laut, tumpahan minyak, kebocoran kapal tanker dan lain-lain. Sehingga dapat berpengaruh pada beberapa sektor diantaranya lingkungan pantai dan laut,ekosistem biota laut, menganggu aktivitas nelayan sehingga mempengaruhi kesejahteraan mereka, dan dapat membahayakan pada manusia sebagai bioakumulatorDAFTAR PUSTAKA Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta : PT. Pradnya Paramita Fakhruddin. 2004. Dampak Tumpahan Minyak Pada Biota Laut. Jakarta : Kompas M. Busrah. Minyak Bumi, Panduan Belajar Siswa Kelas X SMA: Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

Yunanto, Reza. Skimmer Raksasa untuk Atasi Tumpahan Minyak di Teluk Meksiko. (http://www.detikNews.com) Setiawan, Agus. Fenomena Cemaran Minyak di Lautan. (http://www.dw.de) Nurul K, Agus. Metode Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut (http://agusnurul.blogspot.com/)

Gatotkaca, Afif. Resume dan Analisa Kasus Terjadinya Oil Spill di Dunia atau Nasional: (http://muwafiqul.blogspot.com)

Petaka Teruruk di Teluk Meksiko (http://internasional.kompas.com)

http://www.voaindonesia.com/content/tumpahan-minyak-di-teluk-meksiko-semakin-luas/76885.html

http://www.dw.de/pencemaran-teluk-meksiko/a-5868764http://kimia.upi.edu

1634