makalah lib.agama.docx woke

Upload: anonymous-hwj4hkidof

Post on 08-Mar-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

  • Islam Dalam Genggaman Virus SEPILIS ( Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme Agama )

    Karya : Amelia Dian Isnaini XI SMA

    A. Pendahuluan

    Islam merupakan satu-satunya agama yang memiliki kitab yang menyatakan bahwa dirinya jauh dari

    keraguan ( la raiba fiih ), dijamin keseluruhan isisnya ( wa inna lahu la-hafizun ), dan tak ada satupun yang

    mampu menyamainya ( la ya tuna bi-mitslihi ), ia adalah Al-Quran. Dari masa ke masa, alquran ini tak habis-

    habisnya dipelajari oleh para ulama serta tak henti-henti dipuja oleh para pujangga. Meski rasulullah telah wafat,

    yang itu berarti menandakan terhenti sudah segala wahyu dari Allah, sampai detik ini seluruh kaum muslimin

    disegala penjuru dunia sepakat mengakui keaslianya meski telah 15 abad lamanya turun didunia. Karena al-

    quran dijaga bukan berdasarkan dengan tulisan, akan tetapi lisan.

    Dan orang-orang Yahudi da Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengiuti agam

    mereka. Katakanlah, Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan jika engkau

    mengkut ikeinginan mereka setelah ilmu (kebenaran)sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan

    penolong dari Allah

    ( Terjemah Quran: Surah Al-baqoroh:120 )

    Telah nyata tertera dalam ayatullah, bahwasanya orang-orang Yahudi dan Nasrani tak akan berhenti membuat

    makar, sampai kita seorang muslim membelokkan pedoman kita ke agamanya. Dan makar tersebut nyatanya

    telah berhasil menembus diri-diri kebnayakan kaum muslimin saat ini, hingga mendarah daging bahkan. Sebut

    saja salah satu jebolanya yakni menghasilkan komunitas liberal; JIL (Jaringan Islam Liberal). Dan detik ini islam

    makin terporak porandakan karenanya.

    B. Lintas Sejarah dan Perluasan medan

    Kini, islam telah jauh dari biungnya, bak pohon tanpa akar. Ada wujudnya namun makin rapuh

    keadaanya. Sejak runtuhnya Kekhilafahan Utsmani tepat pada tanggal 3 Maret 1924, islam mulai kehilangan

    identitas dirinya. Bukan lagi mitos belaka, meski jumlahnya makin bertambah namun islam tetap akan rapuh

    tanpa ada indungnya, syariat (hukum islam) yang diterapkan oleh negara kekhilafahan. Bagai buih dilautan yang

    terombang-ambing dalam ombak ganas Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme. Ketiga hal itu bukanlah satu

    pemahaman namun memiliki satu kesamaan dan terkait, yakni menjerat Islam dalam lamunan peradaban.

    Dalam urusan agama, liberalisme berarti kebebasan menganut, meyakini, dan mengamalkan apa

    saj, sesuai kecenderungan, kehendak, dan selera masing-masing. Bahkan lebih juh dari itu, liberalisme mereduksi

    agama menjadi urursan privat. Artinya, konsep amar mruf nahi munkar bukan saja dinilai tidak relevan, bahkan

    dietntang dengan semangt liberalisme. Semangat liberalisme lahir dari rahim kekacauan yang awalnya terjadi

    dikalangan protestan, katholik dan kristen. Diamana ketika itu gejolak antara cendikiawan dan pihak gereja yang

    menguasai kekaisaran memanas. Banyak cendekiawan yang terbunuh, karena menolak doktri-doktrin gereja.

    Mereka berpendapat agama memanfaatkan kekuasaan yng ada demi kepentingan pribadi mereka. Sehingga

    agama dianggap menghambat berkembangnya ilmu pengetahuan dan mengekang segla sesuatunya, hingga

    tumbuhlah fikiran yang bebas, dan menolak agama mengatur pemerintahan. Liberalisme disertai dengan

  • sekulerisme pun mulai menampakan keeksisanya. Wajar saja apabila Kristen menjadi liberal dan sekuler. Namun

    tidak wajar bagi seorang muslim yang kini mulai ikut mengusungnya. 1

    Sedang sekulerisasi sendiri, merupakan suatu hal yang memukau untuk saat ini. sekuler berarti modern.

    Menolak sekuler berarti terbelakang, dan mengalami kemunduran. Torehan sejarah, membuat aturan agama

    dianggap tak sesuai dengan berkembangnya zaman. Sehingga agama menjadi tak layak jika bersanding dengan

    aturan kehidupan khusunya dunia politik. Hal ini sampai saat ini di akui, terlepas dari paradigma yang kini terkuak

    dalam sekulerisasi sendiri.

    Dan pluralisme, sebuah faham toleran ala orientalis. Dari paham ini terbagi menjadi 3 sudt pandang yang

    berbeda. Yang pertama, Skeptis,positivis dan naturalis; bahwa agam hanya sebuah perangkat ilusi, ungkapan

    emosi yang lahir dari adat istiadat, kekuasaan politk kepentingan serta kevenderungan pribadi dan budaya

    setempat. Kerena semua agama mengeklaim mereka benar dan layak dipercaya. Yang kedua, golongan

    relativisme. Bahwa tidak boleh saling menjatuhkan antar agama. Karema semua agama pada intinya sam, yakni

    kepercayaan apada tuhan, kenabian dan moralitas. Dan yang terakhir, glongan Sinkritisme, mereka meyakini

    bahwa setiap agama mengajarkan kebaikan, maka mereka menyepakati penyatuan setiap agama yang ada

    dengan mengambil unsur yang disepakati dan membuang yang diperdebatkan, menjadi sebuah agama gado-

    gado. Dan jika paham ini dibiarkan, lambat laun akan bekerja sama menghabisi semua agama yang ada.

    Lalu sebenarnya ada apa dibalik merasukny paham sepilis kedalam pemahaman islam?

    Ketiga pemahaman itu nampaknya tak puas dengan apa yang telah dirasuki, tak cukup eropa dan agama

    kristen saja. Penganut ketiga paham tersebut terus mencoba menyebarluaskan, hingga ke agama islam. Hal

    tersebut terjadi pasca sempurnanya kolonialisasi negara-negara islam. Di India, secara berahap menghapuskan

    syariat islam, seingga tahun 1870 Masehi, penerpan hukum islam di India hanya sekedar usrusan pribadi seeperti

    perkawinan. Sedangkan Turki telah memberlakukan de-islamisasi secara besar-besaran oleh Musthafa Kemal

    Ataturk, dipengaruhi oleh kaum penjajah perancis. Adapun Mesir,satu abad pasca masuknya perancis (1798 )dan

    inggris (1802), mebuahkan sebuah hasildengan lahirnya tokoh-tokoh yang mengususng modernisasi dan

    pembaharuan ala Barat, seperti Rifaah al-Thahtawi (1801-1873), Ali Abdur-Raziq, Thaha Husein dan masih

    banyak sederet nama lainya. Indonesia sendiri, dengan bercokolnya Belanda selama 3500 tahun lamanya, serta

    dengan mengikuti petunjuk Snouck Horgronje pada akhirnya berhasil mengasingkan politik berbasis islam,

    menjadi hanya disekedarkan cukup pada aktivitas masjid. Terbukti jelas penyingkiran islam dinegri ini dengan

    melihat hasil sidang BPUPKI pada masa kemerdekaan , yakni ketika menentukan asas undang-undang.

    Klonialisme ini berlanjut terus, hingga merata keseluruh negara-negara muslim lainya.

    C. Para pengusung yang berjuang

    Sudah bisa dipasMengenal mereka dan pemikiranya yang mereka usung menjadi perlu bagi kita, kaum

    muslimin. Maka disini kita diulas, para pengusung mulai dari orientalis, senior, dan junior.

    1. Orientalis

    Mereka bukan orang islam, namu semangat mengkaji islam sangat tinggi. Lain tak lain, untuk mencarih celah

    hitam di dalam pemikiran kaum muslimin. Mereka faham bahwa kini mayoritas kaum muslimin telah kehilangan

    identitas sebgaai muslim. Maka mereka menguak gagasan-gagasan pembaharuan islam, dan mengajak kaum

    muslimin untuk menganut dan mengiyakanya.

    1 Lihat selengkapnya dalam karya DR.Syamsudin Arif, Orientalis dan Diabolis Pemkirian. Hal 77-78 (Cet.I Jakarta; Gema Insani;

    2008)

  • a. Arthur Jeffery

    Orientalis asal inggris, yang mengkaji sejarah al-Quran secara kritis, lewat Edward Sell, seorang

    pendeta sekaligus misionaris terkemuka. Dalam pemikiranya, dia menyatakan bahwa tafsir al-quran sudah tak

    memuaskan lagi, karena menurut dia bahasa al-quran tak hanya sekedar dipengruhi bahsa arab, namun lebih

    dari ^ bahsa lainya turut mencampurinya, seperti Aramaik, Ibrani, Persia dan lain sebagainya. Sehingga Jeffery

    menganggap bahwa isi ajaran al-quran brasal dari tradisis kitab suci Yahudi, Kristen dan kitab lain. Jadi al-quran

    bukanlah kitab dengan ajaran baru melainkan itab dengan ajaran gado-gado.

    b. Teodol Noldeckley Orientalis asal jerman, yang terkenal dengan pemikiranya terkait sejarah al-quran. Pemikiranya dinilai merupakan bentuk pengembangan pemikiran Abraham Geiger yag menyatakan bahwa al-quran terpengaruh agama Yahudi. Noldeckley menyebutkan bahwa alquran itu terlalu banyak imajinasi, kekurangan logika dan miskin pemikiran, dan dia juga meyatakan dengn lantang bahwa al-quran itu karangan muhammad dan tim redaksi sebelumnya.

    c. Christian Snouck Hurgrounje Sosok Hurgrounje penuh kontoversi. Disanjung namun juga dicaci. Hurgrounje pernah mengaku telah islam setelah pulang dari Makkah. Dia adalah seorang profesor, peneliti budaya, penulis sekaligus mata-mata untuk Belanda. Dengan tipu daya nya, kesultanan aceh yang selama 40 tahun (1873-1913), sulit ditaklukan Belanda akhirnya harus tunduk juga. Sebanyak 50.000 sampai 100.000 penduduk tewas dan satu juta terluka. Aceh pun tahluk. Hurgrounje juga penyumbang besar atas penghitaman sejarah islam di Indonesia. d. Joshep Scacht, Iqnac Goltchiher, dan lain-lain

    2. Para pelopor

    Mereka muslim. Sebagian dari mereka adlah lulusan pondok pesantren, bahkan hidup di daerah timur

    tengah, yang dikenal dengan ke-islaman nya yang baik. Namun mereka telah terlanjur silau dengan dunia barat,

    yang penuh dengan gemerlap modernisasi. Sehingga menjadikan para orientalis sebagai guru terbaik mereka

    dalam mendalami ilmu islam sekalipun. Mereka lah para pelopor gerakan pembaharuan islam .

    a. M. Arkoun

    Salah satu intelektual muslim yang mengajukan pertanyaan seputar hermeutika Quran dalam tema-

    tema koneporer modern. Profesor Emeretus ini menegatakan dengan keras bahwa al-Quran lebih suci, lebih

    autentik dan lebih dipercaya ketiak masih dalam bentuk lisan. Naun ketika di ubah ke dalam tulisan, hal tersebut

    mengurangi statusnya yang bersifat ketuhanan ( Wahyu ), menjadi sebuah buku dunia saja. Dai juga gencar

    menyarankan penggunaan metodologi multidisipliner untuk al-quran.

    b. Prof. Dr. Hassan Hanafi ( )

    Prof. Dr. Hassan Hanafi, sejak kecil ia hidup di Mesir yang sedang berkecamuk dalam peperangan. Pemikir kontoversial yang pada tahun 1958 ikut bergabung dengan Ikhwanul Muslimin ini, terkenal dengan pemikiranya tentang hermeneutika al-quran. Disini, Nasr memposisikan seorang Nabi SAW menjadi sebatas pengarang saja. Sehingga dalam perjalanaya menyatakan perlu ada revis Quraan, hal itu dia tuangkan dalam sebuah buku a Muslim secularist-tentang al-Quram sebagai produk budaya. Ide-ide nya tak lain karena aspirasi dari kajian krits Biebel, bukan hasil kritis alamiah. Hal itu diperkuat, dengan sedeet guru yang ia sambangi yakni Jean Gitton ( Reformis katholik ) metodolgi berfikir pembaharuan dan sejarah filsafat, Osama Amin dan Paul Ricouer febomologi, Husseri analisis kesadaran dan Prof. Masnion bimbingan penulisan tentang pembaharuan ushul fiqih.

  • d. Abdurrahman Wahid

    Dikenal dengan nama Gus Dur. Ia adalah keturunan priyai. Kakeknya, KH. Hasyim Asyari adalah

    pengasuh ponpes Tebu Ireng dan pendiri organisasi NU. Sosoknya banyak disanjung namun banyak pula di

    kecam. Mantan perside RI ke-4 ini, memiliki hobi melontarkan pendapat kontoversial, yang tak ayal membuat

    kaum muslimin geram. Seperti mengeklaim bahwa Al-Quran adalah kitab porno dan mengganti ungkapan

    assalamualaykum dengan selamat pagi/ siang/ malam . Salah satu pelopor Isam Liberal di Indonesia.

    e. Prof. Dr. Harun Nasution

    Bukunya Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya dirkomendasikan menjadi rujukan, terutama mata

    kuliah pengantar agama islam bagi mahasiswa IAIN. Gaya pemikiran khas dengan gaya orientalis. Salah satu

    pemikiranya yakni penyamaan konsepsi tuhan dalam agama islam dan Yahudi. Meski pada dasarnya jelas

    berbeda.

    f. Nashr Hamid Abduzaid, Asghar Ali Enginier, Amina Wadud, Fazlu Rahman, Munawir Sjadzali, Nurcholis

    Madjid dan masih banyak lagi para pemikir sang pelopor pembaharuan islam

    3. Penerus pemikiran

    Anak didik yang sukses mendalami pembaharuan islam. Energic, agresif dan aktif. Sebagian dari mereka

    mungkin juga telag berumur diatas 40 tahun. Khususnya di Indonesia, kebanyakan dari mereka adalah alumni

    pondek pesantren tradisional. Ironi. Namun merekalah penerus dan penyebar ide islam Liberal.

    a. Ahmad SyafiI Maarif

    Buya Syafii terkenal dikalangan awam sebagai inteletual muslim da tokoh Muhamadiyah, namun

    dikaalnagan cendekiawan ia lebih dikenal sebagai sosok tokoh pluralis. Ia juga salah seorang anti penerapan

    syariah sebagai ukum positif di Indonesia. Ia juga menganut paham relativisme. Salah satu pemikiranya yakni yag

    mengatakan bahwa wahyu Allah memang mutlak adanya, namun penafsiranya tak bisa semutlak wahyu sendiri.

    b. Siti Musdah Mulia

    Dimata pemerhati dan aktivis isu perempuan (feminist), ia sangat disanjung. Dia sangat gencar

    meneruakan isu-isu perempuan lintas agama. Penerima gelar International Women of Courage dari Menlu AS ini,

    adalah sosok yang kontoversial, yang menngeluarkan 8 poin reformasi hukum islam, dicuatkan melalui CDHI (

    Counter Legaf Draft ), yakni pertama asa perkawinan adalah monogami, dan perkawinan poligami tidak sag dan

    harus dibatalkan. Kedua, Batas usia pasanagn minimal 19 tahun. Ketiga, Perkawinan beda agama disahkan, baik

    muslim dengan non muslim atau sebaliknya. Keempat, Calonn istri atau suami dapat mengawinkan diri mereka

    sendiri, tanpa wali. Dengan syarat usia mencapai 21 tahun, berakal sehat, dan irasyid/ah. Kelima, ijab qobul

    dilakukan oleh suami-istri ataupun istri-suami. Keenam, massa idah juga dialami laki-laki, masa idah laki-laki yakni

    130 hari. Ketujuh,Talak di jatuhkan pihak istri juga dan yang kedelapan, waris laki-laki ddan perempuN SAMA.

    c. Ulil Abshar-Abdalla

    Dengan jelas dan lantang, dia menyuarakan islam Liberal dan Pluralisme, yang bermakna

    pembebasan dan kebebasan. Dia makin disorot, ketika mendirikan JIL (Jaringan Islam Liberal). Pemikran-

    pemikiranya kontoverial, seperti menyuarakan liberalisasi tafsir. Namun artikel-artikrlnya, menuai banyak kritikan

    bahkan oleh FUUI ia divonis mati.

    d. Zuhairi Misrawi

    Dia termasuk anak muda yang aktif menyuar akan liberalisme dan pluralisme agama dan aktif

    menuis artikel tentang pluralisme. Pendapatnya dinilai keras, sehingga sempat diancam mati ketika hendak

  • menyampaikan seminar di Mesir. Sosk nay menuai banyak kontoversi, terutama ketika dia meayangkan

    pernyataan bahwa sholat tidak wajib, namun ia menyangkal hal tersbut. Saya hanya mengkritik shalat yang

    tidak memiliki efek sosial bagi perbaiakn masyarakat. Shalat jalan tapi korupsi juga jalan.

    e. Azyumardi Azra, Goenawan Muhammad, Komarudin Hidayat, Said Aqiel Siradj, Abdul Moqsith Ghazali,

    Denny J.A, Husein Muhammad, M. Luthfi asy-Syaukani, Syamsu Rizal Panggabean, Taufik Adnan Amal, Zuly Qodir

    dan masih banyak lagi sederet nama yang mengusung Islam pembaharuan .

    D. Kaum muslim butuh jati diri da kepercayaan diri nya kembali

    Gold, god and glory. Misi tetaplah misi. Apa yang selama ini dikenal sebagai pembaharuan islam selama

    ini, nampaknya itu adalah bibit kehancuran islam sendiri. Tak bisa dipungkiri,gagasan-gagasan yang para

    orientalis mengagung-agungkanya tentang kajian ulang terkait al-quran, teks al-quran, hadist Nabi dan bahkan

    teologi islam itu merupakan sebuah misi hitam yang ditujukan kepada kaum muslimin.

    Kajian-kajian yang mereka lakukan, tak lain memiliki motif dan tujuan tersendiri, yakni menjajah,

    menguasai dan mempengaruhi objeknya, yakni bangsa dan peradaban Timur. Terpengaruh atau tidak, itu

    dikembalikan kepada diri masing-masing. Yang perlu kaum muslimin sadari adalhh bahwa kita harus

    mengemblikan :

    1. Jati diri kita, sebagai seorang muslim

    2. Keprcayaan diri kita, bahwa islam dalah agama yang paling benar dan sempurna

    3. Tradisi menggali ilmu secara islam

    E. Kesimpulan

    Harus kita akui, tokoh-tokoh pengusung ide Sekulerisme, Liberalisme dan Pluralisme, tak kan henti

    berjuang sampai detik ini. Mereka akan terus berjuang dan berkembang sampai membuat apa yang menjadi misi

    mereka tercapai. Hatta tattabia millatahum!. Pemikira-pemikiran hitam tersebut kini akan terus

    berkembang dan menjadi-jadi jika kita, sebagai umat muslim hanya diam, dan bahkan akan menjadi pengikut

    pemikiran itu. Hal ini akan menenggelamkan keagungan islam itu sendiri. Maka betapa pentingnya untuk kita

    terus mempelajari pemikiran Islam terus menerus. Untuk hal-hal khusus, yang menyangkut agama dan akidah

    hendaknya tak menggunakan metode orentalis tapi dengan methode islam.

    F. Penutupan

    Fakta sekarang menunjukan mereka,para orientalis faham betul siapa dan bagaiman sejarah

    merekan serta mempelajari pemikiran islam beserta sejarah nya dengan serius, mereka faham bahkan melebihi

    kita, sebagaia umat musim sendiri. Hal ini memunculkan celah hitam itu sendiri, dengan leluasanya mereka

    mengotak-atik agama Islam dan menjajah pemikiran islam. Dan begitupun seharusnya kita, harus memahami

    siapa kita dan alangkah lebih baik lagi jika kita juga memahami pemikiran dan sejarah mereka, bukan untuk

    dianut namun untuk membentengi dan menyebarkan agama kita, Islam dengan baik dan tepat. Sehingga

    mereka tak bisa katakan, What you know, we know. What we know, you dont know.. Wallahualam bi shawab.

  • .: Daftar Pustaka :.

    Arif, Dr.Syamsuddin,Orientalis Dan Diabolisme Pemikiran ( Jakara : Gema Insani, 2008 )

    Handrianto, Budi, Tokoh Islam Liberal Indonesia ( Jakarta : Hujjah Press, 2007 )

    Armas, Adnin, MA, Kritik Arthur Jeffery Terhadap Al-Quran ( Jakarta : Islamia, Khairul

    Bayan, Tahun I No.2 Rabiul Akhir- Rajab 1425/ Juni-Agustus 2004 )

    Solihu, Dr. Abdul Kabir Husain, Hermeutika Al-Quran menurut Muhammad Arkoun :

    Sebuah Kritik (Jakarta : Islamia, Khairul, Tahun I No.2 Rabiul Akhir-Rajab 1425/ Juni-Agustus

    2004 )

    Thoha, Dr. Anis Malik, Membaca Sekulerisme Nashr Hamid Dalam Kitabnya Naqd al-

    Khitbah al-Dini (Jakarta : Islamia, Khairul Bayan, Tahun I No.2 Rabiul Akhir- Rajab 1425/ Juni-

    Agustus 2004)

    Husaini, Adian dan Salahudin, Henri, Studi Komparatif : Konsep Al-Quran Nasr Hamid dan

    Mutazilah (Jakarta : Islamia, Khairul Bayan, Tahun I No.2 Rabiul Akhir- Rajab 1425/ Juni-Agustus

    2004)

    Said, Edward W, Orientalisme : Menggugat Hegemoni Barat dan Mendudukkan Timur Sebagai

    Subjek ( Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010)

    Fadal, Kurdi, Pandangan Orientalis Terhadap Al-Quran ( Teori Pengaruh al-Quran Theodor

    Nldeke )