makalah lapkas isk-editedlatest

49
LAPORAN KASUS INFEKSI SALURAN KEMIH Oleh: TRINYANASUNTARI MUNUSAMY 070100235 LOGAPRAGASH KANDASAMY 070100245 SUJITHA MUNAIDY 070100270 VICKNESH CHANDRASHEKARAN 070100276 SAI BANU SELVARAJAH 070100278

Upload: logaprakash-kandasamy

Post on 30-Jun-2015

1.290 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

LAPORAN KASUS

INFEKSI SALURAN KEMIH

Oleh:

TRINYANASUNTARI MUNUSAMY 070100235

LOGAPRAGASH KANDASAMY 070100245

SUJITHA MUNAIDY 070100270

VICKNESH CHANDRASHEKARAN 070100276

SAI BANU SELVARAJAH 070100278

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

RSU HAJI ADAM MALIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

Page 2: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmatNya sehinggga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Infeksi Saluran

Kemih.

Tugas makalah ini diberikan sebagai syarat kepanitraan klinik senior Departemen

Ilmu Penyakit Dalam. Makalah ini juga dibuat dengan tujuan agar para dokter muda yang

membaca makalah ini dapat menambah pengetahuannya tentang infeksi saluran kemih

melalui informasi dan makalah yang disajikan, sehingga lebih mudah untuk mengetahui

bagaimana mendiagnosa serta member penatalaksanaan yang tepat kepada pasien.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Sesungguhnya “ tak

ada gading yang tak pernah retak “. Oleh karena itu kami dengan senang hati akan menerima

segala bentuk kritikan yang bersifat membangun dan saran-saran yang akhirnya dapat

meningkatkan manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberi petunjuk dan bimbinganNya kepada

kita semua.

2

Page 3: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................2

Daftar Isi...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4

1.1. Latar Belakang..........................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................5

1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................5

1.4. Manfaat Penulisan.....................................................................................5

BAB II Tinjauan Pustaka.............................................................................. 6

2.1. Definisi .................................................................................................... 6

2.2 Epidemiologi ............................................................................................. 6

2.3 Etiologi ...................................................................................................... 6

2.4 Klasifikasi ...................................................................................................8

2.5 Patogenesis..................................................................................................8

2.6 Patofisiologi................................................................................................10

2.7 Gejala klinis ...............................................................................................11

2.8 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis......................................................12

2.9 Penatalaksanaan..........................................................................................15

2.10 Komplikasi................................................................................................20

2.11 Prognosis …………………………………………………………….......21

BAB III LAPORAN KASUS.........................................................................22

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................33

4.1. Kesimpulan................................................................................................33

4.2. Saran..........................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 34

3

Page 4: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia. Infeksi

saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran nafas atas

yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 tahun dan 2.5-11%

pada pria di atas 65 tahun. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering

yang mencapai kira-kira 40-60%.

Sampai saat ini belum adanya klasifikasi dan standarisasi penatalaksanaan infeksi

saluran kemih dan genitalia pria di Indonesia. Penatalaksanaan infeksi berkaitan dengan

pemberian antibiotika. Penggunaan antibiotika yang rasional dibutuhkan untuk mengatasi

masalah resistensi kuman.

Oleh karena itu Ikatan Ahli Urologi Indonesia membuat suatu Panduan

Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria. Panduan ini merujuk panduan

yang sudah dibuat oleh EAU (European Association of Urology) dan IDSA (Infectious

Disease Society of America).

Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran kemih.

Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering didapatkan bakteri

di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria

yang dimodifikasikan dari panduan EAU (European Association of Urology) dan IDSA

(Infectious Disease Society of America)

4

Page 5: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam laporan kasus ini adalah ”Bagaimana

gambaran klinis dan penatalaksanaan serta perjalanan penyakit pasien yang mengalami

Infeksi Saluran Kemih dan mengapa hasil kultur urin tidak menemukan pertumbuhan

bakteri?”

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis mengenai Infeksi Saluran Kemih.

2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran terhadap kasus penyakit Infeksi saluran

Kemih pada pasien secara langsung.

3. Untuk memahami perjalanan penyakit Infeksi Saluran Kemih.

1.4. Manfaat Penulisan

Beberapa manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan kasus ini diantaranya :

1. Memperkokoh landasan teoritis ilmu kedokteran di bidang ilmu penyakit dalam,

khususnya mengenai penyakit Infeksi Saluran Kemih.

2. Sebagai bahan informasi bagi pembaca yang ingin mendalami lebih lanjut topik-topik

yang berkaitan dengan Infeksi Saluran Kemih.

5

Page 6: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

ISK adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam

urin. Bakteriuria bermakna (significant bakteriuria): Bakteriuria bermakna menunjukkan

pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony forming units (cfu/ml)

pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK

dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bakteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna

disertai presentasi klinis ISK dinamakn bakteriuria simptomatik. Pada beberapa keadaan

pasien dengan presentasi klinis ISK tanpa bakteriuri bermakna. Banyak faktor yang

menyebabkan negatif palsu pada pasien dengan presentasi klinis ISK (Enday Sukandar,

2007). 

a. Pasien telah mendapat terapi antimikroba

b. Terapi diuretika

c. Minum banyak

d. Waktu pengambilan sampel tidak tepat

e. Peranan bakteriofag

2.2 Epidemiologi

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan

di praktik umum, walaupun pelbagai antibiotika sudah tersedia luas di pasaran. Data

penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% semua perempuan dewasa

pernah mengalami ISK seumur hidupnya (Sukandar E, 2007). 

2.3 Etiologi

Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya

menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut,

ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh Proteus

6

Page 7: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

sp., Klebsiella sp., Enterobacter sp., dan Pseudomonas sp.,Bermacam-macam mikro

organisme dapat menyebabkan ISK, antara lain dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK

No. Mikroorganisme Persentase biakan

(%)

1. Escherichia coli 50-90

2. Klebsiela sp. atau Enterobacter sp.

10-40

3. Proteus sp. 5-10

4. Pseudomonas aeroginosa 2-10

5. Staphylococcus epidermidis 2-10

6. Enterococci sp. 2-10

7. Candida albicans 1-2

8. Staphylococcus aureus 1-2

Jenis penyebab ISK non-bakterial adalah biasanya adenovirus yang dapat menyebabkan

sistitis hemoragik. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen

adalah brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacterium tuberculosa . Candida

sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien-pasien

yang menggunakan kateter urin, pasien dengan penyakit imunnocompromised, dan pasien

yang mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering

ditemukan adalah Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat

menulari saluran kemih secara hematogen .

Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :

1. Bendungan aliran urin, terdiri atas :

a. Anomali kongenital

b. Batu saluran kemih

c. Oklusi ureter (sebagian atau total)

2. Refluks vesikoureter

3. Urin sisa dalam buli-buli karena :

7

Page 8: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

a. Neurogenic bladder

b. Striktura uretra

5.Hygienitas

6. Instrumentasi

a. Kateter

b. Dilatasi uretra

c. Sitoskopi

(Om Zainul’s Blog, 2010)

2.4 Klasifikasi

Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:

a. Infeksi saluran kemih atas

1. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan

oleh infeksi bakteri.

2. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri

berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluks

vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan

ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.

b. Infeksi saluran kemih bawah

1. Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna.

2. Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan

mikroorganisme (steril)

(Sukandar E, 2007).

2.5 Patogenesis

Patogenesis bakteriuria asimtomatik menjadi simtomatik dengan presentasi klinis ISK

tergantung dari patogenitas bakteri dan status pasien sendiri(host) (Sukandar E, 2007). 

8

Page 9: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

Peranan Patogenisitas Bakteri

Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli diduga berkait dengan etiologi

ISK. Penelitian melaporkan lebih daripada 170 serotipe O (antigen) E.coli yang patogen.

Patogenisitas E.coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin

(LPS). Hanya IG serotipe dari 170 srotipeO/E.coli yang terhasil diisolasi rutin dari pasien

ISK klinis, diduga strain E.coli ini mempunyai patogenisitas khusus. Penelitian intensif

berhasil menentukan faktor virulensi E.coli dikenal sebagai virulence determinalis.

Bakteri patogen dari urin dapat menyebabkan presentasi klinis ISK tergantung juga dari

faktor lainnya seperti perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan variasi fase

faktor virulensi (Sukandar E, 2007).

Peranan bakterial attachment of mukosa

Penelitian membuktikan bahwa fimbriae (proteinaceous hair-like projection from the

bacterial surface), merupakan salah satu pelengkap patogenesitas yang mempunyai

kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya

P.fimbriae terikat pada P blood group antigen yang terdapat pada sel epitel saluran kemih

atas dan bawah Fimbriae dari strain E.coli ini dapat diisolasi hanya dari urin segar

(Sukandar E, 2007). 

Peranan Faktor Virulensi Lain

Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa toksin

seperti –haemolisin, cytotoxic necrotizing factor-1 (CNF-1), dan iron uptake system

(aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% -haemolisin terikat pada kromosom dan

berhubungan dengan pathogenicity islands (PAIS) dan hanya 5% terikat pada gen

plasmio.

Faktor Virulensi Variasi Fase

Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan bergantung

pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini menunjukkan peranan beberapa

penentu virulensi bervariasi antara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu,

ketahanan hidup bakteri berbeda dalam kandungan kemih dan ginjal (Sukandar E, 2007). 

9

Page 10: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

Peranan faktor Tuan Rumah (host)

Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotesis peranan status saluran kemih

merupakan faktor resiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih

pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih.

Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh bila sudah terdapat kelainan struktural

anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi

saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses clearance normal dan sangat peka

terhadap infeksi. Zat makanan dari bakteri akan meningkat dari normal , diikuti refluks

MO dari kandung kemih ke ginjal. Endotoksin dapat menghambat peristaltik ureter.

Refleks vesikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri bila dapat terapi antibiotika

(Sukandar E, 2007). 

Status Imunologi Pasien (host response)

Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan status seketor

mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Prevalensi ISK juga meningkat

terkait dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan

dengan fenotipe golongan darah Lewis. Kepekaan terhadap ISK rekuren dari kelompok

pasien dengan saluran kemih normal (ISK tipe sederhana) lebih besar pada kelompok

antigen darah non-sekretorik dibandingkan kelompok sekretorik (Sukandar E, 2007). 

2.6 Patofisiologi

Pada individu normal, urin selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi

kencing. Uretro distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenis

fastidious gram-positif dan gram negatif. Hampir semua ISK disebabkan invasi

mikroorganisme asending dari uretra ke kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu

invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini dipermudah refleks vesikoureter.

Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkin

akibat lanjutan dari bakteriemia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat

lanjut septikemia atau endokarditis akibat stafilokokus aureus. Kelainan ginjal terkait

dengan endokarditis dikenal dengan Nephritis Lohlein. Beberapa peneliti melaporkan

pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari infeksi sistemik

gram negatif (Sukandar E, 2007). 

10

Page 11: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

2.7 Gejala Klinis

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :

1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

2. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis

3. Hematuria

4. Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :

5. Demam

6. Menggigil

7. Nyeri panggul dan pinggang

8. Nyeri ketika berkemih

9. Malaise

10.Pusing

11.Mual dan muntah

(Suwitra K, 2007)

Presentasi klinis ISK bawah:

a) Sistitis - Adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria

bermakna. Presentasi klinis sistitis adalah seperti sakit suprapubik, polakisuria,

nokturia, disuria, dan stranguria.

b) SUA - Sindroma uretra akut adalah presentasi klinis sisititis tanpa ditemukan

mikroorganisme(steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini SUA

disebabkan MO anaerobik. Presentasi klinisnya adalah piuria, disuria, sering kencing,

leukosituria.

Presentasi klinis ISK atas:

a) PNA - Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan

infeksi bakteri. Presentasi klinisnya adalah seperti panas tinggi (39.5-40.5), disertai

menggigil dan sakit pinggang. Sering didahului sistitis.

11

Page 12: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

b) PNK - Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjutan dari infeksi bakteri

berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan

vesikoureter refleks dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan

jaringan ikat parenkim ginjal (Sukandar E, 2007) . 

2.8 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis

2.8.1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan diagnosis

infeksi saluran kemih, antara lain :

2.8.1.1. Urinalisis

Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi tengah,

pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki  dan perempuan

yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih

adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah

(midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong

steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan

cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang

lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine

dalam vesica urinaria (Drdjebrut's Blog, 2009).

Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:

a. Eritrosit

Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi berbagai

penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi

saluran kemih.

b. Piuria

Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila ditemukan

paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5

leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih

dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per

ml urin .

12

Page 13: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :

1. infeksi tuberkulosis;

2. urin terkontaminasi dengan antiseptik;

3. urin terkontaminasi dengan leukosit vagina;

4. nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik);

5. nefrolitiasis;

6. tumor uroepitelial

c. Silinder

Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain:

1. silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal;

2. silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis;

3. silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis

akut;

4. silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersamaan

dengan proteinuria nefrotik.

d. Kristal

Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.

e. Bakteri

Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran

kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.

2.8.1.2. Bakteriologis

a. Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar

atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan

pandang minyak emersi.

b. Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan

diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:

13

Page 14: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

Tabel 3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna

Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin

Aspirasi supra pubik >  100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme

patogen

Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen

Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml

Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa  ISK  pada anak-anak sudah dapat

ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per ml urin yang diambil

melalui kateter. Namun, Hoberman et al.menyatakan bahwa ditemukannya jumlah koloni

bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin masih diragukan, karena

kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar, sehingga masih diperlukan biakan ulang,

terutama bila anak belum diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.

2.8.1.3. Tes Kimiawi

Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang

paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar

mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat.

2.8.1.4. Tes Plat – Celup (Dip-Slide)

Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik bertangkai

dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan

tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu

lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung plastik tempat penyimpanan semula,

lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL

dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman yang terjadi dengan

serangkaian gambar yang memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga

10.000.000 cfu per mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup

adekuat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui .

2.8.2. Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya

Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau

kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa

14

Page 15: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

foto polos abdomen, pielografi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya,

misalnya ultrasonografi dan CT Scan (Drdjebrut's Blog, 2009).

2.9 Penatalaksanaan

Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi, namun bila

sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika. Antibiotika yang diberikan

berdasarkan atas kultur kuman dan tes kepekaan antibiotika.

Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi ke dalam

urin. Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk mendapatkan efek

sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih. Bermacam cara

pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain:

- pengobatan dosis tunggal

- pengobatan jangka pendek (10-14 hari)

- pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)

- pengobatan profilaksis dosis rendah

- pengobatan supresif 

Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :

1. eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai, dan

2. mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi

Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah dan

mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan ginjal

yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan

efek samping yang minimal. Oleh karena itu, pola pengobatan ISK harus sesuai dengan

bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya (Naber

KG, 2001).

Pemilihan antibiotik sangat dipengaruhi oleh bentuk resistensi lokal suatu daerah.

Amoksisilin secara tradisional merupakan antibiotik lini pertama untuk ISK pada anak-

anak. Namun, peningkatan angka resistensi  E.coli terhadap antibiotik ini menjadikan

15

Page 16: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

angka kegagalan kesembuhan ISK  yang diterapi dengan antibiotik ini menjadi tinggi3.

Uji sensitivitas antibiotik menjadi pilihan utama dalam penentuan antibiotik yang

dipergunakan. Antibiotik yang sering dipergunakan untuk terapi ISK, yaitu:

1. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri penyebab ISK

resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat diberikan pada ISK dengan

bakteri yang sensitif terhadapnya.

2. Kloramfenikol 50 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi 4, sedangkan untuk

bayi premature  adalah 25 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi 4.

3. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis.

Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan dengan cotrimoxazole. Penelitian

menunjukkan angka kesembuhan yang lebih besar pada pengobatan dengan

cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.

4. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin 1-2 gr dalam dosis tunggal atau dosis

terbagi (2 kali sehari) untuk infeksi saluran kemih bagian bawah (sistitis) sehari.

Cephalexin kira-kira sama efektif dengan cotrimoxazole, namun lebih mahal dan

memiliki spectrum luas sehingga dapat mengganggu bakteri normal usus atau

menyebabkan berkembangnya jamur (Candida sp.) pada anak perempuan.

Obat-obatan seperti Asam nalidiksat atau Nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak

yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK. Selain itu nitrofurantoin

juga lebih mahal dari Cotrimoxazole dan memiliki efek samping seperti mual dan

muntah. Fluoroquinolon yang sering dipergunakan pada pasien dewasa tidak pernah

dipergunakan pada anak-anak karena mengganggu perkembangan  pada sistem

muskuloskeletal dan sendi .

Lama pemberian antibiotik pada ISK umumnya masih menjadi kontroversi. Pada pasien

dewasa, pemberian antibiotik selama 1-3 hari telah menunjukkan perbaikan berarti,

namun dari berbagai penelitian, lamanya antibiotik diberikan pada anak adalah sebaiknya

7-14 hari.

Jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari setelah pengobatan, contoh urin harus kembali

diambil dan diperiksa ulang. Kultur ulang setelah 2 hari pengobatan umumnya tidak

diperlukan jika diperoleh perbaikan dan bakteri yang dikultur sebelumnya sensitif

terhadap antibiotik yang diberikan. Jika sensitivitas bakteri terhadap antibiotik yang

16

Page 17: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

diberikan atau tidak dilakukan tes sensitivitas/resistensi sebelumnya, maka kultur ulang

dilakukan setelah 2 hari pengobatan.

Antibiotik profilaksis tidak dianjurkan diberikan pada anak penderita ISK. Dalam

penelitiannya, Conway et  al.menyatakan bahwa pemberian antibiotik profilaksis

berkaitan erat dengan meningkatnya risiko terjadinya resistensi dan tidak adanya

pengurangan dalam risiko terjadinya ISK berulang maupun renal scarring. Pada anak

penderita refluks vesiko-urinaria, antibiotik profilaksis tidak memberikan efek berarti

dalam pengurangan risiko terjadinya ISK berulang, sehingga pemberian antibiotik

profilaksis tidaklah diperlukan.

2.7.1. Sulfonamide

Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif. Secara

struktur analog dengan asam p-amino benzoat (PABA). Biasanya diberikan per oral,

dapat dikombinasi dengan Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di ekskresi di

ginjal. Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih dan bisa terjadi

resisten karena hasil mutasi yang menyebabkan produksi PABA berlebihan.

Efek samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash, fotosensitivitas),

gangguan pencernaan (nausea,vomiting, diare), Hematotoxicity (granulositopenia,

(thrombositopenia, aplastik anemia) dan lain-lain. Mempunyai 3 jenis berdasarkan waktu

paruhnya :

- Short acting

- Intermediate acting

- Long acting

2.7.2. Trimethoprim

Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat

enzim dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk

aktif dari folic acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus

dan ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas spp.

Biasanya untuk pengobatan utama infeksi saluran kemih. Trimethoprim dapat diberikan

tunggal (100 mg setiap 12 jam) pada infeksi saluran kemih akut

17

Page 18: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

Efek samping : megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia.

2.7.3. Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX):

Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat, mencegah

resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati infeksi pada saluran

kemih, pernafasan, telinga dan infeksi sinus yang disebabkan oleh Haemophilus

influenza dan Moraxella catarrhalis. Karena Trimethoprim lebih bersifat larut dalam lipid

daripada Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim memiliki volume distribusi yang lebih

besar dibandingkan dengan Sulfamethoxazole. Dua tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80

mg + Sulfamethoxazole 400 mg) yang diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi

berulang pada saluran kemih bagian atas atau bawah. Dua tablet per hari mungkin cukup

untuk menekan dalam waktu lama infeksi saluran kemih yang kronik, dan separuh tablet

biasa diberikan 3 kali seminggu untuk berbulan-bulan sebagai pencegahan infeksi saluran

kemih yang berulang-ulang pada beberapa wanita.

Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan demam,

kemerahan, leukopenia dan diare.

2.7.4. Fluoroquinolones

Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat

topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA gyrase mencegah

relaksasi supercoiled DNA yang diperlukan dalam transkripsi dan replikasi

normal. (9) Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif

termasukenterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per oral,

Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh

dan jaringan, walaupun dalam kadar yang berbeda-beda.  Fluoroquinolon terutama

diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan filtrasi glomerulus. Pada

insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.

Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare. Fluoroquinolon

dapat merusak kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien

di bawah umur 18 tahun.

2.7.5. Norfloxacin

18

Page 19: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat baik untuk

infeksi saluran kemih.

2.7.6. Ciprofloxacin

Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang bagus dalam

melawan bakteri gram negatif dan juga melawan gonococcus,

mykobacteria, termasuk Mycoplasma pneumoniae.

2.7.7. Levofloxacin

Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama baiknya dengan generasi

kedua tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif.

2.7.8. Nitrofurantoin

Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan gram negatif.

Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat di metabolisasi

dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik.

Obat ini diekskresikan di dalam ginjal. Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih

pada orang dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali sehari dalam 7 hari setelah makan.

Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping utama. Neuropati dan

anemia hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.

2.7.9. Obat tepat digunakan untuk pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal

Ginjal merupakan organ yang sangat berperan dalam eliminasi berbagai obat sehingga

gangguan yang terjadi pada fungsi ginjal akan menyebabkan gangguan eliminasi dan

mempermudah terjadinya akumulasi dan intoksikasi obat.

Faktor penting dalam pemberian obat dengan kelainan fungsi ginjal adalah menentukan

dosis obat agar dosis terapeutik dicapai dan menghindari terjadinya efek toksik.  Pada

gagal ginjal, farmakokinetik dan farmakodinamik obat akan terganggu sehingga

diperlukan penyesuaian dosis obat yang efektif dan aman bagi tubuh. Bagi pasien gagal

ginjal yang menjalani dialisis, beberapa obat dapat mudah terdialisis, sehingga diperlukan

dosis obat yang lebih tinggi untuk mencapai dosis terapeutik. Gagal ginjal akan

menurunkan absorpsi dan menganggu kerja obat yang diberikan secara oral oleh karena

waktu pengosongan lambung yang memanjang, perubahan pH lambung, berkurangnya

19

Page 20: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

absorpsi usus dan gangguan metabolisme di hati. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan

berbagai upaya antara lain dengan mengganti cara pemberian, memberikan obat yang

merangsang motilitas lambung dan menghindari pemberian bersama dengan obat yang

menggangu absorpsi dan motilitas.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat pada kelainan fungsi ginjal

adalah :

- penyesuaian dosis obat agar tidak terjadi akumulasi dan intoksikasi obat

- pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik seperti aminoglikosida, Amphotericine B,

Siklosporin.

Pada pasien ISK yang terinfeksi bakteri gram negatif Escherichia coli dengan kelainan

fungsi ginjal adalah dengan mencari antibiotik yang tidak dimetabolisme di ginjal.

Beberapa jurnal dan text book dikatakan penggunaan Trimethoprim +

Sulfamethoxazole (TMP-SMX) mempunyai resiko yang paling kecil dalam hal

gangguan fungsi ginjal. Hanya saja penggunaanya memerlukan dosis yang lebih kecil dan

waktu yang lebih lama. Pada pasien dengan creatine clearance 15 hingga 30 ml/menit,

dosis yang diberikan adalah setengah dari dosis Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole

400 mg yang diberikan tiap 12 jam.  Cara pemberiannya dapat dilakukan secara oral

maupun intravena.

Penghitungan creatine clearance: TKK = (140 – umur) x berat badan

72 x kreatinin serum

(Om Zainul’s Blog, 2010)

2.10 Komplikasi

1. ISK sederhana.

- ISK akut tipe sederhana(sistitis) yaitu non-obstruksi dan bukan perempuan hamil

merupakan penyakit ringan dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama.

2. ISK tipe Berkomplikasi

- ISK selama kehamilan. ISK selama kehamilan dari umur kehamilan.

20

Page 21: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

- ISK pada diabetes melitus. Penelitian epidemiologi klins melaporkan bakteriuria dan

ISK lebih sering ditemukan pada DM dibandingkan perempuan tanpa DM

((Sukandar E, 2007).

2.11 Prognosis

Prognosa Infeksi Saluran Kemih (ISK) menjadi lebih baik dan member pelung yang

lebih cerah kepada pasien bila faktor pencetus dan penyebab yang menyumbang kepada

terjadinya ISK dapat diatasi (Sukandar E, 2007).

21

Page 22: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

BAB III

LAPORAN KASUS

KOLEGIUM PENYAKIT DALAM (KPD)

CATATAN MEDIK PASIEN

No.Reg. RS : 46.27.46

Nama Lengkap : Andra

Tanggal Lahir : 4 Sept

1991

Umur : 19 tahun Jenis Kelamin : Laki-

laki

Alamat : Desa Nano Riam,Kec Pancurbatu,Kab Deli

Serdang

No. Telepon : -

Pekerjaan : Tamat SLTP Status : Belum Kahwin

Pendidikan : Tamat SLTP Suku : Protestan Agama : Kristen

Dokter Muda :

Dokter : dr. Franky

Tanggal Masuk : 19 Februari 2011

ANAMNESIS

Automentesis Heternomentesis

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Keluhan Utama : Nyeri BAK

Deskripsi : Susah BAK (+) sejak 1 minggu yang lalu, BAK warna kuning pekat,

nyeri BAK (+),volume BAK 1000cc/24jam.

- Riwayat BAK berdarah (+) 1x pada 3 hari yang lalu

- Riwayat BAK berpasir/ berbatu (-)

- Demam (+), sejak 3 hari yang lalu, demam tiba-tiba, demam

tinggi (+), mengigil(-).

22

Page 23: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

- Mual (+).Muntah (+) sejak 3 hari yang lalu, frek.muntah

2x/hari,volume muntah 50-100cc, isi air > ampas

- Batuk (-), sesak (-)

- Sakit kepala (+).

- Nyeri seluruh tubuh (+)

- BAB (+)

- RPT : (-)

- RPO : (-)

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

Tanggal Penyakit Tempat Perawatan

Pengobatan dan Operasi

- - - -

RIWAYAT KELUARGA

RIWAYAT PRIBADI

Riwayat Alergi Riwayat Imunisasi

Tahun Bahan/Obat Gejala Tahun Jenis Imunisasi

23

Page 24: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

- - - - -

Hobi : Tidak ada yang khusus

Olah Raga : Tidak ada yang khusus

Kebiasaan Makanan : Tidak ada yang khusus

Merokok : (-)

Minum Alkohol : (-)

Hubungan Seks : (-)

ANAMNESIS UMUM (Review of System)

Berilah Tanda Bila Abnormal dan Berikan Deskripsi

Umum : Kompos Mentis Abdomen : Dalam batas normal

Kulit : Dalam batas normal Ginekologi : Dalam batas normal

Kepala : Tidak ada keluhan

Leher : Tidak ada keluhan

Alat kelamin : Susah BAK+

Nyeri BAK+

Mata : Konjuntiva pulpa Injeksi pucat

(-),Sclera Icterus (-) R/C : +

Ginjal dan saluran kencing : BAK

warna kekuningan

Telinga : Tidak ada keluhan Hematologi : Dalam batas normal

Hidung : Tidak ada keluhan Endokrin/Metabolik : Dalam batas

normal

Mulut dan Tenggorokan : Tidak ada

keluhan

Musculoskeletal : Nyeri sendi

Pernafasan : Tidak ada keluhan Sisetem saraf : Tidak ada keluhan

Emosi : terkontrol

Jantung : Tidak ada keluhan Vaskuler : Tidak ada keluhan

DESKRIPSI UMUM

Kesan Sakit : Ringan Sedang Berat

Gizi → BB : 52 kg TB : 165 cm

IMT = 19.1 kg/m2, Kesan : Normal

24

Page 25: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

TANDA VITAL

Kesadaran Compos Mentis Deskripsi : komunikasi baik,

rasa awas terhadap lingkungan

Nadi

HR

84 x/I

84 x/iReguler, t/v : cukup

Tekanan Darah Berbaring :

Lengan kanan : 100/70 mmHg

Lengan kiri : 100/70 mmHg

Duduk :

Lengan kanan : 100/70 mmHg

Lengan kiri : 100/70 mmHg

Temperatur Aksila : 37,5°C

Pernafasan 20 x/i Deskripsi : torakoabdominal

KULIT : dalam batas normal

KEPALA : Kepala simetris Rambut : hitam, dan tidak rontok

LEHER : TVJ R-2 cmH20, Trakea medial, Pembesaran KGB (-), struma tidak membesar

TELINGA dan HIDUNG : Dalam Batas Normal

RONGGA MULUT DAN TENGGOROKAN : Dalam Batas Normal

MATA : Conjuntiva palpebra inferior pucat (-), sclera ikterik (+) RC (+)/(+), Pupil isokor, ki

= ka, ø 2mm

THORAX

Depan Belakang

Inspeksi Simetris Fusiformis Simetris Fusiformis

Palpasi SF Ka = Ki, pada semua lap.

Paru

SF Ka = Ki, kesan normal pada

semua lap. Paru

Perkusi Sonor kesan normal Sonor pada kedua lapangan paru

25

Page 26: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

Auskultasi SP : vesikular

ST : -

SP : vesikular

ST : -

JANTUNG

Batas Jantung Relatif : Atas : ICR III sinistra

Kanan : LSD

Kiri : 1 cm medial LMCS, ICR V

Jantung : HR : 84 x/i, regular, M1 > M2, A2 > A1, P2 > P1, A2 > P2, desah (-)

ABDOMEN

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Soepel,

H/L/R tidak teraba, nyeri tekan (-) epigastrium.

Inguinal : pembesaran KGB (-)

Perkusi : Timpani, pekak hati (+), pekak beralih (-)

Auskultasi : Peristaltik (+) N, double sound (-)

PUNGGUNG

ballotemen (-), tapping pain (-)

EKSTREMITAS

Superior : oedem -

Inferior : oedem -

ALAT KELAMIN : tidak ditemukan kelainan

REKTUM

Tidak ditemukan kelainan

NEUROLOGI :

Refleks Fisiologis (+), normal

Refleks Patologis (-)

BICARA

Komunikasi baik

26

Page 27: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

PEMERIKSAAN LAB (21/02/2011)

Darah rutin : Hb 13,10 gr/dl; Leukosit 17,15/mm3, Ht : 39%; Trombosit 232.000/mm3,

MCV 90,10 fl; MCH 30,3 pg; MCHC 38,4 gr/dl

RFT : Ureum 18,60 mg/dl ; Creatinin 0,53 mg/dl

LFT : SGOT 10 IU/L, SGPT 10 IU/L

- Bilirubin total : 0.26 mg/dl

- Bilirubin direk : 0.10 mg/dl

- Fosfatase alkali : 94 u/L

- γ – GT : 363 u/L

KGD adrandom -

Elektrolit: Natrium: 131mEq/L; Kalium: 4,1 mEq/L; Klorida: 104 mEq/L

Urinalisa Ruangan : Warna kuning pekat, Protein +, Reduksi -, Billirubin (-),

Urobilinogen (+).

PEMERIKSAAN USG ABDOMEN DARI LUAR (22/02/2011)Hasil :

- Kedua ginjal : renal parenchymal disease- DD :1. Pyleonephrits

2. Glomerulonefritis - Kandung Kemih : Sistitis Kronis

27

Page 28: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

RESUME DATA DASAR

(Diisi dengan Temuan Positif)

Oleh dokter : dr. Franky Jones

Nama Pasien : Andra No. RM :46.27.46

1. KELUHAN UTAMA : Nyeri BAK

2. ANAMNESIS : (Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu,

Riwayat Penyakit Keluarga, DLL)

Hal ini dialami sejak 1 minggu.BAK tersendat (-).BAK keluar batu (-).Warna BAK kuning pekat (+).BAK berdarah (+).OS juga mengalami demam sejak 3 hari ini.OS mengalami sakit kepala (+),sakit sendi (+),mual (+) dan muntah (+), volume muntah 50-100cc. Pemeriksaan laboratorium : dijumpai leukositosis ,peningkatan dalam neutrofil, monosit, neutrofil absolute,dan monosit absolute.Pada pemeriksaan USG Ginjal dan Saluran Kemih dijumpai renal parenchymal disease pada ginjal dan sistitis kronis pada kandung kandung kemih.

28

Page 29: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

RENCANA AWAL

Nama Penderita: AndraNo. RM

Rencana yang akan dilakukan masing-masing (meliputi rencana untuk diagnosis, penatalaksanaan dan edukasi)

No. Masalah Rencana Diagnosis

Rencana Terapi Rencana Monitoring

Rencana Edukasi

1 Nyeri BAK,muntah 1x UGP 1200 cc

- D/U/F rutin-kultur urine-RFT-Widal Test-USG Ginjal dan Saluran Kemih-Konsul ke Nefrologi

- Aktivitas ringan-Diet MB-WFD NaCl 0,9 % 20gr/L-Ciprofloxacin 2 x 500 mg-Flurosemid 1x40mg-PCT 3x1

- Klinis

- Laboratorium

Menerangkan dan menjelaskan keadaan, penatalaksanaan dan komplikasi penyakit pada keluarga

Tanggal S O A PTerapi Diagnostik

20/2/2011 Hasil Urinalisa :Leukosit : >100Eritrosit : >50Silinder :( +)Bakteri : (+)Epitel : <20Cristal : (+), Amorfosfat

21/2/2011 Nyeri BAK, muntah 1x UGP 1200 cc

Vital Sign:Sens: CMTD : 90/70 mmHgPols: 70x/I ; regular ; t/v cukupRR: 24/iTemp: 36,80C

Pemeriksaan fisik: Mata: sclera ikterik

ISK - Tirah Baring

- Diet MB

- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i makro

- Ciprofloxacin 2x500mg

-kultur urin-USB ginjal-Test hati-Imunoserologi-konsul ke nefrologi

29

Page 30: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

(-) Konjuntiva pulp inj pucat (-)Leher: TVJ R-2 cmH2O,pembesaran KGB (-)Thorak: SP : vesikuler, ST: (-)Abdomen : Inspeksi: simetris normalPalpasi: , Nyeri tekan epigastrium(-)Perkusi: TympaniAuskultasi: peristaltik (+) normal.

Hasil pemeriksaan lab:Hb: 13,10 gr/dL;Leukosit: 17.15 gr/dlHt: 39 %Trombosit:232,000 mm³MCV: 90,10fLMCHC: 30,30pgNeutrofil: 83,3Limfosit:6,9Monosit:9,2Eosinofil:0,5Basofil:0,100Neutrofil absolut:14,28Limfosit absolut:1,19Monosit absolut:1,58Eosinofil absolut:0,08Basofil absolute:0,02Bilirubin total: 0,26 mg/dlBilirubin direk: 0,10 mg /dlAST/SGOT: 10 u/LALT/SGPT: 10 u/L

Imunoserologi

- Furosemid 1x40mg

- PCT 3x1

30

Page 31: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

Thyphoid Fever Typhi O (1/40)Typhi AO (1/40)Typhi BO (1/40)Typhi CO (1/40)Typhi H (1/40)Typhi AH (1/40)Typhi BH (1/40)Typhi CH (1/40)Jawaban konsul Nefrologi :DD: Infeksi Saluran Kemih,Batu Saluran KemihAnjuran : - Urinalisa- RFT- USG Saluran Kemih dan Ginjal

Hasil Lab Mikrobiologi :Kultur Urine-tidak dijumpai pertumbuhan bakteri

22/02/2011 Hasil USG Ginjal dan Saluran Kemih : kedua ginjal mengalami renal parenchymal disease dan sistisitis kronisVital Sign:Sens : CM ; TD : 100/80 mmHgPols 80 x/I, regular, t/v cukupRR : 20 x/I ; Temp : 36-370C

Cystitis kronis

-Aktivitas ringan-Diet MB-IVFD NaCL 0,9% 20 tetes/i/makro-Ciprofloxacin 2x500mg-Furosemid 1x400mg

23/02/2011 Vital Sign:Sens : CM ; TD : 100/80 mmHgPols 66 x/I, regular, t/v cukupRR : 24 x/I ; Temp : 35,70CPemeriksaan Fisik :Sama seperti sebelumnya

Cystitis kronis

Aktivitas ringan-Diet MB-IVFD NaCL 0,9% 20 tetes/i/makro-Ciprofloxacin 2x500mg-Furosemid

31

Page 32: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

1x400mg

DAFTAR MASALAH

Nama Penderita : Andra No. RM

No.Tanggal

DitemukanMASALAH

Masalah

Selesai/Tanggal Terkontrol/Tanggal Tetap

1. 19 Februari 2011

Infeksi Saluran Kemih

Kesimpulan dan Prognosis

Kesimpulan : Andra mengalami infeksi saluran kemih

- Ad Vitam : dubia ad bonam

- Ad Functionam : dubia ad bonam

- Ad Sanactionam : dubia ad bonam

VERIFIKASI Dokter Ruangan Chief of Ward Sie. Pendidikan

Tanda tangan

32

Page 33: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang menunjukan kebereadaan mikrorganisme

dalam urin. ISK tergantung banyak factor seperti usia, gender, prevalensi, bakteriuria dan

faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk

ginjal.Sehingga kini penyakit ini tidak mencapai tahap yang kronik karena ISK masih

dapat diobati dengan pengobatan yang tepat.

4.2 Saran

Disarankan pasien dengan ISK agar sentiasa menjaga personal hygiene agar terhindar

dari penyakit infeksi. Juga disarankan agar lebih berhati-hati dalam menggunakan kamar

mandi umum karena resiko terinfeksi dari cedok dan tempat tampungan air yang mungkin

sudah terkontaminasi. Utamakan kamar mandi yang mempunyai jenis squating dari yang

jenis duduk kerana resiko bersentuhan dengan permukaan terkontaminasi lebih rendah.

33

Page 34: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

DAFTAR PUSTAKA

1. Drdjebrut's Blog, 2009. Pengambilan bahan urin dan urinalisa secara umum Available

from: http://drdjebrut.wordpress.com/tag/urinalisis/ [Accesed on 25 February 2011]

2. Enday Sukandar, 2007. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. In: Aru W.Sudoyo,

Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, ed. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta, Indonesia: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI, 553-557.

3. Kayser et al, 2005. Medical MIcrobiology, 15th ed, Thieme, Norwalk, Connecticut/San

Mateo California, 7-20.

4. Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B (ed). European Association

of Urology : Guidelines on Urinary and Male Genital Tract Infections. 2001, 11-29

5. OmZainul’s Blog, 2010 . Infeksi saluran kemih. Available from :

http://omzainul.wordpress.com/2010/03/29/isk-infeksi-saluran-kemih-dari-berbagai-sumber-

moga-berguna/ [Accessed on 28 February 2011]

6. Suwitra K, 2007, Prevalensi, Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Terkait dengan

Infeksi Saluran Kemih pada Penderita Diabetes Melitus yang Rawat Inap, J Peny Dalam,

Volume 8, 2 Mei 2007.

34

Page 35: Makalah LAPKAS ISK-editedlatest

35