makalah labling fix niiii

Upload: sely-oktaviolita-asri

Post on 09-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah Labling Fix Niiii

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN2.1. Pengertian Jar testUntuk mengetahui tingkat kekeruhan suatu sample air, maka kita bisa menggunakan alat laboratorium yang bernama Jartest. Jartest ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kinerjakogulasi dan flokulasi secara simulasi di laboratorium asalkan air yang dilakukan simulasi dengan jartest ini adalah air yang benar-benar akan dilakukan pengolahan dilapangan. Standar ini menetapkan suatu metode pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest, termasuk prosedur umum untuk mengevaluasi pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan terlarut, koloid, dan yang tidak dapat mengendap dalam air dengan menggunakan bahan kimia dalam proses koagulasi-flokulasi, yang dilanjutkan dengan pengendapan secara gravitasi.(sumber : http://bennysyah.edublogs.org/2007/04/ )Sedangkan menurut pendapat lain, tes jar adalah prosedur laboratorium umum digunakan untuk menentukan kondisi operasi optimum untuk air atau pengolahan air limbah. Metode ini memungkinkan penyesuaian pH, variasi dalam koagulan atau dosis polimer, kecepatan pencampuran bergantian, atau pengujian koagulan yang berbeda atau jenis polimer, pada skala kecil untuk memprediksi fungsi operasi pengobatan skala besar. Sebuah tes jar mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi yang mendorong penghapusan ditangguhkan koloid dan bahan organik yang dapat menyebabkan masalah kekeruhan, bau dan rasa. (sumber : http://www.cee.vt.edu/ewr/environmental/teach/wtprimer/jartest/jartest.html)Adapula pendapat lain yang menyatakan bahwa tes jar digunakan untuk menentukan persyaratan dosis untuk bahan kimia ditambahkan untuk menghilangkan kecil partikulat dari air atau air limbah. Baku air minum berasal dari air tanah dengan baik persediaan atau sumber air permukaan seperti danau, sungai, atau waduk. Sementara air tanah cenderung cukup jelas, air permukaan sering memiliki banyak partikel tersuspensi yang membuat tampak keruh. Partikulat juga sering bertanggung jawab untuk beberapa warna, rasa, dan masalah bau yang berhubungan dengan air baku persediaan. Industri air limbah dapat diobati untuk menghilangkan partikulat untuk mempersiapkan untuk digunakan kembali atau pulih bahan berharga dari partikel ditangkap.

(sumber : http://cee.uncc.edu/~wlsaunde/3155/Lab%20Manual/Jar%20Test.pdfv )2.2. Gambar Alat Jartest

2.3. Cara Kerja Alat JartestPeralatan yang diperlukan terdiri dari: Pengaduk, Gelas Kimia, Rak Pereaksi Bahan kimia dan bahan pembantu, digunakan untuk larutan dan suspensi pengujian, kecuali koagulan pernbantu dapat dipersiapkan setiap akan digunakan dengan membuat larutan sampai mencapai konsentrasi 10 gr/L. Koagulan pembantu, dalam perdagangan tersedia berbagai macam koagulan pembantu atau polielektrolit.Prosedur pengujian :1. Masukkan volume contoh uji yang sama (1000 mL) kedalam masing-masing gelas kimia. Tempatkan gelas hingga baling-baling pengaduk berada 6,4 mm dari dinding gelas. Catat temperatur contoh uji pada saat pengujian dimulai.2. Letakkan bahan (kimia) uji pada pereaksi.3. Operasikan pengaduk muIti posisi pada pengadukan cepat dengan kecepatan kira-kira 120 Rpm. Tambahkan larutan atau suspensi pada setiap penentuan dosis yang telah ditentukan sebelumnya.4. Kurangi kecepatan sampai pada kecepatan minimal, untuk menjaga keseragaman partikel flok yang terlarut melalui pengadukan lambat selama 20 menit.5. Setelah pengadukan lambat selesai, angkat baling-baling dan lihat pengendapan partikel flok.6. Setelah 15 menit pengendapan, catat bentuk flok pada dasar gelas dan catat temperatur contoh uji, Dengan menggunakan pipet atau siphon, keluarkan sejumlah cairan supernatan yang sesuai sebagai contoh uji untuk penentuan warna, kekeruhan, pH dan analisis lainnya.7. Ulangi langkah1 sampai6 di atas sampai semua variabel penentu terevaluasi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti prosedur berpasangan 3 dan 3 jartest dianjurkan.(sumber : http://bennysyah.edublogs.org/2007/04/ )Sama seperti sebelumnya, menurut sumber lain prosedur Jar Test yaitu :1. Isi wadah stoples pengujian alat dengan air sampel. Satu kontainer akan digunakan sebagai kontrol sementara 5 lainnya kontainer dapat disesuaikan tergantung pada kondisi apa yang sedang diuji. Sebagai contoh, pH dari guci bisa disesuaikan atau variasi dosis koagulan dapat ditambahkan untuk menentukan kondisi operasi optimal. 2. Tambahkan koagulan untuk setiap wadah dan aduk di sekitar 100 rpm selama 1 menit. Tahap campuran yang cepat membantu untuk membubarkan koagulan seluruh kontainer masing-masing. Koagulan adalah kimia tambahan, seperti garam logam, yang membantu menyebabkan agregat lebih kecil untuk membentuk partikel yang lebih besar. 3. Kurangi kecepatan pengadukan untuk 25 sampai 35 rpm dan terus pencampuran selama 15 sampai 20 menit. Kecepatan ini pencampuran lebih lambat membantu mempromosikan pembentukan floc oleh tabrakan partikel meningkatkan yang menyebabkan flocs lebih besar. Kecepatan ini cukup lambat untuk mencegah Sheering dari floc karena turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan cepat. 4. Matikan mixer dan biarkan wadah untuk menetap selama 30 sampai 45 menit. Kemudian mengukur kekeruhan akhir dalam wadah masing-masing. Kekeruhan akhir dapat mengevaluasi secara kasar oleh pemandangan atau lebih akurat menggunakan sebuah nephelometer. (sumber : http://www.cee.vt.edu/ewr/environmental/teach/wtprimer/jartest/jartest.html)2.4. Koagulasi FlokulasiKoagulasi dan flokulasi merupakan awal dari suatu proses pengolahan lengkap sekaligus merupakan aspek yang paling penting dari suatu proses pengolahan air. Suatu pengolahan akan dikatakan berhasil apabila pemisahan zat padat secara kimiawi berhasil, yang ditandai dengan terbentuknya flok-flok dengan baik.

Pada prinsipnya ada dua aspek yang penting dalam proses koagulasi flokulasi yaitu :1. Pembubuhan bahan kimia koagulan2. Pengadukan bahan kimia tersebut dengan air baku

Aplikasi dari koagulasi dan flokulasi ini dilakukan dalam dua reaktor yang berbeda yaitu koagulator dan flokulator.

(sumber : http://mysteriousshe.blogspot.com/2009/06/koagulasi-dan-flokulasi.html )2.4.1. KoagulasiKoagulasi merupakan proses destabilisasi muatan partikel koloid, suspended solid halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis yang diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua, yakni koloid hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air (soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air (insoluble). Bila koagulan ditambahkan ke dalam air, reaksi yang terjadi antara lain adalah: Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga suatu titik di mana gaya van der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil bergabung serta membentuk flok; Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara grup-grup reaktif pada koloid; Penangkapan partikel koloid negatif oleh flok-flok hidroksida yang mengendap.Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi koloid yang rendah sehingga kontak antar partikel tidak memadai, bila digunakan dosis koagulan yang terlalu besar akan mengakibatkan restabilisasi koloid. Untuk mengatasi hal ini, agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana flok-flok dapat terbentuk dengan baik, maka dilakukan proses recycle sejumlah settled sludge sebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan. Tindakan ini sudah umum dilakukan pada banyak instalasi untuk meningkatkan efektifitas pengolahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain:1. Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dan kesadahan;2. Jumlah dan karakteristik koloid;3. Derajat keasaman air (pH);4. Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle;5. Temperatur air;6. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan pembubuhan kapur;7. Karakteristik ion-ion dalam air.

Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis koagulan lain. Sedangkan kapur untuk pengontrol pH air yang paling lazim dipakai adalah kapur tohor (CaCO3). Agar proses pencampuran koagulan berlangsung efektif dibutuhkan derajat pengadukan > 500/detik, nilai ini disebut dengan gradien kecepatan (G).Untuk mencapai derajat pengadukan yang memadai, berbagai cara pengadukan dapat dilakukan, diantaranya:1. Pengadukan MekanisDapat dilakukan menggunakan turbine impeller, propeller, atau paddle impeller.2. Pengadukan PneumatisSistem ini menggunakan penginjeksian udara dengan kompresor pada bagian bawah bak koagulasi. Gradien kecepatan diperoleh dengan pengaturan flow rate udara yang diinjeksikan.3. Pengadukan hidrolisPengadukan cepat menggunakan sistem hidrolis dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui terjunan air, aliran air dalam pipa, dan aliran dalam saluran. Nilai gradien kecepatan dihitung berdasarkan persamaan sebelumnya. Sementara besar headloss masing-masing tipe pengadukan hidrolis berbeda-beda tergantung pada sistem hidrolis yang dipakai. Untuk pengadukan secara hidrolis, besar nilai headloss yang digunakan sangat mempengaruhi efektifitas pengadukan. Nilai headloss ditentukan menurut tipe pengadukan yang digunakan, yaitu terjunan air, aliran dalam pipa, atau aliran dalam saluran (baffle).a. Terjunan hidrolisMetode pengadukan terjunan air merupakan metode pengadukan hidrolis yang simple dalam operasional. Besar headloss selama pengadukan dipengaruhi oleh tinggi jarak terjunan yang dirancang. Metode ini tidak membutuhkan peralatan yang bergerak dan semua peralatan yang digunakan berupa peralatan diam/statis. b. Aliran dalam pipaSalah satu metoda pengadukan cepat yang paling ekonomis dan simple adalah pengadukan melalui aliran dalam pipa. Metoda ini sangat banyak digunakan pada instalasi-instalasi berukuran kecil dengan tujuan menghemat biaya operasional dan pemeliharaan alat. Efektivitas pengadukan dipengaruhi oleh debit, jenis dan diameter pipa, dan panjang pipa pengaduk yang digunakan.c. Aliran dalam saluran (baffle) Bentuk aliran dalam saluran baffle ada dua macam, yang paling umum digunakan yaitu pola aliran mendatar (round end baffle channel) dan pola aliran vertikal (over and under baffle).Operasional dan Pemeliharaan. Pemeriksaan kualitas air baku di laboratorium instalasi sangat diperlukan untuk menentukan dosis koagulan yang tepat, pemeriksaan yang perlu dilakukan diantaranya mengukur kekeruhan air (turbidity) dan derajat keasaman (pH) air baku. Dosis koagulan ditentukan berdasarkan percobaan jar-test, sedangkan pH air baku ditentukan dengan komparator pH; Pengontrolan debit koagulan yang masuk ke splitter box dilakukan setiap jam oleh operator instalasi; Pemeriksaan clogging pada saluran/pipa feeding dan pompa pembubuh larutan koagulan dilakukan setiap harinya oleh operator instalasi, dan pemeriksaan clogging pada orifice diffuser;Faktorfaktor yang mempengaruhi koagulasi :

1. Pemilihan bahan kimia

Pemilihan koagulan dan koagulan pembantu, merupakan suatu program lanjutan dari percobaan dan evaluasi yang biasanya menggunakan Jar test. Seorang operator dalam pengetesan untuk memilih bahan kimia, biasanya dilakukan di laboratorium. Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu :

Suhu pH Alkalinitas Kekeruhan WarnaMakin rendah kekeruhan, makin sukar Kekeruhan yang baik. Makin sedikit partikel, makinpembentukkan flok jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi. Operator harus menambah zat pemberat untuk menambah partikel-partikel untuk terjadinya tumbukan. Warna berindikasi kepada senyawa organik, dimana zat warna organik bereaksi dengan koagulan, menyebabkan proses koagulasi terganggu selama zat organik tersbut berada di dalam air baku dan proses koagulasi semakin sukar tercapai.

2. Penentuan dosis optimum koagulan

Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan. Dosis optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis optimum berulang-ulang.

3. Penentuan pH optimum

Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air, disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan di atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH tertentu (pH optimum), dimana pH optimum harus ditetapkan dengan jar-test.Untuk kasus tertentu (pada pH air baku rendah dan pada dosis koagulan yang relatif besar) dan untuk mempertahankan pH optimum, maka diperlukan koreksi pH pada proses koagulasi, dengan penambahan bahan alkali seperti : soda abu (Na2CO3), kapur (CaO) atau kapur hidrat {Ca(OH)2}. Dilakukan penentuan dosis alkali pada dosis optimum koagulan yang digunakan.(sumber : http://envist2.blogspot.com/2009/11/hubungan-jar-test-dengan-unit-operasi.html)Bahan koagulan yang sering dipergunakan yaitu:a. Tawas (Al2(SO4)3)b. Fero Sulfat (FeSO4)c. Natrium Aluminat (NaAlO2)d. Feri Sulfat (Fe2(SO4)3)e. Fero Chlorida (FeCl2)f. Feri Chlorida (FeCl3)

Disamping bahan-bahan yang telah disebutkan di atas, saat ini banyak terdapat di pasaran, yaitu Coagulant Aid (Koagulan Tambahan) yang berfungsi untuk mendapatkan air yang lebih jernih, mempercepat proses pengendapan (membantu fungsi bahan koagulan). Macam-macamnya antara lain:a. Super flocb. Magni flocc. Aqua floc

Secara tradisional untuk koagulasi air banyak dipakai seperti biji kelor (Moringa Oleifera), karat besi, tanah gambut dan sebagainya.Biji kelor dipilih yang sudah tua dan kering di pohon (kadar air 10%). Menurut penelitian/pengalaman Pusat Litbang Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum bahwa 6 biji kelor kering yang sudah digerus cukup sebagai koagulan dan desinfektan 1 liter air. Biji kelor sebagai desinfektan juga karena mengandung senyawa myrosin, emulsin, asam gliserid, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, lemak, minyak dan senyawa yang bersifat bakteriosidis.Penggunaan karat besi jauh lebih murah dibandingkan dengan Al2SO4. Penelitian Pusat Litbang Pemukiman PU menunjukkan bahwa koagulan karat besi ternyata biayanya hanya seperdua puluh empat kali tawas (Al2SO4).Tanah gambutpun (2-3 meter dari muka tanah) dapat dipakai sebagai koagulan 1/2 kg tanah gambut cukup untuk mengadakan proses koagulasi air sebanyak 200 liter.(sumber : http://ehsablog.com/koagulasi-dan-flokulasi.html )Proses koagulasi/flokulasi yang terjadi bila menggunakan: TawasPersenyawaan Al2(SO4)3 disebut juga tawas, merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis (murah), mudah didapatkan di pasaran, serta mudah penimpanannya. Selain itu bahan ini cukup efektif untuk menurunkan kadar karbonat.Dengan demikian makin banyak dosis tawas yang ditambahkan pH makin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas optimum yang harus ditambahkan. Pemakaian tawas paling effektif antara pH 5,8-7,4.Untuk pengaturan (menaikkan) pH biasanya ditambahkan larutan kapor Ca(OH)2 atau soda abu (Na2CO3). Feri Sulfat dan Feri ChloridaBahan ini bersifat korosif, serta tidak tahan penyimpanan lama dan mempunyai sifat asam. Endapan Fe(OH)3 efektif terbentuk pada pH 5,5. Untuk pengaturan pH biasanya ditambahkan larutan kapur. Reaksi yang terjadi dengan bikarbonat, dalam air atau dengan kapur.Garam feri ini biasanya dipakai untuk koagulasi air buangan industri. Tetapi setelah itu harus diolah lagi untuk menghilangkan Fe yang ada dalam air tadi. Fero Sulfat dan Fero ChloridaFlokulasi dengan ferro ini biasanya akan lebih baik dengan penambahan larutan akpur atau NaOH dengan perbandingan 1 : 2 Fe sebagai pengaturan kondisi flukulasi.Reaksi yang terjadi :Reaksi dengan bikarbonat dan basa membentuk Fe(OH)2 yang sedikit larut dan selanjutnya akan dioksidasi oleh Oksigen terlarut menjadi Fe(OH)3 yang tidak dapat larut.

Natrium AluminatBahan ini masih kurang populer penggunannya. Reaksinya dengan karbohidrat atau CO2 dalam air:NaAlO2 + Ca(HCO3)2 + H2O Al(OH)3 + CaCO3 + NaHCO22 NaAlO2 + 2 CO + 4 H2O 2 Al(OH)3 + 2 NaHCO3 KapurPengaruh penambhan kapur Ca(OH)2 atau menaikkan pH dan bereaksi dengan bikarbonat membentuk endapan CaCO3 . Bila kapur yang ditambahkan cukup banyak sehingga pH = 10,5, maka akan terbentuk endapan Mg(OH)2.Kelebihan ion Ca pada pH tinggi dapat diendapkan dengan penambahan soda abu. Coagulan AidBiasanya untuk mendapatkan air yang lebih jernih dan mempercepat proses pengendapan ditambahkan coagulan aid yang berfungsi membentu/memacu proses koagulasi. Bahan yang sering dipakai sebagai koagulasi aid ialah Flocculant dari bahan polymer organik.Polymer adalah bahan organik yang berat molekulnya besar. Biasanya sering disebut juga polyelektrolit.Bahan ini ada yang asli (alamiah) dan ada yang syntesis. Polyelektrolit sintetis diklassifikasikan berdasarkan atas jenis muatan pada rantai polymer sebagai berikut :a. Anion polyelektrolit : Polymer bermuatan negatifb. Kation poltelektrolit : Polimer bermuatan positifc. Polyelektrolit bukan ion : Polymer tak bermuatanBermacam-macam polyelektrolit, tergantung dari pabrik yang memproduksinya seperti : super floc, magnifloc, Kononfloc, Aquafloc dan lain sebagainya. Dosis polyelektrilit yang ditambahkan ada batasannya, sehingga tidak mengganggu/membahayakan kesehatan.Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya floc pada proses koagulasi :a. Dosis dan jenis bahan koagulanb. Kondisi pHc. Alkalinitasd. Kekeruhan air bakue. Type suspended solidf. Pengadukan

(sumber : http://ehsablog.com/koagulasi-dan-flokulasi.html )

2.4.2. FLOKULASIProses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok.Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang sama dengan pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien kecepatan koagulasi.Operasional dan Pemeliharaan. Penyisihan schum yang mengapung pada bak flokulasi dilakukan setiap hari secara manual menggunakan alat sederhana (jala), biasanya dilakukan pada pagi hari; Pengontrolan ukuran flok yang terbentuk melalui pengamatan visual; Pemeriksaan kemungkinan tumbuhnya algae pada dinding tangki dan baffle; Pengontrolan kecepatan mixer jika pengadukan dilakukan menggunakan mechanical mixer. Pengoperasian mixer membutuhkan perawatan yang lebih besar dari penggunaan flokulator baffle; (sumber : http://rangminang.web.id/2010/06/koagulasi-dan-flokulasi/ )

Terdapat 2 (dua) perbedaan pada proses flokulasi yaitu :1. Flokulasi Perikinetik adalah aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran m dengan mengandalkan gerakan Brownian. Biasanya koagulan ditambahkan untuk meningkatkan flokulasi perikinetik.2. Flokulasi Ortokinetik adalah aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran di atas 1m dimana gerakan Brownian diabaikan pada kecepatan tumbukan antar partikel, tetapi memerlukan pengaduk buatan (artificial mixing)Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti misalnya :1. Waktu flokulasi,2. Jumlah energi yang diberikan3. Jumlah koagulan4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)7. Penetapan pH pada proses koagulasi

(sumber : http://envist2.blogspot.com/2009/11/hubungan-jar-test-dengan-unit-operasi.html)

2.5. Kesimpulan Jartest secara subyektif masih merupakan uji yang paling banyak digunakan dalam mengontrol koagulasi dan tergantung semata-mata kepada penglihatan kita (secara visuil) untuk mengevaluasi suatu interpretasi/tafsiran. Selain itu seorang Operator juga harus melakukan pengukuran pH, kekeruhan, bilamana mungkin harus melakukan uji filtrabilitas dan potensial zeta.(sumber : http://envist2.blogspot.com/2009/11/hubungan-jar-test-dengan-unit-operasi.html) Pengujian jar merupakan metode eksperimental di mana kondisi yang optimal ditentukan emperically bukan secara teoritis. Jar tes dimaksudkan untuk meniru kondisi dan proses yang terjadi di bagian klarifikasi air dan perawatan tanaman air limbah. Nilai-nilai yang diperoleh melalui percobaan berkorelasi dan disesuaikan dalam rangka untuk menjelaskan sistem pengobatan yang sebenarnya. (sumber : http://www.cee.vt.edu/ewr/environmental/teach/wtprimer/jartest/jartest.html )

Secara garis besar, mekanisme koagulasi dan flokulasi adalah : 1. Destabilisasi muatan negatip partikel oleh muatan positip dari koagulan2. Tumbukan antar partikel3. Adsorpsi

Pada sistem pengolahan air, koagulasi terjadi pada unit pengadukan cepat (flash mixing), karena koagulan harus tersebar secara cepat dan reaksi hidrolisa hanya terjadi dalam beberapa detik, jadi destabilisasi muatan negatip oleh muatan positip harus dilakukan dalam perioda waktu hanya beberapa detik.Nilai gradien kecepatan (G), waktu tinggal/detensi (td) dan kecepatan aliran air adalah jarang berubah selama instalasi pengolahan air berjalan.(sumber : http://envist2.blogspot.com/2009/11/hubungan-jar-test-dengan-unit-operasi.html)

Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang akan dioIah. Flokulasi adalah proses penggumpalan bahan terlarut, kolois, dan yang tidak dapat mengendap dalam air. Uji koagulasi-flokulasi dilaksanakan untuk menentukan dosis bahan-bahan kimia, dan persyaratan yang digunakan untuk memperoleh hasil yang optimum. Variabel-variabel utama yang dikaji sesuai dengan yang disarankan, termasuk : Bahan kimia pembantu Ph Temperatur Persyaratan tambahan dan kondisi campuran(sumber : http://envist2.blogspot.com/2009/11/hubungan-jar-test-dengan-unit-operasi.html) Metode uji ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai jenis koagulan dan koagulan pembantu pada proses pengolahan air bersih dan air Iimbah. Pengaruh konsentrasi koagulan dan koagulan pembantu dapat juga dievaluasi dengan metode ini. (sumber : http://bennysyah.edublogs.org/2007/04/)

Penambahan bahan kimia (koagulan) pada proses koagulasi dengan pengadukan cepat, memberikan kesempatan kepada koagulan untuk membentuk inti flok yang berasal dari partikel koloid yang ada dalam contoh air. Proses koagulasi kemudian dilanjutkan dengan proses pengadukan lambat (flokulasi), dengan tujuan memberikan kesempatan bagi inti flok untuk saling bersentuhan sehingga terbentuk flok yang lebih besar yang siap untuk diendapkan. Proses berikutnya adalah pengendapan (sedimentasi) yang bertujuan untuk mengendapkan flok yang sudah terbentuk.(sumber : http://envist2.blogspot.com/2009/11/hubungan-jar-test-dengan-unit-operasi.html)

Setelah proses koagulasi partikel-partikel terdestabilisasi dapat saling bertumbukan membentuk agregat sehingga terbentuk flok, tahap ini disebut Flokulasi . Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses flokulasi adalah proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar (makroflok).(sumber : http://envist2.blogspot.com/2009/11/hubungan-jar-test-dengan-unit-operasi.html)

GAK KEPAKE YOOO

SedimentasiPada pengolahan air, proses sedimentasi normal tidak selalu menurunkan partikel secara efisien. Khususnya pada kasus percobaan untuk menghilangkan partikel dengan diameter kurang dari 50m.

(sumber : http://envist2.blogspot.com/2009/11/hubungan-jar-test-dengan-unit-operasi.html)

1. Pengertian2. Gambar alat3. Cara kerja4. Koagulasi flokulasi5. Parameter kekeruhan

Koagulasi dan Flokulasi Pada proses koagulasi, zat kimia koagulan dicampur dengan air baku selama beberapa saat hingga merata dalam suatu reaktor koagulator. Dari pencampuran ini akan terjadi destabilisasi koloid zat padat yang ada di air baku. Keadaan ini menyebabkan menggumpalnya koloid-koloid tersebut menjadi koloid dengan ukuran yang lebih besar. Proses koagulasi ini dilaksanakan dalam satu tahap dan dalam waktu yang relatif cepat yaitu kurang dari satu menit, sehingga koagulator disebut juga sebagai pengaduk cepat.

Dalam proses ini, koloid-koloid yang sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi, saling tarik menarik sehingga cenderung untuk membentuk gumpalan yang lebih besar. Karena itu, air yang sudah mengalami proses koagulasi ini kemudian dialirkan ke reaktor kedua untuk proses penggumpalan/flokulasi.

Reaktor kedua, yang disebut flokulator, merupakan tempat dimana flok-flok kecil yang sudah terbentuk di koagulator menjadi membesar. Proses pembesaran ini dilakukan dengan cara pengadukan yang secara bertahap (antara 3-6 tahap), dari kekuatan yang besar kemudian mengecil secara bertahap. Pengadukan yang dilakukan secara bertahap ini dimaksudkan supaya flok yang sudah terbentuk tidak pecah kembali. Akhir dari proses ini adalah terbentuknya flok yang cukup besar untuk dapat diendapkan dalam sebuah bak pengendap. (sumber : http://mysteriousshe.blogspot.com/2009/06/koagulasi-dan-flokulasi.html )KOAGULASI/FLOKULASIKoagulasi/flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel halus yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga bisa diendapkan dengan jalan menambahkan bahan koagulasi (koagulan). Kegunaan/KemampuanKegunaan koagulasi/flokulasi yaitu memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang sangat lembut dan bahan-bahan koloidal di dalam air menjadi agregat/jonjot (proses sebelum penggumpalan) dan membentuk flok, sehingga dapat dipisahkan dengan proses pengendapan dan dapat juga berfungsi menghilangkan beberapa jenis organisme dalam air.Pada dasarnya percobaan Jar Test ini meliputi :a. Menentukan dosis bahan koagulant (tawas) yang ditambahkan dengan variasi dosis tawas yang berbeda-beda.b. Untuk air yang asam perlu ditambahkan kapur dengan dosis yang divariasi untuk mendapatkan kondisi pH yang optimum.c. Dengan kondisi pH yang telah dipilih, dilakukan optimasi berapa dosis tawas yang tepat yang harus ditambahkan.(sumber : http://ehsablog.com/koagulasi-dan-flokulasi.html )VN:F [1.9.2_1090]