makalah kurteks

Upload: joana-bernice-h

Post on 09-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kurteks. pengertian kurikulum, tujuan, konsep, dan lainnya. penjelasan mengenai kurikulum.

TRANSCRIPT

KONSEP DASAR KURIKULUM

KELOMPOK 2 :1. Khadeejah Aswi Akbar 130503940072. Joana Bernice Helga 13050394019

S1 Pendidikan Tata Boga 2013Jurusan PKKUniversitas Negeri Surabaya

KATA PENGANTAR

Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga kepada orang tua, saudara, dan yang terutama kepada dosen pembimbing yang saya hormati karena telah membina saya sampai terbentuknya makalah ini.Di dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa pemahaman konsep mengenai kurikulum, peran, fungsi, dan tujuan kurikulum, serta kurikulum sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan.Sehingga sistem pengajaran dapat tercapai dengan maksimal. Sekian, sekali lagi terimakasih.

22 September 2014,

Penulis

DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar2. Daftar Isi3. Pendahuluana. Latar Belakang Masalahb. Rumusan masalahc. Tujuan 4. Pembahasan5. Penutupa. Simpulan b. Saran 6. Daftar Pustaka

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kurikulum akan membantu kita untuk dapat mengajar secara lebih efektif dan sistematis dengan materi serta metode yang telah dipersiapkan. Kita tentunya telah mengetahui, bahwa kurikulum menunjukkan semua pengalaman belajar siswa di sekolah. Atas dasar pandangan tersebut, diperoleh kesan bahwa sekolah dapat dipandang sebagai miniatur masyarakat, karena di dalam lingkungan sekolah murid mempelajari segi-segi kehidupan sosial, seperti norma-norma, nilai-nilai, adat istiadat, gotong-royong atau kerja sama, dan sebagainya. Semua ini mirip dengan apa yang terjadi di lingkungan masyarakat. Dengan demikian, proses pendidikan dapat diarahkan kepada pembentukan pribadi anak secara utuh, dan ini dicapai melalui kurikulum sekolah.Pengembangan kurikulum haruslah mempunyai landasan berpijak yang kokoh. Ini dimaksudkan agar kurikulum yang dibuat dapat menuntun murid mencapai tujuan jangka pendek yang dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan jangka panjang. Pengembangan kurikulumjuga harus berangkat dari kejelasan apa yang dimaksud dengan kurikulum itu sendiri, dan kejelasan apa fungsi dari kurikulum tersebut.

Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum ?2. Apa saja tujuan dibuatnya kurikulum ?3. Apa peran dan fungsi kurikulum ?4. Apa tujuan pendidikan ?5. Apa saja definisi kurikulum berdasarkan filsafat pengembangnya ?

Tujuan 1. Mengetahui konsep kurikulum.2. Mengetahui tujuan, peran, dan fungsi kurikulum.3. Mendiskripsikan hakekat tujuan pendidikan.4. Menyimpulkan kurikulum sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan.5. Mendiskripsikan konsep kurikulum berdasarkan filsafat pengembangnya.6. Mengetahui konsep kurikulum sesuai dengan lembaga pendidikan.

II. PEMBAHASAN

Definisi KurikulumIstilahKurikulumpertama kali digunakan dalam dunia olahraga pada zaman Yunani kuno.Kurikulumberasal dari kata Curir dan Curere. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkan dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari start sampai finish.Pada perkembangannya kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. Penafsiran para ahli pendidikan berbeda-beda tentang kurikulum. Namun dalam perbedaan tersebut, terdapat juga kesamaan, yaitu bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha mengembangkan anak didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.Murray Print (1993) mengemukakan pendapatnya bahwakurikululummencakup : Planned learning experiences; Offered within an educational institution/program; Represented as a document; and Includes experiences resulting from implementing that document.Ia berpendapat bahwa kurikulum meliputi perencanaan pengalaman belajar atau program sebuah lembaga pendidikan yang diwujudkan dalam sebuah dokumen termasuk pengalaman belajar yang dihasilkan dari implementasi dokumen tersebut.Secara konseptual,kurikulummemiliki tiga dimensi pengertian yaitu sebagai mata pelajaran, sebagai pengalaman belajar, dan sebagai perencanaan program pembelajaran.Kurikulum sebagai Mata PelajaranPengertian kurikulum sebagai mata pelajaran yang harus ditempuh oleh anak didik merupakan konsep yang saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktek pendidikan (Saylor, Alexander, & Lewis, 1981). Dalam konsep ini kurikulum berkaitan erat dengan usaha untuk memperoleh ijazah. Ijazah sendiri menggambarkan kemampuan, yang artinya bahwa ketika anak didik memperoleh ijazah berarti ia telah menguasai mata pelajaran yang diajarkan sesuai dengan kurikulum. Kurikulum berorientasi kepada isi atau materi pelajaran (content oriented). Penguasaan isi pelajaran merupakan sasaran akhir proses pendidikan. Dengan kata lain dalam konsep ini kurikulum pada hakekatnya adalah berisikan bidang studi. Pandangan kurikulum sebagai mata pelajaran merupakan pandangan yang dianggap tradisional, namun sebenarnya masih banyak dianut dan mewarnai kurikulum di era modern saat ini.

Kurikulum sebagai Pengalaman Belajar SiswaPergeseran paradigma mengenai kurikulum dari kurikulum sebagai mata pelajaran ke kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa dipengaruhi oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat cepat. Perkembangan IPTEK memberikan dampak pada aspek kehidupan yang lain termasuk aspek pendidikan khususnya fungsi sekolah sebagai institusi pendidikan. Sekolah tidak hanya dituntut membekali anak didik dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga dituntut mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral kepribadian, bahkan dituntut untuk dapat membekali anak didik dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia pekerjaan. Selain itu dipengaruhi juga oleh penemuan-penemuan dan pandangan-pandangan baru dalam psikologi belajar, yang berpandangan bahwa belajar bukan merupakan kegiatan mengumpulkan pengetahuan, tetapi proses perubahan perilaku siswa, sehingga siswa belajar manakala memiliki perubahan perilaku. Dalam konsep ini pengalaman dianggap lebih penting dari pada sekedar menumpuk pengetahuan.Menurut konsep ini kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan anak didik baik di dalam maupun di luar sekolah, dengan batasan kegiatan tersebut berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah). Segala yang dilakukan siswa yang berada di bawah bimbingan guru adalah termasuk kurikulum. Contoh: tugas kelompok yang dilakukan di luar jam sekolah, atau dikerjakan di rumah, merupakan kurikulum karena tugas tersebut memang diberikan oleh guru dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diprogramkan sekolah.

Kurikulum sebagai Program atau Rencana BelajarDalam konsep kurikulum sebagai rencana, kurikulum dinyatakan sebagai perencanaan yang berisi tentang petunjuk belajar serta hasil yang diharapkan. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan, tampak sejalan dengan konsep yang ketiga yaitu kurikulum sebagai rencana belajar. Kurikulum dinyatakan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Batasan dalam Undang-Undang ini dinyatakan bahwa kurikulum memiliki dua aspek. Pertama, sebagai rencana yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru. Kedua, sebagai pengaturan isi dan cara pelaksanaan rencana itu yang keduanya digunakan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.Dengan demikian kurikulum harus mencakup dua sisi yang sama penting, yaitu perencanaan pembelajaran serta bagaimana perencanaan itu diimplementasikan menjadi pengalaman belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan.Dari konsep-konsep tersebut Sanjaya (2008) menyatakan bahwa kurikulum diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi, dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata. Dapat disimpulkan bahwakurikulum adalahseperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiata pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Tujuan KurikulumKomponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.Kurikulum disusun dengan tujuan antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :a. Belajar beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.b. Belajar untuk memahami dan menghayati.c. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif.d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain.e. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Peran dan Fungsi KurikulumSebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga peranan, yaitu: peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif (Hamalik, 2011: 11-12). 1. Peranan konservatif Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada generasi muda yakni siswa. Siswa perlu memahami dan menyadari norma-norma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika mereka kembali ke masyarakat, mereka dapat menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang sangat penting. Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga keajegan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik. 2. Peran kritis dan evaluatif Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat; demikian juga ada kalanya nilai dan budaya baru itu juga tidak sesuai dengan nilai-nilai lama yang masih relevan dengan keadaan dan tuntutan zaman. Dengan demikian kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau buadaya baru yang mana yang harus dimiliki anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikukum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik. 3. Peran kreatif Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan tuntunan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis yang selalu mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki peran kreatif. Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang senan tiasa bergerak maju secara dinamis. Mengapa kurikulum harus berperan kreatif? Sebab, manakala kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka pendidikan selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di sekolah pada akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan sosial masyarakat.Dalam proses pengembangan kurikulum ketiga peran di atas harus berjalan secara seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran konservatifnya cenderung akan membuat pendidikan ketinggalan oleh kemajuan zaman; sebaliknya kurikulum yang terlalu menonjolkan peran kreatifnya dapat membuat hilangnya nilai-nila budaya masyarakat. Sesuai dengan peran yang harus dimainkan kurikulum sebagai alat dan pedoman pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Mengapa demikian? Sebab, tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan pada dasarnya mengkristal dalam pelaksanaan perannya itu sendiri. Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu 1) fungsi pendidikan umum (Common and General Education). 2) Suplementasi (Supplementation), 3) Eksplorasi (Esploration) dan 4). Keahlian (Specialization). 1. Fungsi Pendidikan Umum (Common and General Education) Fungsi pendidikan umum (Common and General Education) yaitu fungsi kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada setiap peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan, memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial. Dengan demikian, fungsi kurikulum ini harus diikuti oleh setiap siswa pada jenjang dan level atau jenis pendidikan manapun. 2. Suplementasi (Supplementation) Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dari perbedaan kemampuan, perbedaan minat maupun perbedaan bakat. Kurikulum sebagai alat pendidikan seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan tersebut. Dengan demikian setiap anak memiliki kesempatan untuk menambah kemampuan dan wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat dan bakatnya. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata harus terlayani untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal; sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata juga harus terlayani sesuai dengan kemampuannya. 3. Eksplorasi (Eksploration) Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa. Melalui fungsi ini siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga memungkinkan mereka akan belajar tanpa adanya paksaan. Namun demikian, proses eksplorasi terhadap minat dan bakat siswa bukan pekerjaan yang mudah. Adakalanya terjadi pemaksaan dari pihak luar, misalnya para orang tua, yang sebenarnya anak tidak memiliki bakat dan minat terhadap bidang tertentu, mereka dipaksa untuk memilihnya hanya kerana alasan-alasan tertentu yang sebenarnya tidak rasional. Oleh sebab itu para pengembang kurikulum mesti dapat menggali rahasia keberbakatan anak yang kadang-kadang tersembunyi. 4. Keahlian (Spesialization) Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. Dengan demikian kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian misalnya, perdagangan, pertanian, industri atau disiplin akademik. Bidang-bidang semcam itu yang diberikan sebagai pilihan, yang pada akhirnya setiap peserta didik memiliki keterampilan-keterampilan sesuai dengan bidang spesialisasinya. Untuk itu pengembangan kurikulum harus melibatkan para spesialis untuk menentukan kemampuan apa yang harus dimiliki setiap siswa sesuai dengan bidang keahliannya. Memperhatikan fungsi-fungsi di atas, maka jelas kurikulum berfungsi untuk setiap orang atau lembaga yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan pendidikan.Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak berpedoman kepada kurikulum, maka tidak akan berjalan dengan efektif, sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan unutuk mencapai tujuan; sedangkan arah dan tujuan pembelajaran beserta bagaimana cara dan strategi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu merupakan komponen penting dalam sistem kurikulum. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk meyusun perencanaan dan program sekolah. Dengan demikian, penyusunan kalender sekolah, pengajuan sarana dan prasarana sekolah kepada dewan sekolah, penyusunan berbagai kegiatan sekolah baik yang menyangkut kegiatan ekstra kuriukuler dan kegiatan-kegiatan lainnya, harus didasarkan pada kurikulum. Bagi pengawas, kurikulum akan berfungsi sebagai panduan dalam melaksanakan supervisi. Dengan demikian, dalam proses pengawasan para pengawas akan dapat menentukan apakah program sekolah termasuk pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum atau belum, sehingga berdasarkan kurikulum itu juga pengawas dapat memberikan saran perbaikan. Fungsi kurikulum bagi orang tua adalah sebagai pedoman untuk memberikan bantuan baik bagi penyelenggaraan program sekolah, maupun membantu putra/putri mereka belajar di rumah sesuai dengan program sekolah. Melalui kurikulum orang tua akan mengetahui tujuan yang harus dicapai serta ruang lingkup materi pelajaran. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. Melalui kurikulum siswa akan memahami apa yang harus dicapai, isi atau bahan pelajaran apa yang harus dikuasai, dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Berkaitan dengan fungsi kurikulum, Alexander Inglis (dalam Hamalik, 2011: 13-14)) mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk siswa: 1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive of adaptive function) Yang dimaksud dengan fungsi penyesuaian adalah bahwa kurikulum harus dapat mengantarkan siswa agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial masyarakat. Mengapa kurikulum harus memiliki fungsi penyesuaian? Oleh sebab kehidupan masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis, artinya kehidupan masyarakat selalu berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Oleh sebab itu, siswa harus dapat beradaptasi dalam kehiupan masyarakat yang cepat berubah itu. Dalam rangka inilah fungsi penyeseuaian kurikulum diperlukan. 2. Fungsi Integrasi (the integrating function) Fungsi integrasi dimaksudkan bahwa kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor harus berkembang secara terintegrasi. Mengapa demikian? Sebab, kurikulum bukan hanya diharapkan dapat mengembangkan kemampuan intelektual atau kecerdasasan saja, akan tetapi juga harus dapat membentuk sikap sesuai dengan sisitem nilai yang berlaku di masyarakat, serta dapat memberikan keterampilan untuk dapat hidup di lingkungan masyarakatnya. 3. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function) Yang dimaksud dengan fungsi deferensiasi adalah, bahwa kurikulum harus dapat melayani setiap siswa dengan segala keunikannya. Mengapa demikian? Sebab siswa adalah organisma yang unik, yakni memiliki perbedaan-perbedaan, baik perbedaan minat, bakat maupun perbedaan kemampuan. Dapat dipastikan di dunia ini tidak akan ada manusia yang sama. Walaupun keadaan fisik mungkin ada yang sama, akan tetapi belum tentu dilihat dari faktor psikologisnya juga sama. 4. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function) Fungsi persiapan mengandung makna, bahwa kurikulum harus dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak baik untuk melanjutkan penddikan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun untuk kehidupan di masyarakat. Bagi anak yang memiliki potensi untuk belajar pada jenjang yang lebih tinggi, maka kurikulum harus membekali mereka dengan berbagai pengetahuan yang diperlukan agar mereka dapat mengikuti pelajaran pada level pendidikan di atasnya; namun bukan itu saja, kurikulum juga harus membekali mereka agar dapat belajar di masyarat, bagi mereka yang tidak memiliki potensi untuk melanjutkan pendidikannya. 5. Fungsi Pemilihan (the selective function) Fungsi pemilihan adalah fungsi kurikulum yang dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. Kurikulum harus bersifat fleksibel, artinya menyediakan berbagai pilihan program pendidikan yang dapat dipelajari. Hal ini sangat penting, sebab seperti yang telah dikemukakan di atas, siswa memiliki perbedaan-perbedaan, dan kurikulum harus melayani setiap perbedaan siswa.

6. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) Fungsi diagnostik, adalah fungsi untuk mengenal berbagai kelemahan dan kekuatan siswa. Melalui fungsi ini kurikulum berperan untuk menemukan kesulitan-kesulitan dan kelemahan yang dimiliki siswa, disamping mengeksplorasi berbagai kekuatan-kekuatan sehingga melalui pengenalan itu siswa dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Hakekat Tujuan Pendidikan1. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)TPN adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis.TPN merupakan sasaran akhir yang harus di jadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan artinya setiap lembaga dan penyelenggaraan itu,baik pendidikan yang di selenggarakan oleh lembaga pendiddikan formal,informal maupun non formal. Tujuan pendidikan umum biasanya di rumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang di rumuskan oleh pmerintah dalam bentuk undang-undang.TPN merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan.Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari sitem nilai pancasila di rumuskan dalam undang-undang No.20 tahun 2003, pasal 3, yang merumusakan bahwa pendidkan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan khidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Tujuan pedidikan seperti dalam rumusan di atas, merupakan rumusan tujuan yang sangat ideal yang sulit untuk direalisasikan dan di ukur keberhasilannya. 2. Tujuan Institusional (TI)Tujuan institusional adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap lembaga pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat di definisikan sebagai kualifikasi yang harus di miliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang di rumuskan dalam bentuk kompetisi lulusan setiap jenjang pendidikan. Seperti Standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi.Berikut contoh tujuan institusinal, seperti yang tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional pendidikan Bab 5 pasal 26 yang menjelaskan bahwa Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetauan, kepribadian,akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia,memiliki pengetahuan,keterampilan,kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu,teknologi dan seni,yang bermanfaat bagi kemanusiaan.3. Tujuan Kurikuler (TK)Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler dapat di definisikan sebagai kualifikasi yang harus di miliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikan, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan di arahkan untuk mencapai tujuan institusional.4. Tujuan Pembelajaran atau Instruksional (TP)Tujuan pembelajaran atau instruksional merupakan tujuan yang paling khusus. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan atau keterampilan yang di harapkan dapat di miliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses merupakan syarat mutlak bagi guru.

Kurikulum Sebagai Sarana Pencapaian Tujuan Pendidikan

Dari gambar tersebut, kurikulum merupakan komponen yang penting dalam kegiatan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum kegiatan pendidikan akan susah untuk dilaksanakan. Sehingga kurikulum menjadi salah satu sarana pencapaian pendidikan yang penting, karena berisi rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum Berdasarkan Filsafat Pengembangnyaa. Perenialisme Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta mambahayakan tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik. Aliran ini lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Selain itu, pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu. b. Essensialisme Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaan yang utama ialah dalam hal memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang jelas dan tahan lama dalam memberikan kestabilan, mempunyai tata aturan yang jelas. Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne, dalam bukunya mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan. Bogoslousky, mengutarakan di samping menegaskan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai sebuah rumah yang mempunyai empat bagian, yaitu: a. Universum Pengetahuan merupakan latar belakang adanya kekuatan segala manifestasi hidup manusia. Di antaranya adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal usul tata surya dan lain-Iainnya. Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas. b. SivilisasiKarya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan terhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, dan hidup aman dan sejahtera. c. KebudayaanKebudayaan mempakan karya manusia yang mencakup di antaranya filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan. d. Kepribadian Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal. Dalam kurikulum hendaklah diusahakan agar faktor-faktor fisik, fisiologi, emosional dan intelektual sebagai keseluruhan, dapat berkembang harmonis dan organis, sesuai dengan kemanusiaan ideal. Robert Ulich, berpendapat bahwa meskipun pada hakikatnya kurikulum disusun secara fleksibel karena perlu mendasarkan atas pribadi anak, fleksibilitas tidak tepat diterapkan pada pemahaman mengenai agama dan alam semesta. Untuk itu perlu diadakan perencanaan dengan keseksamaan dan kepastian. Butler, mengemukakan bahwa sejumlah anak untuk tiap angkatan baru haruslah dididik untuk mengetahui dan mengagumi Kitab Suci. Sedangkan Demihkevich, menghendaki agar kurikulum berisikan moralitas yang tinggi. c. Progresivisme Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B. Thomas dan Frederick C. Neff. Aliran ini telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan pada abad ke-20, di mana telah meletakkan dasar-dasar kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu, filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik. Aliran ini memandang kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak beku, melainkan selalu berkembang dan berubah. Maka pendidikan sebagai usaha manusia yang merupakan refleksi dari kebudayaan itu haruslah sejiwa dengan kebudayaan itu. Maka pendidikan sebagai alat untuk memproses dan merekonstruksi kebudayaan baru haruslah dapat menciptakan situasi yang edukatif yang pada akhimya akan dapat memberikan warna dan corak dari output (keluaran) yang dihasilkan sehingga keluaran yang dihasilkan (anak didik) adalah manusia-manusia yang berkualitas unggul, berkompetitif, insiatif, adaptif dan kreatif sanggup menjawab tantangan zamannya. Selain itu, sangat diperlukan kurikulum yang berpusat pada pengalaman atau kurikulum eksperimental, yaitu kurikulum yang telah diperoleh anak didik selama di sekolah akan dapat diterapkan dalam kehidupan nyatanya. Dengan metode pendidikan "Belajar Sambil Berbuat" (Learning by doing) dan pemecahan masalah (Problem solving) dengan langkah-langkah menghadapi problem, mengajukan hipotesa. Dengan berpijak dari pandangan di atas maka sangat jelas bahwa filsafat progresivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju (progress) sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru. d. Rekontruktivisme Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris rekonstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruksivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut, aliran rekonstruksionisme dan perenialisme, memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran. Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran rekonstruksionisme tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan masalah yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran perennialisme memilih cara tersendiri, yakni dengan kembali ke kebudayaan lama atau dikenal dengan regressive road culture yang mereka anggap paling ideal. Sementara itu aliran rekonstruksionisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan antar sesama manusia agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata/susunan lama dan membangun tata/susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerjasama antar umat manusia.

Konsep Kurikulum Sesuai Dengan Lembaga PendidikanKurikulum adalahkumpulan pelajaran yang diberikan kepada peserta didik secara teoretis maupun praktik selama mengikuti suatu proses pendidikan. Di sini, kurikulum lebih bersifat pragmatis karena hanya menyediakan bekal pengetahuan dan keterampilan agar peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya. Arti lain kurikulum ialah semua pengalaman yang diberikan lembaga pendidikan kepada peserta didik. Hal ini mencakup teknis yang diatur dalam lingkungan pendidikan, yang dinilai mendukung kelulusan peserta didik secara optimal. Contohnya, pakaian seragam, penyediaan laboratorium, hingga penerapan penghargaan dan sanksi.

III. PENUTUP

Simpulan Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang di desain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi belajar. Tujuan kurikulum adalah mencapai tujuan dari pelajaran yang dilaksanakan. Kurikulum memiliki peran dan fungsi penting untuk mencapai tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan dibagi menjadi 4 yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran atai instruksional. Saran Kebutuhan pendidikan kini semakin kompleks, begitu puka dengan kenbutuhan kurikulum yang ada juga semakin berkembang, maka disarankan agar tiap sekolah atau lembaga pendidikan pendidikan menerapkan suatu sistem kurikulum yang sesuai dengan keadaan lingkungan sekolahnya dan tujuan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-kurikulum-pendidikan.htmlhttps://www.bersosial.com/threads/pengertian-dan-arti-kurikulum-pendidikan.5670/http://bagusizza.blogspot.com/2013/09/tujuan-kurikulum.htmlhttps://asyharbeni.files.wordpress.com/2013/09/peran-dan-fungsi-kurikulum.pdfhttp://01zenismail.wordpress.com/2011/02/09/kurikulum-sebagai-sarana-pencapaian-tujuan/