makalah kulit manggis

Upload: hilyatulauliyabintiharis

Post on 08-Oct-2015

114 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Berisi tentang Kulit Manggis yang memiliki khasiat untuk kesehatan

TRANSCRIPT

TUGAS INDIVIDU

HERBAL MEDICINEUJI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH.

Oleh:

HILYATUL AULIYA

: K211 12 261

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia atau Malaysia. Dari Asia Tenggara tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Filipina, Papua Nugini, Kamboja, Thailand, Srilanka, Madagaskar, Honduran, Brazil, dan Australia Utara. Pada tahun 1999, volume ekspor 4.743.493 kg dengan nilai ekspor mencapai 3.887.816 US$ dan tahun 2000 volume ekspor mencapai 7.182.493 kg dengan nilai ekspor 5.885.038 US$. Pada tahun 2011, produksi manggis mencapai 136.080 ton dan sebanyak 12.603 ton saja yang diekspor ke berbagai negara dalam bentuk buah segar dengan total nilai U$ 9.985.684. Kulit buah manggis merupakan salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai pangan fungsional karena memiliki beragam khasiat. Kulit dari buah manggis ini sangat baik dikonsumsi untuk mencegah penuaan dini. Kandungan antioksidannya lebih besar daripada yang terkandung dalam jeruk maupun pada daging buahnya sendiri. Zat aktif xanthone merangsang regenerasi sel rusak secara cepat sehingga membuat awet muda dan berperan menangkal radikal bebas. Khasiat xanthone bukan hanya antioksidan, tetapi sebagai antikanker. Ekstrak kulit buah manggis bersifat antiproliferasi untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Ekstrak itu juga bersifat apoptosis penghancur sel kanker. Xanthone dalam kulit buah manggis juga ampuh mengatasi penyakit tuberculosis (TBC), asma, leukemia, antiinflamasi dan antidiare.

Vasiasi pengolahan kulit buah manggis pada masyarakat Indonesia masih rendah. Buah ini dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, serta dibuat sirup/sari buah. Secara tradisional buah manggis dapat digunakan sebagai obat luka, sariawan, dan wasir. Kulit buahnya dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya sebagai obat tradisional. Kulit manggis yang memiliki banyak potensi mendorong perlunya penelitian pemanfaatan kulit buah manggis agar lebih optimal dalam penyembuhan suatu penyakit. Kemampuan seseorang untuk mengendalikan atau mengatur kadar gula darah (glukosa) agar tetap dalam batas-batas normal dapat diketahui dengan cara kadar gula puasa, respon gula terhadap pemberian gula oral. Dalam keadaan puasa tidak ada makanan yang diabsobsi. Maka proses untuk mempertajam glukosa normal tergantung dari interaksi yang terintegrasi baik antara hati, jarngan-jaringan perifer dan hormon-hormon yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar glukosa darah.

Menurut hasil survei WHO, jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menduduki ranking ke 4 terbesar di dunia. DM menyebabkan 5% kematian di dunia setiap tahunnya. Diperkirakan kematian karena DM akan meningkat sebanyak 50% sepuluh tahun yang akan datang. Sebanyak 80% responden DM menderita DM tipe 2 dan mereka membutuhkan pengobatan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Telah diketahui diabetes melitus akan berhubungan dengan berbagai komplikasi baik mikroangiopati maupun makroangiopati, terjadinya komplikasi ini sangat erat berhubungan dengan kontrol glukosa darah, di mana sampai saat ini meskipun telah ditemukan insulin dan obat hipoglikemik oral, tetapi untuk mengontrol kadar glukosa darah, diet masih merupakan lini pertama upaya yang dilakukan secara berkepanjangan untuk mencapai target kadar glukosa darah yang diharapkan, sehingga progresifitas penyakit bisa terkendali.

Penderita diabetes mellitus dewasa ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kemakmuran dan berubahnya gaya hidup. Banyak orang menganggap penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan, padahal setiap orang dapat mengidap penyakit diabetes mellitus baik tua maupun muda. Menurut WHO (organisasi kesehatan sedunia) tahun 2003 terdapat lebih dari 200 juta orang dengan penderita diabetes mellitus di dunia. Angka ini akan bertambah menjadi 333 juta orang ditahun 2025. Negara berkembang seperti Indonesia menempati urutan ke 4 jumlah penderita diabetes mellitus di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000 di Indonesia terdapat 8,4 juta pengidap penyakit diabetes mellitus dan diperkirakan akan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Oleh karena itu, perlu dicari obat yang efektif, efek samping yang relatif rendah dan obat dengan harga yang murah. Salah satu upaya dalam penanganan diabetes mellitus adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai obat alternatif. Salah satu tumbuhan yang berefek sebagai antidiabetes mellitus adalah tumbuhan manggis yang terletak pada kulit buah manggis.B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana tinjauan umum buah manggis?2. Bagaimana tinjauan umum penyakit glukosa darah dan diabetes mellitus?3. Bagaimana metode penelitian kulit buah manggis dapat menurunkan kadar glukosa darah?C. TUJUAN1. Mengetahui tinjauan umum buah manggis.2. Mengetahui tinjauan umum penyakit glukosa darah dan diabetes mellitus.3. Mengetahui metode penelitian kulit buah manggis dapat menurunkan kadar glukosa darah.

D. MANFAAT Dengan adanya makalah ini, diharapkan bisa menjadi sumber pembelajaran bagi mahasiswa dan bisa menjadi sumber untuk penelitian selanjutnya.BAB II

PEMBAHASANA. Tinjauan Umum Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu buah tropis yang telah banyak digunakan sebagai obat tradisional di Asia Tenggara. Manggis merupakan buah asli Indonesia, dengan warna daging buah putih dan kulitnya ungu kehitaman. Tanaman yang sekerabat dengan kandis ini dapat mencapai tinggi 25 m dengan diameter batang mencapai 45 cm. Pohon manggis mampu tumbuh baik pada ketinggian 0-600 m dpl, suhu rata-rata 20-30 C, pH tanah berkisar 5-7. Lahan dengan pH asam seperti di lahan gambut, manggis tetap mampu tumbuh dengan baik. Pohon manggis memiliki cabang yang teratur, berkulit cokelat, dan bergetah. Kulitnya berwarna merah keunguan. Ketika matang, terdapat varian warna lain di kulit, yakni merah cerah. Setiap bijinya diselubungi oleh selaput berwarna putih bersih, halus disertai rasa segar. Secara organoleptik, rasa manggis cenderung seragam, yaitu manis, asam, sedikit segar.

Menurut Tjitrosoepomo, kedudukan taksonomi dari Garcinia mangostana Linn. yaitu:

Kingdom: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Guttiferanales

Famili

: Guttiferae

Genus

: Garcinia

Spesies

: Garcinia mangostana Linn.

Komponen terbesar dari buah manggis adalah air, yaitu 83%. Komponen protein dan lemak yang dikandung sangat kecil. Buah manggis tidak mengandung vitamin A, tetapi mengandung vitamin B1 dan vitamin C.Tabel 1. Kandungan Nutrisi Buah Manggis per 100 gram

KandunganJumlah

Kalori63,00 Kkal

Karbohidrat15,60 g

Lemak0,60 g

Protein0,60 g

Kalsium8,00 mg

Vitamin C12,00 mg

Vitamin B10,03 mg

Fosfor12,00 mg

Fe0,80 mg

Bagian yang dapat dimakan29,00 %

Sumber: Hasyim dan Iswari, 2012

Kulit buah manggis merupakan bagian terbesar dari buah manggis yang dikategorikan sebagai limbah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kulit buah manggis mengandung antioksidan kompleks dengan kadar yang tinggi, terutama senyawa fenolik atau polifenol termasuk di dalamnya xanthone dan epikatekin. Senyawa xanthone memiliki sifat antioksidan, antidiabetes, antikanker, antiimpflamasi, hepatopropective, immuno-modulation, dan antibakteri, mampu menekan pembentukan senyawa karsinogenik pada kolon, antibakteri, antifungi, antiplasmodial. Sedangkan senyawa antosianin memiliki manfaat untuk mencegah kerusakan akibat oksidasi, detoksifikasi, meningkatkan sistem imunitas tubuh, menangkap radikal bebas, dan mengikat logam berat seperti besi, seng, dan tembaga. Dalam proses metabolisme tubuh, terjadi reaksi oksidasi dan reduksi sehingga terbentuk radikal bebas yang bersifat oksidator dengan oksigen reaktif. Karena kereaktifannya, radikal bebas itu akan mengoksidasi zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh, sehingga menyebabkan sejumlah jaringan tubuh rusak. Karena mudah teroksidasi, radikal bebas tersebut akan mengoksidasi xanton dengan cepat.B. Tinjauan Umum Glukosa Darah Glukosa darah merupakan karbohidrat dalam bentuk monosakarida yang terdapat dalam darah. Hati berperan dalam metabolisme karbohidrat. Karbohidrat yang telah dicerna menjadi monosakarida (glukosa) diserap darah masuk ke hati melalui vena aorta. Di dalam hati monosakarida (glukosa) diubah menjadi glikogen (glikogenesis) dan disimpan di dalam hati. Tetapi bila dibutuhkan glikogen akan diubah menjadi glukosa dilepaskan secara spontan ke dalam darah. Hati juga mampu menyintesis glukosa dari protein dan lemak (glikoneogenesis).

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah.

Glukosa ialah sejenis gula ringkas. Tumbuh-tumbuhan menyimpan glukosa sebagai karbohidrat yang dinamai kanji dalam bijirin seperti beras, jagung, barli dan sebagainya. Glukosa dalam larutan memutarkan cahaya terkutub-satah ke sebelah kanan, maka ia dikenali sebagai gula dekstrosa. Jumlah glukosa yang diperlukan oleh tubuh setiap hari ialah 160 g. 120 g daripadanya diperlukan oleh otak setiap hari bagi orang dewasa. Jumlah glukosa yang terdapat dalam cecair tubuh ialah 20 g dan yang sedia ada daripada degradasi glikogen simpanan ialah 190 g. Justru, glikogen simpanan dapat membekalkan glukosa kepada tubuh dengan mencukupi untuk tempoh satu hari saja.

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.

Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut gliogenosis), yang mengurangi level gula darah. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin, sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan (resistensi insulin). Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang terdapat di dalam darah.

Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Gula darah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran darah masuk ke hati dan disintetis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh alran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya. Kadar gula dalam tubuh dikendalikan oleh suatu hormon yaitu hormone insulin, jika hormon insulin yang tersedia kurang dari kebutuhan, maka gula darah akan menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga glukosa darah meningkat.

Besarnya kadar gula yang diabsorbsi sekitar 1 gram/kg BB tiap jam. Kecepatan absorbsi gula di dalam usus halus konstan tidak tergantung pada jumlah gula yang ada atau kadar dimana gula berada. Untuk mengetahui kemampuan tubuh dalam memetabolisme karbohidrat dapat ditentukan dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Glikolisis adalah proses penguraian molekul glukosa yang memiliki enam atom karbon, secara enzimatik untuk menghasilkan dua molekul piruvat yang memiliki tiga atom karbon. Glikolisis dapat terjadi di luar tubuh setelah sampel darah dikeluarkan dari dalam tubuh, bila tanpa zat penghambat glikolisis maka komponen yang ada dalam sampel darah seperti eritrosit, lekosit, dan juga kontaminasi bakteri dapat menyebabkan kadar glukosa darah menurun. Glikolisis juga dapat terjadi karena pengaruh suhu dan lama penyimpanan.

Macam-macam pemeriksaan glukosa darah (Chairul, 2012):

1. Glukosa darah sewaktu

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut.

2. Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan

Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan.

Metode-metode pemeriksaan glukosa darah:

a. Metode Folin

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat darah bebas protein dipanaskan dengan larutan CuSO4 alkali. Endapan CuO yang dibentuk glukosa akan larut dengan penambahan larutan fosfat molibdat. Larutan ini dibandingkan secara kolorimetri dengan larutan standart glukosa.

b. Metode Samogyi-Nelson

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat mereduksi Cu dalam larutan alkali panas dan Cu direduksi kembali oleh arseno molibdat membentuk warna ungu kompleks (Pusdiknakes, 1985)

c. Ortho tholuidin

Prinsipnya adalah dimana glukosa akan bereaaksi dengan ortho tholuidin dalam asam acetat panas membentuk senyawa berwarna hijau. Warna yang terbentuk diukur serapannya pada panjang gelombang 625 nm.d. Glukosa oksidase/peroksidase

Glukosa oksidase adalah suatu enzim bakteri yang merangsang oksidasi dengan menghasilkan H2O2. Dengan adanya enzim peroksidase oksigen dari peroksida ini dialihkan ke acceptor tertentu menghasilkan suatu ikatan berwarna.

Diabetes mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes. Gejala diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh. Beberapa faktor yang dapat menunjang timbulnya Diabetes mellitus yaitu obesitas dan keturunan, sedangkan gejala yang dapat diamati adalah polidipsia, poliuria, dan polipfagia. Gejala-gejala ini perlu mendapat tanggapan di dalam penyusunan diet penderita Diabetes mellitus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk Diabetes mellitus yaitu:

1. Diabetes mellitus tipe 1 Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pompa, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".

2. Diabetes mellitus tipe 2 Diabetes mellitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel , gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia. Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak. Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan dengan lisan antidiabetic drugs.

Berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita DM tipe 2 dapat dibagi menjadi 4 kelompok:

a. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normal

b. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya abnormal, disebut juga Diabetes Kimia (Chemical Diabetes)

c. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (kadar glukosa plasma puasa < 140mg/dl)

d. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa tinggi (kadar glukosa plasma puasa > 140mg/dl) (Ditjen Bina Farmasi dal ALKES, 2005).

3. Diabetes mellitus Gestasional Diabetes Mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk Diabetes Mellitus tipe 2. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua.C. Metode Penelitian Adapun langkah penelitian yang dilakukan berupa persiapan alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, blender (Philip), desikator, freeze dryer (Edward), glukometer (Accu Check Active), glukotest strip test (Accu Check Active strip test), lemari pengering, mikroskop (Boeco), neraca hewan (GW-1500), neraca kasar (Ohaus), neraca listrik (Mettler Toledo), oral sonde, oven listrik, penangas air, rotary evaporator (Heidolph VV-2000), seperangkat alat destilasi penetapan kadar air dan spuit 1 ml (Terumo). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan tumbuhan dan bahan kimia. Bahan tumbuhan yang digunakan yaitu kulit buah manggis. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis, amil alkohol, asam asetat anhidrida, asam klorida pekat, asam nitra pekat, asam sulfat pekat, benzen, besi (III) klorida, bismuth (III) nitrat. etanol, glibenklamid, glukosa, isopropanol, kalium iodida, karboksil metil selulosa (CMC), kloralhidrat, kloroform, natrium hidroksida, timbal (II) asetat dan toluen.

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan kerja sebagai berikut:

1. Pengumpulan bahan yang dilakukan secara purposif yang diambil dari Desa Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dan identifikasi sampel yang dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Pegolahan simplisia kulit buah manggis.

Kulit terluar buah manggis dibersihkan dari pengotor lalu dicuci sampai bersih, kemudian dikupas kulit terluar buah manggis, diambil kulit dalamnya dan dirajang.

3. Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam.

4. Pemeriksaan skrining fitokimia simplisia.

Ekstraksi kulit buah manggis dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Maserat diuapkan dengan rotary evaporator dikeringkan dengan freeze dryer (Depkes, 2000).

5. Pemeriksaan skrining fitokimia ekstrak etanol kulit buah manggis.

6. Penyiapan hewan percobaan.

7. Pembuatan larutan glukosa 50% dan suspensi CMC 0,5%, glibenklamid

8. 0,65 mg/kg BB serta ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM).

9. Pengukuran KGD.

10. Pengujian efek ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM) terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit dengan metode toleransi glukosa.

Mencit yang telah dipuasakan selama 18 jam ditimbang berat badannya dan diukur kadar glukosa darah (KGD) puasa, dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit dan diberi perlakuan per oral, kelompok tersebut adalah: Kelompok I: Mencit diberikan suspensi Na-CMC 0,5% Kelompok II: Mencit diberikan suspensi EEKBM dosis 50 mg/kg BB Kelompok III:Mencit diberikan suspensi EEKBM dosis 100 mg/kg BB Kelompok IV:Mencit diberikan suspensi EEKBM dosis 200 mg/kg BB Kelompok V: Mencit diberikan suspensi glibenklamid dosis 0,65 mg/kg BB Setiap kelompok yang telah diberikan sediaan uji, 30 menit kemudian diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 3g/kg BB per oral. Setelah pemberian glukosa, dilakukan pengukuran kadar glukosa darah mencit pada menit ke 30, 60, 90 dan 120 dengan menggunakan alat glukometer.

11. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis variansi (ANAVA) dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.

Makroskopik: kulit buah manggis berwarna merah coklat, permukaan dalam licin, berbau khas, berasa sepat dan pahit. Mikroskopik: di dalam serbuk simplisia kulit buah manggis terlihat adanya kristal kalsium oksalat bentuk driuse, berkas pembuluh xilem bentuk spiral, sel batu dan parenkim. Kadar air sebesar 7,96%. Hasil penetapan kadar air serbuk simplisia kulit buah manggis tidak melebihi 10%, jika melebihi 10 % menjadi media yang baik untuk pertumbuhan jamur. Kadar sari larut air sebesar 12,98%. Penetapan kadar sari larut air untuk mengetahui kadar senyawa kimia yang bersifat polar. Kadar sari larut etanol sebesar 20,14%. Penetapan kadar sari larut etanol untuk mengetahui kadar sari yang larut dalam pelarut polar baik senyawa polar maupun non polar. Kadar abu total sebesar 9,40%. Penetapan kadar abu total untuk mengetahui kadar zat anorganik yang terdapat pada simplisia Kadar abu tidak larut asam sebesar 1,32%. Penetapan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar zat anorganik yang tidak larut dalam asam. Hasil Karakteristik tidak dapat dibandingkan dengan kadar yang tertera pada monografi (Materia Medika Indonesia tahun 1995), karena di dalam monografi tidak ada uraian kulit buah manggis yang ada hanya uraian daun manggis.

Pada pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM) dengan dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB terjadi penurunan KGD pada menit ke 60 sampai menit ke 120 dan memberikan perbedaan yang nyata dengan CMC 0,5% dan tidak memberikan perbedaan yang nyata dengan glibenklamid dosis 0,65 mg/kg BB. Hasil analisa penurunan kadar glukosa darah menunjukkan bahwa pemberian EEKBM dosis 100 mg/kg BB memberikan penurunan kadar glukosa darah yang paling baik dibandingkan dosis 50 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB.

Peningkatan dosis obat seharusnya akan meningkatkan respon yang sebanding dengan dosis yang ditingkatkan, namun dengan meningkatnya dosis peningkatan respon pada akhirnya akan menurun, karena sudah tercapai dosis yang sudah tidak dapat meningkatkan respon lagi. Hal ini sering terjadi pada obat bahan alam, karena komponen senyawa yang dikandungnya tidak tunggal melainkan terdiri dari berbagai macam senyawa kimia, dimana komponen-komponen tersebut saling bekerjasama untuk menimbulkan efek. Namun dengan peningkatan dosis, jumlah senyawa kimia yang dikandung semakin banyak, sehingga terjadi interaksi merugikan yang menyebabkan penurunan efek. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan dosis EEKBM pada dosis 200 mg/kg BB tidak diikuti dengan peningkatan aktivitas antidiabetes. Hal ini karena telah jenuhnya reseptor yang berikatan dan terjadinya interaksi dengan senyawa kimia yang terkandung di dalam kulit buah manggis. Jika reseptor telah jenuh, maka peningkatan dosis tidak bisa mencapai efek maksimumnya. Penurunan glukosa darah pada mencit disebabkan oleh adanya senyawa xanthone yang merupakan senyawa flavonoid yang kaya akan senyawa antioksidan yang dimiliki oleh ekstrak etanol kulit buah manggis yang dapat menetralkan radikal bebas dan mampu membantu menurunkan kadar gula darah dan mengatasi kelelahan yang diakibatkan oleh kadar gula darah yang tak seimbang.

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN1. Kulit buah manggis merupakan bagian terbesar dari buah manggis yang dikategorikan sebagai limbah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kulit buah manggis mengandung antioksidan kompleks dengan kadar yang tinggi, terutama senyawa fenolik atau polifenol termasuk di dalamnya xanthone dan epikatekin. Senyawa xanthone memiliki sifat antioksidan, antidiabetes, antikanker, antiimpflamasi, hepatopropective, immuno-modulation, dan antibakteri, mampu menekan pembentukan senyawa karsinogenik pada kolon, antibakteri, antifungi, antiplasmodial. Sedangkan senyawa antosianin memiliki manfaat untuk mencegah kerusakan akibat oksidasi, detoksifikasi, meningkatkan sistem imunitas tubuh, menangkap radikal bebas, dan mengikat logam berat seperti besi, seng, dan tembaga.2. Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut gliogenosis), yang mengurangi level gula darah. 3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil karakteristik simplisia kulit buah manggis yaitu kadar air 7,96%, kadar sari larut air 12,98%, kadar sari larut etanol 20,14%, kadar abu total 9,40%, dan kadar abu tidak larut asam 0,42%. Ekstrak etanol kulit buah manggis pada dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB mempunyai efek Terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit jantan dengan metode uji toleransi glukosa.

B. SARAN

Perlu ditambahkan sumber literatur yang objek penelitiannya itu adalah manusia, agar bisa dijadikan salah satu acuan untuk pengobatan kepada manusia.DAFTAR PUSTAKAChairul, Per. 2010. Perbedaan Hasil Dari Pemeriksaan Glukosa Darah Yang Diperiksa Secara Langsung dengan Ditunda Selama 1 Jam Pada Suhu Ruang. Tesis. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Manurung, Sondang, dkk. 2010. Efek Antihiperglikemia Dari Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Norvegicus L.) Yang Diinduksi Sukrosa. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.1 Januari 2012: 38-47.Munadi dan Dedi Ardinata. Perubahan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 yang Terkontrol Setelah Mengkonsumsi Kurma. Majalah Kedokteran Nusantara Vol 41 (1) Maret 2008.

Pasaribu, Fidayana, dkk. 2012. Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Jurnal Farmaseutik dan Farmakologi Vol. 1 (1): 1-8.

Permana, Asep W., dkk. 2012. Sifat Antioksidan Bubuk Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Instan dan Aplikasinya Untuk Minuman Fungsional Berkarbonasi. Jurnal Pascapanen 9 (2) 2012: 88-95.Rahmah, Sylvia Aulia, dkk. 2008. Uji Antibakteri Dan Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Aktivitas Xantin Oksidase Yang Diisolasi Dari Air Susu Sapi Segar. Jurnal Farmakologi. Malang.Safitri, Inda Nofriani. 2013. Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Ditinjau dari Locus of Control. JIPT Vol 1 (2): Agustus.

Supariasa, I Nyoman Dewa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Suyono, 2010. Perbedaan Kadar Glukosa Darah dengan Penundaan Menggunakan Sampel Serum dan Plasma NaF. Tesis. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.