makalah konsep kebidanan kelompok 5

32
Tugas Makalah Konsep Kebidanan PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BIDAN DI INDONESIA D I S U S U N OLEH : KELOMPOK 5 Ayu P07524414001 Atiya Pratiwi Herawanto P07524414007 Afifah Septalina P07524414002 Beby Alda Ratu Larasati P07524414008 Andita Sahasrani Fitri P07524414003 Berty Lorenza Sitepu P07524414009 Annisa Al Faiq Agma P07524414004 Dedek Delfi Aprilia P07524414010 Arni Anjuita Sinaga P07524414005 Desi Enjelina Nainggolan P07524414011 Asnita Fera Sianturi P07524414006 Desi Simpan Hati hasibuan P07524414012

Upload: andita-sahasrani

Post on 16-Sep-2015

52 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Poltekkes Kemenkes Medan

TRANSCRIPT

Tugas Makalah Konsep Kebidanan

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BIDAN DI INDONESIADISUSUNOLEH :KELOMPOK 5AyuP07524414001Atiya Pratiwi HerawantoP07524414007Afifah SeptalinaP07524414002Beby Alda Ratu Larasati P07524414008Andita Sahasrani FitriP07524414003Berty LorenzaSitepuP07524414009Annisa Al Faiq AgmaP07524414004Dedek Delfi ApriliaP07524414010Arni Anjuita SinagaP07524414005Desi Enjelina NainggolanP07524414011Asnita Fera SianturiP07524414006Desi Simpan Hati hasibuanP07524414012

POLTEKKES KEMENKES RIJURUSAN D-IV KEBIDANAN MEDANDOSEN PENGAMPU : TRI MARINI SST, M.KebTA : 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Perkembangan Pendidikan Bidan di Indonesia. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Konsep Kebidanan, Program Studi D IV Kebidanan Medan.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Medan, 16 Maret 2015

Penulis

-i-DAFTAR ISI Kata Pengantar iDaftar Isi iiBAB I PENDAHULUAN 1l.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan Penulisan 1BAB II PEMBAHASAN 32.1 Pendidikan Kebidanan di Indonesia3 2.2 Pelayanan Kebidanan di Indonesia7 2.3 Perbedaan Kurikulum yang Lama dan Kurikulum yang Baru9 2.4 Tujuan Pembangunan Millenium12 2.5 Undang-Undang Kebidanan di Indonesia12BAB III PENUTUP 193.1 Kesimpulan193.2 Saran 19DAFTAR PUSTAKA 20

ii

BAB IPENDAHULUANI.I Latar BelakangBidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional oleh sejumlah praktisi di seluruh dunia. Definisi bidan di indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kebidanan yang telah diakui pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dan memperoleh izin melaksanakan praktik kebidanan.Definisi bidan (ICM 2005) adalah seorang yang telah berhasil/sukses menyelesaikan pendidikan bidan yang terakreditasi dan diakui oleh negara, telah memperoleh kualifikasi yang dibutuhkan untuk didaftarkan mendapat sertifikat dan/atau secara resmi diberi lisensi untuk melakukan praktik kebidanan. Ia diakui sebagai profesional yang bertanggung jawab dan akuntabilitas terhadap pekerjaaannya, bermitra dengan perempuan, memberi dukungan, asuhan dan nasihatyang diperlukan selama hamil, bersalin dan masa nifas, untuk memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri. Pokok-pokok yang terdapat dalam definisi bidan adalah pendidikan formal, kemitraan, evidence-based, dan tanggung jawab mandiri. Lingkup asuhan kebidanan meliputi prevensi dan promosi kesehatan, deteksi dini komplikasi ibu dan bayi, dan pengenalan kegawatdaruratan, serta keterampilan menanganinya. Kebidanan (midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesis berbagai disiplin ilmu (multidisiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan serta ilmu kesehatan masyarakat.

I.2 Tujuan Penulisana. Tujuan Umum Mampu memahami secara menyeluruh tentang Perkembangan Pendidikan Bidan di Indonesia.

1b. Tujuan khusus Mampu memahami yang dimaksud dengan proses pendidikan bidan di indonesia. Mampu memahami tentang pelayanan bidan dari masa awal sampai masa sekarang. Mengetahui perbedaan kurikulum yang lama dan kurikulum yang baru. Mengetahui tentang pelayanan bidan yang khas dari indonesia serta UU yang berlaku.

2BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pendidikan Kebidanan di IndonesiaPerkembangan kebidanan di mulai ketika belanda menjajah Indonesia. Pada masa pemerintahan Belanda, Indonesia masih mengikuti kebiasaan lama, ibu bersalin di tolong oleh dukun paraji. Pada zaman Jepang, kebidanan berkembang cukup baik tetapi pemberian perawatan merosot karena kurangnya tenaga perawat, alat-alat medis, dan obat-obatan.Tahun 1851/1852. Dr. W. Bosch ( dokter militer belanda ) membuka pendidikan bidan untuk wanita pribumi di batavia, pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik dan adanya larangan/pembatasan wanita untuk keluar rumah. Sekolah bidan ini ditutup pada tahun 1875 karena rendahnya apresiasi wanita bersalin.Tahun 1889. Straats (ahli obstetri dari Austria) memberi ilmu kebidnan secara sukarela.Tahun 1850. Kursus bidan dibuka dengan pengawasan bidan dari belanda.Tahun 1873. Bidan yang berdomisili di kota hanya mau menolong persalinan untuk orang belanda dan cina.Tahun 1897. Pendidikan bidan dibuka kembali oleh prof.Boerma. pada era ini, prof.Remmeltz melaporkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 1600/100.000 persalinan hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) 30% dari kelahiran sebelum mencapai usia 1 tahun. Pendidikan ini dibuk karena keprihatinan terhadap persalinan.Tahun 1902. Pendidikan dibuka kembali untuk wanita pribumi di RS. Militer di Batavia.Tahun 1904. Pendidikan bidan untuk wanita indo dibuka di makasar. Lulusannya harus bersedia ditempatkan dimana saja dan menolong masyarakat yang kurang mampu dengan Cuma-Cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari pemerintah 15-25 gulden/bulan (tahun 1922 ada kenaikan menjadi 40 gulden/bulan).

3Tahun 1911/1912. Dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBZ (RSUP) di semarang dan batavia. Calon yang diterima adalah lulusan dari HIS (SD 7 tahun) dengan lama pendidikan 4 tahun. Awalnya hanya menerima pria, tahun 1914 telah diterima peserta didik wanita.Tahun 1918. Di buka sekolah swasta pendidikan bidan dan rumah bersalin budi kemuliaan. Murid murid diambil dari juru rawat wanita dan lama pendidikan 2 tahun.Tahun 1920. Dr. Piverrly mendirikan biro konsultasi ibu dan anak di jakarta yang bernama Consultation Bureu Vorr Moeder en Kind. Di jawa barat, biro konsultasi di pelopori oleh Dr. Poerwosoewarjo dan dr.Soemaroe mengikut sertaan dukun bayi yang menjadi cikal bakal pendidikan dukun. Tahun 1935-1938. Pemerintah kolonial belanda mulai mendidik bidan lulusan mulo (setingkat SLTP bagian B). Hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar, antara lain RSB Budi Kemuliaan di Jakarta, RSB Palang Dua dan Mardiwaluyo di semarang.Perkembangan kebidanan setelah kemerdekaan meliputi: Tahun 1948 Dr. H. Sinaga mengeluarkan stensilan untuk pendidikan bidan dan Dr. S. A. Goelam mengeluarkan buku ilmu kebidanan 2 bagian patologi.Tahun 1950 Dr.Moechtar dan Dr. Soelianti membentuk bagian kesehatan ibu dan anak (KIA) di depkes Jogja, yang didalamnya terdapat 475 dokter dan 4000 perawat termasuk bidan. Tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun.Tahun 1952-1975 dibuka pendidikan bidan dengan calon lulusan dari SMP lama pendidikan 3 tahun.Tahun1953 dibuka kursus tambahan bidan (KTB) di yogyakarta yang lamanya 7-2 minggu, tahun 1960, KTB dipindahkan ke jakarta dan tahun 1967 kursus ini di tutup.

4Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bersama sama dengan guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di bandung. Pada awal tahun 1972, skolah tersebut dilebur menjadi SGP (Sekolah Guru Perawat) .Tahun 1960 KTB dipindahkan ke jakarta kemudian pada tahun 1967 KTB di tutup.Tahun 1964 RS. Sint Carolus memulai pendidikan bidan direct entry dari SMA dengan lama pendidikan 4 tahun.Pada tahun 1968 pemerintah mengeluarkan Kepmenkes No.49/1968 tentang peraturan penyelenggaraan sekolah bidan.Tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari sekolah pengatur rawat (SPR) ditambah 2 tahun pendidikan bidan yang disebut sekolah pendidikan lanjutan jurusan kebidanan (SPKLJ).Tahun 1972 dibuka sekolah guru perawat/bidan/perawat kesehatan masyarakat lama pendidikan 1 tahun yang akhirnya ditutup pada tahun 1987.Tahun 1975 depkes melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non sarjana mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawh sangat banyak.Tahun 1974-1984 institusi pendidikan bidan ditutup. Namun IBI tetap ada.Tahun 1978 tercatat 90-92% persalinan ditolong oleh dukun, 6% oleh bidan dan hanya 1% oleh dokter. Tahun 1979 tercatat 8000 dokter umum, 286 specialis obgen dan 16888 bidan.Tahun 1981 dibuka pendidikan diploma 1 (KIA) hanya berlangsung 1 tahun.Tahun 1985 program penyelenggaraan pendidikan bidan di atur dalam permenkes no.386 /menkes/sk/VII/1985 tanggal 22 juli 1985. Pedoman umum penyelenggaraan bidan diatur dalam kepmenkes no. 2221/kep/diknakes/XII/1987.

5Tahun 1989. Dibuka pendidikan bidan (lulusan SPK PBB A dengan pendidikan selama 1 tahun setelah itu diangkat menjadi PNS Gol II.Tahun 1993. Dibuka program pendidikan bidan B (AKPER dengan lama pendidikan 1 tahun)Tahun 1994-1995. Uji coba pendidikan bidan jarak jauh di 3 provinsi, yaityu jawa barat , jawa tengah, dan jawa timur.Tahun 1994. Dilaksanakan LSS dengan materi pembelajaran berbentuk 10 modul.Tahun 1995-1998. IBI bekerja sama langsung dengan mother care melaksanakan pelatihan peer review untuk bidan di rumah sakit, bidan puskesmas, dan bidan di desa di kalimantan selatan.Tahun 1996. IBI bekerja sama dengan Depkes dan American Colelge of nurse midwive (ACNM) dan RS swasta mengadakan Training Of Trainer (TOT).Tahun 1999. Dibuka strata I kesehatan masyarakat yang semua mahasiswanya adalah bidan dari seluruh jakarta, tangerang, bekasi, dan bogor.Tahun 2000. Dilaksanakan pelatihan asuhan persalinan normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Health (MNH) dengan pesertanya adalah tenaga pelayanan, guru, dan dosen dari akademi.Tahun 2000-2002. Dibuka program D IV Bidan Pendidik untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidik di akademi kebidanan. Program ini bekerja sama dengan IBI dan UGM Yogyakarta. Pada april 2002 dibuka program D IV Kebidanan pendidik di Bandung di Universitas Padjajaran dan berlangsung hingga saat in.Tahun 2003. Pelatihan bidan delima.

62.2 Pelayanan Kebidanan di Indonesia2.2.1 Masa LaluDi Indonesia tidak ditemukan catatan-catatan mengenai kebidanan. Hal ini mungkin karena dahulu kebidanan dianggap kegiatan yang biasa saja sehingga tidak perlu di catat. Namun, pelayanan kebidanan yang dilakukan di zaman dahulu dapat terlihat dari kebiasaan di daerah-daerah terutama dalam hal perawatan kehamilan, menolong persalinan, perawatan nifas, dan hal lain yang berhubungan dengan kehamilan. Perkembangan pelayanan kebidanan di indonesia menurut catatan dimulai pada tahun 1807 ketika angka kematian ibu dan bayi tinggi sehingga dukun dilatih untuk pertolongan persalinan. Pada tahun 1952, bersamaan dengan berkembangnya pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh bidan mengambil peranan penting. Melalui permenkes No.363/IX/1980, wewenang bidan dibagi menjadi wewenang umum dan wewenang khusus.Bidan juga disebut midwife atau pendamping istri, kata bidan berasal dari bahasa sansekerta wirdan (wanita bijaksana). Pelayanan kehamilan dahulu dilakukan oleh dukun bayi. Dukun bayi menetapkan apakah seorang wanita hamil/tidak mengetahui letak/ posisi janin dan menafsirkan bayi yang akan dilahirkan. Dukun bayi akan menganjurkan ibu untuk :a. Melakukan pantangan terhadap makanan yang dianggap mencelakakan anak,meliputi larangan makan jantung pisang.b. Melakukan pantangan terhadap pakaian,yaitu melarang mengalungkan selendang dileher.c. Pantangan terhadap tindakan, yang meliputi mebunuh/menyiksa dan tindakan buruk lainnya.d. Melaksanakan kenduri atau selamatan yang diadakan pada saat hamil 3 atau 7 bulan.

72.2.2 Masa KiniPelayanan kehamilan dilakukan oleh tenaga kesehatan (Bidan/Dokter) baik ANC maupun pertolongan persalinan serta menggunakan alat-alat medis yang canggih. Pelayanan ANC mencakup pemberian Imunisasi TT (tetanus Tocsoit), penyuluhan, pemilihan jenis tindakan dan inform consent. Pertolongan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (Bidan/Dokter). Tempat pertolongan biasanya rumah sakit,rumah bersalin atau praktik swasta yang dilengkapi alat-alat persalinan steril. Dapat dilakukan seksio sesare bila terdapat penyulit pada proses persalinan. Pelayanan terhadap bayi meliputi :1. Pemotongan tali pusat dengan menggunakan gunting tali pusat steril sebelum plasenta keluar.2. Pengukuran lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), berat badan dan panjang badan.3. Perawatan tali pusat dengan alkohol atau betadine.4. Bayi tidak dimandikan sebelum 6 jam untuk menghindari hipotermia.5. Minuman bayi yang pertama adalah colostrum.6. Bayi rawat gabung dengan ibunya dan minum ASI on demand.7. Bayi mendapat imunisasi.8. Tidak merangsang bayi dengan air dingin atau mengagetkan bayi dengan keras bila bayi tidak segera menangis. Pelayanan nifas meliputi pengawasan ibu selama 2 jam pertama pasca-partum, ibu diberi makanan dan minuman yang disukai untuk memulihkan tenaga yang terpakai, observasi keadaan umum, tekanan darah, frekuensi nadi, dan jumlah darah yang keluar, terutama bila ibu pasca seksio sesaera. Ibu dianjurkan melakukan senam nifas dan menggunakan pelayanan keluarga berencana dan menggunakan pelayanan KB.

82.3 Perbedaan Kurikulum yang Lama dan Kurikulum yang BaruMengingat besarnya tanggung jawab dan beban kerja bidan dalam melayani masyarakat, pemerintah bersama dengan IBI telah mengupayakan pendidikan bagi bidan agar dapat menghasilkan lulusan yang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan dapat berperan sebagai tenaga kesehatan professional. Berdasarkan hal tersebut maka mulai tahun 1996 telah dibuka pendidikan diploma III kebidanan dengan menggunakan kurikulum nasional yang telah ditetapkan melalui surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan RI No. 009/U/1996 di enam provinsi dengan menerima calon peserta didik dari SMA. Saat ini kurikulum D III Kebidanan telah direvisi mengacu pada Kep.Mendiknas 232 tahun 2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan hasil revisi tersebut telah disahkan dengan keputusan menteri kesehatan RI No. HK.006.06.2.4.1583.

2.4 Tujuan Pembangunan MilleniumMDGs atau Millenium Development Goals(Tujuan Pembangunan Millenium) adalah 8 tujuan yang telah disetujui oleh 191 negara anggota PBB untuk dapat dicapai pada tahun 2015 yang ditandatangani saat Deklarasi Millenium PBB. Deklarasi Millenium PBB yang ditandatangani pada bulan September tahun 2000 menargetkan para pemimpin dunia untuk dapat memberantas kemiskinan, kelaparan, penyakit-penyakit, buta huruf, kerusakan lingkungan, serta diskriminasi terhadap wanita. MDGs adalah turunan atau produk dari deklarasi ini, dan mempunyai beberapa target dan indikator yang spesifik.

9Tujuan-tujuan MDGs tersebut adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; mencapai pendidikan dasar untuk semua; mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; menurunkan angka kematian anak; meningkatkan kesehatan ibu; memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; memastikan kelestarian lingkungan hidup; serta mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Sebenarnya, faktor kesehatan sangat berpengaruh dalam pencapaian MDGs ini. Pencapaian MDGs berpengaruh dalam meningkatnya taraf kesehatan, begitu pula meningkatnya taraf kesehatan dapat membantu dalam pencapaian MDGs. Contohnya adalah, kesehatan yang lebih baik dapat membantu anak-anak untuk belajar lebih baik dan orang dewasa untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik, kesetaraan gender yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik (contoh: KB untuk laki-laki dan perempuan), serta penurunan kemiskinan, kelaparan, dan kerusakan lingkungan yang dapat mempengaruhi tapi juga bergantung pada taraf kesehatan yang lebih baik. Tapi untuk kali ini, mari kita fokuskan pembahasan pada tujuan-tujuan MDGs yang berkaitan langsung dengan dunia kesehatan dan salling berkaitan pula satu sama lain, yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, menurunkan angka kematian anak, serta meningkatkan kesehatan ibu. Tujuan pertama adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Salah satu target spesifik yang telah ditetapkan untuk tujuan ini adalah antara lain adalah menurunnya jumlah balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi. Begitu banyak berita di surat kabar atau saluran televisi nasional yang mengabarkan tentang anak yang mengalami malnutrisi atau kekurangan nutrisi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa capaian penurunan persentase anak malnutrisi tahun 2010 mencapai 17,9% , masih sedikit di atas target MDGs 2015 yaitu 15,5%. Dalam hal ini kita dapat melihat usaha pemerintah yang cukup baik dalam perbaikan gizi anak-anak yang diwujudkan dalam bentuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemberian vitamin serta suplemen yang dibutuhkan bagi balita oleh Posyandu dan Puskesmas, serta perbaikan layanan kesehatan.

10Tapi sebagaimana kita tahu bahwa masih banyak anak-anak yang tidak mendapatkan akses untuk layanan kesehatan yang baik karena masalah sarana dan prasarana (jalan yang rusak, rumah yang terpencil) serta karena masalah ekonomi. Hal tersebut adalah alasan kenapa kemiskinan dan kelaparan saling berkaitan satu sama lain. Hal-hal yang dapat pemerintah lakukan adalah menyediakan akses yang lebih baik menuju layanan kesehatan serta meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui penambahan lapangan kerja, dll.Pemerintah juga dapat menggencarkanblusukanke desa-desa atau tempat-tempat lain untuk program PMT dan memberikan penyuluhan tentang gizi makanan yang seimbang yang mungkin dapat melibatkan mahasiswa kesehatan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah penyuluhan ke sekolah-sekolah dasar dan menengah serta pemberian makanan yang menyehatkan dan bernutrisi baik di sekolah-sekolah. Tujuan selanjutnya adalah menurunkan angka kematian anak hingga 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Data dari BPS dan SDKI menunjukkan bahwa penurunan angka kematian anak sudah sejalan dengan sasaran MDGs, yaitu angka kematian balita dari 97 (tahun 1991) menjadi 44 perseribu kelahiran hidup (tahun 2007), angka kematian bayi dari 68 menjadi 34 perseribu kelahiran, dan neonatal dari 32 menjadi 19 perseribu kelahiran. Hal ini sekali lagi menunjukkan kinerja pemerintah yang patut kita apresiasi dalam hal ini. Tapi tentu saja kita dapat mengharapkan dan mengusahakan perkembangan yang lebih baik dari yang telah dicapai. Salah satunya adalah dengan lebih memperhatikan (kembali lagi) asupan makanan bergizi yang cukup bagi anak-anak, serta diperkuat dengan program ASI Eksklusif. Hal lain yang perlu kita cermati adalah penanganan kelahiran oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman. Karena di daerah-daerah tertentu masih banyak para ibu hamil yang lebih mempercayakan proses persalinan kepada dukun-dukun beranak yang belum jelas kemampuannya serta seberapa steril alat-alat yang digunakan. Untuk itu sekali lagi, kemudahan akses layanan kesehatan sangat diperlukan. Tujuan terakhir adalah AKI atau angka kematian ibu dan meningkatkan kesehatan ibu. Sayangnya, indikator AKI merupakan salah satu yang diramalkan tidak mudah untuk dicapai.

11Data SDKI pada 2007 menunjukkan AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, masih jauh dari harapan MDGs sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan kurangnya tenaga kesehatan berpengalaman seperti bidan di daerah-daerah terpencil. Hal ini juga dikarenakan pembangunan yang tidak merata antara satu provinsi dengan provinsi lain, yang menyebabkan tersedianya layanan kesehatan yang tidak sebanding antar provinsi, serta rasio jumlah Puskesmas yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk. KB dan pernikahan dini juga merupakan faktor-faktor lain yang patut dicermati, terutama di daerah-daerah pedesaan. Akses terhadap kontrasepsi yang kurang dan jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat meningkatkan resiko kematian ibu. Pernikahan dini yang dilakukan oleh perempuan yang belum cukup umur dan belum cukup mampu fisiknya untuk proses kehamilan juga memperparah hal ini. Intinya, hal-hal yang dapat mengatasi 3 permasalahan ini dan membantu pencapaian tujuan-tujuan MDGs ini adalah peningkatan kecukupan gizi masyarakat, digencarkannya penyuluhan tentang kesehatan, serta kemudahan akses layanan kesehatan dan penambahan jumlah layanan kesehatan itu sendiri dan tenaga kesehatan yang berpengalaman. Dengan meningkatkan pelaksanaan hal-hal tersebut, diharapkan kita dapat menuju Indonesia yang lebih sehat dan tercapainya tujuan-tujuan MDGs yang berkaitan.

2.5 Undang-Undang Kebidanan di IndonesiaPELAYANAN KESEHATAN IBUPasal 8 (1) Setiap perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan ibu untuk mencapai hidup sehat dan mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.

12Pasal 9 (1) Pelayanan kesehatan ibu yang diselenggarakan melalui pendekatan promotif dan preventif dilakukan oleh tenaga kesehatan dan/atau tenaga non kesehatan terlatih. Pasal 10 (1) Dalam rangka menjamin kesehatan ibu, pasangan yang sah mempunyai peran untuk meningkatkan kesehatan ibu secara optimal.

PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJAPasal 11 (1) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja bertujuan untuk: a. mencegah dan melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko dan perilaku berisiko lainnya yang dapat berpengaruh terhadap Kesehatan Reproduksi; dan b. mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab. Pasal 12 (1) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dilaksanakan melalui pemberian: a. komunikasi, informasi, dan edukasib. konseling; dan/atau c. pelayanan klinis medis.

13BAGIAN KETIGA PELAYANAN KESEHATAN MASA SEBELUM HAMIL, HAMIL, PERSALINAN, DAN SESUDAH MELAHIRKANPasal 13 (1) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil bertujuan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat, serta memperoleh bayi yang sehat. Pasal 14 (1) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil diberikan dalam bentuk pelayanan antenatal.Pasal 15 (1) Pelayanan antenatal diberikan secara terpadu dengan pelayanan kesehatan lainnya untuk mendeteksi faktor risiko dan penyulit yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu serta janin.Pasal 16 (1) Setiap ibu berhak atas Persalinan yang aman dan bermutu. (2) Persalinan yang aman dan bermutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pencegahan infeksi; b. pemantauan dan deteksi dini adanya faktor risiko dan penyulit;c. pertolongan persalinan yang sesuai standar; d. melaksanakan inisiasi menyusu dini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangane. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan tepat waktu.

14Pasal 17 (1) Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan meliputi: a. pelayanan nifas b. pelayanan yang mendukung pemberian Air Susu Ibu Ekslusif c. pelayanan pola asuh anak dibawah 2 (dua) tahun. Pasal 18 Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Pelayanan Kesehatan Masa Hamil, Persalinan, dan Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf a dan huruf c diatur dengan Peraturan Menteri.

PELAYANAN PENGATURAN KEHAMILAN, KONTRASEPSI, DAN KESEHATAN SEKSUALPasal 19 (1) Pelayanan pengaturan kehamilan dilakukan berupa pemberian: a. komunikasi, informasi, dan edukasi melalui penyuluhan; dan/atau b. konseling. Pasal 20 (1) Setiap orang berhak mendapatkan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang keluarga berencana. (2) Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan siklus kehidupan manusia.Pasal 21 (1) Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

15Pasal 22(1) Setiap orang berhak memilih metode kontrasepsi untuk dirinya tanpa paksaan. (2) Metode kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai pilihan pasangan suami istri dengan mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan, dan norma agama.Pasal 23 (1) Setiap pasangan yang sah harus mendukung pilihan metode kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1). (2) Setiap pasangan yang sah harus berpartisipasi dalam penggunaan metode kontrasepsi.Pasal 24 (1) Pelayanan kontrasepsi darurat diberikan pada ibu yang tidak terlindungi kontrasepsi atau korban perkosaan untuk mencegah kehamilan. (2) Pemberian kontrasepsi darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai standar.Pasal 25 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 diatur dengan Peraturan Menteri.Pasal 26 (1) Setiap perempuan berhak menjalani kehidupan seksual yang sehat secara aman, tanpa paksaan dan diskriminasi, tanpa rasa takut, malu, dan rasa bersalah.

16 (2) Kehidupan seksual yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kehidupan seksual yang: a. terbebas dari infeksi menular seksual; b. terbebas dari disfungsi dan gangguan orientasi seksual; c. terbebas dari kekerasan fisik dan mental; d. mampu mengatur kehamilan; dan e. sesuai dengan etika dan moralitas.Pasal 27 (1) Pelayanan Kesehatan Seksual diberikan melalui: a. keterampilan sosial;b. komunikasi, informasi, dan edukasic. konseling; d. pengobatan; dan e. perawatan. (2) Pelayanan Kesehatan Seksual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan secara terpadu oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan.Pasal 28 Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelayanan Kesehatan Seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 diatur dengan Peraturan Menteri.Pasal 29 (1) Korban kekerasan seksual harus ditangani secara multidisiplin dengan memperhatikan aspek hukum, keamanan dan keselamatan, serta kesehatan fisik, mental, dan seksual. (2) Penanganan aspek hukum, keamanan dan keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. upaya perlindungan dan penyelamatan korban; b. upaya forensik untuk pembuktian; dan c. identifikasi pelaku.

17PELAYANAN KESEHATAN SISTEM REPRODUKSIPasal 30 (1) Setiap perempuan berhak atas Pelayanan Kesehatan Sistem Reproduksi. (2) Pelayanan Kesehatan Sistem Reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk melindungi organ dan fungsi reproduksi agar terbebas dari gangguan, penyakit atau kecacatan pada perempuan. (3) Pelayanan Kesehatan Sistem Reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan tahapan siklus reproduksi perempuan sesuai standar.

18BAB IIIPENUTUP3.1. KesimpulanPerkembangan pendidikan bidan di Indonesia dulu di mulai sejak jaman penjajahan kolonial Belanda sampai penjajaha Jepang. Di zaman dahulu pendidikan kebidanan tidak ada sampai Dr.W.Bosch datang dan membuka pendidikan kebidanan dan di lanjut oleh pembukaan program kesehatan lainnya. Sampai pada tahun 2000-2002 dibuka program bidan pendidik / DIV dan 2003 di buka pelatihan Bidan Delima. Pelayanan kebidanan dimasa lampau memiliki perbedaan dengan pelayanan bidan dimasa kini, bidan dimasa lampau tidak terlalu diutamakan karna masih banyaknya dukun beranak yang ada di Indonesia sehingga bidan berfungsi untuk membantu/mendampingi dukun beranak. Tetapi bidan dimasa kini diutamakan karena bidan sudah lebih dipercaya dan bidan saat ini sudah bermitra dengan dokter, bisa disebut bidan dan dokter adalah mitra kerja. Pada zaman ini pelayanan kebidanan sudah sangat ditingkatkan selain itu bidan juga sudah di buatkan perundang-undangan oleh Indonesia.

3.2. SaranBidan adalah mitra masyarakat dari dulu sampai sekarang, Bidan juga profesi yang paling penting karena bidan memegang penuh siklus hidup wanita. Karena itu kita sebagai anggota kesehatan/Bidan harus menjunjnung tinggi martabat bidan. Dan harus bekerja dengan baik, Karena profesi ini adalah profesi yang sangat mulia dan kita juga harus dapat menjadi panutan masyarakat.

19DAFTAR PUSTAKAPurwandari, Atik. 2008. Konsep Kebidanan Sejarah dan Profesionalisme. Jakarta. EGC.http://www.who.int/topics/millenium_development_goals/about/en/index.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2240-kebijakan-kementerian-kesehatan-dalam-mencapai-mdgs.htmlhttp://mdgsindonesia.org/official/index.php/component/content/article/20-Materi%20MDGs/51http://www.menkokesra.go.id/content/menko-kesra-perbaikan-gizi-kunci-penekan-angka-kematian-bayihttp://m.tempo.co/read/news/2013/04/10/173472398/Empat-Target-MDGs-yang-Sulit-Tercapai

20