makalah kiposis.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH
SISTEM MUSKULOSKELETAL
“KIFOSIS”
Disusun Oleh :
1. Atika Faradila
2. Daniar Reza H.
3. Ika Juwita
4. Imami Retno C.
5. Mila Nadi R.
6. Mirta O.
7. Riris Putri S.
8. Rizki Dwi K.
9. Wiwis Wahyu A.
10. Dewi Indarwati
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN-PEKALONGAN
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul KIFOSIS tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem I
MUSKULOSKELETAL. Terselesaikannya penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak sehingga hasil dari penyusunan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi semua pihak.
Pekalongan, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..........................................................................................................i
Kata Pengantar ..........................................................................................................ii
Daftar Isi ...................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan ..................................................................................................
BAB II Pembahasan…………………………………………………………………..
A. Definisi...........................................................................................................
B. Etiologi...........................................................................................................
C. Patofisiologi...................................................................................................
D. Manifestasi Klinis..........................................................................................
E. Pencegahan…………………………………………………………………
F. Penatalaksanaan……………………………………………………………
G. Pemeriksaan penunjang………………………………………………………
H. Komplikasi…………………………………………………………………..
BAB III Asuhan Keperawatan…………………………………………………………..
A. Pengkajian…………………………………………………………………………………..
B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………………………
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………
Lampiran ………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia memiliki tulang dan sendi (sistem gerak) yang memiliki banyak fungsi untuk
menunjang kehidupan manusia. Tanpa kondisi fit tulang dan sendi, manusia akan kesulitan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa bentuk kelainan tulang belakang.
Tubuh manusia tersusun dari tulang-tulang yang menopangnya agar bisa berdiri tegak, duduk,
berjalan, berlari, dan beraktivitas. Pentingnya fungsi tulang sebagai salah satu penopang hidup
manusia membuat kelainan dan penyakit pada tulang sangat perlu diketahui. Jika kondisi tulang
tidak dalam keadaan baik, segala aktivitas manusia akan terganggu.
Kelainan dan penyakit pada tulang secara umum dapat digolongkan menjadi 3 kelompok.
Kelainan bawaan yang terjadi pada tulang, contohnya kelainan tulang belakang.
Tulang yang retak atau patah ketika mengalami kecelakaan.
Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma,
gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif. Kifosis (berasal dari bahasa Yunani, kyphos
yang berarti punuk). Kifosis sering dihubungkan dengan skoliois, tulang belakang melengkung
menyamping. Baru disebut kifosis bila lengkungnya lebih dari 40o. Jika lebih dari 50o dianggap
tak normal. Kifosis ringan mungkin belum disadari karena nyaris tak menimbulkan keluhan
kecuali rasa lelah, punggung nyeri, serta kaku yang awalnya dianggap wajar akibat kegiatan
harian.
Secara umum dikenal tiga jenis kifosis. Pertama, congenital kyphosis, kelainan bawaan sejak di
rahim ibu yang harus diatasi sedini mungkin, sebelum berusia 10 tahun.
Kedua, postural kyphosis yang paling banyak ditemui (pada remaja putri) dan biasa disebut
“bungkuk udang”. Jarang menyebabkan nyeri dan tak menimbulkan gangguan saat dewasa.
Mengatasinya dengan memperkuat otot perut dan lutut yang membuat tubuh lebih nyaman.
Ketiga, Scheuermann’s khyphosis (diambil dari nama radiolog Denmark yang pertama kali
menandainya). Banyak terjadi di usia belasan tahun terutama pada remaja pria yang terlalu
kurus. Bisa mempengaruhi tulang punggung atas dan bawah (panggul). Gerak tertentu bisa
memicu nyeri dan akhirnya tak kuat duduk atau berdiri lama. Bisa diatasi dengan memakai brace
(rompi penyangga batang tubuh), latihan memperkuat tulang belakang, dan pemberian obat
antiradang pereda nyeri.
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung
yang seharusnya berbentuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung
ke depan melebihi batas normal, kelainan ini di masyarakat awam sering disebut sebagai
“ Bungkuk “.
Kifosis adalah lengkungan ke depan pada punggung bagian atas ( bungkuk ).
Biasanya pembungkukan ini terjadi secara berlebihan, yaitu lebih dari 50 derajat sehingga
punggung akan terlihat memiliki punuk ( daging yang menonjol pada tengkuk ).
B. ETIOLOGI
1. Posisi duduk yang salah
2. Kelainan otot
3. Genetic
4. Kekurangan kalsium dan vitamin D
5. Pria lebih rentan
6. Lansia, karena diperparah oleh keadaan dengan osteoporosis
7. Arthritis degenerative tulang belakang yang dapat menyebabkan kerusakan pada
tulang ( tulang belakang ).
8. Ankylosing spondilitis, peradangan arthritis yang mempengaruhi tulang belakang
dan dekat sendi.
9. Gangguan jaringan ikat, seperti sindrom Marfan yang dapat mempengaruhi
jaringan ikat yang kemampuan untuk menahan sendi pada posisi yang tepat.
10. Tuberkulosis dan infeksi tulang belakang lain, yang dapat mengakibatkan
kerusakan sendi.
11. Kanker atau tumor jinak yang memengaruhi tulang dan tulang belakang
12. Spina bifida, cacat lahir yang mana tulang belakang tidak membentuk sepenuhnya
dan menyebabkan cacat sumsum dan tulang belakang.
13. Kondisi yang menyebabkan kelumpuhan, seperti cerebral palsy, polio dan kaku
tulang.
C. PATHOFISIOLOGI
terlampir
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Sakit pada leher dan punggung
2. Pada kiposis berat akan terjadi sesak nafas karena paru – paru tidak dapat mengembang sempurna.
3. Orang yang lama tidak bertemu justru orang yang menyadari akan adanya kebungkukan ini.
4. Postur tubuh yang membungkuk ke depan
5. Nyeri tulang belakan
6. Kelelahan
E. PENCEGAHAN
Pencegahan Primer, agar tidak terkena kiposis.
Pencegahan sekunder, kiposis dapat ditemukan sedini mungkin.
Pencegahan tersebut meliputi :
1. Duduk dengan posisi yang benar
2. Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
3. Berolahraga teratur
4. Diet cukup vitamin D dan kalsium.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan bergantung pada tingkat keparahan kiposis. Pada kiposis ringan
mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi Medik dan Fisioterapi, sedangkan pada
kiposis berat akan membutuhkan ortese khusus ( Brace ) yang membantu meluruskan
kembali posisi tulang belakang. Pada kiposis ekstrem seringkali dibutuhkan tindakan
bedah. Kasus yang ringan dan non-progresif bisa diatasi dengan menurunkan berat badan
(sehingga ketegangan pada punggung berkurang) dan menghindari aktivitas berat.
Jika kasusnya lebih berat, kadang digunakan brace (penyangga) tulang belakang atau
penderita tidur dengan alas tidur yang kaku/keras.
Jika keadaan semakin memburuk, mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk
memperbaiki kelainan pada tulang belakang
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Forward bend test. Pasien membungkuk ke depan dari pinggang, sementara memandang
tulang belakang dari samping. pembulatan dari punggung atas mungkin menjadi lebih
jelas dalam posisi ini. Dalam kyphosis postural, deformitas mengoreksi sendiri saat Anda
berbaring telentang
• Neurological functions test. Meskipun perubahan neurologis yang menyertai kyphosis
jarang, dapat diperiksa untuk mereka dengan mencari kelemahan, perubahan sensasi atau
kelumpuhan di bawah kyphosis tersebut.
• Spinal imaging tests. mengambil X-ray untuk mengkonfirmasi kyphosis, menentukan
tingkat kelengkungan dan mendeteksi setiap kelainan bentuk tulang, yang membantu
mengidentifikasi jenis kyphosis. Misalnya,
- ditunjang oleh foto Spinal lateral dan AP (antero posterior).
- tampilan of wedge-shaped vertebrae or other features pada membedakan X-ray antara
kyphosis postural dan kyphosis Scheuermann's.
- Pada orang dewasa yang lebih tua, sinar-X mungkin menunjukkan perubahan rematik di
tulang belakang, yang dapat berkontribusi terhadap peningkatan kesakitan.
• MRI tulang belakang mencurigai adanya tumor atau infeksi
• Tes fungsi paru. menggunakan tes menilai setiap kesulitan bernapas yang disebabkan
oleh kyphosis tersebut.
H. KOMPLIKASI
Kifosis dapat menyebabkan komplikasi berikut:
1. Body image problems. Remaja, khususnya, dapat mengembangkan citra tubuh yang buruk dari memiliki a rounded back atau dari memakai penjepit untuk memperbaiki kondisi tersebut.
2. Deformity punuk. The hump on the back may become prominent over time.3. Back pain. Dalam beberapa kasus, misalignment tulang belakang dapat menyebabkan
rasa sakit, yang dapat menjadi parah dan melumpuhkan.4. Breathing difficulties. Dalam kasus yang berat, kurva dapat menyebabkan tulang rusuk
untuk menekan paru-paru Anda, menghambat kemampuan Anda untuk bernapas.5. Neurological signs and symptoms. Walaupun jarang, ini mungkin termasuk kelemahan
atau kelumpuhan kaki, akibat tekanan pada saraf tulang belakang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru
2. Nyeri b.d membengkoknya saraf nyeri
3. Gangguan citra tubuh b.d kelainan bentuk tulang belakang(bungkuk)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx. 1
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menyatakan pola nafas
kembali efektif
kriteria hasil :
RR 16 – 20x/mnt
Sesak nafas (-)
Intervensi Rasional
a. Observasi pola napas,
b. Berikan posisi semi fowler
c. Ajarkan teknik nafas dalam
d. Kolaborasi dalam pemberian O2
a. Membanyu menentukan intervensi
b. Meningkatkan ekspansi paru
c. Memaksimalkan persediaan O2
d. Membantu memenuhi O2 klien
Dx. 2
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menyatakan nyeri hilang
atau terkontrol dengan kriteria hasil:
Skala nyeri 1-3
Ekspresi wajah rileks
Intervensi Rasional
a. Kaji skala nyeri
b. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas
a. Mengetahui tingkat keparahan
nyeri
b. Merelaksasi otot sehingga
dalam
c. Ajarkan klien cara duduk yang
benar
d. Anjurkan klien tidur tanpa
bantal jika klien tidak sesak
nafas
e. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
mengurangi nyeri
c. Mengurangi keparahan kifosis
d. Memperbaiki kelainan tulang
e. Golongan obat pereda nyeri
Dx. 3
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menyatakan percaya diri
meningkat dengan kriteria hasil:
Klien mampu menerima keadaan dirinya
Klien mampu menggunakan koping yang tepat
Intervensi Rasional
a. Observasi persepsi klien terhadap
kifosis.
b. Dengarkan keluhan pasien
c. Libatkan pasien dalam tiap
tindakan
d. Berikan kunjungan oleh penderita
kifosis
a. Pasien yang putus asa
memandang kifosis sebagai
kelainan dan harus di beri
motivasi
b. Meringankan stressor klien
c. Mengurangi kecemasan dan
menambah semangat klien
akan adanya harapan
keberhasilan terapi
d. Sebagai model nyata yang
dapat memotivasi klien
e. Observasi kemampuan/bakat yang
di miliki klien
e. Menggali kemampuan lain
yang dimiliki untuk modal
hidup mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH VOLUME 3. Jakarta:
EGC
http://anggaraaditya.wordpress.com/kelainan-pada-tulang-belakang/
http://www.anneahira.com/kelainan-dan-penyakit-pada-tulang.htm
http://www.detikhealth.com/read/2010/08/05/164710/1414380/766/punuk-janda-di-
punggung-wanita-tua?ld991107763
http://terapibekamkeiroprektik.blogspot.com/2010/09/kyphosis-tulang-belakang-
bungkuk.html
Pathways.Kelainan bawaan,kesalahan duduk,deficit vit D dan kalsium
Resiko ketidakefektifan pola napas
Sesak napas
Paru2 tidak mengembang dgn sempurna
Menekan paru2
Nyeri
Saraf normal membengkok
Gg. Citra diri
bungkuk
Tulang belakang melengkung ke depan