makalah kimia lingkungan-green house effects

40
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN Kelas XIII 4 KONTRIBUSI EFEK RUMAH KACA (GREEN HOUSE EFFECT) TERHADAP PEMANASAN GLOBAL Disusun oleh: Eka Danar Nur Endra Endang Supriyatna Faisal Adriansyah

Upload: dankzchem

Post on 10-Jun-2015

7.339 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

Kelas XIII4

KONTRIBUSI EFEK RUMAH KACA (GREEN HOUSE EFFECT)

TERHADAP PEMANASAN GLOBAL

Disusun oleh:

Eka Danar Nur Endra

Endang Supriyatna

Faisal Adriansyah

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri

Sekolah Menengah Analis Kimia

Bogor

2008

Page 2: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

KONTRIBUSI EFEK RUMAH KACA (GREEN HOUSE EFFECT)

TERHADAP PEMANASAN GLOBAL

Eka Danar Nur Endra, Endang Supriyatna, Faisal Adriansyah

Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keadaan suhu di bumi sekarang ini semakin hari semakin panas kita rasakan. Suhu

pun tidak stabil. Cuaca yang tidak menentu membuat kehidupan di muka bumi ini terancam.

Pembangunan gedung-gedung besar dan tinggi serta pembabatan hutan secara liar merupakan

salah satu penyebab makin panasnya suhu bumi – karena tidak seimbangnya kadar karbon

dioksida di udara dengan polusi yang ditimbulkan oleh msin-mesin industri, asap kendaraan

bermotor, dan lain-lain.

Sejak revolusi industri tahun 1750, industrialisasi di dunia – khususnya di Eropa terus

meningkat. Ini menyebabkan kadar gas yang berbahaya semakin tajam. Kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi membuat orang lupa akan kelestarian lingkungannya, namun

seiring dengan itu usaha-usaha perbaikan lingkungan pun gencar dilaksanakan.

Pada tahun 1824, Joseph Fourier menemukan bahwa atmosfer dapat diterobos

(permeable) oleh cahaya Matahari yang masuk ke permukaan Bumi, tetapi tidak semua

cahaya yang dipancarkan ke permukaan Bumi itu dapat dipantulkan keluar, dengan demikian

maka atmosfer Bumi menjebak panas. Hal inilah yang merupakan prinsip rumah kaca. Ketika

radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, energi radiasi matahari

itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan

permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya

0,023% dimanfaatkan tanaman untuk berfotosintesis.

Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah

menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk

radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi tertahan

oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi panas

pantulan dari bumi.

Page 3: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

Dalam skala yang lebih kecil, hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca. Radiasi

sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan dari benda dan

permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang

mengakibatkan udara di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin.

Efek memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau ”green house effect”. Gas-gas

yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau ”green house

gases”.

Rumusan Masalah

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar

energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika

energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang

menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan

kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke

angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat

menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang

menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali

radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di

permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata

tahunan bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin

meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap

di bawahnya.

Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang

ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-

rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek

rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan

Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer,

pemanasan global menjadi akibatnya.

Page 4: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

Tujuan

Pembuatan makalah dengan judul “Kontribusi efek rumah kaca (green house effect)

terhadap pemanasan global” bertujuan untuk mengetahui apa sebenarnya efek rumah kaca itu

sendiri dan kontribusinya terhadap pemanasan global yang saat ini sedang melanda dunia.

Selain itu, diharapkan juga dapat menyadarkan semua orang akan pentingnya arti lingkungan

bagi kelangsungan hidup manusia sehingga nantinya akan lebih peduli dan menjaga

kelestarian lingkungan hidup.

Page 5: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

TINJAUAN PUSTAKA

Gas Rumah Kaca (Green House Gases)

Gas rumah kaca adalah berbagai gas yang terdapat di udara yang berfungsi

membiarkan sinar matahari masuk ke atmosfir, menyerap refleksi sinar matahari di udara dan

menahan panas matahari di udara. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di

lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktifitas manusia (antropogenik).

Gas-gas yang merupakan gas rumah kaca antara lain :Uap air, Karbondioksida,

Metana, Nitrogen Oksida, dan gas lainnya.

1. Uap air

Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab

terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara

regional, dan aktifitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air

kecuali pada skala lokal.

Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah

kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di

troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air

mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya

temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus

berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air

berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan

gas-gas rumah kaca seperti CO2 . Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat

secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.

2. Karbondioksida

Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika

mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan

bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah

pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan

hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.

Page 6: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di

atmosfer, aktifitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari

kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul

karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi

karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar,

pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi

yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat

bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.

3. Metana

Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia

merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila

dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara,

gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di

tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu,

terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri

pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali

lipat.

4. Nitrogen Oksida

Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama

dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap

panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen

bila dibandingkan masa pre-industri.

5. Gas lainnya

Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran

berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk

selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan

temoat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih

menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu

menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari

radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi

Page 7: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang

Substansi-substansi yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin

sedikit dilepas ke udara.

Para ilmuwan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari

proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para

ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan

tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat

dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu

menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya.

Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.

Berdasarkan data di atas seharusnya gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap

air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida

adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik;

pernafasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan

karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan). Akan tetapi, pada

kenyataannya gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia lebih banyak dari yang

alami sehingga meningkatkan terjadinya efek rumah kaca yang akhirnya menjadi pemanasan

global. Berdasarkan penelitian, CO2 adalah penyumbang utama gas rumah kaca. Dari masa

pra-industri sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada tahun 2005. Terutama dalam dasawarsa

terakhir (1995-2005), tercatat peningkatan konsentrasi CO2 terbesar pertahun (1,9 ppm/tahun),

jauh lebih besar dari pengukuran atmosfer pada tahun 1960, (1.4 ppm per tahun).

Sumber-sumber peningkatan konsentrasi CO2 diantaranya : penggunaan bahan bakar

fosil, pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan, penebangan hutan,

pembakaran hutan, mencairnya es).

Peningkatan konsentrasi CH4 yang tercatat mulai dari 715 ppb di jaman pra-industri

menjadi 1732 ppb di 1990-an, dan menjadi 1774 ppb pada tahun 2005. Sumber utama

peningkatan CH4 yaitu pertanian dan penggunaan bahan bakar fosil.

Konsentrasi N2O sebagai penyumbang gas rumah kaca sebesar 270 ppb - 319 ppb

pada tahun 2005. Sumber utamanya adalah manusia dari agrikultural. Kombinasi ketiga

komponen utama tersebut menjadi penyumbang terbesar pada pemanasan global.

Page 8: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

Kontribusi antropogenik pada aerosol (sulfat, karbon organik, karbon hitam, nitrat and

debu) memberikan efek mendinginkan, tetapi efeknya masih tidak dominan dibanding

terjadinya pemanasan, disamping ketidakpastian perhitungan yang masih sangat besar.

Perubahan ozon troposper akibat proses kimia pembentukan ozon (nitrogen oksida, karbon

monoksida dan hidrokarbon) juga berkontribusi pada pemanasan global.

Kemampuan pemantulan cahaya Matahari (albedo), akibat perubahan permukaan

Bumi dan deposisi aerosol karbon hitam dari salju, mengakibatkan perubahan yang bervariasi,

dari pendinginan sampai pemanasan. Perubahan dari pancaran sinar Matahari (solar

irradiance) tidaklah memberi kontribusi yang besar pada pemanasan global.

Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa memang manusia yang berperanan

bagi nasibnya sendiri, karena pemanasan global terjadi akibat perbuatan manusia sendiri.

Pemanasan Global

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan

daratan Bumi akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Pemanasan

Global akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa

belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan

mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ±

0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak

Page 9: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi

gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar

ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua

akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan

yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan

global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.

Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda

mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim

yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,

pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya

kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan

yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang

ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang

lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis

hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah

pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta

perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang

lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika

ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih

lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar

pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto,

yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Penyebab Pemanasan Global

1. Efek Rumah Kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar

energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika

Page 10: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang

menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan

kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke

angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat

menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang

menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali

radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di

permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata

tahunan bumi terus meningkat.

Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang

ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-

rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek

rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh

permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di

atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.

2. Efek Umpan Balik

Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai

proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada

kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada

awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air

sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah

uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca

yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun

umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara

hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik

ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di

atmosfer.

Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat

ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan,

sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut

akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan

Page 11: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada

beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit

direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan

dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km

untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun

demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan

balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang

digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya

(albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair

dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan

atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan

memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap

lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih

banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku

(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es

yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat,

hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga

membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang

rendah

3. Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan

kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam

pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah

kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek

rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak

telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi

kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek

Page 12: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena

variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan

efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun

1950.

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin

telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan

bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-

rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott

dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat

estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh

Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan

aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan

bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun,

sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-

gas rumah kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss

menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari

Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil

sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil

untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan

Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi

Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam

sinar kosmis.

Dampak Pemanasan Global

Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan

sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para

ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap

cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan

manusia.

Page 13: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

1. Cuaca

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara

dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain

di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih

sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya

mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah

subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.

Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan

malam hari akan cenderung untuk meningkat.

Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari

lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan

meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena

uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi

pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih

banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal

ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan

meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit

pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus

tahun terakhir ini) . Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap

dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin

akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)

yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan

dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi.

Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

2. Tinggi muka laut

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil

secara geologi.

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat,

sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga

akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak

Page 14: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10

inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88

cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.

Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen

daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan

meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan

meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk

melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat

melakukan evakuasi dari daerah pantai.

Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem

pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di

Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan

daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari

Florida Everglades.

3. Pertanian

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih

banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat.

Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih

tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis

semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun

yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack

(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair

sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami

serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

4. Hewan dan tumbuhan

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek

pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,

hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan

mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu

Page 15: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-

spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan

pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat

berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

5. Kesehatan manusia

Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang

terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan

di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit

lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya

terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana

mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat

menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat

menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para

ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara

yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.

Page 16: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

PEMBAHASAN

Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

Efek rumah kaca atau dalam bahasa asingnya dikenal dengan istilah green house effect

adalah suatu fenomena dimana gelombang pendek radiasi matahari menembus atmosfer dan

berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi. Setelah mencapai

permukaan bumi, sebagian gelombang tersebut dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun

tidak seluruh gelombang yang dipantulkan itu dile-paskan ke angkasa luar. Sebagian

gelombang panjang dipantulkan kembali oleh lapisan gas rumah kaca di atmosfer ke

permukaan bumi. Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan

untuk menyerap radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga bumi menjadi semakin

panas.

Perubahan panjang gelombang ini terjadi karena radiasi sinar matahari yang datang ke

bumi adalah gelombang pendek yang akan memanaskan bumi. Secara alami, agar tercapai

keadaan setimbang dimana keadaan setimbang di permukaan bumi adalah sekitar 300 K,

panas yang masuk tadi didinginkan. Untuk itu sinar matahari yang masuk tadi harus

diradiasikan kembali. Dalam proses ini yang diradiasikan adalah gelombang panjang infra

merah.

Proses ini dapat berlangsung berulang kali, sementara gelombang yang masuk juga

terus menerus bertambah. Hal ini mengakibatkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer,

sehingga suhu permukaan bumi meningkat. Hasil penelitian menyebutkan bahwa energi yang

masuk ke permukaan bumi: 25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfir, 25 %

diserap awan, 46 % diabsorpsi permukaan bumi, dan sisanya yang 4 % dipantulkan kembali

oleh permukaan bumi (beberapa penelitian memberikan hasil yang berbeda).

Efek rumah kaca itu sendiri terjadi karena naiknya konsentrasi gas CO2

(karbondioksida) dan gas-gas lainnya seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NO),

nitrogen dioksida (NO2), gas metan (CH4), kloroflourokarbon (CFC) di atmosfir. Kenaikan

konsentrasi CO2 itu sendiri disebabkan oleh kenaikan berbagai jenis pemba-karan di

permukaan bumi seperti pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan-bahan

organik lainnya yang melam-paui kemampuan permukaan bumi antuk mengabsorpsinya.

Bahan-bahan di permukaan bumi yang berperan aktif untuk mengabsorpsi hasil pembakaran

Page 17: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

tadi ialah tumbuh-tumbuhan, hutan, dan laut. Jadi bisa dimengerti bila hutan semakin gundul,

maka panas di permukaan bumi akan naik.

Gas Kontribusi Sumber emisi global %

CO2 45-50% Batu bara 29

Minyak bumi 29

Gas alam 11

Penggundulan hutan 20

Lainnya 10

CH4 10-20%

Sumber : Kantor Menteri Negara KLH, 1990

Energi yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh

awan dan permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar infra merah tersebut tertahan oleh

awan, gas CO2, dan gas lainnya sehingga kembali ke permukaan bumi. Dengan meningkatnya

konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfer maka semakin banyak pula gelombang

panas yang dipantulkan bumi diserap atmosfer. Dengan perkataan lain semakin banyak

jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfer, maka semakin banyak pula panas matahari

yang terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik.

Dengan meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan perobahan iklim

yang tidak biasa. Selain itu hutan dan ekosistem pun akan terganggu. Bahkan dapat

mengakibatkan hancurnya gunung-gunung es di kutub yang pada akhirnya akan menga-

kibatkan naiknya permukaan air laut sekaligus menaikkan suhu air laut.

Fenomena efek rumah kaca atau green house effect ini pertama kali ditemukan oleh

fisikawan Perancis Joseph Fourier pada 1824 dan dibuktikan secara kuantitatif oleh Svante

Arrhenius pada 1896. Penyebutan nama efek rumah kaca sebenarnya didasar-kan atas

peristiwa alam yang mirip dengan yang terjadi di rumah kaca yang biasa digunakan untuk

kegiatan pertanian dan perkebunan untuk menghangatkan tanaman di dalamnya. Panas yang

masuk ke dalam rumah kaca akan sebagian terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus

ke luar kaca, sehingga menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.

Dalam bahasa yang sederhana, proses terjadinya efek rumah kaca adalah demikian:

panas matahari merambat dan masuk ke permukaan bumi. Kemudian panas matahari tersebut

Page 18: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa melalui atmosfer. Sebagian panas

matahari yang dipantulkan tersebut akan diserap oleh gas rumah kaca yang berada di

atmosfer. Panas matahari tersebut kemudian terperangkap di permukaan bumi, tidak bisa

melalui atmosfer. Sehingga suhu bumi menjadi lebih panas.

Sudah disebutkan di atas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi gas rumah kaca.

Meningkatnya gas rumah kaca tersebut dikontribusi oleh hal-hal berikut:

1. Energi

Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM (bahan bakar minyak)

memberi kontribusi besar terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca, terutama CO2. Kita

lihat mayoritas kendaraan bermotor masih menggunakan BBM. Pabrik-pabrik pun juga.

Selain BBM, yang paling banyak menghasilkan gas rumah kaca adalah batu bara yang

melebihi BBM. Sebagai gambaran, untuk menghasilkan energi sebesar 1 KWh, pembangkit

listrik yang meng-hasilkan batu bara mengemisi gas rumah kaca sekitar 940 gr CO2,

sementara pembangkit listrik yang menggunakan minyak bumi untuk menghasilkan energi

yang sama menghasilkan emisi gas rumah kaca sekitar 581 sampai dengan 798 gr CO2.

Sedangkan pengemisi terbesar adalah industri dan transportasi.

2. Kehutanan

Salah satu fungsi hutan adalah sebagai penyerap emisi gas rumah kaca. Karena hutan

dapat mengubah CO2 menjadi O2. Sehingga perusakan hutan akan memberi kontribusi

terhadap naiknya emisi gas rumah kaca.

3. Pertanian dan Peternakan

Di sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari pemanfaatan pupuk, pembusukan

sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-kotoran ternak, dan pembakaran sabana. Di

sektor pertanian, gas metan (CH4) yang paling banyak dihasilkan.

4. Sampah

Sampah adalah salah satu kontributor besar bagi ter-bentuknya gas metan (CH4),

karena aktivitas manusia sehari-hari.

Page 19: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

Sejauh ini kita masih melihat efek rumah kaca sebagai hal yang merugikan manusia,

namun tidak demikian sebenarnya. Tanpa efek rumah kaca, bumi kita ini akan sangat dingin

seberti bukit es. Efek rumah kacalah yang membuat bumi ini hangat dan laik huni. Hanya saja

sebisa mungkin harus ditekan naiknya gas rumah kaca yang akan meningkatkan efek rumah

kaca agar suhu bumi tidak semakin panas. Efek rumah kaca sudah banyak diman-faatkan di

Eropa oleh para petani, terutama di musim dingin agar tanamannya tetap hangat. IPB pun

melalui Pusat Pengembangan Ilmu Teknik untuk Pertanian Tropika (CREATA) sudah ikut

memanfaatkan teknologi efek rumah kaca dengan membuat alat pengering berben-tuk limas

segi enam yang diberi nama ELC-05.

Selain menyebabkan efek rumah kaca, beberapa gas polutan yang telah kita sebutkan

di atas juga berpotensi menyebabkan penipisan lapisan ozon, yang akan menye-babkan

semakin banyak sinar ultra violet masuk ke permukaan bumi yang diduga dapat menyebabkan

kanker kulit, penyakit katarak, menurunnya kekebalan tubuh, bahkan menurunkan hasil

panen. Salah satu yang sangat berperan dalam penipisan lapisan ozon adal kloroflorokarbon

(CFC) yang masih banyak kita jumpai dipasang di AC, walaupun sudah dilarang pemerintah.

(Gilbert Hutauruk - SBTI)

Mekanisme Efek Rumah Kaca

Proses terjadinya efek rumah kaca ini berkaitan dengan daur aliran panas matahari.

Kurang lebih 30% radiasi matahari yang mencapai tanah dipantulkan kembali ke angkasa dan

diserap oleh uap, gas karbon dioksida, nitrogen, oksigen, dan gas-gas lain di atmosfer.

Sisanya yang 70% diserap oleh tanah, laut, dan awan. Pada malam hari tanah dan badan air itu

relatif lebih hangat daripada udara di atasnya. Energi yang terserap diradiasikan kembali ke

atmosfer sebagai radiasi inframerah, gelombang panjang atau radiasi energi panas. Sebagian

besar radiasi inframerah ini akan tertahan oleh karbon dioksida dan uap air di atmosfer. Hanya

sebagian kecil akan lepas ke angkasa luar. Akibat keseluruhannya adalah bahwa permukaan

bumi dihangatkan oleh adanya molekul uap air, karbon dioksida, dan semacamnya. Efek

penghangatan ini dikenal sebagai efek rumah kaca.

Sedangkan proses secara singkatnya yaitu ketika sinar radiasi matahari menembus

kaca sebagai gelombang pendek sehingga panasnya diserapa oleh bumi dan tanaman yang ada

di dalam rumah kaca tersebut. Untuk selanjutnya, panas tersebut di radiasikan kembali namun

dengan panjang gelombang yang panjang(panjang gelombang berbanding dengan energi)

Page 20: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

sehingga sinar radiasi tersebut tidak dapat menembus kaca. Akibatnya, suhu di dalam rumah

kaca lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang di luar rumah kaca.

Dampak dari Efek Rumah Kaca

Seperti yang telah diketahui bahwa efek rumah kaca merupakan penyebab terbesar

meningkatnya suhu permukaan bumi (pemanasan global). Meningkatnya suhu permukaan

bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini

dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi

kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global

mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan

naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu

air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang

mengakibatkan negara Kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.

Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C.

Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan

peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya

konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang

dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu

permukaan bumi menjadi meningkat.

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2)

dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan

pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang

melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorpsinya. Energi yang

masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25%

Page 21: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

diserap awan 45% diabsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan

bumi.

Energi yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh

awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi

tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi.

Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca

perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.

Usaha Mengurangi Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global

Banyak hal mudah yang bisa kita lakukan untuk mengurangi efek rumah kaca yang

menyebabkan pemanasan global. Caranya, kita bisa mematikan lampu dan peralatan

elektronik saat tidak digunakan. Selain hemat energi dan uang untuk bayar listrik, juga

mengurangi polusi karena penggunaan bahan bakar. Rajin-rajin memanggil tukang servis AC.

Carpooling atau berangkat bareng teman atau keluarga ke sekolah, tempat les, atau mal.

Selain mengurangi kemacetan, kita juga menghemat energi. Saat mencetak tugas, usahakan

memakai dua sisi kertas. Plastik adalah bahan yang sulit untuk diuraikan. Kalau dibakar,

plastik akan menjadi zat racun atau polusi. Pemakaian kantong plastik saat belanja harus

dikurangi. Seluruh plastik itu hanya menjadi sampah. Cobalah memakai tas karton atau tas

kanvas.

Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun.

Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat

mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi

efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya

iklim di masa depan.

Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat

dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya,

pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi.

Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan

dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun

dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor

ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.

Page 22: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah

kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas

tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration

(menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

1. Menghilangkan karbon

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah

dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang

muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak,

memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia,

tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area,

tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika

diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah

tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan

dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.

Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan

menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar

minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan

untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau

aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di

mana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan

diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.

Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil.

Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18.

Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh

minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa

digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini

sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke

udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak

apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi

terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi

Page 23: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya,

bahkan tidak melepas karbon dioksida sama sekali.

2. Persetujuan internasional

Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah

kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk

menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam

suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan

persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.

Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara

industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk

memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini

harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan

diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi

hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih

keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar

negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.

Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W.

Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan

biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara

berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto

Protokol tidak berpengaruh apa-apa bila negara-negara industri yang bertanggung jawab

menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya.

Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin

meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16

Februari 2005.

Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini

dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas

rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena

negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh

dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat

Page 24: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh

industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya

tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang

diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS,

terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa

biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta

dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan,

dan proses industri yang lebih effisien.

Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus

tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi

karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar

yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal

untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.

Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu

secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan,

metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas

rumah kaca. Para negoisator merancang sistem di mana suatu negara yang memiliki program

pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak

digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara

yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar,

yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang

memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat

payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil

memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk

menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni

Eropa.

Page 25: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

PENUTUP

Kesimpulan

Efek rumah kaca menyebabkan kenaikan suhu bumi - sehingga mempengaruhi iklim

secara global. Namun demikian, efek rumah kaca juga berdampak positif, seperti tetap

berlangsungnya kegiatan pertanian pada musim dingin oleh orang-orang Eropa. Efek rumah

kaca menimbulkan dampak-dampak negatif lainnya yang menyebabkan kerugian pada

manusia dan makhluk hidup lainnya yang sebenarnya disebabkan manusia sendiri akibat

Pembakaran Minyak (BBM); Penggundulan hutan (di daerah tropis),1/3 dari total emisi CO2;

Peternakan, pembuangan kotoran, gas pembuangan septic tank; CFC (chlorofluorocarbons)

pada pendinginan, pemadaman api, manufaktur; Pertanian, pengunaan pupuk (peningkatan

N2O ).

Saran

Harus ada penigkatan kesadaran diri akan pentingnya lingkungan bagi hidup sehingga

manusia dapat memperbaiki keadaan saat ini karena tidak ada kata terlambat untuk perbaikan.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain:

1. Penggunaan emisi gas karbon dioksida, mobil-mobil yang boros bahan bakar

sebaiknya lebih diefisienkan.

2. Mengganti bahan bakar minyak dengan tenaga tata surya yang ramah lingkungan.

3. Penghijauan kembali hutan-hutan yang sudah ditebang untuk mengurangi kadar

karbon dioksida.

4. Penganekaragaman bahan bakar minyak, gas, tenaga listrik, bahkan tenaga tata surya.

5. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia sebaiknya melakukan pemeliharaan

kendaraan emisi gas karbon dioksida atau dengan kata lain melaksanakan program

Langit Biru untuk mengurangi kadar polusi udara yang sudah di ambang batas -

terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.

Page 26: Makalah Kimia Lingkungan-Green House Effects

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. “Efek Rumah Kaca” dalam Wikipedia. http://www.wikipedia.org. Bogor:

Rabu, 8 Oktober 2008 Pkl. 19.05 WIB.

Anonim. 2008. Efek Rumah Kaca dan Akibatnya. http://www.pertamina.com. Bogor: Kamis,

9 Oktober 2008 Pkl. 13.15 WIB.

Anonim. 2008. “Gas Rumah Kaca” dalam Wikipedia. http://www.wikipedia.org. Bogor:

Rabu, 8 Oktober 2008 Pkl. 19.10 WIB.

Anonim. 2008. “Pemanasan Global” dalam Wikipedia. http://www.wikipedia.org. Bogor:

Rabu, 8 Oktober 2008 Pkl. 19.15 WIB.

Fitriawan, Didit. “Cinta Lingkungan-Efek Rumah Kaca 2” dalam Wordpress.

http://lasonearth.wordpress.com/makalah/efek-rumah-kaca-green-house-effect/. Bogor

: Kamis, 9 Oktober 2008 Pkl. 13.00 WIB.

Suryatama, Danet. 2008. “Seminar Energi 2008: Menuju Pembangunan Energi Bersih yang

Terbaharui” dalam Google. http://www.google.co.id. Bogor: Jumat, 10 Oktober 2008

Pkl. 13.30 WIB.