makalah ketenagakerjaan

14
 PENDAHULUAN  Te rsedi anya lapang an/kes empat an kerja baru untuk menga tasi pening katan penawar an tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya inves tasi langs ung (dire ct inves tment ) pada sekto r-se ktor yang bersi fat padat karya sepert i konst ruksi infra stru ktur maupu n indust ri pengol ahan. !ementara pada sekto r jasa misalny a melalui perdagangan maupun pariwisata. Tenaga kerja adalah orang yang siap masuk dalam  pasar kerja sesuai dengan upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. "umlah tenaga kerja dihitung dari penduduk usia produktif (umur #$ thn%&$ thn) yang masuk kategori angkatan kerja (labourforce).  'ondisi di negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi dari angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. al ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga kerja tidak ter did ik. !ekt or inf ormal tersebut dia ngga p sebagai kat up peng ama n bagi peng anggur an.  ngka resmi tingk at pengangguran umumny a menggu nakan indik ator pengang guran terbuka yaitu jumlah angkatan kerja yang secara sungguh-sungguh tidak bekerja sama sekali dan sedang mencari kerja pada saat survei dilakukan. !ementara yang setengah pengangguran dan  penganggur terselubung tidak dihitung dalam angka pengangguran terbuka karena mereka masih menggunakan waktu produktifnya selama seminggu untuk bekerja meskipun tidak sampai *$  jam penuh.  !um ber dat a ke te nagak er jaan s eper ti i nstansi yang b er ta nggun g ja wab di bi dang ketenagakerjaan yang berada di daerah baik +ropinsi maupun 'abupaten/'ota tidak pernah lagi mau mengirim data dan informasi ke pusat .'ondisi ini telah mempengaruhi keberadaan data dan inf ormasi ket enag ake rja an yan g pada akhi rny a dat a dan inf ormasi ket ena gakerj aan ya ng dipergunakan saat ini masih bertumpu pada data dan informasi ketenagakerjaan yang bersifat makro. ,ata dan informasi ketenagakerjaan makro tersebut sampai saat ini belum mampu untuk menjawab berbagai tantangan dan masalah ketenaga-kerjaan yang dihadapi. 1

Upload: shintia-andriani

Post on 09-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Makalah Bab Ketenagakerjaan

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN Tersedianya lapangan/kesempatan kerja baru untuk mengatasi peningkatan penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya investasi langsung (direct investment) pada sektor-sektor yang bersifat padat karya, seperti konstruksi, infrastruktur maupun industri pengolahan. Sementara pada sektor jasa, misalnya melalui perdagangan maupun pariwisata. Tenaga kerja adalah orang yang siap masuk dalam pasar kerja sesuai dengan upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dihitung dari penduduk usia produktif (umur 15 thn65 thn) yang masuk kategori angkatan kerja (labourforce).

Kondisi di negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi dari angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga kerja tidak terdidik. Sektor informal tersebut dianggap sebagai katup pengaman bagi pengangguran. Angka resmi tingkat pengangguran umumnya menggunakan indikator pengangguran terbuka, yaitu jumlah angkatan kerja yang secara sungguh-sungguh tidak bekerja sama sekali dan sedang mencari kerja pada saat survei dilakukan. Sementara yang setengah pengangguran dan penganggur terselubung tidak dihitung dalam angka pengangguran terbuka, karena mereka masih menggunakan waktu produktifnya selama seminggu untuk bekerja meskipun tidak sampai 35 jam penuh.

Sumber data ketenagakerjaan seperti instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan yang berada di daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota tidak pernah lagi mau mengirim data dan informasi ke pusat .Kondisi ini telah mempengaruhi keberadaan data dan informasi ketenagakerjaan, yang pada akhirnya data dan informasi ketenagakerjaan yang dipergunakan saat ini masih bertumpu pada data dan informasi ketenagakerjaan yang bersifat makro. Data dan informasi ketenagakerjaan makro tersebut, sampai saat ini belum mampu untuk menjawab berbagai tantangan dan masalah ketenaga-kerjaan yang dihadapi.DEFINISI KESEMPATAN KERJA

Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja.

Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja.

Sementara itu, angkatan kerja (labour force) menurut Soemitro Djojohadikusumo didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga disebut sumber daya manusia.

Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan.

Usia Kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14 sampai 55 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk di luar usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas usia kerja. Penduduk yang dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dasar dan yang sudah pensiun atau berusia lanjut.

Bagian lain dari penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang termasuk di dalamnya adalah para remaja yang sudah masuk usia kerja tetapi belum bekerja atau belum mencari perkerjaan karena masih sekolah. Ibu rumah tangga pun termasuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja.

Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokkan menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan tenaga kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga Kerja (man power) adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa.KONSEP ANGKATAN KERJA

Konsep dan definisi angkatan kerja yang digunakan mengacu kepada The Labor Force Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk usia kerja (digunakan 15 tahun ke atas) dan penduduk bukan usia kerja (kurang dari 15 tahun).

Selanjutnya penduduk usia kerja dibagi menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Khusus untuk angkatan kerja meliputi antara lain:

a) Bekerja

b) Punya pekerjaan tapi sementara tidak bekerja

c) Mencari pekerjaan (pengangguran terbuka).

Mulai Tahun 2005, SAKERNAS dilaksanakan secara semester I (bulan Pebruari) dan Semester II (bulan Agustus). Survei tersebut dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik di seluruh Indonesia.

Sumber utama data ketenagakerjaan adalah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Survei ini khusus dirancang untuk mengumpulkan informasi/ data ketenagakerjaan. Pada beberapa survei sebelumnya, pengumpulan data ketenagakerjaan dipadukan dalam kegiatan lainnya, seperti Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Sensus Penduduk (SP), dan Survei Penduduk Antar Sensus (Supas). Sakernas pertama kali diselenggarakan pada tahun 1976, kemudian dilanjutkan pada tahun 1977 dan 1978. Pada tahun 1986-1993, Sakernas diselenggarakan secara triwulanan di seluruh provinsi di Indonesia, sedangkan tahun 1994 - 2001, Sakernas dilaksanakan secara tahunan yaitu setiap bulan Agustus. Sejak tahun 2002 hingga sekarang, di samping Sakernas tahunan dilakukan pula Sakernas Triwulanan. Sakernas Triwulanan ini dimaksudkan untuk memantau indikator ketenagakerjaan secara dini di Indonesia, yang mengacu pada KILM (the Key Indicators of the Labour Market) yang direkomendasikan oleh ILO (theInternational Labour Organization).

Hasil Sakernas tahunan pada 2003 disajikan menurut provinsi karena jumlah sampel yang mencukupi (67.072 rumah tangga). Inflation factor yang digunakan dalam penghitungan angka final hasil Sakernas 2003 didasarkan pada total penduduk Indonesia berumur 0 tahun ke atas per provinsi hasil proyeksi penduduk.

Sejak Sakernas 2001, konsep status pekerjaan dan pengangguran mengalami perluasan dan penyempurnaan. Status pekerjaan yang pada Sakernas 2000 hanya 5 kategori, mulai tahun 2001 ditambahkan kategori baru yaitu: pekerja bebas di pertanian dan pekerja bebas di non pertanian. Selain itu, dalam rangka menyesuaikan dengan konsep ILO, konsep Pengangguran Terbuka diperluas yaitu di samping mencakup penduduk yang aktif mencari pekerjaan, mencakup pula kelompok penduduk yang sedang mempersiapkan usaha/pekerjaan baru, dan kelompok penduduk yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta kelompok penduduk yang tidak aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Penduduk Usia Kerja adalah Penduduk yang berumur 15 tahun keatas.

Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.

Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.

Setengah penganggur adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain. Setengah pengangguran yang dimaksudkan defenisi itu disebut sebagai setengah pengangguran terpaksa. Sedangkan orang yang bekerja dibawah 35 jam per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain dikelompokkan sebagai setengah pengangguran sukarela.Tingkat pengangguran = Tingkat pengangguran terbuka ( Pengangguran terbuka dibagi Angkatan kerja dikali 100)+ Tingkat pengangguran setengah pengangguran terpaksa

Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi).Pengangguran

Pengangguran adalah angkatan kerja yang belum dan sedang mencari pekerjaan. Pengangguran terjadi karena jumlah penawaran tenaga kerja lebih besar daripada permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain, terjadinya surflus penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja.Pengangguran seringkali menjadi salah satu permasalahan negera-negara berkembang, disatu sisi jumlah penduduk dari tahun ketahun terus bertambah, disisi lain peningkatan kemampuan ekonomi, baik pemerintah maupun swasta tidak secepat peningkatan jumlah penduduk. Terjadinya ketimpangan antara laju permintaan lapangan kerja dengan laju penawaran lapangan kerja mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah pengangguran.

Cara Cara Mengatasi Pengganguran:

a. Bagi penganggur sendiri, dapat mengembangkan kreativitasnya melalui berwirausaha mandiri.

b.Pengembangan sekolah-sekolah yang mengarah kepada peningkatan kecakapan hidup, seperti SMK.

c.Pengembangan program kerjama dengan luar negeri dalam pemanfaatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

d.Pengembangan sector informal seperti home industry.

e.Pengembangan program transmigrasi, untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sector informal lainya diwilayah tertentu.

f.Perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembukaan industri padat karya di wilayah yang banyak mengalami pengangguran.

g.Peningkatan investasi, baik yang bersifat pengembangan maupun investasi melalui pendirian usaha-usahabaruyangdapatmenyeraptenagakerja.

h.Pembukaan proyek-proyek umum, hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah seperti pembangunan jalanraya,jembatandanlain-lain.

i.Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis sehingga seseorang tidak harus menunggu kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan para pencari kerja, melainkan ia sendiri mengembangkan usaha sendiri yang menjadikannya bisa memperoleh pekerjaan dan pendapatan sendiri.

Analisis Pasar Tenaga Kerja di Tingkat Regional Terdapat 2 pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami mekanisme pasar tenaga kerja, yaitu pendekatan Neoklasik dan pendekatan Keynesian. Kurva permintaan tenaga kerja memiliki kemiringan negatif, sedangkan kurva penawaran tenaga kerja memiliki kemiringan positif. Perpotongan kurva permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja akan menentukan keseimbangan pasar tenaga kerja. Jika upah yang berlaku di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat upah yang berlaku pada kondisi keseimbangan maka akan menimbulkan terjadinya pengangguran tidak sukarela.Menurut kaum Neoklasik cara untuk menurunkan pengangguran tidak sukarela adalah dengan menurunkan upah yang berlaku di pasar, sedangkan menurut kaum Keynesian cara untuk menghapus pengangguran tidak sukarela adalah dengan menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke atas. Beberapa hal yang dapat menyebabkan sulitnya upah untuk turun adalah (a) keberadaan serikat pekerja, (b) penentuan upah minimum, dan (c) adanya program subsidi.Di tingkat regional, jika upah yang berlaku di pasar lebih tinggi daripada upah keseimbangan pasar akan menyebabkan berbagai kemungkinan, yaitu:

(a) turunnya upah riil dan (b) bekerjanya efek pendapatan-pengeluaran.Pada pendekatan ke-2 tersebut penyesuaian pasar tenaga kerja bisa terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu (a) perusahaan menurunkan stok tenaga kerja dengan mempertahankan tingkat upah tetap, (b) perusahaan akan menurunkan upah dengan tetap mempertahankan tingkat penggunaan tenaga kerja pada kondisi sekarang dan (c) perusahaan akan menurunkan upah dan penggunaan tenaga kerja sekaligus. Penyesuaian upah dalam jangka pendek tergantung ke mana output tersebut akan dijual oleh perusahaan. Pada perusahaan yang produksinya hanya dijual ke pasar domestik maka perusahaan akan mengurangi penggunaan tenaga kerja dan terkadang juga perusahaan akan menurunkan juga upah pekerja atau melakukan keduanya sekaligus. Bagi perusahaan yang output-nya sebagian besar diekspor maka penurunan upah regional hanya akan berpengaruh kecil terhadap output pasar secara keseluruhan. Bagi perusahaan ini, adanya penurunan upah berarti bahwa wilayah tersebut secara aktual menjadi lebih menarik untuk perluasan output.

Dalam jangka panjang, terjadinya penurunan upah tenaga kerja di tingkat regional akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan stok modalnya. Secara regional hal ini akan menyebabkan pergeseran ke kanan kurva permintaan tenaga kerja. Dampak akhir dalam jangka panjang adanya peningkatan penggunaan kapital di suatu wilayah lokal akan meningkatkan upah lokal dan tingkat penggunaan tenaga kerja di wilayah tersebut.PEMANFAATAN TENAGA KERJA

Masalah ketenaga kerjaan yang paling menonjol sampai saat ini masih berkisar pada pengangguran. Tingkat pengangguran memang merupakan salah satu indikator perekonomian yang penting. Maka tidak mengherankan bila itu dijadikan permasalahan yang penting pula.Secara sederhana pengangguran disebabkan oleh dua hal yaitu banyaknya tenaga kerja dan atau sempitnya kesempatan kerja. Hal lain di belakang itu tentu saja tidak sederhana. Pada wilayah yang tingkat penganggurannya tinggi seperti kita muncul masalah lain seperti penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan potensi serta latar belakangnya dan upah yang rendah.

Dalam rangka pemerataan sering juga terjadi kerja dengan jam yang kecil dan tentu saja upah yang kecil pula. Masalah seperti perlakuan terhadap pekerja yang tidak semestinya bukan tidak mungkin pula. Secara umum bisa muncul masalah underutilization, kurang termanfaatkannya tenaga kerja. Gejala ini biasanya diikuti dengan ketidakpuasan pekerja dan usaha mencari kerja lain yang Iebih sesuai. Karena itu terutama pada pekerja dengan jam kerja rendah, sering disebut kasus ini sebagai setengah menganggur.Dari hasil telaah (Manning dan Papayungan, 1984) di tahun 1980 terdapat 7,5% tenaga kerja kurang termanfaatkan untuk seluruh Indonesia. Angka ini diperkirakan lebih kecil dari keadaan sebenarnya. Persentase tersebut merupakan gabungan dari beberapa karakteristik tenaga kerja diantaranya ada yang bekerja dibawah 35 jam seminggu.

Ada pula yang lebih banyak yang putus asa dengan pekerjaannya dan banyak pula yang berusaha mencari pekerjaan lain.Kurang pemanfaatan tenaga kerja merupakan gejala yang umum. Ini tidakhanya terjadi di negara-negara berkembang dengan tingkat pengangguran yangsangat tinggi tetapi juga di negara-negara maju. Perbedaannya pada spesifikasipenyebab dan proporsi. Di negara-negara maju penyebab utamanya adalah terlalutinggi tingkat pendidikan atau over edukasi dan deskilling (O'Brien, 1986).

Tingkat pendidikan yang tinggi berarti memiliki kemampuan yang tinggi. Bi!a tidak termanfaatkan kemampuan itu tidak terman ifestasikan dan berkembang,bahkan bisa susut dan hilang. Tingkat pendidikan yang tinggi juga meningkatkan aspirasi, keinginan memiliki otonomi dan variasi dalam kerja. Bila hal ini tidak tersalurkan dengan baik maka efek negatif akan muncul.Padahal di sisi lain tidak seluruh pekerjaan menuntut pandidikan yang tinggi.Untuk menjadi operator mesin misalnya, tamatan sekolah menengah pertama bisa mengerjakannya. Anehnya ada kecenderungan menerima pekerjaan yang tingkat pendidikannya lebih tinggi tanpa melihat pekerjaan. Sering disyaratkan untuk tukangfotokopi saja lulusan SMA.Devaluasi tingkat pendidikan terjadi pada penempatantenaga kerja.Tuntutan kemampuan yang lebih rendah akan mengakibatkan deskilling, tidakhanya akan menambah jumlah tenaga kerja kurang termanfaatkan, tetapi juga tingkatpengangguran. Komputerisasi dan robotisasi adalah dua contoh yang cukupmenonjol. Juru gambar dan ahli farmasi merupakan contoh menonjol bagi korban

kasus ini.

Rangsangan

Paradoks antara masih sempitnya arti kerja di satu sisi dan kurang termanfaatkannya mereka yang berpotensi ada pada kita stekaligus. Bisa jadi secara akumulatif keduanya akan memberi dampak negatif pada produktivitas. Kurang produktifnya tenagi kerja kita sudah lama di permasalahkan dan tampaknya masihakan menjadi masalah di masa yang akan datang.Maka kebijaksanaan yang mengarah pada perluasan arti kerja dan pemanfaatan tenaga kerja potensial sangat urgen. Hal ini bukan barang mudah,namun bukan juga sesuatu yang mustahil.Setelah paket-paket deregulasi yang berkaitan dengan moneter merangsangpertumbuhan ekonomi idealnya masyarakat Iuas bisa ikut menikmatinya. Satu hal yang sangat diharapkan adalah perluasan kesempatan kerja. Makin luas kesempatanitu akan bisa menampung tenaga kerja. Terlebih lagi bila bisa sesuai dengan bidangkeahlian dan yang diminta maka ada semacam pengukuh yang mengembangkantenaga kerja pada suatu tingkat yang lebih baik. Tapi bukan berarti pula pemerintah harus menyediakan semuanya. Yang lebih penting adalah rangsangan ke arah itudan masyarakat tahu sehingga dapat mengantisipasinya.KESIMPULAN Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak. Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari orang-orang yang sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan pekerjaan sama sekali.

Elwin Tobing mengidentifikasikan bahwa meningkatnya pengangguran tenaga terdidik merupakan gabungan beberapa penyebab:

Pertama, ketidakcocokkan antara karakteristik lulusan baru yang memasuki dunia kerja (sisi penawaran tenaga kerja) dan kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga kerja). Ketidakcocokan ini mungkin bersifat geografis, jenis pekerjaan, orientasi status, atau masalah keahlian khusus. Memang juga bahwa tidak setiap lulusan langsung mencari kerja.

Kedua, semakin terdidik seseorang, semakin besar harapannya pada jenis pekerjaan yang aman. Golongan ini menilai tinggi pekerjaan yang stabil daripada pekerjaan yang beresiko tinggi sehingga lebih suka bekerja pada perusahaan yang lebih besar daripada membuka usaha sendiri. Hal ini diperkuat oleh hasil studi Clignet (1980), yang menemukan gejala meningkatnya pengangguran terdidik di Indonesia, antara lain disebabkan adanya keinginan memilih pekerjaan yang aman dari resiko. Dengan demikian angkatan kerja terdidik lebih suka memilih menganggur daripada mendapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Ketiga, terbatasnya daya serap tenaga kerja sektor formal, sementara angkatan kerja terdidik cenderung memasuki sektor formal yang kurang beresiko. Hal ini menimbulkan tekanan penawaran, yaitu tenaga kerja terdidik yang jumlahnya cukup besar memberi tekanan yang kuat terhadap kesempatan kerja di sektor formal yang jumlahnya relatif kecil.Keempat, belum efisiennya fungsi pasar kerja. Di samping faktor kesulitan memperoleh lapangan kerja, arus informasi tenaga kerja yang tidak sempurna dan tidak lancar menyebabkan banyak angkatan kerja bekerja di luar bidangnya. Denga begitu ada banyak hal yang menyebabkan peningkatan pengangguran terdidik terutama dari sebab faktor gengsi pendidikan menyebabkan lulusan akademi atau universitas memilih menganggur, masalah skil lulusan serta sempitnya lowongan pekerjaan sektor formal.Berdasarkan data yang disajikan tentang tingkat pengangguran menurut pendidikan dari tahun 2004 sampai Februari 2008 yang bersumber dari BPS (lihat lampiran). Data-data itu menunjukkan jumlah pengangguran di berbagai jenjang pendidikan yaitu jenjang pendidikan di bawah SD, SD, SMP, SMU, Diploma dan Universitas. Data dimulai dari tahun 2004, Februari 2005, November 2005, Februari 2006, Agustus 2006, Februari 2007, Agustus 2007, dan Februari 2008. Data ini didapat dari Survey Angkatan kerja Nasional yang dilakukan oleh BPS 2004, 2005, 2006 dan 2007. Untuk jenjang pendidikan di bawah SD terjadi penurunan jumlah pengangguran setiap tahunnya di mana dari tahun 2004 sampai dengan Februari 2008 terjadi penurunan 50%. Untuk tamatan SD, terjadi fluktuasi setiap tahunnya di mana besarnya fluktuasi tidak signifikan dan terjadi penurunan sebesar 4% dari tahun 2004 ke Februari 2008. Untuk tamatan SMP juga berfluktuasi tiap tahunnya dan antara tahun 2004 ke Februari 2008 terjadi penurunan sebesar 19%.

Daftar Pustaka Edi Suharto. (2009) Pekerja Sosial di Dunia Industri. Bandung : PT Refika Aditamawww.google.com14