makalah kesmen _psikosomatis
TRANSCRIPT
PENGARUH STRES TERHADAP
NEUROFISIOLOGI (PSIKOSOMATIS)
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir
Mata Kuliah Kesehatan Mental ( Psikologi Abnormal)
Oleh :
RIJALUL FIKRIKHAIR
15629
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengaruh Stres Terhadap Neurofisiologi
(Psikosomatis) ”. Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Mental.
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Dasar Logika Penulisan Ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis. Serta pihak-pihak yang mendukung dan telah membantu penulis dalam
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis
mohon kritik dan saran yang bermanfaat untuk kesempurnaan makalah ini.
Padang, Mei 2012
Penulis,
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………… 1
Daftar Isi………………………………………………………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang……………………………………….... 4
1.2 Tujuan penulisan……………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN…….……………………………………….. 6
2.1 Defenisi………………………………………………. 6
2.2 Penyebab Gangguan Psikosomatis…………………… 7
2.3 Efek Stress terhadap Neurofisiologi (Psikosomatis)…. 11
2.4 Terapi Psikosomatis…………………………………. 16
BAB III PENUTUP……………………………………………………... 18
Kesimpulan……………………………………………………. 18
Kepustakan………………………………………………………………….. 21
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gangguan psikosomatis adalah faktor psikologis yang merugikan,
mempengaruhi kondisi medis pasien. Faktor psikologis tersebut dapat berupa
gangguan mental, gejala psikologis, sifat kepribadian atau gaya mengatasi masalah,
dan prilaku kesehatan yang maladaptif.1
Kurang lebih 400 tahun SM ahli filsafat Hipocrates sudah mengutarakan
pentingnya peran faktor psikis pada penyakit. Pada abad pertengahan Paracelcus
seorang ahli kimia menyatakan bahwa kekuatan batin memiliki pengaruh terhadap
kekuatan seseorang.2
Menurut The National Academy Science tahun 1978 definisi psikosomatis
adalah bidang interdisiplin yang memperhatikan perkembangan dan integrasi ilmu
pengetahuan prilaku, biomedis dan teknik yang relevan dengan kesehatan dan
penyakit serta penerapan pengetahuan, dan teknik-teknik tersebut untuk mencegah,
mendiagnosis dan rehabilitasi.1
4
Masalah kesehatan jiwa memang seringkali dipandang sebelah mata bahkan
oleh para klinisi di bidang kesehatan. Kesehatan jiwa dianggap tidak lebih penting
daripada kesehatan fisik.
Padahal badan kesehatan dunia (WHO) sendiri pada tahun 2020
memproyeksikan bahwa Depresi akan menjadi penyakit kedua terbanyak setelah
penyakit jantung dan pembuluh darah.
Penelitian yang dilakukan oleh para staf di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) di sebuah
Puskesmas di Jakarta Barat memperlihatkan hasil bahwa pasien yang datang ke
puskesmas dengan keluhan fisik ternyata 30 persen lebih di antaranya mengalami
gangguan kesehatan jiwa dan yang paling besar adalah gangguan depresi, cemas dan
psikosomatik (28,5%).
Artinya orang yang datang dengan keluhan fisik ke pelayanan kesehatan
belum tentu sebenarnya gangguan dasarnya bersifat fisik medis saja tetapi mungkin
merupakan manifestasi dari keluhan gangguan kejiwaannya.
1.2 Tujuan penulisan
Mengetahui efek / pengaruh stress terhadap neurofisiologi (psikosomatis).
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Istilah psikosomatis berasal dari bahasa yunani (“psyche” berarti psikis dan
“soma” berarti badan). Istilah ini diperkenalkan oleh seorang dokter Jerman Heinroth
ke dalam kedokteran Barat. Pada tahun 1818 ia menerbitkan desertasi yang
menekankan pentingnya faktor psikososial dalam perkembangan penyakit fisik.
Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul psikologi abnormal
mendefinisikan psikosomatis yaitu bentuk macam-macam penyakit fisik yang
ditimbulakn oleh konflik-konflik psikis/psikologis dan kecemasan-kecemasan kronis.
Dia juga mendefinisikan psikosomatis sebagai kegagalan sistem syaraf dan sistem
fisik disebabkan oleh kecemasan-kecemasan, konflik-konflik psikis dan gangguan
mental.
J.P Chaplin dalam kamus psikologi menyebutkan bahwa psikosomatis adalah
satu penyakit yang disebabkan oleh satu kombinasi dari faktor organis dan psikologis.
Gangguan psikosomatis secara tradisional didefinisikan sebagai penyakit fisik
yang dipengaruhi oleh faktor psikologis. Gangguan psikosomatis sebenarnya tidak
termasuk faktor psikologis yang terlalu berat untuk digolongkan ke dalam gangguan
mental tetapi gangguan ini sangat berperan mempengaruhi gangguan medis.
Pada psikosomatis penyakit-penyakit fisik dan kegagalan sistem syaraf tadi
terus berlangsung, walaupun tanpa ada stimulus atau perangsang khusus yang jelas
6
ada kaitan antara tubuh dan jiwa, seperti pada perasaan/ emosi-emosi yang
mempunyai latar belakang komponen mental dan komponen jasmaniah. Jadi, ada
interdependensi (saling ketergantungan) diantara proses-proses mental dengan fungsi
–fungsi somatic (jasmani,fisik). Dalam hal ini ada kegagalan pada sistem syaraf dan
sistem fisik untuk menyalurkan peringan kecemasan dan gangguan mental.
Konflik-konflik psikis atau psikologis dan kecemasan bisa menjadi sebab
timbulnya bermacam-macam penyakit jasmani atau bakhan bisa menjadi penyebab
semakin beratnya suatu penyakit jasmani yang telah ada. Sebagai contoh : karena rasa
takut yang hebat, detak jantung jadi sangat cepat, dan ada kelelahan ekstrim dari
reaksi asthenis (kelemahan) pada badan yang lemah. kedua-duanya adalah benar-
benar gejala fisiologis atau jasmaniah yang diidentifikasikan sebagai akibat dari
konflik-konflik emosional yang sifatnya psikologis.
Gangguan psikosomatik biasanya digolongkan menurut organ yang terkena,
yaitu:
1. Gangguan kulit misalnya neurodermatitis dan hiperhidrosis (kulit kering)
2. Gangguan pernafasan misalnya asma bronchial, hiperventilasi (bernafas sangat cepat
seringkali menjadi pingsan)
3. Gangguan kardiovaskular misalnya migraine dan tekanan darah tinggi (hipertensi)
4. Gangguan gastrointestinal misalnya luka lambung.
2.2 Penyebab Gangguan Psikosomatis
David B.Cheek, M.D. dan Leslie M. Lecron,B.A. dalam bukunya Clinical
Hypnotherapy mengatakan bahwa ada 7 faktor penyebab berbagai gangguan
psikosomatis. Memahami 7 kunci penting ini akan membantu terapis dan klien
7
membuka pintu gerbang kesadaran baru tentang pemahaman masalahnya.
Untuk memudahkan mengingat maka kita gunakan mnemonik COMPISS (Conflict,
Organ Language, Motivation, Past Experience, Identification, Self-punishment,
Suggestion/Imprint)
1. Conflict
Konflik internal muncul karena ada minimal dua bagian dari diri seseorang
yang saling bertentangan. Tujuan dari kedua bagian ini sebenarnya sama baiknya
namun karena bertolak belakang akibatnya timbul masalah.
Contohnya adalah seorang manajer yang selalu sakit kepala pada akhir
bulan. Ternyata ada dua bagian dari dirinya yang konflik. Satu bagian dirinya
ingin agar ia istirahat di rumah bersama keluarganya. Yang satu lagi ingin agar ia
tetap bekerja agar menerima uang lembur lebih banyak dengan menyelesaikan
laporan bulanan.
Sebagai contoh kasus yang lain adalah seorang salesman yang sangat
sukses namun memiliki kecemasan sangat tinggi dan selalu berusaha menghindar
untuk berjabat tangan. Padahal dalam menjalankan aktivitasnya ia seringkali harus
berjabat tangan memperkenalkan diri dengan pelanggannya. Setelah dilakukan
hipnoanalisis ternyata saat ia masih remaja ia sering melakukan masturbasi dan ia
ketakutan membayangkan orang-orang yang dikenalnya akan bisa mengenali
keburukannya
2. Organ Language / Unresolved problem
Ini adalah salah satu cara pikiran bawah sadar berbicara pada kita tentang
masalah yang belum terselesaikan. Caranya adalah dengan memberi rasa sakit
pada bagian tertentu tubuh kita. Jadi masalah itu dimunculkan dalam bentuk
symptom. Dengan adanya symptom diharapkan pikiran bawah sadar mendapatkan
8
perhatian dari pikiran sadar. Makna symptom ini adalah, ”Saya tidak suka apa
yang sedang anda lakukan”. Inilah penyakit yang bersifat psikosomatis.
Jadi klien perlu dibantu menemukan akar masalahnya jauh di pikiran bawah
sadarnya. Seringkali apa yang tampaknya menjadi masalah, menurut pikiran
sadar, ternyata berbeda dengan yang dinyatakan oleh pikiran bawah sadar.
3. Motivation
Symptom yang dialami seseorang sering kali mempunyai tujuan
tersembunyi demi keuntungan orang tersebut. Contohnya adalah seorang anak
yang malas sekali belajar sehingga ulangannya mendapatkan nilai jelek semua.
Ternyata hal ini adalah salah satu upayanya agar mendapatkan teguran dari
orangtua. Ia menyamakan teguran dengan perhatian. Ya... benar ia ingin
mendapatkan perhatian dari orangtuanya.
Contoh lain lagi adalah kasus pada seorang wanita yang mengalami
migrain. Setelah diselidiki lebih dalam ternyata pikiran bawah sadar wanita ini
membuat wanita ini mengalami migrain karena dengan demikian suami dan anak-
anaknya memperhatikannya. Bila dalam kondisi normal, tanpa migrain,
keluarganya biasanya sibuk sendiri dan kurang memperhatikan wanita ini.
4. Past Experience
Pengalaman masa lalu yang menyakitkan, sesuai dengan persepsi pikiran
bawah sadar, mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan bertahan lama.
Contohnya adalah phobia. Ketakutan akan sesuatu, yang terjadi di masa lalu,
terbawa hingga masa kini dan sangat mengganggu seseorang.
5. Identification
Pada kasus ini klien mengidentifikasikan dirinya dengan satu figur yang ia
kagumi.
9
Contoh kasusnya adalah seorang klien yang sering ditipu oleh rekan
kerjanya. Ternyata ia mengidolakan seorang tokoh bisnis yang dulunya ditipu
berkali-kali sehingga akhirnya bisa sukses dan makmur. Identifikasi ini adalah
sebuah program yang bekerja sangat halus yang jika digunakan dengan baik maka
akan menghasilkan sesuatu yang positif. Satu hal yang perlu diingat bila kita
menggunakan identifikasi adalah apapun yang melekat pada seorang figur
biasanya akan ikut terserap juga walau terkadang ini bertentangan dengan nilai
hidup kita. Hal ini bisa menimbulkan permasalahan baru yang masuk dalam
kategori ”conflict”
6. Self-punishment
Perasaan bersalah atas apa yang telah dilakukan di masa lalu sering kali
termanifestasi dalam sebuah perilaku untuk menghukum diri sendiri. Terapi
dilakukan dengan membantu klien untuk bisa memaafkan dirinya sendiri atas
kesalahan tersebut atau yang dirasa sebagai suatu kesalahan yang ia lakukan
7. Sugesstion/Imprint
Imprint adalah sebuah kepercayaan/belief yang ditanamkan ke pikiran
klien, biasanya oleh figur yang oleh klien dipandang memiliki otoritas. Seorang
wanita berumur 40 an tahun menderita batuk puluhan tahun. Tak ada pengobatan
yang bisa menyembuhkan batuknya. Akhirnya ia pun mencoba hipnoterapi dan
setelah dilakukan hipnoanalisis akhirnya terungkap pada saat ia berusia 4 tahun ia
sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Ia menderita batuk yang sangat parah.
Ayah ibunya ada di sisi ranjangnya saat seorang dokter mengatakan bahwa ia tak
akan pernah sembuh dari batuknya. Perkataan dokter ini langsung membuatnya
ketakutan dan saat itulah perkataan sang dokter menjadi sebuah kebenaran yang
diterima pikiran bawah sadarnya.
10
2.3 Efek Stress terhadap Neurofisiologi (Psikosomatis)
Konflik dan gangguan jiwa dapat menimbulkan gangguan badaniah yang terus
menerus, biasanya hanya pada satu alat tubuh saja, tetapi kadang-kadang juga
berturut-turut atau serentak beberapa organ yang terganggu. Berikut ini reaksi tubuh
ketika mengalami stress :
1. Sistem Saraf
Saat stress – baik secara fisik maupun psikologis – tubuh akan secara tiba-tiba
memindahkan sumber energinya untuk memberikan perlawanan terhadap
serangan stress. Ini apa yang dikenal dengan respons “fight or flight” (melawan
atau terserang) dimana saraf simpatik akan memberi sinyal kepada kelenjar
Adrenal untuk mengeluarkan kortisol dan adrenalin. Hormon ini akan
menyebabkan denyut jantung lebih cepat, meningkatnya tekanan darah, mengubah
pencernaan dan meningkatkan level glukosa dalam aliran darah. Saat krisis telah
lewat maka tubuh akan kembali normal lagi. Masalahnya, bila kondisi ini
berlangsung terus-menerus, maka hormon-hormon tadi bisa mengganggu
kemampuan mengingat dan belajar sehingga kita rentan depresi.
2. Sistem Kardiovaskuler
Stress akut – yaitu stress yang sementara saja seperti stress ketika terjadi
kemacetan lalulintas – akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan
kontraksi yang berlebihan pada audan otot jantung mengalami pelebaran,
menyebabkan suplai darah yang terlalu berlebihan kepada beberapa bagian tubuh.
Apabila episode ini berlanjut lagi maka akan menyebabkan peradangan pada arteri
koroner, yang bisa mengarah pada serangan jantung.
11
Mekanisme yang terjadi pada psikosomatis dapat melalui rasa takut atau
kecemasan yang akan mempercepat denyutan jantung, meninggikan daya pompa
jantung dan tekanan darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG.
Kehilangan semangat dan putus asa mengurangi frekuensi, daya pompa jantung
dan tekanan darah.3
Gejala-gejala yang sering didapati antara lain: takikardia, palpitasi, aritmia,
nyeri perikardial, napas pendek, lelah, merasa seperti akan pingsan, sukar tidur.
Gejala- gejala seperti ini sebagian besar merupakan manifestasi gangguan
kecemasan.3
3. Sistem Pernafasan
Stress bisa menyebabkan kita sulit bernapas dan pernapasan yang cepat – atau
hiperventilasi – dimana bisa menyebabkan keadaan panik pada beberapa orang.
Gangguan psikosomatis yang sering timbul dari saluran pernapasan ialah
sindrom hiperventilasi dan asma bronkiale dengan bermacam-macam keluhan
yang menyertainya. hiperventilasi biasanya merupakan tarikan nafas panjang, dan
dapat menjadi suatu kebiasaan, seperti ada orang yang mengisap rokok bila ia
tegang, yang lain mulai bernafas panjang. Kecemasan dapat menggangu ritme
pernapasan dan diketahui juga dapat menimbulkan serangan asma. Stimuli emosi
bersama dengan alergi penderita menimbulkan kontruksi bronkoli bila sistem
saraf vegetatif juga tidak stabil dan mudah terangsang.
4. Sistem Muskuloskeletal (Otot dan Rangka)
Dalam keadaan stress, otot-otot akan menjadi kencang. Kontraksi otot-otot
dalam waktu yang lama akan menyebabkan sakit kepala (tension headache),
migrain dan gangguan otot yang lain.
12
Nyeri otot atau mialgi sering terdapat dalam praktek. Kecuali hawa dan
pekerjaan, maka faktor emosi memegang peranan yang penting dalam
menimbulkannya. Karena tekanan psikologik, maka tonus otot meninggi dan
penderita mengeluh nyeri kepala, kaku kuduk dan nyeri punggung bawah.
Ketegangan otot dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan menimbulkan
nyeri sendi.
Contoh kasus, seringkali seorang pasien dengan nyeri punggung bawah
melaporkan bahwa nyerinya dimulai saat trauma psikologis atau stres. Disamping
itu reaksi pasien terhadap nyeri adalah tidak sebanding secara emosional, dengan
kecemasan dan depresi yang berlebihan.1
5. Sistem Pencernaan
Gangguan saluran pencernaan sebagai manifestasi gangguan psikosomatis
paling sering terdapat dalam praktek, akan tetapi penderita harus diperiksa betul
untuk menyingkirkan penyebab somatogenik
Kerongkongan
Stress akan menyebabkan Anda makan lebih banyak ataupun lebih sedikit dari
yang biasanya. Jika Anda makan berlebihan, atau mengganti makanan, atau
merokok lebih banyak, ataupun meminum alkohol, hal ini akan menyebabkan
perasaan terbakar pada dada (heartburn) ataupun naiknya asam lambung ke atas
(reflux).
Perut
Anda akan merasa seperti “ada kupu-kupu”,bisa juga mual ataupun perih. Pada
keadaan lanjut bahkan sampai terasa muntah.
13
Muntah, isi lambung disemprotkan ke luar sebab ada kontraksi otot-otot dinding
perut dan diafragma serta kardia dalam keadaan relaksasi. Muntah ialah suatu
refleks yang kompleks. Muntah dipengaruhi oleh banyak sentra yang lain antara
lain : pengaruh dari olfaktorius, dari penglihatan dan dari vertibularis.
Usus
Stress akan menghambat penyerapan nutrisi dalam usus. Ia juga dapat
mempengaruhi seberapa cepat makanan bergerak dalam tubuh. Anda mungkin
merasa sembelit ataupun diare.
6. Sistem Endokrin
Sistem endokrin memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan individu, baik fisik maupun mental. Gangguan psikosomatik
mengenai sistem endokrin yang mungkin terjadi adalah hipertiroidi dan syndrome
menopause.
Sebelum gejala-gejala hipertiroidi timbul sering didahului konflik atau stress
dalam hidup penderita. Hampir semua penderita mengalami krisis emosional
sebelum sakit. Sering gejala-gejala pada hipertiroidi hanya merupakan
mengerasnyasifat-sifat kepribadian yang ada sebelumnya, seperti : lekas
terpengaruh, mudah terkejut bila menerima suara atau cahaya keras, gugup, lekas
marah, rasa cemas yang ringan.
Dalam syndrom menopause sering timbul gangguan jiwa dalam waktu ini
yang merupakan gangguan psikosomatis, nerosa ataupun psikosa.
Contoh Premenstrual syndrome (PMS), ditandai oleh perubahan subjektif mood,
rasa kesehatan fisik, dan psikologis umum yang berhubungan dengan siklus
14
menstruasi. Secara khusus, perubahan kadar estrogen, progesteron, dan prolaktin
dihipotesiskan berperan penting sebagai penyebab.Gejala biasanya dimulai segera
setelah ovulasi, meningkat secara bertahap, dan mencapai intensitas maksimum kira-
kira lima hari sebelum periode menstruasi dimulai. Faktor psikososial, dan biologis
telah terlibat didalam patogenesis gangguan.1
7. Sistem Reproduksi
Pada lelaki, produksi berlebihan kortisol akan mempengaruhi sistem
reproduksi. Stress kronis bisa menyebabkan kerusakan pada sperma dan
menyebabkan impotensi.
Pada wanita, stress bisa menyebabkan tidak menstruasi lagi ataupun siklus
menstruasi yang tidak teratur, dan bahkan periode menstruasi dengan rasa sakit.
Stress juga mengurangi gairah seksual.
8. Kulit
Emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit telah lama diketahui. Baru
tahun-tahun belakangan ini diperhatikan dan diselidiki hubungan antara timbulnya
neurodermatitis dan hiperhidrosis dan reaksi kulit lain dengan kesukaran
penyesuain diri terhadap stress dalam hidup manusia.
15
2.4 Terapi Psikosomatis
Adapun tipe-tipe terapi yang digunakan bagi para penderita psikosomatis adalah :
1. Psikoterapi Kelompok dan Terapi keluarga
Karena kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam
perkembangan gangguan psikosomatik, modifikasi hubungan tersebut telah
diajukan sebagai kemungkinan focus penekanan dalam psikoterapi untuk
gangguan psikosomatik. Toksoz Bryam Karasu menulis bahwa pendekatan
kelompok harus juga menawarkan kontak intrapersonal yang lebih besar,
memberikan dukungan ego yang lebihh tinggi bagi ego pasien psikosomatis yang
lemah dan merasa takut akan ancaman isolasi dan perpisahan parental. Terapi
keluarga menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan antara keluarga
dan anak. Kedua terapi memiliki hasil klinis awal yang sangat baik.
2. Terapi Perilaku
Biofeedback. Ini adalah terapi yang menerapkan teknik behavior dan
banyak digunakan untuk mngatasi psikosomatik. Terapi yang dikembangkan oleh
Nead Miller ini didasari oleh pemikiran bahwa berbagai respon atau reaksi yang
dikendalikan oleh sistem syaraf otonam sebenarnya dapat diatur sendiri oleh
individu melalui operant conditioning. Biofeedback mempergunakan instrumen
sehingga individu dapat mengenali adanya perubahan psikologis dan fisik pada
dirinya dan kemudian berusaha untuk mengatur reaksinya.
16
Misalnya seseorang penderita migrain atau sakit kepala. Dengan
menggunakan biofeedback, ia bisa berusaha untuk rileks pada saat mendengan
singal yang menunjukkan bahwa ada kontraksi otot atau denyutan dikepala.
Penerapan teknik ini pada pasien dengan hipertensi, aritmia jantung,
epilepsy dan nyeri kepala tegangan telah memberikan hasil terapetik yang
membesarkan hati tetapi tidak menyakitkan.
Teknik Relaksasi, Terapi hipertensi dapat termasuk penggunaan teknik
relaksasi. Hasil yang positif telah diterbitkan tentang pengobatan penyalahgunaan
alcohol dan zat lain dengan menggunakan meditasi transcendental. Teknik
meditasi juga digunakan dalam pengobatan nyeri kepala.
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Efek stress terhadap neurofisiologi (Psikosomatis), meliputi :
1. Sistem Saraf
Saat stress – baik secara fisik maupun psikologis – tubuh akan secara tiba-tiba
memindahkan sumber energinya untuk memberikan perlawanan terhadap
serangan stress. Ini apa yang dikenal dengan respons “fight or flight” (melawan
atau terserang) dimana saraf simpatik akan memberi sinyal kepada kelenjar
Adrenal untuk mengeluarkan kortisol dan adrenalin. Hormon ini akan
menyebabkan denyut jantung lebih cepat, meningkatnya tekanan darah, mengubah
pencernaan dan meningkatkan level glukosa dalam aliran darah. Saat krisis telah
lewat maka tubuh akan kembali normal lagi. Masalahnya, bila kondisi ini
berlangsung terus-menerus, maka hormon-hormon tadi bisa mengganggu
kemampuan mengingat dan belajar sehingga kita rentan depresi.
2. Sistem Kardiovaskuler
Stress akut – yaitu stress yang sementara saja seperti stress ketika terjadi
kemacetan lalulintas – akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan
kontraksi yang berlebihan pada audan otot jantung mengalami pelebaran,
menyebabkan suplai darah yang terlalu berlebihan kepada beberapa bagian tubuh.
Apabila episode ini berlanjut lagi maka akan menyebabkan peradangan pada arteri
koroner, yang bisa mengarah pada serangan jantung.
3. Sistem Pernapasan
18
Gangguan psikosomatis yang sering timbul dari saluran pernapasan ialah sindrom
hiperventilasi dan asma bronkiale dengan bermacam-macam keluhan yang
menyertainya. hiperventilasi biasanya merupakan tarikan nafas panjang, dan dapat
menjadi suatu kebiasaan, seperti ada orang yang mengisap rokok bila ia tegang,
yang lain mulai bernafas panjang.
4. Sistem Muskuloskeletal
Dalam keadaan stress, otot-otot akan menjadi kencang. Kontraksi otot-otot dalam
waktu yang lama akan menyebabkan sakit kepala (tension headache), migrain dan
gangguan otot yang lain.
5. Sistem Pencernaan
Gangguan saluran pencernaan sebagai manifestasi gangguan psikosomatis paling
sering terdapat dalam praktek adalah perut kembung, mual, muntah, diare, nafsu
makan berlebih, dll.
6. Sistem Endokrin
Sebelum gejala-gejala hipertiroidi timbul sering didahului konflik atau stress
dalam hidup penderita. Hampir semua penderita mengalami krisis emosional
sebelum sakit. Sering gejala-gejala pada hipertiroidi hanya merupakan
mengerasnyasifat-sifat kepribadian yang ada sebelumnya, seperti : lekas
terpengaruh, mudah terkejut bila menerima suara atau cahaya keras, gugup, lekas
marah, rasa cemas yang ringan.
7. Sistem Reproduksi
Pada lelaki, produksi berlebihan kortisol akan mempengaruhi sistem reproduksi.
Stress kronis bisa menyebabkan kerusakan pada sperma dan menyebabkan
impotensi. Sedangkan pada wanita, stress bisa menyebabkan tidak menstruasi lagi 19
ataupun siklus menstruasi yang tidak teratur, dan bahkan periode menstruasi
dengan rasa sakit. Stress juga mengurangi gairah seksual.
8. Kulit
Emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit telah lama diketahui. Baru tahun-
tahun belakangan ini diperhatikan dan diselidiki hubungan antara timbulnya
neurodermatitis dan hiperhidrosis dan reaksi kulit lain dengan kesukaran
penyesuain diri terhadap stress dalam hidup manusia.
20
KEPUSTAKAAN
1. Kaplan, Saddock, Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ketujuh. Bina Rupa Aksara.
Jakarta.1997: 276-303
2. Budihalim S, Sukatman D. Psikosamatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta
1999: 591-592
3. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya 1980:339-371
4. http://detikhealth.com , diakses pada hari Senin, 08 April 2012.
5. http://akademihipnoterapi.com/index.php/free-stuffs/46-penyebab-umum-gangguan-
psikosomatis.html , diakses pada hari Senin, 08 April 2012.
6. http://belibis-a17.com/2008/10/26/gangguan-psikosomatik-dan-penatalaksanaannya/ , diakses
pada hari Senin, 08 April 2012.
7. http://3lox.wordpress.com/2010/04/08/psikosomatis/ , diakses pada hari Senin, 08 April 2012.
21