makalah kelompok hukum kepegawaian jilid 2
TRANSCRIPT
i
MAKALAH
HUKUM KEPEGAWAIAN
DOSEN PENGASUH : ANDONG,SH.MH
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2012
ii
MAKALAH
DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
DOSEN PENGASUH : ANDONG,SH.MH
Disusun Oleh:
NAMA NIM TTD
1. ERIK SOSANTO EAA 110 039 . . . . . . . . . . . .
2. FERRY ERYANDI SIAHAAN EAA 110 021 . . . . . . . . . . . .
3. MARINA FUARIPUTRI EAA 109 181 . . . . . . . . . . . .
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2012
i
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas limpahan berkat dan Rahmat-Nya dari Tuhan
Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan makalah mengenai Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Makalah ini disusun berdasarkan sumber dari buku-buku dan sumber lainnya yang
berhubungan dengan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan
menambah wawasan bagi orang yang membacanya.
Penulis menyadari akibat keterbatasan waktu dan pengalaman penulis, maka tulisan ini
masih banyak kekurangan.Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini.
Harapan penulis semoga tulisan yang penuh kesederhanaan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Palangka Raya, 21 April 2012
Penyusun
ii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 3
1.4. Metode Penulisan .............................................................................................................. 3
1.5. Manfaat Penulisan ............................................................................................................. 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Pengertian PNS ................................................................................................................. 4
2.2. Pengertian Disiplin PNS ................................................................................................... 16
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 21
3.2. Saran ................................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pola pikir PNS adalah salah satu pola pikir profesi, di samping misalnya profesi
politikus, pedagang, pengusaha, petani dsb. Karena perbedaan karakteristik dengan profesi
lainnya, maka pola pikir PNS juga berbeda. Salah satu ciri khas yang membedakannya
adalah tugas dan karakteristik pelayanan publik (public services). Pegawai Negeri Sipil
(PNS) adalah salah satu jenis Kepegawaian Negeri di samping Anggota TNI dan Anggota
Polri (UU No 43 Th 1999). Pengertian Pegawai Negeri adalah setiap warga negara RI yang
telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 1 UU 43/1999) Pola pikir PNS
terbagi dua : Pola pikir positif (pola pikir yang berkembang), dan Pola pikir negatif (pola
pikir tetap). Pola pikir positif (pola pikir berkembang) PNS tercermin dalam berbagai
prestasi yang telah dicapai oleh para PNS selama ini sesuai bidang tugasnya masing-masing,
maupun dalam bentuk acuan norma dan aturan yang berlaku. Norma dan aturan tersebut
diarah oleh PNS dalam bentuk menjaga sikap dan perilakunya, karena secara periodik
dijadikan acuan penilaian antara lain dalam bentuk DP3.
DP3 atau Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS tersebut, tertuang dalam PP
Nomor 10 Tahun 1979, terdiri atas delapan norma-norma sikap perilaku :
1. Kesetiaan
2. Prestasi Kerja
3. Tanggung Jawab
4. Ketaatan
5. Kejujuran
6. Kerjasama
7. Prakarsa
8. Kepemimpinan
1
2
Pegawai negeri yang sempurna adalah pegawai negeri yang penuh kesetiaan pada
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan pemerintah serta bersatu padu, bermental baik,
berdisiplin tinggi, berwibawa, berdaya guna, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung
jawab sebagai unsur pertama aparatur negara. Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa disiplin yang tinggi merupakan salah satu unsur untuk menjadi pegawai negeri yang
sempurna. Dengan disiplin yang tinggi diharapkan semua kegiatan akan berjalan dengan
baik. Ada sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh birokrasi Indonesia berkenaan dengan
Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang dimaksudkan adalah Pegawai Negeri Sipil yang
ditempatkan dan bekerja di lingkungan birokrasi untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi
sebagaimana telah ditetapkan. Permasalahan tersebut antara lain besarnya jumlah PNS dan
tingkat pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun, rendahnya kualitas dan
ketidaksesuaian kompetensi yang dimiliki, kesalahan penempatan dan ketidakjelasan jalur
karier yang dapat ditempuh. Sebuah ilustrasi tentang birokrasi menyatakan bahwa mereka
Pegawai Negeri Sipil kerjanya santai, pulang cepat dan mempersulit urusan serta identik
dengan sebuah adagium “mengapa harus dipermudah apabila dapat dipersulit.” Gambaran
umum tersebut sudah sedemikian melekatnya dalam benak publik di Indonesia sehingga
banyak kalangan yang berasumsi bahwa perbedaan antara dunia preman dengan birokrasi
hanya terletak pada pakaian dinas saja. Begitu parahkah pandangan masyarakat mengenai
Pegawai NegeriSipil....?
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan sekaligus
merupakan pembahasan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :
a. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Sebagai Aparatur Negara ?.
b. Pengertian Dan Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil ?.
3
1.3 Tujuan Penulisan
Dari kajian yang akan dilakukan dalam makalah ini,
penulis bertujuan untuk :
a. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Pengertian Pegawai Negeri Sipil Sebagai
Aparatur Negara.
b. Mengetahui dan memahami Pengertian Dan Penegakan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini yang bersumber pada buku-buku
referensi yang berhubungan dengan hukum kepegawaian dan situs internet.
1.5 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Sebagai media untuk menambah wawasan.
b. Bahan referensi aktual .
c. Bahan bacaan dan pengetahuan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian PNS Sebagai Aparatur Negara
A. Pengertian PNS Dalam Peraturan Perundang-Undangan
Dalam pasal 3 UU No. 8 tahun 1974 yang berkaitan dengan masalah hubungan
pegawai negeri dengan pemerintah atau mengenai kedudukan pegawai negeri. Pengertian
stimulatif tersebut selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
Pasal 1.a.: “Pegawai negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan yang berlaku, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau
diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.
Pasal 3 : “Pegawai Negeri adalah unsur aparatur negara, abdi Negara dan abdi
masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara
dan Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan.
Sementara itu berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian dijelaskan bahwa :
“Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi
syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
B. Jenis-jenis Pegawai Negeri Sipil
Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang PokokPokok
Kepegawaian, yang menjelaskan Pegawai Negeri terdiri dari:
1. Pegawai Negeri Sipil
2. Anggota Tentara Nasional Indonesia
3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
4
5
Pegawai Negeri Sipil terdiri dari:
1. Pegawai negeri sipil pusat
2. Pegawai negeri sipil daerah
3. Pegawai negeri sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
Ad.1. Pegawai Negeri Sipil Pusat
a. Yang bekerja sama pada departemen, lembaga pemerintah non departemen,
kesekretariatan, lembaga tertinggi/tinggi negara, instansi vertikal di daerah-daerah
dan kepaniteraan pengadilan.
b. Yang bekerja pada perusahaan jawatan misalnya perusahaan jawatan kereta api,
pegadaian dan lain-lain.
c. Yang diperbantukan atau dipekerjakan pada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
d. Yang berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan dan diperbantukan atau
dipekerjakan pada badan lain seperti perusahaan umum, yayasan dan lainnya.
e. Yang menyelenggarakan tugas negara lainnya, misalnya hakim pada pengadilan
negeri/pengadilan tinggi dan lain-lain.
Ad.2. Pegawai Negeri Sipil Daerah
Pegawai Negeri Sipil daerah diangkat dan bekerja pada Pemerintahan Daerah
Otonom baik pada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Ad.3 Pegawai Negeri sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Masih dimungkinkan adanya pegawai negeri sipil lainnya yang akan ditetapkan
dengan peraturan pemerintah, misalnya kepala-kepala kelurahan dan pegawai negeri
di kantor sesuai dengan UU No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Dari uraian-uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang
menyelenggarakan tugas-tugas negara atau pemerintahan adalah pegawai negeri, karena
kedudukan pegawai negeri adalah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, juga
pegawai negeri merupakan tulang punggung pemerintah dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan maupun dalam melaksanakan pembangunan nasional.
6
C. Tugas dan Fungsi Pegawai Negeri Sipil
Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat
yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Sehubungan
dengan kedudukan Pegawai Negeri maka baginya dibebankan kewajiban-kewajiban
yang harus dilaksanakan dan sudah tentu di samping kewajiban baginya juga diberikan
apa-apa saja yang menjadi hak yang didapat oleh seorang pegawai negeri.
Pada Pasal 4 Undang-Undang No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian setiap pegawai
negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintahan.
Pada umumnya yang dimaksud dengan kesetiaan dan ketaatan adalah suatu tekad dan
kesanggupan dari seorang pegawai negeri untuk melaksanakan dan mengamalkan sesuatu
yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, abdi masyarakat wajib setia dan taat
kepada Pancasila, sebagai falsafah dan idiologi negara, kepada UUD 1945, kepada
Negara dan Pemerintahan. Biasanya kesetiaan dan ketaatan akan timbul dari
pengetahuan dan pemahaman yang mendalam, oleh sebab itulah seorang Pegawai
Negeri Sipil wajib mempelajari dan memahami secara mendalam tentang Pancasila,
UUD 1945, Hukum Negara dan Politik Pemerintahan.
Dalam Pasal 5 Undang-Undang No.8 Tahun 1974 (pasal ini tidak diubah oleh
UU No.43 Tahun 1999) Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian disebutkan setiap pegawai
negeri wajib mentaati segala peraturan perundangan yang berlaku dan melaksanakan
kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian kesadaran dan
tanggung jawab. Pegawai Negeri Sipil adalah pelaksana pearturan perundang-undangan,
sebab itu maka seorang Pegawai Negeri Sipil wajib berusaha agar setiap peraturan
perundang-undangan ditaati oleh anggota masyarakat.
Sejalan dengan itu pegawai negeri sipil berkewajiban memberikan contoh yang
baik dalam mentaati dan melaksanakan segala peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku. Di dalam melaksankan peraturan perundangundangan, pada umumnya kepada
pegawai negeri diberikan tugas kedinasan untuk melaksanakan dengan baik. Pada
pokoknya pemberian tugas kedinasan itu adalah merupakan kepercayaan dari atasan
7
yang berwenang dengan harapan bahwa tugas itu nantinya akan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Maka Pegawai Negeri Sipil dituntut penuh pengabdian, kesadaran dan
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas kedinasan.
Kedinasan lain sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil wajib menyimpan rahasia
jabatan dan seorang pegawai negeri dapat mengemukakan rahasia jabatan atas perintah
perintah pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang (Pasal 6 Undang-Undang No.8
Tahun 1974 tidak dicabut oleh UU No.43 Tahun1999). Yang dimaksud dengan rahasia
adalah: rencana, kegiatan yang akan,sedang atau telah dilakukan yang dapat
mengakibatkan kerugian yang besar atau dapat menimbulkan bahaya, apabila
diberitahukan atau diketahui oleh orang yang tidak berhak. Rahasia jabatan adalah
rahasia mengenai atau ada hubungannya dengan jabatan. Rahasia jabatan dapat berupa
dokumen tertulis seperti surat, notulen rapat, peta dan dapat juga berupa keputusan lisan
dari seorang atasan. Dilihat dari sudut pentingnya, maka rahasia jabatan ditentukan
tingkat klasifikasinya seperti:
1. Sangat rahsia
2. Rahasia
3. Konfidensi/Terbatas
Dan jika ditinjau dari sifatnya maka akan dijumpai rahasia jabatan yang sifat
kerahasiannya terbatas pada waktu tertentu dan ada pula rahasia jabatan yang sifat
kerahasiannya terus menerus. Apakah suatu rencana kegiatan atau tindakan bersifat
rahasia jabatan, dan dirahasiakan kedalam klasifikasi yang mana harus ditentukan
dengan tegas oleh pimpinan instansi yang bersangkutan. Biasanya seorang pegawai
negeri karena jabatan atau karena pekerjaannya dapat mengetahui jabatan. Bocornya
suatu rahasia jabatan dapat menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap negara.
Pada umunya kebocoran rahasia jabatan disebabkan oleh dua hal yaitu: sengaja
dibocorkan kepada orang lain atau karena kelalaian atau kurang hatihatinya pejabat yang
bersangkutan, keduanya memberikan akibat yang sama buruknya terhadap negara.
Inilah yang memotivasi kenapa seorang pegawai diwajibkan menyimpan rahasia jabatan
dengan sebaik-baiknya. Seorang pegawai negeri hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan kepada dan atas pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang, demikian juga
8
terhadap bekas pegawai negeri, misalnya atas perintah petugas penyidik dalam rangka
penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi.
Disamping kewajiban-kewajiban seperti tersebut di atas, dalam UU No.43 Tahun
1999 juga disebutkan hak-hak pegawai negeri yaitu: Menurut Pasal 7 Undang-Undang
No.43 Tahun 1999 Tentang PokokPokok Kepegawaian, setiap pegawai negeri berhak
memperoleh gaji yang layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawab.Pada
dasarnya setiap pegawai negeri beserta keluarganya harus hidup layak dari gajinya,
sehingga dengan demikian ia dapat memusatkan perhatian dan kegiatannya
melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Gaji adalah sebagai balas jasa atau
penghargaan atau hasil karya seseorang dalam menunaikan tugas sesuai dengan bidang
pekerjaannya masing-masing. Dewasa ini sistem penggajian terhadap pegawai negeri
sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1985 Tentang Pengaturan Gaji
Pegawai Negeri Sipil.Sistem penggajian yang dapat mendorong kegirahan bekerja untuk
mencapai prestasi kerja yang optimal adalah sistem skala ganda, yaitu pemberian gaji
kepada seorang pegawai negeri bukan saja didasarkan pada pangkat, tapi juga didasarkan
pada besarnya tanggung jawab yang dipikul dan prestasi kerja yang dicapai.Disamping
itu dalam menentukan besarnya gaji tergantung dari pada faktor kemampuan keuangan
negara. Sebab walau sudah diperkirakan standard hidup pegawai negeri tidak dapat
dilaksanakan kelau kemampuan keuangan negara tidak memadai. Hal lain yang patut
diperhatikan adalah keadaan/tempat dimana pegawai negeri itu diperlukan. Dalam rangka
penegakan disiplin di kalangan pegawai negeri masalah gaji dipandang sebagai faktor
yang paling berpengaruh. Karena jika gaji yang diterima oleh seorang pegawai negeri
dirasakan tidak mampu memenuhi kebutuhan/kesejahteraan keluarganya ini akan
mendorong pegawai tersebut untuk mencari sampingan, yang lama kelamaan menjadi
satu kebiasaan, sehingga memberi dampak negatif.
Dalam UU No.43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dikatakan
setiap pegawai negeri berhak atas cuti. Cuti adalah tidak masuk kerja yang diberikan
dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka untuk menjamin kesegaran jasmani dan
rohani serta untuk kepentingan pegawai negeri perlu diatur pemberian cuti. Ketentuan
tentang cuti ada diatur dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1976 Tentang Cuti
Pegawai Negeri Sipil. Cuti yang diatur di dalam Peraturan Pemerintah ini kecuali cuti
9
diluar tanggungan negara adalah hak Pegawai Negeri Sipil, oleh sebab itu pelaksanaan
cuti hanya dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu apabila kepentingan dinas
mendesak. Setiap pimpinan haruslah mengatur pemberian cuti sedemikian rupa sehingga
dapat terjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Menurut perhitungan pemberian cuti
dalam waktu yang sama terhadap 5 % dari jumlah kekuatan masih tetap dapat menjamin
kelancaran pekerjaan. Pegawai Negeri Sipil yang hendak menggunakan hak cutinya
wajib mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti melalui hirarkhi, kecuali untuk cuti sakit.
1. Cuti Tahunan.
Yang berhak mendapat cuti tahunan adalah pegawai negeri sipil, termasuk calon
pegawai negeri sipil yang telah bekerja sekurangnya 1 (satu) tahun secara terus
menerus adalah bekerja dengan tidak terputus-putus karena menjalankan cuti diluar
tanggungan negara atau karena diberhentikan dari jabatan dengan menerima uang
tunggu. Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja, dan tidak dapat
dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari 3 (tiga hari) kerja. Dalam hal
cuti tahunan yang akan dijalankan di tempat yang sulit perhubungannya, maka
jangka waktu cuti tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 14 (empat
belas) hari. Cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan, dapat
diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja
termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan. Namun jika dalam dua
tahun berturut-turut tidak diambil maka dapat diambil tahun berikutnya untuk paling
lama 24 hari kerja termasuk cuti tahun berjalan. Bagi Pegawai Negeri Sipil yang
menjadi guru pada sekolah atau dosen pada Perguruan Tinggi yang dapat liburan
menurut Undang-Undang yang berlaku baginya tidak diberikan/tidak berhak atas cuti
tahunan.
2. Cuti Sakit.
Setiap pegawai negeri sipil yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. Bagi pegawai
negeri sipil yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari harus memberitahukan
kepada atasannya baik secara tertulis maupun dengan pesan. Dan bagi yang sakit
lebih 2 (dua) hari sampai 14 (empat belas) hari harus mengajukan permintaan cuti
sakit dengan melampirkan surat keterangan
10
dokter, baik dokter pemerintah maupun dokter swasta. Cuti sakit tersebut dapat
diberikan untuk paling lama 1 (satu) tahun dan dapat ditambah untuk paling lama 6
(enam) bulan, dengan dilampiri surat keterangan dokter pemerintah atau dokter
swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Dan jika hasil test kesehatan
menunjukkan tidak ada harapan lagi untuk bekerja kepadanya diberhentikan dengan
hormat dari jabatannya dengan mendapat uang tunggu.Demikian juga seorang
Pegawai Negri Sipil wanita mengalami gugur kandungan berhak atas cuti untuk
paling lama 1 ½ bulan.
3. Cuti Bersalin.
Untuk persalinan pertama, kedua, ketiga Pegawai Negeri Sipil wanita berhak atas
cuti bersalin, sedang untuk keempat dan seterusnya baginya diberikan cuti di luar
tanggungan negara. Lamanya cuti bersalin adalah satu bulan sebelum dan sesudah
bersalin dua bulan. Bagi Pegawai Negeri Sipil wanita yang telah selesai menjalankan
cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan, dengan surat keputusan pejabat
yang berwenang memberikan cuti diaktifkan kembali dalam jabatan semula.
4. Cuti Karena Alasan Penting.
Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti karena:
a. Ibu, bapak, istri/suami, anak, mertua, menantu sakit keras atau meninggal
dunia. Salah seorang anggota keluarga dalam huruf a meninggal dunia dan
menurut ketentuan hukum yang berlaku dia wajib menguruskan hak dari
anggota keluarga yang meninggal.
b. Melangsungkan perkawinan yang pertama.
c. Cuti karena alasan penting diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk
paling lama dua bulan, selama menjalankan cuti karena alasan penting,
baginya tetap diberikan penghasilan penuh.
5. Cuti Besar.
Kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya enam tahun
terus menerus berhak atas cuti besar yang lamanya tiga bulan. Dan bagi yang
menjalani cuti besar tidak berhak atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
Cuti besar biasanya digunakan untuk memenuhi kewajiban agama misalnya
menunaikan ibadah haji. Jika kepentingan dinas mendesak pemberian cuti besar
11
dapat ditangguhkan, selama menjalani cuti besar Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan menerima penghasilan penuh.
6. Cuti di luar Tanggungan Negara.
Seorang Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurangnya lima tahun secara
terus menerus karena alasan pribadi yang mendesak dapat diberi cuti diluar
tanggungan negara untuk paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling
lama satu tahun apabila alasan untuk memperpanjang diterima. Selama menjalankan
cuti ini pegawai tersebut dibebaskan dari jabatannya, dan jabatannya yang kosong itu
dapat diisi oleh pejabat lain. Namun jika setelah selesai menjalankan cuti pegawai
yang bersangkutan melaporkan diri maka:
a. Apabila ada lowongan ditempatkan kembali.
b. Apabila tidak ada lowongan maka pimpinan instansi melaporkan ke BAKN
untuk kemungkinan ditempatkan pada instansi lain.
c. Apabila ketentuan pada huruf b tak memungkinkan maka yang bersangkutan
dibebaskan dari jabatannya dngan mendapatkan haknya.
d. Tapi bagi seorang Pegawai Negeri Sipil yang melaporkan diri kepada induk
organisasi setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan Negara
diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil.
Menurut Pasal 9 Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang PokokPokok
Kepegawaian setiap pegawai negeri yang ditimpa oleh suatu kecelakaan dalam dan
karena menjalankan tugas kewajibannya, berhak memperoleh perawatan. Dalam
menjalankan kewajiban selalu ada kemungkinan bahwa akan menghadapi resiko.
Apabila pegawai negeri mengalami kecelakaan dalam dan karena menjalankan
menjalankan tugas kewajibannya, maka ia berhak memperoleh perawatan dengan segala
biaya perawatan itu ditanggung oleh negara. Bagi pegawai negeri yang menderita cacat
jasmani atau rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang
mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga memperoleh
tanggungan. Pegawai negeri yang ditimpa suatu kecelakaan dalam dan karena
menjalankan kewajibannya, berdasarkan surat keterangan dokter, maka disamping
pensiun yang berhak diterimanya, kepadanya diberikan tunjangan yang memungkinkan
dapat hidup dengan layak. Besarnya tunjangan cacat yang diberikan secara prosentase
12
disesuaikan dengan jenis cacat yang dideritanya. Demikian juga bila pegawai negeri
tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka yang diterima sekaligus. Pemberian
uang duka tidaklah mengurangi pensiun dan hak lainnya.Yang dimaksud dengan tewas
adalah:
1. Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya.
2. Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinasnya.
3. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat
jasmani/rohani yang didapat karena menjalankan tugas kewajibannya.
4. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab
ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu.
Hak seorang pegawai negeri sipil yang lain adalah hak atas pensiun sesuai dengan
Pasal 10 Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian “Setiap
Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat-syarat yang diberikan berhak atas
pensiun.” Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap pegawai negeri
yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada negara. Pada pokoknya adalah
menjadi kewajiban dari setiap orang untuk berusaha menjamin hari tuanya, dan untuk itu
setiap pegawai negeri wajib menjadi peserta dari suatu badan asuransi sosial yang
dibentuk oleh pemerintah karena pensiun bukan saja sebagai jaminan hari tua, tapi juga
adalah sebagai balas jasa, maka pemerintah memberikan sumbangannya kepada pegawai
negeri.
Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional
sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya pegawai negeri. Karena
itu, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional yakni mewujudkan masyarakat
madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral
tinggi, diperlukan pegawai negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas
sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata
kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan, dan ketaatan kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.Disamping itu dalam pelaksanaan desentralisasi
kewenangan pemerintahan kepada daerah, pegawai negeri berkewajiban untuk tetap
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan harus melaksanakan tugasnya secara
profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan
13
pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Berdasarkan
Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian dijelaskan pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara
yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur,
adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.
D. Kewajiban Dan Larangan Pegawai Negeri Sipil
Kewajiban PNS
1. Mengucapkan Sumpah/Janji PNS.
2. Mengucapkan Sumpah/Janji Jabatan.
3. Setia Dan Taat Sepenuhnya Kepada Pancasila ,UUD-RI 1945,NKRI Dan Pemerintah.
4. Menaati Segala Ketentuan Peraturan Perundang- Undangan.
5. Melaksanakan Tugas Kedinasan Yang Dipercayakan Kepada PNS Denga Penuh
Pengabdian, Kesadaran, Dan Tanggung Jawab.
6. Menjujung Tinggi Kehormatan Negara, Pemerintah, Dan Martabat PNS.
7. Mengutamakan Kepentingan Negara Daripada Kepentingan Sendiri, Seseorang, Dan
/Atau Golongan.
8. Memegang Rahasia Jabatan Yang Menurut Sifatnya Atau Menurut Perintah Harus
Dirahasiakan.
9. Bekerja Dengan Jujur, Tertib, Cermat, Dan Bersemangat Untuk Kepentingan Negara.
10. Melaporkan Dengan Segera Kepada Atasannya Apabila Mengetahui Ada Hal Yang
Dapat Membahayakan Atau Merugikan Negara Atau Pemerintah Terutama Di
Bidang Keamanan, Keuangan Dan Materiil.
11. Masuk Kerja Dan Menaati Jam Kerja.
12. Mencapai Sasaran Kerja Pegawai Yang Ditetapkan.
13. Menggunakan Dan Memelihara Barang- Barang Milik Negara Dengan Sebaik-
Baiknya.
14. Memberikan Pelayanan Sebaik-Baiknya Kepada Masyarakat.
15. Membimbing Bawahan Dalam Melaksankan Tugas.
16. Memberikan Kesempatan Kepada Bawahan Untuk Mengembangkan Karier.
17. Menaati Peraturan Kedinasan Yang Ditetapkan Oleh Pejabat Yang Berwenang.
14
Larangan PNS
1. Menyalahgunakan Wewenang.
2. Menjadi Perantara Untuk Mendapatkan Keuntungan Pribadi Dan/Atau Orang Lain
Dengan Menggunakan Kewenangan Orang Lain.
3. Tanpa Izin Pemerintah Menjadi Pegawai Atau Bekerja Untuk Negara Lain Dan /Atau
Lembaga Atau Organisasi Internasional.
4. Bekerja Pada Perusahaan ,Konsultan Asing,Atau Lembaga Swadaya Masyarakat
Asing.
5. Memiliki, Menjual, Membeli, Menggadaikan,Menyewakan, Atau Meminjamkan
Barang – Barang Baik Bergerak Atau Tidak Bergerak,Dokumen Atau Surat Berharga
Milik Negara Secara Tidak Sah.
6. Melakukan Kerjasama Dengan Atasan,Teman Sejawat, Bawahan,Atau Orang Lain
Didalam Maupun Diluar Lingkungan Kerjanya Dengan Tujuan Untuk Keuntungan
Pribadi, Golongan , Atau Pihak Lain, Yang Secara Langsung Atau Tidak Langsung
Merugikan Negara.
7. Memberi Atau Menyanggupi Akan Memberi Sesuatu Kpd Siapapun Baik Secara
Langsung Atau Tidak Langsung Dan Dengan Dalih Apapun Untuk Diangkat Dalam
Jabatan.
8. Menerima Hadiah Atau Suatu Pemberian Apa Saja Dari Siapapun Juga Yang
Berhubungan Dengan Jabatan Dan/Atau Pekerjaannya.
9. Bertindak Sewenang – Wenang Terhadap Bawahannya.
10. Melakukan Suatu Tindakan Atau Tidak Melakukan Suatu Tindakan Yang Dapat
Menghalangi Atau Mempersulit Salah Satu Pihak Yang Dilayani Sehingga
Nengakibatkan Kerugian Bagi Yang Dilayani.
11. Menghalangi Berjalannya Tugas Kedinasan.
12. Memberikan Dukungan Kepada Calon Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPD Atau
DPRD Dengan Cara;
a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye.
b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS.
c. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara.
15
13. Memberikan Dukungan Kepada Calon Presiden/Wakil Presiden Dengan Cara.
a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu pasangan calon selama masa kampanye dan /atau.
b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama , dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan,atau pemberian barang kepada
PNS dalam lingkunagan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
14. Memberikan Dukungan Kepada Calon Anggota DPD atau calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto
kopi KTP surat keterangan tanda Penduduk sesuai aturan perundang-undangan.
15. Memberikan Dukungan Kepada Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan
cara :
a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah.
b. menggunakan fasilitas yg terkait dg jabatan dalam kegiatan kampanye.
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu pasangan calon selama masa kampanye.
d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye
meliputi pertemuan, ajakan,seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluaraga, dan masyarakat.
16
2.2 Pengertian Dan Penegakan Disiplin PNS
A. Disiplin PNS PP No 53 Tahun 2010
Disiplin Pns Pp No 53 Tahun 2010 Adalah kesanggupan PNS untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang
undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar
dijatuhi hukuman disiplin.
B. Pelanggaran Disiplin
Pelanggaran Disiplin Adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang
tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik
yang dilakukan di dalam maupun diluar jam kerja. Tingkat Dan Jenis Hukuman Disiplin
Hukuman Disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena melanggar
peraturan disiplin PNS.
1. Hukuman Disiplin Ringan.
a. teguran lisan.
b. teguran tertulis.
c. pernyataan tidak puas secara tertulis.
2. Hukuman Disiplin Sedang.
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1(satu) tahun.
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu ) tahun.
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 ( satu ) tahun.
3. Jenis Hukuman disiplin Berat Terdiri dari.
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah 3 ( tiga ) tahun.
b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah.
c. pembebasan dari jabatan.
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaannya sendiri sebagai
PNS, dan.
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
16
17
PENJELASAN :PASAL 8
1. PNS yang tidak masuk kerja selama 5 s/d 15 hari kerja tanpa alasan yang sah
dikenai sanksi hukuman disiplin ringan.
a) Teguran Lisan : 5 hari.
b) Teguran Tertulis : 6 s/d 10 hari.
c) Pernyataan tidak puas secara tertulis : 11 s/d 15 hari.
2. PNS yang tidak masuk kerja selama 16 s/d 30 hari kerja tanpa alasan yang sah
dikenai sanksi hukuman disiplin sedang.
a) Penundaan KGB : 16 s/d 20 hari.
b) Penundaan kenaikan pangkat : 21 s/d 25 hari.
c) Penurunan pangkat paling lama 1 tahun : 26 s/d 30 hari.
3. PNS yang tidak masuk kerja selama 31 s/d 45 hari kerja tanpa alasan yang sah
dikenai sanksi hukuman disiplin berat .
a) Penurunan pangkat paling lama 3 tahun : 31 s/d 35 hari.
b) Penurunan jabatan : 36 s/d 40 hari.
c). Pembebasan Jabatan : 41 s/d 45 hari.
4. Pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat : 46 hari atau lebih.
Agar Diperhatikan ………!!
1. Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan metaati ketentuan jam dihitung
2. secara komulatif 1 ( satu ) tahun.
3. Keterlambatan dihitung secara komulatif dan dikonversi 1 hari sama dengan 7,5
jam.
4. Pejabat yang berwenang menghukum tidak menjatuhkan hukuman disiplin, maka
tersebut dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya.
5. Pejabat yg berwenang menghukum dijatuhi hukuman disiplin sama dengan jenis
hukuman disiplin yang seharusnya dijatuhkan apabila tidak menjatuhkan
hukuman kepada PNS yg telah terbukti melakukan pelanggaran disiplin.
18
C. Penegakan Disiplin PNS.
Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat, Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah
Provinsi, dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota adalah
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur
wewenang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS. Upaya administratif
adalah prosedur yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman
disiplin yang dijatuhkan kepadanya berupa keberatan atau banding administrative
Keberatan adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas
terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum
kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum.
(1). Tata Cara Pemeriksaan
Pasal 23.
1. PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh
atasan langsung.
2. Pemanggilan dilakukan paling lama 7 (tujuh ) hari kerja sebelum pemeriksaan.
3. Yang bersangkutan tidak hadir dilakukan pemanggilan ke 2 paling lama 7 ( tujuh )
hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa.
4. Yang bersangkutan tidak hadir juga, pejabat yang berwenang menghukum
menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada.
Pasal 24.
1. Sebelum Dijatuhi Hukuman Atasan Langsung Wajib Memeriksa Terlebih Dahulu,
Dilakukan Secara Tertutup Dan Dituangkan Dalam BAP.
2. Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Ditetapkan Pejabat Yang Berwenang Menghukum,
Atasan Langsung Atau Pejabat Yang Lebih Tinggi, Apabila Merupakan Kewenangan
Pejabat Yg Lebih Tinggi Maka Atasan Langsung Wajib Melaporkan Secara Hirarki
Dg BAP.
3. Khusus Utk Pelanggaran Disiplin Ancaman Hukuman Berupa Hukuman Disiplin
Sedang Dan Berat Dapat Dibentuk Tim Pemeriksa.
19
4. Tim Pemeriksa Terdiri Dari Atasan Langsung, Unsur Pengawasan , Kepegawaian
Atau Pejabat Yang Ditunjuk.
5. Tim Pemeriksa dibentuk oleh PPK atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 27
PNS yg diduga melakukan pelanggaran disiplin dan kemungkinan akan dijatuhi hukuman
berat dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh atasan langsung.
1. Pembebasan Sementara Dari Tugas Jabatan Berlaku Sampai Dengan Ditetapkannya
Keputusan Hukuman Disiplin.
2. Yang Bersangkutan Tetap Diberikan Hak-Hak Kepegawaian.
3. Apabila Tidak Ada Atasan Langsung Pembebasan Sementara Dari Tugas Jabatannya
Oleh Atasan Yang Lebih Tinggi.
Pasal 30
1. PNS Yg Melakukan Beberapa Paelanggaran Disiplin Hanya Dapat Dijatuhi Satu Jenis
Hukuman Terberat.
2. PNS Yg Pernah Dijatuhi Hukuman Disiplin Melakukan Pelanggaran Disiplin Lagi,
Kepadannya Dijatuhi Jenis Hukuman Yang Lebih Berat.
3. PNS Dpk/Dpb Di Lingkungannya Akan Dijatuhi Hukuman Disiplin Tapi Bukan
Kewenangannya Maka Pimpinan Instansi Mengususlkan Penjatuhan Hukuman
Disiplin Kepada PPK Induknya Disertai BAP.
Perlu diperhatikan Bahwa Hukuman disiplin SEDANG dijatuhkan bagi pelanggaran
terhadap larangan. .!!
Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah /Wakil Kepala Daerah dengan
cara terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah serta mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah
masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian
barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga,dan
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf a dan huruf d.(
Lihat Ps 12 angka 9 )
20
Hukuman Disiplin BERAT dapat dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap Larangan. .!!
Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah,
dengan cara menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan
kampanye dan atau membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dan huruf c. ( lihat Pasal 13 angka 13 )
(2). Upaya Administratif
A. Keberatan
Jenis hukuman disiplin yang dapat diajukan keberatan adalah :
1. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 ( satu ) tahun;
2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun yang dijatuhkan oleh :
a. Pejabat struktural eselon 1 dan pejabat yang setara.
b. Sekda/pejabat struktural eselon II Kab/kota kebawah/ setara Kebawah;
c. Pejabat struktural Es II kebawah di Likungan Instansi Vertikal;
d. Pejabat Es II kebawah di lingkungan Instansi Vertikal dan kantor
perwakilan Provinsi dan unit setara dg sebutan lain yang berada di bawah
dan bertg jawab kpd PPK
B. Banding Adminstratif
1. Hukuman Disiplin yg dijatuhkan PPK untuk jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud Ps7 ayat (4) huruf d dan e.
2. Hukuman yang dijatuhkan Gubernur selaku wakilPemerintah Pusat untuk
jenis hukuman sebagaimana dimaksud Ps 7 ayat (4) huruf d dan e.
3. Mengajukan banding administratif gaji tetap dibayarkan sepanjang yang
bersangkutan tetap melaksanakan tugas.
4. Tidak akan banding administratif gaji mulai dihentikan terhitung mulai bulan
berikut sejak hari 15 keputusan hukuman diterima.
5. PNS yang sedang dalam proses pemeriksaan atau upaya administratif tidak
disetujui untuk pindah instansi
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Sebagai Aparatur Negara
Pengertian disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan tata tertib. Disiplin adalah melaksanakan apa yang telah
disetujui bersama antara pimpinan dengan para pekerja baik persetujuan tertulis, lisan
ataupun berupa peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan. Disiplin mempunyai
makna sebagai upaya kesadaran untuk mentaati peraturan organisasi maupun
peraturan perundangan yang berlaku, yang tercermin dari sikap dan perilakunya
sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh dirinya dan masyarakat.
B. Pengertian Dan Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Ditinjau dari segi pembinaan, disiplin dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
Disiplin umum atau disiplin tata laku dan sikap, serta Disiplin kerja. Disiplin umum
adalah yang nampak dalam penampilan sikap dan perilaku lahiriah seseorang seperti
ketaatan terhadap jam kerja, sikap yang korek terhadap atasan. Disiplin kerja yaitu
disiplin yang memuat tentang metodologi dan teknik penyelesaian pekerjaan yang
memerlukan ketaatan mengikuti metode, prosedur dan teknik melaksanakan tugas.
Disiplin kerja merupakan konsep yang didefinisikan sebagai sikap dan perilaku layanan
yang taat dan tertib terhadap aturan yang telah ditetapkan dalam tugas. Faktor aturan
meliputi hal-hal yang penting berkaitan dengan manusia sebagai subyek aturan yaitu :
(1). kewenangan artinya si pembuat aturan haruslah memiliki kewenangan untuk itu.
(2). Pengetahuan dan pengalaman yakni si pembuat aturan harus memiliki pandangan
jauh kedepan, sehingga aturan yang dibuat dapat menjangkau waktu yang panjang.
(3). kemampuan bahasa yakni dalam beberapa hal bahasa mampu menterjemahkan
secara lengkap kehendak atau pikiran.
21
22
(4). pemahaman oleh pelaksana yakni petugas pelaksana yang akan terlibat langsung
dengan aturan itu.
(5). Disiplin dalam pelaksanaan yakni bentuk ketaatan terhadap aturan yang telah
ditetapkan.
3.2 Saran
Sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan
mengoreksi, bukan tindakan negatif yang menjatuhkan pegawai yang berbuat salah. Untuk
mendukung pelaksanaan tindakan pendisiplinan, perusahaan dapat menerapkan suatu
kebijaksanaan disiplin progresif, yang berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih
berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan
kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan korektif sebelum
hukuman¬hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Disiplin progresif juga memungkinkan
manajemen untuk membantu pegawai memperbaiki kesalahan. Perilaku disiplin pegawai
pada dasarnya tidak hanya terbatas pada aturan-aturan perilaku pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya, melainkan juga berhubungan dengan nilai dan norma perilaku
tertib dalam kehidupan berkelompok ataupun bermasyarakat pada umumnya. Oleh
karenanya perilaku disiplin pegawai tidak hanya tercermin dalam melaksanakan pekerjaan
kedinasan semata-mata, melainkan implementasinya dapat dilihat dari sikap keteladanannya
dalam kehidupan bermasyarakat. Pengukuran terhadap disiplin kerja pegawai dapat
dilakukan dengan menggunakan kriteria sikap pegawai, tingkah laku pegawai, dan
perbuatan pegawai dalam melaksanakan.pekerjaannya, sehingga dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi kepegawaian yang bersangkutan. Penjabarannya berupa
ketaatan pegawai terhadap peraturan dan norma pekerjaan, tanggung jawab tanpa paksaan,
keyakinan manfaat bagi diri sendiri, kesadaran melaksanakan apa yang telah disepakati,
melaksanakan budaya tertib, budaya bersih, dan budaya kerja, serta pelaksanaan apel,
absensi, maupun di lingkungan tempat bekerja.
23
DAFTAR PUSTAKA
Buku Referensi
Triatmodjo, Sudibyo. 1983. Hukum kepegawaian mengenai kedudukan hak dan kewajiban
Jakarta : Ghalia Indonesia.
Biro kepegawaian. 1980. Himpunan peraturan kepegawaian. Jakarta: Proyek Peningkatan
Pembinaan Dan Administrasi Kepegawaian Depdikbud.
Peraturan Perundang-Undangan RI
Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Perubahaan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun
1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1985 Tentang pengaturan gaji Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1974 Tentang cuti Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
23