makalah kelompok hukum kepegawaian jilid 2

27
MAKALAH HUKUM KEPEGAWAIAN DOSEN PENGASUH : ANDONG,SH.MH KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS HUKUM TAHUN 2012

Upload: erik-sosanto

Post on 02-Jan-2016

222 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

i

MAKALAH

HUKUM KEPEGAWAIAN

DOSEN PENGASUH : ANDONG,SH.MH

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS HUKUM

TAHUN 2012

Page 2: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

ii

MAKALAH

DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DOSEN PENGASUH : ANDONG,SH.MH

Disusun Oleh:

NAMA NIM TTD

1. ERIK SOSANTO EAA 110 039 . . . . . . . . . . . .

2. FERRY ERYANDI SIAHAAN EAA 110 021 . . . . . . . . . . . .

3. MARINA FUARIPUTRI EAA 109 181 . . . . . . . . . . . .

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS HUKUM

TAHUN 2012

i

Page 3: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

iii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas limpahan berkat dan Rahmat-Nya dari Tuhan

Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan makalah mengenai Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Makalah ini disusun berdasarkan sumber dari buku-buku dan sumber lainnya yang

berhubungan dengan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan

menambah wawasan bagi orang yang membacanya.

Penulis menyadari akibat keterbatasan waktu dan pengalaman penulis, maka tulisan ini

masih banyak kekurangan.Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini.

Harapan penulis semoga tulisan yang penuh kesederhanaan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membacanya tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Palangka Raya, 21 April 2012

Penyusun

ii

Page 4: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah .......................................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 3

1.4. Metode Penulisan .............................................................................................................. 3

1.5. Manfaat Penulisan ............................................................................................................. 3

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Pengertian PNS ................................................................................................................. 4

2.2. Pengertian Disiplin PNS ................................................................................................... 16

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 21

3.2. Saran ................................................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 5: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pola pikir PNS adalah salah satu pola pikir profesi, di samping misalnya profesi

politikus, pedagang, pengusaha, petani dsb. Karena perbedaan karakteristik dengan profesi

lainnya, maka pola pikir PNS juga berbeda. Salah satu ciri khas yang membedakannya

adalah tugas dan karakteristik pelayanan publik (public services). Pegawai Negeri Sipil

(PNS) adalah salah satu jenis Kepegawaian Negeri di samping Anggota TNI dan Anggota

Polri (UU No 43 Th 1999). Pengertian Pegawai Negeri adalah setiap warga negara RI yang

telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi

tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 1 UU 43/1999) Pola pikir PNS

terbagi dua : Pola pikir positif (pola pikir yang berkembang), dan Pola pikir negatif (pola

pikir tetap). Pola pikir positif (pola pikir berkembang) PNS tercermin dalam berbagai

prestasi yang telah dicapai oleh para PNS selama ini sesuai bidang tugasnya masing-masing,

maupun dalam bentuk acuan norma dan aturan yang berlaku. Norma dan aturan tersebut

diarah oleh PNS dalam bentuk menjaga sikap dan perilakunya, karena secara periodik

dijadikan acuan penilaian antara lain dalam bentuk DP3.

DP3 atau Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS tersebut, tertuang dalam PP

Nomor 10 Tahun 1979, terdiri atas delapan norma-norma sikap perilaku :

1. Kesetiaan

2. Prestasi Kerja

3. Tanggung Jawab

4. Ketaatan

5. Kejujuran

6. Kerjasama

7. Prakarsa

8. Kepemimpinan

1

Page 6: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

2

Pegawai negeri yang sempurna adalah pegawai negeri yang penuh kesetiaan pada

Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan pemerintah serta bersatu padu, bermental baik,

berdisiplin tinggi, berwibawa, berdaya guna, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung

jawab sebagai unsur pertama aparatur negara. Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa disiplin yang tinggi merupakan salah satu unsur untuk menjadi pegawai negeri yang

sempurna. Dengan disiplin yang tinggi diharapkan semua kegiatan akan berjalan dengan

baik. Ada sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh birokrasi Indonesia berkenaan dengan

Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang dimaksudkan adalah Pegawai Negeri Sipil yang

ditempatkan dan bekerja di lingkungan birokrasi untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi

sebagaimana telah ditetapkan. Permasalahan tersebut antara lain besarnya jumlah PNS dan

tingkat pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun, rendahnya kualitas dan

ketidaksesuaian kompetensi yang dimiliki, kesalahan penempatan dan ketidakjelasan jalur

karier yang dapat ditempuh. Sebuah ilustrasi tentang birokrasi menyatakan bahwa mereka

Pegawai Negeri Sipil kerjanya santai, pulang cepat dan mempersulit urusan serta identik

dengan sebuah adagium “mengapa harus dipermudah apabila dapat dipersulit.” Gambaran

umum tersebut sudah sedemikian melekatnya dalam benak publik di Indonesia sehingga

banyak kalangan yang berasumsi bahwa perbedaan antara dunia preman dengan birokrasi

hanya terletak pada pakaian dinas saja. Begitu parahkah pandangan masyarakat mengenai

Pegawai NegeriSipil....?

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan sekaligus

merupakan pembahasan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

a. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Sebagai Aparatur Negara ?.

b. Pengertian Dan Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil ?.

Page 7: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

3

1.3 Tujuan Penulisan

Dari kajian yang akan dilakukan dalam makalah ini,

penulis bertujuan untuk :

a. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Pengertian Pegawai Negeri Sipil Sebagai

Aparatur Negara.

b. Mengetahui dan memahami Pengertian Dan Penegakan Disiplin Pegawai Negeri

Sipil.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini yang bersumber pada buku-buku

referensi yang berhubungan dengan hukum kepegawaian dan situs internet.

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai media untuk menambah wawasan.

b. Bahan referensi aktual .

c. Bahan bacaan dan pengetahuan.

Page 8: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PNS Sebagai Aparatur Negara

A. Pengertian PNS Dalam Peraturan Perundang-Undangan

Dalam pasal 3 UU No. 8 tahun 1974 yang berkaitan dengan masalah hubungan

pegawai negeri dengan pemerintah atau mengenai kedudukan pegawai negeri. Pengertian

stimulatif tersebut selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

Pasal 1.a.: “Pegawai negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan yang berlaku, diangkat oleh

pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau

diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-

undangan yang berlaku”.

Pasal 3 : “Pegawai Negeri adalah unsur aparatur negara, abdi Negara dan abdi

masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara

dan Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan.

Sementara itu berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian dijelaskan bahwa :

“Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi

syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam

suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

B. Jenis-jenis Pegawai Negeri Sipil

Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang PokokPokok

Kepegawaian, yang menjelaskan Pegawai Negeri terdiri dari:

1. Pegawai Negeri Sipil

2. Anggota Tentara Nasional Indonesia

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

4

Page 9: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

5

Pegawai Negeri Sipil terdiri dari:

1. Pegawai negeri sipil pusat

2. Pegawai negeri sipil daerah

3. Pegawai negeri sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah

Ad.1. Pegawai Negeri Sipil Pusat

a. Yang bekerja sama pada departemen, lembaga pemerintah non departemen,

kesekretariatan, lembaga tertinggi/tinggi negara, instansi vertikal di daerah-daerah

dan kepaniteraan pengadilan.

b. Yang bekerja pada perusahaan jawatan misalnya perusahaan jawatan kereta api,

pegadaian dan lain-lain.

c. Yang diperbantukan atau dipekerjakan pada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota.

d. Yang berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan dan diperbantukan atau

dipekerjakan pada badan lain seperti perusahaan umum, yayasan dan lainnya.

e. Yang menyelenggarakan tugas negara lainnya, misalnya hakim pada pengadilan

negeri/pengadilan tinggi dan lain-lain.

Ad.2. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Pegawai Negeri Sipil daerah diangkat dan bekerja pada Pemerintahan Daerah

Otonom baik pada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Ad.3 Pegawai Negeri sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

Masih dimungkinkan adanya pegawai negeri sipil lainnya yang akan ditetapkan

dengan peraturan pemerintah, misalnya kepala-kepala kelurahan dan pegawai negeri

di kantor sesuai dengan UU No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Dari uraian-uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang

menyelenggarakan tugas-tugas negara atau pemerintahan adalah pegawai negeri, karena

kedudukan pegawai negeri adalah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, juga

pegawai negeri merupakan tulang punggung pemerintah dalam proses penyelenggaraan

pemerintahan maupun dalam melaksanakan pembangunan nasional.

Page 10: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

6

C. Tugas dan Fungsi Pegawai Negeri Sipil

Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat

yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan

Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Sehubungan

dengan kedudukan Pegawai Negeri maka baginya dibebankan kewajiban-kewajiban

yang harus dilaksanakan dan sudah tentu di samping kewajiban baginya juga diberikan

apa-apa saja yang menjadi hak yang didapat oleh seorang pegawai negeri.

Pada Pasal 4 Undang-Undang No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian setiap pegawai

negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintahan.

Pada umumnya yang dimaksud dengan kesetiaan dan ketaatan adalah suatu tekad dan

kesanggupan dari seorang pegawai negeri untuk melaksanakan dan mengamalkan sesuatu

yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, abdi masyarakat wajib setia dan taat

kepada Pancasila, sebagai falsafah dan idiologi negara, kepada UUD 1945, kepada

Negara dan Pemerintahan. Biasanya kesetiaan dan ketaatan akan timbul dari

pengetahuan dan pemahaman yang mendalam, oleh sebab itulah seorang Pegawai

Negeri Sipil wajib mempelajari dan memahami secara mendalam tentang Pancasila,

UUD 1945, Hukum Negara dan Politik Pemerintahan.

Dalam Pasal 5 Undang-Undang No.8 Tahun 1974 (pasal ini tidak diubah oleh

UU No.43 Tahun 1999) Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian disebutkan setiap pegawai

negeri wajib mentaati segala peraturan perundangan yang berlaku dan melaksanakan

kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian kesadaran dan

tanggung jawab. Pegawai Negeri Sipil adalah pelaksana pearturan perundang-undangan,

sebab itu maka seorang Pegawai Negeri Sipil wajib berusaha agar setiap peraturan

perundang-undangan ditaati oleh anggota masyarakat.

Sejalan dengan itu pegawai negeri sipil berkewajiban memberikan contoh yang

baik dalam mentaati dan melaksanakan segala peraturan dan perundang-undangan yang

berlaku. Di dalam melaksankan peraturan perundangundangan, pada umumnya kepada

pegawai negeri diberikan tugas kedinasan untuk melaksanakan dengan baik. Pada

pokoknya pemberian tugas kedinasan itu adalah merupakan kepercayaan dari atasan

Page 11: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

7

yang berwenang dengan harapan bahwa tugas itu nantinya akan dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya. Maka Pegawai Negeri Sipil dituntut penuh pengabdian, kesadaran dan

tanggung jawab dalam melaksanakan tugas kedinasan.

Kedinasan lain sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil wajib menyimpan rahasia

jabatan dan seorang pegawai negeri dapat mengemukakan rahasia jabatan atas perintah

perintah pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang (Pasal 6 Undang-Undang No.8

Tahun 1974 tidak dicabut oleh UU No.43 Tahun1999). Yang dimaksud dengan rahasia

adalah: rencana, kegiatan yang akan,sedang atau telah dilakukan yang dapat

mengakibatkan kerugian yang besar atau dapat menimbulkan bahaya, apabila

diberitahukan atau diketahui oleh orang yang tidak berhak. Rahasia jabatan adalah

rahasia mengenai atau ada hubungannya dengan jabatan. Rahasia jabatan dapat berupa

dokumen tertulis seperti surat, notulen rapat, peta dan dapat juga berupa keputusan lisan

dari seorang atasan. Dilihat dari sudut pentingnya, maka rahasia jabatan ditentukan

tingkat klasifikasinya seperti:

1. Sangat rahsia

2. Rahasia

3. Konfidensi/Terbatas

Dan jika ditinjau dari sifatnya maka akan dijumpai rahasia jabatan yang sifat

kerahasiannya terbatas pada waktu tertentu dan ada pula rahasia jabatan yang sifat

kerahasiannya terus menerus. Apakah suatu rencana kegiatan atau tindakan bersifat

rahasia jabatan, dan dirahasiakan kedalam klasifikasi yang mana harus ditentukan

dengan tegas oleh pimpinan instansi yang bersangkutan. Biasanya seorang pegawai

negeri karena jabatan atau karena pekerjaannya dapat mengetahui jabatan. Bocornya

suatu rahasia jabatan dapat menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap negara.

Pada umunya kebocoran rahasia jabatan disebabkan oleh dua hal yaitu: sengaja

dibocorkan kepada orang lain atau karena kelalaian atau kurang hatihatinya pejabat yang

bersangkutan, keduanya memberikan akibat yang sama buruknya terhadap negara.

Inilah yang memotivasi kenapa seorang pegawai diwajibkan menyimpan rahasia jabatan

dengan sebaik-baiknya. Seorang pegawai negeri hanya dapat mengemukakan rahasia

jabatan kepada dan atas pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang, demikian juga

Page 12: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

8

terhadap bekas pegawai negeri, misalnya atas perintah petugas penyidik dalam rangka

penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi.

Disamping kewajiban-kewajiban seperti tersebut di atas, dalam UU No.43 Tahun

1999 juga disebutkan hak-hak pegawai negeri yaitu: Menurut Pasal 7 Undang-Undang

No.43 Tahun 1999 Tentang PokokPokok Kepegawaian, setiap pegawai negeri berhak

memperoleh gaji yang layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawab.Pada

dasarnya setiap pegawai negeri beserta keluarganya harus hidup layak dari gajinya,

sehingga dengan demikian ia dapat memusatkan perhatian dan kegiatannya

melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Gaji adalah sebagai balas jasa atau

penghargaan atau hasil karya seseorang dalam menunaikan tugas sesuai dengan bidang

pekerjaannya masing-masing. Dewasa ini sistem penggajian terhadap pegawai negeri

sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1985 Tentang Pengaturan Gaji

Pegawai Negeri Sipil.Sistem penggajian yang dapat mendorong kegirahan bekerja untuk

mencapai prestasi kerja yang optimal adalah sistem skala ganda, yaitu pemberian gaji

kepada seorang pegawai negeri bukan saja didasarkan pada pangkat, tapi juga didasarkan

pada besarnya tanggung jawab yang dipikul dan prestasi kerja yang dicapai.Disamping

itu dalam menentukan besarnya gaji tergantung dari pada faktor kemampuan keuangan

negara. Sebab walau sudah diperkirakan standard hidup pegawai negeri tidak dapat

dilaksanakan kelau kemampuan keuangan negara tidak memadai. Hal lain yang patut

diperhatikan adalah keadaan/tempat dimana pegawai negeri itu diperlukan. Dalam rangka

penegakan disiplin di kalangan pegawai negeri masalah gaji dipandang sebagai faktor

yang paling berpengaruh. Karena jika gaji yang diterima oleh seorang pegawai negeri

dirasakan tidak mampu memenuhi kebutuhan/kesejahteraan keluarganya ini akan

mendorong pegawai tersebut untuk mencari sampingan, yang lama kelamaan menjadi

satu kebiasaan, sehingga memberi dampak negatif.

Dalam UU No.43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dikatakan

setiap pegawai negeri berhak atas cuti. Cuti adalah tidak masuk kerja yang diberikan

dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka untuk menjamin kesegaran jasmani dan

rohani serta untuk kepentingan pegawai negeri perlu diatur pemberian cuti. Ketentuan

tentang cuti ada diatur dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1976 Tentang Cuti

Pegawai Negeri Sipil. Cuti yang diatur di dalam Peraturan Pemerintah ini kecuali cuti

Page 13: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

9

diluar tanggungan negara adalah hak Pegawai Negeri Sipil, oleh sebab itu pelaksanaan

cuti hanya dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu apabila kepentingan dinas

mendesak. Setiap pimpinan haruslah mengatur pemberian cuti sedemikian rupa sehingga

dapat terjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Menurut perhitungan pemberian cuti

dalam waktu yang sama terhadap 5 % dari jumlah kekuatan masih tetap dapat menjamin

kelancaran pekerjaan. Pegawai Negeri Sipil yang hendak menggunakan hak cutinya

wajib mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang

memberikan cuti melalui hirarkhi, kecuali untuk cuti sakit.

1. Cuti Tahunan.

Yang berhak mendapat cuti tahunan adalah pegawai negeri sipil, termasuk calon

pegawai negeri sipil yang telah bekerja sekurangnya 1 (satu) tahun secara terus

menerus adalah bekerja dengan tidak terputus-putus karena menjalankan cuti diluar

tanggungan negara atau karena diberhentikan dari jabatan dengan menerima uang

tunggu. Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja, dan tidak dapat

dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari 3 (tiga hari) kerja. Dalam hal

cuti tahunan yang akan dijalankan di tempat yang sulit perhubungannya, maka

jangka waktu cuti tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 14 (empat

belas) hari. Cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan, dapat

diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja

termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan. Namun jika dalam dua

tahun berturut-turut tidak diambil maka dapat diambil tahun berikutnya untuk paling

lama 24 hari kerja termasuk cuti tahun berjalan. Bagi Pegawai Negeri Sipil yang

menjadi guru pada sekolah atau dosen pada Perguruan Tinggi yang dapat liburan

menurut Undang-Undang yang berlaku baginya tidak diberikan/tidak berhak atas cuti

tahunan.

2. Cuti Sakit.

Setiap pegawai negeri sipil yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. Bagi pegawai

negeri sipil yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari harus memberitahukan

kepada atasannya baik secara tertulis maupun dengan pesan. Dan bagi yang sakit

lebih 2 (dua) hari sampai 14 (empat belas) hari harus mengajukan permintaan cuti

sakit dengan melampirkan surat keterangan

Page 14: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

10

dokter, baik dokter pemerintah maupun dokter swasta. Cuti sakit tersebut dapat

diberikan untuk paling lama 1 (satu) tahun dan dapat ditambah untuk paling lama 6

(enam) bulan, dengan dilampiri surat keterangan dokter pemerintah atau dokter

swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Dan jika hasil test kesehatan

menunjukkan tidak ada harapan lagi untuk bekerja kepadanya diberhentikan dengan

hormat dari jabatannya dengan mendapat uang tunggu.Demikian juga seorang

Pegawai Negri Sipil wanita mengalami gugur kandungan berhak atas cuti untuk

paling lama 1 ½ bulan.

3. Cuti Bersalin.

Untuk persalinan pertama, kedua, ketiga Pegawai Negeri Sipil wanita berhak atas

cuti bersalin, sedang untuk keempat dan seterusnya baginya diberikan cuti di luar

tanggungan negara. Lamanya cuti bersalin adalah satu bulan sebelum dan sesudah

bersalin dua bulan. Bagi Pegawai Negeri Sipil wanita yang telah selesai menjalankan

cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan, dengan surat keputusan pejabat

yang berwenang memberikan cuti diaktifkan kembali dalam jabatan semula.

4. Cuti Karena Alasan Penting.

Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti karena:

a. Ibu, bapak, istri/suami, anak, mertua, menantu sakit keras atau meninggal

dunia. Salah seorang anggota keluarga dalam huruf a meninggal dunia dan

menurut ketentuan hukum yang berlaku dia wajib menguruskan hak dari

anggota keluarga yang meninggal.

b. Melangsungkan perkawinan yang pertama.

c. Cuti karena alasan penting diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk

paling lama dua bulan, selama menjalankan cuti karena alasan penting,

baginya tetap diberikan penghasilan penuh.

5. Cuti Besar.

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya enam tahun

terus menerus berhak atas cuti besar yang lamanya tiga bulan. Dan bagi yang

menjalani cuti besar tidak berhak atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan.

Cuti besar biasanya digunakan untuk memenuhi kewajiban agama misalnya

menunaikan ibadah haji. Jika kepentingan dinas mendesak pemberian cuti besar

Page 15: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

11

dapat ditangguhkan, selama menjalani cuti besar Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan menerima penghasilan penuh.

6. Cuti di luar Tanggungan Negara.

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurangnya lima tahun secara

terus menerus karena alasan pribadi yang mendesak dapat diberi cuti diluar

tanggungan negara untuk paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling

lama satu tahun apabila alasan untuk memperpanjang diterima. Selama menjalankan

cuti ini pegawai tersebut dibebaskan dari jabatannya, dan jabatannya yang kosong itu

dapat diisi oleh pejabat lain. Namun jika setelah selesai menjalankan cuti pegawai

yang bersangkutan melaporkan diri maka:

a. Apabila ada lowongan ditempatkan kembali.

b. Apabila tidak ada lowongan maka pimpinan instansi melaporkan ke BAKN

untuk kemungkinan ditempatkan pada instansi lain.

c. Apabila ketentuan pada huruf b tak memungkinkan maka yang bersangkutan

dibebaskan dari jabatannya dngan mendapatkan haknya.

d. Tapi bagi seorang Pegawai Negeri Sipil yang melaporkan diri kepada induk

organisasi setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan Negara

diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil.

Menurut Pasal 9 Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang PokokPokok

Kepegawaian setiap pegawai negeri yang ditimpa oleh suatu kecelakaan dalam dan

karena menjalankan tugas kewajibannya, berhak memperoleh perawatan. Dalam

menjalankan kewajiban selalu ada kemungkinan bahwa akan menghadapi resiko.

Apabila pegawai negeri mengalami kecelakaan dalam dan karena menjalankan

menjalankan tugas kewajibannya, maka ia berhak memperoleh perawatan dengan segala

biaya perawatan itu ditanggung oleh negara. Bagi pegawai negeri yang menderita cacat

jasmani atau rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang

mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga memperoleh

tanggungan. Pegawai negeri yang ditimpa suatu kecelakaan dalam dan karena

menjalankan kewajibannya, berdasarkan surat keterangan dokter, maka disamping

pensiun yang berhak diterimanya, kepadanya diberikan tunjangan yang memungkinkan

dapat hidup dengan layak. Besarnya tunjangan cacat yang diberikan secara prosentase

Page 16: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

12

disesuaikan dengan jenis cacat yang dideritanya. Demikian juga bila pegawai negeri

tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka yang diterima sekaligus. Pemberian

uang duka tidaklah mengurangi pensiun dan hak lainnya.Yang dimaksud dengan tewas

adalah:

1. Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya.

2. Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinasnya.

3. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat

jasmani/rohani yang didapat karena menjalankan tugas kewajibannya.

4. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab

ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu.

Hak seorang pegawai negeri sipil yang lain adalah hak atas pensiun sesuai dengan

Pasal 10 Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian “Setiap

Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat-syarat yang diberikan berhak atas

pensiun.” Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap pegawai negeri

yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada negara. Pada pokoknya adalah

menjadi kewajiban dari setiap orang untuk berusaha menjamin hari tuanya, dan untuk itu

setiap pegawai negeri wajib menjadi peserta dari suatu badan asuransi sosial yang

dibentuk oleh pemerintah karena pensiun bukan saja sebagai jaminan hari tua, tapi juga

adalah sebagai balas jasa, maka pemerintah memberikan sumbangannya kepada pegawai

negeri.

Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional

sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya pegawai negeri. Karena

itu, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional yakni mewujudkan masyarakat

madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral

tinggi, diperlukan pegawai negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas

sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata

kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan, dan ketaatan kepada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.Disamping itu dalam pelaksanaan desentralisasi

kewenangan pemerintahan kepada daerah, pegawai negeri berkewajiban untuk tetap

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan harus melaksanakan tugasnya secara

profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan

Page 17: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

13

pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Berdasarkan

Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian dijelaskan pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara

yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur,

adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.

D. Kewajiban Dan Larangan Pegawai Negeri Sipil

Kewajiban PNS

1. Mengucapkan Sumpah/Janji PNS.

2. Mengucapkan Sumpah/Janji Jabatan.

3. Setia Dan Taat Sepenuhnya Kepada Pancasila ,UUD-RI 1945,NKRI Dan Pemerintah.

4. Menaati Segala Ketentuan Peraturan Perundang- Undangan.

5. Melaksanakan Tugas Kedinasan Yang Dipercayakan Kepada PNS Denga Penuh

Pengabdian, Kesadaran, Dan Tanggung Jawab.

6. Menjujung Tinggi Kehormatan Negara, Pemerintah, Dan Martabat PNS.

7. Mengutamakan Kepentingan Negara Daripada Kepentingan Sendiri, Seseorang, Dan

/Atau Golongan.

8. Memegang Rahasia Jabatan Yang Menurut Sifatnya Atau Menurut Perintah Harus

Dirahasiakan.

9. Bekerja Dengan Jujur, Tertib, Cermat, Dan Bersemangat Untuk Kepentingan Negara.

10. Melaporkan Dengan Segera Kepada Atasannya Apabila Mengetahui Ada Hal Yang

Dapat Membahayakan Atau Merugikan Negara Atau Pemerintah Terutama Di

Bidang Keamanan, Keuangan Dan Materiil.

11. Masuk Kerja Dan Menaati Jam Kerja.

12. Mencapai Sasaran Kerja Pegawai Yang Ditetapkan.

13. Menggunakan Dan Memelihara Barang- Barang Milik Negara Dengan Sebaik-

Baiknya.

14. Memberikan Pelayanan Sebaik-Baiknya Kepada Masyarakat.

15. Membimbing Bawahan Dalam Melaksankan Tugas.

16. Memberikan Kesempatan Kepada Bawahan Untuk Mengembangkan Karier.

17. Menaati Peraturan Kedinasan Yang Ditetapkan Oleh Pejabat Yang Berwenang.

Page 18: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

14

Larangan PNS

1. Menyalahgunakan Wewenang.

2. Menjadi Perantara Untuk Mendapatkan Keuntungan Pribadi Dan/Atau Orang Lain

Dengan Menggunakan Kewenangan Orang Lain.

3. Tanpa Izin Pemerintah Menjadi Pegawai Atau Bekerja Untuk Negara Lain Dan /Atau

Lembaga Atau Organisasi Internasional.

4. Bekerja Pada Perusahaan ,Konsultan Asing,Atau Lembaga Swadaya Masyarakat

Asing.

5. Memiliki, Menjual, Membeli, Menggadaikan,Menyewakan, Atau Meminjamkan

Barang – Barang Baik Bergerak Atau Tidak Bergerak,Dokumen Atau Surat Berharga

Milik Negara Secara Tidak Sah.

6. Melakukan Kerjasama Dengan Atasan,Teman Sejawat, Bawahan,Atau Orang Lain

Didalam Maupun Diluar Lingkungan Kerjanya Dengan Tujuan Untuk Keuntungan

Pribadi, Golongan , Atau Pihak Lain, Yang Secara Langsung Atau Tidak Langsung

Merugikan Negara.

7. Memberi Atau Menyanggupi Akan Memberi Sesuatu Kpd Siapapun Baik Secara

Langsung Atau Tidak Langsung Dan Dengan Dalih Apapun Untuk Diangkat Dalam

Jabatan.

8. Menerima Hadiah Atau Suatu Pemberian Apa Saja Dari Siapapun Juga Yang

Berhubungan Dengan Jabatan Dan/Atau Pekerjaannya.

9. Bertindak Sewenang – Wenang Terhadap Bawahannya.

10. Melakukan Suatu Tindakan Atau Tidak Melakukan Suatu Tindakan Yang Dapat

Menghalangi Atau Mempersulit Salah Satu Pihak Yang Dilayani Sehingga

Nengakibatkan Kerugian Bagi Yang Dilayani.

11. Menghalangi Berjalannya Tugas Kedinasan.

12. Memberikan Dukungan Kepada Calon Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPD Atau

DPRD Dengan Cara;

a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye.

b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS.

c. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara.

Page 19: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

15

13. Memberikan Dukungan Kepada Calon Presiden/Wakil Presiden Dengan Cara.

a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah

satu pasangan calon selama masa kampanye dan /atau.

b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan

calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama , dan sesudah masa

kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan,atau pemberian barang kepada

PNS dalam lingkunagan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

14. Memberikan Dukungan Kepada Calon Anggota DPD atau calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto

kopi KTP surat keterangan tanda Penduduk sesuai aturan perundang-undangan.

15. Memberikan Dukungan Kepada Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan

cara :

a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil

Kepala Daerah.

b. menggunakan fasilitas yg terkait dg jabatan dalam kegiatan kampanye.

c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah

satu pasangan calon selama masa kampanye.

d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan

calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye

meliputi pertemuan, ajakan,seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam

lingkungan unit kerjanya, anggota keluaraga, dan masyarakat.

Page 20: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

16

2.2 Pengertian Dan Penegakan Disiplin PNS

A. Disiplin PNS PP No 53 Tahun 2010

Disiplin Pns Pp No 53 Tahun 2010 Adalah kesanggupan PNS untuk menaati

kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang

undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar

dijatuhi hukuman disiplin.

B. Pelanggaran Disiplin

Pelanggaran Disiplin Adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang

tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik

yang dilakukan di dalam maupun diluar jam kerja. Tingkat Dan Jenis Hukuman Disiplin

Hukuman Disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena melanggar

peraturan disiplin PNS.

1. Hukuman Disiplin Ringan.

a. teguran lisan.

b. teguran tertulis.

c. pernyataan tidak puas secara tertulis.

2. Hukuman Disiplin Sedang.

a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1(satu) tahun.

b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu ) tahun.

c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 ( satu ) tahun.

3. Jenis Hukuman disiplin Berat Terdiri dari.

a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah 3 ( tiga ) tahun.

b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah.

c. pembebasan dari jabatan.

d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaannya sendiri sebagai

PNS, dan.

e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

16

Page 21: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

17

PENJELASAN :PASAL 8

1. PNS yang tidak masuk kerja selama 5 s/d 15 hari kerja tanpa alasan yang sah

dikenai sanksi hukuman disiplin ringan.

a) Teguran Lisan : 5 hari.

b) Teguran Tertulis : 6 s/d 10 hari.

c) Pernyataan tidak puas secara tertulis : 11 s/d 15 hari.

2. PNS yang tidak masuk kerja selama 16 s/d 30 hari kerja tanpa alasan yang sah

dikenai sanksi hukuman disiplin sedang.

a) Penundaan KGB : 16 s/d 20 hari.

b) Penundaan kenaikan pangkat : 21 s/d 25 hari.

c) Penurunan pangkat paling lama 1 tahun : 26 s/d 30 hari.

3. PNS yang tidak masuk kerja selama 31 s/d 45 hari kerja tanpa alasan yang sah

dikenai sanksi hukuman disiplin berat .

a) Penurunan pangkat paling lama 3 tahun : 31 s/d 35 hari.

b) Penurunan jabatan : 36 s/d 40 hari.

c). Pembebasan Jabatan : 41 s/d 45 hari.

4. Pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat : 46 hari atau lebih.

Agar Diperhatikan ………!!

1. Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan metaati ketentuan jam dihitung

2. secara komulatif 1 ( satu ) tahun.

3. Keterlambatan dihitung secara komulatif dan dikonversi 1 hari sama dengan 7,5

jam.

4. Pejabat yang berwenang menghukum tidak menjatuhkan hukuman disiplin, maka

tersebut dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya.

5. Pejabat yg berwenang menghukum dijatuhi hukuman disiplin sama dengan jenis

hukuman disiplin yang seharusnya dijatuhkan apabila tidak menjatuhkan

hukuman kepada PNS yg telah terbukti melakukan pelanggaran disiplin.

Page 22: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

18

C. Penegakan Disiplin PNS.

Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat, Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah

Provinsi, dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota adalah

sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur

wewenang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS. Upaya administratif

adalah prosedur yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman

disiplin yang dijatuhkan kepadanya berupa keberatan atau banding administrative

Keberatan adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas

terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum

kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum.

(1). Tata Cara Pemeriksaan

Pasal 23.

1. PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh

atasan langsung.

2. Pemanggilan dilakukan paling lama 7 (tujuh ) hari kerja sebelum pemeriksaan.

3. Yang bersangkutan tidak hadir dilakukan pemanggilan ke 2 paling lama 7 ( tujuh )

hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa.

4. Yang bersangkutan tidak hadir juga, pejabat yang berwenang menghukum

menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada.

Pasal 24.

1. Sebelum Dijatuhi Hukuman Atasan Langsung Wajib Memeriksa Terlebih Dahulu,

Dilakukan Secara Tertutup Dan Dituangkan Dalam BAP.

2. Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Ditetapkan Pejabat Yang Berwenang Menghukum,

Atasan Langsung Atau Pejabat Yang Lebih Tinggi, Apabila Merupakan Kewenangan

Pejabat Yg Lebih Tinggi Maka Atasan Langsung Wajib Melaporkan Secara Hirarki

Dg BAP.

3. Khusus Utk Pelanggaran Disiplin Ancaman Hukuman Berupa Hukuman Disiplin

Sedang Dan Berat Dapat Dibentuk Tim Pemeriksa.

Page 23: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

19

4. Tim Pemeriksa Terdiri Dari Atasan Langsung, Unsur Pengawasan , Kepegawaian

Atau Pejabat Yang Ditunjuk.

5. Tim Pemeriksa dibentuk oleh PPK atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 27

PNS yg diduga melakukan pelanggaran disiplin dan kemungkinan akan dijatuhi hukuman

berat dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh atasan langsung.

1. Pembebasan Sementara Dari Tugas Jabatan Berlaku Sampai Dengan Ditetapkannya

Keputusan Hukuman Disiplin.

2. Yang Bersangkutan Tetap Diberikan Hak-Hak Kepegawaian.

3. Apabila Tidak Ada Atasan Langsung Pembebasan Sementara Dari Tugas Jabatannya

Oleh Atasan Yang Lebih Tinggi.

Pasal 30

1. PNS Yg Melakukan Beberapa Paelanggaran Disiplin Hanya Dapat Dijatuhi Satu Jenis

Hukuman Terberat.

2. PNS Yg Pernah Dijatuhi Hukuman Disiplin Melakukan Pelanggaran Disiplin Lagi,

Kepadannya Dijatuhi Jenis Hukuman Yang Lebih Berat.

3. PNS Dpk/Dpb Di Lingkungannya Akan Dijatuhi Hukuman Disiplin Tapi Bukan

Kewenangannya Maka Pimpinan Instansi Mengususlkan Penjatuhan Hukuman

Disiplin Kepada PPK Induknya Disertai BAP.

Perlu diperhatikan Bahwa Hukuman disiplin SEDANG dijatuhkan bagi pelanggaran

terhadap larangan. .!!

Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah /Wakil Kepala Daerah dengan

cara terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil

Kepala Daerah serta mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan

terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah

masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian

barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga,dan

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf a dan huruf d.(

Lihat Ps 12 angka 9 )

Page 24: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

20

Hukuman Disiplin BERAT dapat dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap Larangan. .!!

Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah,

dengan cara menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan

kampanye dan atau membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan

atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dan huruf c. ( lihat Pasal 13 angka 13 )

(2). Upaya Administratif

A. Keberatan

Jenis hukuman disiplin yang dapat diajukan keberatan adalah :

1. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 ( satu ) tahun;

2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun yang dijatuhkan oleh :

a. Pejabat struktural eselon 1 dan pejabat yang setara.

b. Sekda/pejabat struktural eselon II Kab/kota kebawah/ setara Kebawah;

c. Pejabat struktural Es II kebawah di Likungan Instansi Vertikal;

d. Pejabat Es II kebawah di lingkungan Instansi Vertikal dan kantor

perwakilan Provinsi dan unit setara dg sebutan lain yang berada di bawah

dan bertg jawab kpd PPK

B. Banding Adminstratif

1. Hukuman Disiplin yg dijatuhkan PPK untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud Ps7 ayat (4) huruf d dan e.

2. Hukuman yang dijatuhkan Gubernur selaku wakilPemerintah Pusat untuk

jenis hukuman sebagaimana dimaksud Ps 7 ayat (4) huruf d dan e.

3. Mengajukan banding administratif gaji tetap dibayarkan sepanjang yang

bersangkutan tetap melaksanakan tugas.

4. Tidak akan banding administratif gaji mulai dihentikan terhitung mulai bulan

berikut sejak hari 15 keputusan hukuman diterima.

5. PNS yang sedang dalam proses pemeriksaan atau upaya administratif tidak

disetujui untuk pindah instansi

Page 25: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Sebagai Aparatur Negara

Pengertian disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) adalah ketaatan

(kepatuhan) kepada peraturan tata tertib. Disiplin adalah melaksanakan apa yang telah

disetujui bersama antara pimpinan dengan para pekerja baik persetujuan tertulis, lisan

ataupun berupa peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan. Disiplin mempunyai

makna sebagai upaya kesadaran untuk mentaati peraturan organisasi maupun

peraturan perundangan yang berlaku, yang tercermin dari sikap dan perilakunya

sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh dirinya dan masyarakat.

B. Pengertian Dan Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Ditinjau dari segi pembinaan, disiplin dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

Disiplin umum atau disiplin tata laku dan sikap, serta Disiplin kerja. Disiplin umum

adalah yang nampak dalam penampilan sikap dan perilaku lahiriah seseorang seperti

ketaatan terhadap jam kerja, sikap yang korek terhadap atasan. Disiplin kerja yaitu

disiplin yang memuat tentang metodologi dan teknik penyelesaian pekerjaan yang

memerlukan ketaatan mengikuti metode, prosedur dan teknik melaksanakan tugas.

Disiplin kerja merupakan konsep yang didefinisikan sebagai sikap dan perilaku layanan

yang taat dan tertib terhadap aturan yang telah ditetapkan dalam tugas. Faktor aturan

meliputi hal-hal yang penting berkaitan dengan manusia sebagai subyek aturan yaitu :

(1). kewenangan artinya si pembuat aturan haruslah memiliki kewenangan untuk itu.

(2). Pengetahuan dan pengalaman yakni si pembuat aturan harus memiliki pandangan

jauh kedepan, sehingga aturan yang dibuat dapat menjangkau waktu yang panjang.

(3). kemampuan bahasa yakni dalam beberapa hal bahasa mampu menterjemahkan

secara lengkap kehendak atau pikiran.

21

Page 26: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

22

(4). pemahaman oleh pelaksana yakni petugas pelaksana yang akan terlibat langsung

dengan aturan itu.

(5). Disiplin dalam pelaksanaan yakni bentuk ketaatan terhadap aturan yang telah

ditetapkan.

3.2 Saran

Sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan

mengoreksi, bukan tindakan negatif yang menjatuhkan pegawai yang berbuat salah. Untuk

mendukung pelaksanaan tindakan pendisiplinan, perusahaan dapat menerapkan suatu

kebijaksanaan disiplin progresif, yang berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih

berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan

kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan korektif sebelum

hukuman¬hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Disiplin progresif juga memungkinkan

manajemen untuk membantu pegawai memperbaiki kesalahan. Perilaku disiplin pegawai

pada dasarnya tidak hanya terbatas pada aturan-aturan perilaku pegawai dalam

melaksanakan pekerjaannya, melainkan juga berhubungan dengan nilai dan norma perilaku

tertib dalam kehidupan berkelompok ataupun bermasyarakat pada umumnya. Oleh

karenanya perilaku disiplin pegawai tidak hanya tercermin dalam melaksanakan pekerjaan

kedinasan semata-mata, melainkan implementasinya dapat dilihat dari sikap keteladanannya

dalam kehidupan bermasyarakat. Pengukuran terhadap disiplin kerja pegawai dapat

dilakukan dengan menggunakan kriteria sikap pegawai, tingkah laku pegawai, dan

perbuatan pegawai dalam melaksanakan.pekerjaannya, sehingga dapat mendukung

tercapainya tujuan organisasi kepegawaian yang bersangkutan. Penjabarannya berupa

ketaatan pegawai terhadap peraturan dan norma pekerjaan, tanggung jawab tanpa paksaan,

keyakinan manfaat bagi diri sendiri, kesadaran melaksanakan apa yang telah disepakati,

melaksanakan budaya tertib, budaya bersih, dan budaya kerja, serta pelaksanaan apel,

absensi, maupun di lingkungan tempat bekerja.

Page 27: Makalah Kelompok Hukum Kepegawaian Jilid 2

23

DAFTAR PUSTAKA

Buku Referensi

Triatmodjo, Sudibyo. 1983. Hukum kepegawaian mengenai kedudukan hak dan kewajiban

Jakarta : Ghalia Indonesia.

Biro kepegawaian. 1980. Himpunan peraturan kepegawaian. Jakarta: Proyek Peningkatan

Pembinaan Dan Administrasi Kepegawaian Depdikbud.

Peraturan Perundang-Undangan RI

Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Perubahaan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun

1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1985 Tentang pengaturan gaji Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1974 Tentang cuti Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

23