makalah-kasus

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Dengue maupun penyakit demam berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang banyak dan sering berjangkit di daerah tropis, termasuk penyakit infeksi Tropis. Berdasarkan kejadian dilapangan dapat diidentifikasikan factor utama adalah kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal. Sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin meluas. Penyakit DBD sering berakibat fatal akibat penanganannya yang terlambat. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD), dandengue shock syndrome (DSS). Di Indonesia, penyakit DBD termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah. Sampai saat ini DBD di Indonesia masih merupakan penyakit yang sering berjangkit merupakan penyakit musiman. Pusat Informasi Departemen Kesehatan mencatat, jumlah kasus DBD di Indonesia selama 2009 mencapai 77,489 kasus dengan 585 korban meninggal (Depkes RI, 2009). Penyakit DBD yang

Upload: syofwatun-ngulya

Post on 21-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

DBD

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH-KASUS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit Dengue maupun penyakit demam berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang

banyak dan sering berjangkit di daerah tropis, termasuk penyakit infeksi Tropis. Berdasarkan

kejadian dilapangan dapat diidentifikasikan factor utama adalah kurangnya perhatian sebagian

masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal. Sehingga terjadi genangan air yang

menyebabkan berkembangnya nyamuk.

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya

semakin meluas. Penyakit DBD sering berakibat fatal akibat penanganannya yang terlambat.

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever (DHF), dengue

fever (DF), demam dengue (DD), dandengue shock syndrome (DSS).

Di Indonesia, penyakit DBD termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan

wabah. Sampai saat ini DBD di Indonesia masih merupakan penyakit yang sering berjangkit

merupakan penyakit musiman. Pusat Informasi Departemen Kesehatan mencatat, jumlah kasus

DBD di Indonesia selama 2009 mencapai 77,489 kasus dengan 585 korban meninggal (Depkes

RI, 2009). Penyakit DBD yang terjadi di Sleman akibat kesadaran warga akan pentingnya

kebersihan lingkungan mulai mengendur. Terlebih di lingkungan huntara maupun huntap

wilayah Gondang I yang  rawan genangan air sehingga memicu berkembangnya jentik-jentik

nyamuk.

Mulai tanggal 23 Februari-28 Februari, jumlah pasien anak-anak diruang infeksi Rumah Sakit

Mohammad Hoesin Palembang yang terkena DBD berjumlah 10-15 orang. Secara teoritis ada 4

cara untuk memutuskan rantai penularan demam berdarah dengue, yaitu: melenyapkan virus,

isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk dan pengendalian vector. Untuk pengendalian vector

dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan, salah satunya

dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Namun, hingga saat ini masih belum optimal.

Page 2: MAKALAH-KASUS

Banyaknya kasus DBD perlu diketahui bagaimana gejala DBD, gejala penularan DBD, faktor-

faktor penyebab penyakit dan dibutuhkan cara untuk menanggulangi, membrantas, dan

mencegah agar tidak bertambahnya penderita DBD.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan kasus DBD.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi DBD

b. Untuk mengetahui klasifikasi DBD

c. Untuk mengetahui etiologi DBD

d. Untuk mengetahui patofisiologi DBD

e. Untuk mengetahui pathway DBD

f. Untuk mengetahui manifestasi klinis DBD

g. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis DBD

h. Untuk mengetahui pengkajian DBD

i. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan DBD

j. Untuk mengetahui intervensi dan implementasi pada klien dengan DBD

1.3 MANFAAT

1.3.1 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan pada anak dengan DBD

.

1.3.2 Bagi Perawat

Perawat atau tenaga kesehatan dapat menambahkan pengetahuan yang lebih luas

mengenai asuhan keperawatan pada DBD sehingga dapat menjalankan tugas secara profesional

Page 3: MAKALAH-KASUS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI DBD

DBD adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai

dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).

DBD adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-

tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash)

dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata,

rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie)

spontan (Noer, dkk, 1999).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi &

Yuliani, 2001).

2.2 KLASIFIKASI DBD

1. Derajat I (Ringan)

a.Bila Demam mendadak 2-7 hari yang disertai gejala klinis tidak khas

b.Satu-satunya gejala perdarahan yang paling ringan adalah hasil uji tourniquet yang positif.

2. Derajat II (Sedang)

Gejala yang timbul pada DBD  derajat I di tambah perdarahan spontan biasanya dalam

bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lainnya. Epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau

melena. Terdapat gangguan sirkulasi darah perifer yang ringan berupa kulit dingin dan lembab,

ujung jari dan hidung dingin.

Page 4: MAKALAH-KASUS

3. Derajat III (Berat)

            Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan: denyut, nadi yang cepat dan lemah.

Menyempitnya tekanan nadi 20 mmHg atau kurang atau hipotensi, ditandai dengan kulit dingin

dan lembab serta kondisi pasien menjadi gelisah.

4.Derajat IV (Berat Sekali)

Syok DSS (Dengue Shock Syndrome) berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun

tekanan darah yang tidak terukur. 

2.2 ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

betina. Virus ini menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan

darah sehingga mengakibatkan perdarahan, dapat menimbulkan kematian. Penyebab penyakit

adalah virus yang mengganggu pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah,

sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. DHF juga disebabkan oleh salah satu dari

empat serotipe virus yang berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok flavirus dan serotipenya

adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan

memberikan kekebalan seumur hidup, tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe

yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi

sebanyak 4 kali seumur hidupnya.

2.3 PATOFISIOLOGI

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama

kali mungkin memberi gejala demam. Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, karena

viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia di

tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial

seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati, dan limfa. Ruam pada DBD disebabkan

oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit.

Fenomena fatofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dengan

DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,

histamin dan serotinin serta aktivasi sistem kalikten yang berakibat mengurangnya volume

Page 5: MAKALAH-KASUS

palsma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.Plasma

merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat-saat permulaan demam dan mencapai

puncaknyapada saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun

sampai lebih dari 30%.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan

dalam rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard yang pada autopoi ternyata

melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan hipovolemik

yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia

jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian

plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan kerusakan

dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa

perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakolgis yang

bekerja singkat. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat, yang biasanya timbul

setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya

dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.

Trombositopenia yang dihubungkan dengan menungkatnya mega karoisit muda dalam sus-sum

tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi

trombosit. Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit

terjadinya dalam sistem retikuloendotelial.

2.4 PATHWAY

Virus Dengue (Arbo Virus)

Melalui gigitan nyamuk

Re-infection oleh virus dengue dengan serotip berbeda

Bereaksi dengan antibodi

Page 6: MAKALAH-KASUS

Menimbulkan respon peradangan terbentuknya kompleks antibodi trombositopenia

dalam sirkulasi daerah

Hipertermi menstimulasi perubahan status kesehatan

Medula vomiting pengaktifan sistem

Complement dan dilepaskannya

Anvilaktosin C3a dan C5a ansietas

Mual & muntah

Melepaskan histamin yang

anoreksia bersifat vasoaktif

Permeabilitas dinding

intake nutrisi kurang pembuluh darah

gangguan nutrisi kurang gangguan keseimbangan kebocoran plasma intertisium

dari kebutuhan cairan dan elektrolit

penurunan jumlah cairan intravaskuler

peningkatan viskositas isi pembuluh darah

aliran darah terhambat

suplay O2 ke jaringan tidak adekuat

intolerasi aktivitas energi berkurang metabolisme aerob

penimbunan asam laktat di jaringan

Nyeri iritasi terhadap ujung saraf oleh asam laktat

Page 7: MAKALAH-KASUS

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala penyakit BDB adalah:

a) Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah, lesu, suhu badan 38-40 º C atau lebih.

b) Tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit diregangkan bintik merah itu tidak

hilang.

c) Kadang-kadang peradarahan di hidung (mimisen).

d) Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah.

e) Tes turniquet positif.

f) Adanya perdarahan yang petekia, akimosis atau purpura.

g) Kadang-kadang nyeri ulu hati, karena terjadi perdarahan di lambung.

h) Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, berkeringat, perdarahan

selaput lendir mukosa, alat cerna gastrointestinal, tempat suntikan atau di tempat lainnya.

i) Hematomesis atau melena.

j) Trombositopenia (100.000 per mm3).

k) Pembesaran plasma yang erat hubungannya dengan kenaikan permeabilitas dingin pembuluh

darah, yang ditandai dengan munculnya satu atau lebih dari:

Kenaikan nilai 20 % hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin.

Menurunnya nilai hematokrit dari nilai dasar 20 % atau lebih sesudah pengobatan.

Tanda-tanda perbesaran plasma yaitu efusi pleura, asites, hipo-proteinemia.

l) Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.

m) Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, diare dan konstipasi.

n) Keluhan sistem tubuh yang lain seperti nyeri kepala, nyeri otot, tulang dan sendi serta pegal di

seluruh tubuh.

2.6 KOMPLIKASI

Komplikasi dari DHF diantaranya:

a. Syock atau renjatan

b. Efusi pleura

Page 8: MAKALAH-KASUS

c. Penurunan kesadaran

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Pemeriksaan Laboratorium

a. IgE dengue (+)

b. Trombositopenia

c. Hemoglobin meningkat > 20 %

d. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)

e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,

hipoktoremia pada hari kedua dan ketiga terjadi leukopenia, nekropenia,

aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit dan basofil.

f. SGOT/SGPT mungkin meningkat.

g. Waktu perdarahan memanjang

h. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 <

35-40 mmHg: HCO3 rendah Base excess (-).

i. Pada pemeriksaan urin dijumpai albuminuria ringan

Pemeriksaan laboratorium sederhana sebagai penunjang diagnosis dini DHF:

a. Nilai limfosit plasma biru pada sediaan hapus darah tepi (Guffy Coat)

Penemuan LPB dalam prosentase tinggi (20-50 %) pada sediaan Guffy Coat

penderita DHF yang khas karena sangat berbeda dengan prosentase LPB 0-10 %

yang ditemukan pada infeksi virus lain. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat dalam

membuat diagnosis banding DHF dengan penyakit virus lain pada masa dini. Selain

itu. Pemeriksaannya sangat sederhana, murah, dapat dipercaya dan dapat dilakukan

di sebagian besar Rumah Sakit Tipe C.

b. Pemeriksaan hemoglobin metode hematin asam dengan hemometer sahli.

Suatu penelitian untuk membuktikan bahwa pemeriksaan Hb sahli yang tersedia di

Puskesmas dapat dipergunakan untuk memperkirakan nilai Hematokrit (Ht) telah

dilakukan terhadap 200 orang penderita DHF. Pemeriksaan kadar Hb sahli telah

dikelola dengan pemeriksaan secara elektronik. Pengujian kemaknaan membuktikan

bahwa statistis:

Page 9: MAKALAH-KASUS

Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar Hb yang diperiksa secara

elektronik dan sahli.

Terdapat korelasi yang kuat antara pemeriksaan Hb sahli dan nilai Ht.

Pemeriksaan Hb sahli dapat dipakai sebagai parameter derajat kebocoran

plasma dalam mengelola penderita DHF. Kenaikan/penurunan Hb sahli

mencerminkan kenaikan/penurunan nilai Ht dalam perjalanan penyakit.

2) Pemeriksaan Serologi

Melakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara Haemaglutination Inhibition

Test (HI Test) atau dengan uji pengikatan komplemen (Complement Fixation Test/CFT).

Pada pemeriksaan ini dibutuhkan 2 bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam

dan pada masa penyembuhan (1-4 minggu setelah awal gejala penyakit). Untuk

pemeriksaan serologi ini diambil darah vena 2-5 ml.

3) Pemeriksaan Diagnosis yang Menunjang

Antara lain foto torax yang mungkin dijumpai adanya pleural efusion pada pemeriksaan

USG hepatomegali dan splenomegali.

2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS

1) Tirah baring/istirahat baring.

2) Diet makan lunak.

3) Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup.

4) Pemberian cairan intra vena (RL, NaCl).

5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, respirasi). Jika kondisi

memburuk, observasi ketat tiap jam.

6) Pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit tiap hari.

7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asitamenofen, eukinin atau dipiron

(kolaborasi dengan dokter) juga pemberian kompres dingin.

8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

9) Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan

dokter).

Page 10: MAKALAH-KASUS

10) Monitor tanda-tanda dini rejatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital

dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

11) Pemberian O2 pada pasien yang mengalami rejatan.

12) Antibiotika diberikan atas indikasi misalnya komplikasi infeksi bakterial.

13) Eksponder plasma/dextan (pada kasus rejatan hebat).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Biodata / Identitas

DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15

tahun. Endemik didaerah Asia tropik.

b. Keluhan Utama : Panas / demam.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-

tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan  lembab.

Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota

badan, punggung, sendi,  kepala dan perut, nyeri ulu hati,  konstipasi atau diare.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF

lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah

diderita dahulu.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada yang

menderita penyakit ini  kemungkinan tertular itu besar.

f. Riwayat Kesehatan Keluarga

Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang

kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas and ban bekas.

g. Riwayat Tumbuh Kembang Anak : Sesuai dengan tumbuh kembang klien.

h. ADL

Page 11: MAKALAH-KASUS

  Nutrisi                       : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.

Aktifitas                  : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan dapat

terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh,

menurunnya aktifitas bermain.

Istirahat tidur            : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.

Eliminasi alvi          : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.

Personal hygiene   : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas

dapat meningkatkan ketergantungan   kebutuhan perawatan diri.

Pemeriksaan keadaan umum

Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigil, hipotensi,nadi cepat dan lemah.

Kulit : Tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.

 Kepala  : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).

Dada : Nyeri  tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.

Abdomen : Pada  palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan dehidrasi turgor

kulit   menurun.

Anus dan genetalia : Dapat  terganggu karena diare/ konstipasi.

Ekstrimitas atas dan bawah : Ekstrimitas  dingin, sianosis.

B.   Diagnosa keperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.

c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia , mual

dan muntah.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen.

f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Page 12: MAKALAH-KASUS

C.Intervensi

a. Hipertermi b/d proses infeksi virus

Tujuan dan Kriteria Hasil

(NOC)

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan, pasien akan :

-       Menunjukkan suhu

tubuh dalam rentang

normal.

-       TTV normal.

 Fever Treatment :

- Observasi tanda-tanda

vital tiap 3 jam.

-Beri kompres hangat pada

bagian lipatan tubuh ( Paha

dan aksila ).

- Monitor intake dan output

- Berikan obat anti piretik.

Temperature Regulation

- Beri banyak minum ( ± 1-

1,5 liter/hari) sedikit tapi

sering

-Tanda-tanda vital

merupakan acuan untuk

mengetahui keadaan umum

pasien.

-  Kompres hangat dapat

mengembalikan suhu

normal memperlancar

sirkulasi.

-  Untuk mengetahui adanya

ketidakseimbangan cairan

tubuh.

- Dapat menurunkan demam

- Peningkatan suhu tubuh

akan menyebabkan

penguapan tubuh meningkat

sehingga perlu diimbangi

dengan asupan cairan yang

banyak.

Page 13: MAKALAH-KASUS

- Ganti pakaian klien

dengan bahan tipis

menyerap keringat.

-  Pakaian yang tipis

menyerap keringat dan

membantu mengurangi

penguapan tubuh akibat dari

peningkatan suhu dan dapat

terjadi konduksi.

b. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif

Tujuan dan Kriteria Hasil

(NOC)

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan, pasien akan :

- Menunjukkan

keseimbangan elektrolit dan

asam basa

- Menunjukkan

keseimbangan cairan

- Turgor kulit baik

- Tanda-tanda vital dalam

batas normal

 Fluid Managemen

- Kaji keadaan umum klien

dan tanda-tanda vital.

- Kaji input dan output

cairan.

- Observasi adanya tanda-

tanda syok

-  Anjurkan klien untuk

banyak minum.

- Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian cairan

-  Mengetahui dengan cepat

penyimpangan dari keadaan

normalnya.

- Mengetahui balance cairan

dan elektrolit dalam

tubuh/homeostatis.

- Agar dapat segera

dilakukan tindakan jika

terjadi syok.

- Asupan cairan sangat

diperlukan untuk

menambah volume cairan

tubuh

-  Pemberian cairan I.V

sangat penting bagi klien

Page 14: MAKALAH-KASUS

I.V. yang mengalami deficit

volume cairan untuk

memenuhi kebutuhan cairan

klien.

c. Nyeri akut b/d proses patologis penyakit

Tujuan dan Kriteria Hasil

(NOC)

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan, pasien akan :

- Dapat mengontrol nyeri

- Mengetahui tingkat nyeri

- Ekspresi wajah rileks.

Pain management

- Lakukan pengkajian nyeri

secara kompherensif.

- Kaji faktor-faktor yang

mempengaruhi reaksi

pasien terhadap nyeri.

- Berikan posisi yang

nyaman dan ciptakan

suasana ruangan yang

tenang.

-  Berikan suasana  gembira

bagi pasien

- Mengetahui nyeri yang

dialami pasien sehingga

perawat dapat menentukan

cara mengatasinya.

- Dengan mengetahui

faktor-faktor tersebut maka

perawat dapat melakukan

intervensi yang sesuai

dengan masalah klien.

-Posisi yang nyaman dan

situasi yang tenang dapat

membuat perasaan yang

nyaman pada pasien.

- Dengan suasana

gembira pasien dapat

sedikit  mengalihkan

perhatiannya terhadap

Page 15: MAKALAH-KASUS

 Analgetic administration

-  Berikan analgesiksesuai

tipe dan beratnya nyeri .

nyeri.

- Obat analgesik dapat

menekankan rasa nyeri.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat

Tujuan dan Kriteria Hasil

(NOC)

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan, pasien akan :

- Menunjukkan kebutuhan

nutrisi terpenuhi.

- Memperlihatkan adanya

selera makan

 Nutrition managemen

- Kaji keadaan umum klien

- Beri makanan sesuai

kebutuhan tubuh klien.

-  Anjurkan orang tua klien

untuk memberi makanan

sedikit tapi sering.

- Anjurkan orang tua klien

memberi makanan TKTP

dalam bentuk lunak

- Memudahkan untuk

intervensi selanjutnya

- Merangsang nafsu makan

klien sehingga klien mau

makan.

- Makanan dalam porsi

kecil tapi sering

memudahkan organ

pencernaan dalam

metabolisme.

-  Makanan dengan

komposisi TKTP berfungsi

membantu mempercepat

proses penyembuhan.

Page 16: MAKALAH-KASUS

 Nutrition Monitoring

- Timbang berat badan klien

tiap hari.

- Monitor mual dan muntah

pasien

-  Berat badan merupakan

salah satu indicator

pemenuhan nutrisi berhasil.

- Untuk mengetahui status

nutrisi pasien.

e. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen

Tujuan dan Kriteria Hasil

(NOC)

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan, pasien akan :

- Dapat berpartisipasi dalam

aktivitas fisik

- Dapat melakukan aktivitas

sehari-hari

- TTV normal

 Activity Therapy

- Kaji hal-hal yang mampu

dilakukan klien.

- Bantu klien memenuhi

kebutuhan aktivitasnya

sesuai dengan tingkat

keterbatasan klien

- Beri penjelasan tentang

hal-hal yang dapat

membantu dan

meningkatkan kekuatan

fisik klien.

- Mengetahui tingkat

ketergantungan klien dalam

memenuhi kebutuhannya.

- Bantuan sangat diperlukan

klien pada saat kondisinya

lemah dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari tanpa

mengalami ketergantungan

pada orang lain.

- Dengan penjelasan, pasien

termotivasi untuk kooperatif

selama perawatan terutama

terhadap tindakan yang

dapat meningkatkan

kekuatan fisiknya.

Page 17: MAKALAH-KASUS

- Libatkan keluarga dalam

pemenuhan ADL klien

- Jelaskan pada keluarga

dan klien tentang

pentingnya bedrest ditempat

tidur.

- Keluarga merupakan

orang terdekat dengan klien

- Untuk mencegah

terjadinya keadaan yang

lebih parah

f. Ansietas b/d perubahan status kesehatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

(NOC)

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan, pasien akan :

- Mampu mengidentifikasi

dan mengungkapkan gejala

cemas

- TTV normal

- Menunjukkan teknik

untuk mengontrol cemas

Anxiety Reduction

- Kaji tingkat kecemasan

-Jelaskan prosedur

pengobatan perawatan.

- Beri kesempatan pada

orang tua untuk bertanya

tentang kondisi pasien.

- Mengetahui kecemasan

orang tua klien dan

memudahkan menentukan

intervensi selanjutnya.

-Untuk menambah

pengetahuan dan informasi

kepada klien yang dapat

mengurangi kecemasan

orang tua.

-  Untuk memperoleh

informasi yang lebih

banyak dan meningkatkan

pengetahuan dan

mengurangi stress.

Page 18: MAKALAH-KASUS

- Beri penjelasan tiap

prosedur/ tindakan yang

akan dilakukan terhadap

pasien dan manfaatnya bagi

pasien

-       Beri dorongan

spiritual.

- Memberikan penjelasan

tentang proses penyakit,

menjelaskan tentang

kemungkinan pemberian

perawatan intensif jika

memang diperlukan oleh

pasien untuk mendapatkan

perawatan yang lebih

optimal

-  Memberi ketenangan

kepada klien dengan

berserah diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKA

Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC, Jakarta, EGC

Nurarif, Amin Huda Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.

Herdman, T. Heather. (2009). Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta

 Pasaribu, Syahril. (1992). Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan

Hendrayanto. (2004). Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta : FKUI

Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.

Prince, Sylvia Anderson, (2000)., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.,   Ed. 4, EGC, Jakarta.

Page 19: MAKALAH-KASUS