makalah-kasus
DESCRIPTION
DBDTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit Dengue maupun penyakit demam berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang
banyak dan sering berjangkit di daerah tropis, termasuk penyakit infeksi Tropis. Berdasarkan
kejadian dilapangan dapat diidentifikasikan factor utama adalah kurangnya perhatian sebagian
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal. Sehingga terjadi genangan air yang
menyebabkan berkembangnya nyamuk.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya
semakin meluas. Penyakit DBD sering berakibat fatal akibat penanganannya yang terlambat.
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever (DHF), dengue
fever (DF), demam dengue (DD), dandengue shock syndrome (DSS).
Di Indonesia, penyakit DBD termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan
wabah. Sampai saat ini DBD di Indonesia masih merupakan penyakit yang sering berjangkit
merupakan penyakit musiman. Pusat Informasi Departemen Kesehatan mencatat, jumlah kasus
DBD di Indonesia selama 2009 mencapai 77,489 kasus dengan 585 korban meninggal (Depkes
RI, 2009). Penyakit DBD yang terjadi di Sleman akibat kesadaran warga akan pentingnya
kebersihan lingkungan mulai mengendur. Terlebih di lingkungan huntara maupun huntap
wilayah Gondang I yang rawan genangan air sehingga memicu berkembangnya jentik-jentik
nyamuk.
Mulai tanggal 23 Februari-28 Februari, jumlah pasien anak-anak diruang infeksi Rumah Sakit
Mohammad Hoesin Palembang yang terkena DBD berjumlah 10-15 orang. Secara teoritis ada 4
cara untuk memutuskan rantai penularan demam berdarah dengue, yaitu: melenyapkan virus,
isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk dan pengendalian vector. Untuk pengendalian vector
dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan, salah satunya
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Namun, hingga saat ini masih belum optimal.
Banyaknya kasus DBD perlu diketahui bagaimana gejala DBD, gejala penularan DBD, faktor-
faktor penyebab penyakit dan dibutuhkan cara untuk menanggulangi, membrantas, dan
mencegah agar tidak bertambahnya penderita DBD.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan kasus DBD.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi DBD
b. Untuk mengetahui klasifikasi DBD
c. Untuk mengetahui etiologi DBD
d. Untuk mengetahui patofisiologi DBD
e. Untuk mengetahui pathway DBD
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis DBD
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis DBD
h. Untuk mengetahui pengkajian DBD
i. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan DBD
j. Untuk mengetahui intervensi dan implementasi pada klien dengan DBD
1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada anak dengan DBD
.
1.3.2 Bagi Perawat
Perawat atau tenaga kesehatan dapat menambahkan pengetahuan yang lebih luas
mengenai asuhan keperawatan pada DBD sehingga dapat menjalankan tugas secara profesional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI DBD
DBD adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai
dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).
DBD adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-
tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash)
dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata,
rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie)
spontan (Noer, dkk, 1999).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi &
Yuliani, 2001).
2.2 KLASIFIKASI DBD
1. Derajat I (Ringan)
a.Bila Demam mendadak 2-7 hari yang disertai gejala klinis tidak khas
b.Satu-satunya gejala perdarahan yang paling ringan adalah hasil uji tourniquet yang positif.
2. Derajat II (Sedang)
Gejala yang timbul pada DBD derajat I di tambah perdarahan spontan biasanya dalam
bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lainnya. Epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau
melena. Terdapat gangguan sirkulasi darah perifer yang ringan berupa kulit dingin dan lembab,
ujung jari dan hidung dingin.
3. Derajat III (Berat)
Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan: denyut, nadi yang cepat dan lemah.
Menyempitnya tekanan nadi 20 mmHg atau kurang atau hipotensi, ditandai dengan kulit dingin
dan lembab serta kondisi pasien menjadi gelisah.
4.Derajat IV (Berat Sekali)
Syok DSS (Dengue Shock Syndrome) berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun
tekanan darah yang tidak terukur.
2.2 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
betina. Virus ini menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan
darah sehingga mengakibatkan perdarahan, dapat menimbulkan kematian. Penyebab penyakit
adalah virus yang mengganggu pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. DHF juga disebabkan oleh salah satu dari
empat serotipe virus yang berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok flavirus dan serotipenya
adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan
memberikan kekebalan seumur hidup, tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe
yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi
sebanyak 4 kali seumur hidupnya.
2.3 PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
kali mungkin memberi gejala demam. Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, karena
viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia di
tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati, dan limfa. Ruam pada DBD disebabkan
oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit.
Fenomena fatofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dengan
DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotinin serta aktivasi sistem kalikten yang berakibat mengurangnya volume
palsma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.Plasma
merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat-saat permulaan demam dan mencapai
puncaknyapada saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun
sampai lebih dari 30%.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan
dalam rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard yang pada autopoi ternyata
melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan hipovolemik
yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia
jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian
plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan kerusakan
dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa
perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakolgis yang
bekerja singkat. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat, yang biasanya timbul
setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.
Trombositopenia yang dihubungkan dengan menungkatnya mega karoisit muda dalam sus-sum
tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi
trombosit. Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit
terjadinya dalam sistem retikuloendotelial.
2.4 PATHWAY
Virus Dengue (Arbo Virus)
Melalui gigitan nyamuk
Re-infection oleh virus dengue dengan serotip berbeda
Bereaksi dengan antibodi
Menimbulkan respon peradangan terbentuknya kompleks antibodi trombositopenia
dalam sirkulasi daerah
Hipertermi menstimulasi perubahan status kesehatan
Medula vomiting pengaktifan sistem
Complement dan dilepaskannya
Anvilaktosin C3a dan C5a ansietas
Mual & muntah
Melepaskan histamin yang
anoreksia bersifat vasoaktif
Permeabilitas dinding
intake nutrisi kurang pembuluh darah
gangguan nutrisi kurang gangguan keseimbangan kebocoran plasma intertisium
dari kebutuhan cairan dan elektrolit
penurunan jumlah cairan intravaskuler
peningkatan viskositas isi pembuluh darah
aliran darah terhambat
suplay O2 ke jaringan tidak adekuat
intolerasi aktivitas energi berkurang metabolisme aerob
penimbunan asam laktat di jaringan
Nyeri iritasi terhadap ujung saraf oleh asam laktat
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Gejala penyakit BDB adalah:
a) Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah, lesu, suhu badan 38-40 º C atau lebih.
b) Tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit diregangkan bintik merah itu tidak
hilang.
c) Kadang-kadang peradarahan di hidung (mimisen).
d) Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah.
e) Tes turniquet positif.
f) Adanya perdarahan yang petekia, akimosis atau purpura.
g) Kadang-kadang nyeri ulu hati, karena terjadi perdarahan di lambung.
h) Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, berkeringat, perdarahan
selaput lendir mukosa, alat cerna gastrointestinal, tempat suntikan atau di tempat lainnya.
i) Hematomesis atau melena.
j) Trombositopenia (100.000 per mm3).
k) Pembesaran plasma yang erat hubungannya dengan kenaikan permeabilitas dingin pembuluh
darah, yang ditandai dengan munculnya satu atau lebih dari:
Kenaikan nilai 20 % hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin.
Menurunnya nilai hematokrit dari nilai dasar 20 % atau lebih sesudah pengobatan.
Tanda-tanda perbesaran plasma yaitu efusi pleura, asites, hipo-proteinemia.
l) Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
m) Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, diare dan konstipasi.
n) Keluhan sistem tubuh yang lain seperti nyeri kepala, nyeri otot, tulang dan sendi serta pegal di
seluruh tubuh.
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi dari DHF diantaranya:
a. Syock atau renjatan
b. Efusi pleura
c. Penurunan kesadaran
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. IgE dengue (+)
b. Trombositopenia
c. Hemoglobin meningkat > 20 %
d. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipoktoremia pada hari kedua dan ketiga terjadi leukopenia, nekropenia,
aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit dan basofil.
f. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
g. Waktu perdarahan memanjang
h. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 <
35-40 mmHg: HCO3 rendah Base excess (-).
i. Pada pemeriksaan urin dijumpai albuminuria ringan
Pemeriksaan laboratorium sederhana sebagai penunjang diagnosis dini DHF:
a. Nilai limfosit plasma biru pada sediaan hapus darah tepi (Guffy Coat)
Penemuan LPB dalam prosentase tinggi (20-50 %) pada sediaan Guffy Coat
penderita DHF yang khas karena sangat berbeda dengan prosentase LPB 0-10 %
yang ditemukan pada infeksi virus lain. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat dalam
membuat diagnosis banding DHF dengan penyakit virus lain pada masa dini. Selain
itu. Pemeriksaannya sangat sederhana, murah, dapat dipercaya dan dapat dilakukan
di sebagian besar Rumah Sakit Tipe C.
b. Pemeriksaan hemoglobin metode hematin asam dengan hemometer sahli.
Suatu penelitian untuk membuktikan bahwa pemeriksaan Hb sahli yang tersedia di
Puskesmas dapat dipergunakan untuk memperkirakan nilai Hematokrit (Ht) telah
dilakukan terhadap 200 orang penderita DHF. Pemeriksaan kadar Hb sahli telah
dikelola dengan pemeriksaan secara elektronik. Pengujian kemaknaan membuktikan
bahwa statistis:
Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar Hb yang diperiksa secara
elektronik dan sahli.
Terdapat korelasi yang kuat antara pemeriksaan Hb sahli dan nilai Ht.
Pemeriksaan Hb sahli dapat dipakai sebagai parameter derajat kebocoran
plasma dalam mengelola penderita DHF. Kenaikan/penurunan Hb sahli
mencerminkan kenaikan/penurunan nilai Ht dalam perjalanan penyakit.
2) Pemeriksaan Serologi
Melakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara Haemaglutination Inhibition
Test (HI Test) atau dengan uji pengikatan komplemen (Complement Fixation Test/CFT).
Pada pemeriksaan ini dibutuhkan 2 bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam
dan pada masa penyembuhan (1-4 minggu setelah awal gejala penyakit). Untuk
pemeriksaan serologi ini diambil darah vena 2-5 ml.
3) Pemeriksaan Diagnosis yang Menunjang
Antara lain foto torax yang mungkin dijumpai adanya pleural efusion pada pemeriksaan
USG hepatomegali dan splenomegali.
2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Tirah baring/istirahat baring.
2) Diet makan lunak.
3) Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup.
4) Pemberian cairan intra vena (RL, NaCl).
5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, respirasi). Jika kondisi
memburuk, observasi ketat tiap jam.
6) Pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asitamenofen, eukinin atau dipiron
(kolaborasi dengan dokter) juga pemberian kompres dingin.
8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9) Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan
dokter).
10) Monitor tanda-tanda dini rejatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital
dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11) Pemberian O2 pada pasien yang mengalami rejatan.
12) Antibiotika diberikan atas indikasi misalnya komplikasi infeksi bakterial.
13) Eksponder plasma/dextan (pada kasus rejatan hebat).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15
tahun. Endemik didaerah Asia tropik.
b. Keluhan Utama : Panas / demam.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-
tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab.
Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota
badan, punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu hati, konstipasi atau diare.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF
lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah
diderita dahulu.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada yang
menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang
kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas and ban bekas.
g. Riwayat Tumbuh Kembang Anak : Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
h. ADL
Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan dapat
terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktifitas bermain.
Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas
dapat meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
Pemeriksaan keadaan umum
Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigil, hipotensi,nadi cepat dan lemah.
Kulit : Tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
Kepala : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
Dada : Nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
Abdomen : Pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan dehidrasi turgor
kulit menurun.
Anus dan genetalia : Dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
Ekstrimitas atas dan bawah : Ekstrimitas dingin, sianosis.
B. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia , mual
dan muntah.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
C.Intervensi
a. Hipertermi b/d proses infeksi virus
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, pasien akan :
- Menunjukkan suhu
tubuh dalam rentang
normal.
- TTV normal.
Fever Treatment :
- Observasi tanda-tanda
vital tiap 3 jam.
-Beri kompres hangat pada
bagian lipatan tubuh ( Paha
dan aksila ).
- Monitor intake dan output
- Berikan obat anti piretik.
Temperature Regulation
- Beri banyak minum ( ± 1-
1,5 liter/hari) sedikit tapi
sering
-Tanda-tanda vital
merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum
pasien.
- Kompres hangat dapat
mengembalikan suhu
normal memperlancar
sirkulasi.
- Untuk mengetahui adanya
ketidakseimbangan cairan
tubuh.
- Dapat menurunkan demam
- Peningkatan suhu tubuh
akan menyebabkan
penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang
banyak.
- Ganti pakaian klien
dengan bahan tipis
menyerap keringat.
- Pakaian yang tipis
menyerap keringat dan
membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat dari
peningkatan suhu dan dapat
terjadi konduksi.
b. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, pasien akan :
- Menunjukkan
keseimbangan elektrolit dan
asam basa
- Menunjukkan
keseimbangan cairan
- Turgor kulit baik
- Tanda-tanda vital dalam
batas normal
Fluid Managemen
- Kaji keadaan umum klien
dan tanda-tanda vital.
- Kaji input dan output
cairan.
- Observasi adanya tanda-
tanda syok
- Anjurkan klien untuk
banyak minum.
- Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian cairan
- Mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan
normalnya.
- Mengetahui balance cairan
dan elektrolit dalam
tubuh/homeostatis.
- Agar dapat segera
dilakukan tindakan jika
terjadi syok.
- Asupan cairan sangat
diperlukan untuk
menambah volume cairan
tubuh
- Pemberian cairan I.V
sangat penting bagi klien
I.V. yang mengalami deficit
volume cairan untuk
memenuhi kebutuhan cairan
klien.
c. Nyeri akut b/d proses patologis penyakit
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, pasien akan :
- Dapat mengontrol nyeri
- Mengetahui tingkat nyeri
- Ekspresi wajah rileks.
Pain management
- Lakukan pengkajian nyeri
secara kompherensif.
- Kaji faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi
pasien terhadap nyeri.
- Berikan posisi yang
nyaman dan ciptakan
suasana ruangan yang
tenang.
- Berikan suasana gembira
bagi pasien
- Mengetahui nyeri yang
dialami pasien sehingga
perawat dapat menentukan
cara mengatasinya.
- Dengan mengetahui
faktor-faktor tersebut maka
perawat dapat melakukan
intervensi yang sesuai
dengan masalah klien.
-Posisi yang nyaman dan
situasi yang tenang dapat
membuat perasaan yang
nyaman pada pasien.
- Dengan suasana
gembira pasien dapat
sedikit mengalihkan
perhatiannya terhadap
Analgetic administration
- Berikan analgesiksesuai
tipe dan beratnya nyeri .
nyeri.
- Obat analgesik dapat
menekankan rasa nyeri.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, pasien akan :
- Menunjukkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
- Memperlihatkan adanya
selera makan
Nutrition managemen
- Kaji keadaan umum klien
- Beri makanan sesuai
kebutuhan tubuh klien.
- Anjurkan orang tua klien
untuk memberi makanan
sedikit tapi sering.
- Anjurkan orang tua klien
memberi makanan TKTP
dalam bentuk lunak
- Memudahkan untuk
intervensi selanjutnya
- Merangsang nafsu makan
klien sehingga klien mau
makan.
- Makanan dalam porsi
kecil tapi sering
memudahkan organ
pencernaan dalam
metabolisme.
- Makanan dengan
komposisi TKTP berfungsi
membantu mempercepat
proses penyembuhan.
Nutrition Monitoring
- Timbang berat badan klien
tiap hari.
- Monitor mual dan muntah
pasien
- Berat badan merupakan
salah satu indicator
pemenuhan nutrisi berhasil.
- Untuk mengetahui status
nutrisi pasien.
e. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, pasien akan :
- Dapat berpartisipasi dalam
aktivitas fisik
- Dapat melakukan aktivitas
sehari-hari
- TTV normal
Activity Therapy
- Kaji hal-hal yang mampu
dilakukan klien.
- Bantu klien memenuhi
kebutuhan aktivitasnya
sesuai dengan tingkat
keterbatasan klien
- Beri penjelasan tentang
hal-hal yang dapat
membantu dan
meningkatkan kekuatan
fisik klien.
- Mengetahui tingkat
ketergantungan klien dalam
memenuhi kebutuhannya.
- Bantuan sangat diperlukan
klien pada saat kondisinya
lemah dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari tanpa
mengalami ketergantungan
pada orang lain.
- Dengan penjelasan, pasien
termotivasi untuk kooperatif
selama perawatan terutama
terhadap tindakan yang
dapat meningkatkan
kekuatan fisiknya.
- Libatkan keluarga dalam
pemenuhan ADL klien
- Jelaskan pada keluarga
dan klien tentang
pentingnya bedrest ditempat
tidur.
- Keluarga merupakan
orang terdekat dengan klien
- Untuk mencegah
terjadinya keadaan yang
lebih parah
f. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, pasien akan :
- Mampu mengidentifikasi
dan mengungkapkan gejala
cemas
- TTV normal
- Menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas
Anxiety Reduction
- Kaji tingkat kecemasan
-Jelaskan prosedur
pengobatan perawatan.
- Beri kesempatan pada
orang tua untuk bertanya
tentang kondisi pasien.
- Mengetahui kecemasan
orang tua klien dan
memudahkan menentukan
intervensi selanjutnya.
-Untuk menambah
pengetahuan dan informasi
kepada klien yang dapat
mengurangi kecemasan
orang tua.
- Untuk memperoleh
informasi yang lebih
banyak dan meningkatkan
pengetahuan dan
mengurangi stress.
- Beri penjelasan tiap
prosedur/ tindakan yang
akan dilakukan terhadap
pasien dan manfaatnya bagi
pasien
- Beri dorongan
spiritual.
- Memberikan penjelasan
tentang proses penyakit,
menjelaskan tentang
kemungkinan pemberian
perawatan intensif jika
memang diperlukan oleh
pasien untuk mendapatkan
perawatan yang lebih
optimal
- Memberi ketenangan
kepada klien dengan
berserah diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA
Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC, Jakarta, EGC
Nurarif, Amin Huda Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Herdman, T. Heather. (2009). Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta
Pasaribu, Syahril. (1992). Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan
Hendrayanto. (2004). Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta : FKUI
Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
Prince, Sylvia Anderson, (2000)., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.