makalah kamerun

31
MAKALAH ARSITEKTUR ISLAM ARSITEKTUR MASJID DI KAMERUN, BENIN DAN BURKINA FASO Disusun Oleh: Siti Mardhiyah Widarto Ria Novita UNIVERSITAS MERCU BUANA

Upload: siti-mardhiyah

Post on 01-Jul-2015

1.785 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kamerun

MAKALAH ARSITEKTUR ISLAMARSITEKTUR MASJID DI KAMERUN, BENIN

DAN BURKINA FASO

Disusun Oleh:Siti Mardhiyah

WidartoRia Novita

UNIVERSITAS MERCU BUANAFAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN

TEKNIK ARSITEKTUR2009

Page 2: Makalah Kamerun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. PERKEMBANGAN ARSITEKTUR ISLAM DI AFRIKA

Afrika adalah benua pertama yang mendapat pengaruh ketika perluasan

kekuasaan Islam, sehingga telah menjadi bagian dari budaya dan sejarah orang-orang

Afrika. Berdasarkan buku ensiklopedia dunia, Islam adalah agama terbesar di Afrika,

mulai dari penganut penduduk asli maupun yang berpindah dari negara lain. Pada 9 May

2009, berdasarkan statistic dari Congressional Research Service terdapat 371,459,142

penganut Islam, 304,313,880 Kristen, 137,842,507 agama kepercayaan Afrika, dan

9,818,542 agama lainnya di Africa.

Meskipun mayoritas muslim di Afrika adalah Sufi/Sunni, kerumitan Islam disana

telah diperdebatkan melalui lembaga pendidikan tentang pemikiran dan tradisi. Islam

Afrika tidak statis, tapi terus menerus dibentuk secara merata di berbagai bidang. Islam

Afrika biasanya adalah penyatuan alam, dimana budaya Afrika tentang agama

kepercayaan digabungkan dengan kepercayaan Islam.

Arsitektur di Afrika menggunakan material yang luas dan beragam. Salah satunya

yang ditemukan adalah penggunaan jerami, kayu, tanah, bata dari tanah dan batu.

Penggunaan material tersebut disesuaikan dengan iklim daerah setempat. Afrika utara

menggunakan batu, Afrika barat dengan tanah/batako dari tanah, Afrika bagian tengah

dengan jerami/kayu dan material tidak tahan lama lainnya. Afrika timur lebih beragam,

Afrika selatan banyak menggunakan batu, jerami dan kayu untuk bangunannya. Tapi bisa

saja material batu digunakan oleh untuk bangunan di Afrika utara, Afrika barat dari

tanah/bata tanah, Afrika tengah dari kayu/batu, dan Afrika barat menggunakan semua

material yang ada, karena banyak perpindahan penduduk dari satu negara bagian ke

negara lainnya di Afrika, entah karena pekerjaan, maupun karena maraknya perdagangan

jual beli budak pada masa itu.

Untuk pembahasan selanjutnya, akan dijelaskan perkembangan arsitektur Islam di

Afrika barat.

Page 3: Makalah Kamerun

1.2. MATERIAL BANGUNAN TRADISIONAL AFRIKA BARAT

Afrika Barat adalah sebuah wilayah di bagian barat Afrika. Afrika Barat

berbatasan dengan Samudra Atlantik di sebelah barat dan selatan, Gurun Sahara di utara,

dan Gunung Kamerun hingga Danau Chad di timur. Afrika barat dapat dibagi menjadi 4

zona: Sahara, Sahel, Savannah dan hutan hujan. Daerah terbesar adalah padang pasir

Sahara yang meluas dari gunung Atlas di Morocco dan Algeria menuju sungai Senegal.

Teknologi bangunan di daerah pinggiran sahara berdasarkan material yang daya

tahannya rendah. Masa hidup (berdirinya) struktur bangunan terhitung pendek.

Tanah/lumpur tidak dipertimbangkan sebagai perantara arsitektural yang baik, sejak masa

sejarah, dalam sudut pandang arsitektural, bangunan besar dihubungkan dengan sesuatu

yang permanen.

Penggunaan kayu untuk menguatkan bangunan (secara tegak lurus), berdasarkan

iklim setempat yang dekat dengan hutan hujan, sebagai fungsi untuk ukuran mesjid.

Masjid itu sendiri digunakan untuk aktivitas keagamaan di kota. Efeknya, penggunaan

kayu di savannah selatan hanya berlaku pada masjid-masjid besar (lebar), beberapa

ditemukan di pusat salah satu desa.

Model dan bahan material dari masjid tradisional berdasarkan kelompok etnik

dan lingkungan local. Model masjid dikenal sebagai ‘Gaya Sudan’, berdasarkan

bangunan Sudan bagian barat yang sangat terkenal. Di seputar area luar dari sungai

Senegal sampai cekungan pulau Niger, seperti Ghana dan Ivory Coast, masjid ini

dibangun dengan material bangunan yang biasa digunakan: Tanah Liat. Bentuk alami

mereka dilambangkan dengan dinding penopang. Penggunaan toron/kayu untuk perancah

selama proses pelapisan pada bagian dekoratif, contohnya pada bagian menara mihrab,

sebuah atap datar dan halaman gedung. Atap datar didukung dengan pilar dan lantai

biasanaya dilapisi dengan pasir dan diatasnya terdapat keset kasar yang diletakkan

sebagai alas. Pencahayaan ditimbulkan dengan membuat kubang yang menembus di

langit-langit/plafon. Kecuali untuk bangunan yang massif dan lengkungan pada pintu

(arches), interiornya bertekstur keras. Kemudian, kesederhanaan yang elegan

diperlihatkan untuk mengurangi gangguan antara pemujaan hamba kepada penciptanya

(untuk mengurangi gangguan saat beribadah).

Page 4: Makalah Kamerun

Arsitektur masjid di Afrika barat tidak hanya diwakili dengan material dari tanah.

Karena sejarah tahun 1960an, konstruksi masjid telah berkembang pesat di berbagai

bagian di dunia. Perkembangan zaman telah berdampak besar di daerah pesisir pantai dan

area perkotaan di Afrika. Hasilnya, masjid dibangun dengan semen. Hasil yang tidak

dapat dihindari, bahwa model asli seluruhnya berubah untuk menyesuaikan diri. Seperti

menara dan kubah yang banyak ditemukan di negara-negara Muslim lainnya, hingga

membuat pengetahuan lokal tentang bangunan masjid jadi terkikis (punah).

Masjid telah menjadi ikon dalam waktu yang lama di Afrika barat. Arsitektur

masjid dan beberapa masjid pedalaman telah menyerupai bentuk masjid Djenne di Mali,

walaupun dalam skala yang lebih kecil. Bangunan yang di dominasi dengan menara,

halaman gedung dan atap datar.

Tanah, yang berfungsi sebagai batu bata, adalah salah satu contoh material dari

bangunan besar di Afrika barat seperti masjid Djenne-Mali ataupun menara di Agades.

Area yang cocok untuk pemakaian struktur ini sekitar area Savannah dimana terdapat

banyak kandungan air untuk membuat batu bata, plesteran dan iklim yang curah hujannya

rendah untuk mengeringkan dinding dari tanah tersebut. Bangunan arsitektur dari tanah

telah menciptakan bentuk sederhana pada fasad bangunan di Afrika. Seperti masjid

dengan bentuk persegi, fasad yang sederhana dengan penggunaan dekoratif yang sedikit

juga menara.

Sebagai contoh, di Futa Djallon, negara bagian di Guinea, kayu dan jerami untuk

menggantikan tanah sebagai bahan material bangunan. Di daerah ini terdapat bangunan

pondok untuk rumah tradisional mereka yang berbentuk bundar dilapisi dengan atap

jerami yang besar, didukung dengan tiang penyangga yang tinggi pada bagian tengahnya.

Bagian terendah dari atapnya, ditumpu dengan tiang penyangga yang lebih pendek

sehingga pintu masuk dapat terlihat. Sedangkan bangunan masjid dibangun dengan cara

yang sama dengan membangun rumah, tapi dengan atap datar berbentuk persegi, dinding

dari tanah dengan menara di bagian timur bangunan. Menurut tradisi local, bangunan

masjid adalah bangunan berbentuk persegi. Pernyataan ini semakin menguatkan ide

bahwa “arsitektur Afrika barat hanya dapat diwakili dengan bangunan berbentuk

persegi dengan material tanah ataupun batu”.

Page 5: Makalah Kamerun

BAB II

LATAR BELAKANG

2.1. KAMERUN

2.1.1. DESKRIPSI KAMERUN

Kamerun (Cameroon) adalah sebuah negara di Afrtika Barat, sedikit lebih besar

dari California, menurut para ahli arkeologi telah dihuni manusia sejak 50.000 tahun yang

lalu. Dengan nama resminya Republik Kamerun (French: République du Cameroun),

dibatasi oleh Nigeria pada bagian barat, Chad bagian timur laut, Republik Afrika bagian

tengah di timur, Equatorial Guinea, Gabon dan Republik Kongo di bagian selatan. Garis

Page 6: Makalah Kamerun

pantai Kamerun terletak di Bight of Bonny, bagian dari teluk Guinea dan Samudera

Atlantik.

Negara ini desebut sebagai miniature Afrika karena keberagaman budaya dan

geologinya, seperti pantai, padang pasir, gunung, hutan hujan dan Savanna (padang

rumput yang luas). Gunung tertinggi di Kamerun terdapat di bagian barat daya, dan kota

terbesar dan terpadat penduduknya ada di Douala, Yaoundé dan Garoua.

2.1.2. SEJARAH KAMERUN

Pada abad ke-5 sebelum Masehi, suku Hanno dari Kartago (Tunisia sekarang),

orang asing pertama yang memasuki Kamerun, dan selama berabad-abad mengeksplorasi

perdagangan budak. Pada abad ke-2 sampai dengan abad ke-1 sebelum Masehi, suku

Bantu (dikenal dengan sebutan Pygmi) yang berasal dari Nigeria Utara mulai berimigrasi

ke Kamerun (dikenal dengan Cameroon Highlanders), mereka ahli dalam pertanian. Para

pedagang dari Arab yang sekaligus menyebarkan Islam datang ke Kamerun pada abad

ke-10. Mereka berdagang emas, garam, tembaga dan budak. Orang barat pertama yang

memasuki Kamerun adalah Fenando Po, dari tim ekspedisi Portugis pada tahun 1472,

mereka mendarat di sebuah pantai di Kamerun. Dinamakan Kamerun, karena orang

Portugis melihat banyak udang di perairan Kamerun, sehingga mereka menamakan Rio

des Cameroes (the Prawn River).

Kamerun termasuk salah satu negara sub-Sahara Afrika yang sangat beruntung,

karena mempunyai sumber minyak dan hasil pertanian yang melimpah. Namun

sebagaimana negara berkembang lainnya, Kamerun mempunyai banyak problem, antara

lain pelayanan sipil yang kurang memadai, iklim bisnis yang kurang kondusif,

mengakibatkan Kamerun tersendat dalam kemajuan ekonominya.

2.1.3. LUAS WILAYAH, IKLIM & POPULASI KAMERUN

Dengan wilayah seluas 475.440 km2, beriklim tropik dan kering, berbatasan

dengan banyak negara, antara lain Nigeria, Chad, Republik Afrika Tengah, Republik

Congo, Gabon dan Equatorial Guinea. Berpenduduk padat, dihuni sekitar 16.063.678

orang, terdiri dari suku asli Afrika (black African) sebanyak 99%, yaitu Cameroon

Page 7: Makalah Kamerun

Highlander, Bantu, Fulani, Kirdi dan suku asli Afrika lainnya. Selebihnya adalah

pendatang dari Eropa dan Arab. Angka pertumbuhan penduduk, rata-rata 1,97% per-

tahun, angka kelahiran 35,08 per-1000, dan angka kematian 15.34 per-1000. Agama

Islam dianut sekitrar 20%, Kristen (Katholik dan Protestan) 40% dan animis 40% Bahasa

nasional mereka adalah Inggris dan Perancis di samping bahasa lokal (24 bahasa).

2.1.4. PERKEMBANGAN ISLAM DI KAMERUN

Sebagaimana dijelaskan pada awal tulisan, Islam telah masuk ke Kamerun pada

abad ke-10, ketika para pedagang Arab melalui Sahara memasuki Kamerun bagian utara.

Di samping mereka berdagang (emas, garam, tembaga, perunggu dan budak), mereka

juga mengenalkan Islam (da’wah) pada penduduk pribumi. Mereka terus tumbuh dan

akhirnya menguasai Kamerun bagian utara dan tengah hingga kini. Sedangkan misi

Kristen baru mulai bekembang pada abad ke-19, namun hampir menguasai seluruh aspek

kehidupan masyarakat Kamerun.

Ketika Kerajaan Kanem Bornu di dekat Danau Chad dipimpin oleh dinasti

Saifawa (Sefuwa), yaitu Raja Dunama Dibbalemi masuk Islam pada tahun 1221

(memerintah sampai dengan tahun 1251), maka kejayaan Islam di Afrika Tengah mulai

menyebar, mulai dari Chad, Nigeria, Niger maupun Kamerun. Pengaruh Kanem Bornu di

Kamerun ini berlanjut hingga abad ke-15. Islam menjadi kekuatan penuh di Kamerun

bagian utara, ketika suku Fulani (Fulbe) menguasai daerah itu pada abad ke-18, dan

mendirikan kerajaan Adamawa (Adamawa Emirate), yang meliputi Kamerun dan

Nigeria. Sultan Adamawa saat ini adalah Issa Maigari, sekaligus sebagai Gubernur

propinsi Adamawa. Suku Fulani memang termasuk salah satu suku unggulan di Afrika,

dan paling gigih menyebarkan agama Islam di kawasan itu. Mereka sampai saat ini

menguasai pemerintahan modern di Senegal, Guinea (Futa Jallon), Mauritania, Guinea

Bissau, Mali, Burkina Faso, Benin, Niger, Chad, Kamerun dan Sudan. Sebelumnya, pada

abad ke-17, suku Fulani telah mengekspansi Kerajaan Bamoun yang didirikan oleh

Nshare Yen, dan kerajaan Bamoun baru menerima Islam secara utuh pada tahun 1833

ketika Sultan Njoya Ibrahima berkuasa.

Page 8: Makalah Kamerun

Sepak terjang suku Fulani, yang notabene adalah Islam, sangat diakui

keberadaannya di Kamerun, termasuk dalam memperjuangkan kemerdekaan. Salah satu

putra terbaik suku Fulani adalah El-Hajj Ahmadou Babatoura Ahijo, kelahiran Garou,

Agustus 1924, proklamator dan bapak kemerdekaan Republik Kamerun. Beliau adalah

pejuang muslim dari suku Fulani dan terpilih sebagai presiden pertama Republik

Kamerun dari tahun 1960-1982. Sayangnya, estafet kepemimpinannya tak dapat

diteruskan oleh kader-kader politikus muslim lainnya, dan justru jatuh ke pihak Kristen,

yaitu Paul Biya.

Perjuangan Islam di Kamerun saat ini memang tergolong berat, karena

sepeninggal mendiang Ahmadou Ahijo, kekuatan Kristen di sana semakin kokoh. Hal ini

disebabkan infrasktuktur kekuasaan Kristen sangat luar biasa, dan dukungan negara

bekas kolonial. Namun, apapun yang terjadi, Islam di Kamerun telah menorehkan tinta

emas dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan ummat Islam di sana, tentu tak akan

tinggal diam, dan akan terus mengembalikan kejayaan masa lalunya.

2.2. BENIN

Page 9: Makalah Kamerun

2.2.1. DESKRIPSI BENIN

Republik Benin, dahulu bernama Dahomey, adalah sebuah negara di Afrika barat.

Negara ini berbatasan dengan Togo di sebelah barat, Nigeria sebelah timur, dan Burkina

Faso serta Niger di sebelah utara. Bahasa yang digunakan penduduk Benin adalah bahasa

Prancis, karena sempat dijajah oleh negara tersebut pada tahun 1892.

Ekonomi Benin tetap tak berkembang dan bergantung pada pertanian

penyambung hidup, produksi kapas, dan perdagangan regional. gar mengembangkan

pertumbuhan lebih lanjut, Benin merencanakan menarik lebih banyak investasi asing,

Page 10: Makalah Kamerun

lebih menekankan pada pariwisata, memfasilitasi pertumbuhan sistem prosses makanan

dan produk pertanian, dan mendorong informasi baru dan teknologi komunikasi.

2.2.2. LUAS WILAYAH, IKLIM DAN POPULASI BENIN

Luas wilayah Benin 112,622 km2. letak geografisnya 6°-13° lintang utara dan 0°-

4° bagian timur. Bentuk keseluruhan negeri ini dibatasi sungai Niger di utara dan dataran

pesisir di selatan, di bagian timur sedikit tak datar. Bagian utara negeri ini terutama

tersusun atas sabana dan pegunungan setengah gersang. Titik tertingginya ialah Gunung

Sagboroa setinggi 658 m. Selatan negeri ini terdiri atas sebuah dataran pantai berawa

yang menyebar, danau dan laguna seperti danau Nohoué atau laguna di Porto Novo.

Sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di pesisir pantai, di mana sebagian

kota besar di Benin terpusat, khususnya Porto Novo dan Cotonou. Negeri ini terletak di

zona antartropis, iklimnya kering dan lembab, dibandingkan dengan hujan, yang terjadi

10 kali (April hingga Juli dan September hingga November). Mahkamah Peradilan

Internasional di den Haag menyatakan pada 12 Juli 2005 perbatasan antara Benin dan

Niger termasuk pulau di bantaran Sungai Niger dan Mékrou : 16 pulau yang baru

diberikan ke Benin, dan Lété kepada Niger.

Iklimnya tropis, panas dan kering bersama dengan keadaan musiman das geografi di

seluruh negeri, musimnya jelas dan silih berganti.

Terbentang 900 hingga 1300 mm air, kawasan yang banyak mendapat hujan ada

di sudut tenggara, Cotonou hingga Porto Novo, antara Atacora-Natitingou dan Djougou,

kawasan Dassa dan Ndali di utara Parakou. Curah hujah maksimum ada di selatan (iklim

ekuator), pada pertengahan Maret hingga Juli, dan dan curah hujan menurun pada

November/Desember. Angin musim, berhembus dari April hingga November, di

tenggara. Harmattan yang kering berhembus ke arah sebaliknya dari angin musim,

November hingga Mei, menghasilkan debu warna jingga. Tingkat kelembaban, selalu

besar, berada antara 65 dan 95%. Suhu rata-rata meliputi 22 dan 34 °C, panas di bulan

April dan Mei (tepat setelah harmattan berhembus selama 6 bulan, sesudah angin musim

yang membawa hujan).

Penduduknya berjumlah 7.513.946 jiwa (2006). Benin tersusun atas 40 etnis yang

berbeda, yang paling banyak ialah etnis Fon yang berjumlah 49% dari penduduk Benin.

Etnis lainnya antara lain Adja, Yoruba, Somba, dan Bariba. Kebanyakan etnis itu

Page 11: Makalah Kamerun

memiliki bahasa sendiri, meskipun bahasa Prancis, yang merupakan bahasa resmi,

dituturkan di banyak kota. Bahasa asli lainnya ialah bahasa Fon dan Yoruba yang cukup

banyak penuturnya. Tahun 2002 sensus penduduk sebesar 42.8% dari populasi Benin

adalah Kristen (termasuk agama Katolik, Protestan, Methodist) 24.4% Muslim, 17.3%

Voodoo, 6% agama local yang menganut kepercayaan setempat (agama anisme local

yang pusatnya ada di kota Ouidah), 1.9% kelompok keagamaan, and 6.5% Atheis.

2.2.3. SEJARAH BENIN

Kerajaan Afrika Dahomey muncul di Benin. Sejak abad ke-17, kerajaan dikuasai

oleh oba, jauh melampaui perbatasan Benin masa ini, meliputi sebagian besar Afrika

Barat.

Kerajaan makmur ini adalah "pengekspor" budak dan berdagang dengan orang

Portugal dan Belanda. Tetapi kekacauan di sini akhirnya mengakibatkan Dahomey

dijajah Perancis pada tahun 1892.

Periode bergolak mengikuti kemerdekaan, dan ada beberapa kudeta dan pergantian rezim

sebelum kekuasaan diambil alih oleh Mathieu Kérékou. Kérékou menganut paham

marxisme, dan negara dinamai kembali "Benin", pada tanggal 30 November 1975.

2.3. BURKINA FASO

Page 12: Makalah Kamerun

2.3.1. DESKRIPSI BURKINA FASO

Burkina Faso adalah sebuah negara di Afrika Barat yang terkurung daratan

(landlocked). Negara ini berbatasan dengan Mali di sebelah utara; Togo dan Ghana di

selatan; Niger di timur, Benin di tenggara; dan Pantai Gading di barat daya. Dahulu

bernama Volta Hulu, Presiden Thomas Sankara mengganti nama negara ini menjadi

'Burkina Faso' (dalam bahasa Dioula dan More: "Negara Orang Jujur") pada 4 Agustus

1984. Ibu kota Burkina Faso adalah Ouagadougou (lafaz: Wagadugu), disebut "Waga"

oleh penduduk setempat.

Nama lama negeri ini yakni Volta Hulu dari 3 sungai yang mengalirinya:

Mouhoun (dulu disebut Volta Hitam), Nakambé (Volta Putih) dan Nazinon (Volta

Merah). Mouhoun, bersama dengan Comoé yang mengalir ke barat daya, adalah satu-

satunya sungai yang mengalir sepanjang tahun. Lembah Sungai Niger juga mengaliri

27% permukaan negeri ini. Anak-anak sungainya (Béli, Gorouol, Goudébo, dan Dargol)

Page 13: Makalah Kamerun

adalah aliran musiman, dan hanya mengalir selama 4 hingga 6 bulan setahun namun bisa

menyebabkan banjir bandang. Negeri ini juga memiliki sejumlah danau. Danau-danau

yang utama adalah Tingrela, Bam dan Dem, dan kolam besar seperti Oursi, Béli,

Yomboli dan Markoye. Kurangnya air sering menjadi masalah, khususnya di bagian utara

negeri ini.

2.3.2. SEJARAH BURKINA FASO

Masa prasejarah : Seperti semua bagian Afrika Barat, Burkina Faso dihuni

manusia sejak awal, khususnya oleh pemburu-pengumpul di bagian barat laut negeri ini

(12.000-5.000 SM), dan yang peralatannya (pengikis, pemahat, dan ujung panah)

ditemukan pada 1973. Permukiman muncul antara 3.600-2.600 SM dengan petani, jejak

strukturnya meninggalkan bangunan yang berkesa relatif permanen. Penggunaan besi,

keramik, dan batu yang dipelitur berkembang pada 1500 hingga 1000 SM, seperti

keasyikan masalah spiritual, seperti yang ditunjukkan dengan sisa pemakaman yang telah

ditemukan. Reliks yang dikaitkan dengan Dogon ditemukan di utara-tengah, utara, dan

timur laut negeri ini. Mereka meninggalkan wilayah itu antara abad ke-15 hingga 16

untuk tinggal di tebing Bandiagara. Di tempat lain, sisa dinding tinggi terletak di barat

daya Burkina (begitupun di Pantai Gading), namun orang-orang yang membangunnya

belum bisa ditentukan.

Masa kerajaan : Sedikit yang ditemukan dari zaman kerajaan di Burkina Faso.

Meski begitu, terdapat sebuah kejadian di zaman kerajaan Mossi. Bangsa Eropa yang

mengadakan kontak dengan « Mossi » (seperti yang ditunjukkan di daerah ini) dan

merekalah yang awalnya mengadakan kolonisasi. Laporan perjalanan Louis-Gustave

Binger (1856-1936) (« Du Niger au Golfe de Guinée ») memaparkan perjalanannya, pada

Juni 1888, tentang Boukary, kakak Mogho Naba dari Ouagadougou. Di mana Boukary

membuat Mogho Naba Wobgho menentang Prancis, dengan cara yang terbatas di depan

pasukan modern mereka. Binger menggambarkan sebuah kerajaan yang selanjutnya

berbentuk feodal.

Masa colonial : Pada 1896, kerajaan Mossi dari Ouagadougou menjadi protektorat

Prancis. Pada 1898, bagian utama dari kawasan yang kini menjadi Burkina ditaklukkan.

Pada 1904, daerah-daerah itu bergabung dengan Afrika Timur Prancis dalam koloni

Senegal-Niger Hulu. Penduduknya ikut serta dalam PD I dalam batalion Infantri Senegal.

Page 14: Makalah Kamerun

Pada1 Maret 1919, Edouard Hesling menjadi gubernur pertama di koloni Volta Hulu

yang baru itu. Koloni itu dibongkar pada 5 September 1932, dan daerahnya dibagi antara

Pantai Gading, Mali, dan Niger. Pada 4 September 1947 Volta Hulu diciptakan kembali

dari perbatasannya pada 1932. Pada 11 Desember 1958 menjadi republik dan bergabung

dengan Masyarakat Prancis-Afrika dan mendapatkan kemerdekaan pada 5 Agustus 1960.

2.3.3. LUAS WILAYAH, IKLIM DAN POPULASI

Luas wilayah Burkina Faso ±274 200 km², dengan jumlah populasi 44 jiwa/km²

atau sekitar 13.200.000 jiwa. Letak geografis Burkina Faso 9°-15° lintang utara dan 6°

bujur barat - 3° bujur timur. Beriklim tropis dengan musim hujan yang berakhir selama 4

bulan, Mei/Juni – September. 3 zona iklim: Sahel, Sudan-Sahel, dan Sudan-Guinea. Sahel

yang ada di utara biasanya beriklim tinggi hingga mencapai 5–470 C (41–116.6 °F).

Daerah savanna biasanya beriklim tropis kering.

Burkina Faso terdiri atas 2 sisi utama: Sebagian besar negeri ini diliputi peneplain

yang membentuk pemandangan berombak-ombak yang di beberapa tempat dengan

perbukitan yang sedikit terisolasi, sisa massif pra-Kambrium. Tenggara negeri ini

membentuk masif batuan pasir, di mana puncak tertingginya ditemukan: Ténakourou

(749 m, 2.450 kaki). Masif itu dibatasi oleh tebing terjal yang tingginya 150 meter (490

kaki).

Ketinggian rata-rata adalah 400 meter (1.300 kaki) dan perbedaan antara daratan yang

lebih tinggi dengan lebih rendah tak lebih dari 600 meter (2.000 kaki). Burkina Faso

adalah negara yang relatif datar, dengan pengecualian di beberapa tempat.

Penduduk Burkina Faso berjumlah 15.3 million jiwa dibedakan berdasarkan 2

mayoritas kelompok budaya: Voltaic dan Mande (dengan bahasa resmi Dioula). Voltaic

Mossi menyebar hampir satu setengah % dari populasi. Mossi adalah penduduk yang

berpindah dari Ghana untuk bertani di Burkina Faso. Kepadatan penduduk dari Burkina

Faso terpusat di selatan dan Ibukota negara.

60.5% populasinya beragama Islam, mayoritas masuk kelompok Muslim Sunni

dan selebihnya ikut Muslim Shi'a. 23.2% populasi beragama Kristen (19% Katolik dan

4.2% Protestan), 15.3% mengikuti kepercayaan tradisi, 0.6% agama lainnya, and 0.4%

Atheisme.

Page 15: Makalah Kamerun

BAB III

ARSITEKTUR MASJID

3.1. DAFTAR MASJID DI KAMERUN

Lamido Grand Mosque

Menara : Menyerupai bentuk Bangunan Taj Mahal

Arch : Bentuk Round

Markaz Dawa

Round

Menara

Page 16: Makalah Kamerun

Arch : Gabungan dari bentuk Round & Pointed

Masjid Maroua

Pointed Round

Page 17: Makalah Kamerun

Gambar interior dari Maroua

Salafi Mosque

3.2. DAFTAR MASJID DI BENIN

Ahmadiyya Mosque

Page 18: Makalah Kamerun

Ahmadiyya Mosque Suya

Ahmadiyya Mosque, Godogossoun

Page 19: Makalah Kamerun

Ke 3 bangunan masjid tersebut memiliki banyak kesamaan, selain karena masih

satu komunitas yaitu komunitas Muslim Ahmadiyya di Benin, antara lain atap yang datar

untuk menyesuaikan dengan iklim setempat, menara dalam skala kecil yang diletakkan

berdampingan dengan bangunan, pemakaian warna pada bangunan, struktur bangunan

yang terdiri dari dinding massif berfungsi sebagai tempat pemujaan yang khusyu’.

Masjid-Masjid Lainnya

Page 20: Makalah Kamerun
Page 21: Makalah Kamerun

Bangunan di atas, adalah bangunan masjid yang mulai mengikuti perkembangan

jaman. Material yang dipakai mulai berkembang seperti semen dan bata. dengan dekorasi

yang lebih bervariasi seperti permainan warna-warna cerah untuk menyeimbangkan

dengan iklimnya yang terik, juga kubah emas dengan arch round dan dikelilingi menara

layaknya bangunan masjid di timur tengah. Contoh lainnya ada pada gambar dibawah.

Page 22: Makalah Kamerun

The Central Mosque

Page 23: Makalah Kamerun

Bangunan yang didirikan dengan konsep perpaduan gaya Afrika-Brasil

3.3. DAFTAR MASJID DI BURKINA FASO

Ahmadiyya Muslim Mosque, Koudougou

Ciri khas masjid Afrika dengan dinding massif, sedikit dekoratif, atap datar, tetap

dengan menaranya untuk mengumandangkan adzan.

Al-Mahdi Mosque, Ouagadougou

Page 24: Makalah Kamerun

Burkina Faso Grand Mosque in Bobo Dioulasso

Salah satu bangunan lama yang memiliki kesamaan struktur dengan masjid di

Ghana (Larabanga Mosque) juga masjid Sankore di Timbuktu, namun bedanya di

Timbuktu menggunakan campuran tanah/lumpur dan batu, dengan puing-puing batu

keras yang di campurkan adukan semen dan plester. Sedangkan kayu yang ditaruh secara

vertical berfungsi menguatkan bangunan yang secara skala besar.

Page 25: Makalah Kamerun

DAFTAR PUSTAKA

Great Mosque of Djenné - Mali, Africa.html

Markaz Dawa, Maroua Cameroon - Islamic Centers.html

www.archnet.com/westafrica

www.care2.com/thecountriesinwestafrica/westafrica

www.chamzawi.wordpress.com

www.islamicfinder.org

www.mosques.muslimsinbritain.org

www.muslimheritage.com/westafricanmosquearchitecture/abriefintroduction/topics

www.wikipedia.com/afrikabarat

www.wikipedia.com/cameroon

www.wikipedia.com/islaminafrica

www.wikipedia.com/islamincameroon

www.wikipedia.com/lamidograndmosque

www.wikipedia.com/listofmosquesinafrica

REFERENSI

Afro-Brazilian Mosques In West Africa by Barry Hallen.pdf

Archaeology And Mud Wall Decay in The Bobirwa Area-Africa_Botswana Journal of

African Studies vol. 15 no. 1.pdf

Islamic Architecture West Africa by Labelle Prussin.pdf

Ilman Basthian S.-Ciri Arsitektur-Islam.pdf