makalah isbd.docx

35
MAKALAH MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 1. BOBI TRI YULIANSYAH (1460100137) 2. FEBRI HARYADI (1460100148) 3. LARA SRIDONA (1460100015) 4. CIPTO MANGUN KUSUMO (1460100139) 5. TRI SUPRIADI (1460100125) MATA KULIAH : ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR DOSEN PENGAMPUH : Drs. YUHARUDDIN, M.Si PROGRAM STUDI INFORMATIKA

Upload: bobbyjamsen

Post on 27-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH ISBD.docx

MAKALAH

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. BOBI TRI YULIANSYAH (1460100137)

2. FEBRI HARYADI (1460100148)

3. LARA SRIDONA (1460100015)

4. CIPTO MANGUN KUSUMO (1460100139)

5. TRI SUPRIADI (1460100125)

MATA KULIAH : ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

DOSEN PENGAMPUH : Drs. YUHARUDDIN, M.Si

PROGRAM STUDI INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2015

Page 2: MAKALAH ISBD.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami

dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk

memenuhi tugasIlmu Sosial dan Budaya Dasar. Selain itu, penyusunan makalah

ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai manusia sebagai makhluk

berbudaya dan beradab. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima

kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk

itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat

untuk kami dan untuk pembaca.

Bengkulu, Desember 2015

ii

Page 3: MAKALAH ISBD.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................ 1

B. Tujuan Masalah.............................................................................. 2

C. Rumusan Masalah........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia ....................................................................... 3

B. Defenisi Budaya.............................................................................. 3

C. Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya .......................................... 6

D. Hakekat Manusia Berbudaya.......................................................... 7

E. Etika dan Estetika budaya............................................................... 8

F. Pengaruh Kebudayaan Bagi Kehidupan Sehari-Hari..................... 13

G. Contoh Manusia Sebagai Makhluk Yang Berbudaya..................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 17

B. Saran .............................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: MAKALAH ISBD.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang

terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara

manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk

hidup yang ada di alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan

tersebut harus berjalan seimbang. Selain itu manusia juga diciptakan dengan

sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki. Manusia

juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan

awal dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus

mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan

ilmu tersebut manusia dapat membedakan antara yang hak dengan yang

bukan hak, antara kewajiban dan yang bukan kewajiban. Sehingga norma-

norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis dan seimbang. Agar

norma-norma tersebut berjalan haruslah manusia di didik dengan

berkesinambungan dari “dalam ayunan hingga ia wafat”, agar hasil dari

pendidikan –yakni kebudayaan– dapat diimplementasikan dimasyaakat.

Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai

“motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan

haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang

dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun

bagi bangsa pada umumnya.

Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada

suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara

tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan

yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.

1

Page 5: MAKALAH ISBD.docx

B. Tujuan Masalah

Adapun tujuan masalah yang akan diangkat pada makalah ini adalah

untuk mampu memahami konsep-konsep dasar tentang konsep manusia

sebagai makhluk budaya serta pemahaman konsep tersebut dijadikan dasar

pengetahuan dalam mempertimbangkan dan menyikapi berbagai

problematika budaya yang berkembang dalam masyarakat.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah manusia itu?

2. Bagaimana pengertian dari kebudayaan itu?

3. Apakah manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan?

2

Page 6: MAKALAH ISBD.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sanseker-

ta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang

berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat

diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,

sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.

Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu

oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang

dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap

orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,

tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala

seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan

oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan

kehilangan itu tergantikan.

Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi

kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan

untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk

memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan. Oleh karena itu

lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri.

B. Defenisi Budaya

Kebudayaan berasal dari kata ke-budaya-an. Berasal dari kata-

budi dan daya. Budaya mempunyai tiga unsur yang berada dalam diri

manusia dan saling melengkapi satu sama lain dalam satu kesatuan

kebudayaan seutuhnya. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.

1. Cipta, adalah akal pikiran yang di milik oleh manusia, sehingga dengan

akal pikiran tersebut manusia dapat berkreasi menuangkan segala ide

yang non kebendaan. Namun cipta yang ada dalam diri manusia bersifat

3

Page 7: MAKALAH ISBD.docx

tidak universal dalam hal karya. Artinya dalam hal keterampilan berkarya

manusia tentu saja memiliki keahlian yang berbeda-beda satu sama lain,

seseorang yang terampil mengelola kayu menjadi barang-barang meubel

belum tentu terampil dalam hal olah vocal, begitupun seorang penyanyi

yang mahir melantunkan lagu-lagu belum tentu dalam hal merancang

busana dan sebagainya.

2. Rasa, adalah tanggapan atau reaksi perasaan ketiak melihat ataupun

mendengar sesuatu satu bentuk karya, tanggapan ini dapat berupa

kepuasan, keterangan, kekaguman, kesedihan, ketidakpuasan dan

sebagainya. Selain di bekali kekuatan menciptakan manusia juga di

lengkapi dengan perasaan hingga hasil karya yang dibuatnya dapat

bernilai seni tinggi. Dengan adanya rasa yang di miliki oleh manusia

maka sudah tentu ia dapat membedakan mutu suatu karya cipta satu

dengan yang lain.

3. Karsa, adalah kehendak, dorongan atau motivasi yang lahir dari hasrat

seseorang. Seseorang yang memiliki keterampilan luar bisa dan perasaan

yang begitu peka tidak akan berbuah apa-apa jika tidak didasari keinginan

dari orang tersebut. Karsa biasa saja berasal dari diri, tersendiri atau

bahkan dari orang lain yaitu berupa rangsangan atau pengaruh yang

diterima oleh daya nalar kita.

Ketiga unsur inilah yang mendasari manusia berbudaya, dengan

adanya unsur-unsur tersebut dalam diri manusia maka dapat di katakan bahwa

manusia adalah makhluk yang senantiasa memiliki kebudayaan. Antara

manusia dan masyarakat serta kebudayaan ada hubungan erat. Tanpa

masyarakat, manusia dan kebudayaan tidak mungkin berkembang layak.

Tanpa manusia tidak mungkin ada kebudayaan, tanpa manusia tidak mungkin

ada masyarakat. Dalam diri manusia wujud kebudayaan ada yang rohani

misalnya adat istiadat dan ilmu pengetahuan. Ada yang jasmani misalnya

rumah dan pakaian. Buku adalah kebudayaan jasmani, akan tetapi isi buku

4

Page 8: MAKALAH ISBD.docx

adalah kebudayaan rohani. Ilmu pengetahuan merupakan unsur kebudayaan

universal yang rohani.

Sebagai insan yang berkebudayaan maka sepatutnya manusia menjaga

citra di muka bumi ini bahkan budaya telah menjadikan manusia sebagai

makhluk beradab sekaligus telah mengantar manusia ke kasta tertinggi

makhluk-makhluk  penghuni bumi yang lain yaitu sebagai yang paling

sempurna di bandingkan dengan yang lainnya.

Akan tetapi manusia sebagai makhluk budaya, budaya bukan berarti

bahwa manusia dibebaskan untuk berkarya apapun itu tanpa menilainya dari

segi norma maupun hukum. Budaya yang seperti ini adalah kebudayaan yang

bersifat merusak dan sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara.

Untuk itu diperlukan kesadaran manusia sebagai makhluk budaya agar dalam

berbudaya memang teguh norma-norma yang berlaku agar tidak terjadi hal-

hal yang tidak diinginkan.

Budaya bahkan dapat menambah rasa rasionalisme seseorang warga

negara Indonesia misalnya, memiliki kebudayaan yang amat sangat beraneka

ragam bentuk dan ciri khasnya yang tidak semua bangsa memilikinya. Hal ini

tentu saja merupakan kebanggaan tersendiri bangsa Indonesia yang akhirnya

berimbas pada tingginya nasionalisme para warga negara.

Berikut pengertian budaya adalah kebudayaan dari beberapa ahli:

E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat,

dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai

anggota masyarakat

R. Linton, Kebudayaan dapat sebagai konfigurasi tingkah laku yang

dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya

didukung dan diterapkan oleh anggota masyarakat lainnya.

Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah

keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.

Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa

kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat

5

Page 9: MAKALAH ISBD.docx

Herkovitas, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang

diciptakan oleh manusia.    

Berdasarkan definisi para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa unsur

belajar merupakan hal terpenting dalam tindakan manusia yang

berkebudayaan. Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan

bermasyarakat yang tak perlu dibiasakan dengan belajar.

Dari kerangka tersebut diatas tampak jelas benang merah yang

menghubungkan antara pendidikan dan kebudayaan. Dimana budaya lahir

melalui proses belajar yang merupakan kegiatan inti dalam dunia pendidikan.

Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :

1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya.

Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran

masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup;

2. Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial

terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi,

berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu

mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini

bersifat nyata atau konkret;

3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan

dan karya manusia dalam masyarakat.

Dengan demikian, kebudayaan menyangkut keseluruhan aspek

kehidupan manusia baik material maupun non material. Sebagian besar ahli

mengatakan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi

oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa

kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju

tahapan yang lebih kompleks.

C. Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang

paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai

kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Karena manusia

6

Page 10: MAKALAH ISBD.docx

diciptakan untuk menjadi khalifah, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-

Baqarah: 30

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”

Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang

berhubungan dengan kekhalifahannya disamping tanggung jawab dan etika

moral harus dimiliki. Masalah moral adalah yang terpenting, karena

sebagaimana Syauqi Bey katakan:

Artinya: “Kekalnya suatu bangsa ialah selama akhlaknya kekal, jika akhlaknya sudah lenyap, musnah pulalah bangsa itu”

Akhlak dalam syair di atas menjadi penyebab punahnya suatu bangsa,

dikarenakan jika akhlak suatu bangsa sudah terabaikan, maka peradaban dan

budaya bangsa tersebut akan hancur dengan sendirinya. Oleh karena itu untuk

menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan,

tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai

budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi.

D. Hakekat Manusia Berbudaya

Pengertian kebudayaan ditinjau dari bahasa Sansakerta “budhayah”

(jamak), budhi = budi/akal. Jadi kebudayaan adalah hasil akal manusia untuk

mencapai kesempurnaan . Dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pula

kehidupan. Pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup bersama dan

dengan pola kehidupan ini dapat mempengaruhi cara berfikir dan gerak sosial.

Dengan memfungsikan akal budinya dan pengetahuan kebudayaannya,

manusia bias mempertimbangkan dan menyikapi problema budayanya.

Kebudayaan perlu dikaji agar kita bias mengembangkan kepribadian

dan wawasan berfikir. Kebudayaan diciptakan manusia dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan manusia dalam rangka mempertahankan hidup serta

meningkatkan kesejahteraannya. Dalam proses perkembangan kebudayaan

terjadi pula penyimpangan dari tujuan penciptaan kebudayaan yang disebut

7

Page 11: MAKALAH ISBD.docx

Masalah Kebudayaan. Masalah kebudayaan adalah segala system/tata nilai,

sikap mental, pola berfikir pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan

yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara keseluruhan. Masalah

tata nilai dapat menimbulkan kasus-kasus kemasyarakatan antara lain :

Dehumanisasi, artinya pengurangan arti kemanusiaan seseorang. Jadi kita

melihat Dehumanisasi terjadi akibat perubahan sikap manusia sebagai dampak

dari penyimpangan tujuan pengembangan kebudayaan. Untuk mengantisipasi

hal itu, manusia harus dikenalkan pada pengetahuan kebudayaan dan filsafat.

Melalui filsafat bias memaknai tentang etika, estetika dan logika.

Jadi melalui kajian pengetahuan budaya, kita ingin menciptakan atau

penertiban dan pengolahan nilaii-nilai insane sebagai usaha memanusiakan

diri dalam alam lingkungannya baik secara fisik maupun mental. Manusia

memanusiakan dirinya dan lingkungannya, artinya manusia membudayakan

alam, memanusiakan hidup dan menyempurnakan hubungan insane.

Adapun wujud dari kebudayaan adalah :

IDE (gagasan), adalah konsep pikiran manusia yang menjadi system

budaya yang jadi adat istiadat Activity, yaitu kompleks aktivitas yang saling

berinteraksi yang kemudian menjadi system social atau pola aktivitas.

Benda Budaya, sebagai hasil aktivitas yang menjadi unsur kebudayaan

adalah: bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, sistem

pengetahuan, religi dan kesenian..

E. Etika dan Estetika budaya

Secara historis perkembangan zaman boleh saja mengalami perubahan

yang dahsyat, namun peran kesenian tidak akan pernah berubah dalam tatanan

kehidupan manusia. Sebab, melalui media kesenian, makna harkat menjadi

citra manusia berbudaya semakin jelas dan nyat.

Bagi manusia Indonesia telanjur memiliki meterai sebagai bangsa

yang berbudaya. Semua itu dikarenakan kekayaan dari keragaman kesenian

daerah dari Sabang sampai Merauke yang tidak banyak dimiliki bangsa lain.

Namun, dalam sekejap, pandangan terhadap bangsa kita menjadi ”aneh” di

8

Page 12: MAKALAH ISBD.docx

mata dunia. Apalagi dengan mencuatnya berbagai peristiwa kerusuhan, dan

terjadinya pelanggaran HAM yang menonjol makin memojokkan nilai-nilai

kemanusiaan dalam potret kepribadian bangsa.

Padahal, secara substansial bangsa kita dikenal sangat ramah, sopan,

santun dan sangat menghargai perbedaan sebagai aset kekayaan dalam

dinamika hidup keseharian. Transparansi potret perilaku ini adalah cermin

yang tak bisa disangkal. Bahkan, relung kehidupan terhadap nilai-nilai etika,

moral dan budaya menjadi bagian yang tak terpisahkan. Namun, kenyataannya

kini semuanya telah tercerabut dan ”nyaris” terlupakan.

Barangkali ada benarnya, dalam potret kehidupan bangsa yang

amburadul ini, kita masih memiliki wadah BKKNI (Badan Koordinasi

Kebudayaan Nasional Indonesia) yang mengubah haluan dalam transformasi

sosial, menjadi BKKI (Badan Kerja sama Kesenian Indonesia) pada Februari

lalu. Barangkali dengan baju dan bendera baru ini, H. Soeparmo yang terpilih

sebagai ”bidannya” dapat membawa reformasi struktural dan sekaligus dapat

memobilisasi aktivitas kesenian sebagaimana kebutuhan bangsa kita. Sebab,

salah satu tugas dalam peran berkesenian adalah membawa kemerdekaan dan

kebebasan kreativitas bagi umat manusia sebagai dasar utama.

1. Tulang Punggung

Suatu dimensi baru, jika dalam pola kebijakan untuk meraih citra

sebagai manusia Indonesia dapat diwujudkan. Untuk hal tersebut,

kebijakan menjadi bagian yang substansial sifatnya. Bukan memberi

penekanan pada konsep keorganisasian, sebagai bendera baru dalam

praktik kebebasan. Melainkan, bercermin pada kebutuhan manusia

terhadap kebenaran, dan nilai-nilai keadilan. Sehingga, kesenian dapat

menjadi tulang punggung mempererat kehidupan yang lebih tenang, teduh

dan harmonis.

Dalam koridor menjalin kesatuan dan persatuan bangsa, dan

mengangkat citra kehidupan manusia Indonesia di mata dunia, perlu

adanya upaya yang tangguh dan kokoh. Sebab, tanpa upaya tersebut

niscaya kita hanya mengenang masa silam dan mengubur masa depan dari

9

Page 13: MAKALAH ISBD.docx

lahirnya sebuah peradaban. Dalam hal ini kita sebagai bangsa yang dikenal

sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, tentu tidak akan rela.

Namun demikian, gradasi budaya itu menukik tajam, dan dapat

dirasakan sejak jatuhnya rezim Soeharto. Meskipun, pada rezim kekuasaan

Orde Baru bukan berarti tidak ada sama sekali pelanggaran terhadap nilai-

nilai kemanusiaan, justru karena terselubung dengan rapi maka ”borok”

kemerosotan moral itu tidak begitu tampak. Tetapi, kini semuanya menjadi

serba terbuka dan menganga. Siapa pun punya hak dan kewajiban untuk

menjadi ”pelaku” reformasi, tidak sekadar jadi penonton. Itu sebabnya,

tidaklah salah jika dalam memperbaiki kondisi bangsa, kita juga proaktif

dalam menyikapinya.

Tak dapat disangkal, jika kesenian merupakan kebutuhan dasar

manusia secara kodrati dan unsur pokok dalam pembangunan manusia

Indonesia. Tanpa kesenian, manusia akan menjadi kehilangan jati diri dan

akal sehat. Sebab, kebutuhan manusia itu bukan hanya melangsungkan

hajat hidup semata, tetapi juga harus mengedepankan nilai-nilai etika dan

estetika. Untuk wujudkan manusia dewasa yang sadar akan arti pentingnya

manusia berbudaya, obat penawar itu barangkali adalah kesenian.

Unsur penciptaan manusia sebagai proses adalah konteks budaya. Dalam

hal ini, apa yang diimpikan Konosuke Matsushita dalam bukunya Pikiran

Tentang Manusia menjadi dasar pijakan kita, jika ingin menjadi manusia

seutuhnya. Sebab, pada dasarnya manusia membawa kebahagiaan dan

mengajarkan pergaulan yang baik dan jika perlu memaafkan sesamanya.

Karena, dari sinilah dapat berkembang kesenian, kesusastraan, musik dan

nilai-nilai moral. Sehingga, pikiran manusia menjadi cerah dan jiwanya

menjadi kaya.

Bertalian dengan konteks itu, Soeparmo dalam ceramahnya di

depan pengurus daerah juga mengatakan hal yang sama. Artinya, jika

manusia sudah tidak mampu menjalankan tugas kreativitasnya, maka

manusia itu menjadi mandek dan mengesampingkan nilai-nilai

kemanusiaan.

10

Page 14: MAKALAH ISBD.docx

2. Kondisi Semrawut

Carut marut kehidupan saat ini, semakin tumpang tindih. Persoalan

bangsa menjadi bara api yang sulit untuk dipadamkan. Kondisi sosial yang

tidak lagi bersahabat, menjadikan manusia makin kehilangan jati dirinya.

Bahkan berbagai ramalan menatap masa depan bangsa, hanya berisi

pesimistis dan sinis. Jika kearifan yang dimiliki manusia semakin sempit

dan terbatas, barangkali kegelisahan sebagai anak bangsa semakin

beralasan.

Potret sosial yang kini menjadi skenario massal masih menjadi

tekanan dalam konteks berpolitik. Akibatnya, pertarungan yang tidak

pernah akan menyelesaikan masalah terus berjalan tanpa ada ”rem” nya.

Dan itu dapat kita lihat secara kasat mata, pertunjukan ”dagelan” yang

hanya untuk memuaskan nafsu kekuasaan dan ingin menunjukkan

kekuatan dalam menggalang massa.

Padahal, tugas sebagai manusia yang berbudaya senantiasa

mengulurkan cinta kasih, perdamaian dan menjaga harmoni kehidupan.

Tetapi, kenyataannya sikap dan perilaku dalam potret masa kini, nilai-nilai

etika, norma-norma sosial, dan hukum moral menjadi ”haram” untuk

dijadikan landasan berpikir yang sehat. Bahkan, upaya untuk berani

membohongi diri sendiri, adalah ciri-ciri lenturnya nilai-nilai budaya.

Dimensi sosial semacam ini, Indonesia di mata dunia semakin menjadi

bahan lelucon. Apalagi yang harus dijadikan komoditi bangsa dari

berbagai aspek kehidupan.

Bicara soal ekonomi, bangsa Indonesia sudah menggadaikan diri

nasibnya pada IMF. Soal politik, dianggap ”ludrukan” karena hanya

sekadar entertainment. Dan lebih mengerikan lagi, pelanggaran hak asasi

manusia yang terjadi di daerah-daerah membuat bingkai kemanusiaan

semakin tidak memiliki harga diri. Dan masih banyak persoalan seputar

kita yang semakin semrawut dan kehilangan konteks dalam pijakan untuk

membangun manusia seutuhnya.

11

Page 15: MAKALAH ISBD.docx

Jalan pintas melalui kesenian, barangkali masih bisa menjadi

”mediasi” silahturahmi di mata dunia. Karena dalam pendekatan kesenian,

estika, etika, dan hukum moral merupakan ekspresi yang tidak pernah

bicara soal kalah menang. Melainkan, dalam korelasi budaya pintu melalui

kesenian masih bisa dijadikan komoditi yang bisa dijadikan akses

kepercayaan.

Apalagi dengan diberikannya kebebasan terhadap otonomi daerah,

melalui undang-undang No.22/1999 harus dipandang sebagai suatu masa

pencerahan dalam pembangunan manusia seutuhnya. Karena dengan

otoritas yang ada, daerah dapat membangun wilayahnya dan

pengembangan terhadap kesenian tidak lagi dijadikan ”proyek” yang

sentralistik di pusat, Jakarta. Kebebasan akan hal ini, harus dijadikan

peluang untuk membangun potensi yang ada. Karena itu makna

pembangunan, jangan hanya dilihat dari sukses dan tidaknya sarana jalan

tol, pasar swalayan, mal-mal atau bahkan tempat-tempat hiburan yang kini

sedang ”menggoda” mata budaya. Padahal ada hal yang lebih penting dari

pesan Eric From dalam bukunya Manusia Bagi Dirinya bahwa,

”Ketidakharmonisan eksistensi, manusia menimbulkan kebutuhan yang

jauh melebihi kebutuhan asli kebinatangannya. Kebutuhan-kebutuhan ini

menimbulkan dorongan yang memaksa untuk memperbaiki sebuah

kesatuan dan keseimbangan antara dirinya dan bagian alam.”

Jika demikian masalahnya, masihkah kita men-dewa-kan pembangunan

dalam arti yang harafiah sebagai lingkup keberadaan manusia. Sebab

masih ada yang lebih substansial, pembangunan manusia seutuhnya lewat

kesenian adalah cermin bagi kepribadian bangsa. Ironis, selama ini kita

hanya terlena dalam memikirkan nasib bangsa dari sisi pembangunan

perut semata. Akibatnya, dari waktu ke waktu, kita hanya bisa merenungi

peradaban baru yang membawa bangsa ini semakin bodoh.

12

Page 16: MAKALAH ISBD.docx

F. Pengaruh Kebudayaan Bagi Kehidupan Sehari-Hari

Pada pertemuan kali ini saya akan membahas tentang pengaruh

kebudayaan bagi kehidupan manusia .kita sadari bahwa dari sebagian banyak

orang tahu tentang arti dari sebuah kebudayaan, karena kebudayaan itu

merupakan salah satu acuan hidup kita untuk menjadi seseorang yang ingin

lebih dipandang, baik itu dari kebudayaan barat maupun dari kebudayaan

daerah. Maka dari itu tidak dapat dipungkiri , bahwa peradaban yang lebih

maju akan sangat berpengaruh terhadap peradaban yang berkembang

belakangan. Seperti budaya barat yang terus berproses dinamis dan teruji yang

akan berpengaruh terhadap peradaban lain, Peradaban timur misalnya.

Maka sebelum pembahasan ini terlalu jauh, saya akan berkomentar tentang

masuknya gaya hidup barat yang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama

masyarakat remaja pada umumnya.

Kita tahu bahwa pengaruh interaksi dengan budaya barat mewarnai

kehidupan bangsa indonesia. Karena budaya barat dianggap sebagai ciri khas

kemajuan dalam ekspresi kebudayaan indonesia. Padahal belum tentu sesuai

dengan kebutuhan situasi dan kondisi masyarakatnya sendiri. Misalanya saja

kebudayaan yang tidak baik terhadap kepribadian, contohnya budaya

pergaulan bebas gaya barat yang mempengaruhi kepribadian kita menjadi liar

dan susah diatur, selalu saja ingin hidup bebas tanpa aturan, serta gaya hidup

malam yang sangat disenangi oleh kaum pria maupun wanita. Jadi inilah efek

dari kebudayaan barat yang telah masuk dalam suatu bangsa Indonesia yang

mayoritas dicontoh oleh para kaum remaja.

Jadi pada intinya kita tidak bisa menutup berbagai sumber kebudayaan

dari luar, oleh karena itu sebaiknya kita filter yang ada dalam diri kita sendiri.

Baik buruknya suatu budaya tergantung dari diri kita untuk menyikapinya.

Karena kebebasan dan kesenangan hidup masyarakat barat tidak selamanya

positif. Banyak kalangan remaja yang sedang mencari jati diri tergusur oleh

tren-tren yang tak pernah berhenti diiklankan sebagai suatu gaya hidup yang

menyenangkan dan mendunia. Serta banyak norma-norma masyarakat pribumi

diindonesia yang terkikis dalam generasi mudanya.

13

Page 17: MAKALAH ISBD.docx

Disini saya akan menjelaskan sisi negatif dari pengaruh budaya barat

yang juga sebagai penyebab turunnya moral atau akhlak para remaja

diindonesia .

1. Kurangnya pendidikan agama atau akhlak, yang sebagai kunci kontrol diri

remaja dalam menghadapi sikap negatif dilingkungan sekitar.

2. Minimnya sumber pengetahuan yang diterima dari pendidikan yang layak.

3. Kurangnya rasa percaya diri dalam pergaulan sehingga mudah terpengaruh

oleh lingkungan yang buruk, dan juga ditambah minimnya ketrampilan

untuk mengembangkan potensi diri kearah yang lebih baik.

Maka dari semua pengaruh yang sudah saya jelaskan sebelumnya, jadi

cara untuk mengatasi berbagai dampak pengaruh budaya global dibutuhkan

dukungan dari pemerintah, tokoh masyarakat serta masyarakat indonesia

untuk mengendalikan kondisi moral agar tetap berada pada nilai-nilai agama

dan kebudayaan bangsa Indonesia ( budaya timur).

G. Contoh Manusia Sebagai Makhluk Yang Berbudaya

Di Indonesia sendiri banyak sekali contoh-contoh manusia sebagai

makhluk yang berbudaya yang mulai luntur seperti budaya gotong royong.

Dalam pengertian manusia diatas kita telah membahas bahwa manusia adalah

mahluk sosial yaitu dimana manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan

hidup berdampingan antara individu satu dengan individu yang lain. Gotong

royong di Indonesia sendiri merupakan suatu istilah yang berarti bekerja

bersama-sama untuk mencapai suatu hasil atau tujuan yang sudah

direncanakan. Sikap gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam

menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan

tersebut secara adil, atau suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa

pamrih dan secara suka rela oleh semua warga menurut batas kemampuannya

masing-masing.

Pekerjaan jika dilakukan dengan cara gotong royong akan lebih

mudah dan ringan. Pada dasarnya manusia itu tergantung pada manusia

lainnya, dan bahwa manusia tidak hidup sendiri melainkan hidup bersama

14

Page 18: MAKALAH ISBD.docx

dengan orang lain atau lingkungan sosial. Sifat gotong royong dan

kekeluargaan didaerah pedesaan lebih menonjol dalam pola kehidupan

mereka, seperti memperbaiki dan membersihkan jalan, masyarakat desa

adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat

istiadat lama. Adat istiadat adalah sesuatu aturan yang sudah mantap dan

mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau

perbuatan manusia dalam kehidupan sosial hidup bersama, bekerja sama dan

berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam.

Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara

langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota

adalah perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung

untuk diam/tidak banyak omong. Masyarakat desa benar-benar

memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai

“patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu

dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial. Ciri-ciri

yang telah diungkapkan di atas yang seharusnya menjadi identitas mereka, di

sebagian masyarakat pedesaan hal tersebut telah pudar bahkan sebagian lagi

telah hilang ditelan zaman.

Contoh konkrit, gotong royong. Masyarakat pedesaan tempo dulu

menjadikan gotong royong sebagai sebuah kearifan lokal. Bahkan menjadi

sebuah gunjingan di kalangan masyarakat jika ada seseorang yang tidak mau

ikut campur dalam kegiatan tersebut. Tapi sekarang, hal ini telah dilupakan

dan terkesan individualis, yang notabene hidup individualis adalah ciri

masyarakat perkotaan dan perumahan.

Sedangkan diperkotaan gotong royong dapat dijumpai dalam  kegiatan

kerja bakti di lingkungan rumah, disekolah dan bahkan dikantor-kantor,

misalnya pada saat memperingati hari-hari besar nasional dan keagamaan,

mereka bekerja tanpa imbalan jasa, karena demi kepentingan bersama. Dari

sini timbulah rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong, sehingga

dapat terbina rasa kesatuan dan persatuan nasional, di bandingkan dengan cara

individualisme yang mementingkan diri sendiri maka akan memeperlambat

15

Page 19: MAKALAH ISBD.docx

pembangunan di suatu daerah. Kesadaran untuk memiliki rasa gotong royong

haruslah diawali dari diri kita masing-masing, memiliki rasa gotong royong

yang tinggi akan membangun solidaritas dan kepedulian terhadap lingkungan

juga bisa menurunkan rasa individualisme maupun kelompok. Dari kesadaran

untuk memiliki rasa tanggung jawab bersama akan menciptakan kerukunan

antar masyarakat. Sehingga ideologi-ideologi ekstrimisme atau radikal

maupun sikap liar dari masyarakat yang akhir-akhir ini bermunculan akan bisa

ditanggulangi yang akan menciptakan karakter bangsa sesuai falsafat

pancasila.

Nilai-nilai budaya asing mulai deras masuk dan menjadi bagian dari

kehidupan masyarakat Indonesia. Kehidupan perekonomian masyarakat

berangsur-angsur berubah dari agraris ke industri, industri berkembang maju

dan pada zaman sekarang tatanan kehidupan lebih banyak didasarkan pada

pertimbangan ekonomi, sehingga bersifat materialistik.

Pembahasan nilai-nilai budaya asing yang mulai banyak masuk dan

menjadi bagian di masyarakat Indonesia mempunyai dampak positif yaitu

modernisasi yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus

berkembang di Indonesia dapat merubah perekonomian indonesia dan

mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur. Hal

tersebut dihaarapkan akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera

baik batin, jasmani dan rohani. Untuk dampak negatifnya budaya yang masuk

ke Indonesia seperti cara berpakaian, etika, pergaulan dan yang lainnya sering

menimbulkan berbagai masalah sosial diantaranya;  kesenjangan sosial

ekonomi, kerusakan lingkungan hidup, kriminalitas, dan kenakalan remaja.

16

Page 20: MAKALAH ISBD.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang

berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal

budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup

manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya

manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan

sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Manusia sebagai

pencipta dan pengguna kebudayaan yaitu manusia yang telah dilengkapi

Tuhan dengan akal  dan pikirannya menjadikan Khalifah di muka bumi dan

diberikan kemampuan. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal,

intelegensi, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku. 

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke

generasi. Dan seiring dinamika pergaulan manusia sebagai makhluk budaya

tentunya akan menimbulkan berbagai problema dalam kehidupan manusia.

B. Saran

Dengan selesainya makalah ini, maka kami dari kelompok 2 dapat

menyarankan bahwa sebagai makhluk yang berbudaya maka sepatutnyalah

kita sebagai manusia yang memiliki prospek kedepan harus mempertahankan

citra sebagai makhluk Tuhan paling sempurna. Kita harus menyadari bahwa

budaya tidak bisa kita jadikan kedok untuk berbuat sesuatu yang semena-mena

seperti kata seorang ahli sosiologi Surjono Jatiman bahwa “sebenarnya

manusia tidak ubahnya seperti binatang yang saling membunuh satu sama

lain, akan tetapi oleh karena manusia berbudaya maka kejahatan itu senantiasa

dibungkus dengan budaya”.

Untuk dalam hal berbudaya harus pula disertai dengan akidah yang

kokoh dari seorang budaya, agar supaya setiap apa yang dihasilkannya dapat

17

Page 21: MAKALAH ISBD.docx

menjadi yang terbaik dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya demi

kemajuan bangsa yang senantiasa kita cintai dan banggakan.

18

Page 22: MAKALAH ISBD.docx

DAFTAR PUSTAKA

Mustofa Ahmad, 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV. Pustaka Setia. Bandung

Setiadi Elly, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana. Jakarta

Yusdi Achmad, 2006. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.

Kencana. Jakarta    

http://nadillaikaputri.wordpress.com/2012/10/21/manusia-sebagai-makhluk-

budaya-3/

http://fandhy20.wordpress.com/2012/10/22/manusia-sebagai-makhluk-budaya/

http://13inggris2drina.blogspot.co.id/2015/03/makalah-manusia-sebagai-makhluk-

budaya.html