makalah isbd.doc
DESCRIPTION
Makalah Ilmu Sosial Budaya DasarTRANSCRIPT
![Page 1: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/1.jpg)
Makalah Ilmu Sosial Budaya DasarManusia Keragaman dan Kesetaraan
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : WIYATA LOLANDA SITEPU
MK : PENGANTAR PENDIDIKAN
PRODI : PKN
NPM :
STKIP BUDIDAYA BINJAI
TAHUN AJARAN 2013/2014
![Page 2: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat-
Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Manusia
Keragaman Dan Kesetaraan”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar Universitas Budidaya
Binjai. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini, dan kami harapkan kedepannya dapat lebih baik.
Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa kita berharap dan berdo’a, semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.
Amin….!
Binjai, …………………..
Penulis
![Page 3: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/3.jpg)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan masalah
1.3.Tujuan dan manfaat penulisan
1.4.Metode Penulisan
1.5.Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia
B. Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya
C. Kemajemukan dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Budaya Bangsa
D. Problematika Keragaman dan Kesetaraan Serta Solusi Dalam Kehidupan
Bab III Kesimpulan
Bab IV Penutup
![Page 4: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu
pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan
manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud
daripadanya. Memberikan landasan dan wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap
kritis, peka, dan arif untuk memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang
beradab serta bertanggungjawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.
Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang
disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir.
Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak
dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia. Kesetaraan dalam derajat
kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata-pranata sosial,
terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme kontrol yang secara ketat dan adil
mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan
nyata.
Kebudayaann Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan
Indonesia yang telah ada sebelum terbentuknya negara Indonesia pada tahun 1945.
Keberagaman menjamin kehormatan antarmanusia di atas perbedaan, dari seluruh prinsip
ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia, baik ilmu ekonomi, politik, hukum, dan
sosial. Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa ini adalah sebuah
rasionalitas yang telah teruji. Pancasila adalah rasionalitas kita sebagai sebuah bangsa
yang majemuk, yang multi agama, multi bahasa, multi budaya, dan multi ras yang
bernama Indonesia.
1.2 Rumusan masalah
Untuk membahas tentang persatuan Indonesia dengan mengangkat tema
kemajemukan budaya di Indonesia terdapat rumusan masalah sebagai berikut;
1 Makna apa yang terdapat dalam keragaman dan kesetaraan manusia?
2 Bagaimana Kemajemukan dalam dinamika social budaya?
3 Apa saja yang terjadi dalam kemajemukan dan kesetaraan social budaya bangsa?
4 Apakah muncul konflik dengan adanya keanekaragaman budaya Indonesia?
5 Solusi apa yang diberikan Pancasila terhadap konflik keanekaragaman budaya?
6 Bagaimana keadaan budaya Indonesia saat ini?
![Page 5: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/5.jpg)
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan
Penulis dan pembaca pada khususnya dapat menghayati dan mengamalkan sila
persatuan Indonesia ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saling hormat dan
menghormati dan menghargai keberagaman disekitarnya. Meyakini bahwa semboyan
bhineka tunggal ika merupakan suatu hal yang nyata. Dan itu pasti adanya, karena di
mana pun kita tinggal, dengan baahasa apa kita bicara, agama apa yang kita anut, dan
adat yang kita pakai.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penulis dan pembaca tentang manusia dalam pandangan islam dan untuk membuat kita
lebih memahami manusia dalam konsep dan penciptaannya dalam islam.
1.4 Metode Penulisan
Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah
ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media
lain seperti e-book dan perangkat media massa yang diambil dari internet
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi empat bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan,
kesimpulan dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang,
rumusan makalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan dengan
Ilmu Sosial Budaya Dasar. Ketiga bab kesimpulan. Dan keempat bab penutup.
![Page 6: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/6.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA
1. Makna Keragaman Manusia
Keragaman berasal dari kata ragam. Keragaman menunjukkan adanya banyak
macam, banyak jenis. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki
perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap
individu memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat
pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.
Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk
kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup juga beragam.
Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan,
misalnya dalam ras, suku, agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, jenis
tempat tinggal. Hal-hal demikian dikatakan sebagai unsur-unsur yang membentuk
keragaman dalam masyarakat. Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi dari
kedudukan manusia,baik sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
2. Makna Kesetaraan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau
tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki
tingkat atau kedudukan yang sama. Semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang
sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Di
hadapan Tuhan, semua manusia sama derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang
membedakan adalah tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
Kesetaraan atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan
kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan
derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia.
B. KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL BUDAYA
Keragaman yang terdapat dalam lingkungan sosial manusia melahirkan
masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam,beraneka,berjenis-jenis. Konsep
masyarakat majemuk (plural society) pertama kali dikenalkan oleh Furnivall tahun 1948
yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara
berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan
![Page 7: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/7.jpg)
tergabung dalam sebuah satuan politik. Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia
masa kolonial. Masyarakat Hindia Belanda waktu itu dalam pengelompokkan
komunitasnya didasarkan atas ras,etnik,ekonomi,dan agama.
Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk disuatu kota berdasarkan dua
hal,yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
Secara Horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Etnik dan rasa tau asal usul keturunan.
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau perilaku
4. Agama
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.
Secara Vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Penghasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan sosial politik.
Keragaman atau kemajemukan masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti
ras,etnik,agama,pekerjaan,penghasilan,pendidikan,dan sebagainya.
1. Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah ras
diperkenalkan Franqois Bernier,antropolog Prancis, untuk mengemukakan gagasan
tentang pembedaan manusia berdasarkan ketegori atau karakteristik warna kulit dan
bentuk wajah.
Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan
dalam berbagai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk wajah,rambut,tinggi badan, dan
karakteristik fisik lainnya. Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut atau berdasarkan
cirri fisik biologis.
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat
klasifikasi ras atas tiga kelompok,yaitu Kaukasoid,Negroid,dan Mongoloid. Sedangkan
Koentjaraningrat (1990) membagi ras dunia ini dalam 10 kelompok,yaitu Kaukasoid,
Mongoloid, Negroid, Australoid, Polynesia, Melanisia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan
Bushmen. Orang-orang yang tersebar di wilayah Indonesia termasuk dalam rumpun
berbagai ras. Orang-orang Indonesia bagian barat termasuk dalam ras Mongoloid
Melayu, sedangkan orang-orang yang tinggal di Papua termasuk ras Melanesia.
![Page 8: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/8.jpg)
2. Etnik atau Suku Bangsa
Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok social atau
kesatuan hidup manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena kontinuitas dan
rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem
kepemimpinan sendiri.
F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang
sebagian besar secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai
budaya sama dan sadar akan kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, membentuk
jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, dan menentukan sendiri ciri kelompok yang
diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.
Identitas kesukubangsaan antara lain dapat dilihat dari unsur-unsur suku bangsa
bawaan (etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas (kelahira) atau hubungan
darah,kesamaan bahasa,kesamaan adat istiadat,kesamaan kepercayaan (religi),kesamaan
mitologi,kesamaan totemisme.
Jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400 buah. Klasifikasi dari suku
bangsa di Indonesia biasanya didasarkan sistem lingkaran hukum adat. Van Vollenhoven
mengemukakan adanya 19 lingkaran hukum adat (Koentjaraningrat,1990). Jadi
berdasarkan klasifikasi etnik secara nasional, bangsa Indonesia adalah heterogen.
C. KEMAJEMUKAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN SOSIAL
BUDAYA BANGSA
1. Kemajemukan sebagai kekayaan Bangsa Indonesia
Kemajemukan bangsa terutama karena adanya kemajemukan etnik, disebut juga
suku bangsa. Ada juga keragaman dalam hal ras,agama,golongan,tingkat ekonomi, dan
gender. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultural artinya memiliki
banyak budaya.
Hampir setiap pulau-pulau besar di Indonesia memiliki etnik yang lebih dari satu.
Di Papua ditemukan kurang lebih 30 suku. Suku-suku di Papua tersebut antara lain suku
Biak, Hattam, Mapia, Dani, Asmat, Mamberamo, dan suku Sentani. Beberapa suku
merupakan suku mayoritas,seperti suku Jawa di pulau Jawa dan suku minoritas seperti
suku Badui di Jawa Barat dan suku Kubu di Jambi.
Etnik atau suku merupakan identitas social budaya seseorang. Artinya,
identifikasi seseorang dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya, kepercayaan, dan
pranata yang dijalani yang bersumber dari etnik darimana ia berasal. Tetapi, dalam
perkembangan berikutnya, identitas social budaya seseorang tidak semata-mata
ditentukan dari etniknya. Identitas seseorang mungkin ditentukan dari golongan ekonomi,
![Page 9: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/9.jpg)
status sosial, tingkat pendidikan, profesinya. Identitas etnik lama-kelamaan bisa hilang,
misalnya karena adanya perkawinan campur dan mobilitas yang tinggi.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural. Plural artinya jamak,
banyak ragam, atau majemuk. Kemajemukan masyarakat Indonesia adalah suatu
kenyataan atau fakta yang justru kita terima sebagai kekayaan sosial budaya bangsa.
Kesadaran akan kemajemukan bangsa tersebut sesungguhnya sudah tercermin
dengan baik melalui semboyan bangsa kita, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Bhineka artinya
aneka,berbeda-beda,banyak ragam. Tunggal Ika menunjukkan semangat akan perlunya
persatuan dari keanekaragaman tersebut. Bhineka adalah kenyataan (das sein) sedang Ika
adalah keinginan (das sollen). Kemajemukan adalah karakteristik sosial budaya
Indonesia. Selain kemajemukan, karakteristik Indonesia yang lain adalah :
1. Jumlah penduduk yang besar
2. Wilayah yang luas
3. Posisi silang
4. Kekayaan alam dan daerah tropis
5. Jumlah pulau yang banyak
6. Persebaran pulau
2. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesederajatan itu secara yuridis diakui dan
dijamin oleh Negara melalui UUD 1945. Warga Negara tanpa dilihat perbedaan ras,
suku, agama dan budayanya diperlakukan sama dan memiliki kedudukan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 27 ayat 1 UUD 1945.
Persamaan di bidang politik misalnya memperoleh kesempatan sama untuk warga Negara
memilih dan dipilih,berkesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik Negara.
Persamaan di depan hukum atau equality before of law mengharuskan setiap warga
Negara diperlakukan sama dan adil. Prinsip persamaan warga negara di depan hukum
atau equality before of law adalah jaminan atas harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Hukum bertujuan untuk menegakkan keadilan dan ketertiban.
Persamaan di bidang ekonomi adalah setiap warga negara mendapat kesempatan
yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan ekonomi.Warga negara yang kurang
mampu, negara wajib memberikan bantuan agar bisa hidup sejahtera. Demokrasi
ekonomi mengharapakan distribusi yang adil dalam hal pendapatan dan kekayaan.
Persamaan di bidang social budaya itu meliputi bidang agama, pendidikan,
kesehatan, kebudayaan, seni dan iptek. Persamaan warga negara di bidang sosial budaya
berarti warga negara memiliki kesempatan, hak dari pemerintah. Negara tidak membeda-
bedakan kelas sosial, status sosial, ras, suku, dan agama dalam memberikan pelayanan.
![Page 10: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/10.jpg)
Dengan demikian, secara yuridis maupun politis, segala warga negara memiliki
persamaan kedudukan, baik dalam bidang politik, hokum, pemerintahan, ekonomi, dan
sosial. Negara tidak boleh membeda-bedakan kedudukan warga negara tersebut terutama
dalam hal kesempatan. Kesempatan yang sama bagi semua warga negara tersebut dalam
berbagai bidang kehidupan berlaku tanpa membedakan unsur-unsur primodial dari warga
negara itu sendiri. Primodial artinya hal-hal yang berkaitan dengan asal atau awal
seseorang, misalnya suku, agama, ras, kelompok, sejarah.
D. PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN KESETARAAN SERTA
SOLUSINYA DALAM KEHIDUPAN
1. Problematika Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan
Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari bangsa.
Van De Berghe menjelaskan bahwa masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam
selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut :
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan
yang berbeda.
b. Memiliki struktur social yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang
bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan consensus diantara para anggota masyarakat tentang
nilai-nilai social yang bersifa dasar.
d. Secara relative, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan
yang lain.
e. Secara relative, integrasi social tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan
di dalam bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Keragaman budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi
modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang multikultural. Tetapi, kondisi
aneka budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik
dan kecemburuan sosial.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase disharmoni
dan fase disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan tentang tujuan, nilai,
norma, dan tindakan antarkelompok. Disintegrasi merupakan fase dimana sudah tidak
dapat lagi disatukan pandangan, nilai, norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan
pertentangan antar kelompok.
Salah satu hal penting dalam meningkatkan pemahaman antarbudaya dan
masyarakat ini adalah sedapat mungkin dihilangkan penyakit-penyakit budaya. Penyakit
budaya tersebut adalah etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan
scape goating.
![Page 11: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/11.jpg)
Etnosentrisme atau sikap etnosentris diartikan sebagai suatu kecenderungan yang
melihat nilai atu norma kebudayaan sendiri sebagai suatu yang mutlak sereta
menggunakannya sebagai tolok ukur kebudayaan lain. Etnosentrisme adalah
kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya orang lain dengan
standar budayanya sendiri.
Stereotip adalah pemberian tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang
bersifat subjektif. Pemberian sifat itu bisa positif maupun negatif. Allan G Johnson
menegaskan bahwa stereotip adalah keyakinan seseorang untuk menggeneralisasikan
sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain karena dipengaruhi oelh
pengetahuan dan pengalaman tertentu. Keyakinan ini menimbulkan penilaian yang
cenderung negatif atau bahkan merendahkan kelompok lain. Yang termasuk problematika
yang perlu diatasi adalah stereotip yang negatif atau memandang rendah kelompok lain.
Konsep stereotip ini dalam bentuk lain disebut stigma atau cacat. Stigmatisasi oleh
sekelompok orang kepada kelompok lain cenderung negatif.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu :
1 Semangat religious
2 Semangat nasionalisme
3 Semangat pluralisme
4 Semangat humanism
5 Dialaog antar umat beragama
6 Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia.
2. Problem Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan
Kesederajatan atau kesetaraan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya
persamaan derajat, hak, dan kewajiban sebagai sesame manusia. Indikator kesedarajatan
adalah sebagai berikut :
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang
layak.
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota
masyarakat.
Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan
perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban anatr
manusia atau antar warga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut diskriminasi.
![Page 12: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/12.jpg)
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa
diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, yang langsung ataupun tak langsung
didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan politik,
yang berakibat pada pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan,
pelaksanaan, atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individu
maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hokum, social, budaya, dan aspek
kehidupan lainnya.
Program pembangunan jangka menengah nasional (RPJMM) 2004-2009
memasukkan program penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk sebagai program
pembangunan bangsa. Berkaitan dengan ini, arah kebijakan yang diambil adalah sebagai
berikut :
a. Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskriminasi termasuk ketidakadilan
gender bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum
tanpa terkecuali.
b. Menerapkan hukum dengan adil melalui perbaikan system hokum yang professional,
bersih, dan berwibawa.
Faktor penyebab diskriminasi adalah;
1 Persaingan yang ketat dalam kehidupan, permasalahan ekonomi, tekanan dan
intimidasi.
2 Ketidak berdayaan golongan miskin.
Penghapusan diskriminasi dilakukan melalui pembuatan peraturan perundang-
undangan yang anti diskriminitif serta pengimplementasiannya di lapangan. Contohnya
adalah Undang-undang No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi atas Konvensi Internasional
tentang Penghapusan Segala Bentuk Dikriminasi Terhadap Perempuan. Contoh lain
adalah dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 yang merupakan
ratifikasi atau Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Rasial.
Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan hokum dan
penghapusan diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat Bukti
Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) melalui Keputusan Presiden No. 56
Tahun 1996 dan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1999.
Untuk mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah tangga, antara
lain telah ditetapkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan
Undang-Undang Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT).
E. Hubungan Desa-kota, Hubungan Pedesaan-Perkotaan
![Page 13: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/13.jpg)
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama
sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat
hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling
membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan
bahan pangan seperti beras sayur mayor, daging dan ikan.
Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu
dikota. Contohnya buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek
pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan. Mereka ini biasanya adalah
pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila
pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka
merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang,
karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan
makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa cara,
seperti:
1. Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan
merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan
perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
2. Inovasi kota, pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota
baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Penetrasi kota ke
desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang
sesungguhnya banyak terjadi;
3. Ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat
kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya
diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi,
oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada
umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Perbedaan antara desa dan kota :
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural
community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994),
perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian
masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, sekecilnya-kecilnya suatu desa,
pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang
masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang
mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat
berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara
![Page 14: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/14.jpg)
kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai
berikut:
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.
Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto,
1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa
itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan
antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan
akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat
disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
Jumlah dan kepadatan penduduk
Lingkungan hidup
Mata pencaharian
Corak kehidupan social
Stratifiksi social
Mobilitas social
Pola interaksi social
Solidaritas social
Kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional.
![Page 15: MAKALAH ISBD.doc](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071705/55cf9b05550346d033a46a20/html5/thumbnails/15.jpg)
BAB III
KESIMPULAN
a. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu
memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat
pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.
b. Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi
atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki
tingkat atau kedudukan yang sama. Semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang
sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Di
hadapan Tuhan, semua manusia sama derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang
membedakan adalah tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Kami sangat berharap untuk pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk kami demi sempurnanya makalah ini dan dapat diberi
kesempatan untuk membuat makalah berikutnya. Semoga makalah ini berguna untuk
kami khususnya juga para pembaca yang budiman umumnya.