repositori.unud.ac.id filedalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca...

21

Upload: phamnhan

Post on 17-Jun-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu
Page 2: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu
Page 3: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu
Page 4: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

Bentuk dan Tes Kemampuan Membaca dalam Bahasa Jepang

Abstrak

Renny Anggraeny

Kegiatan membaca adalah suatu aktivitas mental untuk memahami apa

yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Penyampaian informasi melalui

sarana tulis untuk berbagai keperluan dalam abad modern ini merupakan suatu hal

yang tidak dapat ditinggalkan. Dalam dunia pendidikan aktivitas serta tugas

membaca merupakan suatu hal yang sangat penting, sebagian besar pemerolehan

ilmu dilakukan para siswa dalam bahasa Jepang adalah melalui aktivitas membaca.

Keberhasilan studi seseorang sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan

membacanya. Diadakannya tes kemampuan membaca ini dimaksudkan untuk

mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa memahami wacana tertulis. Serta tes

yang dipergunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai

tujuan dalam kegiatan belajar mengajar, tes pengukur keberhasilan atau

kemampuan siswa ini terdiri dari 1. tes kemampuan awal, yaitu pretes, tes

prasyarat, dan tes penempatan, 2. Tes diagnostik, 3. Tes formatif dan 4. Tes

sumatif.

Sasaran penilaian dalam pembelajaran bagi pengajar diharapkan akan

dapat menjadi masukan bagi pengajar untuk memperbaiki dan menentukan

pencapaian tujuan pengajaran, sedangkan bagi siswa diharapkan untuk melihat

kembali cara belajarnya yang telah dilakukan sampai saat itu, mendalami

keberanian yang dimilikinya serta dapat menjadikan petunjuk agar dapat

mengubah cara belajarnya. Dengan diketahuinya hasil dari kegiatan belajar

mengajar yang telah dilaksanakan, bagi lembaga pendidikan pun akan menjadi

bahan untuk penentuan isi materi pembelajaran dan menjadi bahan pertimbangan

untuk memperbaiki fasilitas belajar pada waktu yang akan datang khususnya

dalam pengajaran membaca dalam bahasa Jepang.

Dalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan

membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’

yaitu Nihongo Chuukyuu kara manabu, yang terdiri dari tes esai dan tes objektif.

Diuraikan pula kelebihan, kelemahan dan bagaimana usaha untuk mengurangi

kelemahan dari kedua tes tersebut. Serta menguraikan pula bagaimana tingkatan

tes kemampuan membaca yang terdiri dari tingkat ingatan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis serta tingkat evaluasi.

Kata kunci: kemampuan membaca dalam bahasa Jepang, tes esai, tes objektif dan

tingkatan evaluasi

Page 5: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

Reading Capability form and test in Japanese

Abstract

By; Renny Anggraeny

Reading activity is one of mental activity to be able to compehend what is

trying to deliver by the deliverer through writings. As the age of the world has

come to the modern, delivering information through writings media could not be

resisted. In the world of education, the activity and assignment to read is consider

as one from most important aspects. As most part of studying Japanese language

is done by reading. One ' s success is determined by the will and the ability to read.

This reading test is held to measure the ability level of the students in reading and

comprehend writing materials. This test is also intended to measure the level of

students’ success in accomplishing the purpose in learning-teaching activity. This

is consist of 1. early ability test that are pretest, prerequisite test, and placement

test, 2. Diagnostic test, 3. Formative test and 4. Summative test.

Scoring target in learning process for students is expected to be some

suggestion for the lecturer to improve and as a reference to set the goal of leaning-

teaching activity. Whereas for the students, they are expected to review their

learning strategy into what they have to improve the way of their learning activity.

By knowing the result of the learning-teaching activity, it can be used as the

reference for the education department to arrange the teaching material and to be

used as consideration in how to improve the quality of education in the future

especially in the Japanese Language reading-learning activity.

In this paper, I wrote about the form of the reading-ability test in Japanese

that followed with the example of the questions from the “Dokkai” teaching

material which is Nihongo Chuukyuu kara manabu, it consists of written test and

objective test. Here described the excess, weakness and the effort made to

decrease the number of weakness from those two tests. Also, it tells about the

level of reading comprehensive test which consists of: memory, comprehensive,

implementation, analisys, syntesis and evaluation test.

Keywords: reading ability on Japanese Language, Written Test, Objective Test

and Evaluation Test.

Page 6: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

I. Pendahuluan

Dalam bidang pendidikan pada umumnya dan bidang pengajaran pada

khususnya, tes adalah sebagai alat, prosedur atau rangkaian kegiatan yang

digunakan untuk memperoleh contoh tingkah laku seseorang yang memberikan

gambaran tentang kemampuannya dalam suatu bidang ajaran tertentu. Melalui tes

diharapkan diperoleh informasi tentang seberapa banyak dan seberapa mendalam

kemampuan yang dimiliki seorang siswa dalam bidang pengajaran itu. Dalam

pengajaran bahasa, tes semacam itu dikenal sebagai tes bahasa yang sasaran

pokoknya adalah tingkat kemampuan.

Kemampuan berbahasa mengacu kepada kemampuan yang berhubungan

dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi nyata sehari-hari. Dengan

kemampuan berbahasa, seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan isi hatinya

kepada orang lain, yang merupakan tujuan pokok penggunaan bahasa sebagai

suatu bentuk berkomunikasi (Djiwandono, 1996: 1).

Evaluasi dalam program pembelajaran adalah salah satu kegiatan yang

dilakukan oleh pengajar atau pelaksana program pengajaran dalam rangka

pelaksanaan proses belajar mengajar, dengan tujuan untuk mengetahui

keberhasilan suatu program pembelajaran baik yang sedang dilaksanakan maupun

yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, evaluasi pelaksanaannya bukan hanya

pada akhir program pembelajaran saja namun dilaksanakan juga pada saat

program pembelajaran berlangsung, dan dilaksanakan secara sistemik. Dalam

makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk-bentuk tes yang dapat diterapkan

dalam pengajaran, kelemahan dan kelebihan dari tes itu sendiri serta

menggambarkan bagaimana tingkatan tes kemampuan membaca yang terdiri dari

tingkat ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis serta tingkat evaluasi.

Page 7: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

II. Pembahasan

Adapun bentuk-bentuk tes yang biasa dilakukan kepada siswa adalah:

2.1 Bentuk tes

Secara garis besar dapat dibedakan adanya dua macam bentuk tes, yaitu

tes subjektif dan tes objektif. Bentuk tes yang pertama sering juga disebut sebagai

tes bentuk esai (inggris: essay).

1. Tes Esai

Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam

bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Dalam tes bentuk esai

siswa dituntut berpikir tentang dan mempergunakan apa yang diketahui yang

berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes bentuk esai memberi

kebebasan kepada siswa untuk menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri

dalam lingkup yang secara relative dibatasi. Itulah sebabnya tes esai disebut juga

sebagai tes subjektif, walaupun penamaan itu juga dikaitkan dengan kegiatan

penilaiannya yang juga bersifat subjektif.

Tes subjektif memungkinkan siswa untuk menunjukkan kemampuannya

dalam menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan, dan

mengevaluasi informasi baru yang dihadapkan kepadanya. Tes ini menuntut siswa

untuk dapat menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konsep,

mengorganisasikannya ke dalam koherensi yang logis, dan kemudian

menuangkan hasil pemikiran itu ke dalam bentuk ekspresi tulis.

Jawaban siswa terhadap tes esai menunjukkan kualitas cara berpikir siswa,

aktivitas kognitif dalam tingkat tinggi yang tidak semata-mata mengingat dan

memahami saja. Dalam rangka menilai cara berpikir, apa yang disimpulkan siswa

bukanlah hal penting, yang lebih dipentingkan adalah bukti cara berpikir siswa,

alasan-alasan yang meyakinkan untuk sampai pada simpulan itu. Jadi, yang

penting bukan simpulan itu sendiri, melainkan bagaimana cara untuk sampai pada

simpulan.

Page 8: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

Sebagai alat pengukur belajar siswa, tes bentuk esai mempunyai beberapa

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan yang dimaksud antara lain

dikemukakan sebagai berikut.

2.2 Kelebihan tes bentuk esai

1. Tes esai tepat untuk menilai proses berpikir yang melibatkan aktivitas

kognitif tingkat tinggi, tidak semata-mata hanya mengingat dan

memahami fakta atau konsep saja. Melalui tes esai, siswa dituntut untuk

menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan, menilai, dan

memecahkan permasalahan sesuai dengan kemampuan cara berpikirnya

(suatu hal yang sulit dilakukan melalui tes bentuk objektif).

2. Tes esai memaksa (memberi kesempatan) siswa untuk mengemukakan

jawabannya ke dalam bahasa yang runtut sesuai dengan gayanya sendiri.

Keruntutan bahasa ini penting karena hal itu akan mencerminkan jalan

pikiran siswa. Pikiran yang jelas, runtut dan menguasai masalah akan

dapat dimanifestasikan ke dalam bahasa yang jelas dan runtut pula.

3. Tes esai memaksa siswa untuk mempergunakan pikirannya sendiri, dan

kurang memberikan kesempatan untuk bersikap untung-untungan (suatu

hal yang mungkin sekali dilakukan dalam tes objektif).

4. Tes bentuk esai mudah disusun, tidak banyak menghabiskan waktu. Oleh

karena itu, guru yang “sudah tidak lagi mempunyai banyak waktu” dapat

memilih tes bentuk esai.

2.3 Kelemahan tes bentuk esai

1. Kadar validitas dan reliabilitas tes esai rendah, dan inilah yang menurut

Ebel (1079: 98) dalam Nurgiyantoro (2001: 72) merupakan kelemahan

pokok. Rendahnya kadar validitas dan reliabilitas itu disebabkan

(a) terbatasnya sampel bahan yang diteskan yang mewakili seluruh bahan,

(b) jawaban yang diberikan siswa satu dengan yang lain bervariasi, dan (c)

penilaian yang dilakukan sangat bersifat subjektif.

2. Akibat terbatasnya bahan yang diteskan, dapat terjadi hasil yang bersifat

kebetulan. Seorang siswa yang sebenarnya tergolong mampu, mungkin

mengalami kegagalan karena bahan yang diteskan kebetulan yang kurang

Page 9: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

dikuasai. Sebaliknya, seorang siswa yang tergolong kurang mampu,

mungkin justru memperoleh hasil yang baik karena bahan yang diteskan

kebetulan ia banyak mempelajarinya.

3. Penilaian yang dilakukan terhadap jawaban siswa tidak mudah ditentukan

standarnya. Tiap butir tes esai tentunya tidak sama persis bobotnya

sehingga skor terhadapnya harus juga tidak sama. Di samping itu, adanya

variasi jawaban siswa menyulitkan kita untuk memberikan skor yang tepat

dan memerlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

4. Waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa pekerjaan siswa relatif lama,

apalagi jika jumlah siswa cukup besar, sehingga dirasa tidak efisien.

Padahal, mengoreksi pekerjaan siswa yang berupa uraian tidak dapat

diwakilkan kepada orang lain.

2.4 Penggunaan tes esai

1. Jumlah siswa yang akan dites relatif kecil, dan alat tes itu sendiri tidak

akan dipergunakan lagi.

2. Kita bermaksud memberanikan siswa untuk mengemukakan kemampuan

berpikirnya dalam tingkatan kognitif yang tinggi dalam bentuk ekspresi

tulis.

3. Kita lebih bermaksud untuk menilai proses berpikir siswa daripada hasil

pemikirannya itu sendiri. Jadi, yang diutamakan adalah penalaran,

kejelasan, dan keruntutan cara berpikirnya.

4. Kita yakin pada kemampuan sendiri untuk bertindak sebagai pembaca

yang kritis, bukan sebagai penulis yang membayangkan jawaban seperti

dalam menyusun tes objektif.

5. Kita mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa pekerjaan siswa.

2.5 Usaha mengurangi kelemahan tes esai

1. Bahan yang dipilih untuk diteskan hendaknya berupa bahan utama yang

dapat mewakili bahan lain yang tidak diteskan. Hal ini mengingat bahwa

tes bentuk esai tidak mungkin berjumlah banyak sehingga dapat mewakili

bahan secara menyeluruh.

Page 10: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

2. Pertanyaan hendaknya yang menuntut jawaban tertentu, artinya suatu

jawaban dapat dinilai lebih tepat daripada jawaban yang lain. Pertanyaan

yang kurang mengarahkan siswa pada suatu jawaban tertentu yang tepat

sehingga dapat dijawab secara bervariasi, akan mempersulit kita untuk

memeriksa dan menentukan skor secara pasti.

3. Sebelum dilakukan penilaian, hendaklah disusun terlebih dahulu kriteria

tertentu yang dijadikan pedoman. Hal ini terutama dimaksudkan agar

pemberian skor pada setiap jawaban lebih bersifat konsisten, dan

mengurangi sifat subjektivitas penilai.

2.6 Tes objektif

Tes objektif disebut juga sebagai tes jawaban singkat (short answer test).

Sesuai dengan namanya, tes jawab singkat menuntut siswa hanya dengan

memberikan jawaban singkat, bahkan hanya dengan memilih kode-kode tertentu

yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebagai alat

pengukur hasil belajar siswa, tes objektif mempunyai beberapa kelebihan dan

kelemahan. Kelebihan dan kelemahan yang dimaksud antara lain:

2.7 Kelebihan dan kelemahan Tes Objektif

a. Kelebihan tes objektif

1. Tes objektif memungkinkan kita untuk mengambil bahan yang akan

diteskan secara lebih menyeluruh daripada tes esai. Pembuatan tes objektif

bisa relatif banyak karena dapat dikerjakan secara cepat, dan itu berarti

dapat mencakup bahan yang lebih banyak pula.

2. Tes objektif hanya memungkinkan adanya satu jawaban yang benar. Hal

itu akan menimbulkan adanya sifat objektivitas bagi siswa yang menjawab

pertanyaan dan guru atau korektor yang memeriksa pekerjaan siswa.

Keadaan ini memungkinkan terjadinya sifat reliabilitas penilaian yang

tinggi.

3. Tes objektif sangat mudah dikoreksi karena tinggal mencocokkan jawaban

siswa dengan kunci jawaban yang telah dipersiapkan. Jika guru tidak

sempat memeriksa sendiri, pekerjaan itu dapat diwakilkan kepada orang

Page 11: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

lain. Dewasa ini, orang bahkan minta jasa komputer untuk melakukan

kegiatan koreksi tersebut, seperti yang terjadi pada tes calon mahasiswa

baru di perguruan tinggi negeri.

4. Hasil pekerjaan tes objektif dapat dikoreksi secara cepat dengan hasil yang

dapat dipercaya.

2.8 Kelemahan tes objektif

1. Penyusunan tes objektif membutuhkan waktu yang relatif lebih lama, di

samping membutuhkan ketelitian, kecermatan, dan kemampuan khusus dari pihak

guru.

2. Ada kecenderungan guru yang hanya menekankan perhatiannya pada pokok-

pokok bahasan tertentu saja.

3. Pihak siswa yang mengerjakan tes mungkin sekali melakukan hal-hal yang

bersifat untung-untungan. Seorang siswa mungkin tidak mengerti sama sekali

jawaban yang benar terhadap suatu butir soal, walaupun dia hanya asal menjawab

pertanyaan itu, kerjasama antarsiswa sangat mudah terjadi. Jika hal ini terjadi,

skor yang dicapai siswa belum tentu mencerminkan kemampuan yang sebenarnya.

4. Tes objektif biasanya panjang sehingga membutuhkan biaya yang besar untuk

pengadaannya. Pengadaan tes objektif juga memerlukan waktu yang agak lama,

misalnya dalam pengetikan, pemerbanyakan dan pengurutan nomor halaman.

2.9 Usaha mengurangi kelemahan tes objektif

1. Penyusunan butir-butir soal tes objektif hendaknya mendasarkan diri pada

tabel spesifikasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan cara itu,

akan dapat diatasi kecenderungan guru yang terpusat pada pokok bahasan

tertentu dan hanya mengungkapkan tingkatan aspek kognitif yang tertentu

pula.

2. Kesulitan penyusunan tes objektif antara lain dapat diatasi dengan berlatih

secara berkesinambungan, mempelajari tes-tes objektif susunan orang lain

yang baik, dan lain-lain, bahkan harus menguasai bahan yang akan disusun

alat tesnya itu sendiri.

Page 12: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

3. Kemungkinan adanya siswa yang bersikap untung-untungan atau bekerja

sama dapat diatasi dengan mengenakan rumus tebakan dalam penyekoran

hasil pekerjaan siswa. Akan tetapi, penggunaan rumusan tebakan itu

kadang-kadang berakibat sangat tidak menguntungkan siswa.

4. Besarnya dana yang dibutuhkan dalam pengadaan tes objektif kiranya

antara lain dapat diatasi dengan mempergunakan alat tes itu lebih dari

hanya satu kali. Tentu saja hal ini hanya dapat dilakukan jika alat tes itu

dapat dipertanggungjawabkan dari segi kesahihan dan ketepercayaan.

5. Mengingat bahwa baik tes bentuk esai maupun objektif masing-masing

mempunyai kelebihan dan kelemahan, kiranya akan lebih bijaksana jika

kita menerapkan keduanya, mungkin sekaligus mungkin berbeda waktu.

Untuk yang tidak bersamaan, misalnya tes esai dilaksanakan dalam tes-tes

dengan pertimbangan bahwa waktu lebih longgar dan cakupan bahan

belum terlalu luas, sedangkan tes objektif dilakukan pada tes sumatif.

2.10. Macam tes objektif

Jenis tes objektif yang banyak dipergunakan guru adalah tes jawaban benar-

salah (true-false), pilihan ganda (multiple choise), isian (completion), dan

penjodohan (matching). Keempat macam tes objektif tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Tes benar-salah

Tes benar-salah adalah bentuk tes terdiri dari sebuah pernyataan yang

mempunyai dua kemungkinan, benar atau salah. Siswa sebagai pihak yang dites

harus memahami betul pernyataan-pernyataan yang dihadapkan kepadanya. Jika

siswa menganggap sebuah pernyataan benar, dia diminta untuk menjawab B

(benar) atau ya. Sebaliknya, jika menganggap bahwa pernyataan itu salah, dia

diminta menjawab S (salah) atau tidak.

2. Tes pilihan ganda

Tes pilihan ganda merupakan suatu bentuk tes yang paling banyak

dipergunakan dalam dunia pendidikan. Pada hakikatnya, tes pilihan ganda tidak

Page 13: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

berbeda dengan benar-salah. Tes pilihan ganda juga memberikan pernyataan

benar dan salah pada setiap alternatif jawaban, hanya yang salah lebih dari sebuah.

Jadi, siswa juga terlibat dalam aktivitas menilai pernyataan-pernyataan (alternatif

jawaban) benar dan salah. Akan tetapi, karena pernyataan yang salah lebih banyak,

kemungkinan untuk berspekulasi untuk mendapatkan jawaban benar lebih kecil

daripada tes benar-salah.

3. Tes isian

Tes isian, melengkapi atau mnyempurnakan merupakan suatu bentuk tes

objektif yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang sengaja dihilangkan

sebagian unsurnya, atau yang sengaja dibuat secara tidak lengkap. Unsur yang

dihilangkan atau belum ada itu merupakan hal penting yang ditanyakan kepada

siswa. Untuk mengerjakan bentuk soal ini, siswa harus mengisikan kata atau

pernyataan tertentu yang tepat. Pernyataan itu hanya berisi satu atau beberapa kata

saja.

4. Tes penjodohan

Dalam tes bentuk penjodohan, siswa dituntut untuk menjodohkan, mencocokkan,

menyesuaikan, atau menghubungkan antara dua pernyataan yang disediakan.

Pernyataan biasanya diletakkan dalam dua lajur, lajur kiri dan lajur kanan, lajur

kiri berupa pernyataan pokok (stem) atau pertanyaan, sedangkan lajur kanan

merupakan “jawaban” atas pernyataan di lajur kiri (Nurgiyantoro, 2001: 70-91).

2.11. Tingkatan tes kemampuan membaca

Nurgiyantoro, (2001: 253-267) menyatakan bahwa penekanan tes kemampuan

membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam

wacana. Kegiatan memahami informasi itu sendiri sebagai suatu aktivitas kognitif

dapat dilakukan atau dibuat secara berjenjang, mulai dari tingkat ingatan (C1)

sampai dengan tingkat evaluasi (C6). Berikut adalah tingkatan-tingkatan tes

kognitif yang dimaksud dalam tes kemampuan membaca.

Page 14: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

1. Tes kemampuan membaca tingkat ingatan

Tes kemampuan membaca pada tingkat ingatan sekedar menghendaki siswa

untuk menyebutkan kembali fakta, definisi, atau konsep yang terdapat di dalam

wacana yang diujikan. Oleh karena fakta, definisi, atau konsep yang terdapat di

dalam wacana itu dapat ditemukan dan dibaca berkali-kali, pada hakikatnya tes

tingkat ingatan tersebut hanya sekedar mengenali, menemukan, dan memindahkan

fakta yang ada pada wacana ke lembar jawaban yang dituntut.

2. Tes kemampuan membaca tingkat pemahaman

Seperti halnya tes tingkat pemahaman pada kemampuan menyimak, tes

kemampuan membaca pada tingkat pemahaman juga menuntut siswa untuk dapat

memahami wacana yang dibacanya. Pemahaman yang dilakukan pun

dimaksudkan untuk memahami isi bacaan, mencari hubungan antarhal, sebab

akibat, perbedaan dan persamaan antarhal, dan sebagainya.

3. Tes kemampuan membaca tingkat penerapan

Tes tingkat penerapan (C3) menghendaki siswa untuk mampu menerapkan

pemahamannya (C2) pada situasi atau hal yang lain yang ada kaitannya. Demikian

pula halnya dengan tes kemampuan membaca. Siswa dituntut untuk mampu

menerapkan atau memberikan contoh baru, misalnya tentang suatu konsep,

pengertian, atau pandangan yang ditunjuk dalam wacana. Kemampuan siswa

memberikan contoh, demonstrasi, atau hal-hal lain yang sejenis merupakan bukti

bahwa siswa telah memahami isi wacana yang bersangkutan.

4. Tes kemampuan membaca tingkat analisis

Tes kemampuan membaca pada tingkat analisis menuntut siswa untuk mampu

menganalisis informasi tertentu dalam wacana, mengenali, mengidentifikasi atau

membedakan pesan dan atau informasi, dan sebagainya yang sejenis. Aktivitas

kognitif yang dituntut dalam tugas ini lebih dari sekedar memahami isi wacana.

Pemahaman yang dituntut adalah pemahaman secara lebih kritis dan terinci

sampai bagian-bagian khusus.

Page 15: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

5. Tes kemampuan membaca tingkat sintesis

Tes kemampuan membaca pada tingkat sintesis menuntut siswa untuk mampu

menghubungkan dan atau menggeneralisasikan antara hal-hal, konsep, masalah,

atau pendapat yang terdapat di dalam wacana. Aktivitas kognitif tingkat sintesis

ini berupa kegiatan untuk menghasilkan komunikasi yang baru, meramalkan, dan

menyelesaikan masalah. Aktifitas kognitif tingkat sintesis merupakan aktivitas

tingkat tinggi dan kompleks. Tes yang diberikan pun menuntut kerja kognitif yang

tidak sederhana, maka tidak setiap siswa mampu berpikir atau mengerjakan,

tugas-tugas yang dimaksud dengan baik.

6. Tes kemampuan membaca tingkat evaluasi

Tes kemampuan membaca pada tingkat evaluasi menuntut siswa untuk

mampu memberikan penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibacanya,

baik yang menyangkut isi atau permasalahan yang dikemukakan maupun cara

penuturan wacana itu sendiri. Penilaian terhadap isi wacana misalnya berupa

penilaian terhadap gagasan, konsep, cara pemecahan masalah, dan bahkan

menemukan dan menilai bagaimana pemecahan masalah yang sebaiknya.

Penilaian yang berkaitan dengan cara penuturan misalnya berupa penilaian

terhadap efektivitas cara penyajian masalah, hal-hal yang berkaitan dengan bahasa

misalnya masalah gaya penuturan, kejelasan, ketepatan pemilihan bentuk-bentuk

kebahasaan, dan sebagainya. Ketepatan pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan

tersebut, baik dalam bacaan bentuk prosa, dialog maupun puisi akan menyangkut

masalah stilistika dan atau estetika. Tes tingkat evaluasi di samping memerlukan

pengetahuan yang lebih mendalam tentang masalah yang bersangkutan, juga

diperlukan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

Berikut adalah contoh soal membaca dalam bahasa Jepang, dari bahan ajar

‘Dokkai’ yaitu Nihongo Chuukyuu kara manabu, yang terdiri dari tes esai dan tes

objektif.

Page 16: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

I. ①から⑤までの言葉を( )の中に正しく入れなさい。(5x1)

① 年齢 ②黙り込む ③詳しく ④せっかく ⑤同時に

1. 理想を言えば、外側を作ると( )中身を良くする努力を続け

ることが 大切なのであろう。

2. そんな店の人が娘の名前や( )、生年月日、通っている大学

の名前まで( )しっている。

3. ( )の日曜日なのに、働かなければなりません。

4. そして今、街角で思いがけない質問をされて、私は( )しか

なかった。

II. 文を読んで、下の質問に答えなさい。(5x2)

1. ………. 。「今、幸せですか、あなたの生きがいは何ですか。」と

聞かれて、私は「うーん」と言ったまま、しばらく黙り込んでしま

った。………..

どうして、この人は黙り込んでしまいましたか。

2. ..................................。父は決まって「一人でも女の子がいたらな

あ」と言ったものだ。...............................

どうして、お父さんは女の子が欲しがっているんですか。

3. 外見といえば、アメリカの大統領選挙では、背の高い人の方がずっ

と勝ってきたという、うそのような本当の話がある。………………

背の低い人と比べるとどうして背の高い人のほうがいいですか。

Page 17: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

4. 「生きがい」というのはどういう意味ですか。

5. 今はだれでもインターネットを使ってホームページにアクセスすれ

ば、簡単に情報のやりとりができる。

それが悪用されないようにどんなことを考えなければならないか。

III. 下の漢字の読み方を書いて、意味をインドネシア語で書きなさい。

(10x1)

読み方 インドネシア語

の意味

1. 宗教

2. 他人

3. 天職

4. 給料

5. 近所

IV. 次の文型を使って文を書きなさい。(5x2)

Page 18: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

1. ~につれて

2. ~やら~やら

3. ~ように思う

4. ~と同時に

5. ~ばそれだけで~

V. 下の質問に答えなさい。 (5x1)

たった一度の人生を、あなたはどう生きたいと思っていますか。

説明してください。

頑張って!

3. Simpulan

Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematik, yang artinya penilaian

yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang harus dilakukan melalui dan

berdasarkan peraturan-peraturan tertentu, dan selalu dihubungkan dengan tujuan-

Page 19: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu

tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Evaluasi dalam program pembelajaran

adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pengajar atau pelaksana program

pengajaran dalam rangka pelaksanaan proses belajar atau mengajar atau

kyouikugakushuu (教育学習 ), dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan

suatu program pembelajaran, baik yang sedang dilaksanakan maupun yang telah

dilaksanakan.

Tes bentuk esai maupun objektif masing-masing mempunyai kelebihan dan

kelemahan, kiranya akan lebih bijaksana jika kita menerapkan keduanya, mungkin

sekaligus atau pun mungkin berbeda waktu. Untuk yang tidak bersamaan,

misalnya tes esai dilaksanakan dalam tes-tes dengan pertimbangan bahwa waktu

lebih longgar dan cakupan bahan belum terlalu luas, sedangkan tes objektif

dilakukan pada tes sumatif.

DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, Soenardi M. (1996). Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB.

Danasasmita, Wawan. (2009). Metodologi Pembelajaran Bahasa Jepang.

Bandung : Rizqi Press.

Kobayashi, Mina. (1998). Yokuwakaru Kyoujuhou. Tokyo : Kabushiki Kaisha.

Ngalimun. Alfulaila, Noor. (2014). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

Indonesia. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE.

Reiko, Arai. Dkk. (2003). Nihongo Chuukyuu kara manabu. Kenkyusha.

Sudijono, Anas. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Page 20: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu
Page 21: repositori.unud.ac.id fileDalam makalah ini diuraikan tentang bagaimana bentuk tes kemampuan membaca dalam bahasa Jepang yang disertai contoh soal dari bahan ajar ‘Dokkai’ yaitu