makalah ibu siti seminar 3

25
BAB I PENDAHULUAN Diskusi sesi pertama berlangsung pada hari Selasa, 11 Juni 2013 pukul 10.00-12.00. Diskusi berjalan lancar tanpa kendala apapun dan dihadiri oleh semua anggota kelompok 1. Ketua pemimpin diskusi pada sesi 1 ini adalah Intan Widyana, dengan sekretaris Gilang Pradipta. Tutor yang mengawasi jalannya diskusi adalah dr.Novi. Sedangkan diskusi sesi kedua berlangsung pada hari Rabu, 12 Juni 2013 pukul 13.00-15.00. Diskusi pun juga berjalan lancar dengan dihadiri oleh semua anggota kelompok anggota 1. Anggota kelompok yang mengetuai diskusi sesi 2 ini adalah Felix Hartanto, dengan sekretaris Widya Ilmiaty Kamrul. Tutor yang mengawasi jalannya diskusi pun masih sama dengan tutor sesi 1, yaitu dr. Monic. Topik diskusi yang menjadi kasus dalam 2 sesi diskusi ini adalah mengenai seorang ibu, Ibu Siti, yang mengeluhkan bahwa pagi sebelum dia datang ke dokter dia merasakan lidah pelo dan mulut mencong. Laporan kasus terbagi menjadi 4 skenario, yang terbagi ke dalam 2x sesi diskusi. Kasus tersebut sempat membingungkan anggota kelompok pada awalnya dalam menentukan diagnosis dan hipotesis, tetapi berkat kerjasama yang cukup baik antar anggota kelompok, kasus tersebut dapat didiskusikan dan dibahas dengan cukup baik.

Upload: ade-laksono

Post on 26-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

3

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ibu Siti Seminar 3

BAB I

PENDAHULUAN

Diskusi sesi pertama berlangsung pada hari Selasa, 11 Juni 2013 pukul 10.00-12.00. Diskusi

berjalan lancar tanpa kendala apapun dan dihadiri oleh semua anggota kelompok 1. Ketua

pemimpin diskusi pada sesi 1 ini adalah Intan Widyana, dengan sekretaris Gilang Pradipta. Tutor

yang mengawasi jalannya diskusi adalah dr.Novi.

Sedangkan diskusi sesi kedua berlangsung pada hari Rabu, 12 Juni 2013 pukul 13.00-15.00.

Diskusi pun juga berjalan lancar dengan dihadiri oleh semua anggota kelompok anggota 1.

Anggota kelompok yang mengetuai diskusi sesi 2 ini adalah Felix Hartanto, dengan sekretaris

Widya Ilmiaty Kamrul. Tutor yang mengawasi jalannya diskusi pun masih sama dengan tutor

sesi 1, yaitu dr. Monic.

Topik diskusi yang menjadi kasus dalam 2 sesi diskusi ini adalah mengenai seorang ibu, Ibu Siti,

yang mengeluhkan bahwa pagi sebelum dia datang ke dokter dia merasakan lidah pelo dan mulut

mencong. Laporan kasus terbagi menjadi 4 skenario, yang terbagi ke dalam 2x sesi diskusi.

Kasus tersebut sempat membingungkan anggota kelompok pada awalnya dalam menentukan

diagnosis dan hipotesis, tetapi berkat kerjasama yang cukup baik antar anggota kelompok, kasus

tersebut dapat didiskusikan dan dibahas dengan cukup baik.

Kedua diskusi berjalan dengan lancar tanpa suatu kendala berarti. Semua anggota kelompok pun

ikut berpartisipasi dengan cukup baik dan dapat menyalurkan pendapatnya masing-masing

dengan tertib. Berdasarkan hasil diskusi kasus sesi 1 dan sesi 2 tersebut, maka disusunlah

makalah ini.

Page 2: Makalah Ibu Siti Seminar 3

BAB II

LAPORAN KASUS

Lembar 1

Anda adalah dokter keluarga dari ibu Siti. Sore itu, Ibu Siti dan suaminya yang bernama Pak

Amin datang dan menceritakan bahwa tadi pagi merasa lidahnya kelu. Menurut Pak Amin, tadi

pagi Ibu Siti bicaranya pelo dan kelihatan mulutnya mencong. Tapi saat ini sudah normal

kembali.

Lembar 2

Ibu Siti, 48 tahun, adalah seorang pegaai negri. Kapala sekolah sebuah SMAN, saat ini sedang

mempersiapkan muridnya untuk UAN, sehingga menolak disuruh cuti istirahat sakit. Pak Amin

bila di rumah merokok 1-2 bungkus per hari. Awalnya istrinya menolak bila Pak Amin merokok

di dekatnya, tapi lama-lama menjadi terbiasa. Sejak 4 tahun belakangan Ibu Siti menderita darah

tinggi, tapi hanya control ke dokter bila merasa sakit kepala saja. Ibu Siti malas bila disuruh

medical check-up dengan alasan biayanya mahal.

Ayah Ibu Siti sudah meninggal 5 tahun yang lalu setelah koma 3 hari karena pecah pembuluh

darah di otak, disebabkan darah tinggi. Ibu dari Ibu Siti seorang penderita kencing manis, sudah

mengalami stroke, saat ini hanya bisa duduk di kursi roda, lumpuh sisi kiri dan kaki kanannya

sudah diamputasi.

Ibu Siti berbadan gemuk semenjak minum pil KB 8 tahun yang lalu, saat ini dia menderita

kencing manis dan sering merasa kesemutan kaki dan tangannya. Saat ini Ibu Siti sudah tidak

haid lagi. Tekanan darahnya pernah mencapai 160/90 mmHg, katanya sudah membaik, tidak

minum obat darah tinggi lagi.

Bapak ibu Amin mempunyai 3 orang anak laki-laki berusia 16 tahun, 14 tahun, dan 8 tahun.

Anaknya yang besar sudah mulai merokok secara sembunyi-sembunyi.

Lembar 3

Page 3: Makalah Ibu Siti Seminar 3

Pada pemeriksaan terhadap Ibu Siti didapatkan keadaan umum baik, obesitas, tekanan darah

160/100 mmHg, status generalis lain dalam batas normal, status neurologis juga normal, tidak

didapatkan defisit fokal neurologik.

Lembar 4

Pemeriksaan lab :

DPL : normal

GDS : 232

Kolesterol : 252

Asam urat : 6,5

Ro thorax : cardiomegali

EKG : LVH

Page 4: Makalah Ibu Siti Seminar 3

BAB III

PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah

Keluhan bicara pelo dan muka mencong pada siang hari dan membaik ketika dibawa pada sore

hari dapat merupakan transient iskemik attack (TIA) dengan gejala defisit neurologik yang

membaik dalam hitungan menit sampai jam. Terdapat pula riwayat hipertensi, diabetes mellitus,

penggunaan pil KB selama 8 tahun, dan perokok pasif yang menunjang kemungkinan terjadinya

sumbatan pembuluh darah sehingga perfusi ke otak berkurang yang mengakibatkan TIA.

B. Anamnesis

Identitas paien : - Umur (curiga menopause)

Riwayat Kebiasaan pasien :

- Apakah pasien merupakan seorang perokok?

- Apakah pasien mempunyai kebiasaan meminum alkohol?

- Apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan, seperti kokain?

Bagaiman dengan konsumsi makanan pasien tiap harinya(pola makan)? (apakah

sering mengkonsumsi makanan berlemak, berkolesterol, dan mengandung banyak

gula)

Apakah sebelumnya pasien menglami gejala yang sama?

Apakah gejala tersebut dialami untuk pertama kalinya atau sudah berulang?

Apakah serangan terjadi pada saat tidur atau aktifitas? (untuk menentukanTIA atau

stroke)

Berapa lama serangan berlangsung?

Apakah disertai dengan penurunan kesadaran?

Apakah pasien merasa kebal pada satu atau kedua sisi tubuh?

Apakah pasien mempunyai jadwal berolahraga secara teratur?

Riwayat penyakit dahulu :

Page 5: Makalah Ibu Siti Seminar 3

- apakah pasien pernah menderita penyakit jantung?

- Apakah pasien mempunyai riwayat hipertensi?

- Apakah pasien mempunyai riwayat DM?

- Apakah pasien mempunyai riwayat gangguan darah, seperti sickel sel?(gampang

menyumbat pembuluh darah)

Riwayat keluarga :

- Apakah keluarga pasien memiliki riwayat penyakit atau gejala yang sama

seperti pasien?

Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami trauma kepala?

Apakah pasien ada keluhan lain, seperti mual, penglihatan double(diplopia)? (gejala TIA)

C. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Pemeriksaan fisik:

Tekanan darah: 160/90 mmHg

Hipertensi grade 2.1

Obesitas

Merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, diabetes mellitus hingga osteoarthritis.

Pemeriksaan Laboratorium:

Darah perifer lengkap :normal

Gula darah sewaktu: 232 mg/dl (mengalami peningkatan nilai normlanya: <200)

Hiperglikemi dengan riwayat diagnosis diabetes mellitus

Kolestrol: 252 mg/dl (meningkat normalnya <200)

Hiperkolestrolemia dapat menyebabkan ateroma pembuluh darah yang dapat berakibat

penyakit jantung koroner dan stroke

Asam urat : 6,5 mg/dl (normal 3,4 - 7)2

Roentgen thorax: kardiomegali

EKG : LVH

Page 6: Makalah Ibu Siti Seminar 3

Akibat dari faktor-faktor risiko yang dipunya pasien seperti obesitas, perokok pasif, DM

menyebabkan kerusakan pembuluh darah sehingga terjadi hipertensi dengan kompensasi

dari jantung adalah bekerja lebih keras dan mengakibatkan terjadi nya pembesaran otot

jantung kiri

D. Diagnosis dan Komplikasi

Diagnosis pada pasien ini adalah TIA et causa sindroma metabolik.

Komplikasi bagi pasien, dapat terjadi:

i. Diabetes mellitus

Akut

1. ketoasidosis diabetik

2. Status Hiperglikemi Hiperosmolar

3. Hipoglikemi

Kronik

1. Kerusakan pembuluh darah

a. Besar (pembuluh darah jantung menyebabkan penyakit jantung koroner,

pembuluh darah tepi seperti pada kaki dapat menyebabkan iskemik kaki,

pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke )

b. Kecil (retinopati diabetika yang dapat menyebabkan kebutaan,nefropati

diabetika)

c. Kerusakan Saraf Perifer (rasa kebas, rasa terbakar dan bergetar)3

ii. Hipertensi

1. Gagal Jantung

2. Gagal Ginjal

iii. Stroke iskemik

Terjadi defisit neurologik irreversibel bila sudah terjadi stroke iskemik.

E. Tatalaksana

Page 7: Makalah Ibu Siti Seminar 3

Pada kasus ini pasien menderita TIA yang disebabkan oleh hipertensi dan berdasarkan hasil

anamnesis dan pemeriksaan fisik juga pasien menderita sindroma metabolic. Maka tatalaksana

pada pasien ini adalah :

Nonmedikamentosa

Olahraga. Olahraga berperan penting dalam tatalaksana pasien ini karena dapat membuat

berat badan pasien normal kembali sehingga penyakit lain seperti Diabetes Melitus dapat

teratasi. Olahraga yang tepat yaitu sekitar 30 menit dengan latihan intensitas sedang,

seperti jalan cepat, setiap hari.

Makan sehat. The Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diet dan diet

Mediterania, seperti banyak rencana makanan sehat, membatasi lemak tidak sehat dan

memakan buah-buahan, sayuran, ikan dan gandum. Kedua pendekatan diet telah

ditemukan untuk menawarkan manfaat kesehatan yang penting - di samping penurunan

berat badan - untuk orang yang memiliki komponen sindrom metabolik. Tanyakan

kepada dokter Anda untuk bimbingan sebelum memulai rencana makan baru.4

Kurangi stress, karena tekanan darah yang tinggi dan ditambah dengan stress maka

ditakutkan akan terjadi lagi TIA tiba-tiba atau menjadi stroke. Selain itu alasan stress

pada pasien harus dihilangkan karena stress dapat membuat insulin tidak dapat bekerja

dengan baik.5

Kurangi makanan yang tinggi garam dan glukosa

Hentikan pemakaian KB karena kemungkinan faktor dari hipertensi pada pasien ini

adalah pemakain pil KB dan dilihat juga pada pasien sudah terjaid menopause sehingga

tidak perlu lagi diberikan pil KB

Medikamentosa

ACE inhibitor. Obat ini menurunkan tekanan darah dengan menjaga pembuluh darah

rileks. ACE inhibitor mencegah hormon yang disebut angiotensin dari pembentukan

dalam tubuh dan penyempitan pembuluh darah Anda. Obat-obat ini juga membantu

melindungi ginjal dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke.

Page 8: Makalah Ibu Siti Seminar 3

ARB. Obat ini menjaga pembuluh darah terbuka dan santai untuk membantu menurunkan

tekanan darah. Seperti ACE inhibitor, ARB melindungi ginjal.6

Metformin. Sebagai tatalaksana untuk DM, pada pasien ini dapat diberikan Metformin.

Metformin dapat menurunkan jumlah gula darah dalam tubuh yang dihasilkan oleh hati

dan akan membuat tubuh lebuh responsive terhadap insulin. Metformin juga tidak akan

menambah berat badan sehingga aman digunakan untuk orang-orang obesitas7

Obat anti-platelet. Yang paling sering digunakan obat anti-platelet adalah aspirin. Aspirin

juga pengobatan paling murah dengan paling sedikit efek samping potensial. Sebuah

alternatif untuk aspirin adalah clopidogrel obat anti-platelet. Clopidogrel membuat efek

anti agregasi dan menghambat pembentukan thrombus.8

Antikoagulan. Obat ini termasuk heparin dan warfarin. Obat ini bekerja mempengaruhi

protein pembekuan-sistem bukan fungsi trombosit. Heparin digunakan jangka pendek dan

warfarin selama jangka panjang.9

Selain diberikan tatalaksana pada pasien, sebagai dokter keluarga kita juga harus

memberikan tatalaksana kepada keluarga pasien, yaitu :

Pada laporan kasus diketahui bahwa suami pasien adalah perokok berat. Walaupun pasien

tidak merokok tetapi pasien menjadi perokok pasif dan merupakan faktor resiko juga dari

penyakit yang dialami pasien

Riwayat keluarga pasien yaitu hipertensi merupakan penyakit yang harus digarisbawahi

karena bisa diturunkan kepada anak pasien

Anak pasien yang sudah mulai merokok harus diberikan edukasi tentang hubungan antara

riwayat penyakit keluarganya dengan kebiasaan merokok.

F. Prognosis

ad vitam : dubia ad malam, karena pasien sudah menderita sindrom metabolik (hipertensi

grade 2, diabetes melitus tidak terkontrol dan hiperlipidemi) yg merupakan faktor resiko

stroke. Pasien juga menderita kardiomegali dengan hipertensi yang meningkatkan resiko

terjadi nya gagal jantung. Serta ada faktor pasien malas untuk check-up.

Page 9: Makalah Ibu Siti Seminar 3

ad fungsionam: dubia ad bonam, pasien belum terkena stroke dan tidak terpadat defisit

fokal neurologis.

ad sanationam: dubia ad malam, pasien yang sudah terkena TIA kemungkinan untuk

terkena TIA berulang atau stroke lebih besar.

Page 10: Makalah Ibu Siti Seminar 3

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Stroke

Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat

terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya

pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya

mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan

oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini

akan memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).

B. Klasifikasi stroke

Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke hemorrhagic.

Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda, pada stroke hemorhagic terdapat

timbunan darah di subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan stroke iskemik terjadi karena

kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi kurang mencukupi.

Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011), antara lain sebagai berikut :

1. Stroke Iskemik

Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang disebabkan

karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah plak atau timbunan

lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan bisa terjadi pada

pembuluh darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau

pembuluh darah kecil.

Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam pembuluh darah

(arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh karena darah

Page 11: Makalah Ibu Siti Seminar 3

berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi gumpalan darah (trombosis),

sehingga aliran darah makin lambat dan lama-lama menjadi sumbatan pembuluh darah.

Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang membawah nutrisi dan oksigen

yang diperlukan oleh darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau

infark, stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak. Penurunan

aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian jaringan otak. Penggolongan

stroke iskemik atau infark menurut Junaidi (2011) dikelompokkan sebagai berikut :

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang dari 24

jam atau serangan sementara dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu sampai dua

jam biasanya TIA dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga belum bisa teratasi

sekitar 50 % pasien sudah terkena infark (Grofir, 2009; Brust, 2007, Junaidi, 2011).

b. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)

Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam, biasanya RIND akan

membaik dalam waktu 24–48 jam.

c. Stroke In Evolution (SIE)

Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang dimana terlihat

semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul berlangsung

bertahap dari ringan sampai menjadi berat.

d. Complete Stroke Non Hemorrhagic

Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak berkembang lagi

bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami infark.

Page 12: Makalah Ibu Siti Seminar 3

2. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya pembuluh

darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel

otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak akan

menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak.

Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral

hemorage) atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid

hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian.

Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan terjadi pada

dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh

ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena

faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena

mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih

parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi. Beberapa jenis stroke

hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu:

1. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang

memerlukan perawatan segera. Stroke ini biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak

dengan robekan arteri tengah atau arteri meningens lainnya. Pasien harus diatasi beberapa

jam setelah mengalami cedera untuk dapat mempertahankan hidup.

2. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut) yaitu hematoma subdural yang robek

adalah bagian vena sehingga pembentukan hematomanya lebih lama dan

menyebabkan tekanan pada otak.

3. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid) dapat terjadi

sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab paling sering adalah

kebocoran aneurisma.

Page 13: Makalah Ibu Siti Seminar 3

4. Hemoragi interaserebral, yaitu hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak

yang paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral

karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur

pembuluh darah.10

C. Pencegahan Stroke

Stroke merupakan penyakit neurologi yang paling sering mengakibatkan cacat dan

kematian, upaya penanggulangan stroke harus dilakukan secara menyeluruh, serentak,

berkelanjutan, dan melibatkan bukan hanya para ahli dibidang penyakit syaraf, tetapi juga

para ahli dari disiplin ilmu yang berkaitan dengan penanganan stroke. Berbagai penilitian

epidemologi telah banyak membantu untuk mengidentifikasi dan menentukan faktor-faktor

resiko.

Pencegahan stroke stroke merupakan tindakan yang paling efektif untuk menghindari

kematian, disabilitas, dan penderitaan. Di samping itu suatu strategi pencegahan yang

berhasil akan mengurangi atau bahkan mungkin

meniadakan perawatan rumah sakit, rehabilitas dan biaya ekonomi akibat hilangnya

produktivitas penderita.

Orang yang pernah terkena stroke memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalaminya kembali,

terutama dalam satu tahun pertama setelah stroke. Tindakan untuk mencegah agar stroke tidak

berulang, sama dengan menghindari serangan jantung, yakni mempertahankan kesehatan sistem

kardiovaskuler dan mempertahankan aliran darah ke otak. Tindakan pertama yang harus

dilakukan adalah mengontrol penyakit–penyakit yang berhubungan dengan terjadinya

aterosklerosis. Secara umum, pengontrolan dapat dilakukan dengan menerapkan pola diet yang

tepat dan olahraga yang teratur untuk mempertahankan kesehatan otak dan sistem saraf. Faktor-

Page 14: Makalah Ibu Siti Seminar 3

faktor pencegahan stroke saling berkaitan satu sama lain dan saling mendukung mencegah stroke

berulang (Sustrani, 2006).

1) Kendalikan tekanan darah

Hipertensi merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam hal resiko stroke.

Mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg dapat mengurangu resiko stroke

hingga 75-85 persen. Pada pasien stroke disarankan untuk memeriksakan tekanan darah

maksimal satu bulan sekali.

2) Kendalikan diabetes

Diabetes mellitus meningkatkan resiko stroke hingga 300 persen. Orang dengan tingkat gula

darah yang tinggi, seringkali mengalami stroke yang lebih parah dan meninggalkan cacat

yang menetap. Pengendalian diabetes adalah faktor penting untuk mengurangi faktor stroke.

3) Miliki jantung sehat

Penyakit jantung, secara signifikan meningkatkan resiko stroke. Bahkan, stroke kadangkala

disebut sebagai serangan otak karena adanya persamaan biologis antara serangan jantung dan

stroke. Kurangilah faktor resiko penyakit stroke seperti tekanan darah tinggi, merokok,

kolesterol tinggi, kurang olahraga, kadar gula darah tinggi, dan berat badan berlebih.

4) Kendalikan kadar kolesterol

Kadar kolesterol tinggi berperan dalam mengembangkan aterosklerosis karotid, yaitu bahan

lemak tertimbun di dalam pembuluh karotid, yaitu pembuluh darah yang memasok darah ke

otak. Penyempitan pembuluh-pembuluh inilah yang dapat meningkatkan resiko stroke.

Menurut analisa dari 16 penelitian di Brigham and Women’s Hospital di Boston, bila kadar

kolesterol diturunkan hingga 25 persen maka dapat mengurangi resiko stroke sampai 29

persen.

Page 15: Makalah Ibu Siti Seminar 3

5) Berhenti merokok

Perokok memiliki resiko 60 persen lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak merokok.

Merokok dapat meningkatkan resiko tekanan darah tinggi dan cenderung untuk membentuk

gumpalan darah, dua faktor yang berkaitan erat dengan stroke. Berbagai resiko stroke yang

terkait dengan merokok dapat ditiadakan dalam dua hingga tiga tahun setelah berhenti

merokok.

American Heart Associaton (AHA) mengeluarkan beberapa rekomendasi

preventif primer maupun sekunder diantaranya:

1. Preventif Stroke pada Hipertensi

Hipertensi harus dikendalikan untuk mencegah terjadinya stroke (preventif primer) dan

pengendalian pada pasien hipertensi yang pernah mengalami TIA atau stroke dapat

mengurangi atau mencegah resiko terjadinya stroke berulang (preventif sekunder)

Pengendalian hipertensi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pengendalian gaya

hidup (lifestyle) dan pemberian obat anti hipertensi. Pengendalian gaya hidup untuk masalah

hipertensi menurut Bethesda stroke center (2007) adalah:

a. Mempertahankan berat badan normal untuk dewasa dengan perhitungan indeks masa

tubuh 20-25kg/m2.

b. Mengurangi asupan garam, kurang dari 6 gram dapur atau kurang dari 2,4 gr Na+/hari.

c. Olahraga 30 menit/hari, jalan cepat lebih baik dari pada angkat besi

d. Makan buah dan sayur.

Page 16: Makalah Ibu Siti Seminar 3

e. Mengurangi konsumsi lemak baik yang jenuh maupun tidak jenuh.

2. Preventif Stroke pada Diabetes Mellitus

Penderita DM rentan terhadap komplikasi vaskuler termasuk stroke. DM merupakan suatu

faktor resiko untuk stroke iskemik dan pasien DM beresiko tinggi untuk terkena stroke pada

pembuluh darah besar atau kecil Kontrol DM yang ketat terbukti mencegah komplikasi

vaskuler yang lain dan dapat menurunkan resiko stroke, juga selain itu perbaikan Kontrol

DM akan mengurangi progresi pembentukan atherosclerosis. Pengendalian glukosa

direkomendasikan sampai kadar yang hampir normoglikemik pada pasien diabetes

mikrovaskular. ACE-1 Dan ARB lebih efektif dalam menurunkan progresivitas penyakit

hipertensi dan ginjal dan direkomendasikan sebagai pilihan pertama untuk pasien diabetes

mellitus (Siswanto, 2005).

3. Preventif Stroke pada Gaya Hidup Sehat

Jika kita menjalankan pola hidup yang sehat, maka berbagai penyakit akan jauh dari kita.

Gaya hidup atau pola hidup utama yang tidak sehat sangat erat kaitannya dengan faktor

resiko stroke penyakit pembuluh darah. Upaya merubah gaya hidup yang tidak benar

menjadi gaya hidup yang sehat sangat diperlukan untuk upaya mendukung prevensi

sekunder. Usia merupakan salah satu faktor resiko stroke, namun kini stroke mulai

mengancam usia-usia produktif dikarenakan perubahan pola hidup yang tidak sehat

seperti banyak mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat akan kolesterol, merokok,

minuman keras, kurangnya berolahraga dan stress. Karena gaya hidup sehat meliputi

pengaturan gizi yang seimbang, olah raga secara teratur, berhenti merokok, dan

mengurangi alcohol (Siswanto, 2005)

BAB V

Page 17: Makalah Ibu Siti Seminar 3

KESIMPULAN

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, kelompok kami mendiagnosis telah

terjadi TIA pada pasien. Faktor risiko seperti perokok pasif, hipertensi dan DM tak terkontrol,

dan obesitas menyebabkan serangan pada pasien. Perlu diberikan terapi medikamentosa serta

konseling edukasi informatif kepada pasien dan keluarga untuk merubah gaya hidup agar

mencegah terjadinya stroke iskemik dan komplikasi dari penyakit-penyakit pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Makalah Ibu Siti Seminar 3

1. Natadidjaja H. Tanda Vital. Saputra L, editor. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit

Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara. 2012

2. Kosasih EN, Kosasih AS. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. 2nd ed. Tangerang:

Karisma Publishing Group; 2008

3. Komplikasi Diabetes Melitus. Available at: http://diabetesmelitus.org/komplikasi-diabetes-

melitus/. Accessed on 12th June 2013

4. Mayoclinic. Metabolic Syndrome. Available at: http://www.mayoclinic.com/health/metabolic

%20syndrome/DS00522/DSECTION=treatments-and-drugs. [Updated: April 5, 2013] Accessed

on: July 11 2013.

5. Mayoclinic. Type 2 Diabetes. Available from http://www.mayoclinic.com/health/type-2-

diabetes/DS00585/DSECTION=treatments-and-drugs. [Updated: January 25, 2013] Accessed

on: July 11 2013.

6. American Diabetes Association.High Blood Pressure. Available from

http://www.diabetes.org/living-with-diabetes/complications/high-blood-pressure-

hypertension.html. [Updated: April 5, 2013] Accessed on: July 11 2013.

7. NHS. Treating Type 2 Diabetes. Available from http://www.nhs.uk/Conditions/Diabetes-

type2/Pages/Treatment.aspx. Accessed on: July 11 2013.

8. Kabo P. Bagaimana menggunakan obat-obat secara rasional. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI; 2010 .

9. Mayoclinic. Transient Ischemic Attack. Available from

http://www.mayoclinic.com/health/transient-ischemic-attack/DS00220/DSECTION=treatments-

and-drugs. [Updated: March, 2011] Accessed on: July 11 2013.

10. Stroke. Available at: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-rusnayusuf-

7036-3-babii.pdf. Accessed on 12th June 2013