makalah i o

21
TUGAS INTERAKSI OBAT INTERAKSI OBAT DI LUAR TUBUH Oleh : David Putrasila S ( 12330105 ) FAKULTAS MIPA JURUSAN FARMASI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL ISTN

Upload: david-silalahi

Post on 06-Dec-2015

279 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah I O

TUGAS INTERAKSI OBAT

INTERAKSI OBAT DI LUAR TUBUH

Oleh :David Putrasila S ( 12330105 )

FAKULTAS MIPA JURUSAN FARMASIINSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

ISTN

Page 2: makalah I O

DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN                        I.1 Latar Belakang.................................................................................................... 3                     I.2 Perumusan Masalah........................................................................................... 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Pengertian……………………………………………………………………….................................

.........4                        II.2 Macam-macam interaksi obat.......................................................................... 6                     II.3 Sasaran Interaksi Obat...................................................................................... 7                          II.4 Interaksi Obat di Luar Tubuh.......................................................................... 8

BAB IIIPENUTUP                      III.1 Kesimpulan.................................................................................................... 21

III.2 Saran................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 22

Page 3: makalah I O

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan

terdapat interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari

lingkungan atau dengan obat lain. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau

merugikan. Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi) memudahkan

terjadinya interaksi obat.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas

atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi. Mekanisme interaksi obat diantaranya

yaitu inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antar obat yang tidak

tercampurkan (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya

menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin

terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, terjadi kelembapan bahan obat

dan lain – lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi

obat.

Bagi seorang dokter, interaksi farmasetik yang penting adalah interaksi interaksi

antar obat suntik, dan interaksi antar obat suntik dengan cairan infus. Banyak obat suntik

tidak kompatibel dengan berbagai obat suntik lain, yaitu dengan bahan obatnya atau dengan

bahan pembawanya, oleh karena itu dianjurkan tidak mencampurkan obat suntik dalam satu

semprit dengan cairan infus, kecuali jika bila jelas diketahui tidak ada interaksi. Contoh :

amfoterisin B mengendap dalam larutan garam fisiologis atau larutan Ringer.

I. 2 Perumusan masalah

Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya

interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga

interaksi yang sengaja dibuat, pada makalah ini dibahas interaksi fisiko-kimia yang terjadi

pada saat obat diformulasikan/disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Pengertian

Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-

efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang

tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara satu obat dengan

Page 4: makalah I O

obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan

herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus

            Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya

interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga

interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian probenesid dan penisilin sebelum penisilin

dibuat dalam jumlah besar.

            Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam

farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi

(ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sfat

farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan

agonis untuk reseptor yang sama.

Obat dapat berinteraksi karena pengobatan dengan beberapa obat sekaligus

(polifarmasi), makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan, atau dengan obat lain. Pada

interaksi obat melibatkan dua jenis obat yaitu: obat presipitan dan obat objek.

Obat Presipitan

Obat Presipitan adalah obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi efek obat lain.

Ciri - ciri dari obat presipitan adalah sebagai berikut:

Obat - obat dengan ikatan protein yang kuat sehingga akan menggusur obat dengan ikatan

protein yang lemah. Dengan demikian obat-obat yang tergusur kadarnya akan bebas dalam

darah dan meningkat sehingga menimbulkan efek toksik.

Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (Inducer) enzim-

enzim yang memetabolisir obat dalam hati.

Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal sehinga eliminasi obat-obat

lain dapat dimodifikasi.

Obat Objek

Obat objek adalah obat yang hasil atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat

lain. Cirinya adalah :

Mempunyai kurva dose response yang curam

Obat-obat dengan rasio toksis yang rendah

Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena

dokumentasinya masih sangat kurang, sering kali lolos dari pengamatan karena kurangnya

pengetahuan para dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat,

sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas sering kali dianggap sebagai reaksi

idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi berupa penurunan efektifitas

sering kali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit. Selain itu terlalu banyak obat

Page 5: makalah I O

yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat dan kejadian atau keparahan interaksi

dipengaruhi oleh variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut

usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu),

penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan faktor-faktor lain

(dosis besar, obat ditelan bersama-sama pemberian kronik)

Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat

a.       Faktor penderita

Umur (yang paling peka adalah bayi, balita dan orang lanjut usia)

Sifat keturunan

Penyakit yang sedang diderita

Fungsi hati dan ginjal

b.   Faktor obat

Jumlah obat yang digunakan

Jangka waktu pengobatan

Jarak waktu penggunaan dua obat

Urutan pemberian ohat

Bentuk sediaan obat

II. 2 Macam-Macam Interaksi Obat

1.Interaksi farmasetis

            Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan /disiapkan

sebelum obat di gunakan oleh penderita.Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV

yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.

Contoh lain : dua obat yang dicampur pada larutan yang sama dapat terjadi reaksi kimia

atau terjadi pengendapan salah satu senyawa, atau terjadi pengkristalan salah satu

senyawa dll.

Bentuk interaksi:

a.Interaksi secara fisik

Misalnya :

-Terjadi perubahan kelarutan

-Terjadinya turun titik beku

b.Interaksi secara kimia

Misalnya :

Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam

proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.

Page 6: makalah I O

2. Interaksi Farmakokinetika

Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada :

-Absorbsi

            Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam GI tract

dipengaruhi banyak factor antara lain, berubahnya: kecepatan aliran darah GI, motilitas GI,

pH GI, kelarutan obat, Metabolisme GI, Flora GI, atau Mucosa GI, terbentuknya komplek

yang tidak larut.

-Distribusi

            Transport aktif dari beberapa obat anti hipertensi (bethanidine, Guenethidine,

debricoquine) ke pangkal syaraf simpatik yang merupakan tempat terjadinya efek terapeutik,

di inhibisi oleh antidepresan trisiklik (dan mungkin juga oleh beberapa phenothiazine)

sehingga terjadi penurunan kontrol terhadap tekanan darah.

-metildopa.Mekanisme tersebut juga menjadi dasar dari interaksi antara antidepresan

trisiklik dengan clonidine.

-Metabolisme

            Banyak interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme obat. Satu

sistem yang terkenal dalam interaksi metabolisme adalah sistem enzim yang mengandung

cytochrome P450 oxidase. Sebagai contoh, ada interaksi obat bermakna antara

sipfofloksasin dan metadon. Siprofloksasin dapat menghambat cytochrome P450 3A4

sampai sebesar 65%. Karena ini merupakan enzim primer yang berperan untuk

memetabolisme metadon, sipro bisa meninggikan kadar metadon secara bermakna. Sistem

ini dapat dipengaruhi oleh induksi maupun inhibisi enzim, sebagaimana dibahas dalam

contoh berikut

            Induksi enzim - obat A menginduksi tubuh untuk menghasilkan lebih banyak obat

yang memetabolisme obat B. Hasilnya adalah kadar efektif dari obat B akan berkurang,

sementara efektivitas obat A tidak berubah.

            Inhibisi enzim - obat A menghambat produksi enzim yang memetabolisme obat B,

sehingga peninggian obat B terjadi dan mungkin menimbulkan overdosis. 

Ketersediaan hayati – obat A mempengaruhi penyerapan obat B.

-Ekskresi

            Yang disebabkan karena obat/senyawa lain. Hal ini umumnya diukur dari perubahan

pada satu atau lebih parameter farmakokinetika, seperti konsentrasi serum maksimum, luas

area dibawah kurva, waktu, waktu paruh, jumlah total obat yang diekskresi melalui urine,

dsb.

3. Interaksi Farmakodinamika

            Adalah obat yang menyebabkan perubahan pada respon pasien disebabkan karena

berubahnya farmakokinetika dari obat tersebut karena obat lain yang terlihat sebagai

perubahan aksi obat tanpa menglami perubahan konsentrasi plasma. 

Misalnya naiknya toksisitas dari digoksin yang disebabkan karena pemberian secara

bersamaan dengan diuretic boros kalium misalnya furosemid.

Page 7: makalah I O

II. 3 Sasaran Interaksi Obat

Ada 4 sasaran interaksi :

1.Interaksi Obat-obat

            Tipe interaksi obat dengan obat merupakan interaksi yang paling penting

dibandingkan dengan ketiga interaksi lainnya (Walker dan Edward, 1999).

Semua pengobatan termasuk pengobatan tanpa resep atau obat bebas harus diteliti

terhadap terjadinya interaksi obat, terutama bila berarti secara klinik karena dapat

membahayakan pasien

2.Interaksi Obat – makanan

            Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat mengubah parameter farmakokinetik dari

obat terutama pada proses absorpsi dan eliminasi, ataupun efikasi dari obat. 

Contoh: MAO inhibitor dengan makanan yang mengandung tiramin (keju, daging, anggur

merah) akan menyebabkan krisis hipertensif karena tiramin memacu pelepasan norepinefrin

sehingga terjadi tekanan darah yang tidak normal (Grahame-Smith dan Arronson, 1992),

makanan berlemak meningkatkan daya serap griseofulvin, (Shim dan Mason, 1993).

3.Interaksi Obat – penyakit

            Acuan medis seringkali mengacu pada interaksi obat dan penyakit sebagai

kontraindikasi relatif terhadap pengobatan. Kontraindikasi mutlak merupakan resiko,

pengobatan penyakit tertentu kurang secara jelas mempertimbangkan manfaat terhadap

pasiennya (Shimp dan Mason, 1993). Pada tipe interaksi ini, ada obat-obat yang

dikontraindikasikan pada penyakit tertentu yang diderita oleh pasien. Misalnya pada

kelainan fungsi hati dan ginjal, pada wanita hamil ataupun ibu yang sedang menyusui

Contohnya pada wanita hamil terutama pada trimester pertama jangan diberikan obat

golongan benzodiazepin dan barbiturat karena akan menyebabkan teratogenik yang berupa

phocomelia Juga pada pemberian NSAID pada Px riwayat tukak lambung.

4.Interaksi Obat – Hasil lab

            Interaksi obat dengan tes laboratorium dapat mengubah akurasi diagnostik tes

sehingga dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu. Hal ini dapat terjadi karena

interferensi kimiawi. Misalnya pada pemakaian laksativ golongan antraquinon dapat

menyebabkan tes urin pada uribilinogen tidak akurat (Stockley, 1999), atau dengan

perubahan zat yang dapat diukur contohnya perubahan tes tiroid yang disesuaikan dengan

terapi estrogen (Shimp dan Mason, 1993)

II. 4 Interaksi Obat di Luar Tubuh

Interaksi obat selain terjadi di dalam tubuh atau terjadi setelah obat diberikan kepada

pasien, namun dapat terjadi sebelum diberikan kepada pasien atau dengan kata lain

interaksi obat terjadi di luar tubuh. Interaksi obar diluar tubuh manusia disebut juga interaksi

inkompabilitas, karena interaksi ini terjadi sebelum obat diberikan antara obat yang tidak

dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya

interaksi langsung secara fisika atau kimia, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai

Page 8: makalah I O

pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain. Interaksi ini biasanya berakibat

inaktivasi obat.

Hal yang paling penting untuk diketahui oleh dokter maupun apoteker sebagai

tenaga kesehatan adalah  interaksi obat diluar tubuh yaitu interaksi antara obat suntik

dengan cairan infus, dimana banyak sekali obat-obat suntik yang inkompatibilitas dengan

cairan infus.Selain itu interaksi obat dapat terjadi pada saat formulasi atau disiapkan

sebelum digunakan oleh pasien.

Contoh interaksi obat di luar tubuh

Obat A Obat B Efek

a.Interaksi Langsung

- Tetrasiklin

- Digoksin, digitoksin

b. Perubahan pH cairan

saluran cerna

- NaHCO3

Kation multivalen (Ca2+,

Mg2+, Al3+ dalam antasida,

Ca2+ dalam susu, Fe2+dalam

sediaan besi

Kolestiramin, kortikosteroid,

tiroksin

Tetrasiklin

Aspirin

Terbentuk kelat yang tidak

dapat diabsorbsi sehingga

absobsi obat A menurun

Obat A di ikat obat B

sehingga absobsi obat A

menurun

Kelarutan obat B menurun

sehingga absobsi obat B

menurun

Kelarutan (kecepatan

disolusi meningkat)

sehingga absobsi obat B

meningkat

Contoh-contoh obat yang berinteraksi diluar tubuh manusia

No Obat A Obat B Interaksi yang terjadi

1.Oksitetrasiklin-

HClDiphenhidramin Terbentuknya endapan

2. Aspirin Na-bikarbonat Aspirin terhidrolisis

3.Oksitertrasiklin-

HClMgS04

Terbentuk ikatan komplek tak

larut Oksitetrasiklin-Ca

4.Oksitertrasiklin-

HClCa-glukonat

Terbentuk ikatan komplek tak

larut Oksitetrasiklin-Ca

5. Phenitoin-Na infus Terbentuk endapan

6. Inj. Aminophilin Inj. Diphenhidramin Terbentuk erldapan

Page 9: makalah I O

7.Inj.

OksitetrasiklinInj. Diphenhidramin Terbentuk endapan

8. Inj. Thiopenton Inj. Suxamethonium Terbentuk endapan

9. Diazepam Cairan infus Terbentuk endapan

10 Phenitoin Cairan infus Terbentuk endapan

11 Soluble insulin Protamin Zinc Insulin Efek soluble insulin berkurang

12 Heparin Hidrokortison Heparin tidak aktif

13 Kanamicin HidrokOltison Kanamicin tidak aktif

14 Penicilin Hidrokortison Penicilin tidak aktif

15 Karbenicillin GentamicinGentamicin tidak aktif

Karbenicilin rusak

16 Penicilin G Vitamin C Penicilin tidak aktif

17 Amfoterisin BLarutan garam fisiologis atau

larutan ringerAmfoterisin B mengendap

18 Ceftazidime Aminoglikosida Inaktivasi pada ceftazidime

19 Ceftazidime VankomisinTerbentuk endapan pada

larutan ceftazidime

20 Ceftazidime Larutan injeksi Na-bikarbonat Ceftazidime kuning stabil

Inkompatibilitas obat IV

            Untuk mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa

berinteraksi di dalam atau di luar tubuh. Jika harus mencampur suatu obat, selalu ikuti

petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana larutan yang bisa

ditambahkan ke pemberian "piggy back"; dan larutan “bilas” apa yang harus digunakan di

antara pemberian suatu produk dan produk lain untuk menghindari kejadian-kejadian,

seperti pengendapan di dalam selang infus (sebagai contoh, jangan pernah memberikan

fenitoin ke dalam infus juga yang mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin

B dengan normal saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit

(misal. kalium klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback. Jika

Page 10: makalah I O

ingin mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat ini kompatibel

di dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat, kontak apoteker.

            Waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak

dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin), heparin,

midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV. Ada obat

injeksi yang tidak kompatibel dengan kandungan larutan infus. Contoh khas adalah natrium

bikarbonat dengan Ringer laktat atau Ringer asetat.

Contoh Sediaan Injeksi yang Inkompatibilitas dengan Cairan Infus

KOMPOSISI :

Sulbacef Serbuk steril untuk injeksi, tiap vial mengandung :

Sefoperazon Natrium 500 mg dan

Sulbaktam Natrium 500 mg(setara dengan Sefoperazon dan Sulbaktam 1 g)

INDIKASI :

Sulbacef diindikasikan untuk :

- Monoterapi

Untuk pengobatan infeksi berikut ini yang disebabkan oleh organisme yang sensitif : Infeksi

saluran pernafasan (atas dan bawah); infeksi saluran kemih (atas dan bawah); peritonitis,

kolesistitis, kolangitis dan infeksi intra-abdomen yang lain; infeksi kulit dan jaringan

penyangga kulit.

- Terapi kombinasi

Dapat dikombinasikan dengan antibiotik lain apabila memang ada indikasi.

DOSIS :

Dosis Sulbacef :

- Dewasa : Dosis sehari yang dianjurkan 2-4 g. Dosis harus diberikan setiap 12 jam dalam

dosis terbagi. Pada infeksi yang berat atau sukar disembuhkan, dosis sehari dapat

ditingkatkan sampai 8 g.

-  Anak-anak : Dosis sehari yang dianjurkan 40 - 80 mg/kg/hari. Dosis harus diberikan setiap

6-12 jam dalam dosis terbagi. Pada infeksi serius atau sukar disembuhkan, dosis dapat

ditingkatkan sampai 160 mg/kg/hari.

-           Usia lanjut : Modifikasi dosis mungkin diperlukan dan dosis disesuaikan sesuai

kebutuhan.

- Pada gangguan fungsi hati : Dosis Sefoperazon tidak boleh lebih dari 2 g/hari.

- Pada gangguan fungsi ginjal :

Klirens kreatinin 15-30 ml/menit : Dosis maksimal Sulbaktam tiap pemberian 12 jam adalah

1 g (Dosis maksimal Sulbaktam sehari adalah 2 g).

Klirens kreatinin <15 ml/menit : Dosis maksimal Sulbaktam tiap pemberian 12 jam adalah

500 mg (Dosis maksimum Sulbaktam sehari adalah 1 g).

Pada infeksi yang berat, mungkin diperlukan tambahan Sefoperazon. Gambaran

farmakokinetik Sulbaktam secara bermakna dipengaruhi oleh hemodialisis. Waktu paruh

serum Sefoperazon juga berkurang secara bermakna selama hemodialisis. Oleh karena itu,

dosis harus diberikan terjadwal mengikuti periode dialisa.

Page 11: makalah I O

Pemberian Sulbacef :

- Pemberian IV

Infus berkala :

1 g Sulbacef direkonstitusi dengan 3,4 ml Dekstrosa 5% dalam air atau NaCl 0,9% atau

Aqua pro Injeksi, kemudian dilarutkan dalam 20 ml cairan infus, diberikan dalam 15 sampai

60 menit.

Injeksi IV :

1 g Sulbacef direkonstitusi dengan 3,4 ml dekstrosa 5% dalam air atau NaCl 0,9% atau

Aqua pro Injeksi dan diberikan minimum dalam 3 menit.

- Pemberian IM

Volume pelarut adalah 3,4 ml untuk 1 g Sulbacef.

Kompatibilitas :

Sulbacef dapat digunakan dengan Air Steril untuk Injeksi, Dekstrosa 5%, Normal Saline,

Dekstrosa 5% dalam 0,225% Saline, dan Dekstrosa 5% dalam Normal Saline.

Inkompatibilitas: : 

Sulbacef tidak dapat dicampur secara langsung dengan Aminoglikosida, Larutan Ringer

Laktat atau 2% larutan Lidokain HCl.

Larutan Sulbacef dan Aminoglikosida tidak dapat dicampur secara langsung, karena ada

inkompatibilitas fisik diantara keduanya. Bila kombinasi kedua obat ini diperlukan, maka

obat-obat ini dapat diberikan melalui infus intravena berkala secara berurutan dan terpisah

dimana saluran infus harus dibilas dengan pelarut terlebih dahulu pada saat pergantian

obat.

Rekonstitusi awal dengan larutan Ringer’s Laktat atau larutan Lidokain 2% harus dihindari

karena campuran ini inkompatibel. Sehingga harus dilakukan dua langkah pelarutan, yaitu

pada awalnya dicampur dengan air untuk injeksi dimana akan menghasilkan larutan yang

kompatibel, kemudian dilarutkan dengan larutan Ringer’s Laktat atau larutan Lidokain 2%.

Kekurangan-kekurangan PVC (polivinilklorida)

            Di samping kompatibilitas obat-obat IV, klinisi perlu mengetahui bahwa beberapa

masalah bisa timbul bila menggunakan PVC sebagai wadah untuk larutan infus. Plasticized

polyvinyl Klorida (PVC) merupakan bahan polimer yang digunakan secara luas di bidang

kedokteran dan yang terkait. Di bidang kedokteran, PVC yang lentur digunakan untuk

kantong penyimpan darah, selang transfusi, hemodialisis, pipa endotrakea, infuse set, serta

kemasan obat. Ester asam ftalat, terutama di-(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP), merupakan

pelentur yang paling disukai di bidang kedokteran. Karena zat aditif ini tidak berikatan

kovalen dengan polimerm ada kemungkinan memisah dari matriks. Lepasnya DEHP dari

kantong PVC ke dalam larutan sudah bertahun-tahun menimbulkan kekhawatiran. Toksisitas

DEHP dan PVC telah mencetuskan pertanyaan serius mengapa produk ini masih

digunakan. Pemisahan DEHP dari PVC disebut leaching. Leaching terjadi bila beberapa

Page 12: makalah I O

obat seperti paclitaxel atau tamoxifen diberikan dalam kantong PVC. Kekhawatiran lain dari

penggunaan kantong PVC adalah penyerapan atau “hilang”nya obat dari kantong PVC:

1.   Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong infus Viaflex

(PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan obat berbanding lurus dengan

konsentrasi obat.

2.   Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di bawah

kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.

Reaksi Maillard

Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara asam amino dengan gula pereduksi.

Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti halnya karamelisasi, ini merupakan bentuk

diskolorasi coklat yang bersifat non-enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif dari gula bereaksi

dengan gugus amino nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk berbagai molekul yang

menimbulkan berbagai warna dan aroma. Reaksi Maillard terjadi bila asam amino dan

glukosa dikandung dalam satu wadah. Karena asam amino dan glukosa intravena perlu

diberikan sekaligus, dilakukan pemisahan di mana glukosa dan asam amino dipisah. Asam

amino dan glukosa dicampur dulu sebelum diberikan ke pasien.

Interaksi obat -Mikronutrien

Kadar serum dari elektrolit, mikromineral dan vitamin bisa berubah oleh obat-obat

tertentu dan dokter harus mewaspadai hal ini bila ada kelainan.

Lampiran 1 Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien

↓ Kalsium aminoglycosides, bisphosphonates, corticosteroids, H2 receptor

antagonists, loop diuretics ; amphotericin B, antacids, carbamazepine,

cholestyramine, cisplatin, colchicines, digoxin, doxycycline,

ethosuximide, foscarnet, Mg oxide/sulfate, minocycline, oxcarbazepine,

oxytetracycline, pentamidine, phenobarbital, phenytoin, primidone, Na

phosphate, sucralfate, zelodronic acid, zonisamide

↑ Kalsium antiestrogens, estrogens, thiazide diuretics ; aluminium intoxication,

aminoiphylline, Ca carbonate, lithium

↓Magnesium aminoglycosides, corticosteroids, estrogens, loop diuretics, oral

contraceptives, tetracyclines,thiazide diuretics; amphotericin B,

cholestyramine, cisplatin, cyclosporine, digoxin, foscarnet, hydralazine,

methsuximide, pamidronate, penicillamine, raloxifene, Na phosphate,

tacrolimus, zoledronic acid

↑Magnesium Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing

antacids/enemas

↓ Fosfor Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing),

cholestyramine, digoxin, foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate,

sucralfate, theophylline, zoledronic acid

Page 13: makalah I O

↑ Fosfor Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema

↓Kalium Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide

diuretics, acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine,

cyclosporine, enoxacin, foscarnet, hydralazine, levodopa, mannitol,

pamidronate, Na bicarbonate & phosphates

↑ Kalium ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers,

NSAIDs, Kalium sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic

solutions, lithium, pentamidine, succinylcholine

↓ Natrium Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide

diuretics, salicylates ; acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl,

captopril, colchicine, foscarnet

↑ Natrium Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative

& enemas

↓ Zink ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives,

H2 receptor antagonists, reverse transcriptase inhibitors ;

cholestyramine, ethambutol, hydralazine, penicillamine

↓ Klorida Thiazide diuretics, loop diuretics

↑ Klorida Spironolactone, triamterene

  Lampiran 2 Deplesi Nutrien karena Obat

Kelas Obat Deplesi Nutrien

5-aminosalacylic acid derivatives Asam folat

ACE inhibitors Zink

Aminoglycosides Mg, K, Ca, Na

Barbiturates Biotin, Ca, Asam folat, Vitamin D & K

Corticosteroids Ca, Asam folat, Mg, K, Selenium, Vit C & D, Zink

Estrogens Mg, vitamin B2/B6 & C, Zink

H2 receptor antagonists Ca, Asam folat, Iron, Vitamin B12 & D, Zink

Loop diuretics Ca, Mg, K, Na, Vitamin B1/B6 & C, Zink

Magnesium and aluminium

antacids

Ca, P

NSAIDs Asam folat

Oral contraceptives Asam folat, Mg, Tryptophan, Tyrosine, Vitamin

B2/B3/B6/B12 & C, Zink

Proton pump inhibitors Vitamin B12

Page 14: makalah I O

Reverse transcript inhibitors Carnitine, Copper, Vitamin B12, Zink

Thiazides diuretics Mg, P, K, Na, Zink

Tricyclic antidepressants Vitamin B2

Macam-macam obat Deplesi nutrien

Acetaminophen Glutathione

Amphotericin B Ca, Mg, K, Na

Aspirin Asam folat, Iron, K, Na, Vitamin C

Bisacodyl K, Na

Chlorpromazine Vitamine B2

Cholestyramine Beta-carotene, Ca, Asam folat, Iron, Mg, P,

Vitamin A/B12/D/E/K, Zink

Cisplatin Ca, Mg, K

Clonidine Zink

Colchicine Beta-carotene, Ca, K, Na, Vitamin B12

Colestipol Beta-carotene, Asam folat, Iron, Vitamin A/B12/D/E

Cyclosporine Mg, K

Digoxin Ca, Mg, P, Vitamin B1

Fenofibrate Vitamin E

Foscarnet Ca, Mg, P, K

Gemfibrozil Vitamin E

Hydralazine Vitamin B6

Indomethacin Asam folat, Iron

Levodopa K

Metformin Asam folat, Vitamin B12

Methotrexate Asam folat

Methyldopa Zink

Orlistat Beta-carotene, Vitamin D & E

Penicillamine Copper, Mg, Vitamin B6, Zink

Kalium Klorida (timed-release) Vitamin B12

Primidone Biotin, Asam folat, Vitamin D & K

Page 15: makalah I O

Raloxifene Mg, Vitamin B2/B6/C, Zink

Salsalate Asam folat

Theophylline P, Vitamin B1/B6

Thioridazine Vitamin B2

Triamterene Ca, Asam folat, Zink

Asam valproat Carnitine, Asam folat

Zonisamide Biotin, Inositol, Vitamin B1/B2/B3/B6/B12 & K

Lampiran 3 Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis

Obat Interaksi Akibat klinis yang mungkin

Tetrasiklin Penurunan ketersediaanhayati dengan

susu dan produk susu

Gagal terapi

Siprofloksasin Penurunan ketersediaanhayati dengan

susu dan produk susu

Gagal terapi

Azitromisin Penurunan ketersediaanhayati dg

makanan

Gagal terapi

Itrakonazol Penurunan ketersediaanhayati dg

makanan

Mungkin Gagal terapi

Penisilamin Penurunan ketersediaanhayati dg

makanan

Gagal terapi

Didanosin Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

Indinavir Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

Saquinavir Garlic (allicin) mengurangi

ketersediaanhayati

Aktivitas antiviral berkurang

Atiovaquone Makanan meningkatkan

ketersediaanhayati

Khasiat bertambah bila

bersama makan

Lovodopa Protein mengurangi transpor ke otak Menurunkan khasiat

Teofilin Makanan lemak meningkatkan

penyerapan

Kemungkinan toksisitas

Warfarin Makanan kaya Vitamin K melawan

efek antikoagulans

menurunkan efek

antikoagulasi

Page 16: makalah I O

Siklosporin Makanan dan sari grapefruit

meningkatkan kadar plasma

mungkin toksisitas

Alendronate Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

Penghambat

MAO

Meningkatkan kadar tiramin Krisis hipertensi

Terfanadin Sari Grapefruit meningkatkan

ketersediaanhayati

Kadar plasma bertahan lebih

lama

Felodipin Makanan meningkatkan

ketersediaanhayati

Efek samping lebih besar

Diuretik Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

Spironolakton Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Khasiat bertambah bila

bersama makan

Propranolol Makanan menambah

ketersediaanhayati

Efek samping bertambah

Page 17: makalah I O

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-

efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang

tidak dimiliki sebelumnya. Interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat

dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas

atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi. Mekanisme interaksi obat diantaranya

yaitu inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antar obat yang tidak

tercampurkan (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya

menyebebkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin

terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, terjadi kelembapan bahan obat

dan lain – lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi

obat.

           

III.2 Saran

Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya

interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga

interaksi yang sengaja dibuat, sebaiknya dalam penggunaan obat yang akan

dikombinasikan dokter harus lebih memahami reaksi kimia atau inkompatibilitas dari pada

obat yang akan diberikan, terutama untuk obat injeksi dan infus.

DAFTAR PUSTAKA

1.   Center for Drug Evaluation and Research (CDER). In Vivo Drug Metabolism/Drug Interaction

Studies - Study Design, Data Analysis, and Recommendations for Dosing and Labeling.

1999

2.   Brazier NC, Levine MA. Drug-herb interaction among commonly used conventional

medicines: a compendium for health care professionalsAmerican Journal of Therapeutics

2003; 10(3): 163-169

Page 18: makalah I O

3.   Soo An Choi. The role of pharmacist in NST. Proceedings of 11th PENSA Congress. pp256-

258.

4.   Kowaluk EA, Roberts MS, Blackburn HD, Polack AE. Interactions between drugs and

polyvinyl chloride infusion bags. Am J Hosp Pharm.1981;38(9):1308-14

5.   Larry K. Fry and Lewis D. Stegink Formation of Maillard Reaction Products in Parenteral

Alimentation Solutions J. Nutr. 1982 112: 1631-1637

6.   Stadler RH, Blank I, Varga N, Robert F, Hau J, Guy PA, Robert MC, Riediker S. Acrylamide

from Maillard reaction products. Nature. 2002 Oct 3;419(6906):449-50.

7.   Fakultas Kedoteran UI.1995  ” Farmakologi dan Terapi Ed-4 hal 545-559”. UI-Press. Jakarta

8.   http://www.untukku.com/artikel-untukku/interaksi-obat-apa-yang-patut-anda-ketahui-

untukku.html

9.   http://www.drugs.com/drug_interaction.html

10. http://www.drugs.com/drug_information.html