makalah humaniora

18
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menakjubakan karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya. Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengetahui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja. Jambi adalah salah satu suku di Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra. Banyak yang tidak mengetahui bahwa Jambi juga mempunyai banyak hal-hal menarik yang dapat dijadikan ”berita utama”, tetapi amat disayangkan bahwa yang sering sekali di ekplorasi adalah wilayah-wilayah tetangganya; seperti Sumatra Barat (Padang) dan Sumatra Utara (Batak). Untuk itu, kami

Upload: arie-bagus-prasetyo

Post on 08-Aug-2015

88 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

kebudayaan jambi

TRANSCRIPT

Page 1: makalah humaniora

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah

yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat

dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat

menakjubakan karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku

bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.

Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa

tidak mengetahui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari

mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu

suku yang ada di Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu

mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja.

Jambi adalah salah satu suku di Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra.

Banyak yang tidak mengetahui bahwa Jambi juga mempunyai banyak hal-hal menarik

yang dapat dijadikan ”berita utama”, tetapi amat disayangkan bahwa yang sering

sekali di ekplorasi adalah wilayah-wilayah tetangganya; seperti Sumatra Barat

(Padang) dan Sumatra Utara (Batak). Untuk itu, kami disini ingin menyajikan liputan

yang tidak kalah menarik, yang berasal dari suku Jambi.

B. Identifikasi Masalah

Melihat semua hal yang melatarbelakangi Kebudayaan Jambi maka, kami menarik

beberapa masalah dengan berdasarkan kepada :

1. Kurangya perhatian dari masyarakat kebanyakan pada kebudayaan Jambi.

Sehingga kurangya pengetahuan masyarakat tentang Suku Jambi.

2. Tidak meratanya bahan pembelajaran tentang suku Jambi yang dijadikan contoh

oleh para pengajar.

C. Pembatasan Masalah

Karena cangkupan kebudayaan yang begitu luas dan meliputi berbagai aspek

kehidupan, maka kami hanya membataskan penelitian hanya dari segi Tujuh Unsur

Page 2: makalah humaniora

2

Kebudayaan dan Etos Kebudayaan dari Suku Jambi. Serta perkembangnnya sampai

dengan sekarang ini.

D. Perumusan Masalah

Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah di atas, maka

kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut:

”Bagaimana Etos dan Unsur Kebudayaan Jambi serta Perkembangannya sekarang

ini?”

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat Indonesia

termasuk didalamnya adalah pengajar dan pelajar agar lebih memahami tentang Etos,

Fokus dan Unsur Kebudayaan Suku Jambi di Indonesia.

F. Tujuan Penulisan

Penelitian ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat

bermanfaat bagi para remaja dalam pemahaman tentang Etos, Fokus dan Unsur

Kebudayaan Suku Jambi di Indonesia. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan

Jambi

2. Mengetahui sampai sejauh mana perkembangan kebudayaan Jambi.

G. Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis

mempergunakan metode observasi atau teknik pengamatan langsung, teknik

wawancara, dan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, kami

juga mencari bahan dan sumber-sumber dari media masa elektronik yang

berjangkauan internasional yaitu, Internet.

H. Hipotesis

Penelitian ini dilakukan berangkat dari keyakinan penulis setelah cukup

melakukan pengenalan secara meluas terhadap masalah yang diangkat. Adapun

keyakinan atau hipotesis tersebut adalah “Kurangya pemahaman masyarakat terhadap

suku-suku di Indonesia yang sering luput dari perhatian mereka” Hal ini, menjadi

salah satu faktor yang paling dominan untuk dapat dikatakan sebagai “penyebab”.

Page 3: makalah humaniora

3

I. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jakarta dalam jangka waktu satu bulan. Dimulai

dari pengumpulan data, kegiatan lapangan hingga penulisan hasil akhir penelitian.

J. Sistematika Penulisan

Pada karya ilmiah ini, akan dijelaskan hasil penelitian dimulai dengan bab

pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, kegunaan masalah, tujuan penelitian,

metode penelitian, hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, sampai terahir kepada

sistematika penelitian.

Bab berikutnya, kami membahas secara keseluruhan tentang masalah yang

diangkat, yaitu tentang Etos, Fokus dan Kebudayan Suku jambi di Indonesia.

Bab ketiga merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini,

penulis menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi

saran mengenai apa yang baiknya kita lakukan agar tetap memahami kebudayaan dari

setiap suku bangsa di indonseia.

Page 4: makalah humaniora

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Unsur Kebudayaan

1. Sistem Agama

Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam, yang kemudian

disusul dengan agama Budha dan Kristen protestan. Mungkin ini juga karena

dipengaruhi oleh warga pendatang yang datang ke Jambi yang kebanyakan berasal

dari keturunan Cina atau TiongHua. Dalam tabel dibawah ini, dapat kita lihat

persentase agama yang dianut masyarakat Jambi.

2. Sistem Bahasa

Bahasa Jambi adalah salah satu anak cabang bahasa Austronesia yang

digunakan khususnya di wilayah Jambi bagian selatan, Provinsi Riau.

Ada dua kontroversi mengenai bahasa Jambi dengan Melayu. Sebagian pakar

bahasa menganggap ini sebagai dialek melayu karena banyaknya kesamaan kosakata

dan bentuk tuturan didalamnya. Sedangkan yang lain justru beranggapan, bahasa ini

merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Melayu.

Orang Jambi senang menggunakan kata-kata arif serta pepatah-pepatah. Kata-

kata kiasan umumnya berpedoman pada alam sekitarnya. Ketinggian martabat

seseorang juga dapat ditandai dengan kemahirannya menggunakan kata-kata arif dan

kiasan. Mereka tidak mengenal adanya perbedaan bahasa yang menunjukkan

stratifikasi sosial dalam masyarakat.

Bila didengarkan dengan seksama, maka bahasa Jambi terdengar hampir

serupa dengan bahasa Padang, yang selalu diakhiri dengan kata ”o”. Hal ini mungkin

dikarenakan suku Jambi dan suku Padang terletak dalam satu pulau yang sama yaitu,

Kepulauan Sumatra.

3. Sistem Kekerabatan Bilateral

4. Sistem Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berladang dan melaut Di

Jambi sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian

mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal dari

pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak di daratan

rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong.

Page 5: makalah humaniora

5

Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata

pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan. Usaha-

usaha tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu

musim tanam berikutnya.

Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHoa,

maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi

yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas,

berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan material.

5. Sistem Pengetahuan

Jambi memiliki adat istiadat yang berdasarkan hukum islam sehingga secara

garis besar segala pengetahuan dasar budaya Jambi bersumber pada ajaran Al-Quran.

Sistem pengetahuan mereka juga dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional.

Pengetahuan dasar ini mereka terapkan pada segala aspek kehidupan, termasuk

kehidupan pertanian dan pengobatan.

Pengetahuan tentang pertanian mereka terapkan terhadap alam, terutama yang

berkaitan dengan musim.

Masyarakat Jambi terutama merka yang tinggal di pedalaman juga memakai

obat-obat tradisional dalam proses penyembuhan orang sakit. Mereka menggunakan

beberapa jenis tumbuhan alam dan minyak alami untuk dijadikan ramuan obat,

misalnya ramuan obat untuk menyembuhkan penyakit demam yang berupa daun

sitawar, sedingin, kumapai. Cekun, kunyit polai, dan jerangau. Di samping itu, juga

digunakan berbagai jenis jeruk, akar kayu, bunga-bungaan, kepala muda, pinang, dll.

Untuk bahan penangkal atau jimat kadang mereka menggunakan sisa-sisa besi dan

benang warna. Benda-benda ini baru dapat dijadikan obat dan berkhasiat setelah

dimantrai dukun. Hal ini dilakukan karena pengaruh dari kepercayaan tradisional.

Mereka percaya bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat atau setan yang merasuk

dalam tubuh. Cara penyembuhannya adalah dengan mengusir roh tersebut yangbiasa

dilakukan oleh dukun. Sambil mengobati orang yang sakit itu, ia melakukan doa

ritual. Biasanya ia membakar kemenyan sambil mengucapkan jampi-jampi. Beberapa

doa penyembuhan lainnya digunakan bahasa Arab dan kadang-kadang ayat Al-Quran.

Bahkan, peristiwa melahirkan pun dapat ditangani dengan pengetahuan

tradisional yang mereka miliki. Perempuan yang siap untuk melahirkan anak diberi

minuman tradisional untuk memudahkan proses melahirkan. Sebetulnya, perempuan

yang akan melahirkan ditolong oleh 2 orang. Seorang yang mendorong anak dari

Page 6: makalah humaniora

6

kandungan dan seorang yang menerima anak pada saat keluar dari kandungan.

Walaupun demikian, aturan medis modern menolak melahirkan anak seperti yang

digambarkan diatas, tetapi kelihatannya orang Jambi yang tinggal di pedalaman sudah

cukup lama menggunakan metode ini, tidak membahayakan kesehatan si perempuan

atau si anak.

6. Sistem Teknologi (Peralatan dan perlengkapan hidup)

A. Busana Tradisional Melayu Jambi

Suku Melayu Jambi adalah sebutan bagi orang-orang Melayu yang mendiami

daerah sepanjang sungai Batang Hari, propinsi Jambi.

Dalam berbusana kaum wanita sehari-hari pada awalnya hanya dikenal dengan

kain dan baju tanpa lengan.

Sedangkan kaum prianya mengenakan celana setengah ruas yang melebar

pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga lebih leluasa geraknya

dalam melakukan kegiatan seharihari. Pakaian untuk pria ini dilengkapi dengan

kopiah sebagai penutup kepala.

Pada perkembangan berikutnya dikenal adanya pakaian adat. Pakaian adat ini

lebih mewah daripada pakaian sehari-hari yang dihiasi dengan sulaman benang emas

dan pemakaian perhiasan sebagai pelengkapnya.

B. Pakaian Adat Pria

Laki-laki suku Melayu Jambi dalam berpakaian adat mengenakan lacak di

kepalanya. Lacak ini terbuat dari: kain beludru warna merah yang diberi kertas tebal

di dalammnya agar menjadikannya keras. Tutup kepala ini memiliki dua bagian yang

menjulang tinggi, dengan julangan yang lebih tinggi pada bagian depannya.

Sebagai hiasan terdapat lukisan flora dari daun, tangkai clan bunga yang akan

mekar. Bagian pinggir sebelah kanan diberi lukisan tali runci, yang diimbangi oleh

penempatan bungo runci di sebelah kiri. Bungo runci ini berwarna putih dirangkai

dengan benang, dapat berupa bunga asli atau tiruannya. Bajunya disebut baju kurung

tanggung berlengan panjang. Disebut tanggung karena panjangnya hanya sedikit di

bawah siku tidak sampai ke pergelangan tangan.

Hal ini mengandung makna seseorang harus tangkas clan cekatan dalam

mengerjakan sesuatu pekerjaan. Bahannya terbuat dari beludru warna merah diberi

sulaman benang emas. Bagian tengahnya terdapat motif kembang bertabur atau

kembang tagapo dan kembang melati, sedang bagian pinggirnya bermotifkan

Page 7: makalah humaniora

7

kembang berangkai atau pucuk rebung. Penutup bagian bawah disebut cangge

(celana).

Bahannya masih dari beludru yang dilengkapi dengan tali sebagai ikat

pinggang. Sudah menjadi kebiasaan di daerah Jambi mengenakan kain sarung songket

yang dililitkan di pinggul. Tutup dadanya disebut teratai dada, karena bentuknya

seperti bunga teratai dipasang melingkar leher sehingga menyerupai kerah. Kedua

tangan dihiasi gelang kilat bahu terbuat dari logam celupan berlukiskan naga kuning.

Lukisan naga ini mengandung makna bila seseorang telah diberi kekuasaan

janganlah diganggu. Dikenakan pula selempang yang menyilang badan terbuat dari

songket warna merah keungu-unguan sebagai pasangan kain sarung dengan motif

bunga berangkai clan beranting. Bagian pinggangnya dihiasi dengan selendang tipis

warna merah jambu yang pada ujung ujungnya diberi umbai-umbai warna kuning.

Untuk memperkuat bagian pinggang ini digunakan pending berupa rantai

dengan sabuk sebagai kepala terbuat dari logam. Kelengkapan lainnya adalah keris

clan selop. Biasanya diselipkan di perut menyerong ke kanan melambangkan

kebesaran sekaligus untuk berjaga-jaga. Sedangkan selop atau alas kaki yang

berbentuk setengah sepatu berfungsi untuk melindungi kaki saat berjaalan.

C. Pakaian Adat Wanita

Busana untuk perempuan terdiri dari kain sarung songket clan selendang

songket warna merah. Bajunya disebut baju kurung tanggung bersulam benang emas

dengan motif hiasan bunga melati, kembang tagapo, dan pucuk rebung.

Tutup kepalanya disebut pesangkon yang terbuat dari kain beludru merah

dengan bagian dalam diberi kertas karton agar keras.

Ada juga yang menyebut duri pandan karena pada bagian depan tutup kepala

ini diberi hiasan dari logam berwarna kuning berbentuk duri pandan. Untuk lebih

memperindah diberi sulaman emas dengan motif bunga melati pecah.

Kelengkapan busana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan yang

dikenakan oleh pria. Pada perempuan dikenakan anting-anting atau antan dengan

motif kupu-kupu atau gelang banjar. Kalungnya terdiri dari tiga jenis, yaitu kalung

tapak, kalung jayo atau kalung bertingkat dan kalung rantai sembilan. Pada jari-

jarinya terpasang cincin pacat kenyang dan cincin kijang atau capung.

Jumlah gelang yang dipakai pun lebih banyak meliputi gelang kilat bahu

masing-masing lengan dua buah. Masih ditambah dengan gelang kano, gelang ceper

dan gelang buku beban. Kesemuanya di pasang di lengan. Khusus untuk gelang buku

Page 8: makalah humaniora

8

beban bahannya berasal dari permata putih. Sementara untuk kaki dikenakan gelang

nago betapo dan gelang ular melingkar. Disebut demikian karena bentuknya yang

menyerupai naga dalam dongeng sedang tidur clan ular yang melingkar membentuk

bulatan.

Sedangkan unsur-unsur kelengkapan yang lain seperti teratai dada (tutup

dada), pending dan sabuk (ikat pinggang), selendang, dan selop hampir sama dengan

yang dikenakan pria. Bedanya bentuk motif yang lebih besar pada teratai dada dan

pending.

D. Pakaian Baselang

Acara pada adat suku jambi dibedakan menjadi dua, kecil dan besar.

Pembedaan ini mempengaruhi pada variasi pakaian yang dikenakan, khususnya yang

dikenakan para gadis. Jika acaranya kecil maka pakaian yang dikenakan berfungsi

ganda sebagai pakaian upacara maupun bekerja.

Kelengkapannya dengan sarung warna merah yang dipakai sedikit di bawah

lutut (tanggung) dan baju kurung berlengan tanggung yang letaknya di luar kain, -

selendang warna merah dililitkan di kepala serta membawa perlengkapan lain seperti

ani-ani clan kiding (tempat padi).

Pada acara besar pakaian dibedakan untuk upacara dan bekerja. Dalam

rangkaian upacara tersebut terdapat hiburan sehingga pakaian yang dikenakan pun

lebih bagus.

Selendang songket yang dikenakan sebagai penutup kepala diberi sulaman

benang emas dan umbai-umbai di ujungnya.

7. Sistem Kesenian

Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan

daerahnya adalah anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan

anyaman di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam,

rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–

macam, mulai dari bakul, sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat,

tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo,

lukah dan sebagainya. Kerajinan lainnya adalah hasil tenun yang sangat terkenal,

yaitu tenunan dan batik motif flora.

Salah satu kesenian yang cukup populer adalah seni Randai. Seni Randai

merupakan perpaduan antara Kaba, lagu, tari, dan sandiwara. Selain Randai, seni yang

cukup terkemuka adalah Rarak Godang, Kayat, Zikir, dan Kaba. Sedangkan alat

Page 9: makalah humaniora

9

musik yang digunakan adalah calempong, ogung gong, dan gendang. Seni sastra yang

berkembang antara lain pantun, pepatah, dan Kayat.

Untuk memperkuat dan memelihara adat istiadat yang ada pada masyarakat

Jambi, ada berbagai kegiatan kesenian dan sosial budaya kerap di lakukan, antara lain:

Tradisi Berdah (dilaksanakan saat terjadi bencana dengan tujuan menolak

bencana)

Kenduri Seko (bertujuan untuk membersihkan pusaka dalam bentuk keris,

tombak, Al Kitab dalam bentuk Ranji–ranji Kuno)

Mandi Safar (dilaksanakan pada hari Rabu di akhir bulan Safar bertujuan untuk

menolak bala)

Mandi Belimau Gedang (dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan

menyucikan dan mengharumkan diri)

Ziarah Kubur (dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan mendoakan

arwah leluhur)

Ada berbagai macam jenis tari-tarian, antara lain:

Tari Sumbe (Tarian persembahan untuk para dewa)

Tari Rangguk (Tarian anak pesta rakyat)

Tari Musik Mumkin (Tari untuk permainan musik orang buta)

Tari Lesung Gilo (Tari untuk permainan lesung diiringi mantra-mantra)

Tari Bakisa (Tarian menumbuk padi)

Tari Asik (Tarian untuk mengusir bala penyakit)

Tari Japin, Tari Hadrah, Tari Rangguk, Tari Aek Sakotak.

Contoh:

Peralatan Tari Rangguk ( tarian tradisional dari Jambi )

Rebana

Berbagai ukuran. Jumlahnya bergantung jumlah pemain (biasanya 5—10

orang). Dalam suatu pertunjukkan mereka duduk melingkar, menabuh rebana,

berpantun dan mengangguk-anggukan kepala.

Rangguk

Pada mulanya rangguk hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Biasanya di sore

hari dan bertempat di beranda rumah (setelah seharian bekerja di sawah atau kebun).

Tujuannya adalah sebagai pelepas lelah dan sekaligus hiburan. Kaum perempuan

tidak diperkenankan untuk melakukan tarian ini (tabu). Selaras dengan perkembangan

Page 10: makalah humaniora

10

zaman, fungsi rangguk juga mengalami perubahan. Jika pada mulanya hanya sekedar

sebagai hiburan, maka kini menjadi sebuah tarian khusus untuk upacara penyambutan

tamu. Para pemainnya pun juga tidak lagi duduk secara melingkar, tetapi berdiri

(berbaris) sambil mengangguk-anggukkan kepala kepada setiap tamu yang datang,

melantunkan berbagai macam pantun selamat datang, dan mengiring tamu sampai ke

tempat yang telah ditentukan (depan pintu balai desa).

Kesenian dari jambi sendiri yangpaling dikenal oleh masyarakat luas adalah

Batik Jambi yang paling terkenal di daerah Sumatra. Tapi juga sering di ekspor keluar

negeri bahkan cukup terkenal pula di Indonesia.

B. Etos Kebudayaan

Etos kebudayaan adalah suatu kebudayaan yang seringkali memancarkan

suatu watak yang khas tertentu yang tampak dari luar, seperti yang tampak oleh orang

dari kebudayaan lain. Watak khas tersebut seruingkali terlihat dari gaya tingkah laku,

kegemaran, dan berbagai benda budaya hasil karya masyarakat tersebut. Di Jambi

sendiri etos kebudayaanya hampir serupa dengan suku-suku lain yang tinggal di Pulau

Sumatra, bisa kita lihat dari etos kebudayaan suku Batak, yaitu cenderung keras,

berbahasa kasar (kencang), dan berparas sangar. Tapi terkadang ada juga yang mirip

dengan etos dari suku padang yaitu, raut wajahnya angkuh, dan tidak ramah, dan suka

perhitungan (pelit).

C. Fokus Kebudayaan

Fokus kebudayaan adalah suatu unsur kebudayaan atau beberapa pranata

tertentu yang merupakan unsur pokok dalam kebudayaan mereka sehingga unsur itu

disukai oleh sebagian besar warga masyarakatnya dan dengan demikian mendominasi

banyak aktivitas dalam kehidupan masyarakat tersebut. Fokus kebudayaan jambi

adalah dapat dilihat dari segi sistem mata pencahariannya yaitu kebanyakan, bahkan

hampir semua masyarakatnya hidup sebagai petani.

Page 11: makalah humaniora

11

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, sangat banyak

keanekaragaman budaya di provinsi Jambi, baik dari suku asli maupun suku

pendatang (Tionghoa). Misalnya, terdapat berbagai macam pakaian adat yang ada di

Jambi, berbagai macam tarian, dan tradisi yang harus kita lestarikan.

B. SARAN

Berdasarkan masalah – masalah yang penulis identifikasi, yaitu kurangya

perhatian dari masyarakat kebanyakan pada kebudayaan Jambi. Sehingga kurangya

pengetahuan masyarakat tentang Suku Jambi, serta tidak meratanya bahan

pembelajaran tentang suku Jambi yang dijadikan contoh oleh para pengajar, penulis

mengharapkan kepada semua elemen masyarakat yang ada di Indonesia, baik

pemerintah pusat, daerah, maupun penduduk lokal untuk lebih gencar lagi

mempromosikan kebudayaan – kebudayaan Indonesia yang jarang atau bahkan sama

sekali belum pernah disorot, seperti Jambi, Bengkulu, Riau, dan lain-lain.

Page 12: makalah humaniora

12

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Chodwich, bruce A., dkk. 1991. Terjemahan Dr. sulistia M.L., dkk. Metode Penelitian Ilmu

Pengetahuan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Rahmat, Jalahudin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.

Patmono, S.K. 1996. Teknik Jurnalistik Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan. Jakarta:

PT BPK Gunung Mulia.

Sumber Lain:

http://www.tamanmini.com/anjungan/jambi/daerah

http://www.tekkomdik-sumbar.org/sjh_pdd_sumbar_pendh.html