makalah hukum ketenagakerjaan

Upload: teguh-zantozo

Post on 09-Oct-2015

1.180 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Makalah Hukum Ketenagakerjaan"Ketidaksuaian Pengupahan Kerja Lembur"

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    1/15

    MAKALAH

    HUKUM KETENAGAKERJAAN

    KETIDAKSUAIAN PENGUPAHAN KERJA LEMBUR

    DISUSUN OLEH :

    TEGUH SANTOSO (13.11.106.701201.1711)

    M. BACHRUL ULUM (13.11.106.701201.1712)

    M. ADITYA (13.11.106.701201.1713)

    ARIEF NOOR PRASETYO (13.11.106.701201.1714)

    DWI ARTHA YUDHA (13.11.106.701201.1716)

    SISCO PRASTOMO (13.11.106.701201.1717)

    B1 TEKNIK MESIN

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    UNIVERSITAS BALIKPAPAN

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    2/15

    KATA PENGANTAR

    Assalaamualaikum. Wr. Wb.

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat kepada umatnya

    terutama nikmat iman,umur serta kesempatan sehingga pada kesempatan ini kami dapat

    menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam kami haturkan kepada

    junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita menuju alam yang penuh

    dengan teknologi canggih.

    Maksud penulis menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas yang membahas

    tentang salah satu permasalahan dalam dunia kerja yaitu Ketidaksuaian Pengupahan Kerja

    Lembur. Selain memenuhi nilai tugas juga untuk mengembangkan potensi ilmu

    pengetahuan khususnya dibidang Tentang Hukum Ketenagakerjaan yang bertujuan untuk

    memudahkan kita dalam memahami tentang pentingnya pengetahuan akan hak dan kewajiban

    sebagai tenaga kerja dan segala permasalahan yang menyertainya

    Sebagai insan biasa kami sadar akan ketidak sempurnaan makalah ini, kekhilafan dalam

    penulisan atau penyusunan kata demi kata, dari itu kami mohon maaf yang sedalam-

    dalamnya serta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnanan Makalah

    ini.

    Demikianlah kata pengantar ini kami buat, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat

    bagi orang lain, terutama bagi kami sebagai penyusun.

    Wasalamualaikum. Wr. Wb.

    Balikpapan, 23 September 2014

    Penyusun

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    3/15

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.

    Latar belakang

    Mewujudkan masyarakat adil dan makmur adalah salah satu tujuan Indonesia merdeka. Oleh

    karena itu negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya

    secara adil. Salah satu instrumen perwujudan keadilan dan kesejahteraan itu adalah hukum.

    Melalui hukum, negara berupaya mengatur hubungan-hubungan antara orang perorang atau

    antara orang dengan badan hukum. Pengaturan ini dimaksudkan supaya jangan ada

    penzaliman dari yang lebih kuat kepada yang lemah, sehingga tercipta keadilan dan

    ketentraman di tengah-tengah masyarakat.

    Salah satu peraturan yang dibuat oleh pemerintah adalah peraturan yang mengatur hubungan

    seseorang di dunia kerja. Pakta menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang bekerja padaorang lain ataupun bekerja pada perusahaan. Oleh sebab itu hubungan kerja antara seorang

    pekerja dengan majikannya atau antara pekerja dengan badan usaha perlu diatur sedemikian

    rupa supaya tidak terjadi kesewenang-wenangan yang bisa merugikan salah satu pihak.

    B. Rumusan Masalah

    1. Dasar hukum ketenagakerjaan

    2.

    Hak dan kewajiban pekerja3. Hak dan kewajiban pengusaha

    4. Tata kelola Pengupahan pekerja sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan

    C. Tujuan

    1. Untuk mengetahui Undang-Undang tentang ketenagakerjaan

    2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban sebagai karyawan/pekerja

    3. Untuk mengetahui hak dan kewajiban sebagai pengusaha

    4.

    Untuk mengetahui syarat dan ketentuan mendapatkan upah layak bagi penghidupan

    kemanusian tenaga kerja

    D. Ruang Lingkup Pembahasan

    1. Subyek Pekerja : Sdr. SP dan Sdr. MBU

    2. Subyek Pengusaha : PT. AI

    3. Objek : Upah Lembur

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    4/15

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.

    Dasar Hukum Ketenagakerjaan dan Istilah-Istilah yang menyertainya.

    Dasar hukum tentang ketenagakerjaan di Negara Indonesia adalah UU No. 13 tahun 2003. Di

    dalam BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 UU No. 13 tahun 2003 terdapat beberapa istilah

    seperti ketenagakerjaan, tenaga kerja,pekerja, pengusaha, perusahaan, perjanjian kerja,

    hubungan kerja, dan upah.

    Tenaga kerja disebutkan dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu

    Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

    dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan

    pengertian dari ketenagakerjaan sesuai dengan Pasal 1 angka 1 UU No. 13 tahun 2003

    tentang Ketenagakerjaan adalah Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengantenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

    Dalam Pasal 1 angka 3, pekerja/buruh ditafsirkan sebagai setiap orang yang bekerja dengan

    menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

    Dalam Pasal 1 angka 5, pengusaha juga memiliki beberapa arti yaitu sebagai orang

    perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik

    sendiri. atau orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri

    sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya atau orang perseorangan, persekutuan,

    atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

    Dalam Pasal 1 angka 6, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau

    tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik

    swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah

    atau imbalan dalam bentuk lain atau usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang

    mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan

    dalam bentuk lain.

    Dalam Pasal 1 angka 14, perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh denganpengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para

    pihak.

    Dalam Pasal 1 angka 15, hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan

    pekerja/buruh berdasarkanperjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan

    perintah.

    Dalam Pasal 1 angka 30, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam

    bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang

    ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    5/15

    perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu

    pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

    Dalam Pasal 1 angka 31, kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan

    dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar

    hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas

    kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.

    B. Hak dan Kewajiban sebagai Pekerja.

    Kewajiban-Kewajiban sebagai Pekerja tertuang dalam UU No. 13 Tahun 2003 antara lain :

    1. Pasal 102 ayat ( 2 ) : Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja

    mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan keWajibannya, menjaga ketertiban

    demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokrasi, mengembangkan

    keterampilan dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan

    kesejahteraan anggota beserta keluarganya

    2. Pasal 126 ayat ( 1 ) : Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja Wajib melaksanakan ketentuan

    yang ada dalam perjanjian kerja bersama

    3. Pasal 126 ayat ( 2 ) : Pengusaha dan serikat pekerja Wajib memberitahukan isi perjanjian

    kerja bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja

    4. Pasal 136 ayat ( 1 ) : Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Wajibdilaksanakan oleh

    pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja secara musyawarah untuk mufakat5. Pasal 140 ayat ( 1 ) : Sekurang kurangnya dalam waktu 7 (Tujuh) hari kerja sebelum mogok

    kerja dilaksanakan, pekerja dan serikat pekerja Wajib memberitahukan secara tertulis kepada

    pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan setempat

    Hak-hak sebagai pekerja tertuang dalam UU No. 13 Tahun 2003 antara lain :

    1. Pasal 5 : Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk

    memperoleh pekerjaan

    2. Pasal 6 : Setiap pekerja berHak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari

    pengusaha

    3. Pasal 11 : Setiap tenaga kerja berHak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau

    mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui

    pelatihan kerja

    4. Pasal 12 ayat (3) : Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan

    kerja sesuai dengan bidang tugasnya

    5. Pasal 18 ayat (1) : Tenaga kerja berHak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah

    mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga

    pelatihan kerja swasta atau pelatihan ditempat kerja

    6.

    Pasal 23 : Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berHak atas pengakuan

    kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    6/15

    7. Pasal 31 : Setiap tenaga kerja mempunyai Hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,

    mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak didalam atau

    diluar negeri

    8. Pasal 67 : Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan

    perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya9. Pasal 78 ayat (2) : Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja

    sebagaimana dimaksud pada Pasal 78 ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur

    10.

    Pasal 79 ayat (1) : Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja

    11.

    Pasal 80 : Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja untuk

    melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya

    12.

    Pasal 82 : Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan

    sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (Satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut

    perhitungan dokter kandungan atau bidan

    13.Pasal 84 : Setiap pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d, Pasal 80 dan Pasal 82 berHakmendapatkan upah

    penuh

    14.Pasal 85 ayat (1) : Pekerja tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi

    15.Pasal 86 ayat (1) : Setiap pekerja mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan atas :

    Keselamatan dan kesehatan kerja, Moral dan kesusilaan dan Perlakuan yang sesuai dengan

    harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama

    16.

    Pasal 88 : Setiap pekerja berHak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang

    layak bagi kemanusiaan

    17.

    Pasal 90 : Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8918.

    Pasal 99 ayat (1) : Setiap pekerja dan keluarganya berHak untuk memperoleh jaminan

    sosial tenaga kerja

    19.Pasal 104 ayat (1) : Setiap pekerja berHak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja

    20.Pasal 137 : Mogok kerja sebagai Hak dasar pekerja dan serikat pekerja dilakukan secara sah,

    tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan

    21.

    Pasal 156 ayat ( 1 ) : Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan

    membayar uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja serta uang penggantiHak yang

    seharusnya diterima

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    7/15

    C. Hak dan Kewajiban sebagai Pengusaha

    Kewajiban-Kewajiban sebagai Pengusaha tertuang dalam UU No. 13 Tahun 2003 antara

    lain :

    1. Memperkerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai

    dengan garis dan derajat kecacatan nya.(Pasal 67 ayat 1UU No 13 tahun 2003)

    2.

    Pengusaha wajib memberikan/ menyediakan angkutan antar Jemput Bagi Pekerja /Buruh

    Perempuan yang berangkat dan pulang pekerja antara pukul 23.00 s.d pukul 05.00(Pasal

    76 (5) UU No.13 Tahun 2003)

    3.

    Setiap Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. (Pasal 77 ayat (1) s.d (4)

    (UU Ketenagakerjaan )

    4.

    Pengusaha wajib Memberi Waktu Istirahat Dan Cuti Kepada Pekerja/Buruh (Pasal 79 UU

    ketenaga kerjaan)

    5.

    Pengusaha Wajib memberikan Kesempatan Secukupnya Kepada Pekerja Untuk

    Melaksanakan Ibadah yang diwajibkan Oleh Agamanya (Pasal 80 UU Ketenagakerjaan)

    6. Pengusaha yang memperkerjakan Pekerja / Buruh Yang melakukan pekerja Untuk

    Melaksanakan Ibadah yang Di wajib kan oleh agama nya (Pasal 80 UU Ketenagakerjaan)

    7. Pengusaha Yang Memperkerjakan Pekerja /Buruh yang melakukan pekerjaan pada hari

    libur resmi sebagai mana di maksud pada ayat (2) Wajib membayar Upah kerja lembur

    (Pasal 85 (3) UU Ketenagakerjaan )

    8.

    Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurang nya 10 (Sepuluh orang

    wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh mentri

    atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 108 (1) UU Ketenagakerjaan .9.

    Pengusaha Wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah

    peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh .

    10.Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja /serikat buruh,serta

    instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenaga kerjaan setempat sekurang-kurang

    nya 7(Tujuh) hari kerja (Pasal 148 UU Ketenaga kerjaan)

    11.

    Dalam Hal terjadi pemutusan Kerja pengusah di wajib kan membayar uang pesangon dan

    atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima

    (pasal 156 (1) UU ketenagakerjaan)

    12.

    Dalam hal pekerja /buruh di tahan pihak yang berwajib karena di duga melakukan tindakpidana bukan bukan atas pengaduan pengusaha,maka pengusaha tidak wajib memberikan

    bantuan kepada keluarga pekerja,buruh yang menjadi tanggungannya. (Pasal 160 ayat (1)

    UU ketenagakerjaan)

    13.

    Pengusaha wajib membayar kepada pekerja ,buruh yang mengalami pemutusan hubungan

    kerja sebagaimana di maksud pada ayat (3)dan ayat (5), uang penghargaan masa kerja

    1(satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (4)

    14.

    Untuk Pengusaha di larang membayar upah lebih rendah dari upah minimum

    sebagaimana di maksud dalam pasal 89 (Pasal 90 UU Ketenagakerjaan)

    15.

    Pengusaha Wajib MembayarUpah/pekerja/buruh menurut peraturan perundang-undangan

    yang berlaku (pasal 91 UU Ketenagakerjaan )

    16.

    Kewajiban Pengusaha lainnya bisa dilihat dalam pasal 33 ayat (2) UU ketenagakerjaan

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    8/15

    Hak-Hak sebagai Pengusaha tertuang dalam UU No. 13 Tahun 2003 antara lain :

    1. Berhak sepenuhnya atas hasil kerja pekerja.

    2. Berhak atas ditaatinya aturan kerja oleh pekerja, termasuk pemberian sanksi

    3.

    Berhak atas perlakuan yang hormat dari pekerja4. Berhak melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat oleh pengusaha

    D.

    Tata kelola Pengupahan pekerja sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan.

    1.

    Cakupan Pengupahan

    Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan)

    pada Bab 10 mengatur tentang Pengupahan. Menurut Pasal 88 ayat (1) UU Ketenagakerjaan,

    setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang

    layak bagi kemanusiaan. Kebijakan pemerintah mengenai pengupahan yang melindungi

    pekerja/buruh meliputi:

    a). upah minimum;

    b). upah kerja lembur;

    c). upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

    d). upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;

    e). upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

    f). bentuk dan cara pembayaran upah

    g). denda dan potongan upah;

    h). hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

    i). struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

    j). upah untuk pembayaran pesangon; dan

    k). upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

    Pasal 89 UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa upah minimum ditetapkan pemerintah

    berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas danpertumbuhan ekonomi. Upah minimum dapat terdiri atas upah minimum berdasarkan wilayah

    provinsi atau kabupaten/kota dan upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi

    atau kabupaten/kota.

    2. Larangan dalam Pengupahan

    Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana yang

    diatur dalam Pasal 89 UU Ketenagakerjaan. Dalam hal pengusaha yang tidak mampu

    membayar upah minimum yang telah ditentukan tersebut, dapat dilakukan penangguhan yang

    tata cara penangguhannya diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    9/15

    Republik Indonesia Nomor: KEP.231/MEN/2003 tentang Tata Cara Penangguhan

    Pelaksanaan Upah Minimum.

    Kemudian, pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan

    pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan

    pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika kesepakatan

    tersebut lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, maka

    kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh

    menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    3.

    Struktur Skala Upah

    Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan,

    masa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Peninjauan upah secara berkala tersebut dengan

    memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas. Ketentuan mengenai struktur dan

    skala upah diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Republik Indonesia Nomor : KEP.49/MEN/2004 tentang Ketentuan Struktur dan Skala Upah.

    4.

    Kewajiban Pembayaran Upah

    Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan. Namun, pengusaha

    wajib membayar upah apabila:

    a) pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;

    b) pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehinggatidak dapat melakukan pekerjaan;

    c) pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah, menikahkan,

    mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran kandungan, suami

    atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam

    satu rumah meninggal dunia;

    d) pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban

    terhadap negara;

    e) pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang

    diperintahkan agamanya;

    f) pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak

    mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat

    dihindari pengusaha;

    g) pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;

    h) pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan

    pengusaha; dan

    i) pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

    Pengaturan pelaksanaan ketentuan di atas, ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan

    Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    10/15

    5.

    Perhitungan Upah Pokok

    Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah

    pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan

    tunjangan tetap.

    6. Sanksi

    Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat

    dikenakan denda. Kemudian, pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya

    mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase

    tertentu dari upah pekerja/buruh. Pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh,

    dalam pembayaran upah diatur oleh Pemerintah.

    Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang

    yang didahulukan pembayarannya.

    7. Kadaluarsa

    Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan

    kerja menjadi kadaluarsa, setelah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya

    hak. Ketentuan mengenai penghasilan yang layak, kebijakan pengupahan, kebutuhan hidup

    yang layak, dan perlindungan pengupahan, penetapan upah minimum, dan pengenaan denda

    diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    E. Kasus

    Dalam makalah ini kami akan mengambil satu kasus yang dialami oleh Sdr. SP dan Sdr.

    MBU sebagai pekerja serta PT.AI sebagai Pengusaha. Dalam kasus ini pihak pekerja merasa

    telah dirugikan oleh pihak pengusaha dalam urusan pembayaran upah khususnya upah

    lembur. Pihak pekerja selama ini tidak mendapatkan bayaran upah atas pekerjaan yang telah

    dilakukan di luar jam kerja wajib atau lebih dikenal dengan lembur.

    Dalam kasus ini pihak pengusaha tidak memenuhi salah satu kewajibannya sebagai pemberi

    kerja yaitu pihak yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan

    dengan bentuk lain. Pihak pekerja telah memenuhi segala ketentuan perusahaan dengan

    bersedia untuk melakukan kerja lembur maupun perjalanan dinas untuk pekerjaan di luar

    kota. Namun begitu, pihak pengusaha tidak memberikan upah lembur sesuai dengan

    ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

    Upaya-upaya telah dikerahkan oleh pihak pekerja untuk menuntut hak mereka. Mulai dari

    berbicara dengan atasan langsung hingga menghadap ke Departemen HRD PT. AI sebagai

    pihak perwakilan perusahaan yang mengurusi permasalahan karyawan. Walaupun begituhasilnya nihil. Pihak perusahaan berdalih jika pembayaran upah lembur dan perjalanan dinas

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    11/15

    telah digabungkan dalam pembayaran gaji bulanan pekerja. Menurut perusahaan, pihak

    pekerja telah setuju dengan kesepakatan tersebut sebelumnya dengan bukti penandatanganan

    perjanjian kerja di awal jenjang karir.

    Faktanya, dalam pembayaran gaji pekerja memang hanya menyertakan 2 komponen upah

    yaitu Gaji pokok dan Tunjangan mutasi. Jelas ini merupakan pelanggaran yag dilakukan olehpengusaha dalam menunaikan kewajibannya dan memberikan hak-hak pekerjanya yang

    tertuang dalam pasal 78 ayat (1) UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Dalam pasal

    itu disebutkan bahwa

    pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh (karyawan) melebihi

    ketentuan waktu kerja normal sesuai dengan pola waktu kerja yang ditentukan (dalam Pasal

    77 ayat [2] UUK) wajib membayar upah kerja lembur sesuai peraturan perundang-undangan

    (yakni pasal 78 ayat [2] dan ayat [3] dan pasal 11 jo. pasal 10 dan pasal 8 Kepmenakertrans

    No. KEP-102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur).

    Ketentuan waktu kerja lembur dan upah kerja lembur tersebut, tidak berlaku bagi sektor

    usaha atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan pasal 78 ayat (4) UUK untuk sektor usaha atau

    pekerjaan tertentu diatur lebih lanjut secara khusus oleh Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasi. Namun, hingga saat ini pengaturan mengenai ketentuanwaktu kerja/waktu

    kerja lembur serta upah kerja lembur bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu, baru ada 2

    (dua)Peraturan,yakni:

    1. Kepmenakertrans. No. 234/Men/2003 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada

    Sektor Usaha Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Daerah Tertentu.

    2. Permenakertrans. No. 15/Men/VII/2005 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada

    Sektor Usaha Pertambangan Umum Pada Daerah Operasi Tertentu.

    Sedangkan untuk sektor usaha atau pekerjaan tertentu lainnya yang hingga saat ini belum

    diatur secara khusus, dapat diperjanjikan oleh para pihak dalam Perjanjian Kerja (PK) dan

    Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan tetap mengindahkan

    ketentuan umum, yaitu:

    a. Maksimum 7 jam per-hari untuk pola waktu kerja 6:1 atau maksimum 8 jam per-hari untuk

    pola waktu kerja 5:2 (Pasal 77 ayat (2) UUK;

    b. Apabila melebihi ketentuan waktu kerja yang ditentukan sebagaimana tersebut, wajib

    diperhitungkan sebagai waktu kerja lembur dengan hak memperoleh upah kerja lembur.;

    c. Pelaksanaan waktu kerja lembur, harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : persetujuan

    (masing-masing) dari pekerja yang bersangkutan; waktu kerja lembur hanya maksimum 3

    (tiga) jam per-hari (untuk lembur pada hari kerja; dan komulatif waktu kerja lembur per-minggu maksimum 14 jam, kecuali lembur dilakukan pada waktu hari istirahat mingguan/hari

    libur resmi (Pasal 78 ayat (1) UUK jo Pasal 3 ayat (2) Kepmenakertrans No. KEP-

    102/MEN/VI/2004.

    Pada dasarnya, ketentuan mengenai lembur secara umum telah diatur dalam Pasal

    77Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU

    Ketenagakerjaan).Dalam pasal ini disebutkan:

    (1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.

    (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

    a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari

    kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

    http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/13146/node/10/uu-no-13-tahun-2003-ketenagakerjaanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/13146/node/10/uu-no-13-tahun-2003-ketenagakerjaan
  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    12/15

    b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)

    hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

    (3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi sektor

    usaha atau pekerjaan tertentu.

    (4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.

    Adapun aturan khusus yang mengatur mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur

    adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-

    102/MEN/VI/2004 Tahun 2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur

    (Kepmenakertrans 102/VI/2004).

    Menurut Pasal 1 Kepmenakertrans 102/VI/2004, waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang

    melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1(satu) minggu untuk 6 (enam) hari

    kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam sehari dan 40(empat puluh) jam 1 (satu)minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau waktu kerja padahari istirahat

    mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.

    pada dasarnya pengusaha wajib mematuhi ketentuan waktu kerja yang disebut dalam Pasal 77

    UU Ketenagakerjaan dan apabila melebihi waktu-waktu yang disebut dalam Pasal 1

    Kepmenakertrans 102/VI/2004, maka dinamakan waktu kerja lembur.

    Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud

    di atas berdasarkan Pasal 78 ayat (1) UU Ketenagakerjaan harus memenuhi syarat:

    ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan

    waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan

    14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

    Dalam konteks pertanyaan Anda, maka waktu kerja lembur yang dilakukan oleh karyawan

    hampir setiap 2 sampai 3 hari di setiap minggunya itu pada dasarnya hanya dapat dilakukan

    paling banyak 3 jam dalam satu harinya dan 14 jam dalam satu minggunya. Oleh karena itu,

    perlu dilihat kembali berapa lama waktu lembur yang dilakukan oleh karyawan.

    Hal penting lainnya adalah lembur itu harus didasari oleh persetujuan karyawan yang

    bersangkutan dan pengusaha yang mempekerjakan karyawan melebihi waktu kerja wajib

    membayar upah kerja lembur.

    Ini artinya, pemberian uang lembur dalam konteks pertanyaannya sifatnya bagi perusahaan

    tersebut adalah wajib. Pemberian upah lembur didasarkan pada lebihnya ketentuan waktu

    kerja yang seharusnya dan tidak dikaitkan dengan sudahnya upah karyawan di atas UMP.

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    13/15

    Menurut Pasal 90 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, pengusaha dilarang membayar upah lebih

    rendah dari upah minimum, baik upah minimum (UM) berdasarkan wilayah

    propinsi atau kabupaten kota(yang sering disebut Upah Minimum Regional, UMR)

    maupun upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah propinsi atau kabupaten/kota (Upah

    Minimum Sektoral, UMS). Dengan kata lain, dibayarnya upah karyawan yang sudah

    melebihi UMP tidak serta merta menghapuskan kewajiban perusahaan untuk memberi upah

    kerja lembur bagi karyawannya yang bekerja lembur.

    Intinya adalah pekerja merasa sangat dirugikan karena dengan dan/atau tanpa melaksanakan

    kerja lembur akan tetap menerima upah yang sama.

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    14/15

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dalam ringkasan Undang-undang tentang Ketenagakerjaan, Hak dan Kewajiban terhadap

    para tenaga kerja diatas dapat kita simpulkan, bahwa hubungan antara pengusaha dengan

    tenaga kerja haruslah diselingi dan diimbangi dengan adanya hak-hak dan kewajiban diantara

    keduanya supaya tidak terjadi kesetimpangan atau penyalahgunaan kekuasaan. Oleh karena

    itu para tenaga kerja dan pengusaha selaku pemegang kekuasaan haruslah patuh dan tunduk

    kepada aturan-aturan yang berlaku didalam ruang lingkup kerjanya (Perjanjian kerja)

    Para tenaga kerja mempunyai beban kewajiban yang tidak dapat dipisahkan dalan status

    kerjanya, diantaranya para tenaga kerja harus menjaga ketertiban demi kelangsungan

    produksi, menyalurkan aspirasi secara demokrasi, mengembangkan keterampilan dan

    keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota

    beserta keluarganya, yang terpenting melaksanakan ketentuan yang ada dalam perjanjian

    kerja bersama. Dengan demikian maka para tenaga kerja akan secara otomatis mendapatkan

    hak-haknya selaku tenaga kerja diantaranya memperoleh perlakuan yang sama

    Dalam hal pemberian upah pekerja maka perusahaan sebaiknya mempertimbangkan dan

    mematuhi peraturan tentang ketenagakerjaan yaitu mengacu kepada UU No.13 tahun 2003.

    Perusahaan hendaknya memberikan upah yang penuh, baik itu gaji pokok, upah lembur,

    maupun tunjangan-tunjangan lain yang telah tersurat dalam peraturan tersebut. Hal ini jugahendaknya dipenuhi demi tercapainya kondisi kerja yang ideal bagi pengusaha dan pekerja

    demi mencapai kesejahteraan bersama.

    Sebagai pekerja hendaknya kita juga memahami segala peraturan perundang-undangan

    sebagai payung hukum bagi tenaga kerja. Agar kedepannya dapat menuntut hak-haknya

    secara penuh sebagai tenaga kerja apabila dikemudian hari ditemukan pelanggaran-

    pelanggaran yang dilakukan oleh pengusaha atau perusahaan.

    B. Saran

    1. Pekerja wajib mengetahui peraturan perundang-undangan sebagai payung hukum tenaga

    kerja di Indonesia.

    2. Jangan ragu untuk berkomunikasi dengan pihak perusahaan jika dirasa ada hak-hak sebagai

    pekerja yang belum dipenuhi.

    3. Utamakan musyawarah dengan serikat pekerja jika dirasa perlu untuk membantu kelancaran

    proses mendapatkan hak-hak tersebut.4.

    Cermati segala poin yang tertuang dalam perjanjian kerja sebelum menyetujuinya dan

    tanyakan jika ada poin yang belum jelas kepada pihak perusahaan.

    Makalah kami ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam hal segi penulisan

    maupun materinya. Kami harap saran dan kritik yang membangun dari para pembaca

    sekalian demi mencapai hasil yang lebih baik kedepannya.

  • 5/19/2018 MAKALAH Hukum Ketenagakerjaan

    15/15

    DAFTAR PUSTAKA

    Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-

    102/MEN/VI/2004 Tahun 2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur

    Manulang, SH., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Rineka Cipta,Jakarta, Cetakan kedua

    Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan