makalah histrionik

34
DAFTAR ISI Daftar Isi ………..………………………………………………………………... 1 BAB I : Pendahuluan ……………………………………………………. 2 BAB II : Laporan Kasus ………………………………………………….. 3 BAB III : Pembahasan …………………………………………………….. 6 A. Ananmnesis …………………………………………………… 6 B. Pengkajian Masalah ………………………………………….... 8 C. Pemeriksaan Fisik ……………………………………………...9 D. Pemeriksaan Diagnostik Lanjutan ...........…………………..10 E. Ringkasan Penemuan ………………………………………… 10 F. Diagnosis …………………………………………….……….. 11 G. Diagnosis Banding ……………………………………………12 H. Rencana Penatalaksanaan …………..…………………………13 I. Prognosis …………………………………………...…………..14 BAB IV : Tinjauan Pustaka ……………….…………………………...…..15 BAB V : Kesimpulan ……………………..…………………………...…..23 Daftar Pustaka .…………………………………………………………………...24 1

Upload: heidiangelika

Post on 17-Feb-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MO ME

TRANSCRIPT

Page 1: makalah Histrionik

DAFTAR ISI

Daftar Isi ………..………………………………………………………………... 1

BAB I : Pendahuluan ……………………………………………………. 2

BAB II : Laporan Kasus ………………………………………………….. 3

BAB III : Pembahasan …………………………………………………….. 6

A. Ananmnesis ……………………………………………………6

B. Pengkajian Masalah …………………………………………....8

C. Pemeriksaan Fisik ……………………………………………...9

D. Pemeriksaan Diagnostik Lanjutan …...........…………………..10

E. Ringkasan Penemuan ………………………………………… 10

F. Diagnosis …………………………………………….……….. 11

G. Diagnosis Banding ……………………………………………12

H. Rencana Penatalaksanaan …………..…………………………13

I. Prognosis …………………………………………...…………..14

BAB IV : Tinjauan Pustaka ……………….…………………………...…..15

BAB V : Kesimpulan ……………………..…………………………...…..23

Daftar Pustaka .…………………………………………………………………...24

1

Page 2: makalah Histrionik

BAB I

PENDAHULUAN

Diskusi kasus pertama Modul Organ Mental Emosional berjudul “Nn. I

diantar oleh ibunya dengan keluhan mengigau, teriak-teriak, kedua kaki nyeri dan

lemah/tidak kuat untuk berjalan sendiri” yang terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama

dilaksanakan pada hari Rabu, 8 Mei 2013 pukul 08.00 – 10.00 WIB yang diketuai

oleh Luzelia Marta Sequeira Saldanha dan sekretaris oleh Heidi Angelika Anggaria,

serta tutor yang mendampingi oleh DR. dr. Rudy Hartanto, M.Fil, bertempat diruang

708B lantai 7 Fakultas Kedokteran Trisakti. Lalu dilanjutkan dengan diskusi sesi

kedua yang jatuh pada hari Jumat, 10 Mei 2013 pukul 13.00 – 15.00 WIB yang

diketuai oleh Muhammad Hafizh Muttaqin dan sekretaris oleh Heidi Angelika

Anggaria, yang juga didampingi oleh tutor DR. dr. Rudy Hartanto, M.Fil, yang

bertempat di ruang 708B lantai 7 Fakultas Kedokteran Trisakti.

Berikut merupakan soal serta pembahasan yang mencakup : anamnesis, status

mental, pemeriksaan fisik, diagnosis, pentalaksanaan, komplikasi, hingga kepada

prognosis pasien tersebut yang dijabarkan secara sistematis.

2

Page 3: makalah Histrionik

BAB II

LAPORAN KASUS

Skenario I

Nn. I, 21 tahun dibawa ke Unit Gawat Darurat RSP Trisakti Sabar-Subur

Cimone Tangerang oleh ibunya dengan keluhan mengigau, teriak-teriak, kedua kaki

nyeri dan lemah/tidak kuat untuk berjalan sendiri.

Skenario II

Pagi itu anda sebagai seorang koasisten yang sedang bertugas di UGD- setelah

pasien Nn. I diberi kartu berobat dan anda mendapat giliran memeriksa pasien, maka

anda menuju meja periksa dengan percaya diri layaknya seorang dokter muda oleh

karena telah mempunyai bekal untuk pemeriksaan dari hasil diskusi scenario I.

Pasien didorong naik kursi roda oleh ibunya kearah meja periksa, kemudian

didudukan pada kursi yang tersedia didepan meja pemeriksa. Semalam ibunya sangat

terkejut ketika pasien minta ditopang bahunya untuk dapat berjalan ketempat tidur

“kaki saya lemas dua-duanya, pegal-pegal, dan linu-linu seperti lumpuh”

Skenario III

Ibunya mengatakan bahwa putrinya sebelum memperlihatkan keanehan ini

mengalami pusing dan tidak enak badan, BAB 4-5 kali/hari dengan konsistensi cair.

Sejak 4 hari yang lalu, makan sedikit sekali karena merasa mual disertai muntah.

Anaknya mulai mengigau memanggil-manggil almarhum neneknya dan berteriak ada

temannya yang berniat menjahati dirinya.

Nn. I mengatakan bahwa dirinya tidak sakit, memang benar melihat neneknya

yang sudah meninggal datang berkali-kali, namun hanya mendatanginya dan tidak

mau diajak bicara. Teman kerjanya iri pada dirinya dan selalu menceritakan akan

mencelakainya.

3

Page 4: makalah Histrionik

Skenario IV

Pada pemeriksaan didapati:

Kesadaran fluktuatif, kontak psikis tidak baik, orientasi tidak baik, pasien

tampak gelisah dan gugup, pucat dan tampak lelah. Suhu 38,5oC, tekanan darah

110/80, nadi 98/menit-kuat teratur, pernafasan 20/m, teratur lega.

Pada perkusi dan auskultasi tidak ada kelainan pulmo, cor, hepar maupun lien,

THT, mata, gigi mulut baik, peristaltic abdomen meningkat, ekstremitas atas baik dan

ekstremitas bawah lemah.

Skenario V

Pemeriksaan tungkai bawah :

Kedua kaki supel bila digerak-gerakan tidak ada kaku atau hambatan sekali

kali ada kontraksi otot otot tungkai dan jari-jari kakinya refleksiologis positif, reflex

patologis (-) tetapi nyeri di otot.

Pemeriksaan saraf :

n I – n XII baik tidak tampak kaku kuduk, tremor ataupun kaku-kaku.

Pemeriksaan psikiatri :

Afek & emosi distim, jalan & isi pikir terdapat waham. Sikap tidak kooperatif

dan tidak dapat mengikuti dan melaksanakan semua perintah yang diberikan. Pasien

tidak tenang, agak cemas.

Selama pemeriksaan pasien menunjukan adanya perasaan ketakutan yang jelas

menonjol. Pasien anak bungsu dari 5 bersaudara, 2 laki-laki dan 3 wanita. Saat kecil

sampai lulus SMP tampak ibu dan ayah termasuk kakak-kakak memanjakan pasien.

Pasien diam saja bila dirinya diatur orang lain, kurang percaya akan

kemampuan diri, pasien tidak tahan dengan celaan dan pasien menarik diri dari

hubungan sosial karena takut tidak diterima oleh lingkungan tersebut.

Pasien tidak pernah tinggal kelas dan tamat SMU Gunung Kidul saat usia 18

tahun teman banyak tetapi sangat mudah dipengaruhi teman-temannya.

4

Page 5: makalah Histrionik

Laboratorium :

Hb 10,5; AE 4 Juta; AL 4000

Elektrolit : K 1,5

Urin protein +

Imunologi normal

Foto Toraks normal; Widal O + 1/320

5

Page 6: makalah Histrionik

BAB III

PEMBAHASAN

A. ANAMNESIS

Nama : Nn. I

Umur : 21 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : -

Agama : -

Suku Bangsa : -

Pekerjaan : -

Status Pernikahan : -

Datang diantar oleh : Ibu pasien

Dari anamnesis didapatkan :

Keluhaan Utama : Mengigau, teriak-teriak, kedua kaki nyeri dan

lemah/tidak kuat untuk berjalan sendiri.

Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien mengeluh kedua kakinya lemas, pegal – pegal, dan linu-linu

seperti lumpuh.

Sebelum timbul keluhan utama terdapat keluhan pusing dan tidak enak

badan, BAB 4-5 kali/hari dengan konsistensi cair.

Sejak 4 hari lalu, pasien makan sedikit sekali karena merasa mual dan

muntah.

Mengigau memanggil - manggil almarhum neneknya.

Berteriak ada temannya yang berniat menjahati dirinya.

6

Page 7: makalah Histrionik

Pasien mengatakan dirinya tidak sakit, memang benar melihat

neneknya yang sudah meninggal datang berkali – kali namun hanya

mendatangi dan tidak mau diajak bicara.

Riwayat Kehidupan Pribadi

Pasien adalah anak bungsu dari 5 bersaudara, 2 laki-laki, 3 perempuan.

Sejak kecil sampai lulus SMP tampak ibu dan ayah termasuk kakak-

kakak pasien memanjakan pasien.

Pasien diam saja bila dirinya diatur oleh orang lain.

Kurang percaya akan kemampuan diri.

Pasien tidak tahan dengan celaan.

Pasien menarik diri dari hubungan sosial karena takut tidak diterima

oleh lingkungan tersebut.

Pasien tidak pernah tinggal kelas dan tamat SMU saat usia 18 tahun.

Pasien memiliki banyak teman tetapi sangat mudah dipengaruhi teman-

temannya.

Adapun anamnesis tambahan pada kasus ini, antara lain :

Riwayat Gangguan Sekarang

Kapan terjadinya gejala awal?mendadak atau tidak?

Bagaimana kondisi pasien sejak gejala timbul sampai sekarang?

Apakah semakin buruk?

Apa makanan yang di konsumsi sebelum terjadinya diare?

Bagaimana pola makan pasien sehari-hari?

Apakah pasien masih mengingat tentang dirinya? Orang tuanya,

saudara terdekatnya?

Riwayat Gangguan Dahulu

Apakah pasien pernah mengalami hal serupa sebelumnya?

Apakah pasien pernah dirawat atau berobat? Kapan dan berapa lama?

Apa alasan dirawat? Bagaimana kondisi pasien setelah dirawat?

Riwayat Kehidupan Pribadi

Apakah anak yang diharapkan atau tidak?

Bagaimana perkembangan psikomotor sejak anak-anak sampai

dewasa?

Bagaimana perilaku pasien sehari-hari?

7

Page 8: makalah Histrionik

Apakah ada masalah pekerjaan?

Bagaimana hubungan sosial dengan teman-temannya?

Sejak kapan nenek pasien meninggal?

Bagaimana hubungan kedekatan pasien dengan neneknya?

B. PENGKAJIAN MASALAH

RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Daftar Masalah Identifikasi MasalahNona I, 21 tahun dibawa ke Unit Gawat Darurat RSP Trisakti

Usia remaja akhir, dewasa muda → merupakan faktor resiko dari skizophrenia dan jarang dijumpai gangguan mental organik pada usia tersebut

Dibawa ke UGD → keadaan gawat darurat

Mengigau, teriak – teriak Ketakutan, gangguan persepsi → mungkin akibat suatu stressor, intoksikasi zat psikoakftif

Kedua kaki nyeri dan lemah/tidak kuat untuk jalan sendiri

Kaki lemas dua – duanya, pegal – pegal dan linu – linu seperti lumpuh

Somatogenik: trauma → gangguan pada medulla spinalis, infeksi, autominun (RA), gangguan vaskuler (stroke), gangguan metabolik (DM)

Psikogenik: gangguan mental organik, somatoform, depresi, konversi

Sebelum memperlihatkan keanehan mengalami pusing dan tidak enak badan, BAB 4 – 5x/hari dengan konsistensi cair. Sejak 4 hari yang lalu makan sedikit sekali karena merasa mual disertai muntah

Pusing, tidak enak badan, diare, mual, muntah → thypoid fever

Makan sedikit, mual, muntah → dapat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit

Mengigau memanggil – manggil almarhum neneknya

Berteriak ada temannya yang berniat menjahati dirinya

Halusinasi

Waham curiga

Nona I mengatakan dirinya tidak sakit

Melihat neneknya yang sudah meninggal berkali – kali

Teman kerjanya iri pada dirinya dan selalu menceritakan akan mencelakai

Derajat tilikan 1

Halusinasi

Waham curiga

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

Daftar Masalah Identifikasi Masalah

8

Page 9: makalah Histrionik

Anak bungu dari 5 bersaudara, dimanjakan oleh ibu dan ayah termasuk kakak – kakaknya

Dimanjakan → jarang menghadapi konflik

Diam saja bila dirinya diatur orang lain, kurang percaya akan kemampuan diri, pasien tidak tahan dengan celaan dan pasien menarik diri dari hubungan sosial karena takut tidak diterima oleh lingkungan

Kurang percaya kemampuan diri sendiri,

tidak tahan celaan dan menarik diri dari

hubungan sosial karena takut tidak

diterima lingkungan → ciri kepribadian

dependen

Tidak pernah tinggal kelas dan tamat

SMU saat usia 18 tahun, teman banyak

tetapi mudah dipengaruhi teman –

temannya

Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain → ciri kepribadian histrionik

STATUS MENTAL

Daftar Masalah Identifikasi Masalah

Penampilan :

Pucat dan tampak lelah

Gelisah dan gugupTidak tenang, agak cemas

Tidak kooperatif

Selama pemeriksaan merasa ketakutan

Kontak psikis tidak baik

Kurang tidur, ketakutan

Intoksikasi zat psikoaktif, gangguan mental organik

Atensi kurang, kesadaran menurun

Paranoid

Tidak adanya hubungan afektif antara dia dengan pemeriksa → gangguan atensi

Mood :

Afek dan emosi distim

Distim → perasaan tidak enak (marah, kesal)

Gangguan Persepsi :

Halusinasi visual

Persepsi palsu yang melibatkan

penglihatan baik suatu citra yang

berbentuk maupun yang tidak berbentuk

→ Pasien merasa melihat neneknya yang

sudah meninggal

Jalan dan isi pikir terdapat waham Waham → isi pikir patologis, tidak dapat dikoreksi dan tidak sesuai dengan sosiobudaya

Orientasi tidak baik Gangguan fungsi intelektual

9

Page 10: makalah Histrionik

C. PEMERIKSAAN FISIK

Daftar Masalah Identifikasi Masalah

Kesadaran fluktuatif Delirium → gangguan mental organik

Suhu : 38,50C Febris → infeksi

Peristaltik abdomen meningkat DiareEkstremitas bawah lemah Gangguan somatoform, gangguan pada

medulla spinalis, gangguan keseimbangan elektrolit

Kedua kaki supel bila digerak – gerakan tidak ada kaku atau hambatan sekali – kali ada. Nyeri di otot

Gangguan pada saraf perifer, gangguan

pada medulla spinalis,gangguan pada otot

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUTAN

Daftar Masalah Identifikasi Masalah

Hb 10,5% (N = 11,5 – 16,5%)Eritrosit 4jt (N = 4,5 – 5,5jt)

Anemia

Leukosit 4000 (N = 5000 – 10.000) LeukopeniaKalium 1,5mmol/L (N = 3,7 – 5,2mmol/L) HipokalemiaUrin protein + (N = –) ProteinuriaWidal O +1/320 Thypoid fever

E. RINGKASAN TEMUAN

Pasien Nn. I berumur 21 tahun diantar ke UGD oleh ibunya dengan keluhan

mengigau, teriak – teriak, kedua kaki nyeri dan lemah tidak kuat untuk berjalan

sendiri hingga menggunakan kursi roda. Ibu pasien mengatakan keluhan lemas seperti

lumpuh baru dirasakan sejak semalam sebelum tiba di rumah sakit.

Sebelumnya pasien mengalami pusing, tidak enak badan, diare, serta mual

muntah sejak 4 hari yang lalu sehingga kemungkinan pasien menderita demam tifoid

sebelum terjadi memperlihatkan keluhan saat ini.

Pada pasien ini juga terdapat halusinasi tentang almarhum neneknya yang

menjadi penyebab pasien mengigau dan waham curiga yang mengakibatkan pasien

berteriak – teriak ketakutan akan dicelakai teman kerjanya. Nn. I menyangkal bahwa

dirinya sakit sehingga disimpulkan pasien ada pada derajat tilikan 1.

Pada pemeriksaan fisik lebih lanjut didapati keadaan umumnya pucat, tampak

lelah, gelisah dan gugup. Kesadaran pasien fluktuatif atau delirium yang menandakan

pasien mengalami gangguan mental organik bahkan disertai gangguan fungsi

10

Page 11: makalah Histrionik

intelektual dan atensi karena orientasi dan kontak psikis yang tidak baik. Tanda –

tanda vital intak kecuali ditemukan kenaikan suhu tubuh. Perkusi dan auskultasi,

kelainan hanya pada meningkatnya peristaltik abdomen. Kemudian pemeriksaan

ekstremitas bawah lemah, pada tungkai bawah diketahui kedua kaki supel bila

digerakkan dengan sekali kali ada kontraksi otot – otot tungkai dan jari – jarinya,

kondisi refleks baik tanpa refleks patologis tetapi terdapat nyeri di otot.

Pada pemeriksaan psikiatri ditemukan afek dan mood distim; jalan dan isi

pikiran terdapat waham; tidak kooperatif dan pasien tidak tenang tampak agak cemas

dan ketakutan yang jelas menonjol.

Pasien merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara yang sering dimanja oleh

keluargnya. Pasien memiliki kepribadian premorbid dengan ciri histrionik dan

dependen karena mudah dipengaruhi oleh teman – teman, kurang percaya akan

kemampuan diri dan akan menarik dari hubungan sosial karena tidak tahan celaan

serta apabila tidak diterima oleh lingkungan.

Pemeriksaan laboratorium menyatakan pada pasien terdapat anemia,

leukopenia, hipokalemia, proteinuria, dan Widal O + 1/320 yang menandakan pasien

positif menderita demam tifoid.

F. DIAGNOSIS

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan psikiatris dan status mental serta pemeriksaan

diagnostik lanjutan (pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan laboratorium darah),

diagnosis kerja kelompok kami adalah Gangguan Mental Organik disertai Gangguan

Kepribadian Dependen dan Gangguan Kepribadian Histrionik, karena sudah

memenuhi kriteria diagnostik dari PPDGJ - III.

Diagnosis multiaksial dapat dituliskan sebagai berikut:

Aksis I : F06 Gangguan Mental Lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak

dan penyakit fisik

Aksis II : F60.7 Gangguan Kepribadian Dependen

F60.4 Gangguan Kepribadian Histrionik

Aksis III : A00 – B99 Penyakit Infeksi dan Parasit tertentu

Aksis IV : Masalah pekerjaan

Aksis V : GAF = 80 – 71 (saat ke dokter)

gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial.

11

Page 12: makalah Histrionik

G. DIAGNOSIS BANDING

1. Gangguan Konversi

Ciri dari gangguan ini adalah adanya perubahan besar dalam fungsi fisik atau

hilangnya fungsi fisik. Simtom ini tidak dibuat secara sengaja, namun biasanya

muncul dalam kondisi yang penuh dengan tekanan. Gangguan ini dinamakan konversi

karena adanya keyakinan dari psikodinamika bahwa gangguan tersebut

mencerminkan penyaluran/konversi, dari energi seksual/agresif ke simtom fisik.

Merupakan gejala klasik menunjukkan adanya gangguan yang berkaitan

dengan kerusakan neurologis, padahal secara fisiologis tidak ada masalah.

Gangguan diadopsi secara involunter atau tak sadar

Pada sepertiga kasus ditemukan adanya ‘la belle indifference’ yaitu

ketidakpedulian relative terhadap gejala.

Kelumpuhan parsial atau total pada tangan atau kaki, gangguan seizures dan

koordinasi, sensasi gatal, mati rasa, dll.

Pada fungsi penglihatan dapat terjadi buta total, tunnel vision (lapangan

penglihatan terbatas)

Pada fungsi suara dapat terjadi aphonia (kehilangan suara hanya berbisik)

Pada fungsi penciuman dapat terjadi anosmia (kehilangan sense penciuman)

False pregnancy, penderita merasa dirinya hamil padahal secara organis tidak

terjadi apa-apa

Muncul dalam situasi stress, berhubungan dengan psikologis, membolehkan

individu untuk menghindar dan mendapat perhatian orang lain.

Ciri Diagnostik Gangguan Konversi

1. Paling tidak terdapat satu simtom/defisit yang melibatkan fungsi motorik/sensoris

yang menunjukkan adanya gangguan fisik.

2. Faktor psikologis dinilai berhubungan dengan gangguan tersebut karena

onset/kambuhnya simtom fisik terkait dengan munculnya stresor psikososial atau

situasi konflik.

3. Orang tersebut tidak sengaja menciptakan simtom atau berpura-pura memiliki

dengan tujuan tertentu.

12

Page 13: makalah Histrionik

4. Simptom tidak dapat dijelaskan sebagai suatu ritual budaya atau pola respon, juga

tidak dapat dijelaskan dengan gangguan fisik apapun melalui landasan pengujian

yang tepat.

5. Simptom menyebabkan distres emosional yang berarti, hendaya dalam satu atau

lebih area fungsi, seperti fungsi sosial atau pekerjaan, atau cukup untuk menjamin

perhatian medis.

Simptom tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah fungsi seksual, juga tidak

dapat disebabkan oleh gangguan mental lain.1

H. RENCANA PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

1. Rawat inap

Pasien diindikasikan rawat inap berdasarkan keadaan umum pasien, dan

penyakit typhoid yang di derita agar mendapat terapi lebih lanjut

2. Pemberian Nacl fisiologis 0,9% dan KCL 0,3% 40mEq/L

pemeberian Nacl fisiologis ini berguna untuk mencegah terjadinya dehidrasi

pada pasien ini mengingat pasien mengalami diare, sedangkan pemberian

KCL 0,3% untuk meningkatkan kadar kalium pada pasien.

3. Antibiotik

Kloramfenikol: dosis hari pertama 4x250mg, hari kedua 4x500mg diberikan

selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis

diturunkan menjadi 4x250mg selama 5 hari kemudian. Untuk mengeradikasi

kuman penyebab Typhoid.2

4. Antipiretik

Paracetamol 3x500mg sehari sampai 7 hari bebas demam.

5. Antipsikotik untuk menghilangkan gejala psikosisnya

Haloperidol 2-10mg IM , setelah pasien tenang bisa diberikan secara oral

sampai gejala psikotis hilang.3

Non medikamentosa

1. Istirahat dan perawatan bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat

penyembuhan. Pasien harus tirah baring sampai minimal 7 hari bebas demam

atau kurang lebih selama 14 hari. Jika kesadaran pasien menurun, posisinya

perlu diubah-ubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik.

13

Page 14: makalah Histrionik

Defekasi dan buang air kecil juga perlu diperhatikan karena kadang-kadang

terjadi obstipasi dan retensi urin.

2. Diet makanan

- Makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang, dan

menimbulkan gas

- Susu 2 kali sehari perlu diberikan

- Bila anak sadar dan nafsu makan baik, dapat diberikan makanan lunak.4

I. PROGNOSIS

Pada pasien ini prognosisnya secara umum baik.

Ad Vitam : Ad Bonam

penyakit yang diderita pasien biasanya tidak menyebabkan

kematian dan biasanya cenderung tidak mengancam jiwa

pasien dan orang lain.

Ad Functionam : Ad Bonam

biasanya gejala gangguan mental organik biasanya akan

perlahan ikut menghilang sampai setelah faktor penyebabnya

(pada pasien ini penyakit typhoid) hilang. Onset terjadinya

juga pada usia muda sehingga akan lebih mudah sembuh.

Ad Sannationam : Ad Bonam

biasanya gejala gangguan mental organik biasanya akan

timbul apabila ada faktor penyebabnya.

14

Page 15: makalah Histrionik

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEMAM TIFOID

1.1 Definisi

Demam tifoid (Typhus abdominalis, Typhoid fever, enteric fever) merupakan

penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala

demam selama satu minggu atau lebih dengan disertai gangguan pada saluran

pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).

1.2 Patogenesis

Telah ditunjukkan pada diagram mengenai patogenesis perjalanan penyakit.

Pasien mengalami delirium yang diakibatkan oleh infeksi dari Salmonella typhii

endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada

15

Page 16: makalah Histrionik

jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi

pusat termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam dan kemudian

berkomplikasi pada neuropsikiatrik dengan manifestasi delirium itu sendiri. Gejala-

gejala delirium pada pasien ini menjadi manifestasi klinik yang utama, tetapi delirium

yang terdapat pada kasus ini merupakan komplikasi dari demam tifoid.

Manifestasi neuropsikiatrik pada kasus ini, timbul delirium tanpa kejang.

Gejala-gejala delirium yang dialami pasien antara lain adalah gelisah, bicara kacau,

sulit tidur, penurunan kesadaran biologis dan gangguan kessadaran psikososial.

Sindrom klinis seperti ini disebut sebagai tifoid toksik oleh beberapa peneliti. Adapun

penyebab delirium selain infeksi adalah intoksikasi, alkohol, ensefalopati metabolik,

dan sebagainya. Delirium merupakan gangguan mental organik.

1.3 Diagnosis

Selain melihat gejala klinis yang ada, diagnosa juga ditegakkan melalui

pemeriksaan laboratorium, yaitu :

1.       Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis

a.        Darah tepi : terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif,

aneosinifilia, anemia, dan trombositopenia ringan.

b.        Sumsum tulang : terdapat gambaran sumsum tulang berupa

hiperaktif RES dengan adanya sel makrofage, sedangkan sistem

eritopoesis, granulopoesis, dan trombopoesis berkurang.

2.       Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis

a.          Kultur empedu (+) dalam darah pada minggu I, dalam tinja

pada minggu ke II dan urin pada minggu ke III.

b.         Reaksi widal (+), Titer zat anti terhadap antigen O >1/160 atau

1/200

1.4 Komplikasi

16

Page 17: makalah Histrionik

Dapat terjadi pada :

a.        Di usus halus

Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :

1.       Perdarahan usus

                Diagnosis dapat ditegakkan dengan :

-          penurunan TD dan suhu tubuh

-          denyut nadi bertambah cepat dan kecil

-          kulit pucat

-          penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel

2.       Perforasi usus

        Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada

bagian distal ileum.

3.       Peritonitis

                Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:

-          nyeri perut hebat

-          kembung

-          dinding abdomen tegang (defense muskulair)

-          nyeri tekan

-          TD menurun

-          Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang

17

Page 18: makalah Histrionik

        Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam

waktu singkat.

b.        Diluar usus halus

-    Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.

-    Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi

sekunder

-    Kolesistitis

-    Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang,

muntah, demam tinggi

-    Miokarditis

-    Karier kronik.4

2. DELIRIUM

2.1 Definisi

Delirium adalah suatu keadaan kebingungan (confusion) mental yang dapat

disertai fluktuasi kesadaran, kecemasan, halusinasi, ilusi, dan waham (delusi).

Kelainan ini dapat menyertai infeksi, kelainan metabolik, dan kelainan medis atau

neurologis lain atau berhubungan dengan penggunaan obat-obatan atau gejala putus

obat.

2.2 Patofisiologi Delirium

Delirium merupakan manifestasi disfungsi neurologis, terutama di daerah

yang peka di korteks dan sistem retikular; jarang di serebelum. Dua mekanisme

neuronal yang mencetuskan delirium adalah pelepasan neurotransmitter yang

berlebihan dan pengaturan sinyal abnormal. Patofisiologi terbaru adalah adanya

ketidakseimbangan neurotransmitter berupa defisit kolinergik dan kelebihan dopamin.

18

Page 19: makalah Histrionik

2.2 Gejala

Gejala yang berhubungan dengan delirium adalah: gangguan dari siklus tidur-

terjaga,mengantuk, tidak dapat beristirahat, inkoherensi, iritabilitas, labilitas emosi,

misinterpretasi persepsi (ilusi), dan halusinasi. Manifestasi delirium sering memburuk

pada malam hari.

Gangguan memori dan bahasa yang memiliki onset cepat, dan disorientasi

yang sebelumnya tidak terdapat merupakan indikasi terjadinya delirium. Karakteristik

lain meliputi tedapatnya kondisi medis atau neurologis dimana gangguan mental

bersifat sekunder dan hilangnya gangguan mental tersebut apabila kelainan medis atau

neurologis telah sembuh.3

3. GANGGUYAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK

3.1 Etiologi

Gangguan ini dijelaskan berdasarkan pendekatan psikoanalisa. Perilaku

emosional dan ketidaksenonohan secara seksual didorong oleh ketidaksenonohan

orang tua, terutama ayah terhadap anak perempuannya. Kebutuhan untuk menjadi

pusat perhatian dipandang sebagai cara untuk mempertahankan diri dari perasaan

yang sebenarnya yaitu self-esteem yang rendah.5

3.2 Perspektif psikososial

19

Page 20: makalah Histrionik

a)Psikodinamik

Para ahli psikodinamika melihat gangguan ini sebagai hasil dari kebutuhan-

kebutuhan akan ketergantungan yang sangat mendalam dan merupakan represi-represi

dri emosi, hambatan dari resolusi setiap tahap oral atau oedipal. Pencarian atensi

berasal dari kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain.

b)Behavioral

Orang dengan tipe histerionik biasanya berasal dari kelurga yang memanjakan

dan membiarkan sifat manjanya hingga dewasa (being daddy’s "pretty little girl"). Hal

ini manjadi suatu pembiasaan sehingga terbentuk karakter yang menetap mengenai

sifat manja dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Selain itu, biasanya, dalam keluarga tabu untuk mendidik atau mengenalkan.

masalah seks. Selain itu, ada pndapat lain yaitu ketika masa kanak mengalami

hubungan dengan orang tua yang tidak harmonis sehingga kehilangan rasa cinta. Lalu

untuk mempertahankan ketakutan akan kehilangan yang sangat, dia bereaksi secara

dramatis.

c)Cognitive

Para ahli kognitif berpendapat bahwa asumsi dasar yang mengarahkan orang-

orang bertingkah laku histerionik adalah “aku tidak cukup dan tidak mampu

menangani hidup dengan caraku sendiri”. Meskipun asumsi ini dipakai untuk orang

dengan gangguan lain, secara khusus yang mengalami depresi dan orang-orang

histrionik merespon asumsi ini secara lebih berbeda dibandingkan dengan gangguan

lain. Seorang histrionik bekerja untuk mendapat perhatian dan dukungan dari orang

lain.

d)Humanistic

Orang dengan tipe ini memiliki self-esteem yang rendah, dan sedang berjuang

untuk member kesan pada orang lain dengan tujuan meningkatkan self-worth mereka.

e)Interpersonal

20

Page 21: makalah Histrionik

Orang dengan tipe histrionik dapat berbuat apa saja agar mendapat perhatian

dari sekelilingnya. Walaupun begitu, ia tidak dapat menjalin relasi mendalam dengan

lingkungannya. Kadang mereka memperlihatkan perlaku merayu secara seksual,

berkompetisi dan terlalu menuntut pada relasi dengan jenis kelamin yang sama.

3.3 Kriteria diagnostic DSM-IV-TR Gangguan Kepribadian Histrionik

Pola pervasive emosionalitas yang berlebihan dan mencari perhatian, dimulai pada

saat masa dewasa awal dan muncul pada berbagai konteks, seperti yang ditunjukan

dengan lima atau lebih hal berikut :

1. Tidak nyaman dalam situasi dimana saat ia bukanlah pusat perhatian.

2. Interaksi dengan orang lain sering ditandai dengan perilaku merayu secara

seksual atau provokatif yang tidak tepat.

3. Menunjukan pergeseran yang cepat dan emosi yang dangkal.

4. Terus menerus menggunakan tampilan fisik untuk menari perhatian

dirinya.

5. Memiliki gaya bicara yang impressionistik dan tidak rinci.

6. Menunjukan dramatisasi, teatrikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan.

7. Mudah disarankan, mudah dipengaruhi olehn orang lain atau keadaan.

8. Menganggap hubungan lebih intim daripada sebenarnya.6

4. GANGGUAN KEPRIBADIAN BERGANTUNG

4.1 Definisi

Gangguan kepribadian bergantung adalah seseorang yang menganggap

kebutuhan mereka sendiri tidak sepenting kebutuhan orang lain, membuat orang lain

bertangguang jawab terhadap hal penting didalam kehidupannya, tidak memiliki

kepercayaan diri, dan mengalami ketidaknyamanan yang hebat jika sendirian untuk

periode yang lama.5

4.2 Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Kepribadian Bergantung

21

Page 22: makalah Histrionik

Kebutuhan yang berlebihan dan pervasif untuk diurus dan menghasilkan perilaku

“lengket” dan patuh, serta takut akan perpisahan, dimulai pada masa dewasa awal dan

muncul pada berbagai konteks, seperti yang ditunjukan dengan lima atau lebuh hal

berikut :

1. Memiliki kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasihat dan

peyakinan yang berlebihan dari orang lain.

2. Membutuhkan orang lainuntuk mengambil tanggung jawab untuk sebagian

besar area utama dalam kehidupannya.

3. Memiliki kesulitan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan dengan orang lain

karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan. Catatan : Tidak termasuk

rasa takut yang realistic akan ganti rugi (retribusi).

4. Memiliki kesulitan untuk memulai suatu proyek atau melakukan sesuatu atas

keinginan sendiri (karena tidak percaya diri didalam penilaian atau

kemampuan, bukannya tidak ada motivasi atau energi.

5. Berlama-lama untuk mendapatkan pengasuhan dan dukungan dari orang lain,

sampai pada tingkat sukarela melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan.

6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena rasa takut

berlebihan yang tidak mampu mengurus dirinya sendiri.

7. Segera mencari hubungan lain sebagai sumber perhatian dan dukungan jika

suatu hubungan berakhir.

8. Memiliki preokupasi yang tidak realistic akan rasa takut ditinggalkan untuk

mengurus dirinya sendiri.6

BAB V

22

Page 23: makalah Histrionik

KESIMPULAN

Pasien Nn. I berumur 21 tahun diantar ke UGD oleh ibunya dengan keluhan

utama mengigau, teriak – teriak, kedua kaki nyeri dan lemah/tidak kuat untuk berjalan

sendiri hingga menggunakan kursi roda, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan psikiatri, dan pemeriksaan laboratorium pasien didiagnosis menderita

Gangguan Mental Organik disertai Gangguan Kepribadian Dependen dan Gangguan

Kepribadian Histrionik berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa – III.

Penyebab gangguan mental organik pada pasien adalah demam tifoid yang

pada diagnosis multiaksial dalam aksis III dinyatakan sebagai Penyakit Infeksi atau

Parasit tertentu. Masalah pekerjaan, dalam hal ini hubungan dengan rekan kerja,

merupakan stressor yang juga mempengaruhi gangguan mental yang diderita pasien.

Disabilitas ringan dalam kehidupan sosial dan gejala sementara yang dapat diatasi

memberikan skala GAF yang cukup tinggi ketika ia pertama kali datang ke dokter.

Penatalaksanaan yang segera dan tepat untuk demam tifoid dapat memberikan

prognosis yang baik terhadap gangguan mental organik pasien, didukung juga dengan

usia pasien yang masih muda. Selain pemberian farmakaterapi, psikoterapi harus

diterapkan kepada pasien untuk mengembalikan fungsi sosial pasien sehingga

menjadi manusia yang sehat seutuhnya.

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: makalah Histrionik

1. Sadock BJ, Sadock VA. Buku ajar psikiatri klinis. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2012. p.270-3

2. Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya. Kumpulan Kuliah Farmakologi. 2nd ed. Jakarta : ECG. 2008. p.595

3. White S. The neuropathogenesis of delirium. Rev Clin Gerontol. 2002;12:62-

67.

4. Widodo Djoko. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Demam Tifoid. Jilid III. Ed

V.Hal 2802-3.2010. Jakarta:InternaPublishing

5. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri:Ilmu Pengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1.Hal 519-520.2010. Jakarta : Binarupa Aksara

Publisher

6. American Psychiatry Association. Diagnostic and Stastistical Manual of

Mental Disorders, 4th ed (DSM-IV). 1994.

24