makalah-hipotiroid.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH PROJECT BASED LEARNING (PJBL) “HIPOTIROID”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah blok Sistem Endokrin
Disusun Oleh:
Irfan Marsuq Wahyu (135070201111002)Dwi Kurnia Sari (135070201111003)Puput Lifvaria Panta (135070201111004)Adelita Dwi Aprilia (135070201111005)Wahyuni (135070201111006)Ratna Juwita (135070201111007)Zahirotul Ilmi (135070201111008)Ni Putu Ika P. (135070201111009)Ni Luh Saptya W. (135070201111028)Kadek Essidiana U. (135070201111029)Luluk Wulandari (135070201111030)Zaifullah Ipung (135070218113021)
Kelompok 5
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jalan Veteran MalangSeptember 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hormon tiroid sangat penting untuk metabolisme energi, nutrisi, dan
ionorganik, termogenesis serta merangsang pertumbuhan dan
perkembangan berbagai jaringan, Pada periode kritis juga untuk perkembangan
susunan syaraf pusat dan tulang.
Hormon ini mempengaruhi beberapa jaringan dan sel melalui berbagai pola
aktivasi genomik dan sintesis protein serta reseptor yangmempunyai arti penting
untuk berbagai aktivitas. Hormon tiroid berpotensiasi dengan katekolamin (efek
yang menonjol adalah hipertiroidisme), dan berefek pada pertumbuhan somatik
dan tulang diperantai oleh stimulasi sintesis dan kerja hormon pertumbuhan dan
IGF. Disfungsi tiroid pada masa bayi dan anak dapat berakibat kelainan metabolik
yang ditemukan pada dewasa, berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan, karena maturasi jaringan dan organ atau jaringan spesifik yang
merupakan pengatur perkembangan bergantung pada efek hormon tiroid,
sehingga konsekuensi klinik disfungsi tiroid bergantung pada usia mulai timbulnya
pada masa bayi dan anak. Apabila hipotiroidisme pada janin atau bayi baru lahir
tidak diobati, menyebabkan kelainan intelektual dan atau fungsi neurologik yang
menetap, ini menunjukan betapa pentingnya peran hormon tiroid dalam
perkembangan otak saat masa tersebut. Setelah usia 3 tahun , sebagian besar
perkembangan otak yang tergantung hormon tiroid sudah lengkap,
hipotiroidisme pada saat ini mengakibatkan pertumbuhan lambat dan
keterlambatan maserasi tulang, biasanya tidak menetap dan tidak
berpengaruh pada perkembangan kognitif dan neurologik, sehingga perlu
dilakukan skrinninguntuk deteksi dan terapi dini.
1.2.Batasan Topik
1.2.1. Definisi Hipotiroid
1.2.2. Etiologi Hipotiroid
1.2.3. Faktor risiko Hipotiroid
1.2.4. Epidemiologi Hipotiroid
1.2.5. Klasifikasi Hipotiroid
1.2.6. Manifestasi klinis Hipotiroid
1.2.7. Patofisiologi Hipotiroid
1.2.8. Pemeriksaan diagnostik Hipotiroid
1.2.9. Penatalaksanaan medis Hipotiroid
1.2.10. Komplikasi Hipotiroid
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI HIPOTIROID
Hipotiroid merupakan gangguan pada kelenjar tiroid berupa penurunan
produksi dan sekresi hormone tiroid. Kelenjar ini berperan melepaskan hormone
tiroid keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Pada kasus hipotiroid, terjadi
gangguan sintesis dan sekresi hormone tiroid, sehingga kadar hormone tiroid
menjadi rendah dan mengakibatkan penurunan laju metabolism tubuh (Soewondo
dan Cahyanur, 2008).
Hipotiroid merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada
salah satu tingkat dari aksis hypothalamus-hipofisis-tiroid “end organ”, dengan
akibat terjadinya defisiensi hormone tiroid ataupun gangguan respon jaringan
terhadap hormone tiroid (faizi,2012).
2.2.ETIOLOGI HIPOTIROID
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Namun, gangguan hipotalamus dan hipofisis jarang menyebabkan
hipotiroidisme, gangguan kelenjar tiroid itu sendiri adalah yang paling umum.
Hipotiroid disebabkan oleh kelenjar tiroid kurang aktif. Ketika penyebabnya adalah
hipotalamus dan hipofisis kondisi ini diketahui sebagai secondary hypothyroid.
(William and wilkin.2011)
Hipotiroid pada orang dewasa :
1. Produksi yang tidak memadai dari hormone tiroid, biasanya setelah
tiroidektomi atau terapi radiasi atau karena peradangan, tiroiditis autoimun
kronis (penyakit Hashimoto) atau kondisi seperti amiloidosis dan sarkoidosis
(jarang).
2. Kegagalan hipofisis untuk menghasilkan thyroid stimulating hormone (TSH),
kegagalan hipotalamus untuk menghasilkan thyrotropin releasing hormone
(TRH).
3. Defisiensi yodium (biasanya makanan).
4. Penggunaan seperti obat antitiroid seperti propiltiourasil (kowalak.2012)
Hipotiroid congenital
1. Perkembangan embriogenik yang mengalami defek (penyebab paling sering)
sehingga timbul kelainan congenital yaitu kelenjar tiroid tidak dapat
berkembang atau tidak terdapat (kretinisme pada bayi)
2. Defek resesif autosom yang diturunkan pada sintesis tiroksin (penyebab
tersering selanjutnya) (disgenesistiroid yang berhubungan dengan mutasi gen
pada PAX8 dan thyroid transcription factor 1 (TITF1) dan 2 (FXOXE1) (Robert
landenson, 2004)
3. Obat antitiroid yang digunakan selama kehamilan dan menyebabkan kretinisme
pada bayi (jarang)
4. Defisiensi yodium saat kehamilan
Berikut adalah penyebab hipotiroid berdasarkan jenisnya :
a. Hipotiroidisme primer
Hashimoto thyroiditis adalah penyebab hipotiroid setelah umur 8 tahun
Idiopatik myxedema (hipofungsi kelenjar tiroid)
Treatmen hiperparatiroid terdahulu (radioiodine therapy, subtotal
thyroidectomy)
Sub akut thyroiditis
Terapi radiasi pada leher
Kekurangan atau kelebihan iodine
Obat (litium, para aminosalicylate, fonamides)
Congenital (1 kasus per 4000 kelahiran)
Treatmeniodida yang berkepanjangan ( Fred, Ferri.2014)
b. Hipotiroidisme sekunder
Disfungsi hipofisis, postpartum nekrosis, neoplasma, penyakit
infiltrative menyebabkan defisiensi TSH (Fred, Ferri.2014)
c. Hipotiroidisme tertier
Penyakit hipotalamus (granuloma neoplasma atau radiasi
menyebabkan kekurangan thyrotropin)(Fred, Ferri.2014)
2.3.FAKTOR RISIKO HIPOTIROID
Menurut Elizabeth J Corwin (2009) Hipotiroidisme dapat terjadi akibat
malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis atau hipotalamus. Apabila hipotiroidisme
disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, kadar TH yang rendah disebabkan oleh
kadar TSH yang rendah. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan
balik negatif pada pelepasannya oleh TSH atau TH. Hipotiroidisme yang disebabkan
oleh hipotalamusmenyebabkan kadar TH, TSH dan TRH yang rendah. Hipotiroidisme
akibat pengobatan dapat terjadi setelah terapi atau pembedahan tiroid
sebelumnya, terapi radioiodin, atau obat-obat seperti sitokin, amiodaron, dan
litium.
Menurut Hans Tandra (2011) Penyakit tiroid bukan hanya diderita pada usia
dewasa, melainkan juga dapat diderita pada anak walaupun prevalensinya masih
sedikit. Penyebab hipotiroid pada anak bisa bermacam-macam. Bisa karena cacat
ketika berada dalam kandungan ibunya, sehingga pertumbuhan kelenjar tiroidnya
tidak sempurna, dan bisa juga lantaran ibu yang menderita hipotiroid. Di Negara
berkembang, masalah kekurangan yodium dapat berakibat hipotiroid pada anak.
2.4.EPIDEMIOLOGI HIPOTIROID
Insidensi hipotiroidisme bervariasi tergantung kepada factor geografik dan
lingkungan seperti kadar iodium dalam makanan dan asupan zat goitrogenik. Selain
itu juga berperan factor genetic dan distribusi usia dalam populasi tersebut.
Diseluruh dunia penyebab hipotiroidisme terbanyak adalah akibat kekurangan
iodium. Sementara itu dinegara-negara dengan asupan iodium yang mencukupi,
penyebab tersering adalah tiroiditis autoimun. Didaerah endemik, prevalensi
hipotiroidisme adalah 5 per 1000, sedangkan prevalensi hipotiroidisme sub klinis
sebesar 15 per 1000. Hipotiroidisme umumnya lebih sering dijumpai pada wanita,
dengan perbandingan angka kejadian hipotiroidisme primer di Amerika adalah 3,5
per 1000 penduduk untuk wanita dan 0,6 per 1000 penduduk untuk pria
(Soewondo P, dkk, 2008), (Vaidya B,2008).
The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) yang
melakukan survey pada 17.353 individu yang mewakili populasi di Amerika Serikat
melaporkan frekuensi hipotiroidisme sebesar 4,6% dari populasi (0,3% dengan klinis
jelas dan 4,3% sub klinis). Lebih banyak ditemukan pada wanita dengan ukuran
tubuh yang kecil saat lahir dan indeks massa tubuh yang rendah pada masa kanak-
kanak. Dan prevalensi hipotiroidisme ini lebih tinggi pada ras kulit putih (5,1%) di
bandingkan dengan ras hispanik (4,1%) dan Afrika-Amerika (1,7%). (Sumual AR,dkk,
2007) (Bharaktiya S, 2007)
2.5.KLASIFIKASI HIPOTIROID
a. Klasifikasi Hipotiroid menurut penyebabnya:
1) Hipotiroidisme primer (tiroidal)
Hipotiroidisme primer (tiroidal) timbul akibat proses patologis yang
merusak kelenjar tiroid yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi
hormon tiroid.
2) Hipotiroidisme sentral (hipotiroidime sekunder/pituitari)
Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak menghasilkan cukup hormon
perangsang tiroid (TRH) untuk merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan jumlah hormon tiroksin (TSH) yang cukup. Biasanya
terjadi apabila terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi atau
pembedahan yang menyebabkan kelenjar tiroid tidak lagi dapat
menghasilkan hormon yang cukup.
3) Hipotiroidisme tersier (hipotalamus)
Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkan TRH yang cukup..
Biasanya disebut juga disebut hypothalamic-pituitary-axis
hypothyroidism.
b. Klasifikasi hipotiroid menurut usia:
1) Kretinisme (Hipotiroidisme kongenital)
Adalah defisiensi tiroid yang diderita sebelum atau segera sesudah
lahir. Pada keadaan ini, ibu mungkin juga menderita defisiensi tiroid.
Hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau disgenesis kelenjar
tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid. Disgenesis kelenjar tiroid
berhubungan dengan mutasi pada gen PAX8 dan thyroid transcription
factor 1 dan 2.
2) Hipotiroidisme juvenilis
Timbul sesudah usia 1 sampai 2 tahun
3) Hipotiroidisme miksedema (dewasa)
Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan
jaringan intersisial lainnya. Meskipun miksedema terjadi pada
hipotiroidime yang sudah berlangsung lama dan berat, istilah tersebut
hanya dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrem pada
hipotiroidime yang berat.
c. Hipotiroid berdasarkan kadar TSH yaitu:
1) TSH < 5,5 µIU/L → normal
2) 5,5 µIU/L ≤ TSH < 7 µIU/L → Hipotiroid ringan
3) 7 µIU/L ≤ TSH < 15 µIU/L → Hipotiroid sedang → Hipotiroid
4) TSH ≥ 15 µIU/L → Hipotiroid berat
Selain itu pasien dinyakan hipotiroid klinis jika dijumpai peninggian
kadar TSH (TSH ≥ 5,5 µIU/L) disertai adanya symptom seperti fatigue,
peningkatan BB, gangguan siklus haid, konstipasi, tidak tahan dingin,
rambut dan kuku rapuh.
2.6.PATOFISIOLOGI HIPOTIROID
(terlampir)
2.7.MANIFESTASI KLINIS HIPOTIROID
Menurut Marton, 2008, manifestasi klinis yang ditimbulkan dari
hipoparatiroidisme, diantaranya :
1. Penurunan laju metabolisme basal (BMR)
2. Sensitivitas terhadap katekolamin menurun
3. Kadar kolesterol darah meningkat
4. Pada fungsi kardiovaskular terjadi penurunan curah jantung dan bradikardi
5. Pada fungsi gastrointestinal mengalami konstipasi dan penurunan nafsu makan
6. Pada fungsi respirasi mengalami hipoventilasi
7. Tonus otot dan reflek menurun
8. Intoleransi terhadap dingin
9. Penurunan keringat
10. Kulit dan rambut kasar
11. Berat badan meningkat.
12. Perilaku umum yang muncul pada penderita diantaranya kemunduran mental
dan fisik dan somnolen.
13. Gambar umum dari penderita diantaranya suara serak, gangguan pertumbuhan
pada anak-anak dan miksedamatosa.
Miksedamatosa keadaan penderita yang kekurangan total fungsi tiroid.
Penderita digambarkan dengan longgarnya jaringan dibawah mata dan
pembengakakan wajah (Guyton, 1989)
Menurut Price, 2005 manifestasi yang ditimbulkan dari hipotiroidisme
diantaranya :
a. Pada dewasa dan bentuk juvenilis diantaranya mudah lelah, suara parau, tidak
tahan dingin dan keringat berkurang, kulit dingin dan kering, wajah
membengkak, gerak lambat (aktifitas motoric lambat) dan intelektual lambat,
dan releksasi lambat dari reflek tendon dalam. Perempuan yang mengalami
hipotiroidisme sering mengeluh hipermenore.
b. Hipotiroidisme konginetal atau kretinidme mungkin sudah timbul sejak lahir
dan menimbulkan manifestasi yang jelas selama beberapa bulan pertama
setelah kelahiran. Manifestasi dini kretinisme antara lain icterus, fisiologik yang
menetap, tangisan parau, konstipasi, somnolen, dan sulit makan. Anak juga
menunjukan kesulitan dalam mencapai perkembangan normal. Anak yang
menderita hipotiroidisme congenital memperlihatkan tubuh yang pendek,
profil kasar, lidah menjulur keluar, hidung yang lebar dan rata, mata yang
jaraknya jauh, rambut jarang, kulit kering, perut menonjol dan hernia umbilicus.
Pemeriksaan radiologi rangka menunjukan tulang mengalami keterlambatan
dalam pertumbuhan, disgensi sepifisis dan keterlambatan perkembangan gigi.
2.8.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiologi rangka
Pemeriksaan ini menunjukkan tulang yang mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan, disgenesis epifisis, dan perlambatan perkembangan gigi.
2. Rontgenografi
Retardasi perkembangan tulang dapat ditujukan dengan rontgenografi pada
saat lahir pada sekitar 60% bayi hipotiroid congenital dan menunjukkan
beberapa kehilangan hormone tiroid selama kehidupan intrauterine. Misalnya
epifis femoris distal, yang normalnya ada pada saat lahir, seringkali tidak ada.
Pada penderita yamg tidak diobati, ketidaksesuaian antara usia kronologis dan
perkembangan tulang bertambah. Roentgenogram tengkorak menunjukkan
fontanella besar dan sutura lebar; tulang tengkorak menunjukkan fontanella
besar dan sutura lebar. Pembesaran jantung atau efusi pericardium dapat ada.
3. Skitigrafi
Dapat membantu memperjelas penyebab yang mendasari pada bayi dengan
hipotiroidisme congenital, tetapi pengobatan tidak boleh teralu lambat karena
penelitian ini. 125I-natrium yodida lebih unggul daripada 99mTc-natrium pertehnat
untuk tujuan ini.
4. Elektrokardiogram
Dapat menunjukkan gelombang P dan T voltase rendah dengan amplitude
kompleks QRS yang menurun dan menunjukkan fungsi ventrikel kiri jelek dan
adanya efusi pericardium.
5. Elektroensefalogram sering menunjukkan voltase yang rendah. Pada anak di
atas umur 2 tahun, kadar kolesterol serum biasanya meningkat.
6. Pemeriksaan laboratorium
Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk emmastikan hipotiroidisme antara
lain:
a. Kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah
b. BMR yang rendah
c. Kelainan laboratorium lain yang ditemukan pada hipotiroidisme antara lain
adalah anemia dan penigkatan kolesterol, CPK,SGOT, dan LDH.
Hipotiroidismeyang berat berkaitan dengan hipoglikemia, hiponatremia,
hipoksia, dan hiperkapnea
d. Kadar TSH mungkin tinggi mungkin juga rendah tergantung pada jenis
hipotiroidisme. Pada hipotiroisime primer kadar TSH serum akan tinggi
sedangkan kadar tiroksin rendah, sebaliknya kedua pengukuran tersebut
akan rendah pada pasien dengan hipertiroidisme sekunder. (Price, 2005)
2.9 PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Hipotiroid pada dewasa, penanganan meliputi :
Terapi sulih hormone tiroid secara bertahap dengan preparat sintetik
T4 dan kadang-kadang dengan T3 (pasien yang berusia lanjut harus
mendapat preparat T4 dengan dosis awal yang sangat rendah untuk
menghindari masalah pada jantung, kadar TSH dipakai untuk memandu
peningkatan dosis yang dilakukan secara bertahap)
Pembedahan eksisi, kemoterapi atau radiasi jika terdapat tumor
kelenjar tiroid
Pertimbangan khusus untuk menangani pasien hipotiroid pada dewasa:
Berikan diet rendah kalori tinggi serat dan anjurkan aktivitas untuk mengatasi
konstipasi serta meningkatkan penurunan berat badan. Berikan obat pencahar
dan pelunak feses bila diperlukan
Sesudah terapi sulih hormone tiroid dimulai, awasi kemungkinan timbul gejala
hipertiroidisme, seperti kegelisahan, dan penurunan berat badan yang
berlebihan
Beritahu pasien agar melaporkan setiap tanda yang menunjukkan peningkatan
berat penyakit kardiovasakuler, seperti nyeri dada dan takikardi
Untuk mencegah koma miksedema, beritahu pasien agar tetap meneruskan
pemakaian obat-obat tiroidnya sekalipun gejala sudah berkurang
b. Hipertiroid pada Anak
Deteksi dini harus dilakukan untuk mencegah retardasi mental yang ireversibel
dan memungkinkan perkembangan fisik yang normal. Penanganan meliputi:
Pemberian levotiroksin oral (Shynthroid), yang dimulai dengan dosis sedang
dan secara bertahap dinaikkan hingga mencapai dosis yang cukup untuk
rumatan seumur hidup (peningkatan dosis yang cepat dapat menimbulkan
tirotoksisitas); pasien anak memerlukan dosis yang lebih tinggi menurut
proporsi tubuhnya jika dibandingkan pasien dewasa karena anak-anak
memetabolisasi hormone tiroid lebih cepat (bayi yang berusia kurang dari satu
tahun)
Pertimbangan khusus untuk menangani pasien hipotiroid pada anak:
Selama penatalaksanaan dini kreatinisme infantilis, pantau tekanan darah dan
frekuensi denyut nadi, segera laporkan bila terjadi hipertensi dan takikardi.
Informasikan orang tua bahwa bayi mereka memerlukan penanganan seumur
hidup dengan pemberian suplemen tiroid. Ajarkan mereka cara mengenali
tanda-tanda overdosis : frekuensi nadi cepat, bayi yang menjadi rewel,
demam, bayi berkeringat dan penurunan berat badan
Untuk mencegah kreatinisme infantilis, tegaskan pentingnya gizi yang
memadai selama kehamilan, yang meliputi konsumsi makanan yang kaya
yodium dan pemakaian garam beryodium, atau pada kasus yang harus dibatasi
asupan garamnya, pemberian suplemen yodium.
2.10 KOMPLIKASI
a. Penyakit jantung
Semakin bertambah usia, orang yang terserang penyakit jantung lebih
banyak. Hipotiroid menaikkan kolestrol darah. Pasien hipotiroid mudah
terkena darah tinggi, denyut jantung lambat, dan pompa jantung melemah.
Orang tua dengan hipotiroid akan lebih mudah mengalami komplikasi gagal
jantung.
b. Koma miksedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai
oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk
hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan
penurunan kesadaran hingga koma. Orang tua dengan hipotiroid yang tidak
terobati dengan baik, lama-kelamaan akan mengalami komplikasi koma
miksedema. Komplikasi ini berat dan bisa berakibat fatal, seperti suhu tubuh
semakin dingin, denyut jantung sangat lambat, sukar buang air kecil dan air
besar, tubuh bengkak, dan bahkan bisa tidak sadarkan diri. Suntikan hormon
T4 sebaiknya segera diberikan. Kemampuan tubuh yang sudah tua untuk
mengubah T4 ke T3 juga menurun, sehingga bisa dilakukan pemeberian T3
secara langsung (cytomel). Koma miksedema ini bisa berakhir dengan gagal
jantung dan kematian.
Kelainan-kelainan lain yang dapat mendorong terjadinya koma
miksedema termasuk gagal jantung, edema paru, efusi pleural atau peritoneal,
ileus, kelebihan pemberian cairan, atau pemberian obat sedatif atau narkotik
pada pasien dengan hipotiroid berat.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (kretinisme)
Jika hipotiroid yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita
akan mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbisil (idiot, salah satu
gangguan mental yang disebabkan oleh kelainan genetik). Pada waktu lahir
tidak ditemukan kelainan, tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa timbul gejala
lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih besar daripada biasanya. Pada
waktu ini, kulit kasar dan warnanya agak kekuningan. Kepala anak besar,
mukanya bulat dan raut muka (ekspresi) seperti orang bodoh, sedangkan
hidungnya besar dan pesek, bibir tebal, mulut selalu terbuka dan juga lidah
yang tebal dikeluarkan. Pertumbuhan tulang juga terlambat. Keadaan psikis
berbeda-beda, biasanya antara agak cerdas dan sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Faizi, Muhammad, Netty EP. 2012. Hipotiroid. Surabaya: Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
Soewondo, P., Cahyanur, R. 2008. Hipotiroidisme dan Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium. Dalam : Penatalaksanaan Penyakit-Penyakit Tiroid Bagi Dokter.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPNCM. Jakarta :Interna publishing
William and wilkin.2011.Professional guide to pathophysiology third edition. China :Lippincot William wilkin
Fred, ferri.2014.Ferri’s Clinical Advisor ED 1.United States:Elsevier
Kowalak dkk.2012. Buku Ajar Patofisiologi: Jakarta: EGC
Baughman, Diance C. 2000. Keperawatan Medikal-bedah: Buku Saku untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.4.
Jakarta: EGC
Gayton, Arthur C. 1989. BukuTeksFisiologiKedokteranEdisi 5, Bagian 2. Jakarta : EGC
Morton, Patricia G, dkk. 2011. KeperawatanKritis: PendekatanAsuhanHolistikEdisi
8,Volume2. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson, dkk. 2005. PatofisiologiKonsepKlinis Proses-Proses PenyakitEdisi
6, Volume 2.Jakarta : EGC.
Bharaktiya S, Orlander PR, Woodhouse WR, et al. Hypothyroidism. In:
eMedicineSpecialties. http://www.emedicine.com, last update oct 12, 2007.
Soewondo P, Cahyanur R. Hipotiroidisme dan gangguan akibat kekurangan yodium.
Dalam: Penatalaksanaan penyakit-penyakit tiroid bagi dokter. Departemen ilmu
penyakit dalam FKUI/RSUPNCM. Jakarta. Interna publishing. 2008. 14-21
Sumual AR, Langi Y. Hipotiroidisme. Dalam: Djokomoeljanto, editor. Buku ajar tiroid
ologi klinik.Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2007. 295-317 4.
Vaidya B, Pearce Simon HS.Management of hypothyroidism in adult.BMJ.2008; 337:
284-289.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi edisi 3. Jakarta : EGC
Tandra, Hans. 2011. Mencegah dan Mengatasi penyakit Tiroid. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Anwar, Ruswana. 2005. Fungsi dan Kelainan Kelenjar Tiroid.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/05/fungsi_dan_kelainan_k
elenjar.pdf diakses 14 september 2015