makalah hakikat manusia dalam perspektif filsafat pendidikan islam

20
MAKALAH Filsafat Pendidikan Islam Tentang HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMOleh: Arwinda Febri 409295 Masril 411037 Syaifullah 411235 Dosen Pembimbing: Nurhayati, M. Ag JURUSAN TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH 0

Upload: arwinda-febri

Post on 03-Jan-2016

2.416 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Filsafat Pendidikan Islamhakikat kejadian manusia

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

Filsafat Pendidikan Islam

Tentang

“HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN

ISLAM”

Oleh: Arwinda Febri 409295Masril 411037Syaifullah 411235

Dosen Pembimbing:

Nurhayati, M. Ag

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1434 H / 2013 M

0

Page 2: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah haturkan kepada Allah SWT, yang senantiasa selalu

memberikan rahmat dan karunianya kepada pemakalah sehingga pemakalah dapat

memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas terstruktur dari mata kuliah

“Filsafat Pendidikan Islam” yang berjudul “Hakikat Manusia Dalam Perspektif

Filsafat Pendidikan Islam”. Salawat beserta salam semoga tercurahkan kepada

baginda Rasulullah SAW, kepada keluarga sahabat-sahabat Rasul serta kepada

pengikut rasul yang setia sampai akhir.

Dalam penulisan makalah ini pemakalah mengalami kesulitan dan

kekurangan. Untuk itu penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam penulisan

makalah ini. Pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing

dan rekan-rekan atas bantuan dan bimbingannya.

Demikianlah makalah ini dibuat, semoga bermanfaat bagi yang membacanya

terutama untuk pemakalah sendiri.

Padang, Maret 2013

(Pemakalah)

1

Page 3: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

BAB IPENDAHULUAN

Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman

modern sekarang ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ahli-ahli filsafat

modern dengan tekun berfikir lebih lanjut tentang hakikat manusia mana yang

merupakan eksistensi atau wujud sesungguhnya dari manusia itu. Jadi mereka ini

mencari inti hakikat manusia yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh.

Dengan demikian aliran ini tidak memandang manusia tidak dari sudut serba zat atau

ruh atau dualisme tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri, yaitu

dari cara beradanya manusia itu sendiri di dunia.

Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi pembawaan

dan lingkungan, adalah salah satu hakikat wujud manusia. Dalam perkembangannya,

manusia itu cenderung beragama, inilah hakikat wujud yang lain. Dalam islam

berpandangan bahwa hakikat manusia itu merupakan perkaitan antara badan dan ruh,

yang mana keduanya merupakan substansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung

dengan yang lain.

Untuk bisa memahami lebih lanjut tentang hakikat manusia dalam perspektif

filasafat pendidikan islam disini akan dibahas tentang pengertian manusia, hakikat

kejadian manusia, tugas manusia, tujuan hidup manusia dan hubungan manusia

dengan pendidikan, yang akan dijabarkan pada bab berikutnya.

2

Page 4: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis dan islam.

Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin

untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi

otak berkemampuan tinggi.1

Menurut agama Islam itu sendiri, manusia adalah makhluk ciptaan Allah

yang paling mulia di antara makhluk ciptaan-Nya yang lain, yang dipercaya untuk

menjadi khalifah di muka bumi. Dalam Al-qur’an, ada tiga kata yang digunakan

untuk menunjukan makna manusia. Kata yang digunakan adalah al-basyar, al-

insan dan al-nas.

Kata basyar diambil dari kata yang berarti `penampakan sesuatu dengan baik

dan indah’. Dari kata basyarah yang artinya `kulit’. Jadi, manusia disebut dengan

basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Maka

makna etimologisnya dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang

memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks,

keamanan, kebahagiaan dan lain sebagainya.2

Kata al-insan berasal dari kata al-uns. Secara etimologi, al-insan dapat

diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Kata al-insan

mengandung makna kesempurnaan sesuai dengan tujuan penciptaannya dan

keunikan manusia sebagai makhluk Allah yang telah ditinggikan-Nya beerapa

derajat dari makhluk-makhluk lain.3

Kata al-Nas menunjukkan pada eksistensi manusia tanpa melihat status

keimanan atau kekafirannya. Kata al-nash dinyatakan Allah dalam al-Qur’an

1 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) hal 822 Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan

Praktis, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005) hal 1-23 Ibid, hal 11

3

Page 5: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

untuk menunjuk bahwa sebagian besar manusia tidak memiliki ketetapan

keimanan yang kuat. Kadang kala ia beriman, sementara pada waktu lain ia

munafik. Hal ini terlihat dalam firman Allah:

Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.(Q.S. Al-Baqarah:8)4

B. Hakikat Kejadian Manusia

Hakikat manusia bersumber pada dua asal. Pertama, ashal al-ba’id (asal yang

jauh), yaitu penciptaan pertama dari tanah yang kemudian Allah

menyempurnakannya dan meniupkan kepadanya sebagian ruh-Nya. Kedua, ashal

al-qarib (asal yang dekat), yaitu penciptaan manusia dari nutfah.

Yang terdapat dalam firman Allah:

Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan

sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.5

Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses

biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Didalam

proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang

4 Ibid, hal 12-135 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta:

Gema Insani Press, 1995 hal 38

4

Page 6: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan di dalam tempat

yang kokoh (rahim). Seperti firman Allah berikut:

Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia

dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. Al-Mukminun:12-14)6

Berbicara mengenai pandangan filsafat tentang hakikat

manusia, ada 4 aliran yang ditawarkan oleh para ahli filsafat.

Adapun keempat aliran tersebut, seperti yang dikutip jalaluddin

dan Zuhairini adalah sebagai berikut:

a. Aliran Serba Zat

Aliran ini menyatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada

hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakikat

sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah

unsure alam. Oleh karena itu, hakikat manusia adalah zat

atau materi.

b. Aliran serba ruh

Aliran ini berpandangan bahwa hakikat segala sesuatu yang

ada di dunia ini adalah ruh. Adapun zat atau materi adalah

6Zuhairini, Op. Cit, hal. 76

5

Page 7: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

manifestasi ruh di atas dunia ini. Dengan demikian, jasad

atau badan manusia hanyalah manifestasi atau penjelmaan

ruh.

c. Aliran Dualisme

Aliran ini menggabungkan pendapat kedua aliran diatas.

Aliran ini berpandangan bahwa hakikatnya manusia terdiri

dari substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini

merupkan unsure asal, tidak tergantung satu sama lain. Jadi,

adan tidak berasal dari ruh, dan sevaliknya, ruh tidak berasal

dari badan.

d. Aliran Eksistensial

Aliran ini memandang manusia dari segi eksistensinya.

Menurut aliran ini, hakikat manusia merupakan eksistensi

atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Intinya,

hakikat manusia adalah pada yang menguasai manusia

secara menyeluruh.

Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai

kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah

1. Dari segi jasmani, Allah telah jadikan manusia dalam bentuk

yang paling indah. Tidak ada makhluk yang mempunyai

bentuk yang lebih indah dari manusia. Malaikat dan jin tidak

mempunyai bentuk: hanya mereka dapat menyerupakan diri

mereka dengan manusia atau lain-lainnya. (al-Tin:4)

2. Dari segi rohani, Allah telah menjadikan manusia di atas

fitrah yang hanif, iaitu: sifat semulanjadi manusia adalah

lurus, bersih, suci dan sukakan kebaikan. (ar-Rum:30)

3. Akal: dengannya manusia dapat mencapai ilmu pengetahuan

dan kemampuan untuk memanfaatkan segala yang Allah

cipta untuk mereka. Dapat membezakan baik dan buruk,

6

Page 8: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

betul dan salah, yang bermanfaat dan berbahaya. Dengannya

juga manusia beroleh kelayakan untuk menerima bebanan

atau tugasan daripada Allah s.w.t.7

Al-ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia dalam teori

pembentukan sebagai suatu proses yang timbul di dalam materi yang

membuatnya cocok untuk menerima ruh. Meteri itu merupakan saripati tanah liat

nabi Adam a.s yang merupakan cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau

sel benih (nutfah) yang semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai proses

akhirnya menjadi bentuk lain yaitu manusia dalam bentuk yang sempurna. Tnah

liat berubah menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan), makanan menjadi

darah, kemudian menjadi sperma jantan dan indung telur.

Berdasarkan proses penciptaan itu manusia merupakan rangkaian utuh antara

komponen materi dan immateri. Komponen materi berasal dari tanah dan

komponen immateri ditiupkan oleh Allah.8

C. Tugas Manusia

1. Ibadah kepada Allah

Seluruh tugas manusia dalam hidup ini, berakumulasi pada tanggung

jawabnya untuk beribadah dan mengesakan Allah, sebagaimana dijelaskan

Allah dalam firman-Nya:

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Adz-dzariat: 56)9

2. Pemanfaat dan penjaga kelestarian alam

7 http://www.scribd.com/doc/101805195/hakikat-kejadian-manusia

8 Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Op. Cit, Hal 15-169 Abdurrahman An Nahlawi, Op. Cit, hal 46

7

Page 9: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Tuhan telah melengkapai manusia dengan potensi-potensi rohaniah

yang lebih dari makhluk-makhluk hidup yang lain, terutama potensi akal,

maka pada manusia juga dibebani tuga, disamping tugas untuk memanfaatkan

ala mini dengan sebaik-baiknya juga tugas untuk memelihara dan

melestarikan ala mini dan dilarang untuk merusaknya.

3. Menjadi kalifah

Manusia diberikan kedudukan oleh Tuhan sebagai penguasa, pengatur

kehidupan di muka bumi.10 Al-Qur’an menegakkan manusia diciptakan Allah

sebagai pengemban amanat. Diantara amanat yang dibebankan kepada

manusia memakmurkan kehidupan di bumi. Karena amat mulianya manusia

sebagai pengemban amanat Allah, maka manusia diberi kedudukan sebagai

kalifah-Nya di muka bumi.

Firman Allah:

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Q.S. Albaqarah: 30)

Salah satu implikasi terpenting dari kekhalifahan manusia di muka

bumi ini adalah pentingnya kemampuan untuk memahami alam semesta

tempat ia hidup dan menjalankan tugasnya. Manusia memiliki kemungkinan

untuk hal ini dikarenakan kepadanya dianugerahkan Allah berbagai potensi.11

10Zuhairini, Op. Cit, Hal 85-8711 Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Op. Cit, hal 17-18

8

Page 10: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

D. Tujuan Hidup Manusia

1. Pengabdi Allah (‘Abd)

Secara luas, konsep ‘abd sebenarnya meliputi seluruh aktivitas

manusia dalam kehidupannya. Islam menggariskan bahwa seluruh aktivitas

seorang hamba selama ia hidup di alam semesta ini dapat dinilai sebagai

ibadah dan manakala aktivitas itu memang ditujukan semata-mata untuk

mencari ridha Allah SWT.

Belajar adalah ibadah manakala itu dilakukan dengan niat mencari

ridha Allah. Bekerja juga adalah ibadah manakala itu dilakukan untuk mencari

ridha Allah. Semua aktivitas seoerang hamba dalam seluruh dimensi

kehidupan adalah ibadah manakala itu benar-benar dilakukan untuk mencari

ridho Allah.12

2. Menjadikan makan dan kesenangan sebagai tujuan hidupnya

Alquran menjelaskan bahwa sebagian manusia

menjadikan makan dan kesenangan sebagai tujuan hidupnya.

Allah SWT berfirman,

   “... dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.”(QS. Muhammad: 12)

3. Menjadikan perhiasan dan kekayaan sementara sebagai

tujuan hidupnya

Alquran juga menjelaskan bahwa sebagian manusia

menjadikan perhiasan dan kekayaan sementara sebagai

tujuan hidupnya. Allah SWT berfirman,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah

12 Ibid, hal. 19-20

9

Page 11: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Āli ‘Imrān: 14).

4. Manusia menjadikan hidupnya untuk menyulut fitnah dan

menyuburkan kejahatan. Mereka adalah orang-orang yang

disebut dalam firman Allah Ta’ālā, Surat al-Baqarah: 204—

205,

ا BCCى مBلBع Bه ICCالل LدNه PCCشL Bا وBي Pي BاةN الCCدVن ي BحP LهL فNي ال LكB قBوPل ب NجPعL IاسN مBنP ي وBمNنB الن) N PخNصBام BدV ال Bل NهN وBهLوB أ Pب د٢٠٤BفNي قBل NCCسPفL Nي عBى فNي األرPضN ل Bى سIلBوB NذBا ت (وBإ

) Bاد BسBفP LحNبV ال IهL ال ي IسPلB وBالل ثB وBالن PرBحP LهPلNكB ال (٢٠٥فNيهBا وBي

Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.

(Ungkapan ini adalah ibarat dari orang-orang yang berusaha

menggoncangkan iman orang-orang mukmin dan selalu

mengadakan kekacauan).

Itulah beberapa tujuan manusia dalam kehidupan ini. Allah

SWT telah membersihkan kaum mukmin dari tujuan-tujuan itu,

membebaskan mereka darinya, memberikan tugas yang lebih

mulia kepada mereka daripada tujuan-tujuan tersebut, dan

menetapkan kewajiban yang lebih luhur di atas pundak mereka.

Tugas mulia serta kewajiban luhur yang dimaksud adalah

menunjukkan manusia kepada kebenaran, membimbing mereka

10

Page 12: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

ke jalan kebaikan, dan menerangi seluruh penjuru dunia dengan

matahari Islam.13

E. Hubungan Manusia Dengan Pendidikan

Para ahli pendidikan muslim umumnya sependapat bahwa teori dan praktek

kependidikan Islam harus didasarkan kepada konsepsi dasar tentang manusia.

Pembicaraan diseputar ini adalah merupakan sesuatu yang sangat vital dalam

pendidikan. Dari uraian tersebut, ada implikasi terpenting dalam hubungannya

dengan pendidikan islam, yaitu karena manusia adalah makhluk yang merupakan

resultan dari dua komponen (materi dan immateri), maka konsepsi itu

menghendaki proses pembinaan yang mengacu kearah realisasi dan

pengembangan komponen-komponen tersebut. Jika kedua komponen dipisahkan

dalam proses kependidikan islam, maka manusia akan kehilangan

keseimbangannya dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang

sempurna.14

Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan

manusia dapat mempunyai kemampuan–kemampuan untuk mengatur dan

mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula

perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan

melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di

analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh

makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui

pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses

alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh

sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan perkembangan

yang optimal sebagai manusia.

13 http://mawlaya.blogspot.com/2012/06/tujuan-hidup-menurut-alquran.html

14 Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Op. Cit, hal 22

11

Page 13: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Manusia merupakan individu yang memerlukan pendidikan yang layak.

Pendidikan salah satu contoh kebudayaan yang selalu berkembang sesuai

perkembangan zaman. Manusia yang baik adalah manusia yang dapat

melestarikan kebudayaannya karena manusia sebagai makhluk budaya.

Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang

menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang membedakan

manusia dengan makhluk yang lainnya ( hewan ) dengan adanya kebudayaan dan

pendidikan. Perkembangan pendidikan sejajar dengan perkembangan

kebudayaan. 15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di antara makhluk

ciptaan-Nya yang lain, yang dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi.

Hakikat manusia bersumber pada dua asal. Pertama, ashal al-ba’id (asal yang

jauh), yaitu penciptaan pertama dari tanah yang kemudian Allah

menyempurnakannya dan meniupkan kepadanya sebagian ruh-Nya. Kedua, ashal

al-qarib (asal yang dekat), yaitu penciptaan manusia dari nutfah.

Tugas Manusia:

1. Ibadah kepada Allah

2. Pemanfaat dan penjaga kelestarian alam

3. Menjadi kalifah

15 Wahyudin, D. dkk. ( 2010 ) Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka

12

Page 14: MAKALAH HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Adapun tujuan hidup manusia adalah Pengabdi Allah (‘Abd), menjadikan

makan dan kesenangan sebagai tujuan hidupnya, menjadikan perhiasan dan

kekayaan sementara sebagai tujuan hidupnya, dan Manusia menjadikan hidupnya

untuk menyulut fitnah dan menyuburkan kejahatan.

Hubungan manusia dengan pendidikan yaitu setiap manusia itu membutuhkan

pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan–

kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri.

B. Kritik dan Saran

Demikianlah makalah ini kami buat, pemakalah menyadari makalah ini masih

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran

yang membangun dari pembaca semua terutama dari dosen pembimbing agar

makalah ini lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)

Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,

Teoritis dan Praktis, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005)

Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,

Jakarta: Gema Insani Press, 1995

Wahyudin, D. dkk. ( 2010 ) Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka

http://www.scribd.com/doc/101805195/hakikat-kejadian-manusia

http://mawlaya.blogspot.com/2012/06/tujuan-hidup-menurut-alquran.html

13