makalah golongan putih

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak sekali orang yang memilih untuk menjadi golongan putih. Hal ini menyebabkan ketidakakuratan hasil pemilihan umum yang didapatkan pada tiap – tiap daerah pemilihan. Selain itu, keberadaan golongan putih sama saja dengan memperburuk pandangan negara lain terhadap Negara Indonesia. Ini membuktikan bahwa banyak warga negara Indonesia yang kurang berpartisipasi dalam memajukan kesejahteraan negaranya sendiri. Mereka cenderung tidak mau tahu dan hanya menerima saja apapun hasil yang didapat dari Pemilihan Umum tersebut tanpa memikirkan dampak negatif maupun positif yang akan terjadi pada negaranya.

Upload: dewa-kristia-sadeli

Post on 25-Nov-2015

478 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

Makalah tentang golongan putih

TRANSCRIPT

1

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.1.1 Latar BelakangDewasa ini, banyak sekali orang yang memilih untuk menjadi golongan putih. Hal ini menyebabkan ketidakakuratan hasil pemilihan umum yang didapatkan pada tiap tiap daerah pemilihan. Selain itu, keberadaan golongan putih sama saja dengan memperburuk pandangan negara lain terhadap Negara Indonesia. Ini membuktikan bahwa banyak warga negara Indonesia yang kurang berpartisipasi dalam memajukan kesejahteraan negaranya sendiri. Mereka cenderung tidak mau tahu dan hanya menerima saja apapun hasil yang didapat dari Pemilihan Umum tersebut tanpa memikirkan dampak negatif maupun positif yang akan terjadi pada negaranya. Banyak cara yang sudah dilakukan oleh para tokoh politik untuk menyadarkan dan memotivasi warga masyarakat akan pentingnya turut serta dalam Pemilihan Umum. Akan tetapi, warga masyarakat tetap tidak ingin tahu mengenai Pemilihan Umum yang sedang terjadi di negaranya apalagi bila harus berpartisipasi dengan cara memberikan suara dalam Pemilihan Umum ini. Mereka menganggap bahwa mengikuti Pemilihan Umum hanya akan membuang waktu dengan siasia dan mereka beranggapan bahwa suara yang akan diberikan juga tidak akan berpengaruh terhadap kehidupan warga masyarakat. Dengan maraknya golongan putih yang jumlahnya cukup besar bila dibandingkan dengan yang memanfaatkan hak pilihnya, secara tidak langsung menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan politik warga negara Indonesia sangatlah kurang. Oleh karena itu, hendaknya pendidikan politik di Negara Indonesia ini ditingkatakan sehingga dapat membuat kesadaran warga negara Indonesia akan Pemilihan Umum meningkat.

1.1.2 Rumusan MasalahDalam penelitian ini, peneliti akan meneliti beberapa masalah yang berkaitan dengan tema yang dipilih penulis. Beberapa masalah itu antara lain adalah :1. Mengapa orang cenderung memilih untuk menjadi Golongan Putih?2. Apa keuntungan menjadi seorang Golongan Putih?3. Apa kerugian menjadi seorang Golongan Putih?4. Apa dampaknya terhadap hasil Pemilu?

1.2 Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan1.2.1 Tujuan PenulisanPenelitian ini akan difokuskan untuk dapat mencapai beberapa tujuan. Tujuan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut :1. warga negara merasa tidak terwakili oleh calon atau partai yang ada, mereka merasa tidak ada pilihan sama sekali, ataupun sebagai bentuk protes dan refleksi ketidakpercayaan terhadap sistem yang ada.2. warga negara tidak perlu membuang waktu untuk mengikuti Pemilihan Umum. Mereka juga tidak perlu bersusah payah untuk mencari tahu informasi mengenai orang orang yang mendaftarkan dirinya sebagai Calon Legislatif.3. hasil yang diperoleh belum tentu sesuai dengan keinginan seseorang. Selain itu bisa saja calon legislative yang terpilih ternyata tidak dapat membuat negara menjadi lebih maju, justru membuat negara semaki terpuruk.

1.2.2 ManfaatMelalui karya tulis ini, diharapkan dapat berguna bagi : Pembaca/Masyarakat, antara lain untuk : menambah pengetahuan tentang dampak dari golongan putih merubah pola pikir masyarakat mengenai pemilu

1.3 Ruang Lingkup KajianDari sekian banyak faktor yang telah dipaparkan sebelumnya dalam perumusan masalah, aspek yang akan diteliti penulis dalam karya tulis ini adalah :1. definisi Golongan Putih2. alasan orang memilih menjadi golongan putih3. dampak dari golongan putihAspek yang diteliti ini diharapkan dapat menjawab seluruh masalah yang telah dipaparkan di atas.1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data1.4.1 MetodeSumber data diambil dari artikel artikel internet karena artikel dari internet lebih mudah didapat dan lebih praktis karena untuk mencari sebuah topik melalui internet, hanya perlu menuliskan kata kunci dari sesuatu yang ingin dicari. Sedangkan bila mencari melalui buku, koran, atau lainnya membutuhkan waktu yang sangat lama karena tidak dapat langsung menemukan topik yang diinginkan.

1.4.2 Teknik Pengumpulan DataDalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan beberapa metode yang dapat membantu kelancaran penelitian. Adapun metode metode yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :1. Metode pengamatan, penulis akan melakukan pengamatan pada hasil pemilu tahun 2009.2. Studi Pustaka3. Metode perbandingan, penulis akan membandingkan antara jumlah golongan putih dan masyarakat yang memanfaatkan hak pilihnya.

1.5 Sistematika Penulisan Karya tulis ini mencakup empat bagian, yaitu : Bab I Pendahuluan, Penulis akan menguraikan tentang latar belakang diadakannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup kajian, metode, dan teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan. Bab II Dasar Teori, Penulis akan menguraikan tentang definisi golongan putih dan dampak dari golongan putih. Bab III Akibat dari Golongan Putih pada saat Pemilu, Penulisan akan menguraikan apa itu golongan putih, tentang alasan orang memilih golongan putih, dan akibat dari golongan putih. Bab IV Kesimpulan, Penulisan menyimpulkan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dan dalam bab ini juga, Penulis akan memberikan saran yang baik bagi pembaca dan pihak lainnya yang terkait.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Golongan PutihMenurut Irene, Golongan putih adalah orang-orang yang tidak menggunakan hak pilih suaranya dalam pemilihan umum.(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/30273, 25 April 2013).Biasanya golongan putih atau disebut juga No Voting Decition selalu ada pada setiap pesta demokrasi di mana pun terutama yang menggunakan sistem pemilihan langsung direct voting. Para pemilih dikatakan golput atau No Voting Decision apabila berkeputusan untuk tidak memilih salah satu dari kontestan yang tersedia pada kertas suara ketika dilakukan pemungutan suara.Para pemilih juga dapat dikatakan golput apabila mereka telah melewati batas waktu yang telah ditentukan untuk memilih atau memberikan suara mereka. Menurut Louis De Sipio, Natalie Masuoka dan Christopher Stout, kategori non-voter meliputi :Registered Not Voted: yaitu kalangan warga Negara yang memiliki hak pilih dan telah terdaftar namun tidak menggunakan hak pilih.Citizen-not Registered: yaitu kalangan warga Negara yang memiliki hak pilih namun tidak terdaftar sehingga tidak memiliki hak pilih.Non-Citizen: Mereka yang dianggap bukan warga negara (penduduk suatu daerah) sehingga tidakmemiliki hak pilih.(http://yhannu.wordpress.com/, 25 April 2013)

2.2 Alasan Orang Memilih Golongan PutihGolongan putih di Indonesia sudah terjadi semenjak dari awal pemilu diadakan. Namun alasan pada jaman itu dikarenakan kurangnya sosialisasi pemilu dan kurangnya sarana dan prasarana. Dari data yang didapatkan pada tahun 1955 atau pada pertama kali pemilu diadakan, sebanyak 91,4% orang berpartisipasi dalam memilih dan jumlah golput mencapai 8,6%. Selain itu pada tahun 1970-an, golput merupakan bentuk sikap dan tindakan politik untuk tidak pemilu orde baru karena dinilai tidak demokratis.Di Indonesia orang-orang yang tidak ikut memilih disebut dengan istilah golput (golongan putih). Istilah ini muncul tahun 1970-an, mengacu pada sikap dan tindakan politik untuk tidak berpartisipasi dalam pemilu orde baru karena dinilai tidak demokratis. Menurut Arbi Sanit, fenomena golput ini memiliki keterkaitan terhadap legitimasi penguasa dan legitimasi sistem politik. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17268/4/Chapter%20I.pdf, 25 April 2013).Namun pada jaman sekarang alasan orang memilih golput biasanya terjadi karena mereka bingung dengan calon-calon pemimpin yang menjual janji yang serupa tetapi setelah naik mereka melupakan janji-janji tersebut. Seperti yang dirasakan oleh Tiuruli Sitorus dengan pernyataannya di salah satu situ internet. Tiuruli mengatakan, Sepuluh partai telah terdaftar sebagai peserta pemilu. Namun sejujurnya, sampai saat ini aku masih belum bisa memantapkan pilihanku. Entah mengapa hal itu menjadi begitu sulit. Banyaknya partai membuat hatiku semakin tidak yakin untuk memilih. Hampir semua partai menjual janji yang serupa. Masyarakat pun membeli janji tersebut karena tak punya pilihan lain.(http://politik.kompasiana.com/2013/02/13/golongan-putih-di-pesta-rakyat-528292.html, 26 April 2013).Menurut Aven, Paling tidak ada enam alasan mengapa mereka memilih untuk tidak memilih sehingga dikategorikan menjadi golput. Pertama adalah alasan teknis, yakni tidak memiliki hak untuk memilih atau tidak memenuhi persyaratan sebagai pemilih. Kedua golput karena alasan ekonomis, yaitu mereka-mereka yang lebih memilih untuk bekerja dan tidak memilih daripada tidak bekerja dan memilih. Hal tersebut terjadi karena mereka memang tidak bisa meninggalkan aktivitas sehari-hari mereka. Biasanya merupakan orang yang bekerja sebagai pedagang yang hidup dari uang bekerja pada hari itu atau bahkan juga bisa seorang pebisnis yang harusdealperjanjian bisnis pada hari itu juga. Ketiga golput karena alasan keagamaan. Biasanya datang dari kalangan agamis. Dengan dalih mereka yaitu peraturan agamanya lebih baik daripada sistem di Indonesia. Keempat golput karena alasan ideologi danforecasting. Mereka yakin bahwa apabila ia memilih tidak akan berefek banyak. Dan mereka yakin bahwa dengan pemimpin yang terpilih nanti tidak akan membawa Indonesia menjadi lebih maju. Selain itu dengan alasan prediktif mereka yakin bahwa yang terpilih nanti akan melakukan politik balas budi dengan partai-partai sandingannya dengan cara menempatkan posisi politis yang berdasarkan kolusi maupun nepotisme. Kelima golput karena yakin bahwa golput adalah pilihan. Dan yang terakhir karena alasan yang tidak perlu dibahas. Contohnya adalah ketiduran dan sebagainya.(http://avenotes.wordpress.com/tag/golongan-putih/, 27 April 2013).Sedangkan menurut Mahfud yang memilih golput karena janji para calon legislatif yang tidak bisa dipegang, dan hasu akan kekuasaan. Ia lebih memilih menjenguk sanak saudaranya dari pada harus datang ke TPA. Hal yang sama diungkapkan juga oleh Saini yang telah menyesal setelah memilih anggota dewan yang setelah duduk di kursi dewan tidak menepati janji-janjinya. Namun Mahfud, sama sekali tak tertarik pada perhelatan lima tahunan itu. Ia memilih menjenguk keluarga di Pidie Jaya daripada ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kelurahan Buerawe Banda Aceh.undefinedAlasannya keengganannya, sederhana; janji para calon legislatif (caleg) tak bisa dipegang. Lagi pula, mayoritas kandidat politisi-politisi lama. Bagi pria 28 tahun itu, anggota legislatif tak memikirkan kepentingan rakyat.Selama mereka duduk di kursi dewan, apa yang telah di perjuangkan untuk rakyat, selain kepentingan pribadi dan kroninya, tegasnya Mahfud.Alasan lain, para caleg dinilainya terlalu haus kekuasaan. Padahal, secara akademis dipandang tak mampu mengemban peran legislasi. Dari pada salah memilih, lebih baik menerima hasil pilihan orang, ujar karyawan swasta ini.Ketidakpercayaan pada calon anggota legislatif juga menjadi alasan Saini tak menggunakan hak pilihnya. Pria 37 tahun ini mengaku kesal dengan anggota dewan yang dipilihnya pada Pemilu 2004 lampau. Ia memilih calon yang dikenalnya sangat merakyat. Namun apa lacur, Dia berubah setelah duduk di kursi dewan, kata pedagang keliling ini. Selama menjadi anggota dewan, dia tidak pernah menepati janjinya semasa kampanye dulu. (http://www.supartaphoto.com/feature/golongan-putih-kutaradja/, 27 April 2013).

2.3 Akibat Dari Golongan PutihMenurut Witny dalam website miliknya, ia berpendapat bahwa akibat dari golongan putih dapat membuat budaya yang tidak peduli dengan pemilu sehingga membuat mereka menjadi egois. Hal ini dapat dikarenakan dari berbagai pihak, baik pihak generasi muda dan generasi tua bahkan pihak pemerintah juga ambil bagian dalam masalah ini. Dalam hal ini yang paling berperan adalah pemerintah itu sendiri, karena calon-calon pemilu hanya manis di mulut saja, namun pada kenyataannya saat mereka duduk di kursi dewan, mereka justru berubah menjadi egois dan haus akan kekuasaan. Inilah yang membuat para generasi muda menjadi ragu-ragu dalam pemilu dan pada akhirnya membuat mereka tidak peduli dengan pemilu.sayangnya, ketiga faktor itu lama kelamaan makin terkikis dengan perubahan yang ada. Generasi atau golongan muda mulai mengkikis rasa nasionalisme itu sendiri, makin tidak perdulinya mereka terhadap Pemilu ini mengakibatkan munculnya Budaya baru yang saya rasa akan berkembang sehebat Budaya Korupsi kita (mengapa negara kita senang sekali memunculkan Budaya-budaya Baru yang tidak bermutu?), yaitu tidak lain dan tidak bukan adalah Budaya Golongan Putih. (http://thelawafter.blogspot.com/2008/11/budaya-golongan-putih-dalam-pemilihan.html, 27 April 2013)Menurut Rivai, Secara defakto memang legitimasi akan sangat rendah namun disisi lain tindakan tidak ikut memilih (golput) telah melegalkan kursi haram untuk diduduki oleh legislator/senator yang tak memenuhi syarat minimal perolehan suara, bahkan ada sebagiannya hanya kebagian jatah partai.(http://politik.kompasiana.com/2013/02/28/golput-bukan-pilihan-bijak-532969.html_, 27 April 2013).

BAB IIIDampak dari Golongan Putih3.1 Penyebab Orang Memilih Golongan PutihDalam karya tulis ini, setelah penulis melakukan studi pustaka dan mendapatkan hasil penelitian, maka penulis berpendapat bahwa penyebab utama orang memilih golongan putih berasal dari pemerintah. Hal ini disebabkan karena dari studi pustaka yang penulis lakukan, penulis melihat adanya kesamaan dalam memilih pilihan golongan putih, yaitu sudah tidak percaya lagi kepada politik di Indonesia. Banyak calon-calon legislatif yang hanya membuat janji-janji manis yang pada akhirnya itu hanyalah omongan belaka.3.2 Keuntungan Menjadi Golongan PutihMenjadi golongan putih tentu saja menjadi keuntungan sendiri bagi masyarakat yang apatis. Mereka menganggap bahwa hari yang mana pemilu dilakukan, mereka pakai untuk berlibur dari pekerjaan mereka. Selain mereka mendapatkan waktu luang, mereka juga tidak usah sakit hati apabila calon mereka tidak masuk ke kursi dewan atau calon mereka yang setelah masuk ke kursi dewan tidak menjalankan janji-janji mereka.Partai-partai politik yang menang pemilu juga mendapatkan keuntungan dari orang-orang yang melakukan golongan putih. Penomena yang terjadi adalah sisa kursi akibat kurangnya jumlah suara yang masuk akan kembali diperebutkan partai politik melalui perhitungan tahap ke dua, tiga dan seterusnya dan pada akhirnya kursi yang kosong akan tetap diisi oleh kader partai politik yang memperoleh suara minim sekalipun. Dan poin pentingnya adalah sisa kursi yang seharusnya seyogianya adalah suara mereka yang tak memilih akan dialihkan dan dikonversikan keseluruh partai yang lolos ke parlemen dan dibagi secara proporsional menurut perolehan suara masing-masing partai politik.3.3 Kerugian Menjadi Golongan PutihBagi masyarakat, menjadi golongan putih baik karena apapun alasannya mempunyai kerugian bagi masing-masing orang. Namun kerugian yang secara umum yaitu hilangnya hak mereka dalam menentukan kemajuan bangsanya, dan mereka juga tidak dapat memprotes keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemerintah karena mereka sendiri tidak ikut dalam pemilu. Golongan putih juga dapat menumbuhkan sikap apatis bagi masing-masing individu yang menjadi golongan putih.Bagi pemerintah, banyaknya rakyat yang memilih menjadi golongan putih membuat kerugian baik dari segi keuangan dan segi kepercayaan. Dari segi keuangan dapat dilihat saat pemerintah menyiapkan lembaran untuk pemilu yang sudah dilebihkan jumlahnya, namun pada akhirnya masih banyak lembaran-lembaran yang terbuang percuma. Padahal uang dari lembaran itu dapat dialokasikan untuk hal yang lain. Semakin tinggi tingkat golongan putih dalam pemilu semakin menjadi indikasi bahwa rakyatnya sudah semakin tidak percaya lagi kepada pemerintahan. Hal ini tentu saja merupakan hal yang sangat buruk bagi pemerintah dan kemajuan Indonesia.