makalah gank motor dan tawuran pelajar

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal sebagai kota pelajar, akan tetapi di balik itu ternyata masih terdapat konflik-konflik di Yogyakarta yang malah disebabkan oleh para pelajar itu sendiri, diantaranya adalah tawuran dan genk motor. Tawuran dan genk motor yang semakin hari semakin marak diantara para pelajar masih sulit untuk dikontrol oleh masyarakat sekitar maupun pihak yang berwajib. Tawuran dan genk motor sangat meresahkan masyarakat sekitar karena mereka telah mlanggar norma dan nilai sosial dalam masyarakat. Semakin besarnya geng Jogja karena menjadi bagian satgas parpol tahun 1970-an akhir hingga awal 80-an memengaruhi terbentuknya sejumlah geng pelajar. Semakin besarnya geng di Jogjakarta dengan geng pelajar membuat gerakan masyarakat sipil di era 1960-an berpotensi bangkit kembali. Hal ini membuat negara ketar-ketir. Sedangkan untuk saat ini genk-genk pelajar yang sering melakukan tawuran diantara lain adalah BOSA (Bopkri I), BODA (Bopkri II), SMA Negeri 6 Jogjakarta, SMA Negeri 9 Jogjakarta, SMA Muhammadyah 1 Jogjakarta dan SMA Muhammadiyah 2 Jogjakarta. Bentrok terjadi saat rombongan geng pelajar berpapasan di depan pasar. Gerombolan yang berada di sisi utara jalur sempat melakukan pelemparan terhadap rombongan di sisi

Upload: fitrana-amalia-hafizhah

Post on 27-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Tugas mata kuliah sosial-budaya

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal sebagai kota pelajar, akan tetapi di balik itu ternyata masih terdapat konflik-konflik di Yogyakarta yang malah disebabkan oleh para pelajar itu sendiri, diantaranya adalah tawuran dan genk motor. Tawuran dan genk motor yang semakin hari semakin marak diantara para pelajar masih sulit untuk dikontrol oleh masyarakat sekitar maupun pihak yang berwajib. Tawuran dan genk motor sangat meresahkan masyarakat sekitar karena mereka telah mlanggar norma dan nilai sosial dalam masyarakat.

Semakin besarnya geng Jogja karena menjadi bagian satgas parpol tahun 1970-an akhir hingga awal 80-an memengaruhi terbentuknya sejumlah geng pelajar. Semakin besarnya geng di Jogjakarta dengan geng pelajar membuat gerakan masyarakat sipil di era 1960-an berpotensi bangkit kembali. Hal ini membuat negara ketar-ketir. Sedangkan untuk saat ini genk-genk pelajar yang sering melakukan tawuran diantara lain adalah BOSA (Bopkri I), BODA (Bopkri II), SMA Negeri 6 Jogjakarta, SMA Negeri 9 Jogjakarta, SMA Muhammadyah 1 Jogjakarta dan SMA Muhammadiyah 2 Jogjakarta.

Bentrok terjadi saat rombongan geng pelajar berpapasan di depan pasar. Gerombolan yang berada di sisi utara jalur sempat melakukan pelemparan terhadap rombongan di sisi selatan yang tengah berjalan dari timur ke barat. Aksi saling lempar pun terjadi di jalanan hingga berujung pada bentrok fisik dan masing-masing mengeluarkan senjata. Geng yang berada di sisi selatan jalan memilih kabur karena jumlahnya lebih sedikit. Bahkan ada yang sempat meninggalkan motornya di lokasi yang kemudian dibakar oleh kelompok geng lain

Lingkungan sangat berpengaruh pada perkembangan genk pelajar. Pengawasan dari orangtua, sekolah dan masyarakat sekitar yang kurang dapat memicu perkembangan pelajar, karena mereka akan merasa tidak diperhatikan, kemudian mereka akan mencari orang-orang yang dirasakan senasib.

Akibat dari tawuran yaitu luka-luka karena terkena batu yang dilempar oleh musuh atau terkena ikat pinggang salah satu musuh. Tawuran juga menimbulkan dampak berupa hukuman dari sekolah. Hukuman dari sekolah dapat memberian efek jera bagi para pelajar, seperti skorsing atau bahkan dikeluarkan dari sekolah atau Drop Out (D.O). Masuk penjara juga merupakan akibat dari tawuran. Jika tertangkap polisi dan dianggap membahayakan maka akan terkena Pasal 351 ayat 3 dengan hukuman 7 tahun penjara, Pasal 170 ayat 2 ketiga E dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara, dan yang paling parah Pasal 338 dengan ancaman 15 tahun penjara. Lebih parah akibat dari tawuran yaitu kehilangan nyawa. Sudah banyak korban-korban yang kehilangan nyawa akibat mengikuti tawuran.

Maraknya tawuran dan genk motor di kalangan pelajar Yogyakarja membuat masyarakat resah. Hal tersebut harus segera ditangani dan dituntaskan mengingatkan tawuran dan genk motor sangat merugikan berbagai pihak.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana tawuran dan genk motor terjadi?

b. Apa penyebab tawuran dan genk motor terjadi?

c. Siapa yang berpotensi melakukan tawuran dan membuat genk motor terjadi?

d. Bagaimana upaya untuk mengatasi kenakalan remaja tersebut?

C. Tujuan

a. Menjelaskan bagaimana tawuran dan genk motor terjadi.

b. Menjelaskan penyebab tawuran dan genk motor terjadi.

c. Menjelaskan siapa yang berpotensi melakukan tawuran dan membuat genk motor.

d. Menjelaskan bagaimana upaya untuk mengatasi kenakalan remaja tersebut.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian

a. Pengertian fenomena menurut KBBI, fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah (seperti fenomena alam); gejala: gerhana adalah salah satu ilmu pengetahuan ;2sesuatu yang luar biasa; keajaiban: sementara masyarakat tidak percaya akan adanya pemimpin yang berwibawa, tokoh itu merupakan -- tersendiri;3fakta; kenyataan: peristiwa itu merupakan sejarah yang tidak dapat diabaikan.

b. Pengertian Tawuran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), tawuran adalah perkelahian massa latau perkelahian yang dilakukan beramai-ramai. Berdasarkan definisi tersebut, maka tawuran pelajar dapat diartikan sebagai perkelahian yang dilakukan secara missal atau beramai-ramai antara sekelompok pelajar dengan sekelompok pelajarlainnya.

Menurut Mansoer (dikutip dalam Solikhah, 1999) perkelahian pelajar atau yang biasa disebut dengan tawuran adalah perkelahian massal yang merupakan perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-laki yang ditujukan pada kelompok pelajar dari sekolah lain.

c. Genk motor adalah sekumpulan pemuda memiliki hobi bersepeda motor yang membuat kegiatan berkendara sepeda motor secara bersama sama baik tujuan konvoi maupun touring dengan sepeda motor. pengertian geng motor ini sebenarnya berawal dari sebuah kecenderungan hobi yang sama dari beberapa orang, namun belakangan geng motor semakin meresahkan masyarakat.

B. Pendapat Ahli

a. Menurut Minnery (1985), konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan salingtergantung, tetapi terpisahkan oleh perbedaan tujuan.

b. Menutut Robbins (1993), konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris, karena terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respons terhadap konflik tersebut atau satu pihak memersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negative.

c. Menurut Pace &Faules (1994:249), konflik merupakan pertikaian antara individu dengan individu lain atau kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami.

d. Menurut Robbin (1996:431) dalam pandangan interaksionis atau The Interactionist View, pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan, suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan, sehingga setiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis diri, dan kreatif.

C. Tawuran dan Geng Motor antar Pelajar termasuk jenis konflik :

a. Konflik kelompok, karena dilakukan antarkelompok.

b. Konflik horizontal, karena status pelakunya sejajar yaitu dilakukan antar pelajar.

c. Konflik terbuka, karena berakar dalam, sangat nyata, serta memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya.

d. Konflik di permukaan, biasanya konflik tawuran dan geng motor muncul hanya karena kesalahpahaman mengenai sasaran yang dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi.

D. Tawuran dan Geng Motor bedasarkan Teori William Graham Sumner

Sistem sosiologi didasarkan pada konsep in-group dan out-group .Masyarakat merupakan peleburan dari kelompok kelompok sosial.

Empat dorongan yang universal dalam dirimanusia yaitu

1. Rasa lapar

2. Rasa cinta

3. Rasa takut

4. Rasa hampa

Kelompok Dalam (In Group) dan Kelompok Luar(Out Group)

In group biasadi sebut dengan we group atau kelompok dalam merupakan kelompok dimana individunya sangat membanggakan kelompoknya sendiri. Dia merasa bangga dan merasa folkways mereka yang paling sempurna.Kelompok dalam selalu menganggap orang ataukelompok luar itu buruk.Sehingga out group atau yang sering disebut dengan they group merupakan kelompok yang tertindas.

Kelompok dalam membuat munculnya ethnosentrisme dimana setiap individunya hanya bangga dengan kelompoknya sendiri.Bahkan parahnya, mereka menganggap kelompok luar sebagai musuh.Sehingga sering terjadi perselisihan.Bagi kelompok dalam, berseteru dengan kelompok luar adalah hal yang baik. Mengapa demikian?Karena bagi mereka menyerang musuh akan menambah kesolidan dalam kelompoknya. Dengan adanya penyerangan, kelompok dalam akan saling berkorban untuk melindungi kelompoknya satu sama lain yang akan menumbuhkan persaudaraan yang erat di dalam.

Masyarakat adalah Kerja Sama Antagonis

Dalam teori ini Sumner mengatakan bahwa dalam sosiologi bukan hanya pikiran manusia yang dimasyarakatkan melainkan kelakuan lahiriahnyapun begitu.Dalam teorinya ini, dia mengambil konsep manusia sebagai badan dan jiwa atau pikiran yang berbadan.Dalam hal ini manusia diartikan sebagai badan yang memiliki nafsu yang pada akhirnya menjadikannya egois karena lebih mementingkan kebutuhannya sendiri dibandingkan orang lain. Namun, kehidupan sosial membuat manusia itu mulai mengontrol dan mengolah keegoisannya.

Tiap manusia memiliki lapisan bawah sadar yang terdiri dari naluri dan dorongan biologis yang berbeda-beda. Hal inipun yang membuat manusia memiliki pemikiran yang berbeda . Bahkan sering terjadi konflik dari perbedaan ini. Beda pemikiran menimbukan masalah bagi individu dalam bagaimana cara hidup dengan suatu masyarakat. Dalam kehidupan akan tercipta pemasyarakatan yang timbul dari kebiasaan yang dibentuk bersama. Karena kebiasaan yang mengatur itu merupakan bentukan dari kesepakatan masyarakat, maka individu akan berusaha untuk mematuhi dan mengikuti kebiasaan yang telah disepakati tersebut. Dengan hal ini manusia memenuhi hastarnya untuk hidup tentram, damai, terhindar dari kesusahan, danmenjauhi siksaan dalam masyarakat.Oleh karena itu dalam bermasyarakat, individu mencoba untuk mematuhi aturan agar dirinya tidak terlibat permasalahan.

Dalam bermasyarakat, individu melakukan proses penyesuaian diri yang akhirnya dari kebiasaan akan muncul pola perilaku dalam masyarakat. Pola tersebut merupakan suatu gabungan dari egoism dan alturuisme yang telah mendapat dukungan dari mayoritas masyarakat yang ada dalam wilayahnya. Ini berguna untuk meredam konflik.Dalam kesepakatan ini akan terbentuk suatu hukum yang mengikat dimana pelanggarnya akan terkena sanksi.

Karena manusia bersifat dinamis, maka kesepakatan yang tercipta sebagai hokum tadi dapat berubah-ubah. Maksudnya adalah manusia mengoreksi hukum yang telah mereka sepakati.Jika sekiranya seiring berkembangnya manusia ternyata hokum itu sudah tidak dapat digunakan atau harus mendapat penambahan, masyarakat dapat mengubahnya lagi dengan kesepakatan bersama.Namun sesudah terjadinya perubahan, hokum itu akan diberlakukan lagi dalam masyarakat.

Menurut Sumner manusia bekerja dengan pihak yang bertentangan atau yang sering disebut antagonistic cooperation dikarenakan mereka memiliki kepentingan masing-masing. Mereka berusaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan untuk bertahan hidup walaupun kerjasamanya tetap merupakan kerjasama antagonis.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Sejarah Tawuran dan Genk Motor di Kalangan Pelajar Yogyakarta

Geng di Jogjakarta mulai terdengar tahun 1961. Adalah QZR yang mengawali perkembangan geng di Jogja. Konon, QZR lahir untuk melawan ketidakadilan akibat kisruh ekonomi dan sosial era Demokrasi Terpimpin Soekarno. Nasionalisasi aset asing oleh Soekarno tidak memberi dampak positif bagi masyarakat Jogja. Sebaliknya, nasionalisasi yang akhirnya dikelola oleh militer tersebut membuat inflasi ekonomi naik. Harga barang ikut naik sementara masyarakat kesulitan mencari pekerjaan.

Geng QZRH di awal bedirinya beranggotakan sekelompok remaja yang menjadi korban resisten ekonomi tersebut. Mereka kerap melakukan tindak premanisme untuk bertahan hidup. Sama seperti Anwar Congo yang diceritakan di Act Of Killing, anggota QZR bekerja mencatut tiket di bioskop President (sekarang Galeria Mall). QZR berkuasa di daerah utara Jogjakarta. Kemunculannya memantik orang-orang di daerah selatan untuk membikin geng juga. Namanya adalah Joxzin (Pojox Benzin). Joxzin banyak beranggotakan para santri di Kauman.

Satu dekade setelah berdirinya QZR dan Joxzin, pemerintah Orde Baru memberlakukan kebijakan yang dikatakan Wertheim sebagai politik lemari es. Parpol diciutkan jadi tiga. Struktur militer dipararelkan dengan administrasi-pemerintahan. Kekerasan diizinkan untuk menghentikan kecenderungan ideologi sosialisme. Kebijakan tersebut melahirkan satgas partai politik untuk meringankan kerja militer. Situasi ini menjadi berkah bagi geng QZR dan Joxzin. Menurut Muhammad Najib Azca, peneliti di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada, mereka, yang pada awalnya preman geng jalanan biasa mulai terangkat derajat dan kelasnya ketika digunakan oleh parpol sebagai satgas. Banyak anggota QZRH menjadi satgas parpol Golkar dan PDI. Sedangkan Joxzin berafiliasi dengan PPP.

a. Lahirnya Geng Sekolah

Semakin besarnya geng Jogja karena menjadi bagian satgas parpol tahun 1970-an akhir hingga awal 80-an memengaruhi terbentuknya sejumlah geng pelajar. Tidak diketahui nama geng sekolah pertama yang muncul di tahun-tahun tersebut. Namun, geng pelajar itu merupakan hasil kaderisasi kedua geng besar tersebut untuk memperkuat dan memperbanyak massa. Kaderisasi pelajar ini akhirnya menjadi underbow (turunan) dari QZR atau Joxzin sekaligus menjadi awal kelahiran geng sekolah di Jogjakarta.

Basis massa remaja sekolah untuk QZR adalah BOSA (Bopkri I), BODA (Bopkri II), SMA Negeri 6 Jogjakarta, dan SMA Negeri 9 Jogjakarta. Sedangkan SMA yang dulunya sebagian besar basis massa Joxzin adalah SMA Muhammadyah 1 Jogjakarta dan SMA Muhammadiyah 2 Jogjakarta. Sama seperti QZR dan Joxzin, banyak geng pelajar yang merepresentasikan kedua geng besar tersebut bentrok.

Semakin besarnya geng di Jogjakarta dengan geng pelajar membuat gerakan masyarakat sipil di era 1960-an berpotensi bangkit kembali. Hal ini membuat negara ketar-ketir. Untuk itu di awal tahun 1980-an, tepatnya sejak 1983, meletus peristiwa Penembakan Misterius (Petrus). Preman-preman di Jogjakarta dihabisi oleh militer. Banyak pentolan preman di kedua geng jadi korban. Peristiwa ini juga membekukan underbow geng di kalangan pelajar. Sementara itu anggota geng yang menjadi anggota satgas sudah tidak mau mengurusi kelompok atau turunannya. Geng pelajar yang berafiliasi pada QZR atau Joxzin mulai meredup. Aksi vandal seperti mencoret tembok dengan nama geng atau tawuran juga jarang terjadi.

b. Kebangkitan Geng Sekolah Pasca Reformasi

Reformasi menjadi awal dari kebangkitan geng sekolah. Mulai saat itu mulai berdiri geng sekolah yang dikenal sampai sekarang. Baik itu Oestad (Muhammadiyah 1), Ranger (Muhammadiyah 2), Geneb (SMA 6 Jogja), Smuten (SMAN 10), dan lain sebagainya. Dalam kemunculannya, mereka tidak lagi terikat pada geng tertentu melainkan sudah berdiri sendiri.

1. Penyebab Tawuran dan Genk Motor Terjadi

1. Faktor Internal

Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :

a. Faktor Keluarga

Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.

b. Faktor Sekolah

Dalam beberapa diskusi atau tulisan yang dimuat di media masa, beberapa ahli atau penggiat pendidikan sering mengopinikan adanya kebutuhan akan kegiatan-kegiatan positif yang mampu mewadahi kreativitas dan dinamisasi kehidupan remaja dalam rangka mengurangi angka terjadinya tawuran antar siswa baik di tingkat SMP atau SMU. Kegiatan-kegiatan positif bisa dibentukan dalam aktivitas persahabatan antar sekolah yang lebih menitikberatkan kepada persoalan-persoalan ilmiah. Dari kegiatan tersebut akan muncul sebuah keakraban universal diantara mereka para pelajar.

Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.

Menjadi guru lebih mudah ketimbang menjadi sahabat mereka. Pelajar membutuhkan perasaan diterima dan diakui sebagai manusia yang berkedudukan setara dengan siapapun juga. Mereka muak untuk dipaksa memahami tanpa memiliki kesempatan untuk dipahami. Perilaku mereka adalah sebuah kompensasi atas perasaan teralienasi dalam dunia belajar mengajar. Satu satu solusi jangka panjang yang mungkin dilakukan adalah merubah paradigma guru. Guru sebaiknya memahami mereka sebagai remaja yang lahir dari kultur keluarga, masyarakat dan pribadi yang berbeda. Kultur remaja memiliki belief dan values sendiri yang tidak bisa ditekan untuk menerima kultur dewasa yang universal. Menekan mereka hanya akan membentuk bangunan hegemoni kepada mereka yang terkompensasi dalam perilaku destruktif mereka sebagai sebuah simbol perlawanan eksistensial demi mendapatkan pengakuan

c. Faktor Lingkungan

Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.

2. Pelaku Tawuran dan Genk Motor

Rata-rata pelaku tawuran dan genk motor adalah remaja usia sekolah. Mulai usia 12-18 tahun. Biasanya remaja yang mudah dipengaruhi adalah pemuda yang masih mencari jati diri. Mereka biasanya aka melakukan hal-hal yang dianggap keren bagi mereka,seperti berkelahi, konvoi menggunakn motor beramai-ramai,melakukan aksi vandalism,melakukan aksi kekerasan bahkan ada yang sampai menggunakan narkoba ataupun minum-minuman keras. Semua itu dilakukan semata hanya untuk mencari eksistensi diri dikalangan mereka.

3. Menghindari Tawuran dan Genk Motor

Cara menghindari tawuran dan genk motor yaitu, tidak terpengaruh lingkungan sekitar, menolak ajakan teman yang ingin kita mengikuti tawuran atau genk motor; hindari senior yang suka mengajak tawuran, menghindar jika bertemu atau melihat senior yang suka mengajak tawuran; sepulang sekolah langsung pulang ke rumah, jika bel pulang sekolah sudah berbunyi, jangan terlalu sering kumpul bersama teman-teman; melakukan kegiatan positif, seperti mengikuti ekstrakurikuler.

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Geng di Yogjakarta mulai terdengar tahun 1961 adalah QZR yang mengawali perkembangan geng di Jogja. Konon, QZR lahir untuk melawan ketidakadilan akibat kisruh ekonomi dan sosial era Demokrasi Terpimpin Soekarno. Nasionalisasi aset asing oleh Soekarno tidak memberi dampak positif bagi masyarakat Jogja. Sebaliknya, nasionalisasi yang akhirnya dikelola oleh militer tersebut membuat inflasi ekonomi naik. Harga barang ikut naik sementara masyarakat kesulitan mencari pekerjaan. Semakin besarnya geng Jogja karena menjadi bagian satgas parpol tahun 1970-an akhir hingga awal 80-an memengaruhi terbentuknya sejumlah geng pelajar. Kemudian Reformasi menjadi awal dari kebangkitan geng sekolah.

2. Penyebab Tawuran dan Genk Motor Terjadi:

a. Faktor Internal

Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :

Faktor Keluarga

Faktor Sekolah

Faktor Lingkungan

3. Pelaku Tawuran dan Genk Motor

Rata-rata pelaku tawuran dan genk motor adalah remaja usia sekolah. Mulai usia 12-18 tahun.

4. Menghindari Tawuran dan Genk Motor

Cara menghindari tawuran dan genk motor yaitu, tidak terpengaruh lingkungan sekitar, menolak ajakan teman yang ingin kita mengikuti tawuran atau genk motor; hindari senior yang suka mengajak tawuran, menghindar jika bertemu atau melihat senior yang suka mengajak tawuran; sepulang sekolah langsung pulang ke rumah, jika bel pulang sekolah sudah berbunyi, jangan terlalu sering kumpul bersama teman-teman; melakukan kegiatan positif, seperti mengikuti ekstrakurikuler.

B. Saran

Salah satu solusi yang bisa memperbaiki keadaan mereka secara efektif adalah peran; kepedulian; dan kasih sayang orang tua mereka sendiri. Solusi ini akan lebih efektif, mengingat penyebab utama mereka memilih geng motor sebagai bagian kehidupannya adalah karena mereka merasa jauh dari kasih sayang orang tua. Dalam menterapi anaknya yang sudah terlanjur terlibat anggota geng motor, orang tua bisa bekerja sama dengan psikolog yang mereka percayai. Sehingga secara pasikologis sedikit demi sedikit anak akan mendapatkan kembali kenyamanan berada dalam kasih sayang orang tua.