makalah forensik2

47
MAKALAH KIMIA FORENSIK IDENTIFIKASI FORENSIK PADA SPESIMEN RAMBUT MENGGUNAKAN MIKROSKOP Oleh KELOMPOK 5 FERAWATI TAMAR JAYA AFMI PURWANTI RIZKY DERMAWAN AMALYAH FEBRYANTI NURSYAMSIH BB REZKY NOVRIDHA Jurusan Kimia

Upload: fhera-tj

Post on 10-Aug-2015

38 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

analisis mikroskopik

TRANSCRIPT

MAKALAH KIMIA FORENSIK

IDENTIFIKASI FORENSIK PADA SPESIMEN RAMBUT MENGGUNAKAN MIKROSKOP

Oleh

KELOMPOK 5

FERAWATI TAMAR JAYA

AFMI PURWANTI

RIZKY DERMAWAN

AMALYAH FEBRYANTI

NURSYAMSIH BB

REZKY NOVRIDHA

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Hasanuddin

Makassar

2013

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Mikroskop

2.1.1 Definisi dan Sejarah Mikroskop

Kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah dilihat dengan mata.

Mikroskop adalah suatu benda yang berguna untuk memberikan bayangan yang

diperbesar dari benda-benda yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.

Mikroskop terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi tersendiri.

Salah satu penemu sejarah mikrobiologi dengan mikroskop adalah antonie

van leeuwenhock (1632-1723) tahun 1675 antonie membuat mikroskop dengan

kualitas lensa yang cukup baik, dengan menumpuk lebih banyak lensa sehingga dia

bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang dan

air jambangan bunga, juga dari air laut dan bahan pengorekan gigi. Ia menyebut

benda-benda bergerak tadi dengan ‘animalcule’.

Berikut sejarah perkembangan penemuan mikroskop

1611 – Kepler merancang cara membuat mikroskop kompleks

1655 – Robert Hooke menggunakan mikroskop kompleks untuk melihat pori-

pori kecil pada irisan batang pohon gabus yang kemudian dinamainya “sel”

1674 – Leuweenhoek melaporkan penemuan protozoa, dan berhasil untuk

melihat bacteria 9 tahun kemudian

1833 – Brown melihat dan menggambarkan adanya inti sel

1838 – Schleiden dan Schwann mengusulkan teori sel, “sel merupakan unit

struktural dan fungsional makhluk hidup”

1857 – Kolliker berhasil menggambarkan mitokondria pada sel otot

1876 – Abbe menganalisis efek difraksi pada pembentukan bayangan

mikroskop dan mendesain mikroskop yang lebih akurat.

1879 – Alexander Flemming berhasil menggambarkan prilaku kromosom

selama proses mitosis dengan akurat

1881 – Refzius menggambarkan banyak jaringan hewan dengan lebih detail dan

mengembangkan teknik pewarnaan preparat

1882 – Koch dengan pewarna aniline berhasil mengidentifikasi bacteria

penyebab TBC

1886 – Zeiss membuat lensa sesuai desain Abbe dan menghasilkan mikroskop

dengan perbesaran lebih baik

1898 – Golgi menggambarkan apparatus Golgi dan mewarnai sel dengan perak

nitrat.

1924 – Lacassagne mengembangkan metode autoradiografi untuk melokalisasi

radiokatif koloni pada specimen.

1930 – Lebedeff mendesain dan membangun mikroskop interfokus

1932 – Zernicke menggunakan mikroskop Lebedeff yang memungkinkan sel

hidup tidak diwarnai dilihat

1941 – Coons menggunakan antibody dan pewarnaan fluorescent untuk

mendeteksi antigen sekuler

1952 – Nomarski 1981 – Allen dan Inoue menyempurnakan desain video

contras light mikroskopi

1985 – Komersialisasi scanning mikroskop.

2.1.2 Fungsi Komponen Mikroskop

Gambar 2.1 Mikroskop Sederhana

a. Kaki, menopang dan memperkokoh kedudukan mikroskop. Pada kaki

melekat lengan dengan semacam engsel, pada mikroskop sederhana (model

student).

b. Lengan, dengan adanya engsel antara kaki dan lengan, maka lengan dapat

ditegakkan atau direbahkan. Lengan dipergunakan juga untuk memegang

mikroskop pada saat memindah mikroskop.

c. Cermin, mempunyai dua sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin cekung,

berfungsi untuk memantulkan sinar dan sumber sinar. Cermin datar

digunakan bila sumber sinar cukup terang, dan cermin cekung digunakan bila

sumber sinar kurang. Cermin dapat lepas dan diganti dengan sumber sinar

dari lampu. Pada mikroskop model baru, sudah tidak lagi dipasang cermin,

karena sudah ada sumber cahaya yang terpasang pada bagian bawah (kaki).

d. Kondensor, tersusun dari lensa gabungan yang berfungsi mengumpulkan

sinar.

e. Diafragma, berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk dengan

mengatur bukaan iris. Letak diafragma melekat pada diafragma di bagian

bawah. Pada mikroskop sederhana hanya ada diafragma tanpa kondensor.

f. Meja preparat, merupakan tempat meletakkan objek (preparat) yang akan

dilihat.Objek diletakkan di meja dengan dijepit dengan oleh penjepit.

Dibagian tengah meja terdapat lengan untuk dilewat sinar. Pada jenis

mikroskop tertentu,kedudukan meja tidak dapat dinaik atau diturunkan. Pada

beberapa mikroskop, terutama model terbaru, meja preparat dapat dinaik-

turunkan.

g. Tabung, di bagian atas tabung melekat lensa okuler, dengan perbesaran

tertentu (15X, 10X, dan 15 X). Dibagian bawah tabung terdapat alat yang

disebut revolver. Pada revolver tersebut terdapat lensa objektif.

h. Lensa objektif, bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini

menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan

akhir. Ciri penting lensa obyektif adalah memperbesar bayangan obyek

dengan perbesaran beraneka macam sesuai dengan model dan pabrik

pembuatnya, misalnya 10X, 40X, dan 100X dan mempunyai nilai apertura

(NA). Nilai apertura adalah ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan

menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur

renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.

i. Lensa Okuler, lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung,

berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar

bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan yang

terbentuk berkisar antara 4 - 25 kali.

j. Pengatur Kasar dan Halus, komponen ini letaknya pada bagian lengan dan

berfungsi untuk mengatur kedudukan lensa objektif terhadap objek yang akan

dilihat. Pada mikroskop dengan tabung lurus/tegak, pengatur kasar dan halus

untuk menaikturunkan tabung sekaligus lensa onbjektif. Pada mikroskop

dengan tabung miring, pengatur kasar dan halus untuk menaikturunkan meja

preparat.

2.1.3 Jenis-jenis Mikroskop

Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati,

yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi

(mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop

dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.

a. Mikroskop Cahaya

Gambar 2.2 Mikroskop Cahaya

Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop

mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan

stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa

okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung

tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bias berbentuk lensa tunggal

(monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat

dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung

mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa

yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan

lensa-lensa mikroskop yang lain.

 

Gambar 2.3 Mikroskop Monokular

Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar

matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat

dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam

kondensor. Pada mikroskop modern sudah dilengkapi lampu sebagai pengganti

sumber cahaya matahari.

b. Mikroskop Stereo

 

Gambar 2.4 Mikroskop Stereo

Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan

untuk bendayang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7

hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga

dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya.

Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa obyektif. Beberapa perbedaan dengan

mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk

tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga obyek

yang tebal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa

obyektif menggunakan sistem zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali,

sehingga perbesaran total obyek maksimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop

terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lensa obyektif terdapat lampu yang

dihubungkan dengan transformator. Pengatur fokus obyek terletak disamping tangkai

mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran terletak diatas pengatur fokus.

c. Mikroskop Elektron

Sebagai gambaran mengenai mikroskop elektron kita uraikan sedikit dalam

buku ini. Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100 ribu kali, elektron

digunakan sebagai pengganti cahaya. Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu

mikroskop elektron scanning (SEM) dan mikroskop elektron transmisi (TEM). SEM

digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel (atau struktur renik lainnya),

dan obyek diamati secara tiga dimensi. Sedangkan TEM digunakan untuk mengamati

struktur detil internal sel.

 

Gambar 2.5 Mikroskop Elektron Transmisi (TEM)

Gambar 2.8 Mikroskop Digital

d. Mikroskop Ultraviolet

Suatu variasi dari mikroskop cahaya biasa adalah mikroskop ultraviolet.

Karena cahaaya ultraviolet memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari pada

cahaya yang dapat dilihat, penggunaan cahaya ultra violet untuk pecahayaan dapat

meningkatkan daya pisah menjadi 2 kali lipat daripada mikroskop biasa. Batas daya

pisah lalu menjadium. Karena cahaya ultra violet tak dapat dilihat oleh mata

manusia, bayangan benda harus direkam pada piringan peka cahaya9photografi

Plate). Mikroskop ini menggunakan lensa kuasa, dan mikroskop ini terlalu rumit

serta mahal untuk dalam pekerjaan sehari-hari.

Gambar 2.9 Mikroskop UV

2.1.4 Prinsip Kerja Mikroskop

a. Mikroskop Elektron

Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop

elektron yang cara kerjanya mirip dengan cara

kerja proyektor slide, di mana elektron

ditembuskan ke dalam obyek pengamatan dan

pengamat mengamati hasil tembusannya pada

layar. Mikroskop elektron adalah sebuah

mikroskop yang mampu untuk melakukan

pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang

menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan

tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang

jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan

jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek

dibandingkan mikroskop cahaya.

b. Mikroskop Sederhana

Prinsip kerja mikroskop adalah obyek ditempatkan di ruang dua lensa

obyektif sehingga terbentuk bayangan nyata terbalik dan diperbesar. Lensa okuler

mempunyai peran seperti lup, sehingga pengamat dapat melakukan dua jenis

pengamatan yaitu dengan mata tak berakomodasi atau dengan mata

berakomodasi maksimum. Pilihan jenis pengamatan ini dapat dilakukan dengan

cara menggeser jarak benda terhadap lensa obyektif yang dilakukan dengan

tombol soft adjustment (tombol halus yang digunakan untuk menemukan fokus).

Kegiatan berikut ini akan memperlihatkan pembentukan bayangan pada

mikroskop.

Gambar 2.10 Pembentukan bayangan dengan akomodasi maksimum

2.1.5 Pembentukan Bayangan Pada Mikroskop

Sifat bayangan pada mikroskop di tentukan pada 2 lensa, yaitu lensa objekif

dan lensa okuler. Lensa objektif mempunyai sifat bayangan maya, terbalik dan

diperkecil. Sedangkan lensa okuler mempunyai sifat bayangan nyata, tegak dan

diperbesar. Benda yang diamati diletakkan sedekat mungkin dengan titik fokus lensa

objektif. Sedangkan mata kita tepat berada pada lensa okuler. Mata pengamat berada

dibelakang lensa objektif yang kebetulan bayangan dari okuler tepat di titik focus

lensa okuler dinamakan pegamat secara rileks dan pengamatan dilakukan secara

terakomendasi bila bayangan objektif berada diruang etama okuler.

Mikroskop yang terdiri dari lensa positif bayangan akhir berada jauh tak terhingga,

yang memiliki sifat bayangan diperbesar, maya dan tegak.

Lensa obyektif berfungsi guna pembentukan bayangan pertama dan

menentukan struktur serta bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir serta

berkemampuan untuk memperbesar bayangan obyek sehingga dapat memiliki nilai

"apertura" yaitu suatu ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan

daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan

sebagai dua benda yang terpisah.

Lensa okuler, adalah lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas

tabung berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar

bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif berkisar antara 4 hingga 25 kali.

Lensa kondensor, adalah lensa yang berfungsi guna mendukung terciptanya

pencahayaan pada obyek yang akan dilihat sehingga dengan pengaturan yang tepat

maka akan diperoleh daya pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal maka

dua benda akan terlihat menjadi satu dan pembesarannyapun akan kurang optimal.

a. Sifat Bayangan 

Baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa

cembung. Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara

yang mempunyai sifat semu, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-

mula, lalu yang menentukan sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler.

Pada mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti

bayangan sementara, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar. Pada mikroskop

elektron bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti gambar benda nyata,

sejajar, dan diperbesar. Jika seseorang yang menggunakan mikroskop cahaya

meletakkan huruf A di bawah mikroskop, maka yang ia lihat adalah huruf A yang

terbalik dan diperbesar.

2.1.6 Cara Menggunakan Mikroskop untuk Mengidentifikasi Sampel

Mengatur penerangan

Menggunakan objek perbesaran 10x.

Memutar pengatur kasar sehingga objektif bergerak keatas.

Memutar cermin sedemikian rupa sehingga bidang penglihatan nampak

seterang-terangnya.

Mengatur  diafragma

Memasang preparat, letakkan tepat diatas lubang meja.

Menjepit dengan penjepit preparat.

Melihat preparat dengan lensa okuler.

Mengatur objektif serendah mungkin, tetapi hati-hati jangan sampai

objektifnya terhimpit oleh kaca preparat yang akibatnya akan merusak

preparat dan pecah.

Memasang salah satu mata pada okuler dan yang satunya tetap dibuka.

Usahakan melihat dengan keadaan kedua mata terbuka, jangan biasakan

memejamkan atau menutup salah satu mata karena hal tersebut dapat

menimbulkan kesilindrisan pada mata.

Memutar pengatur kasar sehingga objektif bergerak ke atas, sambil mengamati

gambarnya nampak.

Mengganti objektif dengan perbesaran yang lebih besar. Perbesaran bayangan

dapat dihitung dengan mengalikan perbesaran objektif dan perbesaran

okulernya.

Memperjelas gambar dengan memutar pengatur halus.

Mengamati hasil pengamatan yang didapat.

2.1.7 Tujuan Pemeriksaaan Rambut

Tujuan pemeriksaan forensik rambut adalah membandingkan antara rambut yang

ditemukan atau rambut dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan sampel rambut

yang diketahui. Sampel rambut yang diketahui terdiri atas 50-100 rambut manapun

dari semua bagian tubuh, biasanya rambut dari kepala atau area pubis. Baik untuk

rambut katagen dan telogen, pengumpulan sampel dengan disisir dan ditarik. Sampel

rambut tersebut harus dapat mewakili area tubuh tempat pengambilan sampel agar

sesuai untuk tujuan perbandingan. Adanya rambut kepang, perawatan buatan dan

uban semua harus dicatat dan dikumpulkan untuk kecocokan dari sampel rambut.

2.1.8 Alat yang digunakan untuk analisis spesimen rambut

Mikroskop pembanding digunakan untuk pemeriksaan. Mikroskop pembanding

terdiri dari dua mikroskop cahaya transmisi yang digabungkan dengan sebuah

jembatan optik untuk menghasilkan gambar split. Sampel rambut di sebelah kanan

akan tampak di bidang pandang sebelah kanan dan sampel rambut di sebelah kiri

akan tampak di bidang pandang sebelah kiri. Perbandingan sisi dengan sisi, titik

dengan titik adalah inti dari efektifitas dan ketepatan dari perbandingan forensic

rambut. Rambut tidak dapat dibandingkan dengan tepat tanpa salah satu hal tersebut.

Gambar 2.11 Mikroskop pembanding

2.1.9 Analisis spesimen rambut dengan menggunakan mikroskop

Rambut merupakan salah satu jenis barang bukti yang paling sering

ditemukan di tempat kejadian perkara, tetapi juga menjadi salah satu barang bukti

yang paling sulit untuk dipahami. Rambut dapat dijadikan sebagai barang bukti

forensik yang baik karena rambut dapat dipelajari serta dapat bertahan hingga

bertahun – tahun. Selain itu, rambut juga menyimpan informasi biologis yang sangat

banyak serta untuk memeriksanya tidaklah sulit serta tidak memerlukan biaya yang

besar. Selain itu, DNA juga dapat diperoleh dari rambut dan hal ini memberikan

manfaat tambahan dalam fungsinya sebagai barang bukti forensik.

Walaupun sebagian kecil kasus pemeriksaan forensik yang kurang baik telah

disorot oleh media, terutama pada saat dilakukan pemeriksaan ulang setelah

penetapan hukuman. Akan tetapi, sebenarnya kesalahan tidak terletak pada

metodenya, melainkan pada pemeriksanya sendiri. Dalam pembahasan selanjutnya

akan diketahui bahwa rambut dapat memberikan informasi investigatif yang kuat dan

dapat menjadi penguat keyakinan hakim apabila pemeriksaannya dilakukan secara

benar, akurat, dan terdeskripsikan dengan jelas.

Pemeriksaan mikroskopik rambut utuh akan memperlihatkan akar, bagian

tengah dan ujung yang lengkap. Pada rambut yang tercabut, rambut akan terlihat utuh

disertai dengan jaringan kulit. Sebaliknya rambut yang lepas sendiri mempunyai akar

yang mengerut tanpa jaringan kulit. Rambut yang terpotong benda tajam, dengan

mikroskop terlihat terpotong rata, sedangkan akibat benda tumpul akan terlihat

terputus tidak rata.

Panjang rambut kepala kadang-kadang dapat memberi petunjuk jenis

kelamin. Tetapi untuk menentukan jenis kelamin yang pasti, harus dilakukan

pemeriksaan terhadap sel-sel sarung akar rambut dengan larutan orcein. Pada rambut

wanita dapat ditemukan adanya kromatin seks pada inti sel-sel tersebut.

Rambut, baik rambut kepala ataupun kelamin, merupakan bagian tubuh

manusia yang dapat memberikan banyak informasi bagi kepentingan peradilan,

antara lain tentang :

a. saat korban meninggal dunia

b. sebab kematian

c. jenis kejahatanidentitas korban

d. identitas pelaku

e. benda/ senjata yang digunakaninformasi tersebut di atas diperoleh dengan

meneliti sifat-sifat gambaran mikroskopik serta perubahan-perubahan yang

terjadi akibat trauma atau racun tertentu.

a. Saat meninggal dunia

Sifat- sifat dari rambut dapat dipakai untuk menentukan saat kematian korban

antara lain :

Tingkat pertumbuhannya, yaitu sekitar 0,4 mm per hari

Pertumbuhan tersebut akan berhenti jika orang meninggal dunia. Atas

sifat tersebut maka saat kematian dapat diperhitungkan asalkan diketahui

kapan korban terakhir kali mencukur rambutnya.

Memang ada pendapat yang menyatakan bahwa rambut orang yang

baru saja meninggal dunia masih dapat tumbuh menjadi lebih panjang, tetapi

sebetulnya bertambah panjangnya rambut tersebut disebabkan oleh

menuyusutnya kulit.

Lepasnya rambut akibat pembusukan.

Jika kematian sudah berlangsung 48 – 72 jam maka rambut kepala

akan mudah lepas.

Perubahan warna

Perubahan warna rambut juga dapat dipakai untuk memperkirakan

saat kematian. Pada penguburan yang dangkal perubahan warna terjadi

sesudah 1 – 3 bulan, sedang pada penguburan yang dalam sesudah 6 – 12

bulan.

b. Sebab kematian

Informasi tentang sebab kematian juga dapat diperoleh melalui rambut

mengingat beberapa racun tertentu, terutama racun metalik, disimpan di bagian tubuh

tersebut.

c. Jenis kejahatan

Mengenai jenis kejahatan yang terjadi dapat diperkirakan dengan melihat

macam rambut yang ditemukan. Adanya rambut pubes pada tubuh korban

memberikan dugaan adanya tindak pidana perkosaan atau tndak pidana seksual

lainnya dan adanya rambut binatang pada tubuh manusia atau sebaliknya juga dapat

memberikan perkiraan adanya bestialiti.

d. Identitas korban

Rambut mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan bahan-bahan kimia

sehingga dapat dijadikan sarana identifikasi bagi mayat-mayat tidak dikenal yang

sudah membusuk. Meskipun tak dapat memberikan identitas personal tetapi dari

rambut paling tidak dapat ditemukan umur, jenis kelamin, ras, dan sebagainya.

e. Identitas pelaku

Rambut juga dapat dipakai sebagai sarana identifikasi guna mengetahui

identitas pelakunya. Sebagaimana diketahui bahwa pada tindak pidana perkosaan dan

pembunuhan, sering ditemukan rambut pelaku tertinggal atau berhasil dijambak oleh

korban sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan identifikasi.

f. Benda/ senjata yang digunakan

Kerusakan pada rambut kadang-kadang menunjukkan ciri-ciri tertentu.

Pukulan di kepala dapat meninggalkan kerusakan kortikal pada rambut, sedangkan

tembakan senjata api dapat menyebabkan kebakaran pada rambut. Rambut yang

terbakar tersebut akan terlihat, hitam, rapuh, terpilin atau menjadi keriting dan

menimbulkan bau yang khas.

Keadaan pangkal rambut juga dapat dipakai sebagai petunjuk bagaimana

rambut itu lepas. Pada pangkal rambut yang lepas secara alami akan terlihat atrofi,

sedang pada rambut yang dicabut secara paksa akan mengalami robekan pada sarung

rambut dan pada bulbus akan terlihat tak teratur.

Ditemukannya rambut pada senjata juga dapat memberi petunjuk tentang

adanya kaitan antara senjata itu dengan kasus pembunuhan dan ditemukannya rambut

pada kendaraan bermotor juga dapat meberi petunjuk tentang keterlibatan kendaraan

tersebut dalam peristiwa tabrakan.

Pemeriksa rambut di forensik terkadang menanyakan bilamana mereka dapat

menentukan apakah sehelai rambut tersebut tercabut secara paksa, selama proses

perlawanan atau penyerangan, sebagai contoh, untuk mendokumentasikan keparahan

dari penyerangan. Hal ini merupakan pertanyaan sulit. Secara jelas jika rambut

memiliki akar seperti bohlam (yang berarti bahwa rambut tercabut selama fase

telogen), maka pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab. Jika jaringan dari folikel

melekat pada akar, maka rambut tersebut tercabut saat anagen atau mungkin fase

katagen, yang mana, saat rambut dan folikel tersambung melalui pertumbuhan sel

yang aktif. Karena rambut yang tumbuh secar aktif masih halus dan tak berkeratin,

akar dapat meregang dan memiliki jaringan folikuler yang menempel, pemeriksa

dapat menyatakan bahwa rambut dicabut secara paksa. Seperti yang terlihat pada

Gambar 12.4. namun, hal tersebut tidak bisa untuk menentukan jenis paksaan yang

Jika ditemukan rambut yang diduga ada kaitannya dengan kejahatan maka

hendaknya rambut tersebut diperiksa dengan teliti untuk mengetahui :

a. Keaslian rambut

Pemeriksaan keaslian rambut perlu dilakukan mengingat adanya berbagai

serat yang bentuk dan warnanya mirip rambut. Rambut yang utuh biasanya terdiri

atas akar, batang dan ujung. Akar ranbut terdiri atas jaringan ikat longgar

sedangkan batang rambut terdiri atas kutikula, korteks dan medula. Serat yang

bukan berasal dari rambut tidak mempunyai susunan seperti itu. Serat sintetis

misalnya, gambaran mikroskopiknya terlihat homogen.

b. Penentuan rambut manusia atau bukan

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa serat itu rambut maka langkah

selanjutnya adalah menentukan apakah rambut tersebut berasal dari manusia atau

hewan. Ciri rambut manusia yaitu halus dan tipis, kutikula mempunyai sisik kecil

dan bergerigi, medula sempit atau kadang-kadang tak ada, kortek tebal, index

medulla kurang dari 0,3 dan pigmennya lebih ke arah perifer. Sedangkan, ciri

rambut binatang ialah kasar dan tebal, kutikula mempunyai sisik lebar dan

polihidral, medula lebar, kortek tipis, index medulla lebih dari 0,5 dan pigmennya

di perifer maupun di sentral. Dengan tes presipitasi akan dapat dibedakan dengan

tepat antara rambut manusia dan rambut binatang.

c. Identifikasi

Jika sudah dapat dipastikan rambut manusia maka pemeriksaan lanjutan perlu

dilakukan untuk menentukan siapa pemiliknya. Perlu diketahui bahwa rambut

mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan bahan-bahan kimia sehingga

dapat dijadikan salah satu sarana identifikasi bagi mayat-mayat yang sudah

membusuk. Meskipun tak dapat memberikan identitas personal seperti halnya

sidik jari, tetapi dapat memberikan identitas umum, antara lain :

o Umur

Umur dari pemilik rambut dapat ditentukan dengan memeriksa

rambut tersebut berdasarkan tempat tumbuh dan warnanya.

Tumbuhnya rambut di berbagai bagian tubuh berbeda-beda

waktunya. Rambut pubis dan rambut ketiak misalnya, tumbuh pada

masa adolesen. Selain itu warna rambut juga dapat dipakai sebagai

petunjuk umur dari pemiliknya. Pada orang-orang tua warna rambut

akan berubah menjadi putih. Rambut lanugo pada bayi baru lahir

mempunyai sifat halus, tidak berpigmen, tak bermedula dengan pola

sisik yang lebih seragam.

o Jenis kelamin

Melalui berbagai pemeriksaan yang teliti akan dapat

ditentukan jenis kelamin dari pemilik rambut. Rambut laki-laki pada

umumnya lebih kaku, lebih kasar dan lebih gelap. Sedang rambut

wanita umumnya halus, panjang dan meruncing ke arah ujung.

Dari distribusinya juga dapat ditentukan jenis kelaminnya.

Rambut jenggot, rambut dada dan kumis adalah khas rambut laki-laki.

Penyebaran rambut pubis antara laki-laki dan wanita juga

menunjukkan gambaran yang berbeda.

o Ras

Untuk menentukan jenis rasnya dapat dilihat dari warna,

panjang, bentuk dan susunan rambut. Rambut orang Eropa misalnya,

berwarna pirang, kecoklatan atau kemerahan

.

Gambar 2.12 Jenis rambut berdasarkan ras

Ujung rambut dapat memberikan informasi yang bagus tentang bagaimana rambut

dirawat. Gunting- memotong rambut dengan rapi, tepinya lurus, namun pada

pemotongan dengan pisau cukur menjadi bersudut, seperti ditunjukkan gambar

12.10. Pada peristiwa ledakan, kaca yang pecah memotong rambut dengan cara yang

unik, meninggalkan ekor melengkung yang panjang. Rambut yang terbakar berwarna

kehitaman dan mungkin tampak menggembung atau membesar. Rambut yang hancur

juga mudah dikenali.

Pemutihan rambut adalah proses oksidasi pigmen dan menghilangkan warnanya.

Perawatan mungkin menghentikan proses ini, atau warna baru dapat terbentuk pada

rambut. Pewarnaan rambut kebanyakan seperti mencelupkan serat wool (semua

rambut) atau serat tekstil yang lain. Seiring pertumbuhan rambut, titik dimana

pemutihan/pewarnaan diberikan terlihat sebagai perubahan warna yang kasar, seperti

ditunjukkan pada gambar 12.11. Jika panjang dari bagian rambut yang berwarna

alami diukur, peneliti dapat membuat perkiraan interval waktu antara perawatan

kosmetik dan waktu terlepasnya rambut. Rambut kepala tumbuh rata-rata 0,5 inchi

(1.3 cm) per bulan, jadi panjang bagian alami akan bertambah 0.5 inchi dari hasil

jumlah perkiraan sebulan.

2.1.10 Penyakit pada rambut dapat dijadikan sebagai sumber identifikasi

Penyakit yang berefek pada morfologi rambut jarang, namun ini membuat hal

tersebut menjadi bukti yang baik sebagai sumber identifikasi. Pili annulati mengarah

pada rambut dengan colored ring. Pada pini annulati, rambut memiliki pita terang

gelap yang berselang-seling, seperti corak harimau atau zebra. Orang dengan rambut

gelap mungkin mempunyai pili annulati tapi tidak terlihat ini dikarenakan tertutupi

oleh kondisi warna rambut mereka. Monilethrix membuat rambut terlihat seperti

string of beads (nama yang berasal dari bahasa Yunani untuk “bead” dan “hair”).

Sepanjang rambut berbetuk nodul dan memendek membuat diameter rambut menjadi

bervariasi. Rambut manik-manik ini melemahkan rambut, dan keluhan orang-orang

dari monilethrix adalah hilangnya rambut secara tidak sempurna. Pili torti, nama

yang diberikan, memutar sepanjang panjang rambut, menciptakan bentuk spiral.

Kemungkinan ditemukan beberapa putaran pada satu rambut. Terlihat kutikula, tetapi

putaran yang diciptakan menyebabkan patahan pada kutikula dan kortek. Vermin,

ketombe, atau jamur juga dapat timbul pada rambut dan fakta ini harus dicatat.

Faktor tersebut dimasukkan ke klasifikasi rambut sebagai faktor yang berasal dari

individual. Kesalahpahaman dapat mengenai rambut dan dapat berasal dari

pemeriksaan. Umur dan jenis kelamin tidak dapat ditentukan dari melihat rambut;

rambut abu-abu mungkin terjadi pada seseorang dengan usia dua puluh tahunan dan

rambut panjang belum berarti wanita serta rambut pendek belum berarti laki-laki.

Rambut tidak akan tumbuh setelah seseorang meninggal (bagaimana bisa?)

– kulit akan mengeriput ketika kehilangan ait, menjadikan rambut lebih menonjol

(juga dengan kuku). Dan, beberapa penelitian sebaliknya, mencukur tidak akan

merangsang pertumbuhan rambut.

2.1.11 Cara pemeriksaan analisis rambut

Rambut diperiksa dari akar ke ujung dengan perbesaran 40x sampai dengan 250x.

Rambut diletakkan pada preparat kaca mikroskop dengan indeks bias yang sesuai

untuk rambut, sekitar 1,5. Semua hal tersebut harus dipenuhi. Sampel rambut yang

diketahui tersebut menandakan dan menggambarkan jenis rambut tersebut. Rambut

yang ditemukan kemudian dijabarkan secara sendiri. Penjabaran tersebut meliputi

akar, mikroanatomi dari batang rambut dan ujung rambut.

2.1.12 Hasil interpretasi dari pemeriksaan

Tiga kesimpulan dasar dapat ditarik dari perbandingan forensik rambut. Pertama, jika

rambut yang ditemukan menunjukkan kesamaan karakteristik mikroskopik dengan

sampel rambut yang diketahui, maka rambut yang ditemukan itu dapat berasal dari

orang yang sama dengan orang dimana sampel rambut diambil. Namun,

perbandingan rambut bukan bentuk dari identifikasi positif. Kedua, jika rambut yang

ditemukan menunjukkan kesamaan tetapi sedikit berbeda dengan sampel rambut

yang diketahui, maka tidak ada kesimpulan yang dapat ditarik walaupun rambut yang

ditemukan dapat berasal dari sumber yang diketahui tersebut. Pada akhirnya, jika

rambut yang ditemukan menunjukkan perbedaan karakteristik mikroskopik dengan

sampel rambut yang diketahui, maka dapat disimpulkan jika rambut yang ditemukan

tersebut tidak berasal dari sumber yang diketahui tersebut. Dick Bisbing, ahli

forensik rambut merangkum keputusan cara dan proses dalam perbandingan forensik

rambut : Jika dua sampel berasal dari satu individu, maka harus selalu ada cukup

kesepakatan bahwa pada beberapa karakteristik lain tidak ada ketidaksamaan yang

mendasar. Hubungan tersebut kurang berdasar, oleh sebab itu, tidak hanya pada

kombinasi yang sama dalam mengidentifikasi ciri (walaupun kondisi ini harus selalu

terpenuhi) tapi juga bersama dengan kurangnya perbedaan yang mendasar antara

rambut yang ditemukan dan rambut standar. Hal ini perlu dijelaskan bahwa tidak

hanya rambut yang tidak diketahui memiliki ciri seperti rambut yang diketahui tetapi

juga bahwa variasi yang terjadi pada rambut yang tidak diketahui adalah sama

dengan variasi rambut yang diketahui. Penilaian dan pertimbangan ciri mikroskopik

rambut yang ditemukan dan diantara sampel rambut adalah kunci dari proses

membandingkan, akan tetapi bagaimana menginterpretasikan hasil pemeriksaan

forensik rambut secara kuantitatif? Proses ini tidak semudah yang dibayangkan, lebih

lanjut lihat di “ Lebih Detail : Statistik dan Pemeriksaan Rambut”.

2.1.13 Skema analisis rambut dengan Ciri-ciri makroskopik

Gambar 2.13 Contoh sampel rambut

Perbandingan rambut adalah metode yang paling baik dalam menunjukkan hubungan

antara barang bukti yang berupa rambut dengan suatu individu. Sampel rambut dari

bagian tubuh yang sama diperlukan untuk melakukan perbandingan. Rambut bukan

lah identifikasi yang positif namun estimasi frekensi atau statistik tidak bisa

digunakan dalam membandingkan rambut secara mikroskopis.

2.1.14 Penentuan spesifisitas pemeriksaan mikroskopik rambut

Berdasarkan sifat rambut pada grafik diatas, rambut dapat diberi kode, dimasukkan

ke dalam database dan informasi frekuensinya bisa didapatkan. Ini adalah sangat

berguna untuk menentukan signifikansi rambut sebagai barang bukti. Barry Gaudette,

mantan pemeriksa rambut di Royal Canadian Mounted Police, pernah melakukan

studi klinik dalam percobaan untuk menentukan spesifisitas pemeriksaan

mikroskopik rambut (1974). Studi klinik ini melibatkan rambut kepala yang

berwarna coklat dari keturunan eropah yang tela diberi kode dan dibandingkan. Hasil

studi menunjukkan hanya 9 pasang rambut yang tidak dapat dibedakan dengan

frekuensi 1: 4500. beliau melakukan satu lagi studi klinik yang melibatkan rambut

pubis dan didapatkan frekuensi 1: 1600 (1976). Walaupun terdapat kritik yang

mengatakan terdapat kecacatan pada studi klinik ini dan frekuensi yang didapatkan

tidak valid, studi klinik ini adalah studi pertama yang dilakukan untuk pemeriksaan

forensik rambut. Terdapat beberapa pemeriksa menggunakan frekuensi ini di dalam

testimoni untuk menghitung signifikansi pada barang bukti yang ditemukan.

Wickenheiser dan Hepworth (1990) telah meneliti lagi studi klinik yang dilakukan

oleh Gaudette dan mengolah kembali frekuensinya. Terdapat beberapa studi

memberikan informasi tambahan tentang potensi spesifisitas pemeriksaan

mikroskopik rambut namun tiada perkiraan yang signifikan dapat dikeluarkan.

Rambut adalah material biologi komposit yang sangat rumit dan ekspresi sifat rambut

pada suatu populasi sangat bervariasi. Bentuk tiga dimensi rambut menyukarkan

pengukuran sifat rambut itu sendiri. Komputer dapat digunakan dalam menganalisis

gambar digital dan menggolongkan rambut, namun manusia dapat melakukannya

dengan lebih cepat dan tepat.dan pada waktu ini, analisis DNA lebih mudah

diperoleh.

2.1.15 Peranan DNA mitokondria pada analisis specimen rambut

Munculnya pemeriksaan forensik DNA mitokondria (mtDNA) pada pertengahan

1990s digembar-gemborkan sebagai era baru analisis biologi dalam pemberlakuan

hukum. Ini adalah sangat benar karena pada pemeriksaan forensik rambut, mtDNA

dapat memberikan informasi tambahan. Perbandingan secara mikroskopis pada

rambut manusia sudah dapat diterima secara ilmu pengetahuan dan legal selama satu

dekad ini. Urutan mtDNA menambahkan satu lagi uji kaji untuk menilai signifikansi

hubungan antara rambut dengan suatu individu. Analisis mikroskopis atau molekular

sendiri atau gabungan kedua-duanya tidak dapat memberikan identifikasi yang

positif. Kedua metode ini melengkapi antara satu sama lain dalam memberikan

informasi. Sebagai contoh, mtDNA dapat membedakan rambut dari sumber yang

berbeda walaupun ianya mempunyai karakter mikroskopik yang mirip atau kurang.

Walaupun begitu, perbandingan rambut dengan mikroskopik sering dapat

membedakan sampel pada individu-individu yang mempunyai hubungan secara

maternal di mana mtDNA tidak dapat menganalisisnya. Dalam suatu studi terkini

(Houck and Budowle, 2002), hasil studi pada pemerikaan mikroskopik dan

mitokondria rambut manusia di laboratorium FBI untuk dianalisis telah

diperlihatkan. Dalam pemeriksaan pada 170 rambut, terdapat 80 mikroskopik yang

dapat dikumpulkan dan hanya 9 yang disingkirkan oleh mtDNA. Terdapat 66 rambut

yang didapati tidak sesuai untuk pemeriksaan mikroskopik atau kumpulan

mikroskopiknya tidak dapat ditentukan dapat dianalisis oleh mtDNA. Hanya 6

rambut yang tidak menyediakan mtDNA yang cukup dan 3 rambut memberikan hasil

yang tidak pasti. Studi ini menunjukkan kekuatan kombinasi dua teknik pemeriksaan.

Adalah penting untuk menyadari bahwa pemeriksaan secara mikroskopik bukanlah

suatu ‘uji saring” dan analisis mtDNA bukan suatu “uji konfirmasi”. Kedua metode

ini atau salah satunya dapat memberikan informasi penting pada suatu investigasi.

r

DAFTAR PUSTAKA

Houck, Max M. dan Siegel, Jay A (2010) Forensic Hair Examination, Fundamental

of Forensic Science 2nd ed : 283 – 300.

Idries, A. M, Tjiptomartono, A. L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam

Proses penyelidikan. Jakarta: Sagung seto; 2008. p. 174

Kubic TA, Petraco N. Microanalysis and Examination of Trace Evidence. In: James

SH, Nordby JJ, Editors. Forensic Science An Introduction to Scientific and

Investigative Techniques. Boca Raton: CRC Press LLC; 2000. p. 264-66