makalah fix korupsi

28
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Dalam pendekatan sosiologi definisi korupsi yang lazim dipergunakan adalah “ Penyalahgunaan wewenang pejabat untuk keuntungan pribadi “. Corruption atau korupsi merupakan salah satu dari fraud tree. Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan ( simbiosis mutualisme ). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest ), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal( illegal gratuities) dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion). Conflict of Interest Conflict of Interest biasa dikenal dengan benturan kepentingan yang sering terjadi dalam berbagai bentuk, di antaranya terjadi pada lingkungan bisnis atau dilakukan oleh penguasa-penguasa (pejabat) serta orang-orang di sekitar mereka. Ketika seseorang atau kelompok mempunyai kepentingan terhadap suatu hal, keadaan atau kasus, maka mereka akan mencoba mengintervensi permasalahan tersebut untuk melindungi hak-hak atau kepentingan mereka dengan mengandalkan kekuasaan, dimana etika atau bahkan hukum dilanggar. Pentingnya memasukkan conflict of interest ke dalam undang-undang akan menimbulkan keuntungan yakni pembuktian tindak pidana korupsi yang mengandung unsur (bestandeel) conflict of interest lebih mudah. Tertangkapnya Nunun Nurbaiti sebagai tersangka kasus pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia di Thailand. Nunun tak lain adalah istri dari Adang Darajatun mantan Wakapolri. CORUPTION Page 1

Upload: evha-adja

Post on 25-Nov-2015

172 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Dalam pendekatan sosiologi definisi korupsi yang lazim dipergunakan adalah Penyalahgunaan wewenang pejabat untuk keuntungan pribadi . Corruption atau korupsi merupakan salah satu dari fraud tree. Jenisfraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan.Fraudjenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme ). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal( illegal gratuities) dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).

Conflict of Interest

Conflict of Interest biasa dikenal dengan benturan kepentingan yang sering terjadi dalam berbagai bentuk, di antaranya terjadi pada lingkungan bisnis atau dilakukan oleh penguasa-penguasa (pejabat) serta orang-orang di sekitar mereka. Ketika seseorang atau kelompok mempunyai kepentingan terhadap suatu hal, keadaan atau kasus, maka mereka akan mencoba mengintervensi permasalahan tersebut untuk melindungi hak-hak atau kepentingan mereka dengan mengandalkan kekuasaan, dimana etika atau bahkan hukum dilanggar.Pentingnya memasukkan conflict of interest ke dalam undang-undang akan menimbulkan keuntungan yakni pembuktian tindak pidana korupsi yang mengandung unsur (bestandeel) conflict of interest lebih mudah. Tertangkapnya Nunun Nurbaiti sebagai tersangka kasus pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia di Thailand. Nunun tak lain adalah istri dari Adang Darajatun mantan Wakapolri. Dalam kasus ini kita bisa lihat bahwa dengan kekuasaannya mantan Wakaplori bisa melindungi sang istri selama bertahun tahun. Disinilah terlihat konflik kepentingan antara seorang suami dan mantan wakapolri untuk membela kepetingan negara atau istri tercinta. Dalam kasus pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia diindikasikan tidak hanya melibatkan sang suami yang ikut membela selama pelarian. Namun ada pihak pihak lain seperti Miranda G, dan anggota DPR pada era tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa ada sekelompok besar yang juga andil dalam perlarian Nunun selama ini guna melindungi mereka dari hukum. Hasilnya bisa kita lihat kasus ini berlarut larut sampai sekarang bahkan KPK pun belum menemukan titik terang mengenai kasus tersebut. Kasus konflik kepentingan antara individu (pimpinan suatu perusahaan) dengan kelompok (karyawan),yaitu penyalah gunaan kekuasaan untuk melakukan tindak korupsi,seperti penggunaan asset perusahaan untuk kepentingan pribadi si petinggi perusahaan. Korupsi jelas sangat bertentangan dengan hukum yang berlaku. Tindak korupsi akan merusak dasar kepercayaan yang justru harus diciptakan karena akan berpengaruh besar terhadap kemajuan suatu perusahaan. Dengan adanya tindak korupsi tersebut lambat laun perusahaan akan mengalami kerugian dan bahkan terancam bangkrut. Untuk menghindarinya,biasanya perusahaan mengambil kebijakan dengan mengurangi/mem-PHK karyawan-karyawannya ataupun menunda pembayaran gaji mereka. Bila hal ini tidak segera diselesaikan tentu saja akan memicu adanya konflik, karyawan-karyawan tersebut akan melakukan mogok kerja,atau berdemonstrasi menuntut hak & kesejahteraan mereka.

Bribery

Definisi arti kata suap bermula dari asal kata briberie (perancis) yang artinya adalah begging (mengemis) . Dalam bahasa latin disebut briba, yang artinya sepotong roti yang diberikan kepada pengemis. Suap menyuap yang dilakukan secara bersama-sama dengan penggeapan dana public sering disebut sebagai inti atau bentuk dasar dari tindak pidana korupsi. Korupsi sendiri secara universal diartikan sebagai moral yang jahat, perbuatan yang tidak wajar, suatu perusakan integritas, kebijakan atau asas-asas moral. Suap (bribery) adalah suatu tindakan yang melawan hukum berupa sejumlah uang, barang, atau perjanjian khusus kepada orang yang berpengaruh besar dengan tujuan pelancaran suatu kepentingan.Suap (bribery) juga merupakan suatu tindakan yang tidak etis karena tindakan ini tidak mempunyai nilai moral baik menurut konteks pribadi dengan lingkungan maupun dalam konteks profesional dan dapat berdampak negatif dalam suatu kehidupan, karena dapat mencederai tegaknya hukum yang berlaku, menimbulkan ancaman stabilitas ekonomi, merusak nilai-nilai etika, lembaga-lembaga, nilai-nilai demokrasi, kompetisi bisnis yang jujur dan keadilan.Penyuapan (bribery) merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan sejumlah pemberian kepada seseorang dengan maksud agar penerima pemberian tersebut mengubah perilaku sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa berupa barang berharga, rujukan, hak-hak istimewa, keuntungan ataupun janji yang dapat dipakai untuk membujuk atau mempengaruhi tindakan, suara, atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan publik.Namun, perlu dicatat bahwa penyuapan bersifat transaktif. Maksudnya pemberi suap dan penerima suap sepakat melakukan tindakan penyuapan demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua belah pihak. Korupsi yang memeras melibatkan pihak pemberi yang dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya, atau orang-orang, dan hal-hal yang dihargainya. Ketiga ciri utama korupsi: betrayal, abuse of power, dan material benefit. Praktik penyuapan mudah dijumpai di jalan antar pengendara mobil atau motor dengan seorang polisi lalu lintas misalnya. Seorang pengendara yang ditilang karena melanggar rambu lalu lintas, atau tidak membawa surat izin mengemudi, atau karena alasan lain bisa menyuap petugas agar terhindar dari pengadilan.

Contoh-contoh Kasus Penyuapan Penyuapan di Lembaga Pendidikan Perilaku korupsi seperti ini jarang disorot di media massa kita, tapi dapat dengan mudah ditemui kasus-kasusnya di lembaga pendidikan. Di kampus perguruan tinggi misalnya, bukan rahasia lagi bahwa seorang mahasiswa memberikan sejumlah uang atau mengubah nilai mahasiswa yang sebenarnya tidak lulus menjadi lulus. Dalam kasus seperti ini, baik dosen maupun mahasiswa sadar betul bahwa mereka hendak mengambil keuntungan dengan cara seperti ini. Tidak ada pihak yang dipaksakan dalam hal ini. Contoh lain, seorang calon mahasiswa yang sebenarnya tidak memenuhi syarat kelulusan untuk diterima di perguruan tinggi memberikan sejumlah uang atau barang berharga kepada pejabat universitas yang menentukan kelulusan. Karena tergiur dengan pemberian itu, sang pejabat pun dengan senang hati mengubah keputusan dari tidak lulus menjadi lulus. Praktik seperti ini perlu mendapat sorotan media massa kita.Akibat adanya suap menyuap menimbulkan ancaman terhadap stabilitas ekonomi dapat merusak lembaga nilai-nilai demokrasi , nilai etika, dan keadilan yang bersifat diskriminatif, dan merusak kompetisi bisnis yang jujur, serta merusak esensi pembangunan yang berkelanjutnya serta taat hukum.

Illegal Gratitude

Illegal Gratitude adalah pemberian hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. Dalam kasus di Indonesia yang terjadi adalah hal-hal yang berkaitan dengan ini berupa hadiah perkawinan,hadiah ulang tahun, hadiah perpisahan, atau hadiah kenaikan jabatan. Beberapa contoh kasus gratifikasi baik yang dilarang berdasarkan ketentuan pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Di dalam buku Buku Saku Memahami Gratifikasi yang diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dijelaskan contoh-contoh pemberian yang dapat dikategorikan sebagai gratifikasi yang sering terjadi, yaitu Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya; Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari pejabat oleh rekanan kantor pejabat tersebut; Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya untuk keperluan pribadi secara gratis; Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian barang dari rekanan; Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat; Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan; Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat kunjungan kerja; Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu.

Economic Extortion

Economic Extortion (Pemerasan) merupakan kebalikan dari penyuapan (bribery). Dalam economic extortion, bukannya penjual yang menawarkan sesuatu yang bernilai untuk mempengaruhi keputusan, melainkan pegawai/karyawan perusahaan yang meminta pembayaran dari penjual/vendor untuk suatu keputusan yang akan menguntungkan penjual tersebut.Bentuk korupsi ini mengandung arti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan informasi yang menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau bekerjasama. Dalam hal ini, pemangku jabatan dapat menjadi pemeras atau korban pemerasan. Contoh-contoh kasus korupsi pemerasan Pemerasan di Lembaga Peradilan Di Lembaga peradilan, praktik korupsi tidak hanya berbentuk penyuapan anatara hakim dan pengacara, tapi juga pemerasan. Misalnya saja, seorang oknum hakim bekerjasama dengan panitera terlibat kasus pemerasan terhadap seorang saksi. Praktik korupsi seperti ini bisa diancam dengan empat tahun kurungan. Pemerasan oleh polisi terhadap pengusanaPemerasan juga bisa dilakukan oleh oknum polisi terhadap pengusaha. Misalnya, dengan dalih razia, oknum polisi bisa meminta paksa uang kepada pengusaha gerai ponsel misalnya, seperti yang terjadi di Kediri. KORUPSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG TIPIKOR

Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Korupsi merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi), yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan keuangan atau prekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.Berdasarkan pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang Tindak Pidana Korupsi, korupsi dirumuskan dalam 30 (tigapuluh) bentuk/jenis tindak pidana korupsi.Perbuatan perbuatan itu dikelompokan sebagai berikut :1. Korupsi yang terkait dengan kerugian negara :a. Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan Negara adalah Korupsi;b.Menyalagunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri dan dapar merugikan keuangan negara adalah korupsi;2. Korupsi yang terkait dengan suap menyuap :a. Menyuap pegawai negeri adalah korupsi;b. Menyuap pegawai negeri karena jabatannya adalah korupsi;c. Pegawai negeri menerima suap adalah korupsi;d. Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya adalah korupsi;e. Menyuap hakim adalah korupsi;f. Menyuap advokat adalah korupsi;g. Hakim dan advokat menerima suap adalah korupsi;h. Hakim menerima suap adalah korupsi;i. Advokat menerima suap adalah korupsi;3. Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan :a. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan adalah korupsi;b. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi adalah korupsi;c. Pegawai negeri merusakkan bukti adalah korupsi;d. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti adalah korupsi;4. Korupsi yang terkait dengan perbuatan pemerasan :a. Pegawai negeri memeras adalah korupsi;b. Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain adalah korupasi;5. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang :a. Pemborong berbuat curang adalah korupsi;b. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang adalah korupsi;c. Rekanan TNI/Polri berbuat curang adalah korupsi;d. Pengawas rekanan TNI/Polri berbuat curang adalah korupsi;e. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang adalah korupsi;f. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain adalah korupsi;6. Korupsi yang terkait dengan bentukan kepentingan dalam pengadaan;7. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi

Jenis Jenis Korupsi yang lain :1. korupsi transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan dua pihak dalam bentuk suap, dimana yang memberi dan yang diberi sama-sama mendapatkan keuntungan;2. korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang dilakukan dengan pemaksaan oleh pejabat, sebagai pembayaran jasa yang diberikan kepada pihak luar, si pemberi tidak ada alternatif lain;3. korupsi investif, yaitu korupsi yang dilakukan seorang pejabat karena adanya iming-iming tentang sesuatu yang akan menghasilkan dimasa mendatang;4. korupsi nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena adanya perlakuan khusus bagi keluarganya atau teman dekat atas sesuatu kesempatan mendapatkan fasilitas;5. korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat keuntungan, dengan jalan memberikan informasi kepada pihak luar yang sebenarnya harus dirahasiakan;6. korupsi suportif, yaitu korupsi yang dilakukan secara berkelompok dalam satu bagian atau divisi dengan tujuan untuk melindungi tindak korupsi yang mereka lakukan secara kolektif.Berdasarkan UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Nomor 20 Tahun 2001)

Analisa yang lebih detil tentang penyebab korupsi diutarakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya berjudul Strategi Pemberantasan Korupsi, antara lain :1. Aspek Individu Pelakua. Sifat tamak manusiaKemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orangnya miskin atau penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah cukup kaya, tetapi masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.b. Moral yang kurang kuatSeorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahanya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.c. Penghasilan yang kurang mencukupiPenghasilan seorang pegawai dari suatu pekerjaan selayaknya memenuhi kebutuhan hidup yang wajar. Bila hal itu tidak terjadi maka seseorang akan berusaha memenuhinya dengan berbagai cara. Tetapi bila segala upaya dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaan semacam ini yang akan memberi peluang besar untuk melakukan tindak korupsi, baik itu korupsi waktu, tenaga, pikiran dalam arti semua curahan peluang itu untuk keperluan di luar pekerjaan yang seharusnya.d. Kebutuhan hidup yang mendesakDalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.e. Gaya hidup yang konsumtifKehidupan di kota-kota besar acapkali mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.f. Malas atau tidak mau kerjaSebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar keringat alias malas bekerja. Sifat semacam ini akan potensial melakukan tindakan apapun dengan cara-cara mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi.g. Ajaran agama yang kurang diterapkanIndonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan melarang tindak korupsi dalam bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di tengah masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan dalam kehidupan.

2. Aspek Organisasia. Kurang adanya sikap keteladanan pimpinanPosisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.b. Tidak adanya kultur organisasi yang benarKultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.c. Sistim akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang memadaiPada institusi pemerintahan umumnya belum merumuskan dengan jelas visi dan misi yang diembannya dan juga belum merumuskan dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai misi tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.d. Kelemahan sistim pengendalian manajemenPengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.e. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasiPada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk.

3. Aspek Tempat Individu dan Organisasi Beradaa. Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi Korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu didapatkan.b. Masyarakat kurang menyadari sebagai korban utama korupsi Masyarakat masih kurang menyadari bila yang paling dirugikan dalam korupsi itu masyarakat. Anggapan masyarakat umum yang rugi oleh korupsi itu adalah negara. Padahal bila negara rugi, yang rugi adalah masyarakat juga karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang karena dikorupsi.c. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi Setiap korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh masyarakat sendiri. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.d. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut aktif Pada umumnya masyarakat berpandangan masalah korupsi itu tanggung jawab pemerintah. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut melakukannya.e. Aspek peraturan perundang-undangan Korupsi mudah timbul karena adanya kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan yang dapat mencakup adanya peraturan yang monopolistik yang hanya menguntungkan kroni penguasa, kualitas peraturan yang kurang memadai, peraturan yang kurang disosialisasikan, sangsi yang terlalu ringan, penerapan sangsi yang tidak konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan perundang-undangan.

PENDEKATAN SOSIOLOGIS

Dalam pendekatan sosiologi. Definisi korupsi yang lazim dipergunakan adalah penyalahgunaan wewenang pejabat untuk keuntungan pribadi . (the abuse of public power for private gain). Korupsi merupakan masalah yang berkenaan dengan sisitem perekonomian dan kelembagaan. Sistem perekonomian dan kelembagaan tertentu mendorong bahkan memberikan ganjaran (reward) untuk perbuatan korupsi.Lingkungan perekonomian dan kelembagaan yang meningkatkan manfaat atau keuntungan korupsi cenderung memiliki 4 ciri :a. Individu pejabat mempunyai kekuasaan mutlak (substantial monopoly power) atas pengambilan keputusan b. Pejabat yang bersangkutan mempunyai kelonggaran wewenang (disrection) yang besarc. Mereka tidak perlu mempertanggungjawabkan (tidak accountable) terhadap tindakan mereka, dand. Mereka beroperasi dalam lingkungan yang rendah tingkat keterbukaannya (an environment of low transparency)

C = MP + D A -TdmDari keempat cirri ini melahirkan rumus atau persamaan yang berikut :

Dimana :C= corruption (korupsi)MP= monopoly power ( kekuasaan mutlak)D= discretion (kelonggaran wewenang)A= accountability (akuntanbilitas)Tdm= transparency of decision-making (keterbukaan dalam pengambilan keputusan)

DELAPAN PERTANYAAN TENTANG KORUPSIJakob Svensson, seorang senior economist pada Develpoment Research Group, World Bank. Svensson mengajukan dan membahas delapan pertanyaan mengenai korupsi sebagai berikut :1. What is corruption ? (Apa sesungguhnya korupsi itu?)2. Which countries are the most corrupt ? (Negara-negara mana yang paling korupsi?)3. What are the common characteristics of countries with high corruption? (Apa cirri-ciri umum Negara yang mempunyai tingkat korupsi yang tinggi?)4. What is the magnitude of corruption? (Berapa besarnya korupsi?)5. Do higher wages of bureaucrats reduce corruption? (Apakah gaji lebih tinggi untuk para birokrat akan menekan korupsi?)6. Can competition reduce corruption? (Apakah persaingan dapat menekan korupsi?)7. Why have three been so few (recent) successful attempts to fight corruption? (Mengapa akhir-akhir ini begitu sedikit upaya yang berhasil memerangi korupsi?)8. Does corruption adversely affect growth ? (Apakah korupsi berdampak negatif terhadap pertumbuhan)

Pertanyaan Pertama :What is corruption? Korupsi umumnya didefinisikan sebagi penyalahgunaan jabatan di sektor pemeritahan untuk keuntungan pribadi. Korupsi yang didefinisikan seperti itu meliputi, penjualan kekayaan Negara secara tidak sah oleh pejabat, kickbacks dalam pengadaan di sektor pemerintahan, penyuapan, dan pencurian dana-dana pemerintah. Korupsi adalah outcome, cerminan dari lembaga-lembaga hukum,ekonomi, budaya dan politik suatu Negara. Korupsi berupa tanggapan atas peraturab yang berguna atau peraturan yang merugikan.

Pertanyaan Kedua :Which countries are the most corrupt ? Kajian mengenai pengukuran korupsi antar Negara oleh Knack dn Keefer (1995) dan Mauro (1995) didasarkan atas indicator korupsi yang dihimpun oleh perusahaan-perusahaan yang berkecimpung dalam usaha mengukur risiko. Di antaranya, International Country Risk Guide (ICRG) adalah yang paling popular, karena ia meliputi lebih banyak kurun waktu dan Negara. Bentuk yang kedua adalah indeks yang menunjukkan rata-rata dari berbagai peringkat oleh sumber-sumber yang menghimpun data mengenai persepsi adanya korupsi. Di antaranya yang paling popular adalah Corruption Perception Index, di singkat CPI. Kaufmann, Kraay dan Mastruzzi (2003) menghasilkan ukuran yang melengkapi pengukuran tersebut diatas, yakni Control of Corruption (Coc).

Pertanyaan Ketiga :What are the common characteristics of countries with high corruption? Ada teori-teori yang melihat ciri-ciri umum Negara umum Negara korup dari peranan lembaga-lembaga. Teori-teori ini dapat dipilah dalam dua kelompok besar. Kelompok pertama, memandang mutu lembaga dan karenanya juga korupsi dibentuk oleh faktor-faktor ekonomi. Secara singkat, perkembangan lembaga-lembaga merupakan respon terhadap tingkat pendapatan Negara. (Lipset,1960;Demzetz,1967). Pandangan yang terkait diberikan oleh human capital theory, yang melihat perkembangan dalam human capital dan penghasilan menyebabkan perkembangan dalam kelembagaan. (Lipset,1960;Glaeser,La Porta, Lopez-de Silanes dan Shleifer,2004) Kelompok institutional theories kedua menekankan peran lembaga-lembaga secara lebih langsung. Teori-teori ini sering kali memandang lembaga-lembaga sebagai pantang menyerah dan bawaan.

Pertanyaan Keempat :What is the magnitude of corruption? Peringkat Negara-negara berdasarkan persepsi tingkat korupsi bersifat subjektif. Korupsi juga merajalela dalam bidang pengadaan barang dan jasa. Olken (2003,2004) menemukan bahwa 29% dari dana yang dialokasikan untuk pembuatan jalan raya dan 18% dari dana yang dialokasikan untuk subsidi beras untuk orang miskin (raskin) dikorupsi. Untuk menentukan jumlah ini, para peneliti membandingkan berapa dana yang keluar dari APBN dengan dana yang sesungguhnya diterima oleh pengelola program tersebut.

Pertanyaan Kelima :Do higher wages of bureaucrats reduce corruption? Jika gaji para birokrat dinaikkan, apakah kenaikan ini diiringi dengan berkurangnya korupsi? Negara-negara donor dan organisasi internasional sering kali menganjurkan negar berkembang untuk menaikkan gaji pegawai negeri mereka. Pertanyaan Keenam :Can competition reduce corruption? Pertanyaan mengenai apakah persaingan dapat menekan korupsi, berkaitan dengan pendekatan untuk menekan korupsi melalui peningkatan persaingan. Jalan pikirannya adalah ketika ada persaingan yang kuat, peserta tender akan berusaha menekan harga jual mereka sekuat mungkin. Sehingga tida tersedia dana untuk menyogok pejabat. Dalam kenyataannya hubungan antara laba perusahaan dan korupsi sangatlah kompleks, dan secara analitis tidaklah selalu jelas.

Pertanyaan Ketujuh :Why have three been so few (recent) successful attempts to fight corruption? Di banyak Negara, termasuk Indonesia, pemberantasan korupsi dilakukan melalui gebrakan-gebrakan oleh lembaga atau aparat (penegak) hukum dan keuangan (para pemeriksa seperti auditor dan investigator). Gebrakan gebrakan sebenarnya berasumsi bahwa semakin banyak dan semakin baik penegak hukum, semakin besar korupsi bisa dibasmi. Padalal di banyak Negara miskin, lembaga hukum dan keuangannya lemah. Menambah sumber daya kepada lembaga ini sering kali bukan jawabannya.

Pertanyaan KedepalanDoes corruption adversely affect growth ? Di era order baru, ada pakar dan pengamat yang berargumentasi bahwa korupsi justru mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut mereka, dengan penyuapan perusahaan bisa melicinkan usaha mereka yang tersendat oleh birokrasi yang tidak efisien. Argumen ini didokumentasikan oleh Leff,1964 dan Huntington,1968). Dalam kebanyakan teori yang menghubungkan korupsi dengan pertumbuhan ekonomi yang lambat, tindakan korup itu sendiri bukanlah biaya sosial terbesar. Kerugian terbesar dari korupsi adalah bahwa korupsi melahirkan perusahaan yang tidak efisien dan alokasi talenta (SDM), teknologi, dan modal justru menjauhi penggunaannya yang paling produktif bagi masyarakat.

Skandal Korporasi dan AkuntanOlehGugus IriantoDimuat di Lintasan Ekonomi, Vol. XX No. 2, Juli 2003, hal. 104-14 (Penerbit: Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya)

Pendahuluan:Kebangkrutan perusahaan raksasa Enron pada tahun 2001 yang lalu seakan menjadi momentum awal runtuhnya keperkasaan perusahaan-perusahaan raksasa di Amerika Serikat lainnya, seperti WorldComp, Global Crossing Ltd., Adelphia Communications, Kmart Corp. dan NTL Inc. Ada berbagai sebab yang memicu kebangkrutan berbagai perusahan tersebut, sebagaimana diikhtisarkan dalam tabel sebagai berikut:Nama PerusahaanPemicu Permasalahan

Enron CorpManipulasi Pembukuan

Tyco InternationalPenggelapan Pajak

Adelphia CommunicationsPenipuan Sekuritas

Global Crossing Insider TradingPenipuan Sekuritas

Zerox CorporationManipulasi Pembukuan

WorldcomManipulasi Pembukuan

Walt Disney CompanyManipulasi Pembukuan

Arthur Andersen, salah satu dari The Big Five Public Accounting Firms, terkena imbasnya.Dalam memberikan respon terhadap berbagai kasus tersebut, ada yang berpandangan bahwa manipulasi pembukuan sesungguhnya merupakan mega kolusi dari berbagai pihak sehingga kesalahan tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada salah satu pemeran (misalnya: akuntan manajemen atau auditor independen) yang diduga atau bahkan sudah terbukti terlibat didalamnya. Pandangan seperti ini adalah sah-sah saja, meskipun dapat dianggap sebagai sikap apolojetik dalam membela kepentingan tertentu.

Perilaku tidak etis (ethical misconduct) dan pelanggaran hukumDibawah ini akan diberikan beberapa contoh tindakan atau perilaku tidak etis dan pelanggaran hukum dari skala yang kecil hingga skala yang besar: Sebuah survei yang dilakukan di penghujung tahun 1990an oleh harian Bisnis Indonesia bekerjasama dengan Jakarta Media Communication (JMC) Research menunjukkan hasil yang dapat menjadi contoh atas fenomena yang disebut sebelumnya. Responden dari survey tersebut rata-rata berpendidikan sarjana dan merupakan eksekutif bisnis perusahaan besar dari berbagai jenjang manajemen. Hampir 70% responden menyatakan bahwa mereka menggunakan cara-cara yang tidak sewajarnya dalam menjalankan bisnis terutama bila berurusan dengan birokrasi pemerintah maupun dengan bank pemerintah (Bisnis Indonesia, Minggu II, Oktober 1997).

Survei serupa juga pernah dilakukan oleh Fortune, majalah bisnis terkemuka di Amerika Serikat (Fortune, April 1992; Obi, 1992). Hasil survey Fortune yang memotret perilaku pelajar, mahasiswa, alumnus perguruan tinggi, dan juga para manajer menarik untuk dicermati. Di lingkungan pendidikan menengah (setingkat SMU) menunjukkan bahwa 70-80% responden melakukan cheating (ngrepek, menjiplak, dan sejenisnya), sedangkan di lingkungan perguruan tinggi angka tersebut lebih rendah yaitu antara 40-50%. Tidak ketinggalan bahwa 12-24% lulusannya menulis informasi yang tidak benar dalam resume/curriculum vitae mereka.

Studi Albrecht dan Willingham (1993) memotret berbagai kasus yangterkait langsung dengan profesi akuntan terutama akuntan publik di Amerika Serikat. Studi tersebut mengungkap bahwa pada tahun 1980-an dan awal 1990-an terjadi puluhan kasus penuntutan di pengadilan (litigasi) terhadap akuntan publik di Amerika Serikat. Sedangkan pemicu litigasi tersebut diantaranya adalah karena kegagalan atau kelalaian akuntan dalam mengungkap terjadinya kecurangan (fraud) oleh manajemen. Hanya saja, meskipun semua kantor akuntan publik besar di AS tersangkut dalam berbagai kasus tersebut, gaung dan implikasinya tidak separah kasus Enron dan Worldcomp serta berbagai skandal pada tahun-tahun awal abad ini. Hebatnya gaung dan implikasi berbagai kasus tersebut dapat diduga karena Worldcomp merupakan perusahaan terbesar yang bangkrut di AS sejak 1980an. Kerugian pemilik modal akibat skandal korporasi di AS tersebut mencapai US$8 trilyun (Kompas 23/12/2002). Dan pada akhirnya berbagai konsultan keuangan ternama yang terbukti telah secara tidak langsung menyebabkan terjadinya skandal keuangan tersebut mendapat sanksi hukum secara finansial berupa denda dari jaksa agung New York.

Expectation Gap?Diantara berbagai faktor yang diduga menjadi penyebab munculnya litigasi terhadap akuntan, terutama pada akuntan publik (independent auditor), adalah adanya perbedaan ekspektasi (expectation gap) antara auditor dengan publik dan atau pemakai laporan keuangan dalam memandang tanggungjawab auditor dalam mendeteksi dan melaporkan terjadinya kecurangan oleh manajemen (Albrecht dan Willingham, 1993).Pada dekade 1990-an, profesi akuntan di AS memutakhirkan dan menerbitkan serangkaian standar audit yang dikenal dengan the expectation gap standards sebagai respon atas besarnya litigasi terhadap anggotanya. Salah satunya adalah Statements on Auditing Standards (SAS) No. 53: The Auditors Responsibility to Detect and Report Errors and Irreguralities2 yang diantaranya memberikan pedoman tentang tanggungjawab auditor dalammendeteksi dan melaporkan kecurangan oleh manajemen, baik itu yang tidak disengaja (errors) maupun yang disengaja (irreguralities). Posisi yang cukup firm dari profesi ini memiliki tujuan bukan saja untuk penyempurnaan dan pembenahan kedalam, namun pada gilirannya diharapkan dapat mempersempit expectation gap antara pengguna informasi (laporan) keuangan atau publik dengan auditor. Akan tetapi, standar diatas kemudian mengalami metamorfosis dan menjadi standar baru yang juga diadopsi oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Auditing Seksi 316: Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan. Didalam SA 316 berisikanmengenai perihal merancang audit untuk memberikan keyakinan memadai bagi pendeteksian kekeliruan dan ketidakberesan material bagi laporan keuangan menjadi hanya sebatas mempertimbangkan taksiran resiko dalam desain proseduraudit.

Jejak sejarahJejak sejarah akuntansi menunjukkan bahwa di awal-awal perintisannya, profesi ini sesungguhnya dekat dan menjunjung tinggi nilai-nilai etis/moral/agama. Bapak akuntansi modern, Luca Pacioli adalah seorang pendeta yang juga Professor Matematika di Universitas Pisa (Crivelli, 1924). Pacioli tampaknya meyakini bahwa mencari keuntungan yang optimal adalah hal yang wajar dalam bisnis. Akan tetapi, tujuan tersebut hendaknya dicapai dengan mengindahkan amanat Tuhan, dan bahkan dengan menginternalisasikan atau menghadirkanNya dalam proses pencatatan transaksi bisnis itu sendiri. Setelah lebih dari lima abad, beberapa konsep dasar akuntansi yang dikembangkan Pacioli masih tetap digunakan. Namun pesan moralnya kepada pelaku bisnis dan akuntan kurang mendapat perhatian sebesar pemanfaatan konsep-konsep dasar akuntansi lainnya. Praktek-praktek bisnis untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dengan meniscayakan moralitas, kejujuran dan keadilan seakan menjadi lagu wajib pada masa-masa sekarang ini, yang pada ujungnya menghasilkan berbagai skandal yang telah dipaparkan diawal tulisan ini.

Hikmah atau pelajaran yang diperoleh dari kasus mengenai Skandal Korporasi Akuntan adalah ketaatan terhadap aspek-aspek itu sangat penting dan harus dipenuhi oleh profesi akuntan, terutama individu dan lembaga yang berkaitan, dengan hal itu akan membuat kredibilitas dan independensi akuntan menjadi meningkat, sehingga akan dengan sendirinya membuat klien dan calon klien semakin percaya kepada kinerja para akuntan. Dan yang paling penting tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi yang lebih baik untuk memperbaiki citra akuntan saat ini.Solusi:Kecurangan memang sulit untuk dihapuskan dalam jangka waktu yang singkat terlebih menyangkut banyak pihak. Namun, bukan berarti kita harus membiarkan kecurangan begitu saja. Dalam dunia akuntansi, pada umumnya kecurangan dapat diminimalisir semenjak seorang akuntan ada di bangku pendidikan. Dari awal, seorang calon akuntan harus di beri pengetahuan mengenai kode etik dan aturan-aturan yang biasanya dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) (untuk yang di Indonesia). Namun, semuanya tetap berada di tangan akuntan sepenuhnya, akuntan tersebut harus memiliki pribadi yang baik dalam segala hal dan sadar serta mampu untuk menjalankan segala aturan yang ada. Selain itu, seorang akuntan juga harus memiliki sifat etis sebab dalam dunia praktik, banyak sekali kejadian yang legal namun belum tentu hal tersebut etis untuk dilaksanakan. Sehingga pada akhirnya dunia bisnis terutama untuk akuntansinya akan terbentuk tiga pilar utama yakni akuntan yang baik dan terpercaya, para pelaku bisnis yang baik, dan tata kelola manajemen yang baik. Dengan demikian, diharapkan skandal korporasi yang telah mencoreng muka akuntan dan auditor dapat kembali menunjukkan eksistensinya sesuai dengan profesionalitasnya masing-masing.Jika dalam kasus Enron yang dijelaskan dalam Skandal Korporasi Akuntan ini solusi yang bisa kita ambil adalah: Menerbitkan peraturan yang jelas untk mengatur transparansi pengungkapan transaksi keuangan antar perusahaan (regulator) Tuntutan hukum terhadap manajemen Enron yang bertanggung-jawab atas terjadinya permasalahan ini Dibubarkannya firma KAP Arthur Andersen Jasa audit KAP dipisah dengan jasa konsultan perusahaan untuk independensi KAP Banyak kasus auditor mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak bekerja dibawah pengawasan komite audit (KA) dan tidak bebas dari pengaruh manajemen senior perusahaan sehingga perlu KA dari eksternal seperti akademisi dan praktisi akuntansi.

Kasus Fraud Terbesar di Dunia Madoff, Satu Lagi Kegagalan RegulatorSudah jatuh, tertimpa tangga pula. Mungkin itu peribahasa yang tepat untuk menggambarkan kondisi finansial perekonomian dunia saat ini. Krisis yang disebabkan oleh subprime mortgage belum usai, dunia sudah digemparkan kembali oleh kasus fraud dari seorang mantan petinggi Nasdaq yang disegani, Bernard Madoff, senilai tidak tanggung-tanggung: 50 miliar dollar (Rp 550 trilyun)! Ini adalah skandal fraud individual terbesar sepanjang sejarah. Skandal fraud Jerome Kerviel dari Societe Generale senilai $7 miliar seakan-akan tidaklah seberapa dibandingkan dengan Madoff.Bernard Madoff, salah satu broker ternama dunia, yang juga merupakan pendiri dari Bernard Madoff Investment, ditangkap oleh pihak berwenang setelah mengakui bahwa selama bertahun-tahun ia telah melakukan fraud. Mark dan Andrew Madoff, kedua anaknya, pada 10 Desember lalu langsung mengontak pihak yang berwenang setelah ayahnya, yang berada dalam kondisi stress berat, akhirnya mengakui fraud yang telah dilakukannya.Berita tersebut sontak menggemparkan sektor finansial di seluruh penjuru dunia, karena Madoff mengelola dana sejumlah institusi, filantropis dan individual dengan kekayaan tinggi. Sejumlah bank dan hedge fund besar dunia antara lain Banco Santander, Fortis, HSBC, Royal Bank of Scotland, BNP Paribas, Rye Investment Management dan Ascot Partners turut menjadi korban karena menginvestasikan dananya miliaran dollar kepada Madoff. Kini, uang tersebut mungkin tidak akan pernah kembali.

Profil MadoffSebenarnya, siapa Madoff? Bagaimana cara kerjanya? Dan bagaimana sejumlah institusi-institusi besar bisa terkena tipuannya? Madoff lahir di New York pada tahun 1938 dari sebuah keluarga Yahudi. Ia lulus dari jurusan hukum Hofstra University pada tahun 1960. Kemudian, dengan modal uang sejumlah $5,000 hasil dari kerja musim panas sebagai penjaga pantai dan pemasang garden sprinkler, Madoff mendirikan perusahaan investasinya.Dalam jangka waktu satu decade saja, Madoff berhasil memperoleh klien-klien yang terpandang. Sehingga nama dan reputasinya terangkat pada tahun 90an, dan memungkinkan ia untuk menjabat sebagai Chairman Nasdaq Stock Market pada tahun 1990, 1991 dan 1993. Pada tahun 90-an dan awal 2000-an, ia adalah Ketua dari Securities Industry Association trading committee, yang mewakili sekuritas dalam berdiskusi dengan regulator mengenai aturan-aturan baru pasar modal seiring dengan berkembangnya sistem dan jaringan electronic-trading.Rupanya, dengan nama besar dan reputasinyalah Madoff berhasil memperoleh klien-klien besar dan berpengaruh. Mereka percaya penuh pada Madoff, sehingga mengabaikan sinyal-sinyal bahaya yang hadir. Bahkan, menurut Robert Lenzner, National Editor Forbes, banyak orang yang berramai-ramai ingin menginvestasikan dananya pada Madoff, karena mereka bangga dan merasa aman karena dananya dikelola orang dengan level pengalaman seperti Madoff. Berdasarkan banyak cerita, Madoff menarik bagi para investor karena menghasilkan return yang stabil. Tidak rugi, namun tidak juga return tinggi, hanya sekitar 10 hingga 11 persen per tahun. Sehingga, mungkin banyak yang mengira investasi yang dikelola Madoff ini cenderung tidak terlalu berisiko.Mekanisme KerjaMekanisme kerja Madoff sesungguhnya tidak ada yang tahu pasti. Namun diperkirakan, kondisi perekonomian dan pasar modal yang lemah turut berakibat buruk bagi Madoff. Perusahaan Madoff merupakan salah satu broker terbesar dan penggerak pasar di Nasdaq. Sehingga, ketika beberapa investor meminta redemption senilai $7 miliar, maka ia kelimpungan hingga akhirnya mengakui kejahatannya. Sepertinya, selama mengalami kerugian daritrading, Madoff membayarkan return investor dengan dana yang disetor oleh investor lainnya.Tercatat tanggal 17 November, asset di bawah manajemen perusahaannya sebesar $17.1 miliar dollar. Sementara, berdasarkan pengakuan kepada kedua anaknya, perusahaan hanya punya sisa dana sekitar $200 atau $300 juta saja. Jadi, kelihatannya klien-klien terpaksa harus melakukan writedown terhadap kegagalan investasinya di Madoff.

Sinyal yang TerabaikanSkandal Madoff ini merupakan salah satu bukti lain kegagalan SEC dalam regulasi dan pengawasannya. SEC bukannya tidak pernah memperoleh peringatan. Nyaris sepuluh tahun lalu, tepatnya tahun 1999, Harry Markopoulos, seorang investigator fraud keuangan, setelah mempelajari metode investasi Madoff, mengirimkan surat tertulis kepada SEC berisikan Madoff Securities is the world largest Ponzi Scheme. Sejak 9 tahun belakangan Markopolos terus mengusahakan diadakannya investigasi, hingga akhirnya pada tahun 2007 SEC melaksanakan investigasi yang kemudian tidak menghasilkan apapun. Intinya: SEC gagal dalam mengendus fraud terbesar di dunia sepanjang sejarah, meskipun sudah diberi peringatan.Sinyal lain muncul dari cara-cara Madoff menjalankan operasional perusahaan sehari-hari yang kurang transparan. Madoff menjalankan bisnis investasinya dari lantai yang berbeda dari kantor pusat, serta menyimpan laporan keuangan dalam posisi terkunci. Sementara itu, bagaimana bisa bank-bank dan hedge fund besar, yang seharusnya punya manajemen risiko yang bagus, bisa ikut tertipu? Padahal, Madoff hanya melaporkan bahwa ia menggunakan strategi split strike conversion options, sementara detailnya tidak ada yang mengetahui. Mengapa investor tidak ada yang curiga? Karena selama ini track record Madoff selalu bagus, sehingga tidak ada investor yang mau repot mempertanyakan seluk beluk trading-nya.Belum diketahui bagaimana Madoff bisa sekian lama menjalankan operasinya tanpa ketahuan. Masalah ini mungkin akan terungkap seiring dengan investigasi selanjutnya. Yang jelas, kasus ini semakin memberi pelajaran bahwa regulasi hanya tinggal regulasi belaka. SEC pun gagal mengendus kasus ini.Pelajaran lain yang bisa dipetik dari kasus ini adalah: keserakahan selalu ada pada diri manusia. Serakah, tidak mau susah dan ingin mencari jalan pintas, pada akhirnya hanya akan berujung pada kejatuhan belaka. Manajemen risiko yang ketat rupanya harus kalah oleh kemudahan memperoleh return yang bagus. Sehingga, yang salah bukan hanya Madoff, melainkan juga korban-korbannya yang tidak jeli dalam berinvestasi.

Pengakuan MadoffBernard Madoff yang berusia 70 tahun, pelaku penipuan atas dana-dana investasi sebesar 150 miliar dollar AS, menghadapi hukuman penjara hingga 150 tahun. Ini adalah penipuan terbesar sepanjang sejarah dunia. Jaksa penuntut, Lev L Dassin, mengungkapkan, ada 11 tuduhan terhadap Madoff, mantan Ketua Nasdaq, bursa saham khusus untuk perusahaan-perusahaan teknologi. Madoff telah melakukan kejahatan kerah putih selama 20 tahun terakhir. Ira Sorkin, pengacara Madoff, mengatakan, Madoff berencana mengaku bersalah pekan ini dan berniat tidak membela diri. Sejak Desember 2008, Madoff berada dalam tahanan rumah di apartemennya yang mewah dengan uang jaminan 7 juta dollar AS.Madoff dituduh melakukan penipuan dengan skema Ponzi yang melibatkan uang milik sejumlah perusahaan dana pensiun, yayasan sosial, aktris/ aktor, dana-dana sekolah, dan lainnya.Madoff dan para anak buahnya membujuk sejumlah lembaga dan warga kaya dunia untuk menanamkan dana di perusahaannya, Bernard L Madoff Investment Securities LLC. Nasabah dibuai dengan tawaran untung tinggi walau hanya dinyatakan dalam laporan rutin. Keuntungan itu tidak dibayarkan seluruhnya, bahkan nasabah dirangsang untuk tidak melakukan penarikan dana, tetapi melakukan investasi dalam jangka panjang.Perusahaan membuat laporan seolah dana-dana itu ditanamkan di bursa saham Wall Street. Badan Pengawas Pasar Modal AS (SEC) menyebutkan, Madoff melakukan penipuan dengan memalsukan kop surat-surat SEC.Kepada keluarga, Madoff mengaku telah melakukan penipuan bernilai nominal 50 miliar dollar AS. Jaksa penuntut menaikkan nominal penipuan menjadi 64,8 miliar dollar AS.Namun, jaksa mengatakan, kerugian riil akibat skema Ponzi itu lebih dari 170 miliar dollar AS, sudah termasuk kalkulasi atas keuntungan dari dana-dana yang ditanamkan. Harian di AS, Huffington Post, menyetarakan kerugian dengan pengeluaran Rp 58 miliar per hari selama 100 tahun.

Rompi antipeluruMadoff hadir di sebuah pengadilan di Manhattan, New York, Selasa (10/3), dengan mengenakan rompi antipeluru. Madoff tiba di gedung pengadilan tiga jam sebelum sidang dimulai. Otoritas berusaha mencegah temu muka antara Madoff dan para investor yang berang. Beberapa pengacara investor muncul sebagai penonton, tetapi ruang sidang lebih banyak dipenuhi wartawan.Hakim Distrik Denny Chin bertanya, Apakah Madoff ingin mengaku bersalah pada hari Kamis? Sorkin mengatakan, Itu merupakan harapan yang wajar. Chin bertanya lagi, Apakah Madoff akan mengaku bersalah atas 11 tuduhan? Sorkin menjawab, Iya, Yang Mulia.Asisten jaksa AS, Marc Litt, mengatakan, walaupun Madoff mengaku bersalah, hukuman tak akan dikurangi. Dia mengatakan, Madoff tetap menghadapi hukuman paling lama, yaitu 150 tahun. Biasanya, jika terdakwa mengaku bersalah, hukuman bisa diringankan. Chin juga membatasi jumlah korban yang hendak berbicara dalam persidangan dan meminta para korban untuk berperilaku baik.

DAFTAR PUSTAKA

Irianto, G. (2003). Skandal Koporasi Akuntan. Lintasan Ekonomi, Vol-XX No.2, Juli 2003, hal 104-14. Tuanakotta. TM. (2007). Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.(2002) [TT]

http://managementfile.com. Kasus terbesar di dunia oleh Madoff, Kegagalan regulator.CORUPTIONPage 18