makalah farfis.docx

28
DAFTAR ISI Halaman Sampul Daftar Isi.......................................1 Kata Pengantar...................................2 BAB I Pendahuluan................................3 BAB II Pembahasan................................4 A. Pengertian Emulsi...........................4 B. Tipe-tipe emulsi............................7 C. Sifat fisik emulsi..........................9 D. Cara pembuatan emulsi.......................10 E. Teori terbentuknya emulsi...................11 F. Aplikasi emulsi bahan pangan................13 BAB III Penutup..................................17 Kesimpulan.......................................17 Daftar pustaka...................................18 1

Upload: denny-deny

Post on 28-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH FARFIS.docx

DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Daftar Isi...........................................................................................1

Kata Pengantar................................................................................2

BAB I Pendahuluan..........................................................................3

BAB II Pembahasan.........................................................................4

A. Pengertian Emulsi.................................................................4

B. Tipe-tipe emulsi.....................................................................7

C. Sifat fisik emulsi.....................................................................9

D. Cara pembuatan emulsi.........................................................10

E. Teori terbentuknya emulsi.....................................................11

F. Aplikasi emulsi bahan pangan...............................................13

BAB III Penutup................................................................................17

Kesimpulan.......................................................................................17

Daftar pustaka..................................................................................18

1

Page 2: MAKALAH FARFIS.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah FARMASI FISIKA ini. Makalah ini bertemakan

“EMULSI”.

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui emulsi, tipe-tipe emulsi,

emulgator dan hal-hal yang berkaitan dengan emulsi yang ada

hubungannya dengan farmasi fisika.

Tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak atas terselesaiakannya makalah ini. Saya menyadari makalah yang

saya buat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat

mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.

Makassar, 27 juni 2013

penyusun

2

Page 3: MAKALAH FARFIS.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau

cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat

pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Tujuan pemakaian emulsi antara

lain secara umum untuk mempersiapkan obat yang larut dalam air

maupun minyak dalam satu campuran.

Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang terbagi-

bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal). Fase

kontinu (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar / pendukung) dari

emulsi tersebut (fase eksternal) dan Emulgator (zat yang digunakan dalam

kestabilan emulsi). Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai

fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi 2 :

Emulsi tipe w/o (emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke dalam

minyak, air berfungsi sebagai fase internal & minyak sebagai fase

eksternal) dan Emulsi tipe o/w (emulsi yang terdiri dari butiran minyak

yang tersebar ke dalam air).

Emulsi merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak

digunakan dalam industri dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari,

misalnya pada kosmetik yaitu krim, lotion, dan lain-lain, sedangkan dalam

pangan contohnya yaitu, susu, mentega dan lain-lain.

3

Page 4: MAKALAH FARFIS.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya

terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika

minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan

fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya,

jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak

atau bahan seperti minyak sebagai fase pembawa, sistem ini disebut

emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan

bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan

kecil menjadi tetesan besardan akhirnya menjadi suatu fase tunggal

yang memisah. Emulsi merupakan preparat farmasi yang terdiri 2 atau

lebih zat cair yang sebetulnya tidak dapat bercampur (immicible)

biasanya air dengan minyak lemak. Salah satu dari zat cair tersebut

tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain

distabilkan dengan zat pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactan).

Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang

terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal).

Fase kontinyu (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar

(pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal) dan Emulgator (zat

yang digunakan dalam kestabilan emulsi). Tujuan pemakaian emulsi

antara lain secara umum untuk mempersiapkan obat yang larut dalam

4

Page 5: MAKALAH FARFIS.docx

air maupun minyak dalam satu campuran, yaitu emulsi dalam

pemakaian dalam (peroral) umumnya tipe O/W serta emulsi untuk

pemakaian luar dapat berbentuk O/W maupun W/O. Umumnya untuk

membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian dari

emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung pada

konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi

farmasi bisa disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat).

Dalam formula pembuatan emulsi terdapat dua zat yang tidak

bercampur yang mempunyai fase minyak dalam air atau air dalam

minyak, biasanya yang stabilitasnya dipertahankan dengan emulgator

atau zat pengelmusi. Zat pengemulsi (emulgator) adalah komponen

yang ditambahkan untuk mereduksi bergabungnya tetesan dispersi

dalam fase kontinue sampai batas yang tidak nyata. Bahan pengemulsi

(surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan

antar tetesan dalam fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik

disekeliling partikel yang akan berkoalesensi, juga mengurangi

tegangan antarmuka antar fase, sehingga meningkatkan proses

emulsifikasi selama pencampuran. Penggunaan emulgator biasanya

diperlukan 5% – 20% dari berat fase minyak. Zat pengemulsi adalah

PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsa dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria

(emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat

5

Page 6: MAKALAH FARFIS.docx

disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat

seperti putih.

Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang

mudah dituang hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak

dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini,

kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat

terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan

perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal

yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim

stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase

internal hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam

minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat.

Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat

dugunakan bersama surfakatan pada emulsi minyak dalam air karena

akan terakumulasi pada antar permukaan dan juga meningkatkan

kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan pembenrukan

agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi

yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin

akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah daripada

kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan

meningkat, terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran

tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim.

6

Page 7: MAKALAH FARFIS.docx

Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air

mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan

sangat penting untuk emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase

eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan

daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau

bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn pengemulsi

ionik dan nonionik, gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam

seperti tragakan dan gom.

B. Tipe-tipe emulsi

Pada umumnya dikenal dua tipe emulsi yaitu :

a) Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)

Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya

dan minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya

mengandung kadar air yang kurang dari 10 – 25% dan

mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat

diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat

sulit bercampur/dicuci dengan air.

Pada fase ini bersifat non polar maka molekul – molekul

emulsifier tersebut akan teradsorbsi lebih kuat oleh minyak

dibandingkan oleh air. Akibatnya tegangan permukaan minyak

menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase

kontinu.

7

Page 8: MAKALAH FARFIS.docx

b) Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)

Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya

berupa minyak yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran

kecil didalam fase kontinyu yang berupa air. Emulsi tipe ini

umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31 – 41%

sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan

air dan sangat mudah dicuci.

Pada fase ini bersifat polar maka molekul – molekul

emulsifier tersebut akan teradsorbsi lebih kuat oleh air

dibandingkan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air

menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase

kontinue.

Cara membedakan tipe emulsi

a. Dengan Pengenceran, Tipe O/W dapat diencerkan dengan

air, Tipe W/O dapat diencerkan dengan minyak.

b. Cara Pengecatan, Tipe O/W dapat diwarnai dengan

amaranth/metilen blue, Tipe W/O dapat diwarmai dengan

sudan III.

c. Cara creaming test, creaming merupakan peristiwa

memisahkan emulsi karena fase internal dari emulsi tersebut

melakukan pemisahan sehingga tdk tersebar dlm emulsimis :

air susu setelah dipanaskan akan terlihat lapisan yang tebal

8

Page 9: MAKALAH FARFIS.docx

pada permukaan. Pemisahan dengan cara creaming bersifat

refelsibel.

d. Konductifitas, dimana elektroda dicelup didalam cairan

emulsi, bila ion menyala tipe emulsi O/W demikian

sebaliknya.

C. Sifat-sifat fisik emulsi

1. Penampakan

Penampakan emulasi ini pada dasarnya dipengaruhi oleh

ukuran pertikel emusi dan perbedaan indeksbias antara fase

terdispersidan medium terdispersi. Pada prinsipnya emulsi yang

tampak jernih hanya mungkin terbentuk bila indeks bias kedua

fasenya sama atau ukuran partikel terdispersinya lebih kecil dari

panjang gelombang cahaya sehingga terjadi refraksi.

2. Viskositas

Faktor – faktor yang mempengaruhi viskositas suatu emulsi

adalah viskositas medium dispersi, persentase volume medium

dispersi, ukuran partikel fase terdispersi dan jenis serta konsentrasi

emulsifier/stabilizer yang digunakan.

Semakin tinggi viskositas dan persentase medium disperse,

maka makin tinggi viskositas emulsi. Demikian juga semakin kecil

ukuran partiker suatu emulsi, maka semakin tinggi viskositasnya

dan makian tinggi konsentrasi emulsifier/stabilizer yang digunakan.

3. Dispersibilitas dan Daya Emulsi

9

Page 10: MAKALAH FARFIS.docx

Dispersibilitas atay daya larut suatu emulsi ditentukan oleh

medium dispersinya. Bila medium dispersinya air, maka emulsinya

dapat diencerkan dengan air, sebaliknya bila medium dispersinya

lemak, maka emulsinya dapat dilarutkan dengan minyak.

4. Ukuran Partkel Emulsi

Ukuran partikel emulsi tergantung pada peralatan mekanis

dan total energy yang diperlukan pada waktu pembuatannya,

perbedaan vikositas antara fase terdispersi dan medium disperse,

tipe dan konsentrasi emulsifier yang digunakan serta lama

penyimpanan.

D. Cara Pembuatan Emulsi

a) Metode gom basah

Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai

berupa cairan atau harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air

seperti kuning telur dan metilselulosa. Metode ini dibuat dengan

terlebih dahulu dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu

ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang

kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara bergantian

sambil diaduk sampai volume yang diinginkan.

b) Metode gom kering

Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada

pemakaian zat pengemulsi berupa gom kering. Cara ini diawali

dengan membuat korpus emulsi dengan mencampur 4 bagian

10

Page 11: MAKALAH FARFIS.docx

minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus sampai

terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian ditambahkan sisa bahan

yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya

suatu emulsi yang baik.

c) Metode botol atau metode botol forbes

Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat

minyak dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk

gom dimasukkan kedalam botol kering, ditambahkan 2 bagian air,

botol ditutup , kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat.

Tambahkan sedikit demi sedikit sambil dikocok.

E. Teori terbentuknya emulsi

Teori terjadinya emulsi terdapat 4 metode yang dapat dilihat dari

sudut pandang yang berbeda

1. Teori tegangan permukaan (Teori Surface Tension)

Daya tarik menarik molekul (Kohesi (sejenis) dan Adesi

(berlainan jenis)). Daya kohesi tiap zat selalu sama, sehingga pada

permukaan suatu zat cair (bidang batas antara air dan udara) akan

terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan

gaya kohesi (tegangan permukaan/surface tension). Semakin tinggi

perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang batas

mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk

bercampur. Tegangan pada air bertambah dengan penambahan

11

Page 12: MAKALAH FARFIS.docx

garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi berkurang

dengan penambahan senyawa organik tertentu seperti sabun.

2. Teori Oriented Wedengane

Teori ini menjellaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan

adanya kelarutan selektif dari berbagai molekul emulgator,

Emulgator terbagi 2, yaitu Hidrofilik adalah bagian emulgator yg

suka pada air dan Lipofilik adalah bagian emulgator yg suka pd

minyak

Emulgator dapat dikatakan pengikat antara air dan minyak

yang membentuk suatu keseimbangan (HLB) antara kelompok

hidrofil & lipofil. Makin besar HLB makin hidrofil (emulgator mudah

larut dalam air & sebaliknya).

3. Teori Interpelasi film

Emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak,

sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel

fase dispersi menyebabkan partikel sejenis yang akan tegabung

akan terhalang. Untuk memberikan stabilitas maksimum, emulgator

Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak

Jumlahnya cukup utk menutupi semua partikel fase disperse

Dapat membentuk lapisan flm dengan cepat & dapat menutup

semua permukaan partikel dengan segera.

12

Page 13: MAKALAH FARFIS.docx

4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap).

Terjadinya emulsi karena adanya susunan listrik yg

menyelubungi partikel sehingga terjadi tolak-menolak antara

partikel sejenis. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah

satu dari ketiga cara berikut:

Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel

Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan sekitarnya

Terjadinya gesekan partikel dengan cairan sekitarnya.

F. Aplikasi Emulsi Bahan Pangan

a) YOGURT DAN TAHU SUSU

Tahu susu

Tahu susu terbuat dari susu. Tahu susu merupakan suatu

massa atau gumpalan yang diperoleh dari penggumpalan protein susu

dimana sebagian dari kandungan airnya dikeluarkan. Pembuatan tahu

susu lebih sederhana dibandingkan dengan tahu kedelai. Biasanya

susu yang digunakan dalam pembuatan tahu susu ini adalah susu

yang berkualitas kurang baik. Prinsip pembentukan tahu susu adalah

dengan menggumpalkan protein susu, dilakukan antara lain dengan

menambahkan asam ke dalam susu.

Kasein pada susu akan terkoagulasi dan membentuk tahu

apabila ditambahkan enzim proteolitik atau asam. Tahu yang terbentuk

dapat menjadi lunak atau keras tergantung dari jumlah kasein dan

kalsium yang terdapat di dalam susu. Kasein susu akan terkoagulasi

13

Page 14: MAKALAH FARFIS.docx

pada titik isoelektriknya yaitu pada pH 4,6. Koagulasi ini akan

menyebabkan gaya tolak menolak elektrostatik meningkat dan

memecah misela-misela.

Yogurt

Yoghurt adalah produk yang diperoleh dari susu yang telah

dipasteurisasi kemudian difermentasi dengan bakteri tertentu sampai

diperoleh keasaman, bau dan rasa yang khas. Pada pembuatan

yogurt, susu yang dihomogenisasi akan membentuk gel tahu yang

lebih cepat dengan konsisten yang lebih licin dan lunak dibandingkan

dengan susu yang tidak dihomogenisasikan.

Cara pembuatan yogurt adalah dengan mencampurkan 10,5%

susu tanpa lemak, 7% lemak susu, 12% sukrosa dan 3% biakan

campuran streptococcus lactis dan lactobacillus bulgaricus,

selanjutnya diinkubasi pada suhu 43 °C selama 18 jam. Emulsifier atau

stabilizer seperti gelatin akan memberikan hasil yang lebih baik tanpa

menghambat proses pengasaman.

b. KEJU

Keju adalah produk yang dibuat dari tahu susu sapi atau hewan

lainnya. Tahu tersebut diperoleh dengan mengkoagulasikan kasein

susu dengan suatu enzim (biasanya rannin) atau asam (biasanya

asam laktat).  Tahapan pembuatan keju yaitu:

koagulasi susu oleh rennet,

pemecahan dadih dan pengeluaran whey (pemanasan),

14

Page 15: MAKALAH FARFIS.docx

pengepresan dadih,

penggaraman dan

pemeraman.

Proses homogenisasi susu hanya dilakukan pada pembuatan

keju lunak dengan maksud menyempurnakan daya olesannya serta

mereduksi kehilangan lemak didalam whey pada waktu tahunya

dipisahkan. Pada keju semi lunak dan keju keras tidak dilakukan

homogenisasi susu hal ini dikarenakan homogenisasi dapat

menyebabkan peningkatan luas permukaan lemak sehingga reaksi

lipofilik selama proses pematangan akan meningkat dan

mengakibatkan keju yang diperoleh mempunyai bau dan rasa yang

kurang enak.

Pada pembuatan keju, penambahan emulsifier merupakan

campuran garam-garam fosfat akan memberikan hasil yang lebih baik

(tekstur dan penampilannya) terutama pada keju-keju yang tidak

difermentasi seperti cottage cheese.

c. MENTEGA

Mentega merupakan emulsi air didalam minyak (w/o) dengan

kandungan 20% dari berat lemak. Bahan baku untuk membuat

mentega adalah lemak susu, biasanya dalam bentuk krim. Krim

dipisahkan dari susu dan mengandung 30-35% lemak. Sebelum di

proses lebih lanjut krim dipasteurisasi terlebih dahulu.

15

Page 16: MAKALAH FARFIS.docx

Pengocokan dapat dilakukan dengan sistem batch atau sistem

kontinyu yang menggunakan pengaduk mekanis dan dirancang untuk

mengubah sistem emulsi alamiah di dalam air dan tiap-tiap globula

tersebut dikelilingi oleh sutau membran fofpolipid yang mengandung

lechitin. Pengocokan ini akam memecah membran sehingga globula-

globula tersebut bertubrukan satu dengan yang lainnya, hasilnya

globula tersebut berkumpul bersama dan membentuk granula mentega

yang kecil, makin lama makin besar ukurannya dan akhirnya terpisah

dari fase air krim. Fase air terpisah disebut buttermilk.

Pada proses pengocokan terjadi pemecahan emulsi dan

granula-granula akan terbentuk pada 50 °F. Pada titik ini pengadukan

dihentikan dan buttermilk dikeluarkan dari wadah, keadaan emulsi

sudah berubah. Massa buttermilk merupakan komponen utama dan

merangkap 15% buttermilk didalamnya. Disini butterfat menjadi fase

kontinyu dan sisa buttermilk yang sebagian besar terdiri dari air dengan

terlarut laktosa, kasein dan padatan susu lainnya tersuspensi sebagai

butiran-butiran di dalam massa lemak. Hal ini terjadi setelah proses

pengocokan yang berlangsung 40 menit. Setelah itu massa mentega

dicuci dengan air bersih untuk mengeluarkan sisa-sisa buttermilknya,

kemudian sisa air pencuci dikeluarkan dan ditaburi garam. Kemudian

diteruskan dengan menyeragamkan dispersi garam dan memecah

butir-butir air sampai sekecil-kecilnya.

16

Page 17: MAKALAH FARFIS.docx

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya

terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.

Adapun tipe-tipe emulsi yaitu minyak dalam air (M/A) dan air dalam

minyak (A/M). Emulsi merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi

yang banyak digunakan dalam industri dan digunakan dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya kosmetik dan bahan pangan.

Didalam proses pembuatan emulsi biasanya ditambahkan

campuran dua atau lebih bahan kimia yang tergolong ke dalam

emulsifier dan stabilizer. Tujuan dari penambahan emulsifier adalah

untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan

interfasial) sehingga mempermudah terbentuknya emulsi.

Emulsi dapat dibuat dengan metode gom kering, metode gom

basah, dan metode botol berdasarkan pemambahan zat tambahan

yang sesuai.

17

Page 18: MAKALAH FARFIS.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Penerbit buku kedokteran EGC :

jakarta

2. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI :

jakarta

3. Anonim. http://blogkita.info/emulsi/.com. Diakses 27 juni 2013

18

Page 19: MAKALAH FARFIS.docx

MAKALAH

FARMASI FISIKA“EMULSI”

KELOMPOK III

YAYUK KERTIWIGIANI

EUGENIA NONA ODEL

ARMAH

FITRIANA JULIADARIH

DENNY

ROSITA

SUDARIYATMO

EKA SAFITRI PAGEWANG

AGNES NGORA

USMAN BUGIS

ALFIAN

NOVIYANTI

RUSDIADI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASIMAKASSAR

2013

19