makalah etika kristen
TRANSCRIPT
PERANAN ETIKA KRISTEN DALAM PEMBENTUKAN DAN
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
NIM : 102011029 Kode mata kuliah : Nama lengkap: Alexander Sebastian Nama mata kuliah : Etika KristenFakultas : Kedokteran Nama dosen : Willem SopacuaProgram studi : Sarjana Kedokteran Jumlah halaman : 1 halaman
PENDAHULUAN
Setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda-beda , ada yang mempunyai
kepribadian yang baik , buruk , lucu , susah bergaul , dan masih banyak lagi contohnya . Ada
banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pengembangan
kepribadian seseorang , salah satu contohnya adalah etika kristen . Etika kristen sangat
berpengaruh sekali dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian .
Kata Yunani Ethos adalah asal kata Etika yang berarti kebiasaan, baik kebiasaan individu
maupun kebiasaan masyarakat. Dalam abad ini etika memusatkan penyelidikannya pada
kebenaran atau kesalahan perbuatan-perbuatan lahir, tetapi dalam dua dasawarsa yang
terakhir ini banyak ahli etika menekankan pentingnya kepribadian dan lingkungan .
Etika adalah penyelidikan tentang apa yang baik atau benar atau luhur dan apa yang buruk
atau salah atau jahat dalam kelakuan manusia .Etika menaruh perhatian kepada norma-
norma yang membimbing perbuatan manusia dan cita-cita yang membentuk tujuan
manusia. Pengambilan keputusan etis dan juga filsafat moral juga berperan besar dalam
pengembangan dan pembentukan kepribadian seseorang . Dengan adanya makalah ini , saya
harap pembaca dapat mempunyai kepribadian yang baik .
KEPUTUSAN ETISCiri-ciri keputusan etis :
1. Menyangkut pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa
yang buruk.
2. Menyangkut pilihan yang sukar karena seringkali, keputusan kita bukan antara hitam dan
putih, melainkan dua corak yang kelabu.
3. Keputusan-keputusan etis tidak mungkin dielakkan karena sewaktu kita dihadapkan dengan
pilihan etis, tidak mungkin kita tidak mengambil keputusan.
4, Kita hanya bisa memahami pengambilan keputusan etis kalau kita memperhitungkan juga
hal-hal yang tidak dipertimbangkan pada saat pengambilan keputusan itu.
IMANIman bukan persetujuan intelektual bahwa ajaran-ajaran tertentu benar, juga bukan
pengetahuan yang tidak dapat dibuktikan, tetapi Iman adalah kepercayaan yang praktis pada
sesuatun yang lebih dihargai dari pada semua yang lain. Iman adalah kesetiaan kepada hal
yang kita anggap paling pokok dalam kehidupan kita. Kita beriman kepada hal yang kita
pegang meskipun kita harus mengorbankan hal-hal yang lain. Obyek iman kita mungkin
Allah, mungkin sesuatu yang lain. Iman selalu mengandung kepercayaan. Beriman kepada
Allah berarti mempercayai-Nya lebih dari pada segala sesuatu yang lain.
Iman juga mengandung kesetiaan. Kesetiaan itu sepasang dengan kepercayaan. Kepercayaan
merupakan segi iman yang lebih pasif sedangkan kesetiaan merupakan segi iman yang lebih
aktif. Kesetiaan kepada Allah berarti kita berpegang teguh kepada-Nya sebagai kewajiban kita
yang utama. Kita bertekad untuk melayani Allah sekalipun pelayanan itu berbahaya dan tidak
populer.
TABIAT / KARAKTERPerbuatan-perbuatan serta sifat-sifat, tabiat dan kepribadian adalah dua unsur penting
dalam etika Kristen. Kita harus melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan juga harus
menjadi orang-orang yang baik. Dua unsur ini berhubungan erat satu sama lain, seperti
pohon dan huahnya. Tabiat yang baik menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik. Tabiat
dapat didefinisikan sebagai susunan batin seseorang yang memberi arah dan ketertiban
kepada keinginan, kesukaan dan perbuatan orang itu. Susunan itu dibentuk oleh interaksi
antara diri orang dengan lingkungan sosialnya dan Allah. Tabiat mengandung suara hati yaitu
pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Tabiat juga mengandung
kecenderungan dan motivasi untuk berbuat selaras dengan susunan batin kita. Tabiat juga
mengandung kesukaan, kemauan dan keinginan kita. Dalam Etika Kristen sifat yang baik
disebut kebajikan. Tabiat tidak sama dengabn watak. Watak biasanya dianggap sebagai
bentuk diri kita yang kita dapat secara alamiah waktu kita lahir. Watak itu bersifat tetap,
tetapi tabiat kita berkembang dan berubah sepanjang hidup kita. Tabiat mempunyai
kontinuitas tetapi tidak mempunyai ketetapan. Sifat-sifat tabiat bertahan tetapi tidak pernah
dalam keadaan sudah jadi. Tabiat memberi keselarasan kepada perbuatan-perbuatan kita
tetapi juga dapat dibina dan diubah.
Watak kita dapatkan di luar tanggung jawab kita. Meskipun tabiat kita dipengaruhi oleh hal-
hal di luar kekuasaan kita, namun kita bertanggung jawab atas tabiat kita. Kita dapat
memperbaiki ataupun merusak tabiat kita. Watak merupakan bahan mentah tabiat kita.
Cara kita mengolah bahan mentah itu adalah tanggung jawab kita. Tabiat juga berbeda
dengan kepribadian. Kepribadian sama dengan tabiat mempunyai kontinuitas, berkembang dan
berubah. Tetapi kepribadian lebih luas dari pada tabiat. Tabiat hanya mengandung sifat-sifat
moral dalam diri kita, tetapi kepribadian mengandung sifat-sifat emosional, mental dan juga
sifat-sifat moral. Misalnya rasa rendah diri dan pendiam 10 merupakan sifat-sifat kepribadian
tetapi tidak langsung merupakan sifat-sifat tabiat juga. Kepribadian sering dianggap sebagai
sifat-sifat baik, sifat-sifat lahiriah maupun batiniah - yang memberi kesan tertentu kepada orang
lain.
FILSAFAT MORALAdalah wajar dan manusiawi belaka , bila orang enggan membenamkan diri ke dalam
kompleksitas suatu masalah yang seolah-olah tidak berujung pangkal . Sifat manusiawi inilah
yang menjebak orang mencari jalan pintas yang mudah dan cepat – walau terbukti salah .
Orang cenderung menyederhanakan permasalahan , dengan terlampau menggantungkan diri –
hampir hampir secara membabi buta – pada satu dua nilai dasar yang dipilih secara acak .
Masalahnya adalah simplifikasi yang menyesatkan . Simplifikasi telah menjadi godaan besar
ketika orang berhadapan dengan masalah etika ekonomi yang ruwet dan rumit , pada abad ke
19 misalnya , khususnya di eropa barat , perdebatan dan pemikiran di dalam bidang etika
ekonomi , cenderung terjadi di dalam kerangka cara berpikir filsafat tertentu , khususnya
utilitarianisme .
NORMA-NORMAKebanyakan orang merasa bahwa norma-norma dan hukum-hukum mempunyai peran besar
dalam bidang etika. Kata kesusilaan yang artinya sama dengan etika terdiri dari dua kata
Sanskerta: “sila” yang berarti norma kehidupan dan “su” yang berarti baik. Etika menyangkut
kelakuan yang menuruti norma-norma yang baik. peran norma-norma dan hukum-hukum dalam
kehidupan orang Kristen terus menerus dipersoalkan dan digumuli dalam sejarah gereja. Peran
hukum dalam etika Kristen disangkal karena alasan-alasan theologis oleh Karl Barth, Dietrich
Bonhoeffer, Richard Niebuhr dan Paul Lehmann. Mereka menganggap penggunaan hukum-
hukum tidak sesuai dengan kedaulatan dan kasih karunia Tuhan Allah. Orang Kristen harus
mematuhi dan mempercayai Allah saja, bukan hukum-hukum.
Peran hukum dalam etika Kristen juga dipersoalkan karena alasan-alasan empiris/praktis oleh
Joseph Fletcher, John Robinson dan mereka yang menganut etika situasi atau moralitas baru.
Mereka berpendapat bahwa peraturan-peraturan moral sering kali menghambat keterbukaan
orang terhadap situasi baru dan bertentangan dengan kasih kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA1.Brownlie , Malcolm , Pengambilan keputusan etis dan faktor-faktor
didalamnya . Jakarta : BPK Gunung Mulia , 1991
2.Darmasaputra , E. , Bisnis , ekonomi dan penatalayanan . Jakarta :
BPK Gunung Mulia , 1990
3.Widyarini , Nilam , Kunci pengembangan diri . Jakarta : PT Elex
Media Komputindo , 2009