makalah ergonomi

16
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia kini semakin kreatif dalam menciptakan sebuah produk yang mampu bersaing dipasaran. Produk yang mampu bersaing dipasaran tentunya tidak hanya dari segi penampilan yang menarik, tetapi sebuah produk haruslah memenuhi rasa nyaman saat digunakan. Rasa nyaman yang didapat dari sebuah produk terkadang hanya dapat dinilai oleh sebagian orang, sehingga dibutuhkan rancangan sebuah produk yang dapat disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia pada umumnya. Antropometri merupakan salah satu ilmu yang mempelajari mengenai karakteristik tubuh manusia. Untuk itulah, pada praktikum kali ini kita mengamati seluruh pengukuran dan posisi-posisi manusia secara jelas, dari mulai duduk hingga berdiri. Mempelajari ilmu antropometri sangatlah penting, karena kita bisa mengetahui posisi tubuh dengan posisi dari suatu produk secara ideal yang nyaman untuk digunakan. Seorang perancang harus memiliki karakterisitik yang baik, karakteristik yang harus dimiliki perancang yaitu mempunyai kemampuan dalam mengidentifikasi masalah, memiliki imajinasi untuk meramalkan masalah, berdaya cipta, dapat menyederhanakan persoalan, memiliki keahlian sesuai dengan rancangannya, dapat mengambil keputusan yang terbaik dan terbuka terhadap saran dan kritik. Kami mengajukan produk ’lemari belajar’ untuk mengamati dimensi-dimensi apa saja yang digunakan dalam merancang produk tersebut. Kami memilih lemari belajar untuk dirancang karena perancangannya menggunakan ukuran dimensi dari data pengukuran dan data dimensi tubuh yang digunakan sedikit. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan pembuatan makalah antropometri adalah dimensi apa saja yang digunakan untuk pembuatan lemari belajar.

Upload: aris-wijaya

Post on 08-Feb-2016

115 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

http

TRANSCRIPT

Page 1: makalah ergonomi

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia kini semakin kreatif

dalam menciptakan sebuah produk yang mampu bersaing dipasaran. Produk yang

mampu bersaing dipasaran tentunya tidak hanya dari segi penampilan yang

menarik, tetapi sebuah produk haruslah memenuhi rasa nyaman saat digunakan.

Rasa nyaman yang didapat dari sebuah produk terkadang hanya dapat dinilai oleh

sebagian orang, sehingga dibutuhkan rancangan sebuah produk yang dapat

disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia pada umumnya. Antropometri

merupakan salah satu ilmu yang mempelajari mengenai karakteristik tubuh

manusia. Untuk itulah, pada praktikum kali ini kita mengamati seluruh

pengukuran dan posisi-posisi manusia secara jelas, dari mulai duduk hingga

berdiri. Mempelajari ilmu antropometri sangatlah penting, karena kita bisa

mengetahui posisi tubuh dengan posisi dari suatu produk secara ideal yang

nyaman untuk digunakan.

Seorang perancang harus memiliki karakterisitik yang baik, karakteristik

yang harus dimiliki perancang yaitu mempunyai kemampuan dalam

mengidentifikasi masalah, memiliki imajinasi untuk meramalkan masalah,

berdaya cipta, dapat menyederhanakan persoalan, memiliki keahlian sesuai

dengan rancangannya, dapat mengambil keputusan yang terbaik dan terbuka

terhadap saran dan kritik. Kami mengajukan produk ’lemari belajar’ untuk

mengamati dimensi-dimensi apa saja yang digunakan dalam merancang produk

tersebut. Kami memilih lemari belajar untuk dirancang karena perancangannya

menggunakan ukuran dimensi dari data pengukuran dan data dimensi tubuh yang

digunakan sedikit.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan pembuatan makalah antropometri adalah dimensi apa saja yang

digunakan untuk pembuatan lemari belajar.

Page 2: makalah ergonomi

2

1.3 Pembatasan Masalah

makalah antropometri memiliki beberapa pembatasan masalah. Pembatasan

masalah tersebut hanya membahas tentang:

1. Pengambilan data dengan mengukur beberapa dimensi tubuh manusia

dilakukan di Laboratorium Teknik Industri pada hari senin tanggal 3

Oktober 2011 pukul 10.00 WIB.

2. Proses pengukuran dimensi tubuh manusia pada setiap anggota kelompok

di kelas 3ID03 sebanyak 22 orang.

3. Proses pembuatan lemari belajar menggunakan dimensi-dimensi tubuh

manusia.

4. Data pengukuran 44 antropometri statis dan 3 antropometri dinamis.

5. Perancang hanya menggunakan data mahasiswa kelas 3ID03.

1.4 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah antropometri didasarkan atas beberapa tujuan. Berikut ini

adalah tujuan penulisan modul antropometri:

1. Mengetahui dimensi apa saja yang digunakan dalam pembuatan lemari

belajar.

2. Mengetahui nilai mean, standar deviasi, persentil 5%, 50%, dan 95%

untuk perancangan lemari belajar.

1. Mengetahui ukuran-ukuran lemari belajar.

2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan lemari belajar.

3. Membandingkan antara lemari belajar yang ada dengan yang

inovasi

Page 3: makalah ergonomi

3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Filosofi Antropometri

Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang digunakan oleh ahli-ahli

ergonomic sebagai data antropometri yang diaplikasikan (Sutalaksana, 1979 dan

Sritomo, 1992), yaitu:

1. Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim. Contoh

penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.

2. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran

tertentu. Contoh: perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju

atau mundur, dan sudut sandaran yang bisa dirubah-rubah.

3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Contoh: desain fasilitas

umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan lain-lain.

2.2 Pengertian Antropometri

Menurut Nurmianto (1996) antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang

berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan

kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam

proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi

manusia.

Menurut Sritomo (1992), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah

antropometri yang berasal dari “Anthro” yang berarti ukuran dan ”Metron” adalah

dimensi. Secara definitif antropometri dinyatakan sebagai satu studi yang

berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya

memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat dan lain-lain yang

berbeda satu dengan yang lainnya.

Page 4: makalah ergonomi

4

Menurut Sutalaksana, (1997) tempat kerja yang baik, sesuai dengan kemampuan

dan keterbatasan manusia, dapat diperoleh apabila ukuran-ukuran dari tempat

kerja tersebut sesuai dengan tubuh manusia. Hal-hal yang bersangkutan dengan

dimensi tubuh manusia ini dipelajari dalam antropometri.

Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan

ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia dan antropometri yang berhasil

diperoleh akan diaplikasikan secara luas, yaitu:

1. Perancangan areal kerja.

2. Perancangan peralatan seperti mesin, perkakas.

3. Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi lemari komputer.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tubuh Manusia

Data yang digunakan dalam melakukan perancangan dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dipengaruhi:

1. Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira berumur

20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian manusia akan

berkurang ukuran tubuhnya saat manusia berumur 60 tahun.

1. Jenis Kelamin

Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan

pinggul.

1. Suku Bangsa (Etnis)

Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh etnis.

Page 5: makalah ergonomi

5

1. Pekerjaan

Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia.

Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu (khusus) yang

dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga perlu

mendapat perhatian, seperti:

1. Cacat tubuh

Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang

cacat.

1. Tebal atau tipisnya pakaian yang harus dikenakan

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda pula dalam

bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya dimensi orang pun akan

berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang lain.

1. Kehamilan (pregnancy)

Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh

(untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan perhatian khusus terhadap produk-

produk yang dirancang bagi segmentasi seperti itu.

2.4 Karakteristik Seorang Perancang

Seseorang dikatakan perancang yang baik jika memiliki karakteristik. Berikut ini

merupakan karakteristik yang harus dimiliki oleh seseorang perancang agar

menghasilkan produk yang baik:

1. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah.

2. Memiliki imajinasi untuk meramalkan masalah yang mungkin akan

timbul.

3. Berdaya cipta.

4. Mempunyai keahlian dibidang matematika, fisika, kimia tergantung dari

jenis rancangan yang dibuat.

Page 6: makalah ergonomi

6

5. Dapat mengambil keputusan yang terbaik berdasarkan analisa dan

prosedur yang benar.

6. Terbuka terhadap kritik dan saran yang diberikan oleh orang lain.

2.5 Perancangan Produk atau Alat

Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa,

menilai dan memperbaiki serta menyusun suatu sistem, baik untuk sistem fisik

maupun nonfisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan

memanfaatkan informasi yang ada (Nurmianto, 1996).

Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian

langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti metode yang

menerangkan bahwa perancangan teknik adalah suatu aktifitas dengan maksud

tertentu menuju kearah tujuan pemenuhan kebutuhan manusia. Tiga hal yang

harus diperhatikan dalam perancangan sebuah produk antara lain:

1. Aktifitas untuk maksud tertentu

2. Sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia

3. Berdasarkan pada pertimbangan teknologi

Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik

perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan, yaitu:

1. Berorientasi pada tujuan

2. Variform yaitu suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang

mungkin tidak terbatas, tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang

akan diambil

3. Pembatas yaitu membatasi solusi pemecahan antara lain:

1. Hukum alam, seperti ilmu fisika, ilmu kimia, dan lain-lain.

2. Ekonomis, pembiayaan atau ongkos dalam merealisir rancangan.

3. Pertimbangan manusia, sifat, keterbatasan dan kemampuan

manusia dalam merancang dan memakainya.

Page 7: makalah ergonomi

7

4. Faktor-faktor legality, mulai dari model, bentuk sampai dengan hak

cipta.

5. Fasilitas produksi, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

menciptakan yang telah dibuat.

6. Evolutif, berkembang terus mengikuti perkembangan zaman.

Prosedur perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan

dikenal dengan sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari need, idea,

decision and action. Artinya tahap pertama seorang perancang menetapkan dan

mengidentifikasikan kebutuhan (need), sehubungan dengan alat atau produk yang

harus dirancang. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea) yang

melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan tadi. Dilakukan suatu

penilaian dan penganalisaan terhadap berbagai alternatif yang ada, sehingga

perancang dapat memutuskan (decision) suatu alternatif terbaik dan pada akhirnya

dilakukanlah suatu proses pembuatan (action) (Nurmianto, 1996).

Hasil rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan

kenyamanan bagi si pemakai. Oleh karena itu, rancangan yang akan dibuat harus

memperhatikan faktor manusia sebagai pemakai. Faktor manusia ini diantaranya

dipelajari dalam ergonomi (anthropometri).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu rancangan selain

faktor manusia antara lain (Nurmianto, 1996):

1. Analisa teknik yaitu berhubungan ketahanan, kekerasan, dan sebagainya.

2. Analisa ekonomi yaitu berhubungan dengan perbandingan biaya yang

harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh.

3. Analisa legalisasi yaitu berhubungan dengan segi hukum atau tatanan

hukum yang berlaku dan dari hak cipta.

4. Analisa pemasaran yaitu berhubungan dengan jalur distribusi produk/hasil

rancangan sehingga dapat sampai kepada konsumen atau pemakai.

5. Analisa nilai yaitu suatu prosedur yang mengidentifikasikan ongkos-

ongkos yang tidak ada gunanya. Analisa nilai dibagi menjadi empat

kategori antara lain:

Page 8: makalah ergonomi

8

1. Uses value yaitu berhubungan dengan nilai kegunaan.

2. Esteem value yaitu berhubungan dengan nilai estetika atau

keindahan.

3. Cost value yaitu berhubungan dengan pembiayaan.

4. Exchange value yaitu berhubungan dengan kemampuan tukar.

Nurmianto menjelaskan bahwa didalam suatu perancangan terdapat tiga tipe

perancangan antara lain (Nurmianto, 1996):

1. Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrim yaitu data dengan persentil

ekstrim minimum 5% dan ekstrim maksimum 95%.

2. Perancangan pemakaian nilai rata-rata yaitu data dengan persentil 50%.

3. Perancangan untuk pemakaian yang dapat disesuaikan (adjustable).

2.6 Kelemahan dan Keunggulan Antrpometri

Antropometri sangat diperlukan dalam dunia industri. Berikut ini adalah

keunggulan dan kelemahan antropometri (Sritomo, 1992), yaitu:

1. Kelemahan Antropometri

1. Tidak sensitive.

2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan

energi).

3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi

presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.

2. Keunggulan Antropometri

1. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah

sampel cukup besar.

2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.

3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat

di daerah setempat.

4. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.

5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa

lampau.

Page 9: makalah ergonomi

9

6. Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik,

karena sudah ada ambang batas yang jelas.

Berdasarkan posisi tubuh antropometri dibagi menjadi dua bagian berikut ini

adalah kedua bagian posisi tersebut:

1. Antropometri Statis (Structural Body Dimension)

Pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam atau tidak bergerak.

Dimensi yang diukur pada posisi ini antara lain meliputi berat badan, tinggi badan

dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, dan lain-lain.

1. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimension)

Pengukuran dimensi tubuh yang diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang

bergerak. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dinamis adalah

mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-

gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan.

2.7 Penggunaan Distribusi Normal

Penerapan data anthropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean

(rata-rata) dan standar deviasinya dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi

normal ditandai dengan adanya nilai mean dan standar deviasi. Sedangkan

persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari

sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai

tersebut. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi

normal (Nurmianto. 1996).

Tabel 2.1 Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil

Persentil Perhitungan

1 – st - 2,325 x

Page 10: makalah ergonomi

10

2,5 – th - 1,96 x

5 – th - 1,645 x

10 – th - 1,28 x

50 – th

90 – th + 1,28 x

95 – th + 1,645 x

97,5 – th + 1,96 x

99 – th + 2,325 x

Dalam pokok bahasan anthropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh berukuran

besar, sedangakan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika diinginkan

dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi maka 2,5 dan 97,5.

Page 11: makalah ergonomi

11

BAB 3 PEMBAHASAN DAN ANALISIS

3.1. Pembahasan

Setelah mempelajari landasan teori, untuk lebih memahami antropometri

maka selanjutnya teori yang ada diterapkan untuk penanganan masalah desain.

Masalah desain yang diselesaikan dalam kasus ini yaitu perancangan lemari

belajar.

3.1.1 Deskripsi Produk

Lemari belajar yang kami rancang telah disesuaikan dengan dimensi

tubuh, sehingga memberikan kenyamanan bagi pemakainya. Kelebihannya yakni

pada bagian atas lemari cukup luas untuk dapat meletakkan berbagai dokumen

dengan jumlah yang cukup banyak, kemudian pada bagian samping lemari

terdapat empat buah laci pada sisi kiri lemari belajar yang difungsikan untuk

menyimpan berbagai dokumen atau perlengkapan belajar dalam jumlah yang

cukup banyak dan pada bagian kanan lemari pun ditambahkan satu buah laci,

yang difungsikan sebagai tempat meletakkan CPU, serta sebagai tempat menaruh

tas pada bagian atas. Selain itu pada bagian kaki lemari dipasang sandaran kaki,

sehingga dapat berfungsi untuk pijakan kaki. Lemari belajar yang kami buat juga

berdimensi agak lebih besar jadi dapat menampung banyak barang dan

harganyapun terjangkau.

3.1.2 Dimensi Antropometri yang Digunakan

Pembuatan lemari belajar memerlukan beberapa dimensi dalam

antropometri. Dimensi yang dibutuhkan yaitu siku ke siku, tinggi badan tegak,

tinggi pinggang berdiri, panjang lengan bawah, jangkauan tangan ke depan, lebar

jari 2,3,4, dan 5, panjang kaki, dan sudut telapak kaki. Dimensi siku ke siku

digunakan untuk merancang bagian panjang papan lemari pada lemari belajar.

Dimensi tinggi badan tegak untuk merancang tinggi dari lemari belajar. Dimensi

tinggi pinggang berdiri digunakan untuk merancang ketinggian papan lemari yang

Page 12: makalah ergonomi

12

terdapat pada lemari belajar. Dimensi panjang lengan bawah dan jangkauan

tangan ke depan digunakan untuk merancang lebar papan lemari pada lemari

belajar. Dimensi lebar jari 2,3,4, dan 5 digunakan untuk merancang gagang pintu.

Dimensi panjang kaki digunakan untuk merancang ukuran papan pijakan kaki

lemari belajar.

3.1.3 Perancangan Produk

Perancangan produk lemari belajar menggunakan ukuran dimensi dari

pengukuran yang telah dilakukan seperti tinggi bahu berdiri (tbb), jangkauan

tangan kedepan (jtkd), panjang lengan bawah (plb), panjang kaki (pk), siku ke

siku (sks), tinggi pinggang berdiri (tpb), lebar jari 2,3,4,5 (lj). Ukuran yang

digunakan menggunakan data persentil 50% atau mean agar dapat digunakan

sebagian besar mahasiswa karena menyesuaikan ukuran tubuh rata-rata

mahasiswa Teknik Industri.

Ukuran perancangan lemari belajar yang didapat dari data dimensi tubuh

manusia diambil dari hasil perhitungan secara manual, sebab setiap nilai dihitung

dengan teliti satu demi satu dengan menggunakan rumus yang ada, sehingga data

yang dihasilkan lebih akurat untuk rancangan lemari belajar. Urutan perancangan

produk lemari belajar diantaranya, Dimensi tinggi bahu berdiri untuk merancang

tinggi dari lemari belajar yaitu 140 cm. Dimensi tinggi pinggang berdiri

digunakan untuk merancang ketinggian papan lemari yang terdapat pada lemari

belajar yaitu 98 cm. Dimensi lebar jari 2,3,4, dan 5 digunakan untuk merancang

gagang pintu pada lemari belajar yaitu 8. Dimensi panjang kaki digunakan untuk

merancang ukuran dari papan pijakan pada lemari belajar yaitu 25 cm.

3.2. Analisis

Analisis berisi tentang analisis dari produk yang telah dirancang

berdasarkan tipe perancangannya, perbandingan produk asli dengan produk yang

Page 13: makalah ergonomi

13

telah dirancang serta kelebihan dan kekurangan produk yang dirancang. Berikut

ini adalah analisis dari produk lemari belajar.

3.2.1 Analisis Produk

Produk yang dirancang adalah lemari belajar yang multifungsi dengan

menggunakan tipe perancangan sebesar persentil 50% sehingga lemari belajar

yang dirancang dapat digunakan sebagian besar mahasiswa. Perancangan lemari

belajar mempertimbangkan ukuran-ukuran dimensi yang digunakan agar lemari

belajar yang dihasilkan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen

yang menggunakan.

3.2.2 Analisis Perbandingan Produk

Perbandingan lemari belajar yang telah dirancang dengan produk yang

sudah ada, yaitu lemari belajar yang sudah dirancang memiliki laci lebih banyak

dengan terdapatnya sekat d bawah meja sebagai tempat tambahan menyimpan

buku, terdapat juga pijakan kaki dan tempat meletakkan CPU jika diperlukan

sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunanya karena berdasarkan ukuran-

ukuran dimensi yang telah diukur. Produk asli yang sudah ada tidak terdapatnya

pijakan kaki sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi penggunanya.

Page 14: makalah ergonomi

14

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan diambil dari pembahasan dan analisis yang telah dilakukan dan

menjawab dari tujuan. Berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil:

1. Dimensi yang digunakan untuk merancang lemari belajara dalah tinggi

bahu berdiri (tbb), panjang lengan bawah (tlb), rentangan tangan (rt),

jangkauan tangan ke depan (jktd), lebar jari 2345 (lpg), siku ke siku (sks),

panjang kaki (pk) dan tinggi pinggang berdiri (plb).

2. Nilai persentil yang digunakan adalah 50%. Karena persentil 50%

merupakan nilai persentil yang umum dan semua mahasisiwa 3ID03 dapat

memakainya.

3. Dimensi tinggi bahu berdiri untuk merancang tinggi dari lemari belajar

yaitu 140. Dimensi tinggi pinggang berdiri digunakan untuk merancang

ketinggian papan lemari yang terdapat pada lemari belajar yaitu 98.

Dimensi panjang lengan bawah dan jangkauan tangan ke depan digunakan

untuk merancang lebar papan lemari pada lemari belajar yaitu 16. Dimensi

lebar jari 2,3,4, dan 5 digunakan untuk merancang gagang pintu pada

lemari belajar yaitu 8 . Dimensi panjang kaki dan sudut telapak kaki

digunakan untuk merancang ukuran dari papan pijakan pada lemari belajar

yaitu 25 cm.

4. Kelebihannya lemari belajar yang dirancang adalah lemari belajar telah

disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia, sehingga memberikan

kenyamanan saat digunakan. Kekurangan dari lemari belajar yang dibuat

yakni lemari belajar hanya sesuai untuk populasi mahasiswa kelas 3ID03.

4.2 Saran

Berikut beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan agar

pada proses pengukuran selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Saran yang dapat

Page 15: makalah ergonomi

15

diberikan adalah data dimensi tubuh untuk mata kaki ditambah, sehingga untuk

membuat pijakkan kaki pada lemari dapat lebih mudah.

Page 16: makalah ergonomi

16

DAFTAR PUSTAKA

Nurmianto, Eko. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Guna Widya:

Surabaya. 1996

Sutalaksana, Anggawisastra. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung:

Institut Teknologi Bandung. 1979.

Wignjosoebroto, Sritomo. Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja. PT.

Guna Widya: Surabaya. 1992.