makalah entomologi modifikasi sayap serangga
TRANSCRIPT
MAKALAH PRAKTIKUM
ENTOMOLOGI
MODIFIKASI SAYAP PADA SERANGGA
O
L
E
H
NAMA : RUDY SITOMPUL
NIM : 1009000192
P. STUDY : AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM ENTOMOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan karunianya-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Entomologi .
Makalah ini dikembangkan dalam rangka memenuhi tugas praktikum
Entomologi, tugas penulis sebagai mahasiswa fakultas pertanian Universitas Islam
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak
mendapat bantuan dari sumber-sumber data berupa materi, dan oleh karena itu dalam
pengantar ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih atas semua bantuan-
bantuan, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, baik bagi penulis sendiri
maupun para pembaca.
Medan, Desember 2011
Penulis
PENDAHULUAN
Sejumlah penelitian yang telah dilakukan para ilmuwan terhadap perangkat
penerbangan lalat dan serangga-serangga kecil lainnya diuraikan di bawah ini.
Kesimpulan yang muncul darinya adalah tiada kekuatan acak, coba-coba atau wujud
selain Allah yang mampu menciptakan kerumitan seekor serangga sekalipun.
Otot terbang dari banyak serangga seperti belalang dan capung mengerut
sangat kuat akibat rangsangan yang ditimbulkan saraf-saraf yang mengendalikan
setiap gerakannya. Pada belalang, misalnya, sinyal-sinyal kiriman setiap saraf
menyebabkan otot-otot terbang mengerut. Dengan bekerja bergantian, tidak saling
berlawanan, dua kelompok otot yang saling melengkapi, yang dinamakan elevator
(pengangkat) dan depresor (penurun), memungkinkan sayap-sayap terangkat dan
mengepak ke bawah.
MODIFIKASI SAYAP PADA SERANGGA
Sayap capung tidak dapat dilipat pada tubuhnya. Selain itu, cara otot terbang
digunakan ketika sayap bergerak, berbeda dengan kebanyakan serangga lainnya.
Karena sifat ini, para evolusionis menyatakan bahwa capung adalah "serangga
terbelakang."
Padahal sebaliknya, sistem terbang makhluk yang disebut "serangga
terbelakang" ini tidak lain adalah keajaiban perancangan. Pembuat helikopter terbaik
dunia, Sikorsky, menuntaskan perancangan satu dari helikopter mereka dengan
menjadikan capung sebagai model. 6 IBM, mitra Sikorsky dalam proyek ini memulai
dengan menempatkan suatu model capung ke dalam komputer (IBM 3081). Dua ribu
jenis penggambaran khusus dilakukan di komputer dalam hal manuver (gerakan
jungkir balik) capung di udara. Jadi, model helikopter Sikorsky yang ditujukan untuk
pengangkutan tentara dan persenjataan telah dibuat berdasarkan contoh yang berasal
dari capung.
Gilles Martin, seorang fotografer alam, telah melakukan pengamatan 2
tahun untuk meneliti capung, dan dia juga menyimpulkan bahwa makhluk ini
memiliki cara terbang yang sangat rumit.
Tubuh capung menyerupai bentuk pilin yang terbungkus logam. Dua
sayapnya saling silang pada badannya yang menampakkan bias warna dari biru muda
hingga merah marun. Karena bentuk begini, capung dilengkapi dengan kemampuan
manuver yang luar biasa. Tak peduli pada kecepatan atau arah bagaimana pun ia telah
bergerak, capung dapat mendadak berhenti dan mulai terbang kembali dengan arah
berlawanan. Atau, capung dapat tetap diam di udara untuk berburu. Pada kedudukan
seperti itu, ia dapat bergerak dengan sangat cepat menuju mangsanya. Ia dapat
mempercepat gerakannya hingga kecepatan yang sangat mengejutkan untuk seekor
serangga: 25 mil per jam (40 kilometer/jam), yang dapat disejajarkan dengan seorang
atlet lari 100 meter di Olimpiade dengan kecepatan 24,4 mil per jam (39
kilometer/jam).
Pada kecepatan ini, capung bertabrakan dengan mangsanya. Guncangan tabrakan ini
sangat kuat. Namun, ketahanan capung sangat lentur sekaligus tahan terhadap
benturan. Bentuk yang lentur dari tubuhnya meredam guncangan benturan.
Sebaliknya, hal yang sama tidak akan terjadi pada mangsanya. Mangsa capung akan
kehilangan kesadaran atau bahkan mati karena benturan itu.
Menyusul benturan ini, kaki belakang capung berperan sebagai senjatanya
yang paling mematikan. Kaki menjulur ke depan dan menangkap mangsa yang kaget,
kemudian dengan tangkas dicabik-cabik dan dimakan dengan rahangnya yang kuat.
Penglihatan capung sama
mengesankannya dengan kemampuannya menunjukkan manuver mendadak pada
kecepatan tinggi. Mata capung diakui sebagai contoh terbaik di antara semua
serangga. Capung memiliki sepasang mata, tiap matanya memiliki sekitar 30 ribu
lensa berbeda. Dua mata nyaris bulat, masing-masing hampir separuh ukuran
kepalanya, memberi serangga ini wilayah pandang yang sangat luas. Karena mata-
mata ini, capung hampir selalu dapat mengetahui keadaan di belakangnya.
Karena itu, capung merupakan gabungan sistem-sistem, yang masing-
masingnya memiliki bentuk tersendiri dan sempurna. Tidak berjalannya salah satu
saja dari sistem-sistem ini akan merusak sistem yang lainnya juga. Walaupun begitu,
seluruh sistem ini diciptakan tanpa cacat, sehingga makhluk ini tetap bertahan.
Sayap Capung
Bagian tubuh yang paling penting dari capung adalah sayapnya. Akan tetapi,
tidaklah mungkin menggunakan model evolusi perkembangan untuk menjelaskan
cara terbang yang memungkinkan penggunaan sayap ini. Pertama, teori evolusi tidak
punya penjelasan tentang masalah asal mula sayap, karena sayap hanya dapat bekerja
jika berkembang bersama sekaligus agar dapat bekerja dengan benar.
Mari kita menganggap, untuk sementara, bahwa gen seekor serangga di tanah
mengalami mutasi dan beberapa bagian dari jaringan kulit pada tubuhnya
menunjukkan perubahan yang tidak pasti. Sangat tidak masuk akal bila menganggap
bahwa mutasi lainnya di puncak perubahan ini bisa "secara kebetulan" menjadi sayap.
Lebih dari itu, mutasi pada tubuhnya pun tidak akan menghasilkan sayap secara utuh
bagi serangga ini atau pun menjadikannya lebih sempurna, malah akan menurunkan
daya geraknya. Akibatnya, serangga perlu membawa beban lebih berat, yang tidak
memberikan tujuan apa pun yang jelas. Ini akan membuat serangga ini berada pada
keadaan yang tidak menguntungkan di hadapan musuhnya. Bahkan, menurut dasar
teori evolusi, seleksi alam akan menimpa serangga cacat tersebut dan keturunannya
pun punah.
Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah!
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor
lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu
merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari
lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah. (QS. Al Hajj, 22:73)
Meskipun telah dilakukan penelitian terkini,
walaupun seluruh teknologi telah Allah berikan
kepada manusia, amat banyak ciri makhluk hidup
yang masih menyimpan sisi-sisi menakjubkannya.
Sebagaimana pada segala sesuatu yang telah Allah
ciptakan, dalam tubuh seekor lalat memperlihatkan
bukti melimpah pengetahuan mahatinggi. Dengan
mengkaji seluk beluknya, siapa pun yang berpikir
akan mampu sekali lagi merenung di atas
kekagumannya yang mendalam kepada Allah dan
ketaatan kepadaNya.
Sejumlah penelitian yang telah dilakukan
para ilmuwan terhadap perangkat penerbangan lalat
dan serangga-serangga kecil lainnya diuraikan di bawah ini. Kesimpulan yang
Otot-otot penerbangan dari
banyak serangga seperti
capung mengerut sangat kuat
akibat rangsangan yang
ditimbulkan oleh saraf-saraf
yang mengendalikan setiap
gerakan mereka
muncul darinya adalah tiada kekuatan acak, coba-coba atau wujud selain Allah yang
mampu menciptakan kerumitan seekor serangga sekalipun.
Otot terbang dari banyak serangga seperti belalang dan capung mengerut
sangat kuat akibat rangsangan yang ditimbulkan saraf-saraf yang mengendalikan
setiap gerakannya. Pada belalang, misalnya, sinyal-sinyal kiriman setiap saraf
menyebabkan otot-otot terbang mengerut. Dengan bekerja bergantian, tidak saling
berlawanan, dua kelompok otot yang saling melengkapi, yang dinamakan elevator
(pengangkat) dan depresor (penurun), memungkinkan sayap-sayap terangkat dan
mengepak ke bawah. Belalang mengepakkan sayapnya 12 hingga 15 kali per detik,
dan agar dapat terbang serangga-serangga lebih kecil harus mengepakkan sayapnya
lebih cepat lagi. Lebah madu, tawon dan lalat mengepakkan sayap 200 hingga 400
kali per detik, dan pada ganjur dan sejumlah serangga merugikan yang berukuran
hanya 1 milimeter (0.03 inci), kecepatan ini meningkat ke angka mengejutkan 1000
kali per detik! Sayap-sayap yang mengepak terlalu cepat untuk dapat dilihat mata
manusia telah diciptakan dengan rancangan khusus agar dapat melakukan kerja yang
terus-menerus semacam ini.
Sebuah saraf mampu mengirim paling banyak 200 sinyal per detik. Lalu
bagaimana seekor serangga kecil mampu mengepakkan sayapnya 1000 kali per detik?
Penelitian telah membuktikan bahwa pada serangga-serangga ini, tidak terdapat
hubungan satu-banding-satu antara sinyal dari saraf dan jumlah kepakan sayap per
satuan waktu.
Pada perangkat istimewa ini, yang masing-masing diciptakan tersendiri pada tubuh
setiap serangga, tak dijumpai ketidakteraturan sedikit pun. Saraf-sarafnya tidak
pernah mengirim sinyal yang salah, dan otot-otot serangga senantiasa
menerjemahkannya secara benar.
Pada jenis seperti lalat dan lebah, otot-otot yang memungkinkan terbang
bahkan tidak menempel pada pangkal sayap! Sebaliknya, otot-otot ini melekat pada
dada melalui pengait yang berperan seperti engsel, sedangkan otot-otot yang
mengangkat sayap ke atas melekat pada permukaan atas dan bawah dada. Saat otot-
otot ini mengerut, permukaan dada menjadi rata dan menarik pangkal sayap ke
bawah. Permukaan samping sayap memberikan peran penyokong sehingga
memungkinkan sayap-sayap terangkat. Otot-otot yang menimbulkan gerakan ke
bawah tidak melekat langsung pada sayap, tapi bekerja di sepanjang dada. Ketika
otot-otot ini mengerut, dada tertarik kembali ke arah berlawanan, dan dengan cara ini
sayap tergerakkan ke bawah.
Engsel sayap tersusun atas protein khusus yang dikenal sebagai resilin, yang
memiliki kelenturan luar biasa. Karena sifatnya jauh mengungguli karet alami
ataupun buatan, para insinyur kimia berupaya membuat tiruan bahan ini, di
laboratorium. Saat melentur dan mengerut, resilin mampu menyimpan hampir
keseluruhan energi yang dikenakan padanya, dan ketika gaya yang menekannya
dihilangkan, resilin mampu mengembalikan keseluruhan energi itu. Alhasil, daya
guna (efisiensi) resilin dapat mencapai 96%. Saat sayap terangkat, sekitar 85% energi
yang dikeluarkan disimpan untuk saat berikutnya; energi yang sama ini kemudian
digunakan kembali dalam gerakan ke bawah yang memberikan daya angkat ke atas
dan mendorong sang serangga ke depan. Permukaan dada dan ototnya telah
diciptakan dengan rancangan istimewa untuk memungkinkan pengumpulan energi
ini. Namun, energi tersebut sesungguhnya disimpan pada engsel yang terdiri atas
resilin. Sudah pasti mustahil bagi seekor serangga, dengan usahanya sendiri,
melengkapi diri sendiri dengan peralatan luar biasa untuk terbang. Kecerdasan dan
kekuatan tak terhingga Allah telah menciptakan
resilin istimewa ini pada tubuh serangga.
Untuk penerbangan yang mulus, gerakan lurus
ke atas dan ke bawah saja tidaklah cukup. Agar dapat
memunculkan gaya angkat dan gaya dorong, sayap
haruslah pula mengubah sudut gerakannya di setiap
kepakan. Sayap-sayap serangga memiliki kelenturan
berputar yang khas, tergantung jenisnya, yang
dimungkinkan oleh apa yang disebut sebagai direct
flight muscles (otot-terbang kemudi), disingkat DFM
yang menghasilkan gaya-gaya yang diperlukan untuk terbang.
Ketika serangga berupaya naik lebih tinggi di udara, mereka memperbesar
sudut sayap mereka dengan mengerutkan otot-otot di antara engsel-engsel sayap ini
secara lebih kuat. Rekaman gambar berkecepatan-tinggi dan gerak-terhenti
memperlihatkan bahwa selama terbang, sayap-sayap tersebut bergerak mengikuti
lintasan lingkar-telur dan untuk setiap kali putaran sayap, sudutnya berubah secara
teratur. Perubahan ini disebabkan pergerakan yang senantiasa berubah dari otot-
terbang kemudi dan penempelan sayap pada tubuh.
Masalah terbesar yang dihadapi jenis serangga sangat mungil ketika terbang
adalah hambatan udara. Bagi mereka, kerapatan udara sangat besar menjadi rintangan
Lebah madu, tawon dan lalat
mengepakkan sayap mereka
200 hingga 400 kali per
detik.
yang tidak bisa diremehkan. Selain itu, lapisan penghambat di sekeliling sayap
menyebabkan udara melekat pada sayap dan mengurangi kedayagunaan (efisiensi)
terbang. Agar dapat mengatasi hambatan udara ini, serangga-serangga seperti
Forcipomya, yang lebar sayapnya tak lebih dari 1 milimeter, harus mengepakkan
sayap 1000 kali per detik.
Para ilmuwan percaya bahwa secara teori, kecepatan ini pun tidaklah cukup
menahan serangga-serangga ini tetap di udara, dan mereka pastilah menggunakan
perangkat tambahan lainnya. Pada kenyataannya, Anarsia, sejenis serangga
merugikan, menggunakan cara yang dikenal sebagai 'beat and shake' (mengepak dan
menggoyang). Ketika sayap-sayapnya mencapai titik tertinggi dalam gerakannya ke
atas, sayap-sayap ini saling mengepak dan kemudian membuka ke bawah kembali. Di
saat sayap-sayap ini (dengan jaringan pembuluh darahnya) membuka, aliran udara
depan membentuk pusaran mengitari sayap-sayap tersebut dan dengan kepakan sayap
membantu daya angkat.
Banyak jenis serangga, termasuk belalang, memperhatikan apa yang
ditangkap penglihatannya seperti garis kaki langit (horizon) untuk menentukan arah
terbang dan tujuan akhirnya. Untuk mengokohkan keseimbangan kedudukannya, lalat
telah diciptakan dengan rancangan yang lebih luar biasa lagi. Serangga-serangga ini
memiliki hanya sepasang sayap, tapi di sisi belakang masing-masing sayap itu
terdapat tonjolan melingkar yang dikenal sebagai halter (pengekang). Meskipun tidak
menghasilkan gaya angkat, pengekang ini bergetar bersama sayap-sayap depan. Di
saat serangga mengubah arah terbangnya, tonjolan sayap ini mencegahnya
menyimpang dari jalur perjalanan.
Seluruh pengetahuan yang dipaparkan di sini dihasilkan dari penelitian
terhadap kemahiran terbang tiga atau empat jenis serangga saja. Perlu diketahui
bahwa keseluruhan jenis serangga di bumi berjumlah sekitar 10 juta. Dengan
mempertimbangkan seluruh jutaan jenis selebihnya ini, beserta keistimewaan tak
terhitung yang dimilikinya, seseorang pasti semakin bertambah kekagumannya akan
kehebatan Allah yang tak terhingga.
Pemecahan Masalah bagi Gangguan Vena dari Gen Kutu
Para ilmuwan telah berhasil memisahkan gen resilin dari lalat buah dan berhasil
membuat salinan protein ini secara alamiah dengan mencangkokkan gen tersebut ke
dalam bakteri Escherichia coli.
Dalam penelitian yang dilakukan the Australian Commonwealth Scientific and
Industrial Research Organization (CSIRO), (Organisasi Penelitian Ilmiah dan
Industri Persemakmuran Australia), para ilmuwan yang berhasil menemukan gen
yang menghasilkan resilin serangga juga menemukan polimer hebat yang mungkin
berguna dalam penanganan penyakit pembuluh darah vena. Pengkajian yang berawal
di tahun 1960-an, yang dipusatkan pada belalang dan capung padang pasir,
merupakan pendorong kuat yang memajukan tahap terpenting ini.
Resilin, yang juga memberikan kutu kemampuan untuk membuat lompatan luar
biasa, melengkapi belalang dan capung padang pasir, serta serangga lain keahlian
bergerak yang mengejutkan. Berkat zat ini, kutu mampu melompat beratus-ratus kali
tinggi tubuhnya sendiri dan sejumlah lalat dapat mengepakkan sayapnya lebih dari
200 kali per detik.
Untuk penerbangan yang mulus, gerakan sayap lurus ke atas dan ke
bawah tidaklah cukup. Sayap mesti pula mengubah sudut gerakannya
di setiap kepakan. Sayap-sayap serangga memiliki kelenturan-berputar
yang istimewa yang diberikan oleh otot-otot pengendali penerbangan.
Protein yang diperoleh dari resilin jauh lebih baik dari produk karet
berkualitas tertinggi dalam hal kemampuannya menahan tekanan dan kembali ke
bentuk asalnya. Penelitian yang berkelanjutan tentang resilin tiruan menunjukkan
bahwa protein tersebut tetap memiliki sifat-sifat ini.
Para ilmuwan menyatakan keyakinannya bahwa polimer yang didapatkan dari
pencangkokkan gen-gen serangga dapat diterapkan di aneka bidang yang sangat
beragam, dari kedokteran hingga industri. Namun, mungkin yang terpenting dari
penerapan ini adalah penanganan penyakit pembuluh darah arteri pada manusia. Oleh
karena resilin menyerupai protein elastin pada pembuluh vena manusia, para ilmuwan
berharap bahwa penelitian mereka akan memberi vena kelenturan yang terbaharu
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Sayap pada serangga. Serial Online http:// www.lembaga penelitian opt.com. Diakses 12 Desember 2011.
Berdardinus. 2001. Bentuk Sayap Serangga. Serial Online http:// www.anekaplanta.wordpress. com. Diakses 12 Desember 2011.
Prajnanta. 2003. Keunggulan Sayap serangga. Agro Media Pustaka: Jakarta. Rustam. 2001. Sayap Pada Serangga. Serial Online http://www. genesa exad.com.
Diakses 12 Desember 2011. Suseno. 2004.Cara Penanaman Yang Ideal. Serial Online http://www. Penanaman
dan Perawatan. com. Diakses 12 Desember 2011.