makalah dungdung
TRANSCRIPT
Kasus 1
Seorang ibu membawa anaknya perempuan bernama Wati usia 4 tahun ke Puskesmas terpadu tempat anda bekerja.
Menurut ibunya, Wati sudah 7 hari mengalami kelainan kulit di daerah pipi, hidung, bibir atas kemudian menjalar ke perut dan paha, berupa hgeembung berisi cairan dnegan ukuran macam-macam, karena digaruk gelembung-gelembung ini banyak yang pecah dan menimbulkan kerak. Wati juga mengeluh batuk-pilek sejak 2 minggu ini, oleh karena badannya sering panas maka oleh ibunya ia tidak boleh mandi. Wati juga mengeluh sakit gigi.
Kasus 2
Status dermatlogikus :
Regio facialis, abdomen, femoralis tampak bula, Hipopion ukuran lentikuler beberapa lesi dengan krusta kuning dan hitam, lesi berbentuk anuler.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium :
Cairan bula dengan pewarnaan gram tampak streptococcus beta hemoliticus gram (+).
Diagnosis : Impetigo Vesikobulosa
Masalah
Masalah-masalah yang ditemukan pada Wati adalah sbb:
Gangguan kulit
Demam
Gangguan saluran pernafasan
Gangguan gigi
Demam
Demam yang dialami oleh Wati ini kemungkinan besar disebabkan oleh bakteri Streptococcus beta hemoliticus gram (+). Demam yang terjadi merupakan respons tubuh terhadap bakteri streptococcus tersebut.
Gangguan kulit
Gangguan kulit pada kasus ini berupa bula dan bula hipopion dengan predileksi di hidung, bibir atas yang kemudian menjalar ke perut dan paha. Hal ini disebabkan oleh bakteri Streptococcus beta hemolyticus yang menjangkit. Lesi yang terjadi pada kasus ke II disebabkan oleh garukan, yang kemungkinana besar dipicu oleh rasa gatal yang ditimbulkan.
Gangguan saluran pernafasan
Pada kasus, disebutkan bahwa gangguan saluran pernafasan yang dialami adalah batuk dan pilek. Batuk yang terjadi merupakan reflex tersebut untuk mengeluarkan benda asing dari saluran pernafasan. Pilek yang terjadi dikarenakan lendir yang dikeluarkan berfungsi untuk menyaring benda asing yang masuk melalui hidung.
Gangguan gigi
Sakit gigi yang terjadi kemungkinan besar disebabkan oleh oral hygiene pasien yang buruk.
Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan anamnesis. Anamnesis yang diperlukan antara lain:
Panas
Sejak kapan panas berlangsung?
Panas naik-turun?
Disertai kejang?
Waktu terjadinya panas?
Batuk
Berdahak/kering?
Sesak nafas?
Sering kambuh?
Apakah batuk / panas yang terlebih dahulu timbul?
Sudah diobati?
Gangguan kulit
Apa ada anggota keluarga yang lain mengalami gangguan yang sama?
Dari bagian mana vesikel mula-mula timbul?
Apakah pernah minum obat?
Apakah gatal?
Apakah penyebarannya disertai penyembuhan di tempat sebelumnya?
Tanda fisik
Pada pemeriksaan kulit ditemukan efloresensi primer berupa vesikel atau bula dengan delle (cekungan di tengah) atau tidak dan efloresensi sekunder berupa krusta, erosi, ekskoriasi, atau ulkus yang tersebar secara serviginosa atau generisata, berbentuk teratur atau tidak, berukuran miliar atau lenticular dan dengan susunan kelainan polisiklik.
Erosi
Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum basale.[1]
Ekskoriasi
Ekskoriasi merupakan kelainan kulit akibat kehilangan jaringan melampaui stratum basale mencapai stratum papillare di dermis.[1]
Ulkus
Ulkus merupakan kelainan kulit akibat kehilangan jaringan melampaui stratum papillare mencapai stratum retikulare.[1]
Krusta
Krusta adalah cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan nekrotik, maupun benda asing. Krusta dapat berisi pus (berwarna kuning kehijauan), serum (kuning muda) atau darah (hitam).[1]
Bula
Bula merupakan vesikel yang berukuran lebih besar. Vesikel sendiri merupakan gelembung berisi cairan serum, beratap , berukuran <0,5 cm dan mempunyai dasar.
Setelah mendapatkan informasi dari kasus II dinyatakan bahwa kelainan kulit yang terjadi adalah bula dengan krusta berwarna kuning (kemungkinan besar adalah serum).[1]
Pemeriksaan lab
Pada kasus II pemeriksaan dilakukan dengan cara pewarnaan Gram.
Pewarnaan gram
Pewarnaan gram merupakan salahsatu cara untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan ada/tidaknya kandungan peptidoglikan dari tembok bakterinya.[2] Kebanyakan bakteri yang menyerang manusia merupakan bakteri gram-positif, hal ini dapat ditentukan setelah meneteskan cairan fuchsin pada sediaan bakteri.
Pemeriksaan x-ray
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengeliminasi kemungkinan batuk karena kelainan di paru-paru.
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengeliminasi / identifikasi kemungkinan penyebab demam yang diderita pasien.
Diagnosis
Diagnosis yang dinyatakan pada kasus adalah impetigo vesikobulosa
Impetigo vesikobulosa
Impetigo merupakan kelainan kulit berupa eritema, bula atau bula hipopion dengan predileksi di ketiak, dada, punggung yang tidak memengaruhi keadaan umum pasien. Impetigo vesikobulosa hampir mirip dengan impetigo krustosa dengan perbedaan pada bakteri penyebabnya dan tempat predileksinya.[1]
Diagnosis banding
Impetigo krustosa
Impetigo krustosa hampir mirip dengan impetigo vesikobulosa yakni tidak disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak dan terdapat kelainan kulit berupa eritema dan vesikel. Perbedaannya adalah bakteri penyebabnya dan tempat predileksinya di muka, yakni di sekitar lubang hidung dan mulut.
Komplikasi
Glomerulonefritis
Glomerulonefritis merupakan peradangan pada ginjal setelah terinfeksi bakteri streptococcus. Hal ini terjadi karena antibodi yang terbentuk akibat infeksi kemudian merusak glomerulus dan dapat menyebabkan CKD (chronic kidney disease).
Prognosis
ad vitam = Bonam
ad functionam = Bonam
ad sanationam = Dubia ad bonam
Prognosis pada pasien ini baik dari segi kehidupan dan fungsi tubuh. Dari segi kesembuhan juga baik tetapi pasien masih beresiko terjangkit penyakit yang sama.
Kesimpulan
Pasien ini menderita impetigo vesikobulosa (dinyatakan pada kasus II) dengan diagnosis banding impetigo krustosa yang mempunyai signs yang mirip dengan impetigo vesikulosa.
Daftar Pustaka[1]. Djuanda A. Pioderma. In: Djuanda A, Kosasih A, Wiryadi BE, Natahusada EC, Daili ES, Effendi EH, et al. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin 6th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010. p. 58-9
[2]. Bergey DH, Holt JG, Krieg NR, Sneath PHA. Bergey's Manual of Determinative Bacteriology (9th ed). Lippincott Williams & Wilkins, 1994.
[3]. Djuanda A. Pioderma. In: Djuanda A, Kosasih A, Wiryadi BE, Natahusada EC, Daili ES, Effendi EH, et al. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin 6th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010. p. 58-9.
[4]. ]. Mayoclinic.com. Rochester: Mayo Foundation for Medical Education and Research; 2010 [cited 25 March 2011]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/impetigo/DS00464/DSECTION=complications
PENDAHULUAN
Anamesis adalah pemerikasaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat dilakukan langsung terhadap pasien yang disebut sebagai Autoanamnesis atau dilakukan terhadap orang tua, wali, orang yg dekat dengan pasien atau sumber lain yang disebut Alloanamnesis. Termasuk didalam Allonanmnesis semua keterangan dari dokter yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri. Oleh karena bayi dan sebagian besar anak belum dapat memberikan keterangan, maka dalam bidang kesehatan anak Alloanamnesis menduduki tempat yang paling penting daripada Autoanamnesis.
Tahap berikutnya setelah Anamnesis maka dilakukan Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik pasien dilakukan dengan menggunakan seluruh panca indera dokter dal alat alat sederhana seperti Thermometer, Palu reflesk, Stethoskop. Pemeriksaan fisik dilakukan secara berurutan yaitu Inspeksi (memeriksa dengan melihat), Palpasi (memeriksa dengan meraba), Perkusi (memeriksa dengan mengetuk), Auskultasi (memeriksa dengan mendengar memalui stethoskop). Karena itu melakukan pemeriksaan fisik harus dilakukan ditempat yang tidak bising, terang, dan menjaga privasi.
Tahap berikutnya setelah pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menemukan tanda tanda atau perubahan perubahan yang terdapat atau terjadi pada zat-zat atau bahan yang berasal dari tubuh penderita seperti darah, urin, feses, cairan otak, jaringan tubuh dsb dengan teknik teknik pemeriksaan di laboratorium.
Pemeriksaan khusus dilakukan setelah Pmeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan tubuh yang dilakukan oleh dokter ahli atau yang telah terlatih, dengan menggunakan peralatan atau teknik khusus. Misalnya USG, EKG, Endoskopi, CT Scan, dsb.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan khusus akan diperoleh gambaran tentang penyakit yang menyerang pasien yang dapat dikenali berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki dokter.
Anak perempuan dengan vesikel 7 hari
Kelompok 7
03010176 Melissa Mauli Sibarani
03010178 Mentari
03010180 Mochammad Satrio Faiz
03010182 Monica Olivine
03010184 Muhammad Alfi Aulya
03010186 Muhammad Arfan Eriansyah
03010188 Muhammad Agrifian
03010190 Muhammad Fachri Ridha
03010192 Muhammad Ferdy Agustian
03010194 Muhammad Reza Aditya
03010196 Muhammad Syahrizal
03010198 Muhammad Zaky
03010200 Nadia Andriani Maizalius Putri
03010202 Nanda Soraya