makalah biokimia.docx
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu halangan yang berarti.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul “pengaruh radikal bebas
terhadap tubuh” ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Selain itu, agar dapat mengetahui tentang pengertian
radikal bebas , pengaruh radikal bebas terhadap tubuh dan penyakit yang ditimbulkan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya. Dan semoga dengan hadirnya makalah
ini dapat memberi manfaat bagi pembaca sekalian.
Penyusun,
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………....................................................................... 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………………… 2
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang ………………………………………………………….. 3b. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 4c. Tujuan Penulisan ………………………………………………………... 4
II. Pembahasan
A. Pengertian radikal bebas..……………………………………………….. 5B. Struktur kimia…... ………………………………………………………. 6C. Tipe radikal bebas dalam tubuh……..…………………………………... 7D. Sumber radikal bebas……………………………………………………. 11E. Pembentukan radikal bebas dalam sel …………………………………... 13F. Reaksi perusakaan oleh radikal bebas …………………………………... 13G. Pertahanan sel terhadap radikal bebas …………………………………... 14H. Peran radikal bebas terhadap membrane dan DNA sel ………………….. 18I. Penyakit yang ditimbulkan oleh radikal bebas ………………………….. 19
III.Penutup …………………………………………………………………… 20
Referensi …………………………………………………………………. 21
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era industri seperti saat ini meningkatnya pencemaran lingkungan berdampak negatif
pada kesehatan yang diakibatkan oleh banyaknya radikal bebas. Sebenarnya tubuh manusia
dapat menetralisir radikal bebas namun bila jumlahnya terlalu berlebihan, maka kemampuan
tubuh untuk menetralisirnya akan semakin berkurang. Saat ini ditemukan bahwa ternyata
radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas
adalah spesi kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat
reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, DNA dan RNA. Reaksi antara
radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit.
Sumber-sumber radikal bebas semakin sering dijumpai di masyarakat sekarang ini seiring
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya semakin banyaknya kendaraan baru
yang beredar di pasaran dan digunakan oleh masyarakat yang nantinya semakin
memperbanyak polusi udara akibat penggunaannya, dimana polusi udara merupakan salah
satu sumber radikal bebas. Selain itu, menurut peneliti gaya hidup yang semakin berkembang
juga dapat berpengaruh terutama di daerah perkotaan. Banyak masyarakat yang lebih suka
mengkonsumsi makanan cepat saji, banyak mengandung lemak serta zat-zat kimia berbahaya
dan penggunaan rokok, dimana bahan-bahan tersebut merupakan sumber radikal bebas juga.
Dengan demikian, semakin meningkatnya sumber radikal bebas yang terpapar pada
masyarakat, maka resiko untuk menderita penyakit-penyakit yang telah disebutkan
sebelumnya akan meningkat pula. Maka dari itu, berdasarkan data-data di atas peneliti ingin
membuat penelitian mengenai pengetahuan tentang pengaruh radikal bebas terhadap
timbulnya penyakit pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU dimana mahasiswa sebagai
calon dokter sangat perlu mengetahui bahaya radikal bebas, sehingga dapat
memberitahukannya kepada pasien di kemudian hari dan agar pada nantinya dapat dilakukan
pencegahan terhadap penyakit tersebut.
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian ringkas dari latar belakang di atas, memberi dasar bagi peneliti
untuk merumuskan pertanyaan penelitian berikut :
Bagaimana pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit ?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui tentang pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil
(mempunyai satu elektron atau lebih yang tanpa pasangan), sehingga untuk memperoleh
pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan. Senyawa radikal
bebas tersebut timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil
sampingan dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu
bernapas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh
terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan
pencemar, dan radiasi matahari atau radiasi kosmis.
Karena secara kimia molekulnya tidak lengkap, radikal bebas cenderung "mencuri"
partikel dari molekul lain, yang kemudian menimbulkan senyawa tidak normal dan
memulai reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Radikal bebas
inilah biang keladi berbagai keadaan patologis seperti penyakit lever, jantung koroner,
katarak, penyakit hati dan dicurigai proses penuaan dini ikut berperan.
Radikal bebas umumnya berasal dari oksigen, molekul yang cenderung kehilangan satu
elektronnya, dan menjadi tidak stabil. Molekul tunggal ini disebut "Jenis Oksigen
Reaktif" atau "Reactive Oxygent Species-ROS". Contoh radikal bebas adalah superoksida
(O2-), hidroksil (OH-), nitroksida (NO), hidrogen peroksida (H2O2), asam hipoklorit
(HOCl), thill (RS-) dan lain-lain.
Beberapa komponen tubuh yang rentan terhadap serangan radikal bebas antara lain;
DNA, membran sel, protein, dan lipid peroksida. Pencurian ini jika berhasil akan
merusak sel dan DNA tersebut.
Jadi, Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul
yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Merupakan juga suatu
5
kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih
elektron bebas.
B. Struktur kimia
Atom terdiri dari nukleus, proton, dan elektron. Jumlah proton (bermuatan positif) dalam
nukleus menentukan jumlah dari elektron (bermuatan negatif) yang mengelilingi atom
tersebut. Elektron berperan dalam reaksi kimia dan merupakan bahan yang
menggabungkan atom-atom untuk membentuk suatu molekul. Elektron mengelilingi, atau
mengorbit suatu atom dalam satu atau lebih lapisan. Jika satu lapisan penuh, elektron
akan mengisi lapisan kedua. Lapisan kedua akan penuh jika telah memiliki 8 elektron,
dan seterusnya. Gambaran struktur terpenting sebuah atom dalam menentukan sifat
kimianya adalah jumlah elektron pada lapisan luarnya. Suatu bahan yang elektron lapisan
luarnya penuh tidak akan terjadi reaksi kimia. Karena atom-atom berusaha untuk
mencapai keadaan stabilitas maksimum, sebuah atom akan selalu mencoba untuk
melengkapi lapisan luarnya dengan :
1. Menambah atau mengurangi elektron untuk mengisi maupun mengosongkan lapisan
luarnya.
2. Membagi elektron-elektronnya dengan cara bergabung bersama atom yang lain dalam
rangka melegkapi lapisan luarnya.
Atom sering kali melengkapi lapisan luarnya dengan cara membagi elektron-elektron
bersama atom yang lain. Dengan membagi elektron, atom-atom tersebut bergabung
bersama dan mencapai kondisi stabilitas maksimum untuk membentuk molekul.
Oleh karena radikal bebas sangat reaktif, maka mempunyai spesifitas kimia yang rendah
sehingga dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain, seperti protein, lemak,
karbohidrat, dan DNA.
Dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas tidak dapat mempertahankan
bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal
bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil elektron, zat yang
terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu
reaksi berantai, yang akhirnya terjadi kerusakan sel tersebut
6
Gambar Struktur kimia radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk in-vivo dan in-vitro secara :
1. Pemecahan satu molekul normal secara homolitik menjadi dua. Proses ini jarang
terjadi pada sistem biologi karena memerlukan tenaga yang tinggi dari sinar
ultraviolet, panas, dan radiasi ion.
2. Kehilangan satu elektron dari molekul normal
3. Penambahan elektron pada molekul normal
Pada radikal bebas elektron yang tidak berpasangan tidak mempengaruhi muatan elektrik
dari molekulnya, dapat bermuatan positif, negatif, atau netral.
C. Tipe Radikal Bebas dalam Tubuh
Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut
kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS), termasuk didalamnya adalah
triplet (3O2), tunggal (singlet/1O2), anion superoksida (O2.-), radikal hidroksil (-OH), nitrit
7
oksida (NO-), peroksinitrit (ONOO-), asam hipoklorus (HOCl), hidrogen peroksida
(H2O2), radikal alkoxyl (LO-), dan radikal peroksil (LO-2).
Radikal bebas yang mengandung karbon (CCL3-) yang berasal dari oksidasi radikal
molekul organik. Radikal yang mengandung hidrogen hasil dari penyerangan atom H
(H-). Bentuk lain adalah radikal yang mengandung sulfur yang diproduksi pada oksidasi
glutation menghasilkan radikal thiyl (R-S-). Radikal yang mengandung nitrogen juga
ditemukan, misalnya radikal fenyldiazine.
Tabel Radikal Bebas Biologis:
Radikal bebas mempunyai beberapa tipe dan dikelompokkan dalam spesies:
1. Spesies oksigen reaktif
Spesies oksigen reaktif diperoleh melalui proses penambahan maupun reduksi molekul
oksigen (O2). Berbagai spesies oksigen yang merupakan radikal yang reaktif antara
lain : superoksida (O2), peroksida serta radikal hidroksil. Proses pembentukan
superoksida ditengarai oleh enzim oxidase Nicotinamide adenina dinucleotide
phosphate [NAD(P)H-oksidase] dan enzim xantin-oksidase.
Pada keadaan tertentu seperti infeksi, enzim NAD(P)H-oksidase yang terletak pada
membran neutrofil akan teraktivasi 20 kali lebih banyak dibandingkan keadaan
8
Kelompok oksigen reaktif
O2·⁻ Radikal Superoksida (Superoxide radical)
·OH Radikal hidroksil (Hydroxyl radical)
ROO· Radikal peroksil (Peroxyl radical)
H2O2 Hydrogen peroksida (Hydrogen peroxide)
1O2 Oksigen tunggal (Singlet oxygen)
NO· Nitrit oksida (Nitric oxide)
ONOO⁻ Nitrit peroksida (Peroxynitrite)
HOCl Asam hipoklor (Hypochlorous acid)
normal. Pada satu sisi superoksida yang dihasilkan dapat membunuh bakteri, namun
pada sisi lain juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Xantin oxidase merupakan
hasil perubahan xantin dehidrogenase pada keadaan iskemia. Xantin oxidase akan
mengubah hipoxantin dan xantin menjadi asam urat dengan menggunakan oksigen
sebagai katalisator. Pada mitokondria terjadi metabolismo energi yang mengubah 95%
O2 menjadi air. Pada beberapa keadaan dapat terjadi kebocoran rantai respirasi
sehingga terjadi reduksi O2 menjadi superoksida.
Enzim sueproxide-dismutase (SOD) dapat mengubah superoksida menjadi hidrogen
peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida juga dapat diubah menjadi air (H2O) dengan
bantuan katalase atau glutathione (GSH) peroxidase. Glutation (GSH) hádala
tripeptida yang terdiri dari glutamat, sistein dan glisin 5. Pada reaksi dengan GSH
peroksidase, GSH akan mengalami oksidasi menjadi glutation disulfida (GSSG), yang
dapat diubah kembali menjadi glutation melalui reduktase glutation dengan bantuan
NAD(P)H.
2. Species nitrogen reaktif
Oksida nitrit (NO) merupakan spesies nitrogen yang paling reaktif. Oksida nitrit yang
dihasilkan oleh berbagai sel dan jaringan dengan bantuan enzim Nitric Oxide Synthase
(NOS) yang akan mengkatalisis konversi L-arginin menjadi L-sitrulin, dengan NO
sebagai produk sisa. Ada 3 bentuk isoform enzim NOS, yaitu :
a. Neuronal NOS (nNOS;tipe 1) yang ditemukan pada sistim saraf.
b. Inducible NOS (iNOS;tipe 2) yang ditemukan pada makrofag dan sel imun.
c. Endotelial NOS (eNOS;tipe 3) yang ditemukan pada sel-sel endotel.
Banyak jaringan yang dapat mengekspresikan satu atau lebih dari ketiga isoform ini.
Isoform nNOS dan e NOS dihasilkan terus-menerus (consecutive NO) oleh jaringan
sehat dan aktivitasnya Sangat dipengaruhi oleh substrat yang dapat meningkatkan
konsentrasi kalsium intrasellular seperti asetilkolin dan bradikinin, Namun stimulasi
terhadap enzim tersebut hanya menghasilan sejumlah kecilNO, sedangkan isoform
iNOS merupakan enzim yang tidak tergantung kalsium dan hanya diekspresikan oleh
makrofag melalui stimulasi sitokin serta lipolisakarida pada proses inflamasi yang
pada akhirnya akan menghasilkan NO dalam jumlah besar.
9
3. Peroksinitrit
Reaksi antara superoksida dan NO akan membentuk peroksinitrit. Peroksinitrit
merupakan molekul yang lebih reaktif dibandingkan superoksida maupun NO sendiri.
Peroksinitrit dapat menyebabkan berbagai reaksi kimia pada sistim biologi, meliputi
pemicu peroksidasi lipid, penghambatan transport electron mitokondria, oksidasi
komponen thiol, dan juga mempunyai aktivitas pemotongan DNA yang poten.oleh
karenanya peroksinitrit memegang peranan penting dalam apoptosis dan mutasi gen
16. Pada sisi lain, enzim superoksida dismutase(SOD) dapat bersaing dengan NO
dalam bereaksi dengan superoksida sehingga dianggap sebagai enzim “ NO sparing “
4,16. .
Sebagai contoh Stres Oksidatif pada penyakit hati menunjukkan terjadinya kerusakan
sel hati yang disebabkan oleh peningkatan pembentukan senyawa oksigen reaktif
(ROS/ reactive oxygen species) dan atau penurunan antioksidant1.
Pembentukan ROS yang meningkat dapat disebabkan adanya gangguan pada proses
reduksi oksigen di mitokondria, sekresi ROS oleh sel darah putih, disfungsi endotel,
polusi udara atau radiasi.ROS dapat menyebabkan kerusakan membran sel melalui
mekanisme peroksidasi lipid pada membran sel, memodifikasi protein dan DNA
melalui proses oksidasi sehingga terjadi perubahan fungís protein yang dapat
meningkatkan kerentanan terhadap proteolisis, yang akhirnya menyebabkan injury
pada hepatosit. Sedangkan penurunan antioksidan sebagai mekanisme perlindungn
pada hepatosit dapat meredam dampak negatifnya.
Kerentanan protein terhadap kerusakan oksidatif berbeda-beda, sebagai contoh
albumin akan mengalami oksidasi 2 kali lebih cepat dibandingkan glutamin sintase
dan juga protein yang intak kurang sensitif terhadap oksidasi dibandingkan protein
yang cacat. Pada sisi lain, radikal hidroksil yang dikonversi dari superoksida
mempunyai peran dalam membunuh bakteri bersama-sama dengan mekanise lain
(enzim lisosom dan mieloperoksidase).
Oksidasi nitrit berperan dalam berbagai aktivitas biologi.Oksida nitrit yang dihasilkan
oleh nNOS melalui aktivasi Ca 2+ dapat merusak sel-sel otak dan miokardium
sedangkan NO yang dihasilkan oleh iNOS dapat menyebabkan kematian sel endotel
melalui mekanisme apoptosis, disfungsi sel endotel dan mempercepat iskemia.
Sebaliknya, NO yang dihasilkjan oleh aktivasi eNOS mempunyai efek proteksi seperti
menurunkan agregasi trombosis, mencegah adhesi lekosit dan meningkatkan
vasodilatasi pembuluh darah arteri dan aliran darah serta mengatur contractilitas
10
sehingga berperan dalam pengaturan tekanan darah,mediasi aktivitas bakterisidal dan
tumorsidal makrofag.
D. Sumber radikal bebas
Radikal bebas yang ada ditubuh manusia berasal dari 2 sumber :
1. Sumber endogen
a. Autoksidasi
Autoksidasi merupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang
mengalami autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, mioglobin, sitokrom
C yang tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas menghasilkan reduksi
dari oksigen diradikal dan pembentukan kelompok reaktif oksigen. Superoksida
merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous (Fe II) juga dapat kehilangan
elektronnya melalui oksigen untuk membuat superoksida dan Fe III melalui proses
autoksidasi.
b. Oksidasi enzimatik
Beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam jumlah
yang cukup bermakna, meliputi xanthine oxidase (activated in ischemia-
reperfusion), prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase, dan amino
acid oxidase. Enzim myeloperoxidase hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan
hidrogen peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu oksidan yang kuat
asam hipoklor.
c. Respiratory burst
Merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel
fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama fagositosis. Lebih
kurang 70-90 % penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalam produksi
superoksida. Fagositik sel tersebut memiliki sistem membran bound flavoprotein
cytochrome-b-245 NADPH oxidase. Enzim membran sel seperti NADPH-oxidase
keluar dalam bentuk inaktif. Paparan terhadap bakteri yang diselimuti
imunoglobulin, kompleks imun, komplemen 5a, atau leukotrien dapat mengaktifkan
enzim NADPH-oxidase. Aktifasi tersebut mengawali respiratory burst pada
membran sel untuk memproduksi superoksida. Kemudian H2O2 dibentuk dari
11
superoksida dengan cara dismutasi bersama generasi berikutnya dari OH dan HOCl
oleh bakteri.5,6
2. Sumber eksogen
a. Obat-obatan
Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam bentuk
peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama hiperoksia
dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya antibiotika kelompok
quinoid atau berikatan logam untuk aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker
seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate, yang memiliki
aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal dari fenilbutason, beberapa
asam fenamat dan komponen aminosalisilat dari sulfasalasin dapat menginaktifasi
protease, dan penggunaan asam askorbat dalam jumlah banyak mempercepat
peroksidasi lemak.
b. Radiasi
Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel
(partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer
dengan cara memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air. Radikal
primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau
bersama cairan seluler.
c. Asap rokok
Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan peranan
yang besar terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui bahwa oksidan asap
tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in vivo) melalui
mekanisme yang dikaitkan terhadap tekanan oksidan. Diperkirakan bahwa tiap
hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi
aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur
panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain seperti
nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon ada dalam fase
gas. Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil dalam fase tar. Contoh radikal
dalam fase tar meliputi semiquinone moieties dihasilkan dari bermacam-macam
quinone dan hydroquinone. Perdarahan kecil berulang merupakan penyebab yang
12
sangat mungkin dari desposisi besi dalam jaringan paru perokok. Besi dalam bentuk
tersebut meyebabkan pembentukan radikal hidroksil yang mematikan dari hidrogen
peroksida. Juga ditemukan bahwa perokok mengalami peningkatan netrofil dalam
saluran napas bawah yang mempunyai kontribusi pada peningkatan lebih lanjut
konsentrasi radikal bebas.1,2
E. Pembentukan radikal bebas dalam sel
Radikal bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan
elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non-enzimatik. Produksi radikal bebas
dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara
rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi katalisa
seperti ribonukleotida reduktase. Sedang pembentukan melalui rangsangan adalah
kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya
pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifasi. Pada keadaan normal sumber
utama radikal bebas adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport elektron,
misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan molekul oksigen
yang menghasilkan superoksida.
Dalam kondisi yang tidak lazim seperti radiasi ion, sinar ultraviolet, dan paparan energi
tinggi lainnya, dihasilkan radikal bebas yang sangat berlebihan.
Gambar 2. Sistem oksigen aktif
F. Reaksi perusakan oleh radikal bebas
Definisi tekanan oksidatif (oxidative stress) adalah suatu keadaan dimana tingkat oksigen
reaktif intermediate (ROI) yang toksik melebihi pertahanan anti-oksidan endogen.
13
Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak,
protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ
tertentu. Lemak merupakan biomolekul yang rentan terhadap serangan radikal bebas.
1. Peroksidasi lemak
Membran sel kaya akan sumber poly unsaturated fatty acid (PUFA), yang mudah
dirusak oleh bahan-bahan pengoksidasi; proses tersebut dinamakan peroksidasi lemak.
Hal ini sangat merusak karena merupakan suatu proses berkelanjutan. Pemecahan
hidroperoksida lemak sering melibatkan katalisis ion logam transisi.
LH + R· ® L· + RH
L· + O2 ® LOO·
LOO· + L'H ® LOOH + L'·
LOOH ® LO·, LOO·, aldehida
2. Kerusakan protein
Protein dan asam nukleat lebih tahan terhadap radikal bebas daripada PUFA, sehingga
kecil kemungkinan dalam terjadinya reaksi berantai yang cepat. Serangan radikal
bebas terhadap protein sangat jarang kecuali bila sangat ekstensif. Hal ini terjadi hanya
jika radikal tersebut mampu berakumulasi (jarang pada sel normal), atau bila
kerusakannya terfokus pada daerah tertentu dalam protein. Salah satu penyebab
kerusakan terfokus adalah jika protein berikatan dengan ion logam transisi.
3. Kerusakan DNA
Seperti pada protein kecil kemungkinan terjadinya kerusakan di DNA menjadi suatu
reaksi berantai, biasanya kerusakan terjadi bila ada lesi pada susunan molekul, apabila
tidak dapat diatasi, dan terjadi sebelum replikasi maka akan terjadi mutasi. Radikal
oksigen dapat menyerang DNA jika terbentuk disekitar DNA seperti pada radiasi
biologis.7
G. Pertahanan sel terhadap radikal bebas
Sifat reaktif yang tersebar dari sistem pembentukan radikal dalam sel menyebabkan
evolusi mekanisme pertahanan terhadap efek perusakan suatu bahan teroksidasi kuat.
14
Gambar dibawah ini menunjukkan aktifitas enzim intraseluler tersebut. SOD
(superoksida dismutase dan katalase) mengkatalisasi dismutasi dari superoksida dan
hidrogen peroksida. GSH (glutation) peroksidase mereduksi peroksida hidrogen dan
organik menjadi air dan alkohol.
GSH S-transferase melakukan pemindahan residu glutation menjadi metabolit
elektrofilik reaktif dari xenobiotic.
Produksi glutation teroksidasi (GSSG) direduksi secara cepat oleh reaksi yang
menggunakan NADPH yang dihasilkan dari berbagai sistem intraseluler, diantaranya
hexose-
monophosphate shunt. Berbagai isoenzim organel spesifik dari dismutase superoksida
juga ditemukan. SOD Zn, Cu merupakan sitoplasmik, sedangkan enzim Zn, Mn
mitokondrial. Isoenzim ini tidak ditemukan dalam cairan ekstraseluler.
Gambar 3. Enzim-enzim pertahanan antioksidan
Beberapa bahan tereduksi (tabel 2) juga bekerja sebagai antioksidan, reduksi kelompok
radikal aktif seperti radikal peroksi dan hidroksi menjadi bentuk yang kurang reaktif
misalnya air. Seperti halnya pembangkitan kembali oksigen singlet. Penggabungan
tersebut juga mengakhiri reaksi radikal berantai.
15
Pertahanan antioksidan kimiawi bagai pedang bermata dua. Pertama, saat bahan tereduksi
menjadi radikal maka derivat radikalnya juga terbentuk. Sehingga, jika suatu radikal
sangat tidak stabil, reaksi radikal berantai mungkin akan berlanjut. Kedua, bahan
tereduksi dapat mereduksi oksigen menjadi superoksida atau peroksida merupakan
radikal hidroksil dalam reaksi auto-oksidasi. Ascorbat dan asam urat dapat berfungsi
sebagai anti oksidan, ikut serta secara langsung dalam auto-oksidasi, baik melalui reduksi
aktifator oksigen lain seperti rangkaian logam transisi atau quinone, atau bertindak
sebagai kofaktor enzim.
Proses tersebut dapat melibatkan kemampuan askorbat untuk depolimerisasi DNA,
hambatan Na+/K+ ATPase otak, potensiasi toksisitas paraquat, dan sebagai mediator
peroksidasi lemak. Juga mempunyai kontribusi kelainan patofisiologi dari metabolisme
purin. Sifat yang sesungguhnya campuran pro atau antioksidan untuk bahan pereduksi
khusus adalah integrasi kompleks dari beberapa faktor. Pada kasus zat pembersih radikal
hidroksil, produk dari interaksi radikal dengan antioksidan umumnya kurang reaktif
dibanding radikal hidroksil. Radikal yang terbentuk tersebut cukup stabil dan dalam
konsentrasi cukup tinggi namun dapat terjadi mekanisme seperti pada glutation dan
superoksida. pH sangat mempengaruhi reduksi langsung oksigen menjadi superoksida
oleh senyawa sulfidril, sedangkan faktor lokal lainnya seperti konsentrasi molar dari
molekul oksigen juga punya peranan penting.
Oksigen singlet dan bagian triplet molekul yang tereksitasi mungkin disempurnakan
melalui interaksi bersama sistem konjugasi sistem diene seperti yang ditemukan pada
karoten, tokoferol, atau melanin. Seperti antioksidan pereduksi, senyawa tersebut dapat
juga menghasilkan jenis elektron aktif dan mungkin juga penyakit.4
Tabel 2 Antioksidan dan enzim pembersih (scavenging):
Antioksidan
16
Enzim pembersih
17
Glutathione Antioksidan utama didalam dan diluar sel.
Dalam sel 2-10 mM, plasma 5-25 μM
Sulfhydryl Cysteine dan homocysteine
Vitamin C Antioksidan hidrofilik pada ekstraseluler
40-140 μM dalam plasma
Vitamin E Pembersih pada ruang hidrofobik dalam
plasma terikat pada LDL 0.5-1.6 mg/dl
(10-40 μM)
β-carotene 0.055 mg/dl
Uric acid Hasil metabolik adenosin dan xantine.
Antioksidan kuat terhadap radikal
hidroksil (HO●)
Bilirubin
Coenzyme Q 10Antiokasidan hidrofobik terikat pada
albumin 20 μM 0.08 mg/dl
H.
Peran Radikal Bebas Terhadap Membran dan DNA sel
Senyawa radikal bebas merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan DNA di
samping penyebab lain seperti virus, Blla kerusakan tidak terlalu parah, masih dapat
diperbaiki oleh sistem perbaikan DNA. Namun, bila sudah menyebabkan rantai DNA
terputus di berbagai tempat, kerusakan ini tidak dapat diperbaiki lagi sehingga
pembelahan sel akan terganggu. Bahkan terjadi perubahan abnormal yang mengenai gen
tertentu dalam tubuh yang dapat menimbulkan penyakit kanker. Kerusakan yang terjadi
pada:
1. Kerusakan membran sel
Komponen terpenting’ membran sel mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang
sangat rentan terhadap serangan radikal bebas. Kalau ini terserang struktur dan fungsi
18
SOD
Cu/Zn-SOD
Mn-SOD
Extracelluler SOD (EC-SOD)
Catalase
GSH peroxidase
GSSG reductase
Thioredoxin system
Terdapat pada semua sel mamalia
Sitosol, eritrosit 2300 unit/g Hb
Mitokondria
Plasma dan endotel permukaan, terikat pada heparin
Peroksisum, RBC 153.000 unit/g Hb
Sitosol (75%), mitokondria (25%)
NADPH dependent
Regulasi redok
Binding protein
Albumin
Ceruloplasmin
Transferin
Antioksidan kuat 0.5 mM dalam plasma
Aktifitas feroksidase 15-60 mg/dl plasma
Membersihkan Fe bebas 200-400 mg/dl
Metalothionein Membersihkan logam berat
membran akan berubah yang dalam keadaan ekstrem akhirnya mematikan sel-sel pada
jaringan tubuh.
2. Kerusakan protein
Terjadinya kerusakan protein akibat serangan radikal bebas ini termasuk oksidasi
protein yang mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein itu berada. Contohnya
kerusakan protein pada lensa mata yang mengakibatkan katarak.
3. Kerusakan lipid peraksida
Ini terjadi bila asam lemak tak jenuh terserang radikal bebas. Dalam tubuh kita, reaksi
antar zat gizi tersebut dengan radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi yang
selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan sel, yang dianggap salah satu penyebab
terjadinya berbagai penyakit degeneratif.
4. Proses penuaan
Umumnya, semua sel jaringan organ dapat menangkal serangan radikal bebas karena
di dalamnya terdapat sejenis enzim khuSUS yang mampu melawan. Namun, karena
manusia secara alami mengalami degradasi seiring dengan peningkatan usia akibat
radikal bebas itu sendiri, otomatis pemusnahannya tidak pernah mencapai 100% meski
secara teori dapat dipunahkan oleh berbagai antioksidan. Belum lagi adanya
rangsangan untuk membentuk radikal bebas yang berasal dari lingkungan sekitar.
Karena itu, secara perlahan-Iahan tapi pasti, terjadi kerusakan jaringan oleh radikal
bebas yang tidak terpunahkan.
Kerusakan jaringan secara pelan ini merupakan proses terjadinya ketuaan, seperti
kehilangan elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit tampak keriput,
terjadinya lipofuchsin atau bintik-bintik pigmen kecoklatan di kulit yang merupakan
timbunan sisa pembakaran dalam sel. Bagi anda yang ingin awet muda tentu perlu
banyak mengkonsumsi zat gizi yang meminimalkan efek radikal bebas ini.
5. Dapat menimbulkan autoimun
Dalam keadaan normal, antibodi hanya terbentuk bila ada antigen yang masuk dalam
tubuh. Autoimun adalah terbentuknya antibodi terhadap suatu sel tubuh biasa dan hal
ini dapat merusak jaringan tubuh dan sangat berbahaya.
I. Penyakit yang ditimbulkan oleh Radikal bebas
Kerja kandungan kimia tersebut dalam tubuh manusia adalah mencuri elektron yang ada
pada molekul lain dalam tubuh. Beberapa komponen tubuh yang rentan terhadap
serangan radikal bebas antara lain, sel-sel penyusun DNA, membran sel, protein, lipid
peroksida, Pencurian ini jika berhasil akan merusak sel dan DNA tersebut. Karna apabila
19
kandungan dari radikal bebas banyak yang masuk kedalam tubuh, maka akan banyak pula
sel dalam tubuh yang rusak. Hasil penelitian diketahui bahwa radikal bebas merupakan
penyebab utama berbagai keadaan patologis seperti penyakit liver, jantung koroner,
kanker, diabetes, katarak, penyakit hati, dan berbagai proses penuaan dini.
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
20