makalah bimbungan koneling bolos sekolah

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir di setiap sekolah dapat dijumpai program Bimbingan dan Konseling atau disingkat (BK). Program Bimbingan dan Konseling lebih menyangkut atau mementingkan pada upaya dalam hal memfasilitasi atau memberikan samacam fasilitas kepada para peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberadaan program Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah saat ini sangat dibutuhkan. Hal ini menyangkut pada tugas dan perannya terhadap peserta didik. Selain itu juga, iklim dan lingkungan yang tidak sehat” membuat keberadaan program Bimbingan dan Konseling (BK) menjadi sangat dibutuhkan dan mutlak ada. Misalnya saja kenakalan pada siswa yang merupakan salah satu faktor penyebab lingkungan atau iklim menjadi rusak, yakni siswa merupakan aktor utama dalam peristiwa tersebut. Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari aturan sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya. Salah satunya ialah membolos atau masuk tidak teratur. Membolos disebut kenakalan remaja karena membolos sudah merupakan perilaku yang mencerminkan telah melanggar aturan sekolah. 1

Upload: iing-doang

Post on 03-Jan-2016

1.629 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

         Hampir di setiap sekolah dapat dijumpai program Bimbingan dan Konseling

atau disingkat (BK). Program Bimbingan dan Konseling lebih menyangkut atau

mementingkan pada upaya dalam hal memfasilitasi atau memberikan samacam

fasilitas kepada para peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberadaan program Bimbingan dan Konseling

(BK) di sekolah saat ini sangat dibutuhkan. Hal ini menyangkut pada tugas dan

perannya terhadap peserta didik. Selain itu juga, iklim dan lingkungan yang

“tidak sehat” membuat keberadaan program Bimbingan dan Konseling (BK)

menjadi sangat dibutuhkan dan mutlak ada. Misalnya saja kenakalan pada siswa

yang merupakan salah satu faktor penyebab lingkungan atau iklim menjadi rusak,

yakni siswa merupakan aktor utama dalam peristiwa tersebut.

Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang

menyimpang dari aturan sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya. Salah

satunya ialah membolos atau masuk tidak teratur. Membolos disebut kenakalan

remaja karena membolos sudah merupakan perilaku yang mencerminkan telah

melanggar aturan sekolah.

Kata “BOLOS” sangat populer dikalangan pelajar. Dari beberapa survei,

jumlah siswa yang membolos pada jam efektif sekolah hanya sedikit

dibandingkan dari jumlah siswa yang tidak membolos, terlepas sekecil apapun

dari jumlah tersebut harus menjadi perhatian bagi institusi yang bernama sekolah,

karena apabila disikapi dengan cuek bebek, tidak tertutup kemungkinan yang kecil

akan menjadi besar dan menjelma menjadi bola salju liar yang akan terus

menggelinding hingga jumlah siswa yang membolos sekolah akan terus

meningkat.

Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi

banyak pelajar. Setidaknya bagi mereka yang pernah mengenyam pendidikan. Hal

ini disebabkan kerena perilaku membolos itu sendiri telah ada sejak dulu.

1

Page 2: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

Tindakan membolos dikedepankan sebagai sebuah jawaban atas kejenuhan

yang sering dialami oleh banyak siswa terhadap kurikulum sekolah. Buntutnya

memang akan menjadi fenomena yang jelas - jelas akan mencoreng lembaga

persekolahan itu sendiri. Tidak hanya di kota - kota besar saja siswa yang terlihat

sering membolos, bahkan sekolah yang letaknya di daerah - daerah pun prilaku

membolos sudah menjadi kegemaran.

Banyak siswa yang sering membolos bukan hanya di sekolah - sekolah

tertentu saja tetapi banyak sekolah mengalami hal yang sama. Hal ini disebabkan

oleh faktor - faktor internal dan faktor - faktor eksternal dari anak itu sendiri.

Faktor eksternal yang kadang kala menjadikan alasan membolos adalah mata

pelajaran yang tidak diminati atau tidak disenangi. Bagi siswa yang kebanyakan

remaja dan penuh dengan jiwa yang mementingkan kebebasan dalam berfikir dan

beraktifitas, hal ini sangat mengganggu sekali. Sebab, masa remaja adalah masa

yang penuh gelora dan semangat kreatifitas. Menurut pandangan psikologis, usia

seseorang antara 15 - 21 tahun adalah usia dalam masa pencarian jati diri. Tentu

saja sistem pendidikan yang ketat tanpa diimbangi dengan pola pengajaran yang

sifatnya 'menyejukkan' membuat anak tidak lagi betah di sekolah. Mereka yang

tidak tahan itulah yang kemudian mencari pelarian dengan membolos, walaupun

secara tidak langsung hal seperti  ini sebenarnya bukan merupakan suatu jawaban

yang baik. Hal ini dapat dibuktikan bahwa siswa yang suka membolos seringkali

menjadi ikut serta terlibat pada hal - hal yang cenderung merugikan. Namun

anehnya lagi dan sungguh sangat disayangkan, bahwa ketika fenomena membolos

atau fenomena pelajar yang terlibat dan terjerumus dalam penggunaan narkotika,

pergaulan sex bebas hingga tawuran terkuak ke permukaan, sekolah seakan - akan

ingin lepas tangan dan seperti tidak tahu menahu. Terbukti, pihak sekolah masih

menganggap mereka yang terlibat hal - hal demikian ialah tergolong anak - anak

‘nakal’ dengan beralasan bahwa anak - anak yang patuh (tidak nakal) lebih

banyak dibandingkan anak - anak yang suka membolos (anak - anak nakal). Hal

seperti memang benar adanya. Tetapi bukan berarti mereka yang taat dan patuh di

sekolah menjadi terselamatkan. Justru sebaliknya, tekanan pendidikan dengan

kurikulum yang cukup ketat justru menciptakan keresahan secara psikologis.

Seperti yang terlihat bahwa pada akhir - akhir ini, siswa - siswi di sekolah -

2

Page 3: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

sekolah sering mengalami hysteria massal. Hal itu dikarenakan oleh luapan emosi

yang sudah tak terkendali melalui alam bawah sadar dan biasanya kerap tingkah

laku menjadi  tidak terkendali. Tumpuan kesalahan prilaku membolos kebanyakan

di bebankan kepada anak didik yang terlibat membolos. Ketika kasus demi kasus

dapat terungkap, anak didiklah yang menjadi beban kesalahan. Ini adalah sikap

yang tidak mendukung yang justru hanya akan menambah masalah. Sikap

humanis dan saling introspeksi diri itu adalah hal yang mendukung untuk

menyelesaikan masalah prilaku membolos. Unsur - unsur yang ada di sekolah bisa

saja menjadi alasan untuk siswa agar bisa membolos. Seperti fenomena yang telah

di paparkan di atas bukan saja anak yang menjadi tumpuan dan beban kesalahan.

Betapa seriusnya perilaku membolos ini perlu mendapat perhatian penuh dari

berbagai pihak. Bukan saja hanya perhatian yang berasal dari pihak sekolah,

melainkan juga perhatian yang berasal dari orang tua, teman maupun pemerintah.

Perilaku membolos sangat merugikan dan bahkan bisa saja menjadi sumber

masalah baru. Apabila hal ini terus menerus dibiarkan berlalu, maka yang

bertanggung jawab atas semua ini bukan saja dari siswa itu sendiri melainkan dari

pihak sekolah ataupun guru yang menjadi orang tua di sekolah juga akan ikut

menangungnya.

B. Rumusan Masalah

         Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas

dalam makalah ini ialah :

1. Apa pengertian dari program Bimbingan dan Konseling ?

2. Apa pengertian dari membolos ?

3. Apa saja faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos ?

4. Apakah akibat yang akan ditimbulkan oleh siswa yang suka membolos ?

5. Bagaimana peran program Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal

mengatasi siswa yang suka membolos ?

3

Page 4: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan dari makalah ini

adalah

1. Untuk menjelaskan pengertian dari program Bimbingan dan Konseling.

2. Untuk menjelaskan pengertian dari membolos.

3. Untuk mengetahui apa saja faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa

membolos.

4. Untuk mengetahui dampak atau akibat yang akan ditimbulkan pada siswa

yang suka membolos.

5. Untuk mengetahui bagaimana peran dari progam Bimbingan dan

Konseling (BK) dalam hal mengatasi siswa yang suka membolos.

6. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Profesi Pendidikan.

D. Manfaat Penulisan

a. Bagi Penulis

               Manfaat yang bisa diambil bagi penulis setelah menyelesaikan

pembuatan makalah ini, penulis sekarang menjadi lebih tahu pembahasan seputar

tentang  apa itu program Bimbingan Konseling dan bagaimana peran program

Bimbingan Konseling dalam mengatasi kasus perilaku membolos pada

pelajar/siswa. 

b. Bagi Pembaca

               Bagi pembaca, makalah ini juga dapat dimanfaatkan sebagai penambah

ilmu pengetahuan mengenai apa itu program Bimbingan Konseling dan

bagaimana peran program Bimbingan Konseling dalam mengatasi kasus perilaku

membolos pada pelajar/siswa. 

E. Metode Penulisan

         Bahan dari penyusunan makalah ini diambil dari buku bahan ajar mata

kuliah Profesi Pendidikan  milik dosen, buku - buku perpustakaan dan browsing

dari internet.

4

Page 5: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

BAB II

PEMBAHASAN

          Kehadiran yang tidak teratur merupakan problem besar di sekolah - sekolah

saat ini. Ketidakhadiran yang dimaksud di sini adalah ketidakhadiran yang

disebabkan karena alasan yang tidak jelas, bukan karena alasan sakit atau lainnya.

Jika ketidakhadiran siswa dikarenakan sakit atau ada kepentingan, dalam artian

masih bisa memberikan alasan yang jelas, hal itu masih bisa diterima. Tetapi jika

alasannya tidak jelas mengapa ia tidak hadir atau tidak masuk sekolah, hal ini

perlu penanganan serius. Sebab, cepat atau lambat masalah ini akan berdampak

buruk baik untuk siswa itu sendiri maupun terhadap lingkungan sekolahnya.

    Pergi ke sekolah bagi remaja merupakan suatu hak sekaligus kewajiban

sebagai sarana mengenyam pendidikan dalam rangka meningkatkan kehidupan

yang lebih baik. Sayang, kenyataannya banyak remaja yang enggan

melakukannya tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Banyak yang

akhirnya membolos. Perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan

dengan cara, siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam,

tetapi mereka tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada

remaja mulai tingkat pendidikan SMP. Salah satu penyebabnya terkait dengan

masalah kenakalan remaja secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku

yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Penanganan dapat

dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab munculnya perilaku

membolos tersebut.

         Sebelum kita memasuki pengertian dari membolos, faktor - faktor yang

menjadi penyebab siswa membolos, akibat yang akan ditimbulkan pada siswa

yang suka membolos serta peran dari progam Bimbingan dan Konseling (BK)

dalam hal mengatasi siswa yang suka membolos, tidak ada salahnya terlebih

dahulu mengetahui apa itu bimbingan dan konseling.

5

Page 6: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

A. Pengertian  Bimbingan Konseling (BK)

          Bimbingan (guide / guidance) dapat disama artikan dengan mengarahkan,

memandu (guide). Jadi, bimbingan adalah kegiatan memandu atau mengarahkan

siswa untuk menemukan jati dirinya atau membantu siswa menemukan jalan

keluar yang terbaik dalam hidupnya dengan mempertimbangkan segi positif dan

negatif bagi siswa itu sendiri.

          Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan

bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan

kadang - kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli

menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan

bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu

jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah

termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan

pandangan di atas menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan

konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan saja.

          Untuk memperjelas pengertian kedua istilah tersebut, berikut ini

dikemukakan pengertian bimbingan dan pengertian konseling.

B. Pengertian Bimbingan

          Banyak ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling.

Dalam merumuskan kedua istilah tersebut mereka memberikan tekanan pada

aspek tertentu dari kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini

dikemukakan beberapa rumusan tentang istilah bimbingan.

          Menurut Jones (1963), Guidance is the help given by one person to another

in making choice and adjustments and in solving problems. Dalam pengertian

tersebut terkandung maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar

individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan

terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing(klien).

Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rachman

natawidjaja (1978) :

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang

dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami

6

Page 7: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai

dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian, dia

dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang

berarti.

          Selanjutnya Bimo Walgito (1982 : 11) menyarikan beberapa rumusan

bimbingan yang dikemukakan para ahli, sehingga mendapatkan rumusan sebagai

berikut.

Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau

sekumpulan individu - individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan -

kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu -

individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

          Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli

itu, dapat dikemukakan bahwa bimbingan merupakan

a. suatu proses yang berlesinambungan

b. suatu proses membantu individu

c. bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan

dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai

dengan kemampuan/potensinya, dan

d. kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat

memehami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan

lingkungannya.

Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah

memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bimbingan dan konseling.

C. Pengertian Konseling

         Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Istilah

penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat.

Menurut mereka yang lebih tepat adalah konseling karena kegiatan konseling ini

sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan – kegiatan penyuluhan lain

seperti penyuluhan dalam bidang pertanian dan penyuluhan dalam keluarga

berencana. Untuk menentukan kekhususan itulah maka dipakai istilah Bimbingan

7

Page 8: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

dan Konseling. Pelayanan konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak

semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis

layanan konseling ini.

          Banyak ahli yang memberikan makna tentang konseling. Menurut James P.

Adam  yang dikutip oleh Depdikbud (1976:19a) :

Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana

yangs seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih

baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang

dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.

Bimo Walgito (1982 :11) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang

diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan

wawancara, dengan cara – cara yang sesuai dengan keadaan individu yang

dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

          Berdasarkan pendapat – pendapat tersebut dapatlah dikatakan bahwa

kegiatan konseling itu mempunyai ciri – ciri sebagai berikut.

a. pada umumnya dilaksanakan secara individual

b. pada umunya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka

c. untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli

d. tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi klien.

e. Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan

masalahnya dengan kemampuannya sendiri.

Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak

anak - anak dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk

pribadi anak menjadi manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar hanya

mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk

pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu

permasalahan pada siswa, pendidik ataupun pihak sekolah juga turut

memikirkannya serta senantiasa juga berusaha mencarikan jalan keluar. Dalam

menghadapi anak tersebut peran program Bimbingan dan Konseling (BK)

sangatlah penting. Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi program

8

Page 9: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

Bimbingan dan Konseling (BK) cukup efisien. Melalui pendekatan personal,

harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga

pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang

sedang dihadapi siswa.

          Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang tidaklah mudah

dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir

kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha dari pihak sekolah

ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat

atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena membolos.

Padahal menghukum bukanlah satu - satunya jalan untuk membuat siswa jera

dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak

lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa yang baru menginjak masa

remaja merupakan masa - masa di saat kondisi emosi yang tidak labil, mudah

tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan

untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu penanganannya harus hati-hati.

Tindakan yang dapat dilakukan dengan mengetahui faktor - faktor penyebabnya,

pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah

selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang membolos mau

menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup,

tidak mau menceritakan permasalahan mengapa Ia membolos, maka pembimbing

menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua

informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil

tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas,

pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik

akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya

anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab

yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak.

          Jadi, kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada

faktor dari luar yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu,

tugas program Bimbingan dan Konseling (BK) selain memberi arahan pada siswa

juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa

merasa betah berada di sekolah. Selain itu, pembimbing juga selalu menjalin

9

Page 10: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi

masalah anak.

          Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan

menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. yang merentang dari

kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa yang

bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat

dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:

(1)  Pendekatan disiplin, dan

(2)  Pendekatan bimbingan dan konseling.

          Penanganan siswa bernasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada

aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya.

Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta

sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi

terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus

diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada

siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga

pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha

menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.

          Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu

pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan

disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera,

penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih

mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan

dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan

Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih

mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling

percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi

setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya,

serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.

          Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan kasus seorang siswi

yang hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib sekolah secara tegas  Jika

hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan diambil

10

Page 11: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/wali siswa yang bersangkutan dan

ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada orang tua (istilah lain dari

dikeluarkan). Jika tanpa intervensi Bimbingan dan Konseling, maka sangat

mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah dengan dihinggapi

masalah-masalah baru yang justru dapat semakin memperparah keadaan. Tetapi

dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya, diharapkan siswa yang

bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang

menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, keinginan

untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat membahayakan

dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk melanjutkan sekolah,

serta hal-hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa yang bersangkutan tetap

harus dikeluarkan dari sekolah.

          Perlu digarisbawahi, dalam hal ini bukan berarti Guru Bimbingan dan

Konseling (BK/Konselor) yang harus mendorong atau bahkan memaksa siswa

untuk keluar dari sekolahnya. Persoalan mengeluarkan siswa merupakan

wewenang kepala sekolah, dan tugas Guru Bimbingan dan Konseling

(BK/Konselor) hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan

dalam hidupnya.

          Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling

lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan,

pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah tetap masih

menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa

harus ditangani oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK/Konselor). Dalam hal

ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta

mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana dalam bagan berikut

1. Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada

bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum

minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus

ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada

kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan

rumah.

11

Page 12: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

2. Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan

perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena

gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri

kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang

dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala

sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula

mengadakankonferensi kasus.

3. Masalah (kasus) berat,seperti: gangguan emosional berat, kecanduan

alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh

diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat

dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater,

dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan

kegiatan konferensi kasus.

Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa

bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata

menjadi tanggung jawab guru Bimbingan dan Konseling (BK/Konselor)

di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama - sama

membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi

secara optimal.

D. Pengertian Membolos

          Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah

dengan alasan yang tidak tepat, atau membolos juga dapat dikatakan sebagai

ketidakhadiran siswa tanpa adanya suatu alasan yang jelas. Membolos merupakan

salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan atau

dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu

penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat

serius.

          Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga

perlu dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering

berasal dari dalam keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah

12

Page 13: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

dengan pihak keluarga menjadi sangat penting dalam pemecahan masalah siswa

tersebut.

E. Faktor - Faktor Penyebab Siswa Membolos

          Penyebab siswa membolos dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Beberapa faktor - faktor penyebab siswa membolos dapat dikelompokkan menjadi

dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor

yang berasal dari dalam diri siswa bisa berupa karakter siswa yang memang suka

membolos, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal dari rutinitas - rutinitas yang

membosankan di rumah.

Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi dari luar siswa,

misalnya kebijakan sekolah yg tidak berdamai dengan kepentingan siswa, guru

yang tidak profesional, fasilitas penunjang sekolah misal laboratorium dan

perpustakaan yang tidak memadai, bisa juga kurikulum yang kurang bersahabat

sehingga mempengaruhi proses belajar di sekolah.

          Selain faktor internal dan faktor eksternal yang telah dikemukakan di atas,

Faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja juga dapat

dikelompokkan sebagai berikut.

F. Faktor Keluarga

                   Mungkin kita pernah mendengar (atau mungkin sering) ada siswa

yang tidak diperbolehkan masuk sekolah oleh orang tuanya. Untuk suatu alasan

tertentu mungkin hal ini dianggap paling efisien untuk mengatasi krisis atau

permasalahan dalam keluarganya. Misalkan kakaknya sakit, sementara kedua

orang tuanya harus pergi bekerja mencari nafkah. Untuk menemani kakaknya

tersebut maka adiknya terpaksa tidak masuk sekolah. Untuk alasan tersebut

bolehlah sang adik tidak masuk sekolah. Tapi yang menjadi masalah terkadang

anak tersebut tidak membuat surat izin kepada pihak sekolah, sehingga piha

sekolah tidak tahu duduk permasalahannya. Yang mereka tahu si A membolos.

Sementara dampaknya bagi anak tersebut ialah ia harus kehilangan waktu

belajarnya. Jika hal ini menjadi kebiasaan (membolos), lambat laun siswa tersebut

13

Page 14: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

tidak peduli lagi dengan peraturan. Ia akan berbuat seenaknya, terserah mau

masuk atau tidak.

·    Orang tua yang tidak peduli terhadap pendidikan. Selain itu sikap orang tua

terhadap sekolah juga memberi pengaruh yang besar pada anak. Jika orang tua

menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan hanya membuang-buang waktu

saja, atau juga jika mereka menanamkan perasaan pada anak bahwa ia tidak akan

berhasil, anak ini akan berkurang semangatnya untuk masuk sekolah. Biasanya

sikap orang tua yang menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting karena

mereka sendiri orang yang kurang berpendidikan. Akibatnya penghargaan

terhadap pendidikan hanya dipandang sebelah mata. Bahkan mereka menuntut

agar anak-anaknya untuk bekerja saja mencari uang. Ironisnya mereka juga

menuntut agar anaknya memperoleh hasil yang lebih besar dari kemampuan anak

tersebut. Orang tua seperti ini tidak memiliki pandangan jauh ke depan, sebagai

imbasnya masa depan anaklah yang menjadi korban.

·      Membeda - bedakan anak. Ada orang tua yang beranggapan bahwa

pendidikan bagi anak laki-laki lebih penting daripada anak perempuan. Anak laki

- lakilah yang menjadi tumpuan dan kebanggaan keluarga, sementara anak

perempuan pada akhirnya akan kawin dan hanya mengurusi masalah dapur,

sehingga tidak memerlukan pendidikan yang terlalu tinggi. Dalam hal ini, anak

perempuan didorong untuk tidak masuk sekolah. Mengurangi uang saku.

Meskipun tidak semua anak menginginkan uang saku yang banyak, namun tidak

sedikit pula anak - anak yang merasa kurang percaya diri jika uang saku mereka

sedikit dibanding dengan teman-temannya. Sehingga akibatnya pada anak tersebut

ialah ia menjadi malas untuk masuk sekolah.

         Di zaman modern seperti sekarang ini uang selalu dapat berbicara, tak

terkecuali pada bidang pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang mengharuskan

siswa-siswanya untuk membeli LKS, buku wajib, dan segala dan kebutuhan lain

demi kepentingan proses belajar. Untuk barang-barang tersebut kadang orang tua

tidak mau mengeluarkan uang untuk membelinya. Maka siswa yang tidak

membeli akan malu pada siswa lain yang membeli. Dan siswa yang tidak membeli

akan malas untuk berangkat ke sekolah.

14

Page 15: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

G. Kurangnya Kepercayaan Diri

         Sering rasa kurang percaya diri menjadi penghambat segala aktifitas. Faktor

utama penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri. Ia mematikan

kreatifitas siswa. Meskipun begitu banyak ide dan kecerdasan yang dimiliki siswa,

tetapi jika tidak berani atau merasa tidak mampu untuk melakukannya sama saja

percuma. Perasaan diri tidak mampu dan takut akan selalu gagal membuat siswa

tidak percaya diri dengan segala yang dilakukannya. Ia tidak ingin malu, merasa

tidak berharga, serta dicemoohsebagai akibat dari kegagalan tersebut. Perasaan

rendah diri tidak selalu muncul pada setiap mata pelajaran. Terkadang ia merasa

tidak mampu dengan mata pelajaran matematika, tetapi ia mampu pada mata

pelajaran biologi. Pada mata pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung berusaha

untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika akan masuk sekolah.

Sementara itu siswa tidak menyadari bahwa dengan tidak masuk sekolah justru

membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran. Melarikan diri dari masalah malah

akan menambah masalah tersebut.

H. Perasaan yang Termarginalkan

                   Perasaan tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi

kadang rasa itu muncul tanpa kita inginkan. Seringkali anak dibuat merasa bahwa

ia tidak diinginkan atau diterima di kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman

sekelas atau mungkin gurunya sendiri dengan sindiran atau ucapan. Siswa yang

ditolak oleh teman-teman sekelasnya, akan merasa lebih aman berada di rumah.

Ada siswa yang tidak masuk sekolah karena takut oleh ancaman temannya. Ada

juga yang diacuhkan oleh teman-temannya, ia tidak diajak bermain, atau

mengobrol bersama. Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh

faktor tertentu, misalnya faktor SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).

I. Faktor Personal

                   Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau

hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena

kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras.

15

Page 16: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

J. Faktor yang Berasal dari Sekolah

                 Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku

membolos pada remaja, karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa

yang terjadi pada siswa. Awalnya barangkali siswa membolos karena faktor

personal atau permasalahan dalam keluarganya. Kemudian masalah muncul

karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten, kadang menghukum

kadang menghiraukannya. Ketidakkonsistenan ini akan berakibat pada

kebingungan siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang mereka mencoba - coba

membolos lagi. Jika penyebab banyaknya perilaku membolos adalah faktor

tersebut, maka penanganan dapat dilakukan dengan melakukan penegakan disiplin

sekolah. Peraturan sekolah harus lebih jelas dengan      sangsi - sangsi yang

dipaparkan secara eksplisit, termasuk peraturan mengenai presensi siswa sehingga

perilaku membolos dapat diminimalkan.

Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah

kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa

yang sering membolos, pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah.

Selain terkait dengan permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu

ditanyakan pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa

merasa tugas - tugas yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang

menantang atau sebaliknya sangat sulit sehingga membuat frustasi.

Tugas pihak sekolah dalam membantu menurunkan perilaku membolos adalah

mengusahakan kondisi sekolah hingga nyaman bagi siswa - siswanya. Kondisi ini

meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses administratif serta informal di

luar kelas.

                 Dalam seting sekolah, guru memiliki peran penting pada perilaku

siswa, termasuk perilaku membolos. Jika guru tidak memperhatikan siswanya

dengan baik dan hanya berorientasi pada selesainya penyampaian materi pelajaran

di kelas, peluang perilaku membolos pada siswa semakin besar karena siswa tidak

merasakan menariknya pergi ke sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan

guru untuk memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik datang dan merasakan

manfaat sekolah adalah dengan melakukan pengenalan terhadap apa yang menjadi

16

Page 17: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

minat tiap siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka, serta bagaimana

perkembangan mereka selama dalam proses pembelajaran.

Dengan perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk lebih terbuka

terhadap guru sehingga jika ada permasalahan, guru dapat segera membantu.

Dengan suasana seperti itu siswa akan tertarik pergi ke sekolah dan perilaku

membolos yang mengarah pada kenakalan remaja dapat dikurangi. Tentu saja,

pendekatan dari pihak sekolah ini hanya menjadi salah satu faktor saja. Faktor

lainnya seperti faktor personal dan faktor keluarga juga tak kalah penting dan

memberi kontribusi besar dalam perilaku membolos, sehingga pencarian

mengenai penyebab yang pasti dari perilaku membolos perlu dilakukan terlebih

dahulu sebelum kita menetapkan pihak mana yang layak melakukan intervensi.

                 Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Di sana

tempat siswa - siswa belajar ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih berhasil bila

bahan yang dipelajari menarik perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang

sesuai dengan minat anak atau yang di dalamnya nampak dengan jelas adanya

tujuan yang sesuai dengan tujuan anak melakukan aktivitas belajar. Jadi, suasana

kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, tujuan

pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannys.

Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran.

                 Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor sekolah merupakan faktor yang

berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja, yaitu antara

lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim

antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau

tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.

K. Akibat yang Ditimbulkan oleh Siswa yang Membolos

          Anak yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami

kegagalan dalam pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu

anak mengejar pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar

dilaksanakan. Kelas berjalan terus. Bahkan meskipun ia hadir, ia tidak mengerti

apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari dasar - dasar dari mata

pelajaran - mata pelajaran yang diperlukan untuk mengerti apa yang diajarkan.

17

Page 18: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

          Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami

marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang

terjadi manakala siswa tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga

anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.

Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya rasa

disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, siswa

akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah siswa dapat

dikeluarkan dari sekolah. Lalu karena tidak masuk, secara otomatis ia tidak

mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Akhirnya ia harus belajar sendiri

untuk mengejar ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak

memahami materi bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilai

ulangannya.

L. Peran dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi Siswa

yang Suka Membolos

Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi

momok atau bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi

sebagai pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang

bermasalah melanggar aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP untuk

dilakukan pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu

semestinya perlu sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya

mengurusi anak yang bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus

bisa berfungsi sebagai teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat

curhat. Bimbingan konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada

siswa dengan dapat memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang

dihadapi siswa baik stres masalah pelajaran, keluarga,pertemanan dan lain

sebagainya. Perubahan paradigma ini diharapkan kenakalan maupun stress

dikalangan siswa bisa semakin dieliminir.

          Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak -

anak dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak

menjadi manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer

18

Page 19: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan

mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa,

pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan

keluar.

       Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana

untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal,

harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga

pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang

sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang

tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk

meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha dari

pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin

pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum

karena membolos. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk

membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah

menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja

merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil, mudah tersinggung dan mudah

sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan

patah. Oleh karena itu, penanganannya harus hati - hati.

1. Tindakan yang dapat dilakukan

·      Dengan Mengetahui Faktor - Faktor Penyebabnya

Dengan mengetahui faktor - faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu

bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui

pendekatan supaya siswa yang membolos mau menerima arahan dari

pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan

permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing menggunakan cara lain

yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan

telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan

pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus

melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena

19

Page 20: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya anak masuk sekolah

tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang terletak di luar

kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi kegiatan membolos siswa

tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga turut andil

dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan

pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya

siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu menjalin

komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi

masalah anak.

·         Menerapkan Gerakan Disiplin

Gerakan disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos atau

pergi pada waktu jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat keramaian

atau di tempat hiburan. Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya sendiri

juga berpotensi untuk menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya

pelajar yang suko membolos mempunyai tingkat kenakalan yang tinggi dan justru

sering medekati kriminal seperti pengompasan pelajar yang lebih kecil atau

dibawahnya sampai dengan tawuran dan pesta miras. Sex bebas di kalangan

pelajar juga muncul dari fenomena bolos sekolah dimana orang tua sering kali

tidak di rumah karena harus bekerja dimanfaatkan untuk berbuat negatif.

Fenomena bolos sekolah ini sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari

sinilah banyak hal tentang kerusakan moral pelajar dimulai. Oleh karena itu perlu

tindakan tegas dari para aparat Satpol PP untuk sering melakukan operasi agar

menjadi sebuah shock therapy yang mempunyai efek jera bagi para pembolos dan

juga ketegasan dari pihak sekolah untuk mencegah siswanya bolos sekolah.

Kalaupun siswa harus keluar sekolah pada jam sekolah haruslah seijin sekolah

dengan menggunakan surat ijin.

·       Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan

Pihak Dinas Pendidikan dibantu oleh Kesbanglinmas dan Satpol PP serta

berkoordinasi dengan Kepolisian harus terus mensosialisasikan kepada para

pengelola hiburan seperti Play Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar

20

Page 21: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

pada jam sekolah. Kebanyakan pelajar yang bolos sekolah ”bersembunyi” di sana.

Setelah sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan penempelan stiker atau poster

tentang larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka ditingkatkan menjadi

taraf pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih membiarkan para pelajar bolos

bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan

maka bisa dilakukan penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa

disesuaikan dengan aturan yang berlaku.

         Sesungguhnya yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa membolos

adalah keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai,Designer of

Instruction. Sebagai Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran menarik

dan tidak membosankan, tapi seperti yang telah kita ketahui banyak guru yang

tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan pengajaran yang kemudian dikemas

dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada gilirannya siswa merasa

jenuh di kelas.

       Dan tidak kalah pentingnya guru ideal adalah guru yang mampu

menempatkan dirinya sebagai Evaluator of Instruction, guru diharapkan sebagai

penilai hasil ujian siswa dengan mengedepankan kejujuran, transparansi dalam

menilai siswanya. Tapi banyak sekali guru dengan kesibukannya mencari

tambahan ekonomi keluarga, melakukan penilaian dengan cara “ngaji (mengarang

biji)” nilai siswa dikarang karena tidak punya waktu banyak untuk menilai satu

persatu siswanya. Hal inilah bisa sebagai pemicu siswa membolos.

SOLUSI

1. Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa,

memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa

2. Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa

terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja.

3. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria

menyenangkan dan hidup.

4. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat

menerima dan memahami yang telah diajarkan guru.

5. Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan,

jujur dan tidak merekayasa.

21

Page 22: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bimbingan merupakan

a. Suatu proses yang berlesinambungan.

b. Suatu proses membantu individ.

c. Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan

dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai

dengan kemampuan/potensinya.

d. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat

memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan

lingkungannya.

Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah

memiliki keahlian      dan pengalaman khusus dalam bimbingan dan konseling.

Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Istilah penyuluhan

dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat. Menurut mereka

yang lebih tepat adalah konseling karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih

khusus, tidak sama dengan kegiatan - kegiatan penyuluhan lain seperti penyuluhan

dalam bidang pertanian dan penyuluhan dalam keluarga berencana. Pelayanan

konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua orang yang dapat

memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini.

Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam

penanganannya perlu perhatian yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan

membolos dapat dihilangkan, tetapi usaha untuk meminimalisir tetap ada.

Faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos terbagi menjadi

dua golongan, yaitu faktor internal dan eksternal. Selain itu, faktor – faktor lain

yang menjadi penyebab siswa  membolos lainnya, meliputi : faktor keluarga,

faktor kurangnya kepercayaan diri, perasaan yang termarginalkan, faktor personal

serta faktor yang berasal dari sekolah.

Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos, akan mengalami

kegagalan dalam pelajaran. Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut

22

Page 23: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

juga akan mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman -

temannya.

Peran program Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal mengatasi siswa

yang suka membolos, yakni dengan mengetahui faktor - faktor penyebab siswa

membolos, menerapkan gerakan disiplin serta sosialisasi kepada pengelola

hiburan.

Melalui program BK, pihak sekolah berupaya mencari solusi bagi mereka

yang suka membolos. Karena membolos terkait berbagai faktor, maka dalam

penyelesaiannya tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah juga

mengikutsertakan orang tua.

Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini

BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat

diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.

B. Saran

      Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa lebih mengetahui

tentang pengertian Bimbingan dan Konseling serta peran Bimbingan dan

Konseling terhadap Perilaku membolos yang kerap dilakukan para remaja

sekolah.

23

Page 24: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

www.stkipmbb.com/2013/04/tawuran-pelajar-bukan-salah-mata.html

wapikweb.org/.../bimbingan-dan-konseling-home-visit-jalan-tidak-ada-la

aryakusum.blogspot.com/.../mengatasi-anak-sering-membolos-dengan.ht..

news.detik.com/.../bambang-soesatyo-keberatan-bk-dpr-sebut-kalangan

bk-ikippgri-smg.blogspot.com/2012/08/contoh-tugas-wawancara

24

Page 25: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha

Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai

yang diharapkan.Dalam makalah ini kami membahas “Mengatasi anak sering

membolos dan Tauran dengan Bimbingan Konseling”, suatu permasalahan yang

selalu dialami bagi siswa-siswi pelajar di jaman sekarang.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu

sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya

mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam

menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar

pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih

positif bagi kita semua

Karawang, 28 Mei 2013

Penyusun

25i

Page 26: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………..

DAFTAR ISI …………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………...

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………

C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………..

D. Manfaat Penulisan ……………………………………………………

E. Metode Penulisan …………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………….

A. Pengertian  Bimbingan Konseling (BK) ……………………………..

B. Pengertian Bimbingan ………………………………………………..

C. Pengertian Konseling ………………………………………………

D. Pengertian Membolos ………………………………………………...

E. Faktor - Faktor Penyebab Siswa Membolos …………………………

F. Faktor Keluarga ………………………………………………………

G. Kurangnya Kepercayaan Diri ………………………………………...

H. Perasaan yang Termarginalkan ………………………………………

I. Faktor Personal ……………………………………………………….

J. Faktor yang Berasal dari Sekolah …………………………………….

K. Akibat yang Ditimbulkan oleh Siswa yang Membolos…………….

L. Peran dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi

Siswa yang Suka Membolos

BAB III PENUTUP …………………………………………………………..

A. Kesimpulan …………………………………………………………

B. Saran ………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTKA ………………………………………………………...

i

ii

1

1

3

4

4

4

5

6

6

7

12

13

13

15

15

15

16

17

18

22

22

23

24

26ii

Page 27: Makalah Bimbungan Koneling Bolos Sekolah

MAKALAH

MENGATASI ANAK SERING MEMBOLOS DAN TAURAN DENGAN

BIMBINGAN KONSELING

“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Konseling”

Disusun Oleh :

Nama : RAHMAWATI S.N.I.S

NIM : 11210267

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

(STKIP) SILIWANGI BANDUNG

TAHUN 2013

27